104
BAB I TINJAUAN LAPANGAN Dewasa ini permintaan minyak bumi semakin meningkat sehingga berbagai perusahaan minyak berupaya meningkatkan hasil produksinya. Salah satunya adalah PT. Pertamina EP Region Jawa Area Cepu yang merupakan perusahaan di bidang eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi. Wilayah PT. Pertamina EP terbagi atas dua Distrik yaitu Distrik I meliputi wilayah Kawengan dan Wonocolo dan Distrik II yang meliputi wilayah Ledok, Nglobo, Banyuasin, dan Semanggi. Pada tiap Distrik terdapat system penampungan produksi. Sistem penampungan merupakan suatu sistem yang berkaitan dengan kegiatan menampung gross oil yang telah dieksploitasi. Gross oil yang telah dipompa pertama kali dialirkan ke tempat penampungan sementara yaitu Stasiun Pengumpul (SP) kemudian dialirkan lagi ke Stasiun Pengumpul Utama (SPU) sebelum dialirkan ke

BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

drilling

Citation preview

Page 1: BAB I

BAB I

TINJAUAN LAPANGAN

Dewasa ini permintaan minyak bumi semakin meningkat sehingga

berbagai perusahaan minyak berupaya meningkatkan hasil produksinya. Salah

satunya adalah PT. Pertamina EP Region Jawa Area Cepu yang merupakan

perusahaan di bidang eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi. Wilayah

PT. Pertamina EP terbagi atas dua Distrik yaitu Distrik I meliputi wilayah

Kawengan dan Wonocolo dan Distrik II yang meliputi wilayah Ledok, Nglobo,

Banyuasin, dan Semanggi. Pada tiap Distrik terdapat system penampungan

produksi.

Sistem penampungan merupakan suatu sistem yang berkaitan dengan

kegiatan menampung gross oil yang telah dieksploitasi. Gross oil yang telah

dipompa pertama kali dialirkan ke tempat penampungan sementara yaitu Stasiun

Pengumpul (SP) kemudian dialirkan lagi ke Stasiun Pengumpul Utama (SPU)

sebelum dialirkan ke Pusat Penampungan Produksi (PPP) Menggung yang

terletak di kecamatan Cepu. Pusat Penampungan Produksi (PPP) merupakan

tangki penyimpanan minyak akhir di kawasan Cepu sebelum dibawa ke kilang

minyak. Sifat crude oil yang mudah terbakar memerlukan perhatian dan biaya

yang tinggi pada tangki karena bila terjadi kegagalan akan menyebabkan hilang

atau berkurangnya kapasitas pemuatan minyak dan dapat membahayakan

keselamatan umum serta merusak lingkungan. Oleh karena itu tangki-tangki

1

Page 2: BAB I

tersebut diperlukan pemeliharaan untuk menjamin berlangsungnya suatu operasi

sehingga kegagalan seperti kebocoran akibat korosi dan design yang tidak sesuai

dapat diminimalkan. Korosi merupakan proses alam yang tidak dapat dicegah.

Tetapi dengan teknologi anti korosi dapat dikendalikan sehingga kerugian

yang timbul akibat korosi dapat dikurangi (Bushman,1994). Tangki penyimpanan

PPP mempunyai resiko tinggi jika terjadi kebocoran karena terdapat 6 buah

dengan ketinggian rata-rata 11 meter serta lokasi yang dekat dengan penduduk

sehingga mengakibatkan kebakaran dan kerusakan lingkungan dimana bahan yang

disimpan mudah menyala dan bertekanan. Hal ini pernah terjadi kebakaran di

tangki SPU dengan ukuran yang lebih kecil dari tangki PPP pada tahun 2008 yang

terletak di Ledok, Distrik II.

Kegiatan yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Region Jawa Area Cepu

ini ada 2 yaitu :

1. Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi di PT Pertamina EP Region Jawa Area Cepu meliputi

kegiatan :

- Survey Geologi

- Survey Seismik

- Pemboran Eksplorasi

Seluruh kegiatan eksplorasi ini bertujuan untuk mencari cadangan baru minyak

bumi.

2

Page 3: BAB I

2. Eksploitasi

Kegiatan eksploitasi/pengembangan yaitu kegiatan pemboran eksploitasi

di lapangan-lapangan produksi yang sudah ada dan di lahan-lahan pengembangan

sumur-sumur eksplorasi. Kegiatan itu meliputi:

- Pemboran Pengembangan

- Reopening

- KUPL (Kerja Ulang Pindah Lapisan)

- Stimulasi

- Reparasi

- Produksi

Lapangan Produksi dan Fasilitas Produksi PT Pertamina EPRegion Jawa

Area Cepu mengelola 2 lapangan produksi masing-masing, yaitu :

1. Distrik I Kawengan

Terletak 22 km sebelah timur laut Cepu yang merupakan bagian dari

Propinsi Jawa Timur, merupakan antiklin memanjang dari barat laut ke tenggara

dengan panjang 15 km dan lebar 1 km. Lapangan ini dikembangkan sejak tahun

1926 dengan jumlah sumur yang telah dibor sebanyak 154 sumur terdiri dari 125

sumur menghasilkan minyak dan 12 sumur kosong (dry hole) dengan produksi

puncak sebesar 2300 m3/hari dicapai pada tahun 1983 dan 1953. Kedalaman

pemboran antara 413m-2350 m. Sampai dengan saat ini jumlah sumur yang

berproduksi berjumlah 45 buah dengan produksi minyak rata-rata selama tahun

3

Page 4: BAB I

2007 sebanyak 1108 bopd. Distrik ini meliputi Lapangan Kawengan dan

Wonocolo di Kabupaten bojonegoro dan Tuban.

Fasilitas produksi terdapat pada distrik I Kawengan sebagai berikut:

- 7 SP (Kapasitas total 2252,5 m3)

- 1 SPU (Kapasitas 6900 m³) .

2. Distrik II Nglobo/Semanggi-Ledok

Distrik ini terletak di Propinsi Jawa Tengah dan telah dikembangkan sejak

tahun 1896. Lapangan produksi Distrik II Ledok/Nglobo terdiri dari beberapa

lapangan, yaitu:

a. Lapangan produksi Ledok terletak ±11 km sebelah barat Cepu, merupakan

antiklin sepanjang 2,5 km dan lebar 1,25 km, dikembangkan sejak

tahun1896. Puncak produksi dicapai pada tahun 1928 sebesar 715 m²/hari.

Jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 30 sumur, dengan produksi

minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 253 bopd.

b. Lapangan produksi Nglobo terletak ±28 km sebelah barat Cepu,

merupakan antiklin sepanjang 1,5 km, dikembangkan sejak tahun 1903,

jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 14 sumur, dengan produksi

minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 127 bopd.

c. Lapangan produksi Semanggi terletak ±35 km sebelah barat cepu, melalui

Nglobo, dengan luas ±2,5 x 0,5 dikembangkan sejak tahun 1900. Jumlah

sumur produktif saat ini sebanyak 7 sumur, dengan produksi minyak rata-

rata selama tahun 2007 sebanyak 260 bopd.

4

Page 5: BAB I

d. Lapangan Banyuasin terletak ±40 km sebelah barat Cepu dengan luas ±2,5

x 0,5 km². Lapangan produksi ini dikembangkan sejak tahun 1988. Jumlah

sumur produktif saat ini sebanyak 1 sumur, dengan produksi minyak

ratarata selama tahun 2007 sebanyak 13 bopd.

Fasilitas produksi yang terdapat pada distrik II Nglobo dan Ledok

sebagai berikut:

Nglobo/Semanggi:

- 3 SP (kapasitas total 438 m3)

- 1 SPU (kapasitas 3220 m3)

Ledok:

- 1 SP (kapasitas total 123 m3)

- 1 SPU (kapasitas 2430 m3)

Kapasitas yang terdapat pada Pusat Pengumpul Produksi (PPP) Menggung

adalah 30.100 m3.

5

Page 6: BAB I

BAB II

HUMAN RESOURCE

Dalam bagan Supporting System guna membantu PT. PERTAMINA EP

Region Jawa Lapangan Cepu.

1.1 Human Resource PEP

HR (Human Resource) sendiri termasuk dalam supporting function, selain

HR ada Kepala Keuangan Cepu, Kepala SCM (Supply Chain Manager) Cepu,

Staff Data & TI. Dibawah ini merupakan bagan Struktur Organisasi Field Cepu

Region Jawa.

6

Page 7: BAB I

Gambar 1.1

Organisasi Field Cepu Region Jawa

7

Page 8: BAB I

1.2 Tugas Umum HR Field Cepu

HR Field Cepu sendiri memiliki tugas-tugas yang harus di laksanakan oleh

setiap karyawan dari fungsi ini. Tugas-tugas tersebut meliputi :

1. Pengawasan “ATURAN & KEBIJAKSANAAN”.

2. Pelaksanaan “PERENCANAAN & PEMBINAAN KERJA”.

3. Administrasi “FORMALITAS PEKERJA”.

4. Penyediaan “SARANA & PRASARANA PEKERJA”.

1.2.1 Pengawasan “ATURAN & KEBIJAKSANAAN”

1. Aturan Ketenagakerjaan Republik Indonesia :

b. UU Ketenagakerjaan Republik Indonesia.

c. Peraturan Pemerintah RI.

d. Keputusan Presiden RI.

e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi.

2. Aturan & Kebijakan Internal PT PERTAMINA EP

Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PT PERTAMINA EP Periode

Tahun 2010-2012.

8

Page 9: BAB I

1.2.2 Pelaksanaan “PERENCANAAN & PEMBINAAN PEKERJA”

1. Penilaian Kinerja Pekerja

Penilaian dilakukan setiap akhir tahun dan dilakukan secara objektif

berdasarkan realisasi pencapaian target setiap pekerja.

2. Mutasi

Terdiri dari Mutasi Internal / Rotasi (Internal Bagian atau Fungsi), Mutasi

Eksternal (Eksternal Fungsi) & Promosi.

