BAB I
TINJAUAN LAPANGAN
Dewasa ini permintaan minyak bumi semakin meningkat sehingga
berbagai perusahaan minyak berupaya meningkatkan hasil produksinya. Salah
satunya adalah PT. Pertamina EP Region Jawa Area Cepu yang merupakan
perusahaan di bidang eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi. Wilayah
PT. Pertamina EP terbagi atas dua Distrik yaitu Distrik I meliputi wilayah
Kawengan dan Wonocolo dan Distrik II yang meliputi wilayah Ledok, Nglobo,
Banyuasin, dan Semanggi. Pada tiap Distrik terdapat system penampungan
produksi.
Sistem penampungan merupakan suatu sistem yang berkaitan dengan
kegiatan menampung gross oil yang telah dieksploitasi. Gross oil yang telah
dipompa pertama kali dialirkan ke tempat penampungan sementara yaitu Stasiun
Pengumpul (SP) kemudian dialirkan lagi ke Stasiun Pengumpul Utama (SPU)
sebelum dialirkan ke Pusat Penampungan Produksi (PPP) Menggung yang
terletak di kecamatan Cepu. Pusat Penampungan Produksi (PPP) merupakan
tangki penyimpanan minyak akhir di kawasan Cepu sebelum dibawa ke kilang
minyak. Sifat crude oil yang mudah terbakar memerlukan perhatian dan biaya
yang tinggi pada tangki karena bila terjadi kegagalan akan menyebabkan hilang
atau berkurangnya kapasitas pemuatan minyak dan dapat membahayakan
keselamatan umum serta merusak lingkungan. Oleh karena itu tangki-tangki
1
tersebut diperlukan pemeliharaan untuk menjamin berlangsungnya suatu operasi
sehingga kegagalan seperti kebocoran akibat korosi dan design yang tidak sesuai
dapat diminimalkan. Korosi merupakan proses alam yang tidak dapat dicegah.
Tetapi dengan teknologi anti korosi dapat dikendalikan sehingga kerugian
yang timbul akibat korosi dapat dikurangi (Bushman,1994). Tangki penyimpanan
PPP mempunyai resiko tinggi jika terjadi kebocoran karena terdapat 6 buah
dengan ketinggian rata-rata 11 meter serta lokasi yang dekat dengan penduduk
sehingga mengakibatkan kebakaran dan kerusakan lingkungan dimana bahan yang
disimpan mudah menyala dan bertekanan. Hal ini pernah terjadi kebakaran di
tangki SPU dengan ukuran yang lebih kecil dari tangki PPP pada tahun 2008 yang
terletak di Ledok, Distrik II.
Kegiatan yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Region Jawa Area Cepu
ini ada 2 yaitu :
1. Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi di PT Pertamina EP Region Jawa Area Cepu meliputi
kegiatan :
- Survey Geologi
- Survey Seismik
- Pemboran Eksplorasi
Seluruh kegiatan eksplorasi ini bertujuan untuk mencari cadangan baru minyak
bumi.
2
2. Eksploitasi
Kegiatan eksploitasi/pengembangan yaitu kegiatan pemboran eksploitasi
di lapangan-lapangan produksi yang sudah ada dan di lahan-lahan pengembangan
sumur-sumur eksplorasi. Kegiatan itu meliputi:
- Pemboran Pengembangan
- Reopening
- KUPL (Kerja Ulang Pindah Lapisan)
- Stimulasi
- Reparasi
- Produksi
Lapangan Produksi dan Fasilitas Produksi PT Pertamina EPRegion Jawa
Area Cepu mengelola 2 lapangan produksi masing-masing, yaitu :
1. Distrik I Kawengan
Terletak 22 km sebelah timur laut Cepu yang merupakan bagian dari
Propinsi Jawa Timur, merupakan antiklin memanjang dari barat laut ke tenggara
dengan panjang 15 km dan lebar 1 km. Lapangan ini dikembangkan sejak tahun
1926 dengan jumlah sumur yang telah dibor sebanyak 154 sumur terdiri dari 125
sumur menghasilkan minyak dan 12 sumur kosong (dry hole) dengan produksi
puncak sebesar 2300 m3/hari dicapai pada tahun 1983 dan 1953. Kedalaman
pemboran antara 413m-2350 m. Sampai dengan saat ini jumlah sumur yang
berproduksi berjumlah 45 buah dengan produksi minyak rata-rata selama tahun
3
2007 sebanyak 1108 bopd. Distrik ini meliputi Lapangan Kawengan dan
Wonocolo di Kabupaten bojonegoro dan Tuban.
Fasilitas produksi terdapat pada distrik I Kawengan sebagai berikut:
- 7 SP (Kapasitas total 2252,5 m3)
- 1 SPU (Kapasitas 6900 m³) .
