Upload
lamthuy
View
262
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
6
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali dari sudut
perjalanan sejarah, keberadaannya telah diakui sejak adanya Kepala Perwakilan
Kementerian PP dan K Provinsi Nusa Tenggara kala itu sebagai pejabatnya
adalah Izac (Tjak) Huru Doko bertugas sampai 1 September 1959 selanjutnya
Periode 1959-1967 bernama Perwakilan Departemen P dan K Daswati I Bali
dengan Kepala Perwakilan I Made Mendre, periode berikutnya 1967-1974
bernama Perwakilan Departemen P dan K Provinsi Bali dengan Kepala
Perwakilan berturut-turut I Ketut Jingga (1967-1971) dan I Wayan Geredeg
(1971-1974). Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali mulai
dengan sebutan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Kanwil. Dep. P & K) Provinsi Bali tahun 1984 s.d 1995 dengan Ka.Kanwil
berurut-turut Drs. I Gusti Agung Gede Oka (1975-1984), Drs. I Gusti Lanang
Oka (1984-1987), I Nengah Mertha (1987-1991), Drs. Dewa Putu Tengah
(1991-1995), dan Drs. Beratha Subawa (1995-1996). Selanjutnya per tahun
1996-lah mulai dengan nama Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi
Bali dan disingkat (Disdikpora) Provinsi Bali sampai sekarang.
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali merupakan
Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) dilingkungan Pemerintah Provinsi Bali
yang bertanggungjawab langsung kepada Gubernur Bali. Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali memiliki tugas pokok sesuai Peraturan
Gubernur Bali Nomor : 67/2011, Bab II Pasal 2, yakni : “Melaksanakan
sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendidikan, pemuda dan
olahraga serta melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi
dibidang pendidikan, pemuda dan olahraga” dan pada Bab III Pasal 3 -nya
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali harus mampu
melaksanakan fungsi-fungsi berikut :
1. Perumusan kebijakan teknis bidang pendidikan, pemuda dan olahraga.
2. Pengelolaan sarana dan prasarana bidang pendidikan, pemuda dan olahraga.
3. Pemberian rekomendasi dan pelaksanaan pelayanan umum sesuai bidang
pendidikan, pemuda dan olahraga.
4. Pembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan bidang pendidikan, pemuda
dan olahraga.
5. Pelaksanaan urusan tata usaha.
8
Untuk dapat terlaksananya tugas pokok dan fungsi-fungsi tersebut di
atas maka sangat penting adanya sistem tatalaksana kerja di lingkungan Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali. Sehingga ada struktur dan
mekanisme pembagian tugas, tanggung jawab dan kewenangan ditubuh Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali. Hal itu dapat dilihat jelas dari
susunan keorganisasian yang ada. (Lihat Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi).
Dari Gambar 1, dapat dijelaskan bahwa Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Provinsi Bali memiliki susunan organisasi sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris
3. Sub bagian umum, yang memiliki tugas, tanggungjawab dan wewenang
dalam urusan keuangan, urusan administrasi publik, perkantoran,
kepegawaian dan aset.
4. Bidang Pengkajian dan Pengembangan (Jibang) dengan tugas,
tanggungjawab dan wewenang terkait urusan data, pengembangan dan
evaluasi dan monitoring.
5. Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) memiliki tugas,
tanggungjawab dan wewenang dalam urusan layanan pendidikan anak usia
dini (PAUD), pendidikan kesetaraan dan pendidikan masyarakat.
6. Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) memiliki tugas, tanggungjawab dan
wewenang dalam urusan layanan pendidikan dasar SD/MI dan SMP/MTs.
7. Bidang Pendidikan Menengah (Dikmen) memiliki tugas, tanggungjawab
dan wewenang dalam urusan layanan pendidikan menengah umum
(SMA/MA) dan pendidikan menengah kejuruan (SMK).
8. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK)
memiliki tugas, tanggungjawab dan wewenang dalam urusan layanan
pendidikan luar biasa (PLB) termasuk SLB A, SLB B, SLB C dan terhadap
pendidikan layanan khusus seperti pendidikan untuk anak-anak inklusif,
anak-anak terlantar, anak-anak miskin, anak-anak pesisir, dan anak-anak
pedalaman.
9. Unit Pelayanan Teknis Badan Pengembangan Kegiatan Belajar (UPT-
BPKB) yang memiliki tugas, tanggungjawab dan wewenang atas usaha-
usaha mencari, menemukan dan mengembangkan hal-hal baru, kreatif,
inovatif dan produktif untuk mengatasi persoalan-persoapan dalam kegiatan
belajar.
9
STRUKTUR ORGANISASI
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI BALI
Kepala Dinas
TIA. Kusuma Wardhani, S.H., M.M
Sekretaris
I Wayan Serinah, S.Sos., M.Si
Kabid. Jibang
I Gede Ketut Seputera Aryadi, S.E.
Kasubag. Umum
A.A. Gde Rai Sujaya, S.S
Kasubag. Kepegawaian
A.A. Istri Mayun Narayani, S.IP
Kasubag. Keuangan dan
Penyusunan Program
Ni Ketut Yuliari, S.E
Kasi. Data dan Pengkajian
I Wayan Dwija, S.H.
Kasi. Pengembangan
Dra. Dewi Sekarini
Kasi. Monev dan Pelaporan
Dra. Ni Wayan Rasmini
Kabid. Dikdas
Drs. I Nyoman Subrata, M.Pd
Kasi. Kelembagaan dan Sarana
Pendidikan
I Gede Wirasuta, S.E
Kasi. Kurikulum dan
Pembelajaran
I Made Sutarjana, S.Sos
Kasi. Kesiswaan, Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
Dra. Ni Made Wintari Mahayasih
Kabid. Dikmen
Drs. I Wayan Susila, M.Si
Kasi. Kelembagaan dan Sarana
Pendidikan
I Komang Rutu, S.Sos.
Kasi. Kurikulum dan
Pembelajaran
I Gede Agus Rai, S.Sn
Kasi. Kesiswaan, Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
Drs. I Nyoman Tajem
Kabid. PKPLK
Drs. I Ketut Budiasa
Kasi. Kelembagaan dan Sarana
Pendidikan
Rusmaya Laksmi Wardani,
S.E Kasi. Kurikulum dan
Pembelajaran
Drs. I Wayan Gede Jagra, M.Pd
Kasi. Kesiswaan, Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
I Nyoman Suparta, S.Sos
Kabid. PNFI
Komang Merta Dana, S.H., M.H
Kasi. Kesetaraan
Dra. Ni Kompyang Artini
Kasi. PAUD
Md. Dharmayatni Dhyani, S.Pd.
Kasi. Dikmas
Drs. I Nyoman Ratmaja
Kabid. Kepemudaan
I Wayan Suarna, S.E., M.Si
Kasi. Pengembangan Kepemimpinan
Pemuda
Drs. I B Oka Windusara, M.Si
Kasi. Pengembangan Pemberdayaan
Pemuda
I Made Dana Tenaya, S.E., M.M
Kasi. Pengembangan Wawasan dan
Kewirausahaan
A.A.A. Ariani Wahyuningsih, S.H., M.Si
Kabid. Keolahragaan
Dra. Ni Made Suarti
Kasi. Olahraga Pendidikan dan
Rekreasi
I Made Sondra, S.Sos
Kasi. Pembibitan dan Peningkatan
Prestasi
A.A. Putu Sugestini, S.Sos.
Kasi. Sarana dan Ketenagaan Olahraga
Drs. I Made Ardana
UPT BPKB
Jabatan Fungsional
10
Untuk dapat bergeraknya struktur organisasi tersebut di atas maka
sebagai satu-kesatuan cara pandang dan gerak langkah Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali mengusung Visi, Misi dan Tujuan sebagai
berikut :
1.2. Isu-isu Strategis
Ada beberapa permasalahan utama muncul akhir-akhir ini sebagai
strategic issued yang dihadapi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi
Bali yaitu :
1. Pendidikan Anak Usia Dini dengan APK 67,92 % masih di bawah nasional
yang telah mencapai APK 69,40 %.
VISI
Mewujudkan Insan Cerdas dan Kompetitif Berlandaskan Tri Hita
Karana Menuju Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera
(Bali Mandara)
MISI
1. Mengembangkan sistem tata kelola pendidikan yang
memberdayakan masyarakat Bali seutuhnya.
2. Mengembangkan metode, sistem dan proses pendidikan
berpusat pada peserta didik.
3. Melaksanakan program-program kependidikan,
kepemudaan, dan keolahragaan yang berkelanjutan untuk
perkembangan, pengembangan, dan/atau pembangunan Bali
yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera (Mandara).
TUJUAN
1. Meningkatkan akses pendidikan berkualitas untuk semua
jenjang dan jenis pendidikan yang cerdas kompetitif dan non
diskriminatif menuju Bali Mandara.
2. Menghasilkan peserta didik berkarakter sesuai dengan nilai
budaya berlandaskan Tri Hita Karana dan menguasai IPTEK.
3. Meningkatkan standarisasi dan pengendalian mutu
pendidikan, pemuda dan olahraga.
4. Meningkatkan kualitas dan daya saing kepemudaan.
5. Meningkatkan kualitas dan daya saing keolahragaan.
11
2. Pelaksanaan wajib belajar 9 tahun belum paripurna karena APM baik SD
maupun SMP baru mencapai 98,60 % (SD) dan 82,89 % (SMP) berarti
belum mencapai 100 %.
3. Penyelenggaraan pendidikan menengah universal 12 tahun karena
APK/APM SMA/SMK belum 100%.
4. Penyelenggaraan pendidikan inklusif baru sebatas gerakan provinsi belum
mengimbas sebagai gerakan Kabupaten/Kota.
5. Pengentasan buta aksara karena penduduk usia 15-59 tahun yang masih buta
aksara cukup tinggi 5,98% (sekitar 158.608 jiwa).
6. Bantuan siswa miskin bagi siswa putus sekolah yang berasal dari keluarga
miskin/kurang mampu.
7. Adanya ketidakseragaman dalam praktek pelaksanaan kurikulum di
sekolah-sekolah antara kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013.
8. Masih banyaknya sekolah dengan kondisi dibawah SNP (yakni dengan
sarana dan prasarana yang sangat tidak memadai).
9. Masih banyak guru dengan kualifikasi D4.
10. Adanya proyeksi guru-guru yang akan memasuki masa pensiun di tahun
2018 sebesar 30 %.
11. Masalah pelaksanaan UU No 23 tahun 2014 terkait pembagian kewenangan
atas pengelolaan satuan pendidikan dengan kententuan Provinsi untuk SMA
dan SMK dan Kabupaten/Kota untuk SD/MI dan SMP/MTs.
12
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Program dan Kegiatan
Secara organsatoris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali
menjabarkan kegiatannya kedalam 14 program terdiri dari 11 program Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) dan 3 program UPT BPKB yaitu :
1) Program pelayanan administrasi perkantoran, 2) Program peningkatan sarana dan
prasarana aparatur, 3) Program peningkatan kualitas dan penyebarluasan informasi,
4) Program peningkatan anak usia dini, 5) Program wajib belajar 9 (sembilan) tahun,
6) Program pendidikan menengah, 7) Program pendidikan non formal, 8) Program
pendidikan khusus dan layanan khusus, 9) Program peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan, 10) Program manajemen pelayanan pendidikan, 11) Program
pemuda dan olahraga, dan Program-program UPT BPKB yaitu 12) Program
pelayanan administrasi perkantoran, 13) Program peningkatan sarana dan prasarana
aparatur dan 14) Program pendidikan nonformal.
Dari 14 program tersebut di atas dapat diuraikan lebih lanjut mengenai
kegiatan-kegiatan yang dapat diimplementasikan antara lain : (Lihat Tabel 1)
Tabel 1.
Matrik hubungan program dan jumlah kegiatan
yang dapat diimplementasikan
No Nama Program Jumlah kegiatan
Program-program Disdikpora.
1 Program pelayanan administrasi perkantoran 11
2 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur 4
3 Program peningkatan kualitas dan penyebarluasan
informasi
4
4 Program peningkatan anak usia dini 3
5 Program wajib belajar 9 (sembilan) tahun 7
6 Program pendidikan menengah 20
7 Program pendidikan non formal 11
8 Program pendidikan khusus dan layanan khusus 14
9 Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan
32
10 Program manajemen pelayanan pendidikan 31
11 Program pemuda dan olahraga 16
Sub (1) 153
Program-program UPT BPKB
12 Program pelayanan administrasi perkantoran 10
13 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur 4
14 Program pendidikan nonformal 17
Sub (2) 31
Total kegiatan 183
1
2.2. Rencana Kinerja Tahun 2014
Tabel 2
Rencana Kinerja Tahun 2014
KEGIATAN
PAGU
ANGGARAN
(Rp)
KETERANGAN
URAIAN INDIKATOR / OUTCOME
(1) (2) (3) (4)
PROGRAM DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI BALI 131.827.591.825
1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 4.285.884.900
1 Penyediaan Jasa Surat-Menyurat Meningkatnya kualitas layanan surat menyurat SKPD
Disdikpora. Prov. Bali
10.500.000 Sekretariat/Sub
bagian umum
2 Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air
dan Listrik
Meningkatnya pelayanan jasa Komunikasi, listrik dan air 750.000.000 s.d.a
3 Penyediaan Jasa Peralatan dan Perizinan
Kendaraan Dinas
Meningkatnya pemeliharaan kendaraan dinas/operasional 1.528.477.400 s.d.a
4 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor Meningkatnya kebersihan kantor 284.200.000 s.d.a
5 Penyediaan Alat Tulis Kantor Meningkatnya ketersediaan alat tulis kantor 145.500.000 s.d.a
6 Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan Meningkatnya ketersediaan barang cetakan dan penggandaan 60.000.000 s.d.a
7 Penyediaan Peralatan Gedung Kantor Meningkatnya peralatan kantor dan rumah tangga 1.080.937.500 s.d.a
2
(1) (2) (3) (4)
8 Penyediaan Barang Bacaan dan Peraturan
Perundang-undangan
Meningkatnya ketersediaan bahan bacaan dan peraturan
perundang-undangan
15.960.000 s.d.a
9 Penyediaan Makanan dan Minuman Meningkatnya ketersediaan makan dan minum untuk rapat-
rapat dan tamu
33.950.000 s.d.a
10 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar
dan Dalam Daerah
Meningkatnya hasil rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke
luar daerah
320.360.000 s.d.a
11 Upacara Keagamaan Meningkatnya kualitas keagamaan 50.000.000 s.d.a
2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 2.883.577.703 -
1 Pemeliharaan Rutin Berkala Gedung Kantor Meningkatnya pemeliharaan gedung kantor 519.400.000 s.d.a
2 Pengadaan Peralatan/Perlengkapan SMAN Bali
Mandara
Meningkatnya mutu pendidikan dan pengelolaan pendidikan
pada SMAN Bali Mandara
1.305.297.703 s.d.a
3 Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor Meningkatnya pemeliharaan peralatan gedung kantor 60.000.000 s.d.a
4 Rehabilitasi Berat/Ringan Gedung Kantor Meningkatnya fungsi dan fasilitas gedung pada bidang
dikmen.
998.880.000 s.d.a
3 Program Peningkatan Kualitas dan Penyebarluasan Informasi 1.164.500.000
1 Peningkatan Kehumasan Meningkatnya kualitas pelayanan kehumasan Disdikpora.
Prov. Bali
192.200.000 Sub bagian Umum
2 Penyusunan Kalender Pendidikan dan PPDB Meningkatnya kualitas kalender pendidikan dan PPDB 150.000.000 Bidang Jibang
3 Profil dan Informasi Data Pendidikan Meningkatnya kualitas profil dan informasi data pendidikan 619.400.000 Bidang Jibang
4 Penyusunan Tabloid di Bidang Pendidikan Meningkatnya kualitas pelayanan informasi dibidang
pendidikan
202.900.000 Sub bagian Umum
3
(1) (2) (3) (4)
4 Program Pendidikan Anak Usia Dini 346.000.000 -
1 Temu Konsultasi dan Koordinasi Komponen
Mitra PAUD se Bali
Meningkatnya kualitas hasil konsultasi dan koordinasi mitra
PAUD se Bali
118.000.000 Bidang PNFI
2 Lomba Gugus PAUD Meningkatnya kualitas gugus TK untuk mengikuti kriteria
tingkat nasional
228.000.000 Bidang PNFI
3 Pengadaan Buku PAUD Meningkatnya sarana dan prasarana buku PAUD 0 Bidang PNFI
5 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun 7.831.273.450 -
1 Lomba Klub Olahraga SD Meningkatnya kreativitas dan prestasi olahraga pada jenjang
SD
185.000.000 Bidang Dikdas
2 Pembinaan Olimpiade MIPA SD (OSN, O2SN,
FLS2N, Duta Seni Pelajar)
Meningkatnya kemampuan dan prestasi siswa SD peserta
Olimpiade MIPA SD (OSN, O2SN, FLS2N, Duta Seni
Pelajar)
2.969.790.000 Bidang Dikdas
3 Lomba Kinerja Gugus dan Perpustakaan SD Meningkatnya Kinerja Gugus dan Perpustakaan SD 256.000.000 Bidang Dikdas
4 Karya Ilmiah Remaja SMP Meningkatnya kualitas KIR yang disusun oleh siswa SMP
untuk dilomba ke tingkat nasional
152.099.950 Bidang Dikdas
5 Fasilitasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
SD dan SMP
Meningkatnya kelancaran penyaluran dana BOS reguler dan
BOS Pendamping APBD
245.850.500 Bidang Dikdas
6 Pengembangan SMPN 2 Semarapura Meningkatnya mutu pendidikan pada SMPN 2 Semarapura 1.845.600.000 Bidang Dikdas
7 Pengembangan SMPN 1 Bangli Meningkatnya mutu pendidikan pada SMPN 1 Bangli 2.176.933.000 Bidang Dikdas
4
(1) (2) (3) (4)
6 Program Pendidikan Menengah 36.845364.897 -
1 Lomba Peneliti Belia Meningkatnya kemampuan siswa dalam penelitian akademik 300.975.000 Bidang Dikmen
2 Debat Bahasa Indonesia SMA Meningkatnya prestasi siswa dibidang Bahasa Indonesia di
Tingkat Nasional
190.825.000 Bidang Dikmen
3 Lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMA/SMK Meningkatnya kemampuan remaja SMA/SMK berkarya
ilmiah
165.000.000 Bidang Dikmen
4 Debat Bahasa Inggris SMA Meningkatnya prestasi siswa dibidang Bahasa Inggris di
tingkat nasional
209.325.000 Bidang Dikmen
5 Pengembangan SMAN 1 Bangli Meningkatnya kualitas /mutu pendidikan pada SMAN 1
Bangli
1.236.800.000 Bidang Dikmen
6 Pembangunan Fisik SMAN 1 Bangli Meningkatnya kualitas mutu pendidikan pada SMAN 1
Bangli
1.794.400.000 Bidang Dikmen
7 Pengembangan SMA N 2 Semarapura Meningkatnya kualitas mutu pendidikan dan pengelolaan
mutu pendidikan pada SMAN 2 Semarapura
922.953.400 Bidang Dikmen
8 Pembangunan Fisik SMA N 2 Semarapura Meningkatnya kualitas mutu pendidikan dan pengelolaan
mutu pendidikan pada SMAN 2 Semarapura
2.392.646.600 Bidang Dikmen
9 Pengembangan SMAN Bali Mandara Meningkatnya kualitas mutu pendidikan dan pengelolaan
mutu pendidikan pada SMAN Bali Mandara
8.899.011.880 Bidang Dikmen
10 Pembangunan Fisik SMAN Bali Mandara Meningkatnya kualitas mutu pendidikan dan pengelolaan
mutu pendidikan pada SMAN Bali Mandara
8.503.948.291 Bidang Dikmen
11 Perekrutan dan Pengembangan Siswa SMAN
Bali Mandara
Meningkatnya kualitas mutu pendidikan dan pengelolaan
mutu pendidikan pada SMAN Bali Mandara
1.009.134.626 Bidang Dikmen
12 Pengembangan SMKN 1 Bangli Meningkatnya kualitas mutu pendidikan pada SMKN 1
Bangli
777.600.000 Bidang Dikmen
5
(1) (2) (3) (4)
13 Pembangunan Fisik SMKN 1 Bangli Meningkatnya kualitas mutu pendidikan pada SMKN 1
Bangli
2.380.000.000 Bidang Dikmen
14 Seleksi Peserta Festival dan Lomba Seni Siswa
Nasonal (FLS2N) SMA
Meningkatnya prestasi siswa dibidang seni di tingkat
nasional
1.047.825.000 Bidang Dikmen
15 Seleksi Peserta Olimpiade Olahraga Siswa
Nasional (O2SN) SMA
Meningkatnya prestasi siswa dibidang olahraga tingkat
nasional
1.107.325.000 Bidang Dikmen
16 Seleksi Peserta Olimpiade Sains Nasional
(OSN) SMA
Meningkatnya prestasi siswa dibidang sains di tingkat
nasional
862.325.000 Bidang Dikmen
17 Pelatihan Pendidikan Karakter SMA dan SMK Meningkatnya kemampuan siswa tentang pendidikan
karakter
180.770.100 Bidang Dikmen
18 Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN)
SMK
Meningkatnya kualitas prestasi olahraga yang dimiliki 951.188.950 Bidang Dikmen
19 Olimpiade Sains Terapan Nasional (OSTN)
SMK
Meningkatnya kualitas lulusan SMK sesuai kompetensi yang
dimiliki
254.082.950 Bidang Dikmen
20 Lomba Kompetensi Siswa SMK Meningkatnya kualitas lulusan SMK sesuai kompetensi yang
dimiliki
3.659.228.100 Bidang Dikmen
7 Program Pendidikan Nonformal 2.329.619.000
1 Bintek Penyelenggaraan Kelompok Belajar
Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) Bagi
Masyarakat Miskin
Meningkatnya kompetensi penyelenggaraan kelompok
belajar pendidikan kecakapan hidup
130.000.000 Bidang PNFI
2 Pelatihan Tutor Keaksaraan Fungsional Meningkatnya kompetensi tutor keaksaraan fungsional 156.750.000 Bidang PNFI
3 Pendidikan dan Pelatihan Tutor Paket B, C dan
Penilik
Meningkatnya kualitas kompetensi tutor Paket B, C dan
Penilik
242.500.000 Bidang PNFI
4 Fasilitasi Penyelenggaraan Keaksaraan
Fungsional (KF) Tingkat Mandiri
Meningkatnya fasilitasi operasional dan penyelenggaraan
keaksaraan fungsional (KF) tingkat mandiri
51.850.000 Bidang PNFI
6
(1) (2) (3) (4)
5 Peningkatan Mutu Peserta Didik dan Apresiasi
PTK-PNF Berprestasi
Meningkatnya prestasi peserta didik dan PTK-PNF
berprestasi
785.215.000 Bidang PNFI
6 Bintek Pengelola Taman Bacaan Masyarakat Meningkatnya mutu layanan taman bacaan masyarakat 290.275.000 Bidang PNFI
7 BOP Penyelenggaraan Paket A, B, dan C Meningkatnya program pendidikan Paket A, B, dan C 36.910.000 Bidang PNFI
8 Workshop Persiapan Penyelenggaraan
Apresiasi PTK-PNF
Meningkatnya kualitas penyelenggaraan apresiasi PTK-PNF 142.070.000 Bidang PNFI
9 Pelatihan Peningkatan Kompetensi
Penyelenggara PKBM Keaksaraan Fungsional
Meningkatnya kompetensi penyelenggaraan PKBM
keaksaraan fungsional
98.981.500 Bidang PNFI
10 Pengembangan Badan Akreditasi Nasional PNF
Provinsi Bali
Meningkatnya mutu program dan satuan pendidikan non
formal
167.500.000 Bidang PNFI
11 Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Sepeda
Motor
Meningkatnya mutu pendidikan dan pelatihan keterampilan
sepeda motor
227.567.500 Bidang PNFI
8 Program Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus 7.408.060.000 -
1 Penyelenggaraan SLB C Negeri Denpasar Meningkatnya mutu pendidikan khusus di SLB C Negeri
Denpasar
362.000.000 Bidang PKPLK
2 Penyelenggaraan SLB C 1 Negeri Denpasar Meningkatnya kualitas pendidikan khusus di SLB C 1
Negeri Denpasar
318.000.000 Bidang PKPLK
3 Penyelenggaraan SLB N Jembrana Meningkatnya kualitas pendidikan khusus di SLB N
Jembrana
359.800.000 Bidang PKPLK
4 Penyelenggaraan SLB C N Singaraja Meningkatnya kualitas pendidikan khusus di SLB C N
Singaraja
305.000.000 Bidang PKPLK
5 Penyelenggaraan SLB N Karangasem Meningkatnya kualitas pendidikan khusus di SLB N
Karangasem
497.635.000 Bidang PKPLK
6 Penyelenggaraan SLB N Klungkung Meningkatnya kualitas pendidikan khusus di SLB N
Klungkung
205.000.000 Bidang PKPLK
7
(1) (2) (3) (4)
7 Penyelenggaraan SLB N Bangli Meningkatnya kualitas pendidikan khusus di SLB N Bangli 255.000.000 Bidang PKPLK
8 Penyelenggaraan SLB B Sidakarya Meningkatnya kualitas pendidikan khusus di SLB B
Sidakarya
305.000.000 Bidang PKPLK
9 Penyelenggaraan SLB N Gianyar Meningkatnya kualitas pendidikan khusus di SLB N Gianyar 1.342.500.000 Bidang PKPLK
10 Penyelenggaraan SLB B Tabanan Meningkatnya kualitas pendidikan khusus di SLB B Tabanan 1.475.500.000 Bidang PKPLK
11 Penyelenggaraan SLB A N Denpasar Meningkatnya kualitas pendidikan khusus di SLB A N
Denpasar
355.000.000 Bidang PKPLK
12 Penyelenggaraan SLB B N Jimbaran Meningkatnya kualitas pendidikan khusus di SLB B N
Jimbaran
698.600.000 Bidang PKPLK
13 Penyelenggaraan SLB B N Singaraja Meningkatnya kualitas pendidikan khusus di SLB B N
Singaraja
206.200.000 Bidang PKPLK
14 Lomba Prestasi dan Kreatifitas Siswa PLB Meningkatnya kompetensi siswa dan kreatifitas siswa SLB 722.825.000 Bidang PKPLK
9 Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 10.214.092.600
1 Pemberdayaan Tim Peneliti dan Pengembang
Kurikulum SD, SMP, SMA, SMK dan SLB
Meningkatnya ketersediaan model-model kurikulum dari
tingkat SD, SMP, SMA, SMK dan SLB
356.720.000 Bidang Jibang
2 Lomba Menciptakan Bahan Ajar Berbasis ICT
Kompetensi
Meningkatnya kemampuan guru dalam menciptakan bahan
ajar berbasis ICT
337.372.000 Bidang Jibang
3 Olimpiade Sains Guru MIPA SMA dan SMK Meningkatnya prestasi dan kemampuan guru peserta
Olimpiade Sains MIPA, SMA dan SMK
420.885.750 Bidang Dikmen
4 Pelatihan Pemantapan Penggunaan Media
Pembelajaran Berbasis TIK
Meningkatnya kemampuan guru dalam penggunaan media
pembelajaran berbasis TIK
950.000.000 Bidang Jibang
5 Pelatihan Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
Meningkatnya SDM dan kompetensi tenaga pendidik dan
pengelola pendidikan anak usia dini
684.865.900 Bidang Jibang
8
(1) (2) (3) (4)
6 Diklat Implementasi Kurikulum 2013 Guru SD Meningkatnya pemahaman guru SD dalam penerapan
kurikulum 2013
370.000.000 Bidang Dikdas
7 Diklat Implementasi Kurikulum 2013 Guru
SMP
Meningkatnya pemahaman guru SMP dalam penerapan
kurikulum 2013
339.933.000 Bidang Dikdas
8 Diklat Pengembangan Model Pembelajaran
Tematik SD Rintisan
Meningkatnya penguasaan guru tentang model pembelajaran
tematik SD Rintisan
125.000.000 Bidang Dikdas
9 Olimpiade Sains Guru MIPA SD dan SMP Meningkatnya prestasi dan kemampuan guru peserta
olimpiade sains MIPA SD dan SMP
162.900.000 Bidang Dikdas
10 Pelatihan Karakter Bangsa Guru SMP Meningkatnya pemahaman guru dalam menerapkan
pendidikan karakter bangsa di sekolah
267.652.200 Bidang Dikdas
11 Pelatihan Pendidikan Karakter Guru SD Meningkatnya pemahaman guru SD dalam menerapkan
pendidikan karakter bangsa di sekolah
330.240.000 Bidang Dikdas
12 Pelatihan Guru Bidang Studi yang di-UN-kan
pada SD dan SMP
Meningkatnya kemampuan guru dalam mengajar pada
bidang studi yang di-UN-kan
471.000.000 Bidang Dikdas
13 Pendidikan dan Pelatihan Asesor Pendidikan
Formal
Meningkatnya kemampuan tim asesor SD, SMP, SMA/SMK
se Bali
129.353.000 Bidang Jibang
14 Workshop Karya Tulis dan Penelitian Tindakan
Kelas Guru TK, SD, SMP, SMA dan SMK
Meningkatnya kemampuan guru dalam menulis karya ilmiah
dan penelitian tindakan kelas
297.000.000 Bidang Jibang
15 Pengembangan Profesi Guru SMA Negeri Bali
Mandara
Meningkatnya mutu tenaga pendidik di SMAN Bali Mandara 576.207.500 Bidang Dikmen
16 Pelatihan Guru Bidang Studi yang di-UN-kan
pada SMA/SMK
Meningkatnya kemampuan guru dalam mengajar yang
bidang studi yang di-UN-kan
348.442.400 Bidang Dikmen
17 Bintek Penyelenggaraan Kurikulum Bagi Guru-
guru SMA
Meningkatnya kemampuan guru dalam mengajar 247.325.000 Bidang Dikmen
18 Pelatihan Kurikulum Bagi Guru-guru SMK Meningkatnya kemampuan kompetensi guru SMK 247.500.000 Bidang Dikmen
9
(1) (2) (3) (4)
19 Workshop Musyawarah Guru Mata Pelajaran Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan guru dalam
keterlaksanaan standar pembelajaran
160.000.000 Bidang PKPLK
20 Workshop Guru Pembimbing Khusus (GPK) Meningkatnya kompetensi dan kinerja guru pembimbing
khusus (GPK)
197.700.000 Bidang PKPLK
21 Workshop Pembelajaran Karakter dan
Kepramukaan
Meningkatnya kemampuan karakter dan kepramukaan 143.214.600 Bidang PKPLK
22 Workshop Teknik Pembelajaran Individu dan
Bahan Ajar SLB
Meningkatnya tolok ukur tentang tingkat pemahaman
penguasaan teknik pembelajaran individu dan bahan ajar
SLB
`157.600.000 Bidang PKPLK
23 Workshop Kompetensi Guru PLB Meningkatnya kompetensi guru PLB 159.895.000 Bidang PKPLK
24 Workshop Manajemen Pembelajaran
Pendidikan Khusus
Meningkatnya pelayanan pembelajaran pendidikan khusus 133.662.000 Bidang PKPLK
25 Pendidikan Kompetensi Guru SLB Meningkatnya kompetensi guru SLB 689.128.750 Bidang PKPLK
26 Workshop Pengembangan Layanan Pendidikan
Khusus
Meningkatnya jenis layanan khusus 106.100.000 Bidang PKPLK
27 Pelatihan Penyusunan Kurikulum Mata
Pelajaran Muatan Lokal
Meningkatnya kualitas hasil penyusunan kurikulum mata
pelajaran muatan lokal
496.500.000 Bidang Jibang
28 Pelatihan Guru Pembina UKS Meningkatnya kualitas SDM dan kompetensi guru pembina
UKS TK, SD, SMP dan SMA/SMK
399.695.000 Bidang Pemuda
29 Kursus Mahir Dasar dan Kursus Mahir
Lanjutan
Meningkatnya keterampilan mahir dasar dan mahir lanjutan 266.921.500 Bidang Pemuda
30 Kursus Pelatih Tingkat Dasar (KPD) Meningkatnya keterampilan pelatih tingkat dasar 289.129.000 Bidang Pemuda
31 Penilaian Guru Pembina Pramuka Tingkat SD,
SMP dan SMA/SMK se Bali
Meningkatnya keterampilan guru pembina guru pramuka
tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK se Bali
290.500.000 Bidang Pemuda
10
(1) (2) (3) (4)
32 Pelatihan Guru Pembina KSPAN Meningkatnya pengetahuan dan jumlah pembina KSPAN di
sekolah
219.250.000 Bidang Pemuda
10 Program Manajemen Pelayanan Pendidikan 42.032.352.375
1 Rapat Koordinasi, Sinkronisasi dan
Perencanaan Program Tahunan
Meningkatnya hasil rakor, sinkronisasi dan perencanaan
program tahunan
492.579.150 Bidang Jibang
2 Penilaian Penetapan dan Penataran Angka
Kredit Guru TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB
dan Pamong Belajar di Provinsi Bali
Meningkatnya kualitas penilaian penetapan dan penerapan
angka kredit guru dan pamong belajar di Provinsi Bali
304.800.000 Bidang Jibang
3 Ujian Pemantapan SMP/MTs, SMA/MA/SMK
dan SLB
Meningkatnya hasil ujian nasional SMP/MTs,
SMA/MA/SMK dan SLB
3.545.709.500 Bidang Jibang
4 Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Tim
Pengembang Kurikulum
Meningkatnya kompetensi dan hasil koordinasi Tim
Pengembang Kurikulum
80.500.000 Bidang Jibang