3. Kenaikan Golongan

Dilakukan 2 kali dalam setahun (pada bulan April & Oktober) dengan

persyaratan tertentu.

4. Training

a. Mandatory (wajib)

b. Sertifikasi (wajib)

c. Fungsional

d. Manajerial

Metode Training dilakukan secara In House Training, Public Course

ataupun melalui Lembaga Internal Pertamina Learning Center (PLC).

9

Page 10: BAB I

1.2.3 Administrasi “FORMALITAS PEKERJA”

1. Data Pekerja & Organisasi

Data pekerja & organisasi di-update secara berkala jika terjadi perubahan,

contoh pekerja baru, kenaikan golongan, mutasi, perubahan status keluarga,

perubahan organisasi, dll.

2. Pemberian Fasilitas & Benefit

Dilakukan sesuai dengan ketentuan perusahaan yang berlaku, di antaranya:

a. Fasilitas Kesehatan

b. Fasilitas Rumah Dinas Perusahaan

c. Bantuan-bantuan berupa : Biaya Penempatan Pekerja Baru,

Biaya Pindah (Mutasi), Biaya Sewa Rumah, dll.

3. Pekerja Masa Persiapan Purna Karya (MPPK)

a. Pemberian Pesangon.

b. Pengurusan Dana Pensiun, Jamsostek, Tabungan Pekerja,

Asuransi.

c. Pemberian Bantuan Pemulangan

10

Page 11: BAB I

1.2.4 Penyediaan “SARANA & PRASARANA PEKERJA”

1. Penyediaan Gedung Perkantoran.

2. Penyediaan Perumahan Dinas Perusahaan.

3. Penyediaan Sarana Umum, seperti : Sarana Olah Raga, Gedung Serbaguna,

Masjid / mushola,dll.

4. Penyediaan Perlengkapan Perkantoran & Alat Tulis Kantor (ATK).

5. Penyediaan Fasilitas Penunjang Pekerja, seperti : perlengkapan safety, pakaian

kerja, pakaian lapangan, dll.

11

Page 12: BAB I

BAB III

HSE

PT. Pertamina EP Cepu menjaga keharmonisan dengan lingkungan

melalui penerapan yang konsisten dengan kebijakan Health, Safety and the

Enviroment (HSE). Perusahaan menyadari risiko sensitif dari kegiatan tentang

aspek HSE dan perkembangan sosial masyarakat sekitarnya. Risiko ini timbul

karena penggunaan bahan yang mudah terbakar, peledak dan beracun.

Pelaksanaan operasi dapat menyebabkan insiden, kerja yang ditimbulkan

penyakit, pencemaran lingkungan dan gangguan operasional. Ini tentu akan

mengurangi daya saing Perusahaan dan reputasi perusahaan.

Oleh karena itu implementasi sempurna dari aspek HSE merupakan

prasyarat untuk perusahaan kelas dunia. Untuk mencapai keunggulan operasi HSE

di Pertamina EP Cepu, Perusahaan memiliki alat yang disebut Sistem Manajemen

HSE (SMHSE). Ini adalah sebuah sistem manajemen HSE terintegrasi dengan

kegiatan operasi, untuk berjalan dengan aman, terfokus, efisien dan ramah

lingkungan. SMHSE dalam bagian integral dari sistem manajemen keseluruhan

perusahaan.

Semua pekerja, kontraktor atau pemasok yang bekerja untuk PT.

Pertamina EP Cepu diharuskan mempelajari, memahami dan mematuhi manual,

prosedur dan aturan HSE Perusahaan, standar praktis industri sejenis, serta

12

Page 13: BAB I

peraturan dan perundang–undangan Pemerintah yang berlaku. Begitu juga bagi

pelanggan untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat guna

terhindar dari bahaya–bahaya dan resiko yang terkait dengan HSE.

3. 1 Struktur Organisasi Department HSE

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Department HSE Cepu

13

Page 14: BAB I

Departement HSE dipimpin oleh Kepala HSE dan memiliki anggota yang

terdiri dari pekerja dan pekarya. Tiap anggota memiliki tugas masing-masing

guna mendukung kelancaran operasi sertamencegah kerugian & penurunan citra

positif perusahaan akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran dan

pencemaran lingkungan.

Adapun sarana pokok yang dimiliki departement HSE gunamendukung

aktivitas/program kerja yaitu 1 buah Fire Truk, 3 buah portable pump, 2 buah

breathing apparatus, 3 buah Explosive meter, 2 buah Gas Detector, 1 buah Sound

Level Meter., 4 buah Oil boom, 300 Fire Extinguisher / APAR, 1 buah perahu

karet dilengkapi engine, Skimer Pump, Perahu Karet, Ultrasonic Thicknessmeter,

Ultrasonic flow Detector, Magnetic Particles Inspection &AC/DC Yoke, Digital

Hardness tester, Brinell Hardness tester, Welding Gauge, Pit Dept Gauge,

Walking Distance Measurement, Radiography Viewer, Pressure Hand Pump,

Profile Thread gauge, Caliper, Pipe locator, Potensiometer, Hidro test pump,

Handy grinding machine, High speedbrushing machine, Kamera, dll.

3.2 Sisterm Manajemen HSE PT. Pertamina EP Cepu

Sistem Manajemen HSE (SMHSE) PT.Pertamina EP Cepu adalah Sistem

Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan yang diterapkan dan

14

Page 15: BAB I

dikembangkan di daerah operasi Pertamina EP Cepu untuk peningkatan kegiatan

operasi dan pengelolaan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan secara

menyeluruh. Prinsip dasar dari penerapan Sistem Manajemen HSE adalah

peningkatan mutu secara berkelanjutan atau “Continual Improvement” mencakup

beberapa elemen, diantaranya :

2.2.1 Kebijakan HSE

Manajemen bertekad untuk mengelola bisnis perusahaan, dalam mencapai

Visi dan Misi Perusahaandangan mengedepankan aspek HSE dengan :

a. Manajemen Selalu berpartisipasi aktif dan terbuka dalam pelaksanaan dan

pencapaian program HSE dalam bentuk aktifitas keteladanan manajemen

mencakup penetapan kebijakan, sasaran & tujuan, tugas & tanggung jawab

serta mewadahi, menkoordinasikan, menyelenggarakan orientasi dan

pelatihan program pencegahan kerugian untuk perbaikan yang

berkesinambungan.

b. Mengimplementasikan teknologi dan sistem HSE yang handal,efisien

sejak dari perencanaan awal sampai dengan pasca operasi.

c. Membangun lingkungan industri yang aman dan sehat dengan

mengutamakan kelayakan dan kehandalan peralatan dan meningkatkan

kewaspadaan, kesiagaan dan kemampuan penanggulangan keadaan

darurat.

15

Page 16: BAB I

d. Membangun budaya HSE dengan mengintegrasikan aspek dan budaya

HSE kedalam seluruh kegiatan operasi perusahaan.

e. Dalam setiap operasi, senantiasa bertindak proaktif untuk melestarikan

lingkungan dan mencegah pencemaran lingkungan, mengamankan asset,

Menghilangkan kecelakaan serta penyakitakibat kerja, meningkatkan citra

perusahaan, konservasi energi dengan memenuhi peraturan perundangan

serta standard & codeyang berlaku.

f. Selalu hidup berdampingan dan membina hubungan baik dengan

masyarakat, instansi pemerintah dan lembaga/institusi terkait disekitar

kegiatan usaha.

Keberhasilan kebijakan HSE ini akan terkait dengan penilaian kerjadan

pemberian penghargaan kepada individu maupun unit, sehingga menjadi tanggung

jawab seluruh individu di lingkungan Pertamina EP Cepu.

2.2.2 Tujuan, sasaran dan Program

a. Perusahaan menetapkan tujuan, sasaran dan program HSEyang konsisten

dengan Kebijakan HSE

b. Tujuan, sasaran dan program harus ditetapkan secara jelasuntuk masing-

masing bagian atau fungsi berdasarkan hasilidentifikasi Aspek & dampak

HSE di Pertamina EP UBEPSangasanga & Tarakan Field Tarakan.

16

Page 17: BAB I

Dalam penyusunan Tujuan, sasaran dan program tersebut harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Perundangan dan peraturan yang harus ditaati.

2. Aspek dan dampak HSE.

3. Teknologi yang digunakan.

4. Keuangan, operasi dan kepentingan bisnis lainnya.

5. Pandangan dari manajemen.

Berikut adalah beberapa gambar perlengkapan yang ada di HSE PT.Pertamina EP

Cepu :

Gambar 2.1

Portable Pump

17

Page 18: BAB I

Gambar 2.2

Fire Pump

Gambar 2.3

Fire house

18

Page 19: BAB I

Gambar 2.4

Fire Truck

Gambar 2.5

Oil Boom

19

Page 20: BAB I

Gambar 2.6

Mobile Foam

20

Page 21: BAB I

BAB IV

DATA DAN TI

PT. Pertamina EP Cepu memiliki bagian operating support yang disebut

bagian data dan TI. Dapat terlihat dari struktur organisasi dari data dan TI pada

PT. Pertamina EP cepu adalah sebagai berikut .

Gambar 3.1

Srtruktur Organisasi Dari Data dan TI

Organisasi / SDM

MANAJERDATA & TI

MANAJER SENIOR

MANAJEMEN DATA

GEOMATIKA & TI

VICE PRESIDENT REGIO

N JAWA

AHLIDATA

MANAJEMEN

PENGAWAS

PENGELOLAAN

TI

STAF DATA &

TISUBANG

STAF DATA &

TIJATIBAR

ANG

STAF DATA &

TICEPU

STAF APLIKASI

STAF INFRASTR

UKTUR

STAF LAYANAN

TI

21

Page 22: BAB I

Ada pun bagian data dan TI pada PT.pertamina EP Cepu memiliki tugas

dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan, penyimpanan, perawatan, pengelolaan dan

pemberdayaan data EP hasil kegiatan hulu migas untuk memenuhi

kebutuhan studi keteknikan hulu serta kebutuhan operasi di seluruh

wilayah kerja EP Region Jawa,

2. Pemeliharaan sistem manajemen data EP sertapengelolaan,

pengkoordinasian, perencanaan, pengoperasian, pemeliharaan dan

pengendalian semua aspek sistem informasi dan komunikasi elektronika

yang handal, aman danterpercaya serta efektif dan efisien sesuai dengan

perkembangan teknologi, ketentuan dan perundang-undangan yang

berlaku baik secara nasional maupun internasional demi tercapainya suatu

sistem informasi manajemen yang tepat guna dalam menunjang kelancaran

operasi di EP Region Jawa.

Bidang disiplin :

• Data EP

• Komputer

• Sistem teleponi

• Sistem radio komunikasi

• Sound system

• Multimedia

• Sistem catu daya / cadangan

22

Page 23: BAB I

• Sistem proteksi

• Infrastruktur

Ada pun perelengkapan atau aset yg dimiliki bagian data dan TI meliputi:

- Data EP

- Hardware Komunikasi

- Hardware Komputasi

- Hardware Audio - Video

- Software

- SAP

Berikut ini adalah konfigurasi jaringan komunikasi dan data PT. Pertamina

EP Region Jawa Field Cepu :

Gambar 3.1

Konfigurasi Jaringan Komunikasi dan Data

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

23

Page 24: BAB I

Pada kantor PT. Pertamina EP Cepu memiliki jaringan internet yg

dipasang pada titik titik tertentu untuk memudahkan karyawan dalam melakukan

pekerjaan yg memerlukan jaringan internet. Berikut kondisi wifi pada Kantor PT.

Pertamina EP Cepu :

Gambar 3.2

Kondisi Wifi di Kantor PT Pertamina EP

Region Jawa Field Cepu

24

Page 25: BAB I

BAB V

KEUANGAN

Di bidang keuangan, PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu,

melaksanakan kegiatan meliputi :

Verifikasi panjar dinas dan deklarasi

Proses pembayaran baik dinas maupun bank

Verifikasi dokumen pembayaran

Pembayaran dan pelaporan pajak

DOKUMEN PEMBAYARAN

Invoice dan SP3(kontrak dan material)

Panjar kerja

Pertanggung jawaban panjar kerja

SP3 sundries

LAMPIRAN DOKUMEN

PEMBAYARAN KONTRAK / MATERIAL

Berita acara serah terima barang / pelaksanaan pekerjaan

Kwitansi

Faktur pajak

Page 26: BAB I

SSP

SA / GR

PO

LAMPIRAN PANJAR KERJA,

PERTANGGUNG JAWABAN DAN SP3 DUNDRIES

Rincian rencan kerja

Dasar penentuan tarif

Justifikasi

Kwitansi

Berita acara penerimaan barang / pelaksanaan pekerjaan

Faktur pajak

SSP

PANJAR DINAS DAN DEKLARASI

SPD di buat sesuai ketentuan dari SDM

Nilai panjar dinas max 80%

Tariff dan besaran deklarasi sesuai ketentuan dari SDM

AKUNTANSI MIGAS

Verifikasi entry data tank ticket

Pembuatan laporan minyak dan laporan gas

26

25

Page 27: BAB I

FUNGSI KEUANGAN

BAGIAN BAGIAN FUNGSI KEUANGAN

Akuntansi MIGAS

o Membukukan arus migas

o Membuat laporan produksi dan financial sector migas

Kontroler

o Pengendalian anggaran , hutang piutang , dan aset perusahaan

o Pengendalian internal system dan prosedur keuangan

o Pembukuan dan penyediaan informasi, interprestasi, rekomendasi

Tresury

o Mengelola dana

o Melakukan pembayaran

o Menerima data

Keuangan area

o Melakukan keuangan di area

o Administrasi pajak di area

o Laporan arus minyak dan gas

TUGAS UTAMA AKUNTANSI MIGAS

Menyelenggarakan evaluasi dan analisis serta kosolidasi laporan secara

rutin dan berkala atas arus MIGAS dari kegiatan own operatir dan

kemitraan.

27

Page 28: BAB I

Menyelenggarakan perhitungan volume minyak dan gas bumi entitlement

pertamina bagi hasil perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah

(PKPD).

Mengkoordinir rekonsiliasi pengiriman minyak mentah dengan entitas

akuntansi pengolahan.

Menyelenggarakan perhitungan prorate adjustment minyak Own

Operarion dan kemitraan secara bulanan, triwulan, semesteran, tahunan.

Mengevaluasi dan menganalisis selisih atau kurang (gain/loss) yg terjadi

dalam aktivitas minyak mentah dan gas bumi.

Mengkoordinir pembuatan joint report untuk system arus minyak bersama

Own Operation dan mitra usaha melalui pipa maupun tangki dan CPA.

TUGAS UTAMA KEUANGAN AREA

Menyelenggarakan administrasi keuangan di area

Menyelenggarakan administrasi dan pajak area

Pengawasan dan pelaporan arus minyak dan gas area

Pengawasan dan pengendalian anggaran area

CONTROLER

Merupakan bagian yang mempunyai tugas pokok melakukan perencanaan,

pengendalian dan pelaporan atas aktifitas aktfitas keuangan perusahaan.

28

Page 29: BAB I

SUB BAGIAN CONTROLER

Anggaran san akuntansi management

Akuntansi asset dan material

Akuntansi umum

TREASURY

Melakukan pengelolahan dan control atas ketersediaan dana serta pembayaran

atas aktifitas keuangan perusahaan.

SUB BAGIAN TREASURY

Pajak

Hak-hak pekerja

Pengelolahan dana

29

Page 30: BAB I

BAB VI

LAYANAN OPERASI

6.1 Pengertian Layanan Operasi

Layanan operasi pada Pertamina EP Field Cepu merupakan bagian

supporting yang lebih condong mengarah kepada pelayanan terhadap lingkup

daerah Cepu itu sendiri, yaitu kepada masyarakat sekitar. Dalam penanganan-

penanganan terhadap layanan operasi ini Pertamina EP sendiri memberikan

tanggung jawab ini kepada orang-orang yang berkomitmen mendorong proses

transformasi internal dan pengembangan yang berkelanjutan guna mencapai

standar internasional dalam pelaksanaan baik itu dalam operasional dan tata kelola

lingkungan serta dapat mencerminkan tata nilai perusahaan untuk menjadi bagian

dari tim yang mengakselerasi pencapaian visi Pertamina sendiri yaitu untuk

menjadi perusahaan migas nasional kelas dunia.

6.2 Struktur Organisasi

Fungsi layanan operasi ini terbagi lagi menjadi bagian-bagian yang

memiliki kepala di masing-masing bagian, di bawah layanan operasi masih ada

seperti Staff I dan Staff II , Kepala Security, Kepala Humas, HKP.

30

Page 31: BAB I

6.3 Kondisi Sosial Masyarkat di WKP

WKP Pertamina EP meliputi 5 Kabupaten yaitu Blora, Bojonegoro,

Tuban, Grobogan serta Semarang , 20 Desa Ring I yang dimana rata-rata bahkan

hamper 90% bermata pencaharian sebagai petani. Setelah di data masyarakat

tersebut memiliki persentase tingkat pendidikan 30% SLTP , 25% SLTA, 10%

Sarjana/Diploma, 5% S2. Sebenarnya usia produktif masih tinggi namun

prosentasi pengangguran juga cukup tinggi.

6.4 Corporate Social Responsibilities

Pertamina EP Field Cepu memiliki tanggung jawab sosial perusahaan

yang harus di laksanakan demu terciptanya kesinambungan usaha Pertamina EP

sendiri. Tanggung jawab sosial perusahaan tersebut memiliki tujuan

5.4.1 Tujuan CD/CSR (Program Sosial) PT.Pertamina EP :

License to operate mendukung keg.operasi wilayah

Kesinambungan usaha menjaga reputasi & network

Tujuan bersama menciptakan suasana kondusif, aman & sejahtera

31

Page 32: BAB I

6.5 Basic Concept Tripartite CSR Forum

Dibawah ini diagram yang menggambarkan aplikasi CSR itu sendiri antara

Pertamina EP, masyarakat, pemerintah serta forum CSR.

Gambar 5.1

CSR Forum

32

Page 33: BAB I

6.6 CSR / Community Development Activities 2010-2011

Desa Ring I di WKP diberikan berbagai program pemberdayaan sesuai

dengan potensi dan kebutuhan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan daerah

serta SDM-nya. Pembinaan akan dilakukan selama 4 tahun berturut-turut.

Merupakan program berkelanjutan yang akan dikembangkan ke desa-desa di

sekitar WKP Pertamina. Program-program yang dilakukan pada tahun 2010-2011

seperti pelatihan, pemberian beasiswa, modal yang di berikan untuk industri-

industri kecil, pengolahan sampah, serta peternakan dan juga pertanian.

Gambar 5.2

Program CSR 2010-2011

33

Page 34: BAB I

6.6.1 Pemberdayaan Masyarakat

Pelatihan Budidaya Jamur Merang pada karang taruna Desa Banyu Urip,

Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban.

Gambar 6.3

Pelatihan Budidaya Jamur Merang

6.6.2 Pembangunan Infrastruktur Desa Ring I

Pertamina EP Field Cepu juga melakukan pembangunan-pembangunan

infrastruktur di desa-desa WKP-nya. Pembangunan ini meliputi pembangunan

jalan yang akan di lewati oleh kendaraan-kendaraan kantor, agar lebih

34

Page 35: BAB I

memudahkan kendaraan-kendaraan kantor yang hendak menuju ke lapangan yang

berada di desa tersebut, dibawah ini ad beberapa gambar yang mengenai kegiatan

pembangunan infrastruktur pada desa Ring I, yaitu pembangunan jalan rabat

beton sepanjang 5km di Desa Semanggi, serta pembangunan mushola Al-Barokah

Desa Semanggi, Blora, Taman kanak-kanak, pembangunan PAUD Desa Sengon

Wetan. Hal-hal tersebut merupakan salah satu bentuk sosialisasi Pertamina EP

Field Cepu ini terhadap masyarakat yang berada di Cepu, hal-hal seperti ini bisa

di bilang penting karena masyarakat sekitar merupakan faktor penting di dalam

proyek yang dilaksanakan oleh pihak Pertamina EP Field Cepu ini. Di bawah

adalah gambaran kegiatan sosialisasi yang telah di lakukan oleh Pertamina EP

terhadap masyarakat sekitar.