5 Penyusunan Naskah Ujian dan Pemantapan
SMP, SMA, SMK dan SLB
Meningkatnya ketersediaan soal SMP, SMA, SMK dan SLB 911.156.500 Bidang Jibang
6 Cerdas Cermat 4 Pilar Kebangsaan Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap
4 pilar kebangsaan
386.326.500 Bidang Jibang
7 Pemilihan Siswa, Guru, Kepala Sekolah,
Pengawas Sekolah Berprestasi dan Guru
Berdedikasi
Meningkatnya prestasi mutu dan kompetensi siswa, guru,
kepala sekolah dan pengawas sekolah
888.049.000 Bidang Jibang
8 Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Semua Tercapainya kualitas pelaksanaan program pendidikan untuk
semua di Provinsi Bali
181.160.000 Bidang PNFI
9 Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan
Program Pendidikan
Meningkatnya efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program
dan kegiatan bidang pendidikan
313.075.100 Bidang Jibang
10 Pemberian Penghargaan Kepada Siswa
Berprestasi
Meningkatnya jumlah siswa berprestasi menerima
penghargaan
694.225.000 Bidang Jibang
11
(1) (2) (3) (4)
11 Pemberian Penghargaan Kepada Guru
Berprestasi
Meningkatnya jumlah guru berprestasi menerima
penghargaan
594.225.000 Bidang Jibang
12 Ujian Sekolah SD/MI/SDLB dan Paket A
Terkoordinasi Provinsi
Meningkatnya mutu pendidikan 3.249.151.725 Bidang Jibang
13 BOP Badan Akreditasi Pendidikan Terpetakannya standar sekolah/madrasah di Provinsi Bali 161.171.000 Bidang PKPLK
14 Manajemen Operasional Bantuan Sarana
Prasarana PAUD
Meningkatnya mutu lembaga PAUD 97.345.900 Bidang PNFI
15 Manajemen Operasional Penyelenggaraan
Bansos SD
Tersalurkannya bansos pada jenjang SD 109.912.000 Bidang Dikdas
16 Manajemen Operasional Penyelenggaraan
Bansos SMP
Tersalurkannya bansos pada jenjang SMP 78.000.000 Bidang Dikdas
17 Manajemen Operasional Bantuan Sarana dan
Prasarana SD dan SMP
Meningkatnya mutu siswa SD dan SMP 81.015.000 Bidang Dikdas
18 Pembinaan Olimpiade MIPA SMP (OSN) dan
Olimpiade Olahraga Siswa Nasional SD dan
SMP (O2SN)
Meningkatnya kemampuan dan prestasi siswa peserta
olimpiade MIPA SMP (OSN) dan olimpiade olahraga siswa
nasional (O2SN) SD dan SMP
2.790.660.000 Bidang Dikdas
19 Evaluasi dan Monev Bansos, Hibah Terseleksinya sekolah penerima bansos dan hibah 129.071.000 Bidang Jibang
20 Perencanaan dan Pembangunan Fisik SMKN
Bali Mandara
Terwujudnya dokumen perencanaan dan pembangunan fisik
SMKN Bali Mandara di Buleleng
23.510.000.000 Bidang Dikmen
21 Perencanaan Pembangunan Fisik SMKN Bali
Mandara Buleleng Tahap II
Terwujudnya dokumen perencanaan dan pembangunan fisik
SMKN Bali Mandara di Buleleng tahap II
505.700.000 Bidang Dikmen
22 Perencanaan Pembangunan SMA/SMK Negeri
Bali Mandara
Terwujudnya dokumen perencanaan dan pembangunan
SMA/SMKN Bali Mandara
700.000.000 Bidang Dikmen
23 Penyelenggaraan Pendidikan Tamatan SMP
Keluarga Tidak Mampu ke SMK
Meningkatnya jumlah siswa tamatan SMP dari keluarga
kurang mampu melanjutkan ke SMK
68.643.000 Bidang Jibang
12
(1) (2) (3) (4)
24 Manajemen Operasional Penyelenggaraan
Bansos SMA/SMK
Meningkatnya kelancaran penyaluran bansos pada jenjang
SMA/SMK
241.910.000 Bidang Dikmen
25 Pembinaan O2SN, FLS2N dan OSN ke Tingkat
Nasional
Meningkatnya kemampuan dan prestasi siswa peserta O2SN,
FLS2N dan OSN ke Tingkat Nasional
470.000.000 Bidang Dikmen
26 Pembinaan Pengembangan Pembelajaran
Kecakapan Hidup
Terwujudnya model pengembangan kecakapan hidup 188.500.000 Bidang PNFI
27 Pembinaan Sekolah Berkebutuhan Khusus Meningkatnya pelayanan sekolah terhadap anak-anak
berkebutuhan khusus
247.182.000 Bidang PKPLK
28 Perencanaan Pembangunan SLB C Negeri
Singaraja
Terwujudnya dokumen perencanaan pembangunan sarana
pendidikan pada SLB C N Singaraja
150.000.000 Bidang PKPLK
29 Perencanaan Pembangunan SLB C Negeri
Denpasar
Terwujudnya dokumen perencanaan pembangunan sarana
pendidikan pada SLB C N Denpasar
350.000.000 Bidang PKPLK
30 Manajemen Operasional Beasiswa Kepada
Mahasiswa
Meningkatnya motivasi mahasiswa untuk melanjutkan
pendidikan
75.820.000 Bidang Jibang
31 Seleksi dan Pelatihan Calon Pengawas Sekolah
di Provinsi Bali
Meningkatnya kompetensi calon pengawas sekolah di
Provinsi Bali
436.465.000 Bidang Jibang
11 Program Pemuda dan Olahraga
1 Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) Meningkatnya kemampuan pelajar dibidang olahraga dan
seni
3.418.500.000 Bidang Olahraga
2 Pekan Olahraga Pelajar Tingkat Wilayah
(POPWIL)
Meningkatnya kemampuan olahraga pelajar di tingkat
wilayah
3.907.844.800 Bidang Olahraga
3 Seleksi Pertukaran Pemuda Luar Negeri, Kapal
Pemuda Nusantara, dan Pemilihan Pemuda
Pelopor
Terseleksinya pemuda yang berprestasi untuk mengikuti
program pertukaran pemuda luar negeri, kapal pemuda
nusantara dan pemuda pelopor
394.000.000 Bidang Pemuda
4 Pembinaan Pramuka Meningkatnya pembinaan kepramukaan dan tersedianya
sarana dan prasarana kegiatan kepramukaan
988.712.500 Bidang Pemuda
13
(1) (2) (3) (4)
5 Pembinaan Klub Olahraga Pelajar Meningkatnya pembinaan klub olahraga pelajar SMP dan
SMA/SMK
1.539.744.000 Bidang Olahraga
6 Seleksi Paskibraka Meningkatnya kualitas hasil seleksi Paskibraka 1.532.454.700 Bidang Pemuda
7 Lomba Wawasan Wiyata Mandala Meningkatnya wawasan lingkungan sekolah tingkat SMP
dan SMA/SMK se Bali
392.225.000 Bidang Pemuda
8 Liga Pendidikan Indonesia (LPI) Meningkatnya prestasi atlet sepak bola 736.581.900 Bidang Pemuda
9 Pelatihan Kewirausahaan Pemuda Meningkatnya keahlian pemuda dibidang kewirausahaan 237.500.000 Bidang Pemuda
10 Seleksi Wirausaha Muda Berprestasi dan SP-3
Berprestasi
Meningkatnya kemampuan wirausaha muda dan SP-3
berprestasi
375.000.000 Bidang Pemuda
11 Jambore Pemuda Daerah Bali Meningkatnya pemahaman terhadap nilai-nilai kebangsaan 658.400.000 Bidang Pemuda
12 Pelatihan Manajemen Kepemimpinan Bagi
Pemuda
Meningkatnya kemampuan pemuda dalam kepemimpinan 276.000.000 Bidang Pemuda
13 Pelatihan Pelatih dan Pembina Paskibraka
Provinsi Bali
Meningkatnya mutu pelatih dan pembina paskibraka
Provinsi Bali
199.799.000 Bidang Pemuda
14 Pelatihan Tenaga Teknis Olahraga Meningkatnya kemampuan tenaga teknis (guru olahraga
tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK)
951.947.000 Bidang Olahraga
15 Pengadaan Sarana Olahraga Untuk SLB se Bali Meningkatnya prestasi olahraga SLB Bali ditingkat
nasionaal dan internasional
275.003.000 Bidang Olahraga
16 Pemberian Penghargaan Kepada Siswa
Berprestasi Dicabang Olahraga
Meningkatnya prestasi olahraga Bali ditingkat nasionaal dan
internasional
453.555.000 Bidang Olahraga
14
(1) (2) (3) (4)
PROGRAM UPT BPKB 4.007.540.000 -
1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 657.009.525 -
1 Belanja Jasa Surat-Menyurat Meningkatnya kualitas layanan surat menyurat UPT BPKB 360.000 UPT BPKB
2 Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air
dan Listrik
Meningkatnya pelayanan jasa Komunikasi, listrik dan air 126.840.000 UPT BPKB
3 Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan
Kendaraan Dinas/Operasional
Meningkatnya pemeliharaan kendaraan dinas/operasional 166.569.525 UPT BPKB
4 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor Meningkatnya kebersihan ruang kantor dan penginapan 191.400.000 UPT BPKB
5 Penyediaan Jasa Perbaikan Peralatan Kerja Meningkatnya kondisi peralatan kantor yang tersedia di UPT
BPKB
55.790.000 UPT BPKB
6 Penyediaan Alat Tulis Kantor Meningkatnya ketersediaan alat tulis kantor 15.000.000 UPT BPKB
7 Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan Meningkatnya ketersediaan barang cetakan dan penggandaan 7.450.000 UPT BPKB
8 Penyediaan Barang Bacaan dan Peraturan
Perundang-undangan
Meningkatnya pelayanan bahan bacaan 3.600.000 UPT BPKB
9 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar
Daerah
Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi program-program
pendidikan
75.000.000 UPT BPKB
10 Upacara Keagamaan Meningkatnya sradha bakti pegawai dalam pelayanan 15.000.000
UPT BPKB
2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 812.234.700 -
1 Pengadaan Peralatan Gedung Kantor Meningkatnya sarana dan prasarana ruang asrama UPT
BPKB Bali
302.234.700 UPT BPKB
15
(1) (2) (3) (4)
2 Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor Meningkatnya kondisi gedung kantor yang ada di UPT
BPKB
90.000.000 UPT BPKB
3 Perencanaan Pembangunan Gedung Penginapan
di UPT BPKB Bali
Terwujudnya dokumen perencanaan pembangunan gedung
penginapan di UPT BPKB Bali
200.000.000 UPT BPKB
4 Pembangunan Tower Air dan Sumur Bor Tersedianya air bersih guna menunjang kegiatan pelayanan
terhadap peserta pelatihan
220.000.000 UPT BPKB
3 Program Pendidikan Nonformal 2.538.295.775 -
1 Model Pemberdayaan Pengantar Anak
Pendidikan Anak Usia Dini
Meningkatnya keterampilan pengantar anak PAUD 100.250.000 UPT BPKB
2 Model Bahan modul Paket C Setara Kelas 1 Meningkatnya pendidikan dan pengetahuan pembelajaran
paket C terintegrasi dengan kecakapan hidup
112.164.500 UPT BPKB
3 Pengkajian Program Pendidikan Anak Usia
Dini
Meningkatnya bahan masukan untuk penyempurnaan
program PAUD
75.431.100 UPT BPKB
4 Penyelenggaraan Pembelajaran Pendidikan
Kesetaraan Dasar Berbasis Keluarga
Meningkatnya kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung masyarakat
126.201.500 UPT BPKB
5 Model Pelatihan Kewirausahaan Keterampilan
Pembuatan Dupa
Meningkatnya program wirausaha pembuatan dupa 139.000.000 UPT BPKB
6 Pembelajaran Program Kesetaraan Paket C Meningkatnya proses pembelajaran dan mutu pendidikan
kesetaraan paket C
127.500.000 UPT BPKB
7 Model Program Kewirausahaan Bidang
Pelayanan Jasa Pada Pendidikan Kesetaraan
Paket C
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada pendidikan
kesetaraan paket C
160.450.000 UPT BPKB
8 Model Pembentukan Kelompok Belajar Usaha
Keterampilan Ukir Kayu
Meningkatnya keterampilan kelompok belajar ukir kayu 116.864.300 UPT BPKB
9 Pelatihan Pemuda Produktif Berorientasi Pada
Kecakapan Hidup Bidang Pertukangan
Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pemuda
produktif berorientasi kecakapan hidup bidang pertukangan
189.902.800 UPT BPKB
16
(1) (2) (3) (4)
10 Model Pemberdayaan Perempuan Dalam
Meningkatkan Ekonomi Keluarga Melalui
Keterampilan Menjahit Pakaian
Meningkatnya kemampuan perempuan dalam bidang
menjahit pakaian
139.700.000 UPT BPKB
11 Kegiatan Pengembangan Desa Vokasi Terbentuknya kelompok usaha pedesaan bagi masyarakat
kurang mampu
318.128.600 UPT BPKB
12 Model Pembelajaran Kewirausahaan
Masyarakat Dalam Bidang Pemanfaatan
Limbah Biogas Menjadi Pakan Ikan, Unggas,
Media Jamur dan Pupuk Organik
Meningkatnya keterampilan warga masyarakat dalam bidang
pengolahan limbah biogas menjadi pakan ikan, unggas,
media jamur dan pupuk organik
147.881.575 UPT BPKB
13 Penyelenggaraan PAUD Percontohan Meningkatnya kecerdasan anak usia dini 140.000.000 UPT BPKB
14 Diklat Tenaga Pendidik PAUD Meningkatnya pengetahuan pendidik PAUD 135.341.700 UPT BPKB
15 Model Pembelajaran Paket C Dibidang
Keterampilan Multi Media
Meningkatnya pengetahuan paket C bidang multi media 239.913.400 UPT BPKB
16 Model Pembelajaran Keterampilan Anyaman
Cili Melalui Janur Ibung
Meningkatnya keterampilan kelompok warga masyarakat
bidang anyaman
144.566.300 UPT BPKB
17 Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi
Permasalahan Program Tahunan PAUDNI
Meningkatnya program PAUDNI dan sinkronisasi dengan
SKB se- Bali
120.000.000 UPT BPKB
SUB TOTAL DISDIKPORA 131.827.591.825 -
SUB TOTAL UPT BPKB 4.007.540.000 -
TOTAL DISDIKPORA + UPT BPKB 135.835.131.825 -
1
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan
tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas
penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan
laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan
(disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
Penyusunan Pelaporan Kinerja Provinsi Bali tahun 2014 ini
didasarkan kepada evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah yang telah ditetapkan sebelumnya serta telah berakhirnya
pelaksanaan program dan kegiatan Tahun Anggaran 2014, serta pencapaian
sasaran strategis selama tahun 2014.
Pengukuran keberhasilan dengan tolok ukur akuntabilitas kinerja
mengandung arti bahwa setiap akhir tahun anggaran dilakukan proses
pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis pencapaian kinerja. Pengukuran
Kinerja merupakan proses membandingkan target kinerja dengan
realisasinya yang digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas
yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Pemerintah
Daerah.
Penetapan target kinerja atas program dan kegiatan yang tercantum
dalam APBD Tahun Anggaran 2014 telah ditetapkan pada saat pengajuan
anggaran untuk kegiatan yang bersangkutan dalam formulir Rencana
Kegiatan Anggaran (RKA) berupa: input, output, dan outcome. Selanjutnya
setelah APBD Provinsi Bali Tahun Anggaran 2014 disetujui dan ditetapkan
ditindaklanjuti dengan menyusun Penetapan Kinerja Tahun 2014.
A. EVALUASI KINERJA
Evaluasi kinerja ini dilakukan dengan menghitung pencapaian kinerja
dengan cara membandingkan antara rencana kinerja dengan realisasi ditinjau
dari aspek input, output, maupun outcome.
Evaluasi kinerja kegiatan yang dimaksud di dalam laporan ini adalah
evaluasi secara internal/mandiri terhadap kinerja kegiatan Pemerintah
Provinsi Bali, guna memberikan gambaran lebih lanjut tentang :
1. Efisiensi kegiatan yang dilaksanakan pada tahun berjalan.
2
2. Efektivitas kegiatan yang dilaksanakan pada tahun berjalan.
3. Pencapaian sasaran pada tahun berjalan.
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara kinerja nyata
dengan kinerja yang direncanakan. Namun pembandingan dengan
pemerintah daerah lain ataupun dengan standar nasional maupun
internasional, akan berusaha dilakukan, hal ini terkendala dari keterbatasan
data yang dimiliki. Dalam evaluasi diuraikan mengenai hal-hal yang
mendukung keberhasilan dan faktor-faktor yang menimbulkan kegagalan
(hambatan), serta langkah perbaikan (solusi pemecahan masalah) yang akan
dilakukan guna perbaikan di masa yang akan datang.
1. Efisiensi Kegiatan
Efisiensi kegiatan adalah kemampuan suatu kegiatan untuk
menggunakan input yang lebih sedikit tetapi dapat menghasilkan output
yang sama, atau input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih
besar. Fokus perhatian dalam pengukuran efisiensi adalah indikator input
dan output dari suatu kegiatan. Angka capaian efisiensi diperoleh dengan
membandingkan capaian output dengan capaian input. Angka capaian
efisiensi tersebut kemudian dibandingkan dengan standar efisiensi. Dalam
laporan ini standar efisiensi yang dipakai adalah angka capaian efisiensi
menurut rencana/target, yaitu bila angka capaian efisiensi sama atau lebih
besar dari standar efisiensi, maka kegiatan yang bersangkutan dianggap
efisien. Sebaliknya bila angka capaian efisiensi lebih kecil dari standar
efisiensi, maka kegiatan tersebut dianggap tidak efisien. Tingkat efisiensi
pencapaian sasaran secara umum adalah termasuk kategori efisien.
Namun ada beberapa kegiatan yang belum efisien, ketidakefisienan
kegiatan-kegiatan tersebut antara lain disebabkan antara lain:
Kelemahan dalam penetapan target pada indikator output, yang terlalu
tinggi.
Anggaran tersedia sesuai kebutuhan, dan realiasi biaya administrasi
tetap dikeluarkan namun realisasi fisik kegiatan masih masih kurang
dari yang ditargetkan.
Kegiatan tidak optimal terealisasi karena pengesahan DPA perubahan
baru turun pada bulan Nopember 2014.
Pembatalan pembangunan fisik.
Gagal tender dan tender ulang.
Untuk kegiatan-kegiatan yang belum efisien ini, akan dilakukan
evaluasi yang lebih mendalam, sehingga kegiatan pada tahun berikutnya
dapat lebih efisien, antara lain :
3
- Percepatan proses pengadaan barang/jasa di ULP maupun SKPD di
lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Bali.
- Menyusun rencana kerja kegiatan Tahun Anggaran 2014 baik itu
bulanan, triwulan, semesteran maupun tahunan yang terintegrasi sesuai
dengan Dokumen Pelaksanaan Anggaran dan anggaran kas Tahun
Anggaran 2014.
- Mencermati kembali Dokumen Pelaksanaan Anggaran dan anggaran
kas Tahun 2014, bila terdapat kesalahan baik substansi kegiatan
maupun kode rekening agar segera direvisi.
2. Efektivitas Kegiatan
Efektivitas kegiatan diartikan sebagai “tingkat kemampuan suatu
kegiatan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan”. Pengukuran efektivitas
kegiatan difokuskan pada capaian indikator outcome dari kegiatan
tersebut.
Efektivitas kegiatan di bagi atas dua macam, yaitu:
(a) Efektivitas individual kegiatan;
Efektivitas individual kegiatan adalah kemampuan suatu kegiatan
mencapai target outcome/benefit/impact yang telah ditetapkan untuk
kegiatan yang bersangkutan.
(b) Efektivitas terkait sasaran.
Sedangkan efektivitas terkait sasaran merupakan kemampuan
kegiatan bersama-sama dengan kegiatan lain untuk mewujudkan
pencapaian sasaran strategisnya.
2.1) Kegiatan yang Efektif
Suatu kegiatan dikatagorikan efektif bila mampu mencapai
angka rata-rata outcome minimal 100 persen. Faktor-faktor pendukung
yang dominan sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat terlaksana
secara efektif, antara lain adalah tersedianya dana dalam jumlah yang
cukup untuk melaksanakan kegiatan serta tingginya komitmen para
pelaksana/penanggungjawab kegiatan untuk menghasilkan yang
terbaik. Namun perbaikan-perbaikan masih perlu terus dilakukan, antara
lain melalui penyempurnaan kualitas indikator kinerja dan peningkatan
validitas data realisasi kinerja.
2.2) Kegiatan yang Kurang Efektif
4
Kegiatan dinyatakan kurang efektif apabila capaian rata-rata
indikator outcome-nya di bawah 100 persen. Kegiatan yang
kurang/tidak efektif antara lain disebabkan oleh faktor eksternal yang
uncontrolable, lemahnya kemampuan SDM
pelaksana/penanggungjawab kegiatan, dan lemahnya pembinaan dari
atasan langsung. Bagi SDM yang tidak mempunyai kemampuan dalam
pengelola kegiatan, akan dilakukan pembinaan/peningkatan
pengetahuan/ketrampilan personil melalui kegiatan
pendidikan/pelatihan, mengingat Pemerintah Provinsi Bali memandang
bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu aset penting yang
harus ditingkatkan dan dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai
misinya. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang bersangkutan akan
dievaluasi secara lebih mendalam mengenai kelangsungannya. Di
samping itu, Pemerintah Provinsi Bali akan melakukan langkah-langkah
penyempurnaan, antara lain berupa penyempurnaan indikator kinerja,
validitas data kinerja, peningkatan kualitas pengendalian dan
monitoring, serta peningkatan kemampuan/kualitas atasan langsung
dari pelaksana/penanggungjawab kegiatan.
2.3) Kegiatan yang Belum Dapat Diukur Efektivitasnya
Kegiatan yang belum dapat diukur efektivitasnya adalah kegiatan
yang belum dirumuskan indikator kinerja outcome-nya. Selama tahun
2014, tidak terdapat kegiatan yang termasuk di dalam katagori ini.
Jadi tidak terdapat hambatan dalam penentuan indikator kinerja
hal ini menunjukkan kemampuan pengelola kegiatan sudah memadai
dalam merumuskan indikator kinerja kegiatan sesuai pedoman yang
berlaku. Pada tahun berikutnya, akan lebih ditingkatkan pengelola
kegiatan untuk lebih mampu merumuskan indikator kinerja kegiatan
yang dilaksanakannya.
B. ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi Bali (LAKIP) Tahun
2014 memuat data dan informasi yang relevan dengan kebutuhan bagi
pembuat keputusan agar dapat menginterpretasikan realisasi pelaksanaan
program dan kegiatan, faktor-faktor yang menjadi permasalahan dan solusi
pemecahan masalah secara lebih luas dan mendalam. Untuk itu diperlukan
analisis terhadap hasil Pengukuran Pencapaian Sasaran.
Analisis atas pencapaian sasaran strategis dari indikator kinerja utama
selama Tahun Anggaran 2014, sesuai dengan perjanjian kinerja yang
ditetapkan oleh Gubernur Bali berupa dokumen Penetapan Kinerja
5
Pemerintah Provinsi Bali, Indikator Kinerja Utama dan Rencana Kinerja
Pemerintah Daerah tentang Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Bali
Tahun 2014 dalam rangka mewujudkan Pemerintahan yang efektif,
transparan, akuntabel dan berorientasi kepada hasil.
1. Capaian Indikator Makro
Tujuan pembangunan Provinsi Bali telah ditetapkan dan dituangkan
dalam pernyataan visi dan misi. Hal ini memberikan kejelasan bahwa arah
pembangunan Provinsi Bali telah disusun dalam suatu kebijakan yang
bertahap, terstruktur dan berkesinambungan. Oleh karenanya, kebijakan
yang telah ditetapkan dalam kerangka kinerja pembangunan daerah harus
dapat menginformasikan sejauhmana kebijakan tersebut dalam mendukung
tujuan pembangunan itu sendiri.
Adapun representasi ketercapaian tujuan pembangunan daerah
tersebut dituangkan dalam indikator makro pembangunan daerah, yang
akhirnya bermuara terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM).
Atas dasar telah ditetapkannya indikator tersebut, maka kinerja
pembangunan daerah dapat diukur, melalui informasi gambaran ketercapaian
dan permasalahan yang terjadi dari setiap indikator makro. Tetapi persoalan
yang perlu dicermati bersama adalah ketercapaian setiap indikator makro
tersebut merupakan akumulasi dari peran serta seluruh stakeholder
pembangunan yang meliputi : Pemerintah, Swasta dan, Masyarakat.
Oleh karena itu dalam menyikapi kinerja kebijakan pemerintah dalam
konstelasi pencapaian indikator makro, perlu diterjemahkan terlebih dahulu
kerangka pikir kontribusi kebijakan dan pelaku terhadap capaian indikator
makro tersebut. Sehingga gambaran pencapaian indikator makro merupakan
hasil kinerja dari seluruh pelaku pembangunan, dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.1 Perbandingan Capaian/Realisasi Indikator Makro Provinsi Bali Tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.
No. Indikator Makro 2011 2012 2013 2014
1 2 3 4 5 6
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
6,54 6,60 6,69 6,72
2. Inflasi (%) 4,39 4,71 7,91 8,43
3. PDRB 18,74 22,05 24,60 38,11
4. Penduduk Miskin (jiwa) 166.200 161,0 162,5 195,95
5. Prosentase Penduduk Miskin (%)
4,20 3,95 3,95 4,76
6. Kunjungan Wisatawan Mancanegara
2,57 Juta Orang
2,95 Juta Orang
2,97 juta orang
3,5 juta orang
7. IPM 72,54 72,62 72,84 74,11
6
8. Pendapatan Asli Daerah (Rp.)
2,84 T 2,042 T
2,2 T 2,4 T
Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Bali 2014 (data diolah)
1.1 Laju pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali
Perekonomian Bali tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp.
156,45 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp. 38,11 juta. Ekonomi Bali
tahun 2014 tumbuh 6,72 persen lebih tinggi dibanding tahun 2013 sebesar
6,69 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan
Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 12,43 persen. Dari sisi
pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang
dan Jasa yang mengalami pertumbuhan sebesar 19,49 persen, Ekonomi Bali
triwulan IV-2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y) tumbuh sebesar
7,88 persen lebih tinggi bila dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 5,66 persen. Ekonomi Bali triwulan IV-2014 tumbuh
1,83 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q).
Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan lapangan
usaha jasa keuangan dan asuransi yang tumbuh sebesar 7,17 persen,
lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial
wajib yang tumbuh sebesar 4,69 persen dan lapangan usaha Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang tumbuh sebesar 2,85 persen. Dari sisi
pengeluaran pertumbuhan didorong oleh Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
yang tumbuh sebesar 23,41 persen. Jika dibandingkan Ekonomi Bali pada
tahun 2013 tumbuh sebesar 6,69 persen
Grafik Pertumbuhan Ekonomi Bali 2010-2014
Sumber : Biro Ekbang Setda Provinsi Bali 2014. 1.2 Laju Inflasi Bali
Tingkat inflasi di Bali pada periode Januari-Desember 2014
menembus angka 8,43 persen karena kenaikan harga bahan bakar minyak
7
dan hari raya Natal dan Galungan serta pergantian tahun. Kenaikan inflasi
pada periode Januari - Desember tidaklah menjadi kejutan. Sudah
memprediksi inflasi akan tinggi. Inflasi Bali sudah mencapai 8,43 persen,
karena memang bulan desember dipastikan inflasi akan kencang. Inflasi naik
karena ada 4 (empat) faktor, tanpa BBM saja inflasi Bali sudah diperdiksi
akan naik karena hari raya Galungan dan Kuningan, Natal, Jelang Tahun
Baru dan itu selalu terjadi, ditambah dengan naiknya harga BBM. Perayaan
Hari Raya Galungan Kuningan, Natal dan ditambah Tahun Baru yang
berturut-turut menyebabkan permintaan bahan kebutuhan pokok meningkat
sehingga mendorong pedagang menaikkan harga.
Selain itu, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) semakin
menambah tekanan inflasi, terutama kelompok transportasi. Inflasi pada
Desember mencapai 2,13 persen, di mana kontribusi inflasi Denpasar 1,99
persen dan Singaraja 2,8 persen. Kalau tidak ada Galungan dan Kuningan
mungkin tidak tinggi, tetapi ini tekanannya bertubi-tubi sehingga potensial
menyebabkan pedagang menaikkan harga barang dagangan. Diprediksi
tingkat inflasi pada awal tahun akan kembali turun seiring kebijakan
pemerintah menetapkan harga BBM subsidi sesuai mekanisme pasar.
Bagusnya, ada kebijakan dengan penurunan harga BBM itu semacam
pemecah ombak. Jika tidak ini masih bisa berlanjut sampai februari sebagai
efek domino kenaikan bbm pada November lalu. Jadi dengan kebijakan itu
tidak lagi ada alasan menaikan harga. Berikut ini digambarkan tingkat inflasi
Provinsi Bali tahun 2010-2014.
Grafik Inflasi Bali 2010-2014
Sumber : Biro Ekbang Setda Provinsi Bali 2014.
1.3 PDRB Bali
Perekonomian Bali tahun 2014 tumbuh sebesar 6,72 persen.
Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha kecuali lapangan usaha
Pembatasan Impor Hortikultura dan
peningkatan ekspektasi inflasi terkait rencana kenaikan BBM
Penurunan Pasokan Lokal akibat faktor cuaca, tingginya demand secara nasional
sehingga mempengaruhi jumlah pasokan ke Bali, peningkatan ongkos angkut karena kenaikan harga BBM
bersubsidi
Penurunan Pasokan Lokal akibat faktor cuaca, tingginya demand,
peningkatan ongkos angkut karena kenaikan harga BBM bersubsidi
Kenaikan harga beras dan
kelangkaan bumbu-bumbuan akibat tingginya curah
hujan
% yoy
Curah hujan yang sangat tinggi, berakibat pada
penurunan produksi cabai rawit, bawang putih dan bawang merah ( Efek La
Nina)
Panen Raya Beras
Membaiknya kondisi pasokan
8
Pertambangan dan Penggalian yang mengalami kontraksi sebesar 0,60
persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial yang
tumbuh sebesar 12,43 persen, diikuti oleh Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib tumbuh sebesar 10,75 persen, Jasa
Pendidikan sebesar 10,58 persen. Struktur perekonomian Bali menurut
lapangan usaha tahun 2014 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama
yaitu: Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (23,08 persen); Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan (14,64 persen) dan Transportasi dan Pergudangan
(9,08 persen).
Grafik Pertumbuhan dan Distribusi Beberapa Lapangan Usaha 2014
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2014. Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2014,
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum memiliki sumber pertumbuhan
tertinggi sebesar 1,27 persen, diikuti Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
sebesar 0,72 persen dan Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor sebesar 0,63 persen. Tingginya sumber
pertumbuhan penyediaan akomodasi dan makan minum tidak terlepas dari
meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali yang mencapai 15
persen.