35

Page 36: BAB I

Gambar 5.4

Pembangunan jalan beton

Gambar 5.5

Pembangunan Mushola

36

Page 37: BAB I

Gambar 5.6

Pembangunan TK Desa Nglobo, Blora

Gambar 5.7

Pembangunan PAUD Desa Songon Wetan, Blora

37

Page 38: BAB I

BAB VII

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

Supply Chain (SCM) merupakan sebuah proses di mana pencarian berupa

barang dan jasa dengan menggunakan sebuah sistem lelang yang terpadu.

Dalam barang/jasa terbagi atas 2 (dua) jenis lelang:

Lelang Nominal

o 0 – 50 juta rupiah : Tunjuk Langsung (TL)

o 50 – 500 juta rupiah : Pilih Langsung(PL)

o > 500 Juta rupiah : Lelang Langsung/Lelang Umum (LL/LU)

Lelang Dokumen

o 1 Sampul

o 2 Sampul 1 Tahap

o 2 Sampul 2 Tahap

SUBSURFACE

• Pengadaan Material dan Jasa di bawah permukaan

• Nilai relatif besar sehingga pengadaan dengan Lelang

• Kebanyakan penunjang utama sehingga membutuhkan AFE

Page 39: BAB I

• Long Term Contract

• Material yang ditangani relatif lebih sedikit

SURFACE

• Pengadaan Material dan Jasa di atas Permukaan

• Nilainya relatif lebih kecil daripada material subsurface

• Kebanyakan tidak memerlukan AFE

• Jenis Material yang ditangani jauh lebih banyak daripada Subsurface

Pemilihan Metode Pengadaan

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Bikin RencanaPengadaan Oleh

SCM

Di atas 20 Milyar rupiah ?

Ijin ke BP MIGAS

Lelang Umum/Terbatas

Di atas 500 Juta rupiah ?

Di atas 50 Juta rupiah ?

Pemilihan Langsung

Penunjukan Langsung

39

38

Page 40: BAB I

Tidak

Dimana di atas 500 juta rupiah merupakan wewenang dari Region

JawaCirebon, sedangkan di bawah500 juta rupiah merupakan wewenang dari

Field Cepu dengan izin proses oleh kepala SCM.

Metode Lelang

Ya

Tidak Ya

Tidak

Ya Tidak

Ya Tidak

Ya

1PR/BestekPengumuan

LelangPendaftaran

Calon Peserta PrakualifikasiPengumuanKelulusan RFQ

PengumuanKelulusan Aanwijizing

1

PenyampaianDokumen

Penawaran

≥3 vendor yangMemasukkanPenawaran ?

Penyedia Barang/jasa diPasaran ≥3 ?

Lelang gagal,Harus lelang

Ulang

Lelang Gagal lagi ?

Satu Sampul/Dua sampul/Dua Tahap

PemilihanLangsung/

Tunjuk langsung

Dua Tahap

Satu Sampul

Dua Sampul

PenunjukanLangsung

PemilihanLangsung

40

Page 41: BAB I

Pemilihan Langsung dan Tunjuk langsung

Pemilihan langsung

Penunjukan Langsung

*Field Cepu Umumnya menggunakan 1 Tahap.

*2 Tahap untuk pelaksanaan yang kompleks spesifikasinya.

Syarat Lolos Prakualifikasi

• Surat Permohonan

• Vendor SKT : SKT Pertamina

• Vendor Non SKT :

Akta Pendirian, NPWP, SIUP, Neraca Akhir,

Bukti Pajak (SSP/SPT )

PR/Bestek

Bidder ListApproved 3

Vendor

Dua SampulProses BidderList SAP

Bidder ListApproved 1

Vendor

RFQ Kirim keVendor

PemasukkanPenawaran Evaluasi Negosiasi PO

Dua Tahap

Satu Sampul

41

Page 42: BAB I

• Syarat Khusus :asli/copy surat dukungan dan jaminan pasok barang,

sedang jasa ada pengalaman kerja yang sejenis

• Surat Keagenan

• Pernyataan bahwa semua dokumen yang dikirim benar

Contoh Data Administrasi dan Teknis ( untuk jasa ):

• Surat penawaran data administrasi dan teknis

• Lingkup kerja dan volume pekerjaan

• Daftar Kebutuhan Material Dominan

• Daftar Peralatan Kerja

• Daftar tenaga Kerja

• Jangka waktu pelaksanaan

• Ulasan teknis

• Standard HSE Perusahaan

Contoh Data Harga Penawaran :

• Surat Penawaran harga

• Rekapitulasi dan Rincian Harga Penawaran

• Surat Jaminan Penawaran

• Surat Pernyataan keaslian Bid Bond

• Tingkat Kandungan Dalam negeri

Manajemen Aset

42

Page 43: BAB I

• Penerimaan Logistik

• Gudang

• Inventory Control

• Pengangkutan

• Layanan Operasi

PENERIMAAN LOGISTIK

• Barang dan dokumen datang

• Cek barang dan kelengkapan dokumen

• GR Block Stock

• Surat pemberitahuan Kedatangan Barang

• GR Release

• Pengambilan GR oleh Vendor

• Pengembalian GR oleh Vendor

• Tanda tangan GR oleh Manager Supply Chain

• Invoice Vendor ke Bagian Keuangan

Gudang dan Yard

• Gudang 1 : Spare Part

• Gudang 2 : Drilling Material

• Gudang 3 : General Material

• Gudang 5 : Chemicals

• Yard Pelumas

43

Page 44: BAB I

• Yard Casing Tubing

Bagian Angkutan

• Mengurusi masalah Kendaraan Ringan Penumpang ( KRP)

• Bagian Supply Chain dengan Jumlah mitra terbanyak

• Melayani Lintas Departemen

• Sangat Rawan Complain dari User

Inventory Control

• Ada kartu rayon

• Pengecekan stock dilakukan seminggu sekali

• Sering menjadi sorotan BPKP

• Menyangkut juga masalah penghapusan Material Deadstock

Kapan lelang dinyatakan gagal:

Tunjuk Langsung : Harga penawaran lebih besar daripada OE;

Spesifikasi tidak sama; administrasi tidak lengkap.

Pemilihan Langsung : Harga penawaran lebih besar daripada OE;

Spesifikasi tidak sama; administrasi tidak lengkap.

Lelang Langsung : Harga penawaran lebih besar daripada OE;

Spesifikasi tidak sama; administrasi tidak lengkap.

44

Page 45: BAB I

Lelang dinyatakan batal:

1. Sudah dilakukan pelelangan sebanyak dua kali, karena harga penawaran

lebih besar dari Owner Estimated.

2. Peserta pemenang mundur, akan mendapatkan sanksi merah berupa selama

satu tahun tidak dapat mengikuti lelang.

3. Tidak ada kualifikasi yang sesuai.

Proses pelelangan:

Tunjuk Langsung batas akhirnya selama 30 hari.

Pemilihan Langsung batas akhirnya selama 45 hari.

Lelang Langsung batas akhirnya selama 90 hari.

45

Page 46: BAB I

BAB VIII

PERENCANAAN OPERASI

Perencanaan Operasi merupakam hal yang sangat penting dalam persiapan

program pemboran. Untuk itu, diperlukan berbagai macam prinsip-prinsip teknik

disamping factor pelaksanaan dan pengalaman, walaupun suatu metode

perencanaan sumur sudah dipraktekan, tetapi masih memungkinkan terjadinya

perubahan sejalan dengan pelaksanaan pemboran itu sendiri dan pada akhrnya

semuanya harus memperhatikan beberapa factor, yaitu ; keamanan, mimalis biaya

pemboran, dan metoda produksi yang digunnakan.

Dalam suatu perencanaan sumur akan melibatkan berbagai disiplin

keahlian, yaitu para ahli yang berpengalaman dalam bidang pemboran yang dapat

memadukan semua aspek pemboran secara baik. Mereka menggunakan

perlengkapan maupun piranti teknik, seperti computer dan beberapa dalam bantu

lainnya dalam merencanakan sumur.

Dalam merencanakaan sumur yang harus diperhatikan adalah mampu

melihat karakter dan aspek perencanaan dalam usaha untuk menentukan tempat

atau area yang terdapat masalah.

Page 47: BAB I

1. Perencanaan Sumur

Dalam perencanaan sumur diperlukan beberapa variable sebagai berikut :

a. Keamanan (safety)

b. Biaya minimum

c. Usable hole

Pada kenyataannya tidak selalu factor di atas terdapat pada setiap sumur

karena adanya kendala yang terkait dengan masalah geologi dan peralatan

pemboran, seperti tekanan, temperature, keterbatasanukuran cainng, ukuran

lubang bor, maupun anggaran.

d. Keamanan

Faktor keamanan harus mendapat prioritas yang paling tinggi dalam

perencanaan program pemboran. Pertimbangan manusia harus ditempatkan diatas

eluruhh aspek. Dalam pelaksanaan pemboran, perencanaan sumur dapat dirubah,

jika sampai terjadi problem pemboran yang akan membahayakan para pekerja.

Kegagalan faktir keamanan ini dapat mengakibatkan kematian, kebakaran dan

cacat pada individu.

Prioritas selanjutnya dalam segi keamanan yang harus selalu diperhatikan

adalah perencanaan pemboran harus didesai agar dapat meminimalkan resiko

terjadinya semburan liar (blow out) dan factor kemungkinan terjadi problem

pemboran (hole problems). Desain ini harus berdasarkan pada sumber data yang

terkait dalam perencanaan sumur,

e. Biaya Minimum

47

46

Page 48: BAB I

Dalam perencanaan sumur diusahakan untuk menekan biaya sekecil

mungkin, tanpa mengabaikan aspek keamanan, pada banyak kasus, biaya dapat

disesuaikan pada batas-batas tertentu dalam usaha perencanaan. Hal ini bukan

berarti membangun “monument baja” untuk factor kemanan jika biaya tambahan

tidak diperlukan. Pada sisi lain, harus dikeluarkan untuk membangun sestem

keamanan.

f. Usable Hole

Lubang bor yang mencapai target kedalaman tidak sesuai seperti yang

diharapkan. Jika sumur yang dihasilkan pada akhirnya tidak sesuai dengan

konfigurasi, maka sumur tersebut tidak dapak diproduksikan.

8.1 Peningkatann Perolehan Minyak Dengan menggunakan Waterflood

Injeksi air (Waterflood) merupakan metode perolehan tahap kedua dengan

menginjeksikan air ke dalam reservoir untuk mendapatkan tambahan perolehan

minyak yang bergerak dari reservoir menuju ke sumur produksi setelah reservoir

tersebut mendekati batas ekonomis produktif melalui perolehan tahap pertama.

Biasanya injeksi air digolongkan kedalam injeksi tak bercampur.

Penginjeksian air bertujuan untuk memberikan tambahan energi kedalam

reservoir. Pada proses pendesakan, air akan mendesak minyak mengikuti jalur-

jalur arus (stream line) yang dimulai dari sumur injeksi dan berakhir pada sumur

produksi.

48

Page 49: BAB I

Pemakaian injeksi air sebagai metoda untuk menaikkan perolehan minyak

dimulai tahun 1880 setelah John. F Carll menyimpulkan bahwa air tanah dari

lapisan dangkal dapat membantu produksi minyak. Secara tidak sengaja, hal

tersebut terjadi di daerah Pithole City Pennyslvania pada tahun 1865.

Injeksi air ini sangat banyak digunakan, alasannya antara lain:

1.       Mobilitas yang cukup rendah.

2.       Air mudah didapatkan.

3.       Pengadaan air cukup murah.

4.       Berat kolom air dalam sumur injeksi turut memberikan tekanan, sehingga

cukup banyak mengurangi tekanan injeksi yang perlu diberikan di permukaan.

5.       Mudah tersebar ke daerah reservoir, sehingga efisiensi penyapuannya cukup

tinggi.

6.       Memiliki efisiensi pendesakan yang sangat baik.

Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan

keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada perkiraan hasil dari proses

waterflood itu sendiri.

Lima langkah utama dalam perencanaan waterflood adalah ;

1. Evaluasi reservoir meliputi hasil  hasil produksi dari primary recovery.

2. Pemilihan waterflood plan yang potensial.

3. Perkiraan laju injeksi dan produksi.

4. Prediksi oil recovery untuk setiap perencanaan proyek waterflood.

5.  Identifikasi variabel-variabel yang menyebabkan ketidaktepatan analisa

secara teknik.

49

Page 50: BAB I

6. Penentuan Lokasi Sumur Injeksi-Produksi.

7. Penentuan Pola Sumur Injeksi-Produksi.

8. Penentuan Debit dan Tekanan Injeksi.

Keuntungan dari pelaksanaan Waterflooding dibandingkan dengan metode

perolehan tahap kedua yang lainnya (gas flooding), antara lain adalah :

1. Air tersedia dalam jumlah yang melimpah.

2. Pengadaan air cukup murah.

3. Relatif mudah diinjeksikan dan mampu menyebar melalui formasi bearing

minyak.

4. Menghasilkan efisiensi penyapuan yang cukup tinggi dalam mendesak

minyak.

Sebelum membuat perencanaan operasi waterflooding diperlukan studi

pendahuluan. Data-data yang dibutuhkan dalam studi pendahuluan antara lain

adalah sebagai berikut :

1. Sifat fisik batuan reservoir.

2. Permeabilitas rata-rata dalam berbagai luasan reservoir.

3. Data porositas dalam berbagai luasan reservoir.

4. Heterogenitas reservoir.

5. Sifat fluida reservoir. Distribusi saturasi air, baik sebelum injeksi maupun

sesudah injeksi.

6. Model geologi, yang meliputi stratigrafi dan struktur.

7. Sejarah produksi dan tekanan.

50

Page 51: BAB I

Data tersebut diatas, digunakan dalam studi pendahuluan mengenai

pelaksanaan waterflood, yang meliputi :

A. Perencanaan Air Injeksi.

Air untuk injeksi harus mempunyai syarat-syarat :

1. Tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang masa injeksi

2. Tidak mengandung padatan-padatan yang tidak dapat larut.

3. Secara kimiawi stabil dan tidak mudah bereaksi dengan elemen-elemen

yang terdapat dalam sistem injeksi dan reservoir.

B. Simulasi Reservoir.

Sebelum waterflooding diterapkan terlebih dahulu dibuat simulasinya

berdasarkan data-data diatas. Simulasi dapat dibuat dalam sistem 1 dimensi, 2

dimensi, dan 3 dimensi dengan teknik numerik.

C. Studi Laboratorium.

Penelitian laboratorium dimaksudkan untuk mencari kecocokan antara

proses waterflooding dengan sifat batuan dan fluidanya.

D. Pelaksanaan Pilot Project.

Mencoba mengaplikasikan ke dalam permasalahan di lapangan. Ada dua

jenis pola injeksi yang umum digunakan, yaitu pola five-spot dan single-injection.

Kedua pola ini dapat memaksimalkan jumlah migrasi minyak.

51

Page 52: BAB I

E. Monitoring Pelaksanaan Pilot Project.

Memonitor dan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pilot

project..

F. Resimulasi.

Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pilot project dibandingkan dengan

simulasi reservoir yang dibuat, lalu diadakan penyesuaian antara kondisi lapangan

dengan simulasi reservoirnya.

G. Evalusi Ekonomi.

Meliputi: Perkiraan biaya yang dibutuhkan, perhitungan-perhitungan dan

presentasi. Hasil dari studi pendahuluan untuk selanjutnya digunakan dan

dijadikan acuan dalam perencanaan operasi waterflood. Perencanaan tersebut

meliputi penentuan lokasi sumur injeksi dan sumur produksi,  penentuan pola

sumur (pattern) serta penentuan debit dan tekanan injeksi.

52

Page 53: BAB I

BAB IX

PEMELIHARAAN

Unit pompa angguk merupakan salah satu metode pengangkatan buatan

dalam teknik produksi minyak bumi yang banyak dipakai oleh perusahaan-

perusahaan perminyakan karena teknologinya sederhana dan biaya

pengoperasiannya yang relatif murah. Namun demikian, Unit pompa angguk

mempunyai banyak bagian-bagian yang bergerak sehingga dapat menyebabkan

kegagalan mekanikal. Kegagalan mekanikal ini berupa kerusakan tubing, sucker

rod, dan pompa bawah tanah. Disamping itu, masalah reservoar, seperti karena

problem kepasiran dan scale, dapat mengakibatkan kegagalan reservoar yang

akhirnya membuat sumur berhenti berproduksi. Untuk mengatasi masalah tersebut

maka diperlukan perawatan sumur minyak untuk tetap menjaga produksinya.

Perencanaan perawatan sumur harus dibuat agar pemeliharaan dapat dilakukan

dengan efektif dan efisien. Dengan menggunakan data historis dari aktivitas

perawatan sumur minyak, kita dapat mengenalisa reliabilitasnya dan menyelidiki

penyebab kegagalan, tipe kegagalan, dan umur rata-rata sumur tersebut. Dari hasil

analisa tadi, kita dapat membuat perencanaan perawatan sumur selanjutnya

dengan lebih baik. Dari hasil evaluasi terhadap data historis aktivitas perawatan

sumur di Pertamina Operasi EP Cepu, Jawa tengah, diketahui bahwa sebagian

besar sumur minyak tersebut mempunyai tipe kegagalan awal + random, dan

53

Page 54: BAB I

hanya sebagian kecil saja yang mempunyai tipe kegagalan usang. Umur rata - rata

sumur adalah 85 hari dengan tingkat reliabilitas 31 % untuk mencapai umur

tersebut. sebagian besar kegagalan disebabkan oleh kegagalan mekanikal.

Berdasarkan hasil produksi dan biaya perawatannya, umur relevan sumur minyak

di Cepu berkisar antara 68 s/d 160 hari dengan tingkat reliabiltasnya rata-rata 26%

untuk mencapai umur tersebut.

Dalam pemeliharaan sumur ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

1. Lokasi pemboran harus ditempatkan pada jarak yang cukup aman dari

hantaran kabel listrik udara, kabel tanah atau saluran pipa.

2. Lokasi pemboran harus diamankan dari masuknya orang dan hanya orang

yang diberi izin yang diperbolehkan masuk ke dalam daerah tersebut dan

harus tersedia jalan keluar darurat.

3. Pada lokasi pemboran harus disediakan sarana tempat mencuci,

mengganti, dan menyimpan pakaian serta barang pribadi, kecuali pada

lokasi yang berdekatan tersedia sarana tersebut.

4. Apabila peralatan bor akan dipindahkan dari satu lokasi pemboran

kelokasi lainnya maka pipa bor, perkakas dan peralatan lainnya harus

diamankan, dan tiang bor harus ditempatkan pada posisi yang aman. 

Sewaktu memindahkan alat bor ke tempat yang baru, juru bor harus

dibantu oleh pembantu juru bor.

54

Page 55: BAB I

5. Dilarang melakukan pekerjaan yang lain di bawah atau berdekatan dengan

derek bor yang sedang dipancangkan atau dibongkar, atau pada saat tiang

bor dinaikkan atau diturunkan.