Grafik Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha
9
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2014
1.4 Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
Kemiskinan telah menjadi masalah yang kompleks dan kronis baik
di tingkat nasional maupun regional, sehingga penanggulangannya
memerlukan strategi yang tepat dan berkelanjutan.
Program-program pembangunan yang
dilaksanakan selama ini telah
memberikan perhatian besar terhadap
upaya pengentasan kemiskinan.
Meskipun demikian, masalah
kemiskinan sampai saat ini masih
menjadi masalah yang berkepanjangan.
Tingkat kemiskinan Bali terus
mengalami penurunan. Pada tahun
2010 tingkat kemiskinan Bali berada di
4,88 persen dan menurun di tahun 2011
menjadi 4,20 persen.
Dan di tahun 2012 pemerintah Provinsi Bali menargetkan tingkat
kemiskinan Bali dapat menurun lagi menuju angka 3,62 persen, dan di tahun
2012 terealisasi 3,95 persen dari total penduduk Bali. Tahun 2013 tingkat
kemiskinan Bali 4,49 persen dan di tahun 2014 tingkat kemiskinan Bali
menembus angka 4,76 persen. Tingkat kemiskinan Provinsi Bali tahun 2008-
2014 dapat dilihat dalam table berikut.
Tabel Data Perkembangan Penduduk Miskin Di Provinsi Bali (Hasil Susenas) Tahun 2008 - 2014
TAHUN
PENDUDUK MISKIN
JUMLAH JIWA PERSENTASE + / -
JIWA PERSENTASE
2008 215.700 6,17 - -
10
2009 181.730 5,13 - 36.000 - 15,76%
2010 174.940 4,88 - 6.790 - 3,74%
2011 166.230 4,2 - 8.700 - 6,8%
2011*) 183.130 4,59 + 16.900 + 3,9 %
2012 168.780 4,18 - 14.350 - 4,1%
2012*) 160.950 3,95 - 7.830 - 2,3 %
2013 162.520 3,95 + 1.570 +0,97%
2013*) 182.770 4,49 + 24.000 + 14,77%
2014 185.200 4,53 + 2.430 + 1,33%
2014*) 195.950 4,76 + 10.750 + 0,23%
Sumber: BPMPD Prov. Bali 2014.
Penurunan jumlah penduduk
miskin merupakan indikasi
peningkatan kesejahteraan
masyarakat sebagai dampak
dari pembangunan ekonomi.
Pemerintah Provinsi Bali telah menjalankan beberapa program peningkatan
kesejahteraan seperti Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), Bedah
Rumah maupun Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri).
Grafik Tren Kemiskinan Bali 2011 - 2014
Sumber : BPS Provinsi Bali
Daerah perkotaan pada umumnya memiliki jumlah penduduk miskin
yang lebih banyak dibandingkan daerah perdesaan. Selisih jumlah penduduk
miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan pada Maret 2008 cukup tinggi
bahkan mencapai dua digit. Selisih jumlah penduduk miskin antara daerah
perkotaan dan perdesaan mengalami penurunan pada Maret 2009 yaitu
Keterangan : Periode bulan Maret dan *) Periode bulan September
Bedah Rumah
11
hanya 2,4 ribu orang. Pada Tahun 2010 terjadi pergeseran jumlah penduduk
miskin, dimana jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan mencapai 93,3
ribu orang sedangkan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan hanya
83,6 ribu orang. Tahun 2011 – Tahun 2013 jumlah penduduk miskin di
perkotaan kembali lebih banyak dibandingkan di perdesaan, begitu juga di
tahun 2014, dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik Perubahan Penduduk Miskin Provinsi Bali 2013-2014
1.5 Kunjungan Wisatawan Asing
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke
Bali pada bulan Desember 2014 mencapai 347.370. Angka ini naik sebesar
16,17 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan jika dibandingkan dengan bulan November 2014, jumlah wisman
naik sebesar 17,01 persen. Pada bulan Desember 2014, sebagian besar
wisman datang ke Bali melalui bandara. Jumlahnya mencapai 341.111 orang
(98,20 persen). Sedangkan yang melalui pelabuhan laut sebanyak 6.259
orang (1,80 persen). Dibandingkan dengan bulan yang sama tahun
sebelumnya, jumlah wisman yang datang melalui Bandara Ngurah Rai naik
sebesar 16,44 persen. Sedangkan bila dibandingkan dengan keadaan bulan
November 2014 kunjungan tersebut naik 16,08 persen. Wisman yang datang
melalui pelabuhan laut pada bulan Desember 2014 naik 107,39 persen
dibandingkan bulan November 2014 dan naik sebesar 3,42 persen
dibandingkan dengan keadaan bulan Desember 2013.
Tabel Kedatangan Wisman Langsung ke Bali Menurut Pintu Masuk tahun 2014
Sumber : BPS Prvinsi Bali, 2014
12
Sumber : BPS Provinsi Bali 2014.
Menurut kebangsaan, wisatawan yang paling banyak datang ke
Bali adalah dari negara Australia Tiongkok, Malaysia, Singapura, dan Jepang
dengan persentase masing-masing sebesar 27,88 persen, 13,51 persen, 7,90
persen, 6,86 persen, dan 6,29 persen. Tabel 2 menyajikan data sepuluh
Negara dengan jumlah wisman terbanyak yang berkunjung ke Bali pada
bulan Desember 2014.
Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel
berbintang di Bali pada bulan Desember 2014 mencapai 3,40 hari. Jika
dibandingkan pada tahun 2013 Rata-rata lama menginap tamu pada bulan
Desember 2013 yang mencapai 3,84 hari. Secara keseluruhan, rata-rata
lama menginap tamu Indonesia pada bulan Desember 2014 selama 3,05
hari, lebih rendah dibandingkan rata rata lama menginap tamu Asing yang
mencapai 3,60 hari. Menurut kabupaten/kota, rata-rata lama menginap tamu
tertinggi pada bulan Desember 2014 tercatat di Kabupaten Karangasem
selama 4,44 hari dan terendah terjadi di Kabupaten Buleleng, yaitu selama
1,84 hari.
Grafik Kunjungan Wisatawan ke Bali 2010-2014
13
Grafik di atas menunjukkan tingkat kunjungan wisatawan manca Negara
pada tahun 2014 sebanyak 3.418.652 orang (Data sampai dengan bulan
November 2014) dan apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 s/d bulan
yang sama, maka ada kenaikan sebesar 14,74 persen.
Pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa perkembangan
wisatawan manca Negara menurut Negara asal wisman dari tahun 2012-
2014, bahwa wisatawan manca Negara yang menduduki urutan pertama
jumlah nya yang berkunjung ke Bali adalah Australia, yang dari tahun 2012
sampai dengan 2014 terus mengalami peningkatan. Urutan kedua diduduki
oelh Negara China dan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 juga
mengalami peningkatan jumlah wisatawan nya yang berkunjung ke Bali. Dan
urutan ketiga diduduki Negara Jepang di tahun 2012 sampai dengan 2013,
namun di tahun 2014 mengalami penurunan jumlah wisatawan asal Negara
Jepang yang berkunjung ke Bali.
Lebih lengkap ditunjukkan jumlah kunjungan Wisatawan Manca
Negara menurut Negara dan rangking jumlah kunjungan sebagai berikut :
Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2012-2014
NEGARA 2012 (rank)
2013 (rank)
2014* (rank)
AUSTRALIA 823.821 (I) 826.385 (I) 893.873 (I)
CHINA 310.904 (II) 387.533 (II) 539.252 (II)
JEPANG 191.836 (III) 208.115 (III) 195.444 (IV)
MALAYSIA 179.947 (IV) 199.232 (IV) 197.052 (III)
SINGAPURA 120.982 (VI) 138.388 (V) 155.244 (V)
KOREA SELATAN 121.846 (V) 134.452 (VI) 131.975 (VI)
TAIWAN 96.128 (IX) 126.914 (VII) 106.236 (IX)
2010 2011 2012 2013 2014
2.493.058 2.756.579 2.892.019 3.278.598 3.418.652 4.646.343
5.675.121 6.063.558 6.976.536
Wisman Wisnus
14
PERANCIS 105.417 (VIII) 125.247 (VIII) 121.431 (VII)
INGGRIS 115.429 (VII) 122.406 (IX) 116.790 (VIII)
AMERIKA 94.610 (X) 105.863 (X) 100.400 (X)
JERMAN 85.331 (XI) 100.663 (XI) 98.486 (XI)
RUSIA 77.869 (XII) 79.337 (XII) 66.140 (XIII)
BELANDA 62.085 (XIII) 72.341 (XIII) 69.732 (XII)
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2014.
Dengan demikian Bali harus melakukan upaya
peningkatan kualitas, termasuk semua komponen
pariwisata yang ada di setiap objek wisata di
daerah. Terlebih ke depannya, Bali akan
menghadapi persaingan bisnis pariwisata yang
cukup ketat seiring era globalisasi.
Karena negara-negara yang selama ini memiliki objek wisata terus
menggenjot objek wisatanya agar lebih berkualitas dan bagus. Oleh karena
itu, warga masyarakat dan komponen pariwisata diharapkan harus bekerja
keras untuk menjadi destinasi utama kunjungan wisman. Sehingga dengan
upaya itu perekonomian Bali akan semakin hidup dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
1.6 Indeks Pembangunan Manusia
untuk memperbaiki indeks
pembangunan manusia (IPM) Bali dari
targetkan sebesar 72,53 dan terealisasi
menjadi sebesar 73,53 persen dan mampu
masuk sepuluh besar tingkat Nasional
dalam tahun 2013, di tahun 2014 IPM Bali
mencapai 74,11 masih lebih tinggi
dibandingkan dengan capaian Indonesia
sebesar 73,81. Secara rinci dapat di lihat
pada table berikut.
Tabel Indeks Pembangunan Manusia Indonesia, 2009 - 2013
PROPINSI
TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
ACEH 71.31 71.70 72.16 72.51 73.05
SUMATERA UTARA 73.80 74.19 74.65 75.13 75.55
SUMATERA BARAT 73.44 73.78 74.28 74.70 75.01
RIAU 75.60 76.07 76.53 76.90 77.25
JAMBI 72.45 72.74 73.30 73.78 74.35
15
SUMATERA SELATAN 72.61 72.95 73.42 73.99 74.36
BENGKULU 72.55 72.92 73.40 73.93 74.41
LAMPUNG 70.93 71.42 71.94 72.45 72.87
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 72.55 72.86 73.37 73.78 74.29
KEPULAUAN RIAU 74.54 75.07 75.78 76.20 76.56
DKI JAKARTA 77.36 77.60 77.97 78.33 78.59
16
JAWA BARAT 71.64 72.29 72.73 73.11 73.58
JAWA TENGAH 72.10 72.49 72.94 73.36 74.05
D I YOGYAKARTA 75.23 75.77 76.32 76.75 77.37
JAWA TIMUR 71.06 71.62 72.18 72.83 73.54
BANTEN 70.06 70.48 70.95 71.49 71.90
BALI 71.52 72.28 72.84 73.49 74.11
USA TENGGARA BARAT 64.66 65.20 66.23 66.89 67.73
NUSA TENGGARA TIMUR 66.60 67.26 67.75 68.28 68.77
KALIMANTAN BARAT 68.79 69.15 69.66 70.31 70.93
KALIMANTAN TENGAH 74.36 74.64 75.06 75.46 75.68
KALIMANTAN SELATAN 69.30 69.92 70.44 71.08 71.74
KALIMANTAN TIMUR 75.11 75.56 76.22 76.71 77.33
KALIMANTAN UTARA - - - - 74.72
SULAWESI UTARA 75.68 76.09 76.54 76.95 77.36
SULAWESI TENGAH 70.70 71.14 71.62 72.14 72.54
SULAWESI SELATAN 70.94 71.62 72.14 72.70 73.28
SULAWESI TENGGARA 69.52 70.00 70.55 71.05 71.73
GORONTALO 69.79 70.28 70.82 71.31 71.77
SULAWESI BARAT 69.18 69.64 70.11 70.73 71.41
MALUKU 70.96 71.42 71.87 72.42 72.70
MALUKU UTARA 68.63 69.03 69.47 69.98 70.63
PAPUA BARAT 68.58 69.15 69.65 70.22 70.62
PAPUA 64.53 64.94 65.36 65.86 66.25
INDONESIA 71.76 72.27 72.77 73.29 73.81
Sumber : BPS, 2014
Dalam penilaian IPM tersebut menyangkut berbagai aspek kehidupan,
antara lain bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan (daya beli)
dan kelestarian lingkungan. Sektor-sektor yang menentukan IPM tersebut kini
menjadi prioritas pembangunan di Bali dari sepuluh program unggulan yang
dicanangkan Pemerintah Provinsi Bali.
Secara konseptual Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah
indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks
harapan hidup, indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah),
dan indeks standar hidup layak. Walaupun tidak dapat mengungkapkan
semua dimensi pembangunan, IPM bisa digunakan sebagai salah satu
petunjuk untuk melihat apakah arah pembangunan yang telah dilakukan
sesuai dengan yang ditetapkan.
Tabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponennya Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2013
Human Development Index (HDI) and Its Component by Regency/City in Bali, 2013
Kabupaten/Kota AHH AMH RLS PDB IPM Reduksi
Regency/City LEB ALR MYS PPP HDI Shortfall
17
e0 (Rp 000) 2012-2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Jembrana 72.31 92.65 7.87 640.30 74.29 2.55
2. Tabanan 74.91 91.92 8.40 643.24 76.19 2.64
3. Badung 72.24 93.93 9.51 648.25 76.37 2.77
4. Gianyar 72.56 89.38 8.90 647.37 75.02 2.09
5. Klungkung 69.52 84.47 7.43 661.73 72.25 1.75
6. Bangli 72.18 85.91 6.70 645.69 72.28 1.68
7. Karangasem 68.32 76.94 5.90 657.79 68.47 2.01
8. Buleleng 70.00 90.53 7.55 643.38 72.54 2.17
9. Denpasar 73.46 97.95 11.05 652.54 79.41 2.86
B A L I 71.20 91.03 8.58 643.78 74.11 2.34
2012 70.84 90.17 8.57 640.86 73.49 2.41
2011 70.78 89.17 8.35 637.86 72.84 2.00
2010 70.72 88.40 8.21 634.67 72.28 1.71
2009 70.67 87.22 7.83 632.15 71.52 1.84
Keterangan / Note:
AHH = Angka Harapan Hidup / Life Expectancy at Birth (e0)
AMH = Angka Melek Huruf / Adult Literacy Rate
RLS = Rata-rata Lama Sekolah / Mean Years of Schooling
PDB = Paritas Daya Beli / Purchasing Power Parity
1.8 Pendapatan Asli Daerah
Pemerintah Provinsi Bali di Tahun 2014 membukukan pendapatan
asli daerah senilai Rp. 2,4 triliun, meningkat tipis 9,09% dibandingkan dengan
realisasi 2013, Rp. 2,2 triliun. umber pendapatan asli daerah (P D) ali
pada tahun lalu dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Rp.857,3 miliar, Pajak
Bea Balik Nomor Kendaraan Bermotor (PBBNKB) Rp.1,18 triliun, dan pajak
bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) Rp349 miliar. Realisasi pajak
daerah pada tahun lalu melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp.2,18
triliun. Realisasi itu merupakan hasil bersama dalam upaya meningkatkan
perolehan pendapatan asli daerah. Bahwa kendaraan bermotor menjadi
penopang utama pajak bagi kas Pemerintah Provinsi Bali setelah pajak air
bawah tanah (ABT) dan beberapa pajak lainnya diserahkan ke
kabupaten/kota. Kebijakan Pemerintah Provinsi Bali menerapkan pajak
progresif bagi pemilik roda empat turut memberikan andil meskipun nilainya
masih kecil.
Selama Tahun 2014 Pemerintah Provinsi Bali juga melakukan
perbaikan layanan agar masyarakat lebih mudah membayar pajak kendaraan
bermotor seperti layanan samsat online. Berbagai upaya tersebut, terbukti
mampu meningkatkan pemasukan terhadap kas daerah. Di Tahun 2015
Pemerintah Provinsi Bali menargetkan pendapatan dari sektor pajak daerah
untuk sementara ditetapkan sama seperti realisasi tahun lalu Rp. 2,4 triliun.
18
Sebetulnya target itu sudah ditetapkan di APBD Bali 2015, tetapi Pemerintah
Provinsi Bali berencana merevisi target PBBKB sehingga nilai total target
akan ikut menyesuaikan, dan yakin realisasi akan melebihi target. Optimisme
itu ditopang rencana memberikan pelayanan lebih baik bagi masyarakat
untuk membayar pajak mereka. Dicontohkan Dinas Pendapatan Darah
Provinsi Bali dalam proses menerapkan sistem pembayaran pajak kendaraan
bermotor menggunakan e-banking bekerja sama dengan Bank
Pembangunan Daerah Bali. Dengan kerja sama ini diharapkan akan
memberikan kemudahan bagi masyarakat membayar pajak kendaraan
bermotor, karena tidak perlu antre lagi dan langsung berhubungan dengan
mesin ATM.
Ditargetkan kerja sama itu terealisasi pada tahun 2015 sehingga
dapat langsung diimplementasikan. Khusus di daerah-daerah pinggiran,
Pemerintah Provinsi Bali juga akan menambah layanan kantor samsat
pembantu di Gilimanuk, Kabupaten Buleleng dan Pupuan Kabupaten
Tabanan. Upaya lain yang saat ini tengah dikejar adalah pengoptimalan aset-
aset milik Pemerintah Provinsi Bali guna menghasilkan pendapatan lebih
besar, bekerja sama dengan Perusda Bali. Perusahaan Daerah akan
menggandeng investor untuk mengembangkan lahan milik Pemerintah
Provinsi Bali Bali di Renon, Denpasar menjadi pusat bisnis guna
meningkatkan pendapatan asli daerah. Di lokasi itu terdapat lahan seluas 4
Ha yang dimiliki Pemerintah Provinsi Bali, tetapi selama ini belum
dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan pendapatan daerah.
Rencananya pusat bisnis yang akan dibangun berkonsep seperti trans studio,
serta terdapat tenant-tenant yang menyediakan fasilitas bagi kalangan
masyarakat menengah atas. terdapat dua investor yang menyatakan
kesiapannya menanamkan dana senilai Rp.195 miliar untuk pembangunan di
lahan mangkrak yang berlokasi dikawasan Civic Centre tersebut.
2. Capaian Indikator Kinerja Utama dalam Dokumen Penetapan Kinerja
Realisasi pelaksanaan Indikator Kinerja Utama Pemerintah Provinsi
Bali terdiri dari 10 (Sepuluh) aspek yang menjadi prioritas pembangunan
daerah Bali menuju Target RPJMD Provinsi Bali Tahun 2014 dapat disajikan
dalam table terlampir, dan pencapaian sasaran dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Sasaran : Meningkatnya Insfrastruktur Wilayah
Pembangunan infrastruktur jalan mendapat perhatian serius
Pemerintah Provinsi Bali, sebab ketersediaan prasarana jalan yang baik dan
berkualitas menjadi syarat mutlak dalam upaya memajukan perekonomian
19
Pulau Bali. Lebih dari itu, jalan yang berkualitas merupakan salah satu faktor
pendukung pembangunan sektor pariwisata.
Tidak semua jalan di Bali ini statusnya Jalan Provinsi. Ada juga jalan nasional
dan kabupaten. Sesuai dengan data Dinas PU Bali, panjang ruas jalan
provinsi hingga saat ini 860, 53 KM dan tersebar di sembilan kabupaten/kota.
Dari total ruas jalan provinsi tersebut, sepanjang 35,505 KM dilakukan
peningkatan jalan, sementara sisanya mendapat pemeliharaan rutin.
Berdasarkan fungsinya,
jaringan jalan dapat dibedakan atas
jalan arteri, jalan kolektor dan jalan
lokal. Panjang jaringan jalan arteri di
Bali sampai tahun 2012 adalah jalan
Arteri 419,89 km, jalan kolektor I 169,53
Km dan Kolektor II 462 km dan jalan
lokal 421,07 km. Berdasarkan jenis
permukaan, seluruh panjang jalan
nasional telah beraspal, dan jalan
Provinsi yang beraspal 875,57 km, jalan
tanah 7,50 km.
Sedangkan jalan kabupaten yang beraspal 5332,30 Km, jalan kerikil 175,09
km dan 458,34 Km jalan tanah. Dengan kondisi topografi daerah Bali yang
banyak terdapat aliran sungai, maka agar prasarana jalan menjadi satu
kesatuan sistem jaringan, prasarana jalan tersebut memerlukan adanya
bangunan jembatan.
Jumlah seluruh jembatan di Bali
sebanyak 826 buah dengan panjang
bentang jembatan 15.984,78 meter,
terdiri dari jembatan nasional 222 buah
dengan panjang bentang 5.211,24
meter, jembatan provinsi 137 buah
dengan panjang bentang 3.503,70
meter dan jembatan kabupaten 467
buah dengan panjang bentang
7.269,84 meter.
Pencapaian prioritas Peningkatan Pembangunan Infrastruktur
Wilayah Bali Tahun 2014 disampaikan pada Tabel berikut.
Tabel Capaian Sasaran Meningkatnya Insfrastruktur Wilayah
No.
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2013
2014 Target akhir tahun
renstra
Capaian s/d 2013
trhdp 2018
Target
Realisasi
%
Jalan Tol Bali Mandara
Gambar : Jembatan Tukad Bakung di Kab. Badung
20
2018 (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Proporsi panjang jaringan jalan provinsi dlm kondisi baik
81,66% 83,54% 94,23%
2. Rasio jaringan irigasi
53,2 55 75
3. Prosentrase rumah tinggal bersanitasi
62,41% 63,66% 68,91%
4. Rasio tempat pembuangan sampah
79,36 79.45/100.000 pddk
80
5. Drainase dalam kondisi baik
70 buah 70 buah 100 buah
6. Luas irigasi kab. Dalam kondisi baik
98,53 98,53 100
Menyadari hal tersebut, pada tahun anggaran 2013 ini Pemerintah
Provinsi Bali melalui Dinas PU mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 164,96
Milyar untuk penanganan infrastruktur jalan.
Alokasi dana sebesar itu antara lain dimanfaatkan untuk
pemeliharaan jalan provinsi sebesar Rp. 71,81 milyar lebih atau sebesar
43,53 persen, peningkatan jalan sebesar Rp. 88,01 milyar lebih atau 53,35
persen. Dana juga dialokasikan untuk perencanaan dan pengawasan tehnik
jalan dan jembatan Rp. 4,54 milyar lebih serta koordinasi dan pemeliharaan
peralatan sebesar Rp. 589,3 juta.
2. Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran
Visi Bali Mandara Jilid II sebagai konsepsi pembangunan, yang
menjadi pijakan program pembangunan daerah Bali memasuki jilid kedua.
Evaluasi tengah pula dilaksanakan dalam berbagai bentuk secara
komprehensif, sehingga secara gamblang ditemukan berbagai keunggulan
dan kelemahan program dan penjabarannya di lapangan.
Tabel Pencapaian Sasaran Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran
No.
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2013
2014 Target akhir tahun
renstra 2018
Capaian s/d 2013
trhdp 2018 (%)
Target
Realisasi
%
1 2 3 4 5 6 7 8
21
1. Prosentase penduduk miskin
3,95% 3,90% 4,76% 0,77% 3,75%
2. Tingkat Pengangguran
2,11% 1,95% 1,76%
3. Rasio penduduk yang bekerja
98,11% 98,36% 99,5%
4. Tingkat partisipasi angkatan kerja
78,91% 80% 79%
5. Angka sengketa pengusaha-pengusaha
2,11% 2% 1%
6. Pencari kerja yang ditempatkan
64,79% 70% 100%
Pelaksanaan 10 (sepuluh)
prioritas pembanguan Bali yang
diperjanjikan dalam Penetapan Kinerja
Provinsi Bali Tahun 2014, diupayakan
semakin menyentuh kebutuhan
masyarakat. Kemiskinan menjadi
perhatian serius dan fokus arah kebijakan
Pemerintah Provinsi Bali.
Indikator Persentase Penduduk Miskin
Kemiskinan dapat dikatakan sebagai salah satu penyakit
pembangunan yang paling sulit untuk dientaskan, terlebih di negara yang
belum bisa dikatakan maju seperti Indonesia. Provinsi Bali sebagai bagian
integral dari NKRI juga menghadapi masalah yang sama. Namun demikian,
realita kemiskinan di Bali bisa dikatakan jauh lebih baik ketimbang daerah lain
di Indonesia. Kondisi ini salah satunya tercermin dari rendahnya angka
kemiskinan di Bali jika dibanding rata-rata nasional. Bali bahkan menjadi
daerah dengan angka kemiskinan terendah kedua setelah DKI Jakarta.
Kemiskinan merupakan muara dari beberapa permasalahan lainnya yang
ada, seperti pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itu ketiga ranah
permasalahan tersebut harus ditangani secara simultan, tidak bisa sektoral
dan terpisah. Salah program dan kegiatan utama yang dilaksanakan oleh
pemerintah Provinsi Bali, antara lain :
a. Kegiatan Gerbangsadu dimulai tahun 2012, untuk mengakselerasi
percepatan penanggulangan kemiskinan, peningkatan kualitas hidup,
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
22
Pemerintah Provinsi Bali untuk mengakselerasi percepatan pengentasan
kemiskinan melalui pembangunan infrastruktur dan sosial ekonomi
masyarakat diperdesaan dengan berbasis pada sumber daya lokal,
mengangkat potensi desa, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Desa. Satu Desa
dialokasikan dana pembangunan Rp 1 milyar 20 juta. menyasar 82 Desa
dan di tahun 2013 menyasar 45 Desa, dan di tahun 2014 menyasar 50
Desa.
Gerbangsadu ini bertujuan :
Menumbuhkan kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan sumber
daya alam dan secara bertahap mampu membangun diri secara
mandiri
Menyediakan prasarana dan sarana peningkatan usaha ekonomi
Meningkatkan dan mengembangkan usaha ekonomi mikro untuk
mengurangi pengangguran
Meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan ekonomi masyarakat.
Secara rinci Desa berdasarkan Kabupaten/Kota se Bali yang disasar
program Gerbangsadu, sebagai berikut :
23
Program menyasar pada desa-
desa dengan tingkat kemiskinan
di atas 35%. Di Bali terdapat 82
desa dengan kondisi seperti
kondisi tersebut. Satu Desa
dialokasikan dana
pembangunan Rp. 1 milyar,
dengan kegiatan yang secara
umum diarahkan pada :
1. Penyaluran Kredit dan Pembangunan Modal BUMDes.
2. Peningkatan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pedesaan.
Pada APBD Induk Tahun 2012, dialokasikan tahap pertama bantuan pada 5
desa sebagai pilot project.
Kegiatan yang boleh dibiayai :
Penyaluran kredit dan Pengembangan Modal BUMDes :
Masyarakat miskin yang menggunakan pinjaman dari BUMDes dikenakan
bunga 1 % tanpa anggunan sedangkan,
Masyarakat yang tidak termasuk miskin, bunga yang dikenakan sesuai
dengan kesepakatan masyarakat melalui musyawarah desa.
Bunga pinjaman yang dikenakan kepada masyarakat disesuaikan dengan
kegiatan usaha yang dilaksanakan, contoh ;
Apabila dipergunakan untuk usaha penggemukan sapi masyarakat tidak
dikenakan bunga bulanan akan tetapi bunga dan modal akan dibayarkan
setelah sapi terjuali.
Masyarakat yang usahanya berpenghasilan harian akan dikenakan bunga
bulan/reguler.
Peningkatan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Perdesaan.
24
a. Infrastuktur Transportasi; jalan produksi, jembatan.
b. Peningkatan Produksi Pertanian; irigasi tersier diluar inventaris Dinas
PU.
c. Peningkatan Pemasaran ; Pasar Desa, Gudang Produksi, dan lantai
jemur ;
d. Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan : Perpipaan bak penampungan air
bersih, sumur pompa tangan, dan hidran umum; sedangkan untuk
sanitasi, termasuk didalamnya adalah kamar mandi umum (Prasarana
mandi, cuci, dan kakus MCK) dan drainase.
e. Pendidikan : Penyediaan Sarana Ruang Belajar Masyarakat (RBM) dan
Teknologi Tepat Guna.
f. Kesehatan : Pembangunan/Rehabilitasi Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) dan
g. Pengadaan Sarana Pos Pelyanan Terpadu (Posyandu).
Kegiatan Gerbang Sadu Mandara yang direncanakan, dilaksanakan dan
didanai dari APBD Perubahan Provinsi Bali melalui Bantuan Keuangan
Khusus (BKK) GERBANG SADU MANDARA ke Desa dan Kelurahan sebesar
Rp. 1.020.000.000,- (satu milyar dua puluh juta rupiah) untuk masing-masing
desa dan kelurahan. Dana GSM dikelola/dipergunakan untuk membiayai
Kegiatan Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Perdesaan dan
Kelurahan masksimal sebanyak Rp. 200.000.000,- (20 %) dan
Pengembangan Usaha Perekonomian Masyarakat Perdesaan dan Kelurahan
khususnya penduduk miskin sebesar Rp. 800.000.000,- (80 %) dan dana Rp.
20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) untuk masing-masing desa dan
kelurahan dipergunakan untuk dana operasional pelaksanaan kegiatan GSM.
Tabel Pelaksanaan Alokasi Dana Gerbangsadu Tahun 2011-2014
Sumber : Bappeda Provinsi Bali, 2013
b. Bedah Rumah
Pemerintah Provinsi Bali, juga melaksanakan program pengentasan
kemiskinan, yaitu melakukan Bedah Rumah. Bahwa masih banyak
masyarakat Bali tinggal di rumah yang sangat tidak layak huni. Berangkat dari
kenyataan tersebut, langsung menetapkan program bedah rumah sebagai
2009 2010 2011 2012 2013
GERBANGSADU Desa 82 45
PROGRAM SATUANCAPAIAN PADA TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013 2014
GERBANGSADU 5,10 78,54 102,00 53,79
PROGRAMAlokasi Dana (Rp. Milyar)
25
salah satu yang mendapat etensi khusus untuk merehab sekitar 11 ribu
rumah tak layak huni yang terdata pada tahun 2008.
Karena rumah merupakan salah satu faktor yang membuat sebuah
rumah tangga bisa diketegorikan miskin. Bedah rumah merupakan salah satu
upaya untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan. Program ini
bertujuan agar keluarga miskin bisa memiliki rumah yang layak huni sehingga
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal.
Bedah rumah diprioritaskan bagi masyarakat yang memenuhi kriteria
antara lain, masuk dalam daftar RTS (Rumah Tangga Sasaran), status tanah
yang ditempati adalah hal milik serta kondisi fisik rumahnya tak layak huni.
Untuk mempercepat penuntasan program bedah rumah, Pemerintah Provinsi
Bali berharap agar semua komponen, termasuk orang Bali yang mampu
secara ekonomi, ikut mengulurkan tangan guna membantu saudara-saudara
kita. Sebab, Pemerintah Provinsi Bali tak mungkin bekerja sendiri dalam
mempercepat penuntasan program bedah rumah ini. Dengan kemampuan
APBD yang dimiliki, Pemerintah Provinsi Bali tak mungkin jalan sendiri dalam
menyelesaikan program bedah rumah ini.
Untuk itu, dalam pelaksanaan program bedah rumah, Pemerintah
Provinsi Bali bersinergi dengan pemerintah Kabupaten/Kota dan juga
kalangan swasta melalui Corporate Social Responsibility (CSR). Melalui
sinergi sejumlah komponen tersebut, sampai akhir tahun 2011, sebanyak
5.000 unit rumah tak layak huni berhasil direhab. Pada tahun 2012, 1.945 unit
rumah yang diperbaiki, dan tahun 2013 terealisasi 1.669 unit rumah yang
diperbaiki, dan di tahun 2014 sebanyak 1.537 rumah, dan sampai tahun 2014
ini secara total rumah tidak layak huni yang telah diperbaiki sebanyak 7.584
unit rumah dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel Capaian Bedah Rumah Provinsi Bali 2010 – 2014 dan Alokasi
Anggaran
26
Sumber : Bappeda Provinsi Bali, 2013
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pelaksanan bedah rumah
mendapat alokasi dana yang terus meningkat, kecuali tahun 2014 terjadi
penurunan dibandingkan dengan capaian tahun 2013. Jika rumah
masyarakat kurang mampu sudah diperbaiki, otomatis sejumlah faktor
kemiskinan bisa dihapus. Pemerintah Provinsi Bali tetap berharap dukungan
dari semua komponen masyarakat dalam menuntaskan program bedah
rumah ini. Bahkan Pemerintah Provinsi Bali juga menggugah kepedulian
masyarakat yang mampu untuk menyisihkan rejeki dalam program bedah
rumah ini.
Indikator Tingkat pengangguran
Tingkat pengangguran di
Provinsi Bali mengalami
penurunan dari 41.820 orang atau
1,83 persen pada bulan Agustus
2013 menjadi 33.030 orang atau
1,37 persen pada Pebruari 2014.
Penurunan ini menjadi prestasi
yang baik bagi situasi
ketenagakerjaan di Bali karena
2009 2010 2011 2012 2013 2014
BEDAH RUMAH 24,57 32,61 43,30 55,00 48,45
PROGRAMAlokasi Dana (Rp. Milyar)
27
angka ini adalah terendah secara
nasional yang mencapai 6,25
persen.
Untuk terus menekan angka pengangguran di Bali salah satunya melalui
pelaksanaan kegiatan Job Fair. Pemerintah Provinsi Bali berkomitmen untuk
menyiapkan sumber daya manusia atau tenaga kerja Bali yang siap bersaing
dalam tataran global dan senantiasa mendorong perluasan lapangan kerja
melalui peningkatan keberadaan wirausaha-wirausaha muda (enterpreneur),
namun hal itu harus didukung semua pemangku kepentingan seperti
Lembaga Pelatihan, Lembaga Pelatihan Kerja, Lembaga Sertifikasi serta
pihak swasta. Lebih jauh disampaikan menjelang pelaksanaan AFTA (Asean
Free Trade Area) tahun 2015 akan membuat persaingan kehidupan akan
semakin ketat, terlebih dalam peluang persaingan kerja. Tidak dapat hindari,
dengan pemberlakuan ini akan terjadi persaingan dengan naker-naker asing
yang mungkin lebih berkualitas untuk bekerja didaerah kita, tantangan ini
harus kita jawab dengan mempersiapkan diri melalui kompetensi kerja
berbasis kepada penguasaan bahasa asing, iptek yang ditunjang oleh
sertifikasi, sehingga tidak menjadi penonton dirumah kita sendiri, namun
kegiatan ini perlu melakukan peningkatan kualitas layanan dan
penyelenggaraan serta meningkatkan kuantitas kepesertaan perusahaan
yang berpartisipasi dan seluruh lapisan masyarakat khususnya para generasi
muda pencari kerja diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan
sebaik-baiknya.
Job Fair ini diikuti 50 perusahaan berskala
lokal maupun nasional dengan lokasi
penempatan tenaga kerja regional Bali dan
luar negeri. Kegiatan ini menyediakan
lowongan kerja berbagai sektor lapangan
usaha dengan kualifikasi tingkat
pendidikan setingkat SMU/sederajat
sampai sarjana berbagai disiplin ilmu.
Dan pengujung yang menghadiri kegiatan
ini sudah mencapai 800 orang.
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2013 mencapai
2.396,37 ribu orang, bertambah sebanyak 80,34 ribu orang dibanding
angkatan kerja Agustus 2012 (2.316,03 ribu orang) atau bertambah sebanyak
88,82 ribu orang dibanding angkatan kerja Februari 2012 (2.307,55 ribu
orang). Jumlah penduduk yang bekerja di Bali pada tahun 2013 mencapai
2.350,99 ribu orang, bertambah sebanyak 82,28 ribu orang dibanding
28
keadaan pada tahun 2012 (2.268,71 ribu orang) atau bertambah sebanyak
92,04 ribu orang dibanding keadaan Februari 2012 (2.258,95 ribu orang).
3. Sasaran : Meningkatnya Akses dan Mutu Pendidikan
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemerataan
kesempatan belajar bagi masyarakat dan meningkatkan mutu pendidikan
pada semua jenjang, jalur dan jenis pendidikan. Upaya-upaya tersebut
dilakukan karena pendidikan merupakan salah satu usaha yang sangat
strategis untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar mampu
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, berahlak mulia, berbudi
pekerti luhur, serta memiliki kesehatan jasmani dan rohani.
Tabel Pencapaian Sasaran Meningkatnya Akses dan Mutu Pendidikan
No.
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2013 (%)
2014 Target akhir tahun
renstra 2018 (%)
Capaian s/d 2013
trhdp 2018 (%)
Target
(%)
Realisasi
(%)
%
1 2 3 4 5 6 7 8
1. APK SD Sederajat
108,52 108,95 107,97 99,10 112 96,40
2. APM SD Sederajad 98,60 98,60 97,21 98,59 100 97,21
3. APK SMP Sederajad 103,51 104,25 106,74 102,39 110 97,04
4. APM SMP Sederajad 82,89 83,90 86,85 103,52 90 96,50
5. APK SMA Sederajad 87,44 89 101,40 113,93 95 106,74
6. APM SMA Sederajad 65,98 67,20 76,13 113,29 80 95,16
7. Persentase guru yang sudah memenuhi kwalifikasi S1/D4
70 75 78,00 104,00 95 82,11
8. Angka Melek Huruf 89,17 89,42 95,48 106,78 90,42 105,60
9. Angka rata-rata lama sekolah
8,62 8,87 8,40 94,70 9,87 85,11
10. Persentase Guru yang sudah sertifikasi
52,8 56,25 54 96,00 60 90,00
11. Persentase penurunan angka buta aksara penduduk usia 15-59 tahun.
5,22 6,64 4,52 68,07 3 50,67
Indikator Pendidikan
Untuk melihat perkembangan tingkat kesejahteraan sosial di Provinsi
Bali khususnya terkait dengan pelayanan pendidikan, dapat dilakukan melalui
analisis kinerja terhadap beberapa indikator pendidikan yaitu: angka melek
huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka
pendidikan yang ditamatkan, dan angka partisipasi murni
1) Angka Melek Huruf (AMH)
29
Berdasarkan data Disdikpora. Prov. Bali 2014, terkait dengan
pelaksanaan program pemberantasan buta aksara di Provinsi Bali terlihat
jelas bahwa AMH tahun 2013 mencapai 94,78% kemudian Disdikpora. Prov.
Bali ditahun 2014 mentargetkan capaian kinerja sebesar 89,42% ternyata
realisasi lapangan mencapai 95,48%. Jika, diformulasi pada capaian prestasi
kerja tahun 2014 ternyata ada progres peningkatan jumlah penduduk yang
mengikuti program melek huruf sebesar 6,06% atau Disdikpora. Prov. Bali
mampu mencapai prestasi kerja sampai 106,78%. Sehingga capaian progres
pekerjaan program melek huruf sampai dengan 2013 terhadap Renstra 2018
adalah sebesar 98,43%. Tentu ini sebuah prestasi pekerjaan penanganan
melek huruf di Provinsi Bali berjalan sangat efektif. Keberhasilan ini jelas
disebabkan adanya kontribusi Kabupaten/Kota untuk melakukan pekerjaan
yang sama. Lihat Tabel berikut:
Tabel capaian kinerja program melek huruf tahun 2014
Secara nasional AMH Provinsi Bali menduduki peringkat ke-27,
peringkat ini masih cukup jauh dengan rata-rata nasional. Namun demikian
jika dibandingkan dengan Provinsi tetangga maka Provinsi Bali masih lebih
tinggi dari Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara
Timur. Angka Melek Huruf Provinsi NTT mencapai 88,59 persen, Jawa Timur
(88,52 persen) dan NTB baru mencapai 83,24 persen. Meskipun angka
melek huruf di Provinsi Bali lebih rendah dari nasional tetapi dari segi
perkembangan kecepatan keberhasilan program pendidikan masih lebih
tinggi di Provinsi Bali. Hal ini dapat dilihat pada Tabel perkembangan berikut:
Tabel perkembangan angka melek huruf usia 15-59 tahun
periode 2010-2014
No Kab/Kota Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1. Jembrana 95,59 95,09 96,01 97,83 98,53
2. Tabanan 95,99 96,56 96,26 96,40 97,10
3. Badung 96,62 95,70 95,76 97,13 97,83
4. Gianyar 92,87 94,09 96,56 95,47 96,17
5. Klungkung 89,13 90,06 91,67 92,05 92,75
6. Bangli 89,75 91,09 91,45 93,13 93,83
7. Karangasem 82,03 81,48 85,83 86,81 87,91
8. Buleleng 92,25 92,42 93,94 95,32 96,02
9. Denpasar 98,60 97,75 98,71 98,91 99,61
Provinsi 92,54 92,69 94,02 94,78 95,48
2) Rata-Rata Lama Sekolah (MYS)
Sebagai bayangan terkait dengan dinamika pertumbuhan rata-rata
lama sekolah pada tahun 2011 di Provinsi Bali mencapai 8,35 tahun atau
Capaian Tahun 2013 (%)
Tahun 2014 Renstra
2018
Capaian s/d 2013 trhdp
2018 (%)
Target Realisasi %
94,78 89,42 95,48 106,78 97
98,43
30
setara dengan sekolah kelas tiga SLTP namun tidak tamat. Sedangkan untuk
rata-rata nasional pada tahun 2011 baru mencapai 7,94 tahun atau baru
duduk dikelas dua SLTP. Capaian yang cukup menggembirakan lainnya
ditunjukan dengan tingginya tingkat perkembangan (reduksi shortfall) rata-
rata lama sekolah di Provinsi Bali jika dibandingkan dengan nasional. Selama
kurun waktu 2008-2011 tingkat perkembangan rata-rata lama sekolah di
Provinsi Bali mencapai 2,04 tahun sedangkan untuk tingkat nasional
mencapai 1,84 tahun.
Hal yang cukup menggembirakan terkait dengan perkembangan
rata-rata lama sekolah dalam rentang waktu 2 tahun periode 2011-2013 yakni
telah terjadi pertumbuhan sebesar rata-rata 0,23 tahun. Artinya, pada tahun
2013 rata-rata penduduk Provinsi Bali telah menempuh pendidikan selama
8,58 tahun. Sehingga capaian target rata-rata penduduk Provinsi Bali
berpendidikan 9 tahun (tamat SMP) tinggal lagi 0,42 tahun.
Namun, secara faktual angka tersebut turun lagi yakni dari rata-rata
lama pendidikan 8,58 ditahun 2013 menjadi 8,4 ditahun 2014 ada penurunan
sebesar 0,18. Angka itu juga menunjukan bahwa target yang ditetapkan
sebesar 8,87 juga tidak tercapai. Lihat Tabel berikut!
Tabel...
Capaian kinerja indikator rata-rata lama sekolah
Hal yang menyebabkan terjadinya kenaikan atau penurunan angka
rata-rata lama sekolah antara lain pertumbuhan penduduk usia muda atau
lebih mendasar lagi disebabkan oleh angka kelahiran penduduk yang
berfluktuaktif. Sehingga Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
(Disdikpora) Provinsi Bali harus cermat menyikapi setiap perubahan,
perkembangan ataupun pertumbuhan penduduk. Berpatokan pada prestasi
kerja tahun 2014 maka Disdikpora. Prov. Bali tetap optimis tercapainya angka
rata-rata lama sekolah sebesar 9,12 pada tahun 2015.
Provinsi Bali juga patut berbangga atas capaian prestasi rata-rata
lama sekolah penduduk sebesar 8,4 jika dibandingkan dengan Provinsi
tetangga yaitu Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
NO Kondisi Kinerja Awal Periode RPJMD*
Capaian 2013
Target Capaian Kinerja Tahun 2014 TARGET SETIAP TAHUN
Target Capaian Kinerja Tahun 2014
Realisasi
2015 2016 2017 2018
1. 8.62 8.58 8.87 8.4 9.12 9.37 9.62 9.87
31
cukup jauh perbedaanya. Bahkan ketiga Provinsi tetangga masih dibawah
nasional sedangkan di Provinsi Bali sudah berada di atas nasional. Untuk
Provinsi Jawa Timur capaian angka rata-rata lama sekolah mencapai 7,34
tahun; NTB (6,99 tahun) dan Provinsi NTT mencapai 6,97 tahun.
3) Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka partisipasi kasar (APK) merupakan salah satu indikator kinerja
utama dalam melihat keberhasilan program-program pendidikan yang telah
dilakukan di Provinsi Bali. Perkembangan pendidikan dipengaruhi beberapa
faktor seperti adanya sarana dan prasarana sekolah, kondisi ekonomi dan
sosial budaya masyarakat. Sarana dan prasarana sekolah yang memadai
baik jumlah maupun kualitasnya serta lokasi yang tepat akan memudahkan
bagi masyarakat dalam mengakses layanan pendidikan. Kondisi ekonomi
yang baik akan berpengaruh pada kemampuan masyarakat sehingga mampu
menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Berikut ini disajikan grafik perkembangan APK untuk masing-masing
jenjang satuan pendidikan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA.
2009 2010 2011 2012 2013 2014
APK 114,09 118,40 118,96 108,52 107,89 108,31
APK SD/MI/PAKET A
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Prov. Bali 2014
32
Dari berbagai program dan kegiatan bidang pendidikan di Provinsi
Bali selama kurun waktu 5 (lima) tahun ini mencapai hasil cukup
menggembirakan, terindikasi dari capaian Angka partisipasi kasar (APK)
tingkat SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B, dan SMA/SMK/MA/Paket C,
mendapat nilai yang positif dan selalu lebih baik dari Target Nasional maupun
dengan Provinsi lainnya.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, ternyata angka
partisipasi kasar (APK) untuk tingkat SD/MI/Paket A dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2014 adalah sebesar 114,09; 118,40; 118,96; 108,52; 107,89;
2009 2010 2011 2012 2013 2014
APK 106,59 106,80 108,54 103,51 106,73 106,62
APK SMP/MTs/PAKET B
2009 2010 2011 2012 2013 2014
APK 81,90 77,18 85,31 87,44 92,40 101,40
APK SMA/MA/SMK/PAKET C
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Prov. Bali 2014
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Prov. Bali 2014
33
dan 108,31. Sedangkan angka partisipasi kasar (APK) untuk tingkat
SMP/MTs/Paket B dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 adalah
sebesar 106,59; 106,80; 108,54; 103,51; 106,73; dan 106,62. Angka
partisipasi kasar (APK) untuk tingkat SMA/SMK/MA/Paket C dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2014 adalah berturut-turut sebesar 81,90; 77,18; 85,31;
87,44; 92,40; dan 101,40.
Kondisi Angka partisipasi kasar (APK) tingkat SD di Provinsi Bali dari
tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 dapat dikatakan sangat tinggi, rata-
rata hampir mendekati angka 100. Hal ini menunjukan bahwa aspek
pemerataan dan peningkatan akses pendidikan yang telah dilakukan selama
ini berhasil dengan baik, sehingga peningkatkan minat masyarakat Bali
dalam menempuh pendidikan di tingkat Sekolah Dasar menjadi sangat tinggi.
Demikian pula dengan kondisi angka partisipasi kasar di tingkat SMP dan
SMA di Provinsi Bali dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 menunjukan
peningkatan yang signifikan.
Angka Partisipasi Murni (APM)
2009 2010 2011 2012 2013 2014
APM 101,67 101,44 102,19 95,93 95,29 98,20
APM SD/MI/PAKET A
34
Angka partispasi murni (APM), merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan di tingkat tertentu. Seperti Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka
Partisipasi Murni (APM) juga merupakan indikator daya serap penduduk usia
sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi jika dibandingkan dengan APK,
APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat
partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang
sesuai dengan standar tersebut.
Angka partisipasi murni (APM) di suatu jenjang pendidikan didapat
dengan membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang
bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan
jenjang sekolah tersebut. Berdasarkan data hasil evaluasi yang telah
dilakukan, Angka partisipasi murni (APM) untuk tingkat SD/MI/Paket A dari
2009 2010 2011 2012 2013 2014
APM 78,73 82,61 84,88 82,89 85,24 87,66
APM SMP/MTs/PAKET B
2009 2010 2011 2012 2013 2014
APM 60,79 57,08 60,00 65,98 77,51 76,13
APM SMA/MA/SMK/PAKET C
35
tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 secara beruturut-turut 101,67;
101,44; 102,19; 95,93; 95,29; dan 98,20 itu menunjukkan adanya sedikit
berfluktuasi. Hal yang menggembirakan justru terjadi pada tahun 2009, 2010
dan 2011 dengan capaian APM rata-rata diatas 100%. Namun, sangat
disayangkan penurunan terjadi antara tahun 2012, 2013, dan 2014 dengan
capaian APM kurang dari 100%. Hal itu mengindikasikan ada anak-anak
yang berumur 7-12 tahun (usia sekolah SD/MI) tidak bersekolah SD/MI
besarannyapun berkisar rata-rata 3,53%.
APM untuk tingkat SMP/MTs/Paket B dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2014 benar-benar mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu
berturut-turut 78,73; 82,61; 84,88; 82,89; 85,24; dan 87,66. hanya terjadi
penurunan ditahun 2011 ke 2012 sebesar -1,99 dan selanjutnya ditahun-
tahun 2013 dan 2104 APM stabil meningkat rata-rata 2,38. Untuk satuan
jenjang pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C angka partisipasi murni (APM)
tingkat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 juga mengalami
pertumbuhan yang sedikit berfluktuasi antara tahun 2009 ke tahun 2010
namun antara tahun 2010 sampai tahun 2014 APM SMA/SMK/MA/Paket C
menunjukan tren yang meningkat cukup signifikan. Secara berturut-turut
pertumbuhan APM periode waktu 2009-2014 yaitu 60,79; 57,08; 60,00;
65,98; 77,51; dan 76,13. Ini artinya bahwa penduduk usia 15-18 tahun
semakin berminat untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu. Sehingga
angka partisipasi murni (APM) akan terus meningkat. Seiring pula dengan
gerakan pemerintah Provinsi Bali yang menargetkan agar rata-rata lama
sekolah penduduk adalah 12 tahun.
4. Sasaran : Meningkatnya Akses dan Mutu Kesehatan
Tabel Pencapaian Sasaran Meningkatnya Akses dan Mutu Kesehatan
2014 Target Capaian
36
No. Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2013
Target
Realisasi
%
akhir tahun
renstra 2018
s/d 2014 trhdp 2018 (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Angka Kematian Bayi
5,1 30 5,92 1,8% 5 1,18%
2. Angka Kematian Ibu
72,80 79,16/100.000 pddk.
70,16 88,63 100
3. Umur Harapan Hidup
70,84 th.
4. Rasio Posyandu per satuan Balita
14,038%
37
5. Persentase Penduduk yang memanfaatkan Puskesmas
2,9/100.000 pddk.
6. Persentase Cakupan Rumah Memenuhi Syarat Kesehatan
69,39%
7. Rasio Dokter Umum per satuan penduduk
23,270/100.000 pddk
8. Rasio Bidan per Satuan Penduduk
53,8/100.000 pddk.
9. Cakupan pengguna JKBM
100%
Sumber : Penetapan Kinerja Provinsi Bali, 2014
Dengan adanya program pemerintah Bali yang dilakukan melalaui
jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) secara umum, tingkat kesehatan
penduduk di Provinsi Bali relatif lebih tinggi dibandingkan tingkat kesehatan
penduduk di beberapa provinsi lain di Indonesia. Keberhasilan pembangunan
bidang kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain :
Angka Kematian Bayi ( AKB )
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator
pembangunan kesehatan masyarakat di suatu daerah/negara, selain Angka
Kematian Ibu. Di Indonesia Angka Kematian Bayi masih relatif tinggi bila
dibanding dengan negara-negara tetangga di Asia maupun di regional Asean.
Angka Kematian Bayi di Indonesia adalah 34/1000 kelahiran hidup (2007)
dan 32/1000 kelahiran hidup (2012).
Adapun kasus kematian bayi di Provinsi Bali, dalam 5 (lima) tahun terakhir
adalah sebagai berikut :
Tabel Angka Kematian Bayi Tahun 2010-2014
No Kab./Kota Jumlah kasus kematian bayi
2010 2011 2012 2013 2014
1 Buleleng 35 71 89 79 60
2 Jembrana 26 64 51 30 35
3 Tabanan 50 46 41 4 60
4 Badung 87 37 20 20 33
5 Denpasar 19 27 12 12 9
38
6 Gianyar 60 79 74 65 75
7 Klungkung 71 27 20 26 23
8 Bangli 35 49 28 47 41
9 Karangasem 74 71 86 64 67
Provinsi Bali 457 471 421 347 403
Dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Bali dalam 5 (lima) tahun terakhir
(2010-2014) adalah sebagai berikut :
Tabel Angka Kematian Bali Tahun 2010-2014.
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2014
Permasalahan yang berkaitan dengan kematian bayi adalah :
1. Penyebab kematian bayi masih didominasi oleh karena BBLR dan
asfiksia.
2. Masih adanya disparitas angka kematian bayi antar kabupaten/kota.
Upaya yang dilakukan adalah :
1. Pelayanan ante natal care yang berkualitas dan terpadu
2. Meningkatkan pelaksanaan GSI-B dan P4K
3. Meningkatkan fungsi puskesmas dalam memberikan pelayanan neonatal
esensial.
7,18 7,13 6,37 5,1 5,92
30 30 30 30 30
0
5
10
15
20
25
30
35
2010 2011 2012 2013 2014
AKB
Target
39
4. Peningkatan SDM Kesehatan melalui peningkatan ketrampilan dan
pelatihan, seperti : Pelatihan penatalaksanaan asfikisa, bayi baru lahir,
pelatihan IMD dan Metode Kanguru, Pelatihan BBLR, pelatihan
MTBM/MTBS, pelatihan SDIDTK dan lain-lain.
5. Meningkatkan fungsi keluarga dalam perawatan bayi dan balita melalui
kelas ibu balita.
6. Meningkatkan pemanfaatan buku KIA.
Angka Kematian Ibu ( AKI )
Keberhasilan pembangunan di suatu negara dapat dilihat dari Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks kemiskinan manusia (IKM). Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) menggambarkan kualitas sumberdaya
manusia, yang dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal yaitu tingkat ekonomi,
pendidikan dan kesehatan. Sedangkan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM)
merupakan nilai gabungan komposit dari 5 (lima) indikator, yaitu : prosentase
penduduk dibawah garis kemiskinan, angka buta huruf pada manusia
dewasa, proporsi penduduk tidak memiliki akses sarana air bersih, dan
prosentase anak dengan berat badan rendah dibanding umur. Kedua indeks
tersebut menunjukkan bahwa proporsi penduduk miskin serta tingkat
pendidikan dan status kesehatan harus menjadi fokus pembangunan sosial
dan ekonomi yang seimbang.
Menyadari bahwa negara-negara di dunia baik negara kaya
maupun negara miskin saling bergantung satu sama lain, maka dibuat suatu
kesepakatan bersama yang bertujuan meningkatkan derajat kehidupan
masyarakat miskin pada tahun 2015, yang dinyatakan sebagai Tujuan
Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs). MDGs telah
disetujui oleh negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai penentu
untuk mengukur kemanjuan yang telah dibuat dalam Deklarasi Millenium
pada tahun 2000. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs) sektor kesehatan adalah agenda global
sektor kesehatan yang dijabarkan dalam target yang dapat diukur dan
kemajuan pelaksanaannya dapat diketahui melalui indikator-indikator yang
dapat diferifikasi dan diperbandingkan secara internasional.
Dari indikator kesehatan ditandai oleh Angk Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator
penting yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas.
40
Oleh sebab itu indikator MDGs untuk meningkatkan kesehatan ibu
adalah AKI, proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih,
demikian juga dengan kesehatan anak yang digunakan adalah Angka
Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia belum
menunjukkan penurunan yang cukup berarti dan masih tinggi bila
dibandingkan dengan negara Asia lainnya. Diperkirakan di dunia setiap tahun
terjadi kematian 5 juta persalinan, dan 20.000 diantaranya berakhir dengan
kematian akibat sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas.
Di Indonesia Angka Kematian Ibu saat ini adalah 359/100.000
Kelahiran Hidup (2012) dan pada tahun 2013 mencapai angka 228/100.000
Kelahiran Hidup.
Sedangkan di Provinsi Bali Kasus Kematian Ibu lima tahun terakhir
(2010-2014) adalah sebagai berikut :
Kab./Kota Jumlah kasus kematian ibu
2010 2011 2012 2013 2014
Buleleng 12 11 10 9 14
Jembrana 4 5 6 3 2
Tabanan 3 3 9 4 2
Badung 5 8 7 7 3
Denpasar 3 9 10 4 3
Gianyar 3 5 4 6 4
Klungkung 2 3 4 0 2
Bangli 3 5 4 6 2
Karangasem 2 6 9 10 16
Provinsi Bali 37 55 63 49 48
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2014
Adapun Angka Kematian Ibu di Provinsi Bali bila dibandingkan dengan target
yang ditetapkan (2010-2014) dapat dilihat sebagai berikut :
Grafik Angka Kematian Ibu Provinsi Bali 2010-2014
41
Dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Angka Kematian Ibu di
Provinsi Bali sudah mencapai target yaitu kurang dari 100/100.000 Kelahiran
Hidup. Namun demikian trend nya masih seperti gergaji naik turun, harapan
kita adalah setiap tahunnya dapat diturunkan (melandai). Hal ini tentunya
menjadi perhatian kita bersama karena upaya menurunkan angka kematian
ibu bukan saja menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja tetapi mesti
menjadi perhatian kita bersama, karena kematian ibu berhubungan dengan
banyak sebab, yang perlu ditanggulangi bersama.
Permasalahan sehubungan dengan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bali,
antara lain :
1. Masih ada kematian ibu yang terjadi bukan di tempat fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Kemaian ibu masih didominasi oleh sebab kematian langsung obstetri.
3. Penyebab kematian ibu selain oleh penyebab langsung juga penyebab
tidak langsung yang kecenderungannya mulai meningkat.
4. Pelaksanaan PONED dan PONEK masih terkendala dengan SDM, yaitu
kurangnya tim baik yang ada di puskesmas maupun di Rumah Sakit
Umum Daerah.
5. Belum adanya rumah singgah bagi ibu hamil yang akan melahirkan,
utamanya yang tinggal di daerah sulit mengakses fasilitas pelayanan
kesehatan.
Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu di Provinsi Bali, serangkaian upaya
telah dilaksanakan dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu di
Provinsi Bali, antara lain :
1. Menerapkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) pada semua ibu hamil.
2. Memantapkan pelaksanaan PONED di Puskesmas Rawat Inap dan
PONEK di semua Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota.
3. Pemenuhan Unit Transfusi Darah pada semua RSUD Kabupaten/Kota.
58,1
83,23
95,33
72,08 70,5
100 100 100 100 100
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011 2012 2013 2014
AKI
Target
42
4. Kemitraan Bidan dengan Bidan, yaitu bidan praktek mandiri harus
melakukan kemitraan dalam menolong persalinan, yaitu dilakukan oleh
bidan senior dan dibantu atau bekerja sama dengan bidan yang lebih
yunior, dengan harapan bila dilakukan bersama dapat saling bekerja
sama, saling bantu-membantu.
5. Pelayanan Keluarga Berencana yang berkualitas.
6. Pemenuhan sumber daya manusia kesehatan yang kompeten dan
berkualitas, dengan terus mengupayakan pelatihan dan peningkatan
ketrampilan dan kompetensi.
7. Meningkatkan pelayanan Ante Natal Care yang berkualitas dan terpadu
serta tindakan berencana dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan
bayi baru lahir.
8. Melakuan monitoring-evaluasi dan superfisi fasilitatif secara berjenjang.
9. Pelaksanaan AMP terus dilakukan pada setiap kasus kematian ibu.
10. Mengupayakan regionalisasi sistem rujukan.
Persentase Penduduk Yang Memanfaatkan Puskesmas
Selama jangka waktu setahun ( dari tahun 2013 – 2014 ), di Provinsi
Bali tidak ada penambahan puksesmas sehingga penduduk yang
memanfaatkan puskesmas tetap sejumlah 120 puskesmas ( capaian tetap
2,9 )
Persentase Cakupan Rumah Memenuhi Syarat Kesehatan
Kesehatan Lingkungan diselenggarakan melalui upaya Penyehatan,
Pengamanan, dan Pengendalian yang dilakukan salah satunya di lingkungan
Permukiman. Persentase cakupan rumah memenuhi syarat kesehatan tahun
2014 sebesar 89% kondisi ini melebihi dari target 69,39% dikarenakan
semakin tingginya pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai
rumah sehat. Beberapa indikator rumah sehat seperti ketersediaan sanitasi
(jamban sehat) dan sarana air bersih juga menjadi syarat penting yang sudah
terpenuhi. Selain itu, dilakukan pula pembinaan dan pemantauan rumah
sehat oleh sanitarian di puskesmas. Kegiatan terkait upaya peningkatan
kesehatan lingkungan rumah yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
mencakup pengambilan sampel air bersih untuk mengetahui kualitas sarana
air bersih di tingkat rumah tangga, pengambilan sampel tanah di halaman
rumah untuk mengetahui risiko kecacingan. Melalui upaya tersebut
diharapkan cakupan rumah sehat akan semakin meningkat.
Rasio Dokter Umum Per 100.000 Penduduk Dan Rasio Bidan Per 100.000
Penduduk
43
Perhitungan Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk adalah
salah satu metoda perhitungan Kebutuhan Tenaga Kesehatan. Berdasakan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1202/Kep/Menkes/VIII/2003
ditetapkan rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk untuk Dokter
Umum 40 per 100.000 penduduk dan bidan 100 per 100.000 penduduk.
sedangkan berdasarkan RPJMD Provinsi Bali target rasio Dokter pada
tahun 2014 sebesar : 23,770 per 100.000 penduduk dan Bidan 53.8 per
100.000 penduduk dari perhitungan berdasarkan pengumpulan data tahun
2014 pencapaian rasio Dokter 28,92 per 100.000 penduduk (121,7%) dan
Bidan 73,27 per 100.000 penduduk (131,9%) namun dari pencapaian
tersebut masih terjadi permasalahan dalam penyebaran tenaga yang belum
merata disetiap Daerah Kabupaten/Kota. Pencapaian rasio ini bisa karena
adanya sinergi antara pemerintah dan swasta dalam pengadaan Tenaga
Kesehatan dimana dari pemerintah selain melalui formasi PNS juga dengan
upaya pengangkatan tenaga Honor/PTT baik Pusat, Daerah Provinsi dan
daerah Kab/Kota. Namun jika dibandingkan dengan kebutuhan berdasarkan
standar Rasio Nasional belum mencapai rasio yang ditetapkan yaitu rasio
Dokter 40 per 100.000 penduduk (72,30 % dari RPJMD) dan Bidan 100 per
100.000 penduduk (73,27 % dari RPJMD ).
Cakupan Pengguna JKBM
Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan,
dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya. Sejalan dengan visi Bali Mandara yaitu “ ali Maju, man,
Damai dan ejahtera” dengan salah satu misinya adalah “Mewujudkan ali
yang sejahtera dan sukerta lahir batin”. Untuk mencapai hal tersebut, salah
satu strateginya adalah meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Permasalahan
Kemiskinan secara nyata mempengaruhi Aksessibilitas Pelayanan
Kesehatan, khususnya menyangkut biaya pelayanan kesehatan yang
semakin mahal sehingga tidak terjangkau kebanyakan masyarakat. Terlebih
lagi dengan sistem pembayaran yang ditanggung sendiri oleh masyarakat
(Out of Pocket), kebanyakan masyarakat tidak sanggup membayar ketika
mereka jatuh sakit, apalagi kalau penyakitnya berat dan perlu tindakan
operasi, atau menderita penyakit kronis yang memerlukan perawatan jangka
panjang seperti hemodialisa, penyakit jantung, kanker, dll. Kalau kondisi ini
dibiarkan terus berjalan, tentu akan berdampak pada derajat kesehatan
44
masyarakat yang pada akhirnya bermuara kepada rendahnya Indek
Pembangunan Manusia (IPM) masyarakat Bali.