6. Menaikkan atau menurunkan tiang bor atau derek bor harus dilaksanakan

pada kondisi dengan cahaya cukup terang.

7. Tindakan pengaman harus dilakukan untuk menjaga derek bor atau tiang

bor dari kerusakan yang diakibatkan oleh tiupan angin kencang sewaktu

memancing, membongkar atau menaikkan.

8. Dalam hal menaikkan atau menurunkan derek bor atau tiang bor portabel,

petunjuk dari pabrik pembuatnya harus benar-benar diikuti.  Dilarang

menggunakan derek bor atau tiang bor dengan beban yang melebihi batas

beban maksimum.

9. Lampu penerangan harus diatur baik, sehingga tempat kerja pemboran dan

rakt empat pipa cukup terang atau tidak menyilaukan mata juru bor.  Bila

perlu, lampu peringatan untuk lalu lintas udara harus dipasang pada

puncak derek bor atau tiang bor dan harus mematuhi peraturan lalulintas

udara.  Lampu penerangan harus dilengkapi dengan dudukan dan

pelindung lampu.

10. Instalasi bor harus dioperasikan pada permukaan yang datar dan jika

bekerja pada suatu teras, harus diatur pada jarak yang aman dan sekurang-

kurangnya 3 meter dari ujung teras.  Ketika sedang beroperasi instalasi bor

harus diatur agar poros longitudinalnya tegak lurus dengan ujung teras.

55

Page 56: BAB I

BAB X

OPERASI PRODUKSI

Pada bab ini di bahas tentang operasi produksi pertamina ep region jawa

area cepu yang mengelola 2 lapangan produksi. Kerja dari operasi produksi ini

adalah bertanggung jawab dari perolehan fluida setiap sumur sampai ke

penampungan yaitu PPP Menggung, termasuk kedalam nya penentuan artificial

lift yang di pakai.

Lapangan Produksi dan Fasilitas Produksi PT Pertamina EP Region Jawa

Area Cepu mengelola 2 lapangan produksi masing-masing, yaitu :

1. Distrik I Kawengan

Terletak 22 km sebelah timur laut Cepu yang merupakan bagian dari

Propinsi Jawa Timur, merupakan antiklin memanjang dari barat laut ke tenggara

dengan panjang 15 km dan lebar 1 km. Lapangan ini dikembangkan sejak tahun

1926 dengan jumlah sumur yang telah dibor sebanyak 154 sumur terdiri dari 125

sumur menghasilkan minyak dan 12 sumur kosong (dry hole) dengan produksi

puncak sebesar 2300 m3/hari dicapai pada tahun 1983 dan 1953. Kedalaman

pemboran antara 413m-2350 m. Sampai dengan saat ini jumlah sumur yang

berproduksi berjumlah 45 buah dengan produksi minyak rata-rata selama tahun

2007 sebanyak 1108 bopd. Distrik ini meliputi Lapangan Kawengan dan

Wonocolo di Kabupaten bojonegoro dan Tuban.

Fasilitas produksi terdapat pada distrik I Kawengan sebagai berikut:

56

Page 57: BAB I

- 7 SP (Kapasitas total 2252,5 m3)

- 1 SPU (Kapasitas 6900 m³)

2. Distrik II Nglobo/Semanggi-Ledok

Distrik ini terletak di Propinsi Jawa Tengah dan telah dikembangkan sejak

tahun 1896. Lapangan produksi Distrik II Ledok/Nglobo terdiri dari beberapa

lapangan, yaitu:

e. Lapangan produksi Ledok terletak ±11 km sebelah barat Cepu, merupakan

antiklin sepanjang 2,5 km dan lebar 1,25 km, dikembangkan sejak

tahun1896. Puncak produksi dicapai pada tahun 1928 sebesar 715 m²/hari.

Jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 30 sumur, dengan produksi

minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 253 bopd.

f. Lapangan produksi Nglobo terletak ±28 km sebelah barat Cepu,

merupakan antiklin sepanjang 1,5 km, dikembangkan sejak tahun 1903,

jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 14 sumur, dengan produksi

minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 127 bopd.

g. Lapangan produksi Semanggi terletak ±35 km sebelah barat cepu, melalui

Nglobo, dengan luas ±2,5 x 0,5 dikembangkan sejak tahun 1900. Jumlah

sumur produktif saat ini sebanyak 7 sumur, dengan produksi minyak rata-

rata selama tahun 2007 sebanyak 260 bopd.

h. Lapangan Banyuasin terletak ±40 km sebelah barat Cepu dengan luas ±2,5

x 0,5 km². Lapangan produksi ini dikembangkan sejak tahun 1988. Jumlah

57

Page 58: BAB I

sumur produktif saat ini sebanyak 1 sumur, dengan produksi minyak

ratarata selama tahun 2007 sebanyak 13 bopd.

Fasilitas produksi yang terdapat pada distrik II Nglobo dan Ledok

sebagai berikut:

Nglobo/Semanggi:

- 3 SP (kapasitas total 438 m3)

- 1 SPU (kapasitas 3220 m3)

Ledok:

- 1 SP (kapasitas total 123 m3)

- 1 SPU (kapasitas 2430 m3)

Kapasitas yang terdapat pada Pusat Pengumpul Produksi (PPP) Menggung

adalah 30.100 m3.

SISTEM PENAMPUNGAN

System penampungan merupakan suatu system yang berkaitan dengan kegiatan

menampung gross minyak yang telah dieksploitasi. Gross minyak yang telah

terpompa pertama kali dialirkan ke tempat penampungan sementara yang disebut

Stasiun Pengumpul (SP). Kemudian dari SP, gross minyak dialirkan ke tempat

penampungan akhir yang disebut Stasiun Pengumpul Utama (SPU) sebelum

dialirkan ke Pusat Penampungan Produksi Menggung (PPP Menggung) yang

terletak di kecamatan Cepu. Dalam satu lokasi tedapat enam tangki penyimpanan

crude oil.

58

Page 59: BAB I

SP I

SP II

DISTRIK II LEDOK

S P U

DISTRIK II NGLOBO

SP I

SP II

SP SMG3” x 9,4 km

4” x 0,4 km

4” x 2,2 km

0,8 km0,5 km 4” x 19,6 km

6,2 km13,4 km

4” x 3,8 km

SP I

SP II

SP III

SP VI

SP V

SP IV

S S

6” x 22.6 km

KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU

UPPDN / PATRA NIAGA

DISTRIK I KAWENGAN

6” x

2 k

m

6” x

1 k

m5”

x 2

km

6” x

10,

5 km

6” x 2,5 km

S P UP P P

KUD / KOPERASI

S P U

4” x

1,0

km

4” x 1,5 km

4” x

2,5

km

Road Tank

Bna

Status 2011

50

0 b

op

d

10

00

bop

d

Kinerja atau proses kerja dari PPP Menggung sendiri dapat di liat dari

gambar berikut:

Gambar 8.1

Diagram Alir Produksi Mminyak

PT. Pertamina EP Region JAWA FIELD CEPU

Pada saat bagian operasi produksi ini kami mahasiswa TRISAKTI

mendapat kesempatan berkunjung ke distrik 2 lapangan semanggi (sumur P11 dan

P13). Yang di bimbing oleh bapak Leonard sebagai kepala distrik 2. Kedua sumur

ini merupakan sumur baru yang mana P11 sudah bisa di produksikan, sedangkan

59

Page 60: BAB I

P13 masih dalam tahap produksi di karenakan ada masalah terdapat nya gas yang

besar di dalam sumur, sehingga fluida tidak dapat di produksikan. Masalah ini di

tanggulangi dengan cara membiarkan pompa dalam keadaan dibawah dan

didiamkan selama 30 menit, yang bertujuan untuk mendorong gas yang terdapat

di sekitar pompa sehingga pada saat pompa di hidupkan kembali tidak ada gas

yang menghalangi. Cara kedua dengan meletakkan pompa di bawah perforasi.

Tetapi pada saat kami berkunjung cara yang di lakukan adalah membiarkan

pompa dalam keadaan down sambil di dinginkan.

Sumur sumur di cepu ini merupakan sumur peninggalan belanda yang

sudah tidak bisa mengalirkan flida secara alami, termasuk kedua sumur ini. Kedua

semur ini menggunakan sucker rod pump untuk mengalirkan fluida.

Hasil produksi dari sumur sumur semanggi ini tidak hanya minyak tapi

juga ada sumur yang memproduksikan LNG yang kemudian di gunakan oleh

pabrik makanan sebagai bahan bakar dan ada yang kemudian di olah menjadi

LPG dan di pasarkan.

Produksi minyak dari sumur sumur semanggi ini di tampung di tangki

penampungan distrik 2, dari penampungan distrik 2 ini baru di alirkan ke PPP

Menggung sebagai penampungan produksi minyak region jawa.

60

Page 61: BAB I

BAB XI

PETROLEUM ENGINEER

Seorang Petroleum Engineer terlibat dalam hampir semua tahap lapangan

gas minyak dan evaluasi, pengembangan dan produksi. Tujuan dari seorang

Petroleum Engineer adalah untuk memaksimalkan recovery hidrokarbon dengan

biaya minimal sambil mempertahankan penekanan kuat dalam mengurangi semua

masalah lingkungan yang terkait.

Petroleum Engineer terbagi menjadi beberapa kelompok :

a. Petroleum geologists menemukan hidrokarbon dengan menganalisis

struktur bawah tanah dengan metode geologi dan geofisika.

b. Reservoir Engineer bekerja untuk mengoptimalkan produksi minyak dan

gas melalui penempatan sumur yang tepat, tingkat produksi, dan teknik

enhanced oil recovery.

c. Production Engineer mengelola permukaan antara reservoir dan sumur

melalui tugas-tugas seperti perforasi, kontrol pasir, pengangkatan buatan,

pengontrolan aliran dan pemantauan peralatan downhole downhole.