Gambaran masyarakat Bali yang telah tercakup dengan Jaminan Kesehatan
pada tahun 2010 menunjukan
1. Kelompok masyarakat yang tercakup Jaminan Kesehatan yaitu sejumlah
930.768 (26,76 %) yang terdiri dari peserta Askes PNS 304.262 jiwa,
Asuransi komersial 17.032 jiwa, Jamkesmas 533.217 jiwa, ASABRI 9.401
jiwa dan Jamsostek 66.856 jiwa.
2. Kelompok masyarakat yang belum tercakup Jaminan Kesehatan sejumlah
3.277.106 jiwa (73,24 %)
Solusi
Berdasarkan hal tersebut diatas, Pemerintah Provinsi Bali
(Gubernur dan Bupati/Walikota) mengambil kebijakan untuk menaungi
masyarakat dengan pelayanan kesehatan melalui program Jaminan
Kesehatan Bali Mandara (JKBM) untuk seluruh Masyarakat Bali.
Tujuan :
a. Umum :
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh
masyarakat Bali agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
secara efektif dan efisien.
b. Khusus :
1. Meningkatkan cakupan masyarakat Bali yang mendapat pelayanan
2. kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di rumah sakit.
3. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat
Bali.
4. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparant dan
akuntabel.
Sasaran program JKBM adalah penduduk Bali yang memiliki Kartu Tanda
Penduduk (KTP) Bali dan anggota keluarganya, dan belum memiliki Jaminan
Kesehatan.
5. Sasaran : Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Tabel Pencapaian Sasaran Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
No.
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2013
2014 Target akhir tahun
renstra 2018
Capaian s/d 2013
trhdp 2018 (%)
Target
Realisasi
%
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Jumlah Desa Pekraman, Subak dan Aubak Abian
1378 desa pekraman
1378 desa pekraman
45
2. Jumlah Kunjungan Wisatawan
3.100.000 org
3.278.598 org.
Sumber :
6. Sasaran : Petanian dan Ketahanan Pangan
Sub sektor pertanian tanaman pangan mempunyai peranan penting
dalam pembangunan nasional maupun regional, yakni sebagai penghasil
bahan pangan pokok, penyediaan bahan baku industri, menyediakan
lapangan pekerjaan, untuk pelestarian sumberdaya alam dan nilai-nilai sosial
budaya serta lingkungan hidup. Untuk itu strategi dan kebijakan pertanian
tanaman pangan diarahkan guna memantapkan ketahanan pangan
masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para
petani melalui Program Peningkatan Ketahanan Pangan, Program
Pengembangan Agribisnis dan Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.
Berdasarkan sasaran pertanian tersebut di atas, serta berpedoman
pada Renstra SKPD dan RPJM Daerah Provinsi Bali, maka Indikator Kinerja
Utama (IKU) sebagai ukuran keberhasilan kinerja, antara lain Meningkatkan
produktivitas dan produksi tanaman pangan dan hortikultura.
Tabel Pencapaian Sasaran Pertanian dan Ketahanan Pangan
No.
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2013
2014 Target akhir tahun
renstra 2018
Capaian s/d 2013
trhdp 2018 (%)
Target
Realisasi
%
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Nilai Tukar Petani
110,19
2. Jumlah binaan Gapoktan SIMANTRI
508 Unit
3. Produktivitas Padi
58,66 kw/ha
59,19 kw/ha
4. Produktivitas jagung
31,59 kw/ha
30,44 kw/ha
5. Produktivitas Kedelai
13,26 kw/ha
13,12 kw/ha
6. Ketersediaan Pangan Utama :
padi 857.157 ton
850.000 ton
Jagung 61.873 ton
83.131 ton
Kedelai 8.210 ton
9.118 ton
Kacang Tanah
11.616 ton
13.010 ton
Ubi Kayu 147.201 ton
169.084 ton
46
Kacang Hijau
1.529 ton
793 ton
Ubi Jalar 65.132 ton
81.316 ton
7. Jumlah Sertifikat Prima
n/a 26 buah
Tabel 3.12 Pencapaian Sasaran Pemantapan Ketahanan Pangan
Indikator Capaian 2011 Realisasi 2012
Target 2013 Realisasi 2013
1 2 4 5 6
Tingkat Produktivitas
Tanaman - Padi 56,40 Kwt/ha
(94%) 58,85 Kwt/ha
59,91 Kwt/ha
58,66 Kwt/ha
- Jagung
- Kedelai
28,54 Kwt/ha (90%) 12 Kwt/ha (74%)
30,15 Kwt/ha 15,13 Kwt/ha
30,23 Kwt/ha 13,78 Kwt/ha
31,59 Kwt/ha 13,26 Kwt/ha
Jumlah Produksi Pangan
- Padi
- Jagung (biji kering)
- Kedelai (biji kering)
- Buah-buahan
- Sayur-sayuran
852.163 ton (102%) 64.295 ton (69%) 6.827 ton (55%) 396.787 (99,6%) 222.728 (98%)
832.530 ton 93.115 ton 12.117 ton 389.456 ton 225.345 ton
850.000 ton 82.800 ton 9.246 ton 179.070 ton 210.012 ton
857.157 ton 61.873 ton 8.210 ton 158.817 ton 210.012 ton
Penurunan kehilangan hasil pertanian
9,08
8,60
8,08
8,10
Sumber : Biro Ekbang Setda Provinsi Bali 2011 s.d 2013
Pembangunan pertanian tanaman pangan diarahkan untuk
memantapkan ketahanan pangan masyarakat sekaligus meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan para petani melalui Program Peningkatan
Ketahanan Pangan. Program ini difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang
mendukung aspek produksi dan ketersediaan pangan, aspek distribusi dan
stabilitas harga serta aspek konsumsi dan keamanan pangan.
Untuk pengembangan sentra produksi dan menurunkan kehilangan
hasil, serta meningkatkan mutu, daya saing dan pemasaran produk pertanian
dimana lahan pertanian yang sempit di daerah Bali dan adanya alih fungsi
lahan, maka perlu ada pengutuhan sentra-sentra produksi terutama
47
komoditas-komoditas unggulan Bali, antara lain seperti tanaman mangga,
manggis, jeruk, pisang, sayuran dan lain-lain.
Kemudian pembinaan dan pengembangan sub sistem hillir dari
program pengembangan agribisnis meliputi penanganan panen dan pasca
panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, peningkatan kualitas
sumberdaya manusia serta pembinaan kelembagaan pertanian.
Pengembangan panen, pasca panen, dan pengolahan hasil dimaksudkan
untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian.
Meningkatkan pendapatan petani sebesar 2 (dua) kali lipat. Sebagian
besar petani di Bali adalah petani gurem yang luas kepemilikan lahannya
kurang dari setengah hektar, sehingga pendapatan petani sangat rendah.
Berbagai usaha dilakukan guna meningkatkan pendapatan petani antara lain
: pengembangan SIMANTRI (Sistem Pertanian Terintegrasi), penyaluran
dana LUEP (Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan) untuk pembelian gabah
petani dan opkoop benih, sub sidi pupuk/pestisida serta bantuan sosial
lainnya.
Kebutuhan akan konsumsi pangan bagi rumah tangga yang terus
meningkat sebagai akibat dari pertambahan jumlah penduduk, sehingga
memerlukan ketersediaan pangan yang cukup dan berkelanjutan. Salah satu
upaya mewujudkan ketahanan pangan adalah melalui usaha peningkatan
mutu intensifikasi dengan penerapan paket teknologi sesuai dengan anjuran
spesifik lokasi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
tanaman.
Program intensifikasi ini sangat tepat dilakukan di daerah Bali
mengingat keterbatasan lahan pertanian dan masih adanya alih fungsi lahan
sawah ke non pertanian. Indikator usaha peningkatan mutu intensifikasi dapat
dicerminkan dari perkembangan produktivitas pangan pokok seperti padi,
jagung dan kedelai seperti terlihat pada Tabel berikut:
Tabel 3.13 Realisasi/Capaian Pertanian Tanaman Pangan
48
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov. Bali 2012
Dari data sementara pada Tabel di atas menunjukan bahwa
produktivitas ketiga komoditas tersebut di tahun 2012 capaiannya masih
dibawah target, tetapi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2011)
untuk jagung dan kedelai produktivitasnya masih lebih tinggi.
Pembinaan sentra produksi padi, jagung, kedelai dan kacang tanah,
luas lahan sawah di daerah Bali cendrung setiap tahun semakin menurun
menyebabkan luas pertanaman setiap tahunnya terus mengalami penurunan.
Untuk itu sangat diperlukan pengutuhan sentra-sentra produksi pangan pokok
seperti padi, jagung, kedelai dan kacang tanah.
TARGET TARGET
Sasaran TUNTAS
Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
1 Tingkat produktivitas Tanaman :
- Padi Kw/Ha 58,47 58,63 56,40 58,85 59,91
- Jagung Kw/Ha 28,68 28,63 28,54 30,15 31,79
- Kedelai Kw/Ha 14,42 14,41 12,00 15,13 16,12
2 Jumlah Produksi Pangan :
- Padi (Gabah GKG) Ton 878.764 848.768 829.930 832.530 834.256
- Jagung (Biji Kering) Ton 92.998 91.750 93.315 93.115 93.675
- Kedelai (Biji Kering) Ton 13.521 12.917 12.007 12.117 12.432 - Buah-buahan Ton 427.129 436.129 396.787 389.456 398.565
- Sayur-Sayuran Ton 202.274 203.275 222.738 225.345 226.456
3 Jumlah benih/bibit tanaman:
- Perbanyakan benih padi/Palawija Ha 21 24 28 28 32
- Perbanyakan bibit buah2an Phn 50.000 60.000 70.000 75.000 100.000
4 Luas Areal sentra produk
Unggulan Hortikultura
- Pengemb. Buah-buahan Ha 325 350 400 450 500
- Sayuran Organik Ha 10 12 20 30 50
- Pengemb.Anggrek/Tan.Hias Phn 35.000 40.000 50.000 50.000 60.000
5 Jumlah Kelompok PPH
- KWT, UP3HP dan STA Klpok 39 39 39 40 45
6 Jumlah peningkatan SDM Pertanian
- SL-PTT, PL-II, Kursus dan SL-PTT Org 3.700 4.050 4.260 4.500 5.000
7 Jumlah Sarana/Prasarana Pertanian
- Pembuatan Embung/Cubang Unit 15 27 40 50 50
- Rehab jalan Tk. Usaha Tani ( JUT) Km 5 10 11 12 12
- Rehab Jari. irigasi Ush.Tani (JITUT/JIDES) Ha 3.000 3.300 3.800 3.900 4.000
- Pengadaan Traktor Unit 15 35 50 55 60
- Pembuatan pupuk Organik/APO Unit 10 25 40 40 50
- Alat pasca panen Unit 15 35 40 50 50
8 Jumlah Bansos SIMANTRI Klpok 10 40 150 125 100
Tingkat Pendapatan Petani Rp.000 6.000 6.500 7.500 9.000 12.000
9 Jml.Pembelian Gabah Petani (LUEP) Ton 9.000 10.000 10.000 11.000 12.000
10 Jml.Sub sidi opkoop benih(Benih padi) Ton 288 360 370 450 500
11 Jmlh.Sub sidi pupuk (Phonska/Orgnik) Ton 8.926 8.350 8.400 9.000 10.000
12 Jmlh.Sub sidi BUMA (Alsin/Traktor) Unit 25 40 40 40 50
13 Jmlh. PENGEMB. PUAP (2008-2013) Unit 580 60 34 20 10
REALISASI /CAPAIAN TERGET BERDASARKAN RPJM
PROGRAM/KEGIATAN DINAS PERTANIAN TP PROVINSI TAHUN 2009-2013
CAPAIAN / REALISASI
INDIKATOR KINERJA
NO. KEGIATAN APBD 2013 NILAI
Rp.1000
I PERTANIAN TAN. PANGAN 38.576.132
1 SIMANTRI (PENGEMBANGAN DAN PEMANTAPAN) 400 Klpk
2 HIBAH PERALATAN DAN MESIN PERTANIAN 143 Unit
3 SUBSIDI PUPUK 13.333 TON
4 PERBANYAKAN BENIH PADI/HORTI 11 HA
5 PENGEMB. BUAH-BUAHAN 10.000 Phn
II DINAS PERKEBUNAN 6.632.160
1 PENYEDIAAN BIBIT KAKAO 60.010 PHN
2 PENYEDIAAN BIBIT TANAMAN RITUAL 6,6 HA
3 PENYEDIAAN BIBIT PALA 530 HA
4 PENGEMBANGAN DAN PEMANTAPAN 150 HA
PERKEBUNAN (GERTAKDAL) 2.600 PHN
6 PEMBINAAN PANEN DAN PENGOLAHAN MUTU 66 SUBAK
7 PENINGKATAN PRODUKSI KEBUN INDUK 51,8 HA
8 PENINGKATAN PRODUKSI & PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN396 HA
9 IDENTIFIKASI, KAJIAN, UJI COBA DEMPLOT
PENGENDALIAN 50 KG
III DINAS PETERNAKAN 13.769.400
1 PENGENDALIAN PENYAKIT TERNAK 410.000 Ekor
2 PEMBIBITAN TERNAK (SAPI/BABI) 1.435 Ekor
3 PRODUKSI SEMEN BEKU (SAPI/BABI) 70.000 Dosisi
4 PELAYANAN IB 12 BLN Bulan
5 PENGEMB.SARANA/PRASARANA TERNAK 1 UNIT Unt
6 PENGAWASAN OBAT/LALU LINTAS HEWAN 65.000 Ekor
*) Tidak termasuk DPM-LUEP Rp. 29.222.000.000,-
VOLUME
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov. Bali 2012
49
Perkembangan produksi padi, jagung, kedelai dan kacang tanah di
daerah Bali beberapa tahun terakhir masih sangat berfluktuasi, sedangkan di
lain pihak kebutuhan akan komoditas tersebut khususnya yang berkaitan
dengan bahan baku industri pengolahan kacang asin, tahu/tempe, dan pakan
ternak lainnya terus semakin meningkat. Usaha-usaha pembinaan dan
pengembangan sentra setiap tahun terus dilakukan dalam rangka
memberdayakan petani.
Grafik 3.20 Produksi Hasil Pertanian
Sumber : BPS Provinsi Bali.
Dalam rangka pembinaan sentra padi dan palawija pada Tahun
Anggaran 2011 pemerintah memberikan bantuan benih BLBU kepada petani
seluruh Bali. Bantuan benih padi non hibrida SL-PTT berjumlah 1.033.000 kg
(42.100 Ha), bantuan padi hibrida sebanyak 30.000 kg (2.000 Ha) dan
bantuan benih kedelai 180.000 kg (4.500 Ha), bantuan benih kacang tanah
40 Ha (4,8 Ton). Selama lima tahun terakhir bantuan benih kepada petani
tetap dialukan oleh pemerintah untuk memastikan penerapan teknologi
anjuran.
Untuk menigkatnya produksi benih dan bibit tanaman yang bermutu
penggunaan benih unggul bermutu/berlabel untuk komoditas tanaman
pangan khusunya padi cukup baik kecuali palawija relatif masih rendah.
Kebutuhan benih berlabel biru daerah Bali tiap tahun adalah sekitar 4.000 ton
benih padi, 1.300 ton benih jagung, 600 ton benih kedelai dan 1.500 ton
polong benih Kacang tanah dan 130 ton benih kacang hijau.
Kebutuhan benih itu dipenuhi baik dari penangkaran para petani, dari
Balai Benih Induk, dan perusahan-perusahan yang bergerak di bidang sarana
pertanian seperti PT Pertani, dan PT Sanghyang Sri. Usaha peningkatan
produksi benih/bibit dilaksanakan melalui berbagai kegiatan seperti terlihat
pada Tabel berikut.
Untuk berkembangnya sarana/prasarana Agribisnis, program
pembangunan pertanian dilakukan dari hulu sampai hilir, yaitu baik yang
mencakup aspek sub sistem penyediaan sarana/prasarana produksi, sub
sistem usahatani, sub sistem pengolahan (pasca panen), sub sistem
pemasaran hasil dan sub sistem jasa dan penunjang. Penyediaan dan
Padi
Buah2an
Sayur2an
50
pengembangan sarana/prasarana pertanian baik pada sub sistem hulu
maupun hilir sangat diperlukan guna memperlancar proses produksi
pertanian. Dalam rangka mendukung program peningkatan mutu intensifikasi
khususnya komoditi padi sawah melalui penerapan pemupukan berimbang,
sejak tahun 2006 pemerintah Provinsi Bali memberikan tambahan subsidi
sebesar Rp.600/Kg untuk pupuk Phonska sehingga harganya menjadi
Rp.1.700/Kg.
Untuk pengembangan sentra produksi dan menurunkan kehilangan
hasil serta meningkatkan mutu, daya saing dan pemasaran produk pertanian,
pembinaan sentra komoditas unggulan (Bantuan Langsung
Masyarakat/BLM). Pengembangan produk unggulan komoditas hortikultura
seperti buah-buahan dan sayuran di Bali mempunyai prospek pasar yang
cukup baik sehingga usaha-usaha pengembangan usahatani yang
berwawasan agribisnis telah banyak dilakukan. Kegiatan pengembangan
sentra pada tahun 2011 sampai dengan Desember telah terealisasi 100
persen, sehingga dapat meningkatkan populasi tanaman di lapangan.
Grafik 3.21 Pendapatan Petani.
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov. Bali 2012.
Untuk perkembangan dana BLM, jumlah dana BLM/PMUK pertanian
tanaman pangan Provinsi Bali yang telah tersalurkan selama sepuluh tahun
terakhir (2003-2013) adalah 85,32 milayar lebih dan sampai dengan bulan
Agustus 2013 telah berkembang menjadi 90,46 milyar lebih atau meningkat
hanya 6,37 persen selama kurang lebih sebelas tahun.
Dana BLM tersebut digunakan untuk pengembangan komoditas padi
105.302 ha, jagung 5.369 ha, kedelai 6.017 ha, kacang tanah 3.879 ha,
pisang 409.500 phn, manggis 156.892 phn, jeruk 122.436 phn, anggrek
1.294.000 ph dan komoditas hortikultura lainnya yang keseluruhannya itu
dikelompokkan menjadi 2.560 bh kelompok.
Pengutuhan atau penumbuhan sentra beberapa jenis komoditi
unggulan hortikultura Bali pada tahun 2013 seperti Jeruk 126 ha, mangga 11
Ha, manggis 125 Ha dan rambutan 11 ha di Kabupaten Buleleng,
pengembangan Melon 5 Ha di Jembrana, pengembangan Manggis 6 Ha,
strawberry 1 ha, tanaman hias 5 ha, sayuran organic 19 ha di Kabupaten
Tabanan, pengembangan tanaman hias 1 ha, Lidah buaya 5 ha, cabe 5 ha
Pendapatan Petani Real.2009-11 dan Target 2 x Lipat Th. 2013
51
di Gianyar, anggrek di Denpasar, pengembangan 6 ha jeruk, Bawang merah
12 ha di Bangli, pengembangan pisang 5 ha di Klungkung dan
pengembangan Salak 5 ha, tanaman hias dan anggrek 1 ha di Karangasem
dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik Pengembangan Buah-buahan.
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2012.
Untuk meningkatnya Penangan Pasca Panen dan Pemasaran Hasil
Pertanian, Sub sistem hilir dalam pengembangan Agribisnis sangat
diperlukan baik itu menyangkut masalah pemasaran, panen/pasca panen
maupun dalam pengolahan hasil-hasil pertanian. Keberhasilan ini juga sangat
penting guna meningkatkan nilai tambah hasil pertanian serta memperoleh
harga produk yang layak guna meningkatkan pendapatan para petani.
Pembinaan terhadap Kelompok Wanita Tani (KWT) berupa Kegiatan
APBD di pedesaan dimaksudkan untuk dapat meningkatkan nilai tambah
hasil pertanian serta mamanfaatkan pekarangan rumahnya seoptimal
mungkin. Kegiatan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan
konsumsi rumah tangga maupun untuk meningkatkan pendapatan
keluarganya. Setiap tahun pembinaan maupun penumbuhan terhadap KWT
terus dilakukan dengan kegiatan berupa demonstrasi pengolahan hasil-hasil
pertanian, bantuan alat-alat pengolahan hasil pertanian serta bantuan bibit
tanaman buah-buahan dan benih sayuran untuk ditanam di pekarangan.
Untuk meningkatkan Pendapatan petani dua kali lipat, diberikan
bantuan Sosial (BANSOS) Pengembangan Usha Tani Terintegrasi. Dalam
rangka meningkatkan pendapatan petani, Pemerintah Provinsi Bali telah
mengembangkan Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) pada Tahun
Anggaran 2009, 10 Kelompok yang meliputi baik komoditi tanaman pangan,
perkebunan, peternakan maupun perikanan, kemudian T.A 2010 sebanyak
40 Kelompok, pada tahun 2011 sebanyak 150 Kelompok dan diharapkan
meningkatkan pendapatan petani di pedesaan dua kali lipat pada akhir 2013
(Rp.12.000.000/th).
Tabel Jumlah Simantri
Pengemb. Buah2an (Ha) Real. 2009-11 dan Taregt 2012-13
Jumlah Simantri Tahun 2009-2012 dan 2013
No Kabupaten Tuntas
2009 2010 2011 2012 2013 2013
1 Buleleng 4 12 26 20 21 83
2 Jembrana 1 2 12 12 11 38
3 Tabanan 1 4 16 21 10 52
4 Badung 1 1 10 5 9 26
5 Denpasar 0 1 4 3 0 8
6 Gianyar 1 2 21 20 11 55
7 Bangli 1 6 18 20 14 59
8 Klungkung 0 3 21 12 8 44
9 Karangasem 1 9 22 12 10 54
Jumlah 10 40 150 125 94 419
Jumlah SIMANTRI
52
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2012.
Perlu dijelaskan bahwa penyaluran dana Bansos SIMANTRI sebanyak
30 milyar pada tahun 2011 sesuai dengan rencana usaha kelompok akan
digunakan untuk pembelian bibit buah-buahan sekitar 50.000 pohon, bibit
Jagung Komposit 12.204 kg, Kc. Tanah 33.762 kg, bibit sapi betina 2.920
ekr, Kambing 176 Ekr, Instalasi Biogas 150 unit, Pengolahan Pakan 150
unit, Pengolahan Kompos 150 unit, Instalasi Pengolahan Bio Urine 150 unit,
bibit kopi 43.000 phn, Intensifikasi Jambu mette 10.200 Phn, ikan Lele
173.600 Ekr, Nilam 200.000 ekr. Adapun Lokasi pengembangan pertanian.
2.4 Sasaran : Investasi, Industri Kecil, Koperasi dan UMKM
No.
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2013
2014 Target akhir tahun
renstra 2018
Capaian s/d 2013
trhdp 2018 (%)
Target
Realisasi
%
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Jumlah Investor berskala Nasional (PMA dan PMDN)
6.033 Negara
4.180 negara 8.275
2. Jumlah Investasi
Rp. 12,10 T
Rp. 6,70 T 61,11
3. Persentase Koperasi Aktif
90,19% 91% 95%
4. Jumlah Koperasi yang berprestasi
5. Jumlah UMKM
262.000 Unit
270.000 Unit 5.000 unit
6. Jumlah Nasabah Jamkrida
5.759 Unit
6.000 Unit 10.000 unit
Sumber :
Provinsi Bali masih tertinggal dibandingkan sejumlah daerah lain
seperti Jatim, Jabar, NTB, Jateng dan NTT yang sudah mendahului menjadi
Provinsi Koperasi. Pemerintah Provinsi Bali menjadi propinsi koperasi dalam
2011 ini dengan angka prosentase koperasi berkualitas di atas 61 persen.
Tahun 2012 Bali menargetkan akan sudah menjadi Provinsi Koperasi.
53
Tetapi, masih ada kendala untuk mewujudkan Bali sebagai Provinsi Koperasi.
Pencanangan Bali sebagai Provinsi Koperasi oleh Pemerintah Provinsi Bali
bergulir sejak tahun 2009 dan ditargetkan tercapai tahun 2012.
Di Tahun 2012, 3 (tiga) koperasi di bali telah masuk daftar koperasi
skala besar nasional. Selanjutnya pada tahun 2013, dinas Koperasi dan
UMKM Provinsi Bali kembali akan mengajukan 3 (tiga) koperasi untuk masuk
ke tingkat nasional.
Gerakan-gerakan koperasi saat ini, predikat Provinsi Koperasi
tercapai, hal ini dilihat dari terutama persyaratan yang paling prinsip adalah
dari 9 (sembilan) Kabupaten/Kota di Bali, minimal 5 (lima) kabupaten sudah
sebagai kabupaten penggerak koperasi.
Pada tahun 2011 Bali sudah memiliki 7 kabupaten penggerak
koperasi. Yang belum hanya Tabanan dan Bangli. Bahkan, Badung sejak
tahun 2007 sudah sebagai kabupaten penggerak koperasi. Syarat kedua,
koperasi aktif di provinsi minimal 75 persen.
Pemerintah Provinsi Bali koperasi aktifnya sudah mencapai di atas 90
persen. Yang menjadi kendala adalah ada pada syarat ketiga, yakni minimal
50 persen koperasi harus berkualitas. Bali memiliki koperasi berkualitas
hanya mencapai kualitas 45 persen, saat dinilai tim surveyor independen dari
pusat tahun 2009-2010. Dari kendala itu, tahun 2010-2011 Pemerintah
Provinsi Bali melanjutkan melakukan pemeringkatan Koperasi Berkualitas.
Total tambahan pemeringkatan tahun 2011 diharapkan 563 Koperasi.
Dengan adanya tambahan 563 Koperasi yang masuk pemeringkatan,
Koperasi yang masuk kategori berkualitas 2.322 atau 61,66 persen.
Hal ini berkat antusiasme masyarakat lewat munculnya gerakan
koperasi yang terus meningkat serta adanya keberpihakan pemerintah
dengan fasilitas yang diberikan kepada koperasi seperti kredit tanpa agunan.
Sebanyak 4.149 koperasi di Bali mampu mempekerjakan tak kurang dari 17
ribu orang. Melihat kondisi seperti ini, pertumbuhan dan kualitas koperasi
harus terus ditingkatkan. Jika citra positif koperasi meningkat, akan tumbuh
kepercayaan pada anggota dan masyarakat. Koperasi akan lebih meningkat
lagi dan akan tumbuh terus sehingga mampu membuka lapangan kerja dan
mensejahterakan anggota. Dengan Bali sebagai Provinsi Koperasi, akan
tumbuh citra positif, citra positif menumbuhkan kepercayaan, kepercayaan
menumbuhkan fanatisme untuk memanfaatkan koperasi.
Dalam mewujudkan Provinsi Koperasi tersebut terdapat tiga kendala
pokok dalam koperasi yakni SDM, modal, dan pasar. Yang paling berkendala
adalah masalah SDM. Disebabkan pula karena kebanyakan koperasi dikelola
secara tradisional, belum memanfatkan administrasi yang profesional, masih
mengedepankan sistem kekeluargaaan. Untuk itu, Pemerintah Provinsi,
54
Kabupaten/Kota, dan Kementerian, tiap tahun menyediakan dana pelatihan
atau Bintek (bimbingan teknis) kepada anggota koperasi supaya bisa
mengelola koperasi dengan profesional.
Terkait upaya menumbuhkan koperasi berkualitas, Dinas Koperasi
Provinsi Bali telah melakukan koordinasi dengan seluruh dinas yang
menangani koperasi Kabupaten/Kota se-Bali, bahwa di tahun-tahun
mendatang, sebelum mengeluarkan izin koperasi, mereka wajib
menyerahkan satu orang tenaga/SDM untuk diberikan pelatihan/bintek. SDM
ini harus betul-betul sudah mendapatkan pendidikan koperasi dengan
sertifikat. Setelah itu baru akan dikeluarkan izin koperasinya.
Di tahun 2012 Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali mencatat, sekitar
10 persen dari 4.407 koperasi di wilayah itu berkinerja kurang baik aktif atau
dalam kondisi tidak sehat. Berdasarkan catatan sampai sekarang dari 4.407
koperasi, sebanyak 346 koperasi dinilai dalam kondisi tidak sehat.
Saat ini sebanyak 90 persen di antaranya aktif dan hanya 10 persen yang
tidak aktif. persentase melebihi rata-rata tingkat nasional yang mencapai 25
persen tidak aktif. Bahwa dari jumlah itu, 129 koperasi di antaranya
merupakan binaan pemerintah provinsi yang juga semuanya berkinerja aktif.
Sebelumnya 21 koperasi itu berkinerja tidak aktif dengan sembilan koperasi
dibekukan karena tidak ada pengurus dan anggota, dua koperasi lain
membubarkan diri, dan sembilan koperasi lainnya ingin beroperasi kembali.
Perkembangan peragaan koperasi tahun 2008 sampai dengan tahun
2012 untuk koperasi aktif maupun non aktif mengalami peningkatan tetapi
jumlah anggota mengalami penurunan volume usahanya. Data tahun 2013
merupakan angka perkiraan/estimasi.
Tabel Perkembangan Keberadaan Koperasi di Provinsi Bali Tahun 2008 s.d. 2012
No Tahun Aktif
(buah)
Non
aktif
(buah)
Anggota
(orang)
Karyawan
(orang)
Vol. Usaha
(Rp.juta)
1 2008 3.248 256 849.781 13.902 3.646.021,22
2 2009 3.457 232 859.628 14.155 4.028.555,78
3 2010 3.766 383 892.292 17.635 6.707.331,90
4 2011 3.883 469 832.900 18.029 5.321.441,00
55
5 2012 4.066 448 843.287 18.813 5.177.256,64
Sumber : Bappeda Provinsi Bali, 2013
Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Bali telah membuat
pedoman yakni izin pendirian koperasi belum bisa diproses tanpa adanya
pelatihan bagi para manajer koperasi. Izin belum bisa diproses kalau mereka
belum mengikuti pelatihan. Sehingga hal itu bisa menumbuhkan koperasi
yang berkualitas. Usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan koperasi di
daerah bali dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, dari data dinas
koperasi dan UKM Provinsi Bali jumlah UMKM tahun 2011 mencapai 233.334
unit yang terdiri dari sector informal 169.119 unit dan sector formal 64.215
unit.
Tingginya pertumbuhan UMKM di Bali mempunyai dampak positif
dari segi penyerapan tenaga kerja, pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya khususnya di bidang ekonomi dan peningkatan pendapatan
domestic regional bruto. Walau sedemikian besar perannya, UMKM di Bali
masih menghadapi berbagai kendala lemahnya jaringan pasar, rendahnya
kualitas SDM yang dimiliki, masalah produksi dan teknologi serta masalah
permodalan.
Mengatasi kendala dalam pemenuhan modal bagi UMKM pemerintah
daerah Provinsi Bali mendirikan perusahaan penjaminan kredit daerah
(Jamkrida Bali). Dengan dorongan dari BI cabang Denpasar dan dukungan
pihak Legislatif maka pada tanggal 21 November 2010 berdirilah perusahaan
penjaminan milik masyarakat Bali dengan nama PT Jamkrida Bali Mandara.
PT Jamkrida Bali Mandara ini diharapkan mampu mengatasi
permasalahan kekurangan modal usaha bagi UMKM yang usahanya layak
namun kesulitan mengakses kredit karena keterbatasan agunan.
Sampai pada akhir desember 2011 saham PT Jamkrida Bali mendapat
dukungan yaitu:
Pemda Prov Bali Rp. 50 Miliar
Pemkab Karangasem Rp.75 juta
Pemkab Bangli Rp.500 juta
Pemkab Gianyar Rp. 500 juta
Pemkot Denpasar Rp.500 juta
Pemkab Badung Rp. 500 juta
Pemkab Tabanan Rp. 100 juta
Total Rp.52.175.000.000,-
Dengan asumsi UMKM yang dapat dijamin sebanyak 10.417 unit
usaha dengan rata-rata kredit 50 juta/nasabah. Diharapkan akan mampu
memberikan multiplier effect atau daya ungkit bagi perkembangan sector
56
usaha lain terkait dengan usaha yang menerima kredit dan mendapat
penjaminan PT Jamkrida Bali Mandara tersebut.
Dalam upaya mengemban misi dari pihak-pihak yang
berkepentingan, PT Jamkrida Bali Mandara telah menjalin kerjasama
penjaminan dengan PT Bank Pembangunan Daerah Bali dan Lembaga
Keuangan non Bank PT Sarana Bali Ventura. Persyaratan utama mendapat
penjaminan adalah : UMKM harus visible atau layak mendapat kredit dari
bank atau lembaga keuangan.