Mereka juga memilih peralatan permukaan yang memisahkan cairan yang

dihasilkan (minyak, gas alam dan air).

d. Drilling Engineer mengelola aspek teknis pengeboran sumur produksi dan

injeksi. Mereka bekerja dalam tim multidisiplin bersama insinyur lainnya,

Page 62: BAB I

ilmuwan, tim pengeboran dan kontraktor.

Pekerjaan dari seorang Petroleum Engineer meliputi :

a. Sebagai penghubung dengan geoscientists, produksi dan reservoir

engineer, dan manajer komersial dalam menafsirkan hasil baik

pengembangan dan memprediksi potensi produksi (Production Potential).

b. Menyusun rencana pengembangan kinerja reservoir (reservoir

performance) secara detil dengan menggunakan perhitungan rumus untuk

menentukan Maximum Economic Recovery.

c. Memilih ukuran pipa yang optimal dan berbagai peralatan yang cocok

dalam sumur untuk fungsi yang berbeda.

d. Merancang penyelesaian (komplesi) - bagian dari sumur yang

berkomunikasi dengan batuan reservoir dan cairan.

e. Merancang sistem yang membantu sumur untuk aliran, misalnya dengan

menggunakan pompa submersible (Artificial Lift).

f. Mengelola masalah perilaku fluida dan kimia produksi.

g. Mengevaluasi dan merekomendasikan peningkatan laju aliran berdasarkan

kegunaan, misalnya, Hydraulic Fracturing (untuk memaksa cairan ke

dalam sumur dan fraktur batu) dan acid treatment (untuk mengikis batu

dan memperbaiki jalur aliran).

h. Mengelola dan mengendalikan sumur dengan cabang-cabang di bagian

bawah permukaan (sumur horizontal dan multilateral).

i. Menggunakan data – data sumur untuk mengelola sumur.

62

Page 63: BAB I

Pada Field Cepu ini, sumur yang beroperasi merupakan Deplited (tidak

ada sembur alam). Sehingga kegiatan produksi di lapangan sendiri menggunakan

Artificial Lift (pengangkatan buatan) pada sumur reservoir. Artificial Lift yang

digunakan adalah merupakan ESP (Electronic Submergible Pump), SRP (Sucker

Rod Pump), PCP (Progressive Cavity Pump).

Sebagai Petroleum Engineer harus memiliki sertifikasi dalam melakukan

kegiatan di lapangan karena merupakan syarat untuk kerja di lapangan sebagai

Petroleum Engineer. Sertifikat ini dapat dimiliki dengan mengikuti test di

Pusdiklat Cepu.

63

Page 64: BAB I

BAB XII

PEMBAHASAN

Saat ini permintaan terhadap sumber energy berupa minyak bumi semakin

meningkat, sehingga perusahaan-perusahaan minyak berupaya untuk

meningkatkan hasil produksinya. Salah satu perusahaan eksplorasi dan yang

memproduksi minyak dan gas bumi adalah PT. Pertamina EP Region Jawa Field

Cepu. Wilayah PT. Pertamina EP terbagi atas dua Distrik yaitu Distrik I meliputi

wilayah Kawengan dan Wonocolo dan Distrik II yang meliputi wilayah Ledok,

Nglobo, Banyuasin, dan Semanggi.

Pada tiap Distrik terdapat sistem penampungan produksi yang merupakan

suatu sistem yang berkaitan dengan kegiatan menampung gross oil yang telah

dieksploitasi. Gross oil yang telah dipompa pertama kali dialirkan ke tempat

penampungan sementara yaitu Stasiun Pengumpul (SP) kemudian dialirkan lagi

ke Stasiun Pengumpul Utama (SPU) sebelum dialirkan ke Pusat Penampungan

Produksi (PPP) Menggung yang terletak di kecamatan Cepu. Pusat Penampungan

Produksi (PPP) merupakan tangki penyimpanan minyak akhir di kawasan Cepu

sebelum dibawa ke kilang minyak.

Human Resource termasuk dalam supporting function, selain HR ada

Kepala Keuangan Cepu, Kepala SCM (Supply Chain Manager) Cepu, Staff Data

& TI. HR Field Cepu sendiri memiliki tugas-tugas yang harus di laksanakan oleh

setiap karyawan dari fungsi ini. Tugas-tugas tersebut meliputi : Pengawasan

64

Page 65: BAB I

“ATURAN & KEBIJAKSANAAN”; Pelaksanaan “PERENCANAAN &

PEMBINAAN KERJA”; Administrasi “FORMALITAS PEKERJA”; dan

Penyediaan “SARANA & PRASARANA PEKERJA”.

PT. Pertamina EP Field Cepu untuk menjaga keharmonisan dengan

lingkungan melalui penerapan yang konsisten dengan kebijakan Health, Safety

and the Enviroment (HSE). Perusahaan menyadari risiko sensitif dari kegiatan

tentang aspek HSE dan perkembangan sosial masyarakat sekitarnya. Risiko ini

timbul karena penggunaan bahan yang mudah terbakar, peledak dan beracun.

Pelaksanaan operasi dapat menyebabkan insiden, kerja yang ditimbulkan

penyakit, pencemaran lingkungan dan gangguan operasional. Ini tentu akan

mengurangi daya saing Perusahaan dan reputasi perusahaan. Oleh karena itu,

implementasi sempurna dari aspek HSE merupakan prasyarat untuk perusahaan

kelas dunia.

Untuk mencapai keunggulan operasi HSE di Pertamina EP Cepu,

Perusahaan memiliki alat yang disebut Sistem Manajemen HSE (SMHSE). Ini

adalah sebuah sistem manajemen HSE terintegrasi dengan kegiatan operasi, untuk

berjalan dengan aman, terfokus, efisien dan ramah lingkungan. SMHSE dalam

bagian integral dari sistem manajemen keseluruhan perusahaan. Semua pekerja,

kontraktor atau pemasok yang bekerja untuk PT. Pertamina EP Field Cepu

diharuskan mempelajari, memahami dan mematuhi manual, prosedur dan aturan

HSE Perusahaan, standar praktis industri sejenis, serta peraturan dan perundang–

undangan Pemerintah yang berlaku. Begitu juga bagi pelanggan untuk

65

Page 66: BAB I

menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat guna terhindar dari bahaya–

bahaya dan resiko yang terkait dengan HSE.

PT. Pertamina EP Field Cepu memiliki bagian operating support yang

disebut bagian data dan TI memiliki tugas dan tanggung jawab seperti

Penyelenggaraan, penyimpanan, perawatan, pengelolaan dan pemberdayaan data

EP hasil kegiatan hulu migas untuk memenuhi kebutuhan studi keteknikan hulu

serta kebutuhan operasi di seluruh wilayah kerja EP Region Jawa; Pemeliharaan

sistem manajemen data EP sertapengelolaan, pengkoordinasian, perencanaan,

pengoperasian, pemeliharaan dan pengendalian semua aspek sistem informasi dan

komunikasi elektronika yang handal, aman danterpercaya serta efektif dan efisien

sesuai dengan perkembangan teknologi, ketentuan dan perundang-undangan yang

berlaku baik secara nasional maupun internasional demi tercapainya suatu sistem

informasi manajemen yang tepat guna dalam menunjang kelancaran operasi di EP

Region Jawa.

Supply Chain (SCM) merupakan sebuah proses di mana pencarian berupa

barang dan jasa dengan menggunakan sebuah sistem lelang yang terpadu. PT

Pertamina EP Telah menerapkan sistem pengadaan barang dan jasa secara

elektronik, yang dikenal dengan sebutan PERTAMINA e-Procurement.

Penyediaan sistem ini merupakan bagian dari upaya peningkatan sistem

pengadaan barang dan jasa, sehingga akan memperlancar jalan menuju cita-cita

Pertamina EP World Class. Implementasi e-procurement ini juga  sejalan dengan

keinginan untuk melaksanakan kegiatan secara Good Corporate Governance

(GCG).

66

Page 67: BAB I

Layanan operasi pada Pertamina EP Field Cepu merupakan bagian

supporting yang lebih condong mengarah kepada pelayanan terhadap lingkup

daerah Cepu itu sendiri, yaitu kepada masyarakat sekitar. Dalam penanganan-

penanganan terhadap layanan operasi ini Pertamina EP sendiri memberikan

tanggung jawab ini kepada orang-orang yang berkomitmen mendorong proses

transformasi internal dan pengembangan yang berkelanjutan guna mencapai

standar internasional dalam pelaksanaan baik itu dalam operasional dan tata kelola

lingkungan serta dapat mencerminkan tata nilai perusahaan untuk menjadi bagian

dari tim yang mengakselerasi pencapaian visi Pertamina sendiri yaitu untuk

menjadi perusahaan migas nasional kelas dunia.

Tugas utama keuangan adalah Menyelenggarakan evaluasi dan analisis

serta kosolidasi laporan secara rutin dan berkala atas arus MIGAS dari kegiatan

own operatir dan kemitraan; Menyelenggarakan perhitungan volume minyak dan

gas bumi entitlement pertamina bagi hasil perimbangan keuangan pemerintah

pusat dan daerah (PKPD); Mengkoordinir rekonsiliasi pengiriman minyak mentah

dengan entitas akuntansi pengolahan; Menyelenggarakan perhitungan prorate

adjustment minyak Own Operarion dan kemitraan secara bulanan, triwulan,

semesteran,dan tahunan; Mengevaluasi dan menganalisis selisih atau kurang

(gain/loss) yg terjadi dalam aktivitas minyak mentah dan gas bumi;

Mengkoordinir pembuatan joint report untuk system arus minyak bersama Own

Operation dan mitra usaha melalui pipa maupun tangki dan CPA;

Menyelenggarakan administrasi keuangan di area; Menyelenggarakan

67

Page 68: BAB I

administrasi dan pajak area; Pengawasan dan pelaporan arus minyak dan gas area;

Pengawasan dan pengendalian anggaran area.