Produk jaminan yang diluncurkan PT Jamkrida Bali Mandara adalah sebagai
berikut :
a. Penjaminan kredit mikro dan kecil : untuk membiayai sector usaha mikro
dan kecil atau penjaminan kredit usaha produktif
b. Penjaminan kredit multiguna : untuk membiayai berbagai keperluan
nasabah perorangan atau anggota koperasi pegawe atau koperasi
karyawan yang berpenghasilan tetap dengan coverage resiko
kemacetan kredit baik alas an kematian,PHK maupun kredit macet
lainnya.
c. Penjaminan kredit konstruksi pengadaan barang dan jasa : untuk
membiayai pekerjaan konstruksi atau pengadaan barang dan jasa atau
pengadaan proyek yang dibiayai berdasarkan APBN,APBD, dana BUMN
dan dana BUMD.
d. Penjaminan kredit linkage program : untuk penjaminan yang disalurkan
kepada end user melalui kerja sama pola executing antara bank atau
lembaga keuangan lainnya dengan BPR dan Koperasi sebagai pihak
terjamin.
Tabel 3.25 Data Penjaminan sampai dengan 30 September 2013
Sumber : Bappeda Provinsi Bali, 2013
7. Sasaran Meningkatnya Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola.
Tabel Pencapaian Sasaran Meningkatnya Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
No.
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2013
2014 Target akhir tahun
renstra 2018
Capaian s/d 2013
trhdp 2018 (%)
Target
Realisasi
%
KETERANGAN Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Total
Plafond Kredit 38,337,500,000
564,675,600,000
195,698,700,020
798,711,800,020
Nilai Penjaminan
31,633,750,000
107,424,235,000
165,871,529,938
304,929,514,938
Jumlah Terjamin
464 4,875 2,306 7,645
57
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Jumlah pegawai yang mengikuti diklat/kursus/bimtek
2. Jumlah Aparatur yang lulus S1/S2/S3
3.414 orang
3. Persentase PNS yang mendapat hukuman disiplin
4. Jumlah Unit Pelayanan yang mendapat penghargaan tingkat nasional
8. Sasaran Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pelestarian Kebudayaan
Provinsi Bali memiliki keterbatasan yang nyata terhadap
ketersediaan SDA, akan tetapi di sisi lain memiliki kebudayaan daerah dan
jasa-jasa lingkungan alam yang merupakan potensi dan andalan sebagai
sumber pembangunan. Prioritas Pembangunan daerah Bali diarahkan pada
pembangunan ekonomi di bidang pertanian dalam arti luas, pariwisata, dan
industri kerajinan. Oleh karena itu, pembangunan daerah digerakkan melalui
2 (dua) basis utama, yaitu basis sumber daya alam dan basis sumber daya
manusia yang ada di daerah. Pembangunan daerah Bali berlandaskan pada
kebudayaan yang dijiwai oleh Agama Hindu dan Konsep Tri Hita Karana
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui menyeimbangkan
tujuan ekonomi, pelestarian budaya, dan lingkungan hidup, oleh karena itu
dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup di Bali pengelolaan lingkungan
dilaksanakan dengan menerapkan falsafah Tri Hita Karana tersebut.
Menyikapi berbagai persoalan lingkungan hidup di Bali. Provinsi Bali
telah mendeklarasikan program pengelolaan lingkungan dengan pendekatan
yang holistik dan komprehensif yaitu Program Bali Green Province. Bali
Green Province adalah komitmen Pemerintah Provinsi Bali bersama
Pemerintah Kabupaten/Kota se-Bali, swasta, LSM, Perguruan Tinggi,
sekolah, Desa Pekraman dan seluruh komponen masyarakat Bali, dengan
segala daya dan upaya untuk mewujudkan Bali yang bersih, sehat, nyaman,
58
lestari dan indah bagi generasi kini dan akan datang menuju tercapainya Bali
yang maju, aman, damai dan sejahtera (Bali Mandara).
Tiga strategi utama untuk menjalankan program Bali Green Province
yaitu:
1) Green Culture : Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya
(kearifan lokal) yang berwawasan lingkungan hidup, termasuk berbagai
aktivitas keagamaan baik yang berskala kecil, menengah maupun besar.
2) Green Economy : Mewujudkan perekonomian Daerah Bali yang mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun tetap dapat menjaga
kelestarian fungsi lingkungan hidup untuk generasi masa kini dan yang
akan datang.
3) Clean and Green : Mewujudkan lingkungan hidup Daerah Bali yang
bersih dan hijau, sehingga dapat terbebas dari pencemaran dan
kerusakan sumberdaya alam.
Respons terhadap upaya pengelolaan lingkungan dilakukan melalui
pendekatan struktural dan non struktural. Pendekatan struktural melalui
pengembangan berbagai sarana dan prasarana lingkungan dan peningkatan
kegiatan rehabilitasi lingkungan dalam rangka mempercepat pemulihan
kondisi lingkungan yang mengalami degradasi. Pendekatan non-struktural
melalui pengembangan kebijakan pembangunan yang berwawasan
lingkungan meliputi kebijakan, rencana dan program pembangunan,
memperkuat kelembagaan serta anggaran; peningkatan kesadaran,
kepedualian dan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan lingkungan,
peningkatan ketaatan mayarakat terhadap lingkungan, mengembangkan
kemitraan pengelolaan lingkungan dan pendidikan bermuatan lingkungan
hidup.
Penduduk dan aktivitasnya merupakan sumber utama tekanan
terhadap lingkungan hidup. Secara teoritis, tekanan lingkungan hidup
berbanding lurus dengan jumlah penduduk serta penggunaan sumberdaya
alam serta jasa-jasa lingkungan dan dampak kerusakan dan/atau
pencemaran yang ditimbulkan persatuan penggunaannya. Aktivitas
pembangunan dalam sektor pariwisata di Provinsi Bali juga menimbulkan
tekanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup. Penurunan
jumlah lahan pertanian produktif akan boros lahan dan ketiadaan
perlindungan terhadap sector pertanian di Bali. Beberapa faktor yang menjadi
pendorong semakin maraknya alih fungsi lahan produktif yaitu tidak
terkontrolnya perluasan investasi lahan dan sumber daya alam dengan tidak
mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung Bali, seperti : Hotel,
Villa, lapangan golf, bisnis proferty, dan lain sebagainya. Serta menurunnya
59
kualitas dan kuantitas kawasan hutan, danau, daerah resapan maupun
daerah daerah aliran sungai sehingga menurunkan ketersediaan air.
Tabel Pencapaian Sasaran Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pelestarian Kebudayaan
No.
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2013
2014 Target akhir tahun
renstra 2018
Capaian s/d 2013
trhdp 2018 (%)
Target
Realisasi
%
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Persentase penanganan sampah
67,1%
2. Persentase Penduduk berakses air minum
80,43%
3. Pencemaran status mutu air sungai utama
Sedang Baik
4. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL
100%
5. Rasio tempat pembuangan sampah per satuan penduduk
79,45%
6. Persentase Penegakan hukum lingkungan
100%
7. Persentase ruang terbuka hijau
8. Rasio bangunan ber IMB persatuan bangunan
9. Ruang publik yang berubah peruntukkannya
Pemerintah Provinsi Bali hingga tahun 2013 telah melakukan upaya-
upaya pengelolaan lingkungan hidup melalui program/kegiatan antara lain
Penyusunan RAD-GRK, Program Pengendalian Pencemaran oleh Sampah,
Pemantauan Kualitas Air, Pemantauan Kualitas Udara, Analisi Kualitas Air
Limbah, Pengendalian Pencemaran Karbon Monoksida dan Bahan Perusak
60
Ozon, Pengendalian Pencemaran Limbah B3, Pengendalian dan
Pengawasan Pemanfaatan SDA, Pengendalian Pemanfaatan Ruang,
Penataan dan Pengelolaan Lingkungan Menuju Bali Green Province,
Rehabilitasi Kerusakan Danau, Pengembangan Data dan Informasi
Lingkungan, Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistim Pesisir dan Laut,
Penegakan Hukum Lingkungan, Penaatan Hukum Lingkungan,
Pengembangan Desa Sadar Lingkungan, Kemitraan Dalam Pelestarian
Lingkungan Hidup, dan Peningkatan Sarana Prasarana dan Jejaring
Laboratorium Lingkungan.
Beberapa capaian yang terealisasi hingga tahun 2012 antara lain :
rekomendasi dokumen AMDAL yang ditetapkan oleh Komisi AMDAL Daerah
Provinsi Bali tahun 2011 sebanyak 28 buah, 9 laporan BKPRD dan 9 Laporan
kegiatan wajib AMDAL UKL. Sedangkan rekomendasi AMDAL tahun 2012
sebanyak 24 buah rekomendasi dokumen AMDAL, 9 laporan BKPRD dan 9
laporan kegiatan wajib AMDAL UKL.
Tahun 2011, Kegiatan Pengendalian Persampahan mengadakan
pelatihan pengelolaan sampah untuk 40 orang peserta dan pameran tentang
pengelolaan sampah selama 3 hari yang bertempat di Art Centre Denpasar.
Sedangkan pada tahun 2012 telah diadakan pengadaan 176 unit bak
sampah, 24 unit gerobak sampah, 12 unit mesin potong rumput yang di
serahkan kepada desa di seluruh kab./kota. Disamping itu juga telah
diadakan pelatihan pengelolaan sampah untuk 40 orang peserta. Pada
Kegiatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Persampahan di tahun 2011,
telah mengadakan 6 unit depo sampah, 11 paket peralatan pengelola
sampah, dan 12 unit mesin potong rumput.
Selama tahun 2011, penanganan kasus lingkungan hidup sebanyak
27 kasus, dan Penilaian Peringkat Kinerja Pentaatan Lingkungan Perusahaan
(PKPLP) untuk kegiatan yang berijin sebanyak 27 unit/usaha. Sedangkan
pada tahun 2012, terdapat 35 penanganan kasus lingkungan hidup dan 27
unit/usaha untuk Penilaian Peringkat Kinerja Pentaatan Lingkungan
Perusahaan (PKPLP) untuk kegiatan yang berijin .
Realisasi pelaksanaan program dan kegiatan prioritas untuk urusan
lingkungan hidup dari tahun 2011 – 2013 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.26 Pencapaian Sasaran Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pelestarian Kebudayaan.
Indikator Capaian 2011
Realisasi 2012
Target 2013
Realisasi 2013
1 2 4 5 6
Pengembangan sekolah Percontohan berwawasan Lingkungan hidup (eco School)
4 sekolah (44%)
8 sekolah 9 sekolah n/a
61
Pengembangan kualitas SDM lingkungan hidup
66 org (60%)
66 org 110 org n/a
Pengawasan dan pembinaan instrumen lingkungan
48 lokasi (60%)
64 lokasi 80 lokasi 80 lokasi
Penegakan hukum lingkungan.
90 kasus (57%)
127 kasus 157 kasus 157 kasus
Sosialisasi Green Province secara berkelanjutan
18 kec. (32%)
57 kec. 57 kec. n/a
Pengembangan sarana pengelolaan sampah (WWG, Takura dan Pengkomposan.
221 unit (32%)
40 unit 651 unit n/a
62
1 2 3 4 5
Pemantauan Kualitas Air
62 Titik sampling
115 Titik sampling
364 Titik sampling
364 Titik sampling
Pemantauan Kualitas Udara
36 Titik sampling
90 Titik sampling
45 Titik sampling
45 Titik sampling
Analisis Kualitas Air Limbah
- 50 Titik Sampling
20 Titik Sampling
20 Titik Sampling
Pengendalian Pencemaran Karbon Monoksida dan BPO
44 usaha bengkel AC/ Referigera-tor
36 usaha bengkel AC/ Referige-rator 1 paket iklan tayangan masyarakat
50 usaha bengkel AC/ Referige-rator
75 usaha bengkel AC/ Referige-rator
Pengembangan Data dan Informasi Lingkungan
50 Paket buku laporan dan Data SLHD
50 Paket buku laporan dan Data SLHD
50 Paket buku laporan dan Data SLHD
50 Paket buku laporan dan Data SLHD
Peningkatan Sarana Prasarana dan Jejaring Laboratorium Lingkungan
Pembinaan 13 Lab. Lingkungan Prov/Kab /Kota
1 Paket peralatan laboratorium Pembinaan 13 Lab. Lingkungan Prov/Kab/ Kota
1 Paket peralatan laboratorium Pembinaan 13 Lab. Lingkungan Prov/Kab/ Kota
1 Paket peralatan laboratorium Pembinaan 13 Lab. Lingkungan Prov/Kab/ Kota
Sumber : Biro Ekbang Setda Provinsi Bali 2011, 2012, dan 2013 RPJMD Provinsi Bali diolah
Dengan melihat permasalahan di atas, ada beberapa upaya yang
dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi Bali antara lain meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk mengelola sampah dengan baik dan benar, pembinaan dan
pengendalian sumber-sumber pencemaran udara, penyelenggaraan PROPER
(Program Peningkatan Kinerja Perusahaan), pengendalian limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun), meningkatkan pengawasan terhadap tata guna lahan
yang sesuai dengan tata ruang, Meningkatkan pengelolaan konservasi dan
pendayagunaan sumber-sumber alam dan pelestarian keanekaragaman hayati
(biodiversitas), meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian
sumber daya alam, dan meningkatkan peran serta masyarakat/pemberdayaan
masyarakat perlu segera ditangani melalui Pendidikan, latihan, sosialisasi,
Fasilitasi sarana dan prasarana, Tegakkan aturan dengan keras dan jelas
dengan kegiatan pembinaan dan Pentaatan Hukum lingkungan dan Optimalisasi
kegiatan pendidikan hukum lingkungan.
63
Dari tabel di atas, pencapaian prioritas Peningkatan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Pelestarian Kebudayaan antara lain pengembangan
sekolah percontohan berwawasan lingkungan hidup (eco school) pada tahun
2011 tercapai 44 persen dari (terdapat 4 Sekolah yang dijadikan contoh sekolah
berwawasan lingkungan. Tahun 2012 tercapai 8 sekolah yang dijadikan contoh
sekolah berwawasan lingkungan dari 6 sekolah yang ditargetkan. Selanjutnya di
tahun 2013 menargetkan sebanyak 9 sekolah untuk dijadikan percontihan
sekolah berwawasan lingkungan.
Selanjutnya melaksanakan pengembangan kualitas SDM bidang
lingkungan hidup yang ditargetkan di tahun 2013 sebanyak 110 orang dan baru
tercapai 66 orang atau 60 persen selama pelaksanaan dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2012. Dan di tahun 2012 terealisasi 66 orang (SDM) yang
meningkat pengetahuannya tentang lingkungan hidup.
Dalam rangka pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan
dilaksanakan pengawasan dan pembinaan intrumen lingkungan yang disasar
sebanyak 80 lokasi di tahun 2013, dan baru terealisasi 48 lokasi atau 60 persen
di tahun 2011. Dan di tahun 2012 terealisasi 64 lokasi yang mendapat
pengawasan dan pembinaan terhadap instrumen lingkungan.
Selanjutnya penegakan hukum lingkungan perlu juga ditegakkan
dimana 157 kasus yang ditargetkan tuntas diselesaikan pada tahun 2013, baru
90 kasus (57 persen) yang diselesaikan dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2011. Di tahun 2012 terealisasi 127 kasus dari 120 kasus yang ditargetkan
penegakkan kasus tentang lingkungan.
Dalam rangka mewujudkan lingkungan hidup yang bersih, hijau dan
lestari (bali green province) masyarakat diberikan sosialiasi mengenai Bali
Green Province secara berkelanjutan, dimana di tahun 2013 yang ditargetkan 57
kecamatan yang diberikan sosialiasi, baru terealisasi 18 kecamatan (32 persen)
dari tahun 2009 sampai dengan 2011. Di tahun 2013 terealisasi 57 kecamatan
dari 39 kecamatan yang ditargetkan untuk diberikan sosialisasi mengenai Green
Province.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan melalui kearifan local, pemerintah mengembangkan
sarana pengelolaan sampah dari yang ditargetkan di tahun 2013 sebanyak 651
unit dan baru terealisasi 221 unit (32 persen) dari tahun 2009 sampai dengan
2011. Di tahun 2012 dari 337 unit sarana pengelolaan sampah yang
direncanakan untuk diberikan, terealisasi Cuma 40 unit saja.
Kebudayaan
Pemerintah Provinsi Bali setiap tahun menyelenggaraakan Pesta
Kesenian Bali, tidak hanya menampilkan ratusan sekaa/grup kesenian dari
Kabupaten/Kota di Bali tetapi juga diikuti partisipan dari kesenian provinsi lain
64
dan kesenian manca negara. Selain Pesta Kesenian Bali, juga
diselenggarakan festival seni dan budaya di lokasi-lokasi pariwisata seperti
Festival Nusa Dua, Festival Kuta, Festival Sanur dan Festival Tanah Lot.
Jumlah penyelenggaraan festival kesenian budaya di Bali yang bersifat
nasional maupun internasional pada tahun 2012 adalah sebanyak 30
festival.
Di Bali Jumlah sarana penyelenggaraan seni dan budaya tersebar di
ribuan desa pakraman maupun sanggar-sanggar kesenian. Berdasarkan data
dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, pada tahun 2008 jumlah sarana
penyelenggaraan seni dan budaya sebanyak 2.835, pada tahun 2009
sebanyak 2.847, tahun 2010 sebanyak 2.865, dan pada tahun 2011 serta
tahun 2012 sebanyak 2.871.
Selain Taman Budaya di Provinsi Bali, masing masing
kabupaten/kota juga memiliki sarana penyelenggaraan seni budaya yang
namanya berbeda, seperti Gedung Pendopo Kesari di Jembrana, Gedung
Mario di Tabanan, Gedung Giri Kusuma di Bangli, Gedung Kesenian Gede
Manik di Buleleng, Balai Budaya di Gianyar, Gedung Kesenian di
Karangasem.
Benda, situs dan cagar budaya di Bali berbeda dengan daerah lain di
Indonesia, karena di Bali sebagian besar masih difungsikan oleh masyarakat
Bali sehingga bersifat hidup. Tercatat 96 persen benda situs dan kawasan
cagar budaya yang di lestarikan dari total 502 benda situs.
9. Sasaran : Peningkatan Ketentraman, Ketertiban, dan Keamanan
Capaian prioritas peningkatan Ketentraman dan Ketertiban,
Pengelolaan Bencana serta Pengamanan Terpadu Berstandar Internasional
dengan Penyediaan sistem deteksi dini meliputi pengadaan Alat-alat
keamanan, Pemeliharaan CCTV, Pelatihan aparatur dibidang intelijen, Bantuan-
bantuan alat keamanan, keterlibatan beberapa pihak terkait dalam deteksi dini.
Bahwa aksi terorisme perlu tetap diwaspadai karena sifat dan perilaku
gerakannya dapat bermutasi dengan cepat, dari aksi yang terang-terangan
menjadi aksi yang bersifat tidak terlihat, nonaktif, dan regeneratif. Langkah-
langkah yang telah dilakukan melaksanakan koordinasi dan komunikasi intensif
dengan komuniti intelijen baik di Bali maupun di Jateng, Jatim dan NTB,
meningkatkan kualitas SDM dengan diklat intelijen baik di BAIS TNI maupun di
BIN, Mengoptimalkan peran KOMINDA, mengupayakan menggalang,
membangun dan memelihara jaring intelijen.
65
Tabel Pencapaian Sasaran Peningkatan Ketentraman, Ketertiban, dan Keamanan
No.
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2013
2014 Target akhir tahun
renstra 2018
Capaian s/d 2013
trhdp 2018 (%)
Target
Realisasi
%
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Angka Kriminalitas
21 15/10.000 pddk
10
2. Jumlah Demo
136 kali 60 kali 27 kali
3. Jumlah penyelesaian kasus pelanggaran Perda/ Pergub
1194 kasus
300 kasus 300 kasus
Tabel 3.27 Pencapaian Sasaran Peningkatan Ketentraman dan Ketertiban, Pengelolaan Bencana serta Pengamanan Terpadu Berstandar Internasional.
Indikator Capaian 2011
Realisasi 2012
Target 2013
Realisasi 2013
1 2 3 4 5
Jumlah aparatur yang dilatih bidang Intelejen
90 org (69%)
25 org 130 org 90 org (69%)
Jumlah sarana dan prasarana sistem (CCTV) untuk Deteksi dan pencegahan Dini
15 CCTV (52%)
5 CCTV 29 CCTV
15 CCTV (52%)
66
1 2 3 4 5
Jumlah masyarakat yang Meningkat wawasannya Tentang wawasan kebangsaan, kesadaran bela negara dan ideologi
1.200 org (67%)
100 org 1.800 org
1.200 org (67%)
Jaring deteksi dini 280 org (67%)
82 org 420 org
280 org (67%)
Sumber : Biro Ekbang Setda Provinsi Bali 2011 dan 2012, RPJMD Provinsi Bali diolah
Dalam rangka mengantisipasi ketentraman dan ketertiban
masyarakat guna memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat,
Badan Kesbangpol Provinsi Bali sesuai dengan tugas dan fungsinya
sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 85 Tahun 2011,
sampai dengan Tahun 2013 telah memasang 5 (lima) unit kamera CCTV
masing-masing dipasang di : 2 (dua) unit Kantor Gubernur Bali (di pintu
depan dan pintu belakang), 1 (satu) unit di sekitar Pura Jagatnatha, 1 (satu)
unit di sekitar Pura Batur Kabupaten Bangli, 1 (satu) unit di Pura Gua Lawah
Kabupaten Klungkung. Dan sampai dengan Tahun 2013, telah terpasang 16
(enam belas) unit Camera CCTV analog di sekitar Kantor Gubernur Bali
antara lan:
1 (satu) unit di Pintu masuk Kantor Gubernur sebelah barat;
1 (satu) unit di pintu keluar Kantor Gubernur sebelah timur;
1 (satu) unit di pintu belakang Kantor Gubernur;
1 (satu) unit di parkir Timur Kantor Gubernur;
1 (satu) unit di parkir Barat Kantor Gubernur;
1 (satu) unit di Loby Utama unit II lantai I;
1 (satu) unit di Pintu utara Unit II lantai I;
1 (satu) unit di Loby Utama Unit III lantai I;
1 (satu) unit di Pintu Utara Unit III lantai I;
1 (satu) unit di Pintu Timur Unit I;
1 (satu) unit di Pintu Tengah Unit I;
1 (satu) unit di Pintu Barat Unit I;
1 (satu) unit di Loby Wiswa Sabha;
1 (satu) unit di Unit II Lantai I R. CCTP;
1 (satu) unit di Unit II Lantai I R. CCTP;
1 (satu) unit di Unit II Lantai I R. CCTP;
Selain itu, Camera CCTV analog juga telah terpasang sebanyak 6 (enam)
di Lokasi Rumah Jabatan Gubernur/Jaya Sabha meliputi;
67
1 (satu) unit di Pintu belakang Gedung Jaya Sabha;
1 (satu) unit di Pintu Masuk Gedung Jaya Sabha;
1 (satu) unit di Halaman belakang Gedung Jaya Sabha;
(tiga) unit di Ruang Kasub. Bag di Jaya Sabha;
Adapun biaya perawatan terhadap CCTV maupun Camera CCTV
analog tersebut diatas, telah dilaksanakan melalui Dana yang tersedia dalam
DPA SKPD Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Bali Tahun
Anggaran 2013 pada pekerjaan pemeliharaan CCTV pada Kegiatan
Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor, sebesar Rp.
198.000.000,- (seratus sembilan puluh delapan juta rupiah).
Pemasangan Closed Circuit Television (CCTV) merupakan upaya
preventif dalam rangka pencegahan secara dini terhadap tindakan
kejahatan yang dilakukan pihak tidak bertanggung jawab. Dengan CCTV,
akan termonitor segala tindakan yang dilakukan, sehingga setiap individu
ataupun kelompok ada ”rasa takut/enggan” melakukan tindakan kriminal.
Efektifitas keberadaan CCTV telah membantu upaya menciptakan
keamanan wilayah, khususnya di tempat umum/tempat strategis. Selama ini
banyak kasus yang terekam melalui pesawat CCTV bisa segera
ditindaklanjuti. Hal ini membuktikan, keberadaan CCTV sudah memberikan
arti yang cukup penting bagi upaya menciptakan keamanan wilayah. Namun
demikian, kondisi keamanan suatu wilayah tidak bisa hanya mengandalkan
keberadaan CCTV. Untuk itu, kawasan yang telah dipasangi CCTV juga tetap
menggunakan sistem keamanan yang berbasis masyarakat. Artinya, sistem
patroli yang dilakukan oleh aparat berwenang (Kepolisian), juga melibatkan
sejumlah komponen masyarakat. Harus disadari bahwa CCTV hanya sebuah
alat bantu dalam menciptakan keamanan di suatu wilayah. Tanggung jawab
utama masalah ini tetap pada peran serta masyarakat setempat.
Untuk mengantisipasi kerawanan dibidang Suku, Agama, Ras, yang
mengundang potensi kerawanan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan
nasional, sampai saat ini telah dilaksanakan Bintek Pemantapan Wawasan
Kebangsaan, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Forum Pembauran
Kebangsaan (FPK) serta Forum Penguatan Pendidikan Kebangsaan dan
Pembinaan Ideologi.
Dalam upaya meningkatkan kecerdasan masyarakat dalam berpolitik
diperlukan terciptanya mindset yang sama dalam pembangunan politik yang
ditempuh melalui forum komunikasi dan konsoltasi ormas, LSM, dan yayasan
provinsi Bali, Fasilitasi kegiatan organisasi kemasyarakatan, dan
pengembangan dan pemberdayaan partai politik, sebagai bagian infra
struktur politik untuk menunjang program pemerintah dalam pembangunan
politik
68
Terkait dengan upaya peningkatan ketentraman dan ketertiban,
pengamanan terpadu berstandar internasional ada beberapa kegiatan yang
telah terealisasi tahun 2011 yaitu terlaksananya kegiatan Pembekalan
pemanfaatan fungsi jaringan deteksi dini dan pengawasan orang asing dan
pemantauan ijin penelitian, Pengembangan pemeliharaan ketentraman dan
ketertiban masyarakat, melaksanakan operasional/koordinasi komintel serta
Pengembangan sistem jaringan komunikasi terinskripsi pemantauan
keamanan terpadu standar internasional. Selanjutnya pada tahun 2012 telah
dilaksanakan kegiatan sosialisasi Permendagri Nomor 49 tahun 2010 tentang
Pedoman Pemantauan Orang Asing dan Organisasi Masyarakat di Daerah,
sosialisasi Permendagri Nomor 50 Tahun 2010 tentang Pemantauan Tenaga
Kerja Asing di Daerah, Sosialisasi Forum Kewaspadaan ini Masyarakat
(FKDM), dan bintek FKDM sebanyak 30 orang.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengantisipasi hal di atas antara
lain dengan meningkatkan koordinasi dengan Kabupaten/Kota untuk
meningkatkan peran petugas di pintu-pintu masuk Bali dan meningkatkan peran
Hansip/Linmas dalam melakukan monitoring penduduk pendatang.
2.7 Sasaran : Peningkatan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Pembangunan infrastruktur jalan mendapat perhatian serius
Pemerintah Provinsi Bali, sebab ketersediaan prasarana jalan yang baik dan
berkualitas menjadi syarat mutlak dalam upaya memajukan perekonomian
Pulau Bali. Lebih dari itu, jalan yang berkualitas merupakan salah satu faktor
pendukung pembangunan sektor pariwisata. Menyadari hal tersebut, pada
tahun anggaran 2013 ini Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas PU
mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 164,96 Milyar untuk penanganan
infrastruktur jalan.
Alokasi dana sebesar itu antara lain dimanfaatkan untuk pemeliharaan
jalan provinsi sebesar Rp. 71,81 milyar lebih atau sebesar 43,53 persen,
peningkatan jalan sebesar Rp. 88,01 milyar lebih atau 53,35 persen. Dana
juga dialokasikan untuk perencanaan dan pengawasan tehnik jalan dan
jembatan Rp. 4,54 milyar lebih serta koordinasi dan pemeliharaan peralatan
sebesar Rp. 589,3 juta.
Tidak semua jalan di Bali ini statusnya Jalan Provinsi. Ada juga jalan
nasional dan kabupaten. Sesuai dengan data Dinas PU Bali, panjang ruas
jalan provinsi hingga saat ini 860, 53 KM dan tersebar di sembilan
kabupaten/kota. Dari total ruas jalan provinsi tersebut, sepanjang 35,505 KM
dilakukan peningkatan jalan, sementara sisanya mendapat pemeliharaan
rutin.
69
Berdasarkan fungsinya, jaringan jalan dapat dibedakan atas jalan
arteri, jalan kolektor dan jalan lokal. Panjang jaringan jalan arteri di Bali
sampai tahun 2012 adalah jalan Arteri 419,89 km, jalan kolektor I 169,53 Km
dan Kolektor II 462 km dan jalan lokal 421,07 km. Berdasarkan jenis
permukaan, seluruh panjang jalan nasional telah beraspal, dan jalan Provinsi
yang beraspal 875,57 km, jalan tanah 7,50 km, sedangkan jalan kabupaten
yang beraspal 5332,30 Km, jalan kerikil 175,09 km dan 458,34 Km jalan
tanah. Dengan kondisi topografi daerah Bali yang banyak terdapat aliran
sungai, maka agar prasarana jalan menjadi satu kesatuan sistem jaringan,
prasarana jalan tersebut memerlukan adanya bangunan jembatan.
Jumlah seluruh jembatan sampai dengan tahun 2013 sebanyak 826
buah dengan panjang bentang jembatan 15.984,78 meter, terdiri dari
jembatan nasional 222 buah dengan panjang bentang 5.211,24 meter,
jembatan provinsi 137 buah dengan panjang bentang 3.503,70 meter dan
jembatan kabupaten 467 buah dengan panjang bentang 7.269,84 meter.
Pencapaian prioritas Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Wilayah
Bali Tahun 2013 disampaikan pada Tabel berikut.
Tabel 3.28 Pencapaian Sasaran Peningkatan Pembangunan Insfrastruktur Wilayah
Indikator Capaian 2011
Realisasi 2012
Target 2013
Realisasi 2013
1 2 3 4 5
Penanganan Kondisi Jalan
- Mantap - Tidak mantap
673,37 km 187,16 km
80,42 persen 19,58 persen
774,477 km 84,053 km
684,37 Km 176,16 Km
Prasana Irigasi 223.130 km
2.072,95 km
295,320 km
12,228 Km - Saluran
pembawa
Pantai terabrasi 184 km 181,70 km 87,54 km 0,409 Km
Penumpang Transbagita
205.101 org
626.051 org 647.485 org
801.829 org
Sumber : Biro Ekbang Setda Provinsi Bali 2011, 2012 dan 2013 RPJMD Provinsi Bali diolah
Bali sebagai Pulau Dewata salah satu Destinasi Pariwisata dan tempat
berlangsungnya Event Internasional menuntut semua pihak untuk
memperhatikan Kondisi Infrastruktur sebagai salah satu upaya Meningkatkan
pertumbuhan Ekonomi dan mempercepat Pertumbuhan Ekonomi dan salah
satu cara yang paling sederhana untuk mengangkat Citra Bangsa Sehingga
ada beberapa Isu Infrastruktur yang harus direspon diantaranya : Kondisi
Jalan Yang Belum Mantap, Volume Lalu Lintas, dan Over Weight (Kelebihan
Tonase)
Permasalahan Pokok Volume Lalu-Lintas Jalan Provinsi di Bali antara
lain beberapa Ruas Jalan Provinsi telah mengalami Tingkat Pelayanan Jenuh
70
diantaranya Jalan Hasanudin-Jalan Udayana, Jalan Surapati, Jalan Gunung
Agung-Gunung Sanghyang dan lain-lain. sehingga program-program
pendukung manajemen dan rekayasa lalu-lintas menjadi skala yang cukup
prioritas untuk mengurangi kemacetan lalu lintas pada ruas-ruas Jalan Provinsi.
Terbatasnya Pengembangan Sub Sistem Jaringan dgn Pertumbuhan
Kendaraan yang jauh lebih pesat akan menimbulkan Degradasi Level Of
Service, untuk itu Sistem Angkutan Umum Massal (AUM) kami berikan
perhatian khusus sebagaimana kota-kota Metropolitan Lainnya di Dunia. Beban
lalu-lintas yang didukung beberapa Jalan Provinsi di Bali melebihi daya dukung
jalan, sehingga menyebabkan Kerusakan Dini, sehingga Sub Sistem
Kelembagaan yang ada perlu diperkuat serta peningkatan kesadaran para
penyedia jasa (Pemilik Kendaraan/Sopir/Perusahaan) perlu untuk ditingkatkan.
Jalan yang direncanakan dengan Beban Gandar 8 Ton selanjutnya
menerima Beban Gandar 16 Ton, akan menyebabkan Umur Rencana Menjadi
1/16 dari Umur Rencana Standar yang direncanakan. Akibatnya terjadi
Kerusakan Dini maka Biaya pemeliharaan menjadi 16 Kali dari Biaya Standar.
Permasalahan Pokok Jalan di Bali, antara lain : Kebutuhan biaya Penanganan
Jalan cukup besar, dan bila terjadi keterlambatan penanganan kerusakan kecil
(pemeliharaan rutin) akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah sehingga
harus ditangani dengan Jenis Penanganan yang lebih tinggi (Pemeliharaan
Berkala maupun Peningkatan Jalan). Beban lalu-lintas yang didukung
sepanjang Jalan Provinsi di Bali melebihi daya dukung jalan sehingga
menyebabkan Kerusakan Dini, dengan angka pertumbuhan lalu lintas yang jauh
melampaui pertumbuhan jaringan menyebabkan LHR menjadi semakin tinggi,
berakibat tingkat pelayanan menjadi menurun (V/C ratio mendekati 1,0)
Secara Umum dari 819 Paket Kontrak yang harus ditangani oleh Dinas
PU dan Dinas Perhubungan telah sesuai dengan Schedulle yang direncanakan,
meskipun ada 3 paket Kontrak yang gagal Tender akibat sanggahan banding
yang disetujui oleh PA yaitu Paket pengadaan Alat di UPT Bali Selatan dan Bali
Utara serta Paket Pengadaan Halte Bus Portable dan E – Ticketing System
pada Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi.
Layanan transportasi publik Trans SARBAGITA diharapkan dapat
menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan di kawasan
metropolitan (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan). Dengan layanan
berkualitas dan harga terjangkau, masyarakat diharapkan mulai beralih ke
angkutan massal ini. Sebagaimana diketahui, Denpasar sebagai Ibu Kota
Provinsi Bali memberikan pengaruh sangat besar kepada kabupaten
sekitarnya yaitu Badung, Gianyar dan Tabanan yang membentuk satu
kesatuan geografis dan ekonomis atau biasa disebut Metropolitan
SARBAGITA.
71
Jumlah penduduk di wilayah SARBAGITA mencapai 1.886.162 jiwa
dengan pergerakan orang keluar masuk Bali sebanyak 21.702.308 orang
atau mencapai 59.458 orang/hari dalam kurun waktu 12 tahun terakhir.
Penomena tersebut tak dibarengi dengan pelayanan angkutan umum yang
baik. Sehingga sebagian besar pergerakan masyarakat menggunakan
kendaraan pribadi. Alhasil penggunaan kendaraan pribadi mencapai 91,20
persen dengan kenaikan rata-rata 10,69 persen tiap tahunnya. Sementara
penambahan infrastruktur jalan hanya sekitar 1,99 persen tiap tahunnya.
Kondisi inilah yang menimbulkan kamacetan lalu lintas di pusat kota dan juga
ruas jalan penghubung lintas antar kawasan bawahan.
Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Bali terus melakukan
berbagai upaya untuk mengurai kemacetan lalu lintas yang terjadi pada
sejumlah ruas jalan di kawasan SARBAGITA. Selain penambahan dan
peningkatan kualitas infrastruktur jalan, Pemerintah Provinsi Bali juga
berupaya menyediakan transportasi publik yang memadai dengan
meluncurkan trans SARBAGITA. Secara resmi mulai beroperasi pada 18
Agustus 2011, untuk tahap awal Trans SARBAGITA menyediakan 15 armada
melayani rute Batubulan, Gianyar menuju Nusa Dua, Badung serta kondisi
pada tahun 2013 sudah tersedia 25 armada.
Rute awal ini disebut juga Koridor 1 yang melalui Batubulan-Sanur-
Dewa Ruci-Sentral Parkir Kuta-Sunset Road-Dewa Ruci-Kedonganan-Bualu-
BTDC PP. Secara bertahap, Pemerintah Provinsi Bali terus meningkatkan
pelayanan bagi masyarakat pengguna anggkutan Trans SARBAGITA.
Terhitung mulai Jumat, 10 Agustus 2012, Trans SARBAGITA mulai
mengoperasikan armadanya untuk melayani koridor 1 yang melalui trayek
GOR Ngurah Rai – GWK. Koridor 1 akan melayani penumpang dari GOR
Ngurah Rai (halte SMAN 7 Denpasar) hingga halte GWK secara PP.
Pengoperasian koridor 1 didukung 10 bus sedang dengan kapasitas 20
penumpang duduk dan 15 berdiri, hingga semester I tahun 2013 Trans
SARBAGITA telah mengoperasikan Pelayanan Bus di 2 Trayek Utama
dengan beberapa Trayek Pengumpan/Feeder oleh Kabupaten/Kota yang
dilalui. Pengoperasian koridor I dan II didukung 15 Bus Besar dan 10 Bus
Sedang.
Dari jumlah tersebut, yang dioperasikan setiap harinya 22 buah,
sedangkan 3 bus disiapkan untuk cadangan. Jam operasinya mulai pukul
05.00 Wita hingga 21.00 Wita. Dipilihnya jenis bus sedang ini, terkait dengan
rute dalam kota yang akan dilewati Trans SARBAGITA koridor 1 dan untuk
koridor 2 mengoperasikan Bus Besar dengan kapasitas 50 Penumpang.
Mulai beroperasinya koridor 1 dan 2 ini mampu memberikan pelayanan yang
lebih luas kepada masyarakat pengguna jasa angkutan umum.
72
Selain itu, pengoperasian Trans SARBAGITA pada koridor satu dan
dua juga diharapkan mampu menekan penggunaan kendaraan pribadi.
Dengan demikian, kemacetan yang biasa terjadi di sejumlah ruas jalan akan
bisa dikurangi Trans SARBAGITA beroperasi tiap hari mulai pukul 05.00 wita
hingga 21.00 wita, sesuai jadwal dengan headway keberangkatan setiap 15
menit. Bus Trans SARBAGITA hanya menaikkan-menurunkan penumpang di
halte yang telah disediakan selama 60 detik. Dengan tarif Rp. 3.000 untuk
dewasa dan Rp. 2.500 untuk anak-anak, masyarakat bisa menikmati layanan
transportasi yang nyaman.
Pembangunan urusan pekerjaan umum sangat penting dalam
menggerakkan perekonomian daerah dan nasional melalui pemenuhan
kebutuhan pelayanan dasar dalam upaya mendorong percepatan
terwujudnya kesejahteraan serta keadilan bagi masyarakat. Pembangunan
infrastruktur mencakup pembangunan sarana dan prasarana dasar yang
dapat mempermudah akses masyakarat. Memenuhi kebutuhan dan minat
masyarakat akan kebutuhan transportasi serta mendukung kelanjutan
Jaringan Trayek, UPT. Trans Sarbagita pada tahun 2014 berencana untuk
melaunching Trayek Sanur - Petitenget dengan asumsi bantuan bus dari
Kementerian Perhubungan dapat terealisasi pada Tahun 2013 atau awal
2014.
Dalam RPJMD Bali tahun 2008-2013, program-program yang
ditetapkan untuk menunjang kebijakan pembangunan urusan pekerjaan
umum yaitu :
1. Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan
pengairan lainnya;
2. Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan SDA
lainnya;
3. Penyediaan dan pengelolaan air baku;
4. Pengendalian banjir dan pengamanan pantai.
Program Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan
jaringan pengairan lainnya, dilaksanakan melalui kegiatan pemeliharaan
jaringan irigasi yang menjadi kewenangan provinsi pada khususnya. Sampai
dengan tahun 2012, jaringan irigasi kewenangan provinsi tercatat sepanjang
1.412.032 Km, diantaranya dalam kondisi baik sepanjang 1.063.388 Km
(75,31 persen) dan dalam kondisi rusak sepanjang 348.644 Km (24,69
persen). Kondisi ini lebih baik dari kondisi tahun 2011, dimana jaringan irigasi
dalam kondisi baik sepanjang 1.056.284 Km (74,80 persen), dan kondisi
rusak sepanjang 355.748 Km (25,19 persen).
Kondisi jaringan irigasi yang membaik ini disebabkan karena telah
dilaksanakannya rehab pada 6 (enam) Daerah Irigasi (DI), yaitu: DI Tiyingtali
73
Kabupaten Buleleng, DI Palasari Kabupaten Jembrana, DI Caguh Kabupaten
Tabanan, DI Gerana Kabupaten Badung, serta DI Tungkub Kabupaten
Tabanan/Badung. Disamping itu, juga dilakukan pemeliharaan berkala
jaringan irigasi yang telah dibangun di 8 (delapan) Kab./Kota kecuali
Kabupaten Karangasem.
Tabel 3.29 Kondisi Jaringan Irigasi Kewenangan Provinsi Tahun 2012
No Uraian Kondisi (Km)
Panjang Baik Rusak Rasio Ket.
1 Jaringan Primer 129.688 116.269 13.419 89,53
2 Jaringan Sekunder 355.528 263.099 92.429 74,00
3 Jaringan Tersier 926.816 760.139 166.677 82,02
Jumlah 1.412.032 1.063.388 348.644 75,31
Sumber : Bappeda Provinsi Bali, 2013
Dari data diatas, dapat ditunjukkan hanya 75,31 persen jaringan
irigasi dapat berfungsi secara optimal. Perbandingan antara panjang jaringan
irigasi terhadap luas lahan budidaya (Rasio jaringan irigasi) kewenangan
provinsi sampai dengan tahun 2012 baru mencapai 53,20 persen yang terdiri
dari : jaringan primer 985.562 Km, jaringan sekunder 1.259.819 Km, dan
jaringan tersier 2.996.799 Km, serta dengan luas budidaya (luas fungsional)
98.533 Ha. Luas lahan budidaya menurun dari tahun 2010 seluas 100.412
Ha. Hal ini menunjukkan jaringan irigasi yang tersedia belum dapat
memberikan pelayanan secara optimal yang disebabkan luas lahan budidaya
(luas fungsional) tidak berimbang dengan panjang jaringan irigasi, tingkat
kerusakan jaringan, serta terbatas/berkurangnya pasokan air baku.
Perkembangan rasio jaringan irigasi di Provinsi Bali ditunjukkan dalam tabel
berikut :
Tabel 3.30 Rasio Jaringan Irigasi Tahun 2007 s.d 2012
No Uraian Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1 Jaringan Primer 985.562 985.562 985.562 985.562 985.562
2 Jaringan Sekunder
1.259.819 1.259.819 1.259.819 1.259.819 1.259.819
3 Jarigan Tersier 2.996.799 2.996.799 2.996.799 2.996.799 2.996.799
4 Luas Budidaya (Luas Fungsional)
100.412 100.412 98.533 98.533 94.150
5 Rasio 52,21 52,21 53,20 53,20 56,00
Sumber : Bappeda Provinsi Bali, 2012.
Dalam rangka pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai,
danau dan sumber daya air lainnya, pada tahun 2013 pemerintah Provinsi
74
Bali telah melakukan kegiatan pemeliharaan Embung Tembok Kab. Buleleng,
Embung Pura Gae, Embung Ban dan Embung Tukad Mantri di Kab.
Karangasem, serta pemeliharaan Danau Buyan. Sedangkan dalam rangka
penyediaan dan pengelolaan air baku, pemerintah Provinsi Bali telah
berkontribusi dalam penyediaan lahan lanjutan untuk pembangunan
Bendungan Titab di Kab. Buleleng yang ditargetkan untuk melayani 3 (tiga)
kecamatan, yakni Kecamatan Busungbiu, Seririt, dan Gerokgak. Terkait
dengan program pengendalian banjir, pada tahun 2013 telah dilakukan
kegiatan pembangunan pengamanan pantai di Desa Penyaringan, Kab.
Jembrana dan Pengamanan Pantai Gerombong di Kab. Karangasem
Perumahan
Pembangunan urusan perumahan dilaksanakan melalui program dan
kegiatan ke-Cipta Karya-an. Adapun program-program yang ditetapkan
dalam RPJMD Bali tahun 2008-2013 untuk menunjang kebijakan
pembangunan urusan perumahan, yaitu :
1. Bedah rumah,
2. Pengembangan perumahan dan permukiman,
3. Pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah
Pemerintah Provinsi Bali telah mencanangkan program bedah rumah
dengan melaksanakan pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat
kurang mampu. Pada tahun 2012 telah dilakukan bedah rumah sebanyak
1.945 unit dengan anggaran mencapai 38,90 milyar rupiah, yang meningkat
dari tahun 2011 sebanyak 1.636 unit dengan anggaran sebesar 38,72 milyar
rupiah. Program bedah rumah ini juga menyertakan keterlibatan dari LSM
dan peran serta pihak swasta dalam wujud CSR. Realisasi bedah rumah
yang bersumber dari CSR pada tahun 2012 mencapai 557 unit, yang
meningkat dari tahun 2011 sebanyak 522 unit dengan anggaran mencapai
10,44 milyar.
Realisasi cakupan pelayanan air minum Provinsi Bali sampai tahun
2012 baru mencapai 59,71 persen yang terdiri dari cakupan wilayah
perkotaan 62,83 persen dan perdesaan 52,82 persen. Hal tersebut meningkat
dari tahun 2011 sebesar 59,18 persen yang terdiri dari cakupan perkotaan
62,02 persen dan perdesaan 52,22 persen. Untuk dapat mewujudkan target
MDGs sebesar 75,00 persen pada tahun 2015, sangat dibutuhkan kerja keras
dari segenap elemen terkait. Perkembangan cakupan pelayanan air minum
Provinsi Bali sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah.
Tabel 3.31 Perkembangan Cakupan Pelayanan Air Minum Provinsi Bali.
No Uraian Tahun
2010 2011 2012
75
1 Perkotaan 59,25 62,02 62,83
2 Perdesaan 49,81 52,22 52,82
3 Rata-rata 56,57 59,18 59,71
Target -
- 63,86
Sumber : Bappeda Provinsi Bali, 2012
Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih telah
dikembangkan sistem penyediaan air baku Telagawaja di Kabupaten
Karangasem. Sampai tahun 2013 sudah dilakukanPengembangan SPAM di
Desa Manukaya Anyar, Kec. Tampaksiring, Kab. Gianyar, Pengembangan
SPAM di Dusun Mekayu Desa Lalang Linggah Kec. Selemadeg Barat Kab.
Tabanan, SPAM Telagawaja di Kec. Selat Kab. Karangasem, SPAM
Guyangan di Kec. Nusa Penida, Kab. Klungkung, Pembangunan SPAM di
Desa Toya Mule, Kec. Kintamani, Kab. Bangli, SPAM di Br. Galih Ukir, Desa
Padangan Kec. Pupuan Kab. Tabanan, Pembangunan SPAM Penet Unit
Distribusi dan SPAM Petanu serta Pengawasan Pembangunan SPAM
Petanu di Denpasar. Untuk sistem air minum regional mulai tahun 2012
dilaksanakan pembangunan sistem peyediaan air minum Petanu 300 lt/dt
untuk melayani kebutuhan air minum Kab. Gianyar, Kota Denpasar, dan Kab.
Badung.
Penataan Ruang
Bali merupakan satu kesatuan ruang, mecakup ruang daratan, laut,
dan udara, dengan cakupan luas ruang daratan kurang lebih 563.666 Ha,
merupakan satu kesatuan ekosistem pulau kecil merupakan bagian dari satu
kesatuan ruang besar yaitu ruang wilayah negara Republik Indonesia. Dalam
konteks nasional, Bali merupakan sebuah pulau kecil yang tidak memiliki
sumber daya alam yang melimpah, namun memiliki keunggulan komparatif
dari segi keunikan budaya dan keindahan alam, yang merupakan modal
dasar bagi Bali dalam menyelenggarakan pembangunan wilayahnya.
Keunikan budaya dan alam tersebut telah menempatkan Bali sebagai salah
satu destinasi wisata terkemuka di Indonesia dan Dunia dan dinyatakan
sebagai pulau terindah di dunia.
Pesatnya pembangunan di Bali akibat tumbuhnya sektor pariwisata
membutuhkan upaya-upaya pengendalian agar tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kelestarian lingkungan, baik fisik maupun sosial-budaya.
Rencana tata ruang dan dokumen perencanaan lainnya diharapkan bisa
mewujudkan konsep satu kesatuan tata ruang yang dinamis dan dapat
mengantisipasi tuntutan perkembangan pembangunan mengarah kepada
pelestarian lingkungan sesuai dengan falsafah Tri Hita Karana yang
berintikan unsur-unsur nilai keseimbangan hubungan antara manusia dengan
Tuhan, antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan
lingkungannya. Implementasi dari falsafah tersebut untuk menjaga
76
keberlanjutan pembangunan, karena semua kegiatan manusia membutuhkan
ruang.
Bali telah memiliki rencana tata ruang sejak tahun 1988 dan
ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 6
Tahun 1989 tentang Rencana Umum Tata Ruang Daerah Propinsi Daerah
Tingkat I Bali. Kemudian diubah pada tahun 1995 dengan Peraturan Daerah
Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 4 Tahun 1996, tentang Perubahan
Terhadap Peraturan Daerah Tingkat I Bali Nomor 6 Tahun 1989 tentang
Rencana Umum Tata Ruang Daerah Tingkat I Bali, yang kemudian diubah
lagi dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 4 Tahun
1999, terutama menyangkut jumlah kawasan pariwisata. Selama kurun
berlakunya Peraturan Daerah tersebut telah terjadi berbagai perkembangan
kebijakan baru yang belum diakomodasi, sehingga kembali dilakukan
perubahan menjadi Perda Nomor 3 Tahun 2005. Terbitnya Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengakibatkan Perda
Nomor 3 tahun 2005 diubah kembali/dilakukan penyesuaian menjadi Perda
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali
Tahun 2009-2029 yang ditetapkan pada tanggal 28 Desember 2009.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan
ruang wilayah Provinsi Bali yang berkualitas, aman, nyaman, produktif,
berjatidiri, berbudaya Bali, berwawasan lingkungan dan berlandaskan Tri Hita
Karana dengan: (1) terwujudnya keterpaduan perencanaan tata ruang
wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, (2) terwujudnya keterpaduan
pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi, (3) terwujudnya keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang
dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan dan budaya Bali akibat
pemanfaatan ruang, (4) terwujudnya pemanfaatan sumber daya alam secara
berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, (5) terwujudnya
keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah kabupaten/kota
dan kegiatan antarsektor, selain itu adalah terwujudnya pemanfaatan ruang
yang tanggap terhadap mitigasi dan adaptasi bencana.
Sejak Perda Nomor 16 tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029, sebagai operasional dari perda
tersebut telah disusun berupa materi teknis dan raperda yang selanjutnya
akan dibahas menjadi perda. Beberapa materi teknis sebagai rencana rinci
sampai tahun 2011 telah tersususn sebanyak 18 (delapan belas) Rencana
Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi telah disusun dokumen
akademis meliputi :
a. RTR Kawasan Jalan Tohpati-Kusamba,
77
b. RTR Kawasan tempat suci Pura Besakih,
c. RTR Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Ayung,
d. RTR Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih,
e. RTR Kawasan strategis Pariwisata Candidasa,
f. RTR Kawasan strategis Pariwisata Air Sanih,
g. RTR Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus Tanah Lot
h. RTR Kawasan Pariwisata Ubud,
i. RTR Kawasan Teluk Benoa,
j. RTR Kawasan Industri Pengambengan,
k. RTR Kawasan Pelabuhan Tanah Ampo,
l. RTR Kawasan DAS Tukad Penet,
m. RTR Kawasan DAS Tukad Pakerisan,
n. RTR Kawasan DAS Tukad Yeh Ho,
o. RTR Kawasan DAS Tukad Ayung,
p. RTR Kawasan DAS Tukad Petanu,
q. RTR Kawasan Kawasan Strategis Provinsi Terpadu dan Lintas pada 4
(empat) kabupaten (Tabanan, Badung, Buleleng dan Bangli) dan
r. arahan peraturan zonasi sistem provinsi.
Dalam mendukung pelaksanaan penataan ruang yang baik
diperlukan peta sebagai alat untuk memudahkan interprestasi spasial.
Hingga akhir tahun 2012 peta berupa raser dan vektor. Peta raster berupa
peta citra satelit resolusi tinggi seluruh Bali, sedangkan peta vektor/peta garis
dengan skala 1:25000 dan 1:250000 untuk seluruh Bali. Untuk memudahkan
dalam mendukung membuat keputusan dan penampilan peta tersebut telah
dibangun sebuah aplikasi yang berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG)
yang selanjutnya untuk kegiatan tahun berikutnya diharapkan dapat
mendukung sistem informasi penataan ruang.
Berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
Bali Nomor 31 Tahun 2012 tentang Program Legislasi Daerah (Prolegda)
Provinsi Bali Tahun 2013 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali,
sebanyak 3 (tiga) Raperda sudah diagendakan dalam program legislasi yaitu:
RTR Kawasan strategis Pariwisata Candidasa di Kabupaten Karangasem,
RTR Kawasan Strategis Pariwisata Air Sanih di Kabupaten Buleleng
keduanya sebagai kawasan strategis provinsi. Sedangkan Raperda Arahan
Peraturan Zonasi Sistem Provinsi merupakan tindaklanjut amanat Pasal 36
ayat (3) huruf b, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penataan
Ruang.
Sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 78 Ayat (4) huruf c,
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, sampai
akhir Tahun 2012, semua raperda kabupaten/kota tentang rencana tata
78
ruang wilayah kabupaten/kota telah mendapatkan Rekomendasi Gubernur
dan Persetujuan Substansi dari Menteri Pekerjaan Umum sebagai
persayaratan sebelum pembahasan di DPRD Kabupaten/Kota.
Dalam melaksanakan kegiatan koordinasi, sinkronisasi dan
harmonisasi rencana tata ruang wilayah provinsi dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, kelembagaan penataan ruang diperlukan
dalam menunjang penyelenggaraan penataan ruang. Pemerintah Provinsi
Bali telah membetuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD)
Provinsi Bali berdasarkan Keputusan Gubernur Bali Nomor 231/02-
C/HK/2012 tertanggal 16 Pebruari 2012 tentang Pembentukan dan Susunan
Keanggotaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Provinsi
Bali. Semua pemerintah kabupaten/kota juga telah membentuk Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD). Pembentukan Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) mengacu ketentuan
Permendagri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan
Ruang Daerah.
Sebagai upaya mewujudkan kualitas ruang yang semakin baik yang
didukung dengan sumberdaya manusia yang memadai sampai tahun 2012
telah dilaksanakan Bimbingan Teknis Penataan ruang dengan melibatkan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait yang termasuk dalam
anggota BKPRD Provinsi Bali dan BKPRD kabupaten/kota dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ditugaskan dalam bidang
penataan ruang.
Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menentapkan Perda tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota sebanyak 5 (lima)
Kabupaten/kota dan sebanyak 4 (empat) kabupaten sedang dalam proses
penetapan perda. Status dan kemajuan penyesuaian rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota sebagaimana Tabel berikut.
Tabel 3.32 Status dan Kemajuan Penyesuaian Perda tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota per Desember 2012
79
No. KAB/KOTA
PERSETUJUAN SUBSTANSI EVALUASI RAPERDA
STATUS
Gubernur Menteri PU Keputusan Gubernur
(ttg. Evaluasi) No. Perda
. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar.
Tanggal 24 Mei 2010 No. 650/2122/Bappeda
Tanggal 21 Maret 2011 No. HK.01 03-Dr/134
- No. 1826/02-C/HK/2011, tanggal 9 Desember 2011
- No. 27 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Denpasar Th. 2011-2031
- Perda
2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana.
Tanggal 21 September 2011 No. 188.342/3305/Bappeda
Tanggal 19 Desember 2011 No. HK.01 03-Dr/111.1
- No. 1019/02-C/HK/2012, tanggal 18 Juni 2012
- No. 11 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Jembrana Th. 2012-2032, 9 Agustus 2012
- Perda
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gianyar.
Tanggal 10 Januari 2011 No. 188.342/38/Bappeda
Tanggal 23 Agustus 2011 No. HK.01 03-Dr/111.1
- No. 1.781/02-C/HK/2012 tanggal 1 Nop. 2012
- No. 16 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Gianyar Th. 2012-2032, 6 Nop. 2012
- Perda
4. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karangasem.
Tanggal 8 April 2011 No. 188.342/1598/Bappeda
Tanggal 18 Oktober 2011 No. HK.01 03-Dr/522
- No. 1.856/02-C/HK/2012 tanggal 13 Nop. 2012
- No. 17 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Karangasem Th. 2012-2032, 17 Desember 2012
- Perda
5. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabanan.
Tanggal 10 Januari 2011 No. 188.342/42/Bappeda
Tanggal 3 Agustus 2011 No. HK.01 03-Dr/677
- No. 2.017/02-C/HK/2012 - tanggal 30 Nop. 2012
- No. Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Tabanan Th. 2012-2032, Desember 2012
- Perda
6. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli.
Tanggal 25 Januari 2011 No. 188.342/180/Bappeda
Tanggal 7 Juli 2011 No. HK.01 03-Dr/298
- - - Pembahasan di DPRD Kab.
7. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung.
Tanggal 14 Januari 2011 No. 188.342/102/Bappeda
Tanggal 15 Maret 2011 No. HK.01 03-Dr/111.1
- - - Sudah Di DPRD Kabupaten
8. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buleleng.
Tanggal 2 Agustus 2011 No. 188.342/2869/Bappeda
Tanggal 30 Des 2011 No. HK.01 03-Dr/1007
- - - Sudah Di DPRD Kabupaten
9. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung.
Tanggal 18 Oktober 2011 No. 188.342/3585/Bappeda
Tanggal 20 Des. 2011 No. HK.01 03-12/679
- - - Sudah Di DPRD Kabupaten
Sumber : Bappeda Provinsi Bali, 2012
Aspek pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjamin kesesuaian
rencana dengan pelaksanaan dilakukan melalui pemantauan dan monitoring
terhadap indikasi pelanggaran pemanfaatan ruang yang terjadi di beberapa
kawasan di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota se-Bali serta melakukan uji petik
terhadap indikasi pelanggaran dimaksud. Salah satu aspek pengendalian
pemanfaatan ruang yaitu penyusunan zoning regulation atau peraturan
zonasi tahun 2012 sudah disusun materi teknis dan raperda arahan peraturan
zonasi sistem provinsi dan sudah dibahas dalam masa persidangan pertama
tahun 2013 di DPRD Provinsi yang diharapkan selesai pada bulan April tahun
2013. Perda arahan peraturan zonasi sistem provinsi merupakan
penjabaran dari indikasi pengendalian pemanfaatan ruang sistem provinsi
yang sudah tercantum dalam Perda Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi tahun 2009-2029. Aspek pengendalian lainnya
meliputi mekanisme perizinan, insentif dan disinsentif serta penerapan sanksi
dalam pelanggaran RTRW telah dilakukan berupa penyusunan petunjuk
teknis pelaksanaan dari masing-masing aspek tersebut.
2.8 Sasaran : Peningkatan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
Pelaksanaan reformasi birokrasi yakni untuk membangun aparatur
negara yang bersih, bebas KKN Profesional, berprestasi, berkinerja tinggi,
disiplin, rajin, kompeten, beretika dan mempermudah serta memperlancar
pelayanan kepada masyarakat, sehingga nantinya dapat menciptakan tata
kelola pemerintahan yang lebih baik.
Reformasi birokrasi yang dimaksud merupakan upaya perubahan
yang dilakukan untuk memosisikan birokrasi dalam melaksanakan peran dan
fungsinya secara tepat dan konsisten guna melayani dan memberdayakan
masyarakat, serta secara terus-menerus menyesuaikan diri dengan
80
lingkungan yang dinamis, sehingga dapat memberikan kontribusi positif
terhadap perbaikan kualitas hidup masyarakat yang dilayaninya.
Untuk itu arah perubahan reformasi birokrasi yang akan dicapai
melalui penataan sistem manajemen pemerintahan haruslah bermuara pada
perubahan mind set dan culture-set, sehingga mendorong munculnya
kreativitas dan inovasi perbaikan kinerja pemerintah, peningkatan pelayanan
publik, yang pada kelanjutannya akan terwujud tata kelola pemerintahan
yang baik dan bersih (good governance and clean government).
Salah satu upaya mewujudkan hal di atas, Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi bersama
Pemerintah Provinsi Bali sepakat menjalin kerjasama tentang tata kelola
pemerintahan yang baik sebagai upaya pemberantasan korupsi di birokrasi.
Kerjasama MenPAN dengan Provinsi Bali merupakan ruang strategis untuk
mempercepat pelaksanaan otonomi daerah. Korupsi, telah menimbulkan
kerugian yang besar bagi masyarakat, dan karena itu perlu diintensifkan
upaya pencegahan. Penunjukan Bali sebagai pilot project pemberantasan
korupsi, merupakan tanggung jawab besar yang harus dijalankan.
Korupsi adalah tindakan pengabaian wewenang untuk keuntungan
sendiri menjadi masalah utama yang dihadapi bangsa ini. Pemerintah
Provinsi Bali melalui program "Bali Mandara" telah melakukan langkah-
langkah pencegahan korupsi, di antaranya melalui "simakrama" atau tatap
muka untuk menyerap aspirasi langsung dari masyarakat, pembentukan unit
pengadalaan barang/jasa secara elektronik (LPSE), pembentukan kantor
pelayanan perizinan terpadu, membentuk kotak pos pusat pengaduan
masyarakat, monitoring dan evaluasi. Dengan simakrama dapat menyerap
aspirasi langsung dari masyarakat, entah itu bersifat kritik atau masukan.
Pemerintah Provinsi Bali memprioritaskan Peningkatan Reformasi dan
Tata kelola dan prioritas pembangunan daerahnya. Berikut ini disampaikan
pencapaian terhadap prioritas tersebut pada tabel berikut.
Tabel 3.33 Pencapaian Sasaran Peningkatan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
Indikator Capaian 2011
Realisasi 2012
Target 2013
Realisasi 2013
1 2 4 5
Meningkatnya kapasitas Aparatur Pemerintah
3.943 org (52,8%)
74,5org 7.468 org n/a
Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008
56,25% 81,25% 100% 100%
81
Implementasi e-Gov. di Lingkungan Pemprov Bali (e-JKBM, Jaringan e-Gov., Bacbone)
49% 67% 100% n/a
Sumber : Biro Ekbang Setda Provinsi Bali 2011, 2012 dan 2013 RPJMD Provinsi Bali diolah
Salah satu dari tiga aspek penting dalam reformasi birokrasi adalah
reformasi bidang sumber daya manusia. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya upaya reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan kita
mereformasi pengelolaan sumber daya manusia (SDM).
Keberhasilan reformasi pengelolaan SDM akan menghasilkan SDM
yang berintegritas, kompeten, profesional, berkinerja tinggi, dan sejahtera.
Sebaliknya, kegagalan reformasi sumber daya manusia berarti SDM
aparatur pemerintah tetap akan menjadi beban pembangunan alih-alih
mampu menjadi motor penggerak pembangunan. Citra gemuk, lamban,
kental dengan aroma KKN dan tidak kompeten masih melekat pada potret
sumber daya manusia aparatur pemerintah. Pemerintah Provinsi Bali dalam
melaksanakan prioritas pembangunan peningkatan reformasi birokrasi dan
tatakelola, terlihat adanya peningkatan kapasitas aparatur sebesar 3.943
orang (52,8 persen) aparatur dari yang ditargetkan akan tercapai di tahun
2013 sebanyak 7.468 orang aparatur.
Dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang direncanakan, ada
sejumlah faktor yang menghambat pencapaian indikator meningkatnya
kapasitas aparatur antara lain Profesionalisme aparatur yang masih perlu
ditingkatkan, keterampilan aparatur masih harus terus ditingkatkan, terutama
yang terkait dengan penguasaan teknologi informasi.