Perencanaan operasi merupakam hal yang sangat penting dalam persiapan

program. Untuk itu, diperlukan berbagai macam prinsip-prinsip teknik disamping

factor pelaksanaan dan pengalaman, walaupun suatu metode perencanaan operasi

sudah dipraktekan, tetapi masih memungkinkan terjadinya perubahan sejalan

dengan pelaksanaan operasi itu sendiri dan pada akhrnya semuanya harus

memperhatikan beberapa factor, yaitu ; keamanan, mimalis biaya pemboran, dan

metoda produksi yang digunakan.

Masalah reservoir, seperti karena problem kepasiran dan scale, dapat

mengakibatkan kegagalan reservoar yang akhirnya membuat sumur berhenti

berproduksi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan perawatan

sumur minyak untuk tetap menjaga produksinya. Perencanaan perawatan sumur

harus dibuat agar pemeliharaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.

Dengan menggunakan data historis dari aktivitas perawatan sumur minyak, kita

dapat mengenalisa reliabilitasnya dan menyelidiki penyebab kegagalan, tipe

kegagalan, dan umur rata-rata sumur tersebut. Dari hasil analisa tadi, kita dapat

membuat perencanaan perawatan sumur selanjutnya dengan lebih baik. Dari hasil

evaluasi terhadap data historis aktivitas perawatan sumur di Pertamina Operasi EP

Cepu, Jawa tengah, diketahui bahwa sebagian besar sumur minyak tersebut

mempunyai tipe kegagalan awal + random, dan hanya sebagian kecil saja yang

mempunyai tipe kegagalan usang. Umur rata-rata sumur adalah 85 hari dengan

tingkat reliabilitas 31% untuk mencapai umur tersebut. sebagian besar kegagalan

68

Page 69: BAB I

disebabkan oleh kegagalan mekanikal. Berdasarkan hasil produksi dan biaya

perawatannya, umur relevan sumur minyak di Cepu berkisar antara 68 s/d 160

hari dengan tingkat reliabiltasnya rata-rata 26% untuk mencapai umur tersebut.

Operasi produksi Pertamina EP Region Jawa Area Cepu yang mengelola 2

lapangan produksi. Kerja dari operasi produksi ini adalah bertanggung jawab dari

perolehan fluida setiap sumur sampai ke penampungan yaitu PPP Menggung,

termasuk kedalamannya, penentuan artificial lift yang di pakai. Lapangan

Produksi dan Fasilitas Produksi PT Pertamina EP Region Jawa Area Cepu

mengelola 2 lapangan produksi masing-masing, yaitu Distrik I Kawengan,

Lapangan ini dikembangkan sejak tahun 1926 dengan jumlah sumur yang telah

dibor sebanyak 154 sumur terdiri dari 125 sumur menghasilkan minyak dan 12

sumur kosong (dry hole) dengan produksi puncak sebesar 2300 m3/hari dicapai

pada tahun 1983 dan 1953. Kedalaman pemboran antara 413m-2350 m. Sampai

dengan saat ini jumlah sumur yang berproduksi berjumlah 45 buah dengan

produksi minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 1108 bopd. Distrik ini

meliputi Lapangan Kawengan dan Wonocolo di Kabupaten bojonegoro dan

Tuban. Fasilitas produksi terdapat pada distrik I Kawengan sebanyak 7 SP

(Kapasitas total 2252,5 m3) dan 1 SPU (Kapasitas 6900 m³). Distrik II

Nglobo/Semanggi-Ledok, Distrik ini terletak di Propinsi Jawa Tengah dan telah

dikembangkan sejak tahun 1896. Lapangan produksi Ledok terletak ±11 km

sebelah barat Cepu, merupakan antiklin sepanjang 2,5 km dan lebar 1,25 km,

dikembangkan sejak tahun1896. Puncak produksi dicapai pada tahun 1928 sebesar

715 m²/hari. Jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 30 sumur, dengan produksi

69

Page 70: BAB I

minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 253 bopd. Lapangan produksi

Nglobo terletak ±28 km sebelah barat Cepu, merupakan antiklin sepanjang 1,5

km, dikembangkan sejak tahun 1903, jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 14

sumur, dengan produksi minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 127 bopd.

Lapangan produksi Semanggi terletak ±35 km sebelah barat cepu, melalui

Nglobo, dengan luas ±2,5 x 0,5 dikembangkan sejak tahun 1900. Jumlah sumur

produktif saat ini sebanyak 7 sumur, dengan produksi minyak rata-rata selama

tahun 2007 sebanyak 260 bopd. Lapangan Banyuasin terletak ±40 km sebelah

barat Cepu dengan luas ±2,5 x 0,5 km². Lapangan produksi ini dikembangkan

sejak tahun 1988. Jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 1 sumur, dengan

produksi minyak ratarata selama tahun 2007 sebanyak 13 bopd. Fasilitas produksi

yang terdapat pada distrik II Nglobo dan Ledok sebanyak Nglobo/Semanggi: 3 SP

(kapasitas total 438 m3) dan 1 SPU (kapasitas 3220 m3); Ledok: 1 SP (kapasitas

total 123 m3) dan 1 SPU (kapasitas 2430 m3); dan kapasitas yang terdapat pada

Pusat Pengumpul Produksi (PPP) Menggung adalah 30.100 m3.

Petroleum Engineer adalah untuk memaksimalkan recovery hidrokarbon

dengan biaya minimal sambil mempertahankan penekanan kuat dalam

mengurangi semua masalah lingkungan yang terkait. Pada Field Cepu ini, sumur

yang beroperasi merupakan Deplited (tidak ada sembur alam). Sehingga kegiatan

produksi di lapangan sendiri menggunakan Artificial Lift (pengangkatan buatan)

pada sumur reservoir. Artificial Lift yang digunakan adalah merupakan ESP

(Electronic Submergible Pump), SRP (Sucker Rod Pump), PCP (Progressive

Cavity Pump).

70

Page 71: BAB I

Sebagai Petroleum Engineer harus memiliki sertifikasi dalam melakukan

kegiatan di lapangan karena merupakan syarat untuk kerja di lapangan sebagai

Petroleum Engineer. Sertifikat ini dapat dimiliki dengan mengikuti test di

Pusdiklat Cepu. Setelah itu bisa melanjutkan dengan mengikuti sertifikasi SPE

untuk menjadi Profesional Petroleum Engineer (PPE).

71

Page 72: BAB I

BAB XIII

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan sebelumnya, penulis dapat mengambil suatu

kesimpulan, seagai berikut :

1. Pusat Penampungan Produksi (PPP) merupakan tangki penyimpanan

minyak akhir di kawasan Cepu sebelum dibawa ke kilang minyak.

2. Implementasi sempurna dari aspek HSE merupakan prasyarat untuk

perusahaan kelas dunia. Untuk mencapai keunggulan operasi HSE di

Pertamina EP Cepu, Perusahaan memiliki alat yang disebut Sistem

Manajemen HSE (SMHSE).

3. Supply Chain (SCM) merupakan sebuah proses di mana pencarian

berupa barang dan jasa dengan menggunakan sebuah sistem lelang

yang terpadu. PT Pertamina EP Telah menerapkan sistem pengadaan

barang dan jasa secara elektronik, yang dikenal dengan sebutan

PERTAMINA e-Procurement.

4. Layanan operasi pada Pertamina EP Field Cepu merupakan bagian

supporting yang lebih condong mengarah kepada pelayanan terhadap

lingkup daerah Cepu itu sendiri, yaitu kepada masyarakat sekitar.

72

Page 73: BAB I

5. Tugas utama keuangan adalah Menyelenggarakan evaluasi dan analisis

serta kosolidasi laporan secara rutin dan berkala atas arus MIGAS dari

kegiatan own operator dan kemitraan.

6. Perencanaan operasi merupakam hal yang sangat penting dalam

persiapan program. Untuk itu, diperlukan berbagai macam prinsip-prinsip

teknik disamping factor pelaksanaan dan pengalaman, walaupun suatu

metode perencanaan operasi sudah dipraktekan, tetapi masih

memungkinkan terjadinya perubahan sejalan dengan pelaksanaan operasi

itu sendiri dan pada akhrnya semuanya harus memperhatikan beberapa

factor, yaitu ; keamanan, mimalis biaya pemboran, dan metoda produksi

yang digunakan.

7. Distrik I Kawengan, Lapangan ini dikembangkan sejak tahun 1926 dengan

jumlah sumur yang telah dibor sebanyak 154 sumur terdiri dari 125 sumur

menghasilkan minyak dan 12 sumur kosong (dry hole) dengan produksi

puncak sebesar 2300 m3/hari dicapai pada tahun 1983 dan 1953.

8. Distrik II Nglobo/Semanggi-Ledok, Distrik ini terletak di Propinsi Jawa

Tengah dan telah dikembangkan sejak tahun 1896. Lapangan produksi

Ledok terletak ±11 km sebelah barat Cepu, merupakan antiklin sepanjang

2,5 km dan lebar 1,25 km, dikembangkan sejak tahun1896. Puncak

produksi dicapai pada tahun 1928 sebesar 715 m²/hari.

9. Petroleum Engineer adalah untuk memaksimalkan recovery hidrokarbon

dengan biaya minimal sambil mempertahankan penekanan kuat dalam

mengurangi semua masalah lingkungan yang terkait.

73

Page 74: BAB I

5.2. Saran

Dari hasil pembahasan di atas, penulis mengemukakan saran, sebagai

berikut :

1. Diharapkan Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dapat lebih

meningkatkan Produksi minyak.

2. Mengaktifkan kembali sumur-sumur tua untuk memproduksi minyak.

3. Menjaga keharmonisan dengan masyarakat Cepu dan sekitarnya

4. Untuk mengatasi problem kepasiran dan scale disarankan untuk lebih

meningkatkan lagi perawatan sumur agar produksi minyak tetap

lancar.

5. Untuk perusahaan sendiri, ikatan persudaraan dan kekeluargaan antar

karyawan perlu ditingkatkan agar terjalin suatu kerja sama yang

optimal dan terciptanya keadaan yang nyaman untuk bekerja sama.

74