Dalam konteks standarisasi manajemen, lembaga pemerintah
maupun swasta perlu menyiapkan kerangka sistem lembaganya ke arah
yang diinginkan sesuai dengan sasaran atau tujuan akhir yang ditetapkan.
Menanggapi isu tersebut salah satu standar sistem manajemen mutu telah
dikembangakan di negara maju adalah Sistem Manajemen Mutu ISO 9001.
Dalam upaya mewujudkan kualitas pelayanan publik berbagai kebijakan dan
langkah kegiatan lainnya telah dilakukan Pemerintah Provinsi Bali yang
dituangkan dalam kegaiatan yang salah satunya adalah diterapkannya
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada unit-unit pelayanan di
lingkungan Pemerintah Provinsi Bali, dari tahun 2009 sampai dengan saat ini
(tahun 2011) sudah 9 (sembilan) unit pelayanan yang diterapkan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Dan pelaksanaan penerapan ISO bagi
Unit pelayanan di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali dari Tahun 2006
sampai dengan 2011, dan untuk tahun 2012 unit pelayanan yang ditargetkan
82
untuk dilaksanakan penerapan Sisitem Manajemen Mutu yaitu sebanyak 4
unit pelayayan, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.34 Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di Provinsi Bali Tahun 2006-2013
Tahun Target Realisasi Total Unit yang ISO
1 2 3 4
2006 6 6 6
2008 2 2 8
2011 1 1 9
2012 4 4 13
2013 3 1 16
Sumber : Biro Organisasi Setda Prov. Bali 2011, 2012 data diolah.
Untuk mengukur kepatuhan terhadap pelaksanaan/implementasi
terhadap pelaksanaan ISO 9001:2008, setiap 6 (enam) bulan dilakukan
penelitian ulang/Suveillance oleh Badan Sertifikasi untuk melihat kepatuhan
terhadap penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan setiap 3 tahun
sekali Badan Sertifikasi meninjau ulang kepatuhan dengam melaksanakan
Resertifikasi Ulang.
Tabel di atas menunjukkan bahwa penerapan sistem manajemen
mutu di Pemerintah Provinsi Bali sampai Tahun 2013 ditargetkan unit yang
menerapkan berjumlah 3 unit. Di tahun 2011 tercapai 1 unit yang
menerapkan sistem manajemen mutu 9001:2008 sehingga unit yang telah
menerapkan sistem manajemen tersebut berjumlah 9 unit. Dan tahun 2012
ditargetkan 4 unit yang akan diterapkan sistem manajemen dan terealisasi
sebanyak 4 Unit pelayanan, sedangkan di tahun 2013 ditargetkan 3 Unit dan
terealisasi 1 Unit Pelayanan yang menerapkan sistem manajemen mutu
9001:2008.
Untuk meningkatkan kualitas dan transparansi pelayanan, maka
Pemerintah Provinsi Bali telah menyusun Standar Operating Procedure
(SOP) bagi semua SKPD. Pada tahun 2011 telah diiniasi penyusunan SOP
bagi unit-unit pelayanan publik (23 unit pelayanan). Pada tahun 2012
dilaksanakan penyusunan bagi Dinas-dinas di lingkungan Pemerintah
Provinsi Bali, namun di Instansi Badan-badan di lingkungan Pemerintah
Provinsi Bali telah memiliki draf SOP.
Provinsi Bali telah mengembangkan e-Government dengan sangat
baik, tentu sangat menyadari akan pentingnya peningkatan fungsi dari
aplikasi sistem yang telah dibangun. Sehingga pada setiap aktivitas
pemerintahan yang dijalankan dengan basis pelayanan publik diarahkan
untuk dapat melakukan pelayanan prima melalui bantuan teknologi informasi
yang sering kita sebut dengan istilah “ istem Informasi”.
83
Tahun 2011, implemetasi e-Gov di lingkungan Pemerintah Provinsi
Bali baru tercapai 49 persen dari 100 persen yang ditargetkan sampai tahun
2013. Salah satunya pengadaan mesin absensi sidik jari di lingkungan
Pemprov Bali merupakan salah satu bagian dari program e-Government yang
dilaksanakan oleh Pemprov Bali melalui Biro Pemerintahan. Dalam program
e-Government yang menghabiskan dana APBD 2010 hingga Rp. 16 Miliar
lebih itu juga terdapat pengadaan piranti JKBM online dan pelayanan
administrasi pemerintahan lainnya secara online. ''Program e-Government itu
digulirkan pada tahun anggaran 2010 lalu. Jadi, pengadaan mesin sidik jari
itu hanya sebagian kecil dari program e-Government.
Pelayanan pajak kendaraan bermotor maupun BBNKB pada sistem
manunggal satu atas (Samsat) sudah dilakukan secara "online" dalam tahun
2011. Pelayanan on line tersebut untuk memberikan kemudahan kepada
wajib pajak, transparansi penerimaan, dan meningkatkan pendapatan asli
daerah. Pada di Tahun 2012, Pemerintah Provinsi Bali siap mengedarkan
534.000 kartu elektronik jaminan kesehatan bali mandara (E-JKBM). Kartu ini
bisa digunakan setiap kepala keluarga seluruh Bali yang tidak memiliki
asuransi Askes, Jamsostek, atau asuransi lainnya memperoleh pelayanan
kesehatan gratis. Dinas Kesehatan Provinsi Bali sudah melakukan uji coba
mengedarkan 30.000 kartu di Denpasar. Targetnya bisa beredar 642.000
kartu se Bali. Saat ini masih melengkapi perangkatnya seperti mesin-mesin
untuk bisa membaca kartu ini di seluruh puskesmas. Di Bali tercatat ada 57
kecamatan. Alat yang disiapkan 114 unit di seluruh puskesmas setiap
kecamatan. Kartu ini digunakan untuk berobat maupun rawat inap.
Tabel di atas menggambarkan bahwa untuk mendukung pencapaian
prioritas Peningkatan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Provinsi Bali tahun
2011 dianggarkan Rp. 269,30 Milyar lebih rendah dibandingkan yang
dianggrakan pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 303,95 M rupiah.
Jumlah anggaran yang direalisasikan dari 269,30 Milyar yang dianggarkan di
tahun 2011 yaitu sebesar 232,99 M rupiah. Mengingat kompleknya
permasalah kepegawaian maka tugas-tugas yang diamanatkan oleh undang-
undang belum sepenuhnya dapat diimplementasikan. Pemerintah Provinsi
Bali menyadari bahwa keberhasilan atau kegagalannya dalam mewujudkan
visi dan misi yang telah dicanangkan sangat bergantung pada kinerja sumber
daya aparatur yang menjadi penggerak roda pemerintahan.
Peningkatan kinerja aparatur merupakan hasil dari sejumlah upaya
terpadu yang dimulai dari perencanaan, rekrutmen, peningkatan kompetensi,
pengembangan pola karir, serta peningkatan kesejahteraan pegawai.
Keseluruhan proses tersebut harus dilaksanakan dengan baik untuk
memastikan agar pegawai Pemerintah Provinsi Bali berkualitas, memiliki
84
kompetensi dan motivasi yang tinggi untuk bekerja dan mampu mencukupi
kebutuhan diri dan keluarganya secara layak.
Sesuai data bulan Desember 2012 jumlah pegawai pada Pemerintah
Provinsi Bali tercatat sejumlah 7.046 orang yang tersebar di 43 SKPD dan 1
SKPKD yang ada di Provinsi Bali, yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan.
Tabel 3.35 Data Pegawai dari tahun 2008 s.d 2012
No Data Pegawai 2008 2009 2010 2011 2012
1 2 3 4 5 6 7
1. Jumlah PNS 6851 6991 7333 6.806 7046
2. SK. Kenaikan pangkat 3091 2700 2353 1.191 2173
3. SK Pengangkatan CPNS
- Dari Umum 46 148 33 276 43
- Dari Tenaga Honorer 267 258 206 0 -
4. Rekrutmen calon Praja IPDN
18 25 29 47 50
5. Jumlah peserta Prajabatan
454 313 406 275 276
6. Jumlah PNS yang pensiun 233 272 336 338 341
Sumber Bappeda Provinsi Bali, 2013
Dalam rangka meningkatkan kompotensi pegawai, kapasitas sumber
daya aparatur untuk berkembang dan meningkatkan keahliannya telah
dilaksanakan pelatihan, peningkatan bakat dan minat pegawai,
penyelenggaraan diklat/kursus/Bintek bagi pegawai di lingkungan Pemerintah
Provinsi Bali.
Tingkat pendidikan pegawai Pemerintah Provinsi Bali memiliki latar
belakang pendidikan yang bervariasi dari tingkat SD hingga Doktor (S3)
dengan data sebagai berikut.
Tabel 3.36 Tingkat Pendidikan Pegawai Pemerintah Provinsi Bali
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1 2 3
1. SD 104
2. SMP/SLTP 156
3. SLTA 2.563
4. Diploma (D1) 36
5. Diploma 2 (D2) 51
5. D.3/Sarjana Muda 422
6. Sarjana (S1)/D4 2.727
7. Master (S2) 685
8. Doktor (S3) 2
Sumber : Bappeda Provinsi Bali, 2012
Dalam mewujudkan aparatur yang profesional perlu dilakukan
pembinaan dan pengembangan aparatur secara terus menerus, dan dalam
85
mewujudkan kinerja yang optimum pegawai juga harus mendapat
kesejahteraan yang memadai sampai masa menjelang purna bakti.
C. ASPEK KEUANGAN
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggungjawab Keuangan Negara, serta Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan peraturan-
peraturan pelaksanaannya (antara lain Peraturan Menteri Dalam Negeri, dan
Perda Provinsi Bali), keuangan daerah harus dikelola secara tertib, efisien,
ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab serta taat pada
peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan. Prinsip pengelolaan ini akan tercermin pada proses penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan peraturan daerah, yang strukturnya merupakan satu
kesatuan terdiri dari :
a. pendapatan;
b. belanja; dan
c. pembiayaan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah
Provinsi Bali Tahun 2014 disusun dengan pendekatan kinerja diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara optimal,
dengan memperhatikan keseimbangan antara pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat. Oleh
karena itu penyusunan anggaran dilakukan berlandaskan efisiensi,
efektivitas, tepat waktu pelaksanaan dan penggunaannya dapat
dipertanggungjawabkan.
Arah Kebijakan Pendapatan Daerah.
Pendapatan daerah adalah semua penerimaan uang melalui
rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan
hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali
86
oleh daerah. Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dirinci menurut
urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan
rincian obyek pendapatan.
Selanjutnya dalam sistem pemerintahan yang mengalami perubahan
sejalan dengan paradigma yang berkembang di masyarakat dan dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diubah
beberapa kali dan terakhir menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, maka untuk mendukung pelaksanaan peraturan perundang-
undangan tersebut di atas ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat
dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom dan sesuai dengan pasal
157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
serta pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan
Daerah meliputi :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu: (1) Pajak Daerah, (2) Retribusi
Daerah, (3) Hasil Perusahaan Milik Daerah, dan Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan dan (4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
Sah;
2. Dana Perimbangan yaitu: (1) Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, (2)
Dana Alokasi Umum (DAU), dan (3) Dana Alokasi Khusus (DAK); dan
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yaitu: (1) Hibah, (2) Dana
Darurat, dan (3) Lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah.
Pendapatan dari dana perimbangan sebenarnya diluar kendali
Pemerintah Daerah karena alokasi dana tersebut ditentukan oleh Pemerintah
Pusat berdasarkan formula yang telah ditetapkan. Penerimaan dari dana
perimbangan sangat bergantung dari penerimaan negara dan formula dana
alokasi umum. Dengan demikian untuk menjamin pendapatan daerah,
Pemerintah Daerah memfokuskan pada pengembangan pendapatan asli
daerah.
Selain dana dari pendapatan daerah tersebut, daerah menerima
dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat berupa dana dekonsentrasi dan
dana tugas pembantuan yang mana dana tersebut sesuai dengan kebijakan
Pemerintah Pusat yang diperuntukan bagi kepentingan pelaksanaan
pembangunan di Bali. Sedangkan dana masyarakat dan swasta sangat
dibutuhkan dan menentukan keberhasilan pembangunan di Provinsi Bali
yang memberikan kontribusi dalam pembangunan.
87
Dalam meningkatkan PAD pada dasarnya diupayakan melalui
kebijakan penataan peraturan daerah di bidang Pendapatan Asli Daerah;
intensifikasi; dan ekstensifikasi yaitu sebagai berikut :
1. Penataan Peraturan Daerah di bidang Pendapatan Asli Daerah
Dalam pelaksanaan pemungutan pendapatan asli daerah
sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (d/h/ Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
telah ditetapkan Peraturan Daerah) yaitu :
a. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah
b. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2011 tentang Retribusi
Jasa Umum
c. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2011 tentang Retribusi
Jasa Usaha
d. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 6 Tahun 2011 tentang Retribusi
Perijinan
2. Kebijakan intensifikasi dilakukan dengan kegiatan-kegiatan prioritas
sebagai berikut :
a. menata, mengkaji dan memperbaharui kebijakan sebagai dasar hukum
pemungutan dalam bidang Pendapatan Asli Daerah;
b. melaksanakan penyuluhan dan sosialisasi produk hukum kepada
masyarakat wajib pajak dan wajib lainnya;
c. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia para pegawai melalui
pelatihan fungsional dan bimbingan teknis (bimtek);
d. menyempurnakan sistem pemungutan PKB dan BBNKB dengan
menerapkan prosedur dan tata laksana pelayanan maupun batasan
waktu penyelesaian serta transparansi besaran tarif/biaya sesuai ISO
9001– 2000 pada Samsat diseluruh Bali sebagaimana telah dilaksanakan
oleh Kantor Bersama Samsat Gianyar, Buleleng dan Klungkung yang
telah bersertifikat ISO 9001 – 2000;
e. meningkatkan koordinasi dengan Instansi terkait melalui Rapat Kerja Tim
Pembina Samsat Provinsi Bali dengan pelaksana Samsat di seluruh Bali,
Rakorgab PBB, BPHTB, PPh., koordinasi dengan Pemerintah Pusat serta
dengan Provinsi lainnya; dan
88
f. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat melalui SAMSAT
ONLINE
3. Kebijakan ekstensifikasi, dilakukan dengan kegiatan-kegiatan prioritas
sebagai berikut :
a. mengadakan Penjajagan dan Pendataan Obyek yang akan diangkat;
b. mengadakan kajian-kajian pengembangan potensi obyek pajak dan
obyek lainnya;
c. mengadakan konsultasi khususnya mengenai potensi komponen-
komponen PAD yang bisa dikembangkan; dan
d. mengadakan Koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam
rangka menggali sumber-sumber PAD.
Arah Kebijakan Belanja Daerah.
Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas
umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh daerah.
Belanja daerah sebagaimana dimaksud dirinci menurut urusan
pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis,
obyek dan rincian obyek belanja; dan dipergunakan dalam rangka
mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan
yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau
antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-
undangan.
Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya
memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan
fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat tersebut diwujudkan melalui
prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya dalam
bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara
pemerintah dan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang
diklasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan pilihan.
89
Sedangkan klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk
tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari :
pelayanan umum; ketertiban dan ketentraman; ekonomi; lingkungan hidup;
perumahan dan fasilitas umum; kesehatan; pariwisata dan budaya; pendidikan;
dan perlindungan sosial.
Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
organisasi pada masing-masing pemerintah daerah; dan Klasifikasi belanja
menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah. Belanja menurut kelompok belanja, terdiri
atas:
1. Belanja Tidak Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang
terdiri dari: Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja
Hibah, Belanja Bagi Hasil, Belanja Bantuan Keuangan, Belanja Tidak
Terduga; dan
2. Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang dianggarkan
pada belanja SKPD berkenaan, terdiri dari : Belanja Pegawai, Belanja
Barang dan Jasa, Belanja Modal.
Guna mendukung Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, maka alokasi anggaran untuk Belanja Langsung diarahkan
pada program dan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan prioritas
pembangunan dan pelayanan publik seperti penyediaan pelayanan
kebutuhan dasar masyarakat dibidang pendidikan dan kesehatan,
penanggulangan penduduk miskin, pengangguran dan pemberdayaan
masyarakat, menjamin ketahanan pangan, pelestarian dan pengembangan
budaya, peningkatan pengelolaan insfrastruktur dan pengelolaan lingkungan
hidup serta peningkatan kualitas pelayanan publik.
Khusus untuk belanja bidang Pendidikan, mengacu pada Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal
49, yo. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 903/2706/SJ
Tanggal 8 September 2008, bahwa Belanja Pendidikan dialokasikan sebesar
20% dari Total Belanja Daerah. Besaran alokasi dana pendidikan 20%
tersebut termasuk Belanja Gaji PNS Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga.
Pada dasarnya perencanaan anggaran belanja daerah, diprioritaskan
untuk memenuhi kewajiban daerah dalam bentuk pelayanan dasar dibidang
pendidikan, kesehatan dan fasilitas sosial, serta fasilitas umum yang layak,
berdasarkan standar analisa belanja, standar harga dan tolok ukur kinerja,
90
oleh karena itu alokasi anggaran belanja daerah pada setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah, harus diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Adapun hasil analisis dan perkiraan belanja tidak langsung daerah
dan belanja langsung daerah dalam 4 tahun terakhir (2009, 2010, 2011,
2012), serta proyeksi tahun 2013 dalam rangka perumusan arah kebijakan
belanja daerah disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan
anggaran belanja daerah mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit
APBD.
Surplus APBD terjadi apabila anggaran pendapatan daerah
diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah. Dalam hal APBD
diperkirakan surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok utang,
penyertaan modal (investasi) daerah, dan/atau pendanaan
belanja peningkatan jaminan sosial, yang diwujudkan dalam bentuk
program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang dianggarkan
pada SKPD yang secara fungsional terkait dengan tugasnya
melaksanakan program dan kegiatan tersebut.
Defisit anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan daerah
diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah. Batas maksimal
defisit APBD untuk setiap tahun anggaran berpedoman pada penetapan
batas maksimal defisit APBD oleh Menteri Keuangan. Dalam hal APBD
diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk menutup defisit tersebut
yang diantaranya dapat bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran
tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan
penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.
Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah.
Penerimaan Pembiayaan, meliputi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Tahun Lalu (SILPA), Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan, Penerimaan Pinjaman Daerah, Penerimaan
Kembali Pemberian Pinjaman, Penerimaan Piutang Daerah.
1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA)
mencakup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana
perimbangan pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang
sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja,
kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum
terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.
2. Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan pencairan
dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas umum
91
daerah dalam tahun anggaran berkenaan, dengan Jumlah yang
dianggarkan sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam
peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan
berkenaan.Penggunaan atas dana cadangan yang dicairkan dari rekening
dana cadangan ke rekening kas umum daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (1) dianggarkan dalam belanja langsung SKPD
pengguna dana cadangan berkenaan, kecuali diatur tersendiri dalam
peraturan perundang-undangan.
3. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan digunakan antara lain
untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD dan
penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak
ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah.
4. Penerimaan pinjaman daerah digunakan untuk menganggarkan penerimaan
pinjaman daerah termasuk penerimaan atas penerbitan obligasi daerah
yang akan direalisasikan pada tahun anggaran berkenaan.
5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman digunakan untuk
menganggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman yang diberikan
kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya.
6. Penerimaan piutang digunakan untuk menganggarkan penerimaan yang
bersumber dari pelunasan piutang pihak ketiga, seperti berupa penerimaan
piutang daerah dari pendapatan daerah, pemerintah, pemerintah daerah lain,
lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan penerimaan
piutang lainnya.
Pengeluaran Pembiayaan meliputi Pembentukan dana cadangan,
Penyertaan modal daerah, Pembayaran utang pokok, Pemberian pinjaman
daerah.
1. Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan yang ditetapkan
dengan peraturan daerah, guna mendanai kegiatan yang penyediaan
dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu
tahun anggaran. Peraturan daerah tersebut mencakup penetapan tujuan
pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai
dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang
harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber
dana cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan. Dana
cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan daerah,
kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah dan penerimaan
lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan; ditempatkan pada
rekening tersendiri. Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada
pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran yang berkenaan.
92
2. Penyertaan modal (Investasi) pemerintah daerah digunakan untuk
menganggarkan kekayaan pemerintah daerah yang diinvestasikan baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
a. Investasi jangka pendek merupakan investasi yang
dapat segera diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka
manajemen kas dan beresiko rendah serta dimiliki selama kurang
dari 12 (duabelas) bulan.
b. Investasi jangka pendek, mencakup deposito berjangka waktu 3
(tiga) bulan sampai dengan 12 (duabelas) bulan yang dapat
diperpanjang secara otomatis, pembelian surat utang negara
(SUN), sertifikat bank Indonesia (SBI) dan surat perbendaharaan
negara (SPN).
c. Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan
untuk dimiliki lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari
investasi permanen dan non permanen.
d. Investasi jangka panjang, antara lain surat berharga yang dibeli
pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badan
usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah
kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha, surat
berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk tujuan menjaga
hubungan baik dalam dan luar negeri, surat berharga yang tidak
dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas
jangka pendek.
e. Investasi permanen, bertujuan untuk dimiliki secara berkelanjutan
tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali,
seperti kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam
bentuk penggunausahaan/pemanfaatan aset daerah, penyertaan
modal daerah padaBUMD dan/atau badan usaha lainnya dan
investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah
untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkanpelayanan
kepada masyarakat.
f. Investasi non permanen bertujuan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarik
kembali, seperti pembelian obligasi atau surat utang jangka
panjang yangdimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan
tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah
dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti
bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada
kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada
usaha mikro dan menengah.
93
g. Investasi pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila
jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan
telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan
modal dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.
h. Investasi pemerintah daerah dianggarkan dalam pengeluaran
pembiayaan.
i. Investasi daerah jangka pendek dalam bentuk deposito pada bank
umum dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan pada jenis
penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah.
3. Pembayaran pokok utang digunakan untuk menganggarkan pembayaran
kewajiban atas pokok utang yang dihitung berdasarkan perjanjian
pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Target dan Realisasi Pendapatan
Pendapatan Daerah dalam Tahun Anggaran 2013 ditetapkan target
anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 3.763.503.621.336,40 dan
terealisasi sebesar 4.109.377.804.800,09 atau 109,19%.
Secara kelompok pendapatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1). Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2013 ditetapkan target
sebesar Rp. 2.039.176.474.775,00,- dan terealisasi mencapai sebesar
Rp. 2.529.976.146.703,70 atau 124,07 persen. Komponen
Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari :
a. Pajak Daerah Tahun Anggaran 2013 ditetapkan terget anggaran
setelah perubahan sebesar Rp.1.822.245.384.751,00 dan
realisasinya sebesar Rp.2.202.392.550.315,00 atau 120,86 persen
Peningkatan ini disebabkan oleh adanya peningkatan kesadaran
wajib pajak untuk membayar pajak
b. Retribusi Daerah direncanakan Tahun Anggaran 2013 ditetapkan
terget anggaran setelah perubahan sebesar Rp.19.202.601.050,00
dan realisasi penerimaan sebesar Rp.32.012.802.223,60 atau
166,71 persen. Penerimaan retribusi tahun anggaran 2013
mengalami penurunan sebesar Rp.18.533.100.361,67 atau 36,67
persen.
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dalam
tahun anggran 2013 ditetapkan terget setelah perubahan sebesar
Rp.105.178.993.974,00 dan realisasi penerimaan tercapai sebesar
Rp.106.105.513.384,09 atau 100,88 persen.
94
d. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah pada tahun anggaran
2013 ditetapkan target anggaran setelah perubahan sebesar
Rp.92.549.495.000,00 dan realisasi penerimaan sebesar
Rp.189.465.280.781,01 atau 204,70 persen. Realisasi tersebut
termasuk pendapatan jasa giro yang masih mengendap pada
rekening Dana Cadangan sebesar Rp. 17.068.001,62. Realisasi
penerimaan lain-lain PAD tahun anggaran 2013 mengalami
peningkatan sebesar Rp. 87.962.962.678,85 atau 86,66 persen.
2). Dana Perimbangan dalam tahun anggaran 2013 ditetapkan target
anggaran setelah perubahan sebesar Rp.989.421.661.597,40 dan
realisasinya sebesar Rp.980.714.799.525,00 atau 99,12 persen
terdiri dari :
a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak direncanakan sebesar
Rp.153.220.405.597,40 realisasinya sebesar
Rp.144.513.543.525,00 atau 94,32 persen. Pendapatan bagi hasil
Pajak Tahun anggaran 2013 mengalami penurunan dari tahun
2012 sebesar 35.752.613.744,00 atau 19,83 persen.
b. Dana Alokasi Umum direncanakan sebesar
Rp.792.365.876.000,00 realisasinya sebesar
Rp.792.365.876.000,00 atau 100 persen. Pendapatan DAU Tanun
Anggaran 2013 mengalami peningkatan dari Tahun Anggaran
2012 sebesar Rp.98.286.796.000,00 atau 14,16 persen.
c. Dana Alokasi Khusus direncanakan sebesar
Rp.43.835.380.000,00 realisasinya sebesar Rp.43.835.380.000
atau 100 persen. Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2013
mengalami peningkatan dari Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp.
9.809.470.000,00 atau 28,83 persen.
3). Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah dalam Tahun
Anggaran 2013 ditetapkan target setelah perubahan sebesar
Rp.31.436.442.000,00 dan realisasinya sebesar Rp.25.414.713.000
atau 80,84 persen. Yang terdiri dari:
a. Pendapatan Hibah terdiri dari Pendapatan Hibah Badan/Lembaga
Organisasi Swasta Dalam Negeri pada Tahun 2013 sebesar Rp.
20.847.005.000,00 Pendapat Hibah PT. Jasrsea Raharja (Persero)
pada tahun 2013 sebesar Rp. 4.433.928.000,00, pendapatan
Hibah Perum Perhutani pada Tahun 2013 sebesar
Rp.33.780.000,00 dan Pendapatan Taman Hutan Raya Tahun
2013 sebesar Rp. 100.000.000,00.
95
b. penerimaan lainnya dari bantuan keuangan Kabupaten/Kota pada
Tahun 2013 merupakan dana sharing untuk pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Bali Mandara (JKBM) sesuai dengan perjanjian kerja
sama antara Gubernur dan Bupati dan Walikota se-Baliseluruhnya
dicatat sebagai contra Pos belanja pada Belanja Sharring JKBM,
yang ditargetkan Rp.0,00 terealisasi sebesar Rp.
119.381.409.588,90.
Walaupun Pendapatan Asli Daerah atau Pajak Daerah memberikan
kontribusi cukup besar dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan
dan pelaksanaan pembangunan, masih terdapat beberapa permasalahan
pokok yang dihadapi dibidang pendapatan daerah adalah : (1) terbatasnya
kewenangan yang dimiliki dalam pemunggutan terhadap Pendapatan
Daerah, (2) belum optimalnya penegakan hukum dibidang pendapatan
yang baru dilaksanakan sebatas pembinaan, (3) perlu peningkatan SDM
aparatur yang didukung dengan pengembangan IPTEK, masih
terbatasnya sarana dan prasarana pendukung terutama untuk
memberikan kenyamanan wajib pajak serta dalam pengembangan
pengelolaan potensi dan sumber-sumber pendapatan.
Dalam upaya mengoptimalkan Pendapatan Daerah dan untuk
mengatasi berbagai masalah pokok yang masih dihadapi, maka Arah
kebijakan Umum Pendapatan Daerah yang ditempuh antara lain sebagai
berikut : (1) menggali potensi yang ada dan mewujudkan Peraturan
Perundang-undangan serta kebijakan teknis di bidang Pendapatan Asli
Daerah sebagai dasar hukum pemunggutan, (2) mengadakan sosialisasi
dan penyuluhan kepada masyarakat melalui pameran pembangunan, dan
melalui media cetak dan elektrronik, (3) meningkatkan kemampuan SDM
aparatur di bidang pendapatan melalui Bimtek secara bertahap, (4)
menyiapkan/membangun/mengadakan sarana pendukung serta
melakukan penggantian terhadap sarana dan prasarana yang melampaui
umur teknis dan ekonomis secara bertahap sesuai dengan anggaran, (5)
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat wajib pajak dan
wajib lainnya.
Target dan Realisasi Belanja
Belanja Daerah dalam tahun Anggaran 2013 ditetapkan setelah
perubahan sebesar Rp. 4.562.576.195.022,90 dan terealisasi sebesar Rp.
3.868.740.441.639,69 atau 84,79 persen. Jika dibandingkan Realisasi
Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 3.562.732.996.631,79 dan realisasi
belanja tahun anggaran 2013 mengalami peningkatan dari tahun
anggaran 2012 sebesar Rp. 306.007.445.007,90 atau 8,59 persen.
96
Belanja daerah dibagi menjadi Belanja Operasi, Belanja Modal,
Belanja tidak terduga, dan Belanja Transfer.
Belanja Operasi dalam Tahun Anggaran 2013 ditetapkan setelah
perubahan sebesar Rp. 3.361.080.766.324,83 dan terealisasi sebesar Rp.
2.741.250.242.271,22 atau 81,56 persen. Realisasi Tahun Anggaran 2013
mengalami peningkatan dari Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp.
363.793.636.249,27 atau 15,30 persen. Belanja Operasi dibagi menjadi
Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Subsidi, Belanja
Hibah, Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Bantuan Keuangan.
Belanja Modal dalam Tahun Anggaran 2013 ditetapkan anggaran
setelah perubahan sebesar Rp. 510.340.167.608,37 dan terealisasi Rp.
472.642.327.657,23 atau 92,61 persen. Realisasi Belanja Modal pada
Tahun Anggaran 2013 mengalami peningkatan dibandingkan Tahun
Anggaran 2012 sebesar Rp. 110.835.561.437,00 atau 32,25 persen.
Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah Tahun
Anggaran 2013 masih dijumpai permasalahan seperti kualitas sumber
daya manusia dan sarana prasarana yang belum memadai. Tidak
tercapainya realisasi belanja sesuai dengan yang direncanakan
disebabkan karena dalam pelaksanaan belanja daerah pada setiap
program dan kegiatan mengedepankan prinsip efisiensi, efektif dan
ekonomis, namun secara fisik program, kegiatan telah tercapai sesuai
dengan apa yang direncanakan.
Untuk mengatasi permasalahan yang selama ini menjadi kendala
dalam pengelolaan keuangan daerah, maka telah ditempuh beberapa
langkah meliputi pelaksanaan Bimtek dan Diklat pengelolaan keuangan
daerah untuk mendidik tenaga terampil di bidang akuntansi (klasifikasi D-3
Akuntansi) bekerja sama dengan Politeknik Universitas Udayana serta
mengadakan sarana dan prasarana secara bertahap guna mendukung
pelaksanaan tersebut sehingga diharapkan pengelolaan keuangan daerah
dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan yaitu lebih efektif,
efisien, ekonomis, transparan dan akuntabel.
97
BAB IV
PENUTUP
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Provinsi Bali Tahun 2014 sesungguhnya merupakan bahan evaluasi
sekaligus pijakan strategis untuk penyusunan program dan kegiatan tahun
selanjutnya. Adanya LAKIP ini, dapat diketahui beberapa persoalan terkait
perencanaan dan capaian kinerja serta realisasi anggaran. Beberapa persoalan yang
hendaknya menjadi bahan pemikiran dan tindakan di tahun berikutnya antara lain :
1. Masih terlihatnya capaian kinerja terhadap Indikator Kinerja Utama (IKU)
seperti APK PAUD, APK SMA/SMK, APM SD, APM SMP dan APM
SMA/SMK yang masih dibawah 100%.
2. Keberadaan tenaga administrasi/pegawai sekolah yang belum tersentuh program
atau kegiatan.
3. Belum tuntasnya masalah kebutaaksaraan.
4. Masih adanya siswa mengulang dan putus sekolah.
5. Adanya realisasi anggaran yang tidak terserap 100% karena persoalan kegiatan
tidak bisa dilaksanakan, kekurangan peserta, dan duplikasi anggaran.
Untuk itulah, ada harapan kedepannya agar kegiatan lebih menukik lagi
pada upaya dan usaha meningkatkan APK PAUD, APK SMA/SMK, APM SD, APM
SMP, dan APM SMA/SMK, pendidikan dan pelatihan tenaga administrasi sekolah,
penuntasan buta aksara, akses PAUD, dan mereview system penyusunan rencana
kegiatan.