2. Distrik II Nglobo/Semanggi-Ledok
Distrik ini terletak di Propinsi Jawa Tengah dan telah dikembangkan sejak
tahun 1896. Lapangan produksi Distrik II Ledok/Nglobo terdiri dari beberapa
lapangan, yaitu:
a. Lapangan produksi Ledok terletak ±11 km sebelah barat Cepu, merupakan
antiklin sepanjang 2,5 km dan lebar 1,25 km, dikembangkan sejak
tahun1896. Puncak produksi dicapai pada tahun 1928 sebesar 715 m²/hari.
Jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 30 sumur, dengan produksi
minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 253 bopd.
b. Lapangan produksi Nglobo terletak ±28 km sebelah barat Cepu,
merupakan antiklin sepanjang 1,5 km, dikembangkan sejak tahun 1903,
jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 14 sumur, dengan produksi
minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 127 bopd.
c. Lapangan produksi Semanggi terletak ±35 km sebelah barat cepu, melalui
Nglobo, dengan luas ±2,5 x 0,5 dikembangkan sejak tahun 1900. Jumlah
sumur produktif saat ini sebanyak 7 sumur, dengan produksi minyak rata-
rata selama tahun 2007 sebanyak 260 bopd.
4
d. Lapangan Banyuasin terletak ±40 km sebelah barat Cepu dengan luas ±2,5
x 0,5 km². Lapangan produksi ini dikembangkan sejak tahun 1988. Jumlah
sumur produktif saat ini sebanyak 1 sumur, dengan produksi minyak
ratarata selama tahun 2007 sebanyak 13 bopd.
Fasilitas produksi yang terdapat pada distrik II Nglobo dan Ledok
sebagai berikut:
Nglobo/Semanggi:
- 3 SP (kapasitas total 438 m3)
- 1 SPU (kapasitas 3220 m3)
Ledok:
- 1 SP (kapasitas total 123 m3)
- 1 SPU (kapasitas 2430 m3)
Kapasitas yang terdapat pada Pusat Pengumpul Produksi (PPP) Menggung
adalah 30.100 m3.
5
BAB II
HUMAN RESOURCE
Dalam bagan Supporting System guna membantu PT. PERTAMINA EP
Region Jawa Lapangan Cepu.
1.1 Human Resource PEP
HR (Human Resource) sendiri termasuk dalam supporting function, selain
HR ada Kepala Keuangan Cepu, Kepala SCM (Supply Chain Manager) Cepu,
Staff Data & TI. Dibawah ini merupakan bagan Struktur Organisasi Field Cepu
Region Jawa.
6
Gambar 1.1
Organisasi Field Cepu Region Jawa
7
1.2 Tugas Umum HR Field Cepu
HR Field Cepu sendiri memiliki tugas-tugas yang harus di laksanakan oleh
setiap karyawan dari fungsi ini. Tugas-tugas tersebut meliputi :
1. Pengawasan “ATURAN & KEBIJAKSANAAN”.
2. Pelaksanaan “PERENCANAAN & PEMBINAAN KERJA”.
3. Administrasi “FORMALITAS PEKERJA”.
4. Penyediaan “SARANA & PRASARANA PEKERJA”.
1.2.1 Pengawasan “ATURAN & KEBIJAKSANAAN”
1. Aturan Ketenagakerjaan Republik Indonesia :
b. UU Ketenagakerjaan Republik Indonesia.
c. Peraturan Pemerintah RI.
d. Keputusan Presiden RI.
e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi.
2. Aturan & Kebijakan Internal PT PERTAMINA EP
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PT PERTAMINA EP Periode
Tahun 2010-2012.
8
1.2.2 Pelaksanaan “PERENCANAAN & PEMBINAAN PEKERJA”
1. Penilaian Kinerja Pekerja
Penilaian dilakukan setiap akhir tahun dan dilakukan secara objektif
berdasarkan realisasi pencapaian target setiap pekerja.
2. Mutasi
Terdiri dari Mutasi Internal / Rotasi (Internal Bagian atau Fungsi), Mutasi
Eksternal (Eksternal Fungsi) & Promosi.
3. Kenaikan Golongan
Dilakukan 2 kali dalam setahun (pada bulan April & Oktober) dengan
persyaratan tertentu.
4. Training
a. Mandatory (wajib)
b. Sertifikasi (wajib)
c. Fungsional
d. Manajerial
Metode Training dilakukan secara In House Training, Public Course
ataupun melalui Lembaga Internal Pertamina Learning Center (PLC).
9
1.2.3 Administrasi “FORMALITAS PEKERJA”
1. Data Pekerja & Organisasi
Data pekerja & organisasi di-update secara berkala jika terjadi perubahan,
contoh pekerja baru, kenaikan golongan, mutasi, perubahan status keluarga,
perubahan organisasi, dll.
2. Pemberian Fasilitas & Benefit
Dilakukan sesuai dengan ketentuan perusahaan yang berlaku, di antaranya:
a. Fasilitas Kesehatan
b. Fasilitas Rumah Dinas Perusahaan
c. Bantuan-bantuan berupa : Biaya Penempatan Pekerja Baru,
Biaya Pindah (Mutasi), Biaya Sewa Rumah, dll.
3. Pekerja Masa Persiapan Purna Karya (MPPK)
a. Pemberian Pesangon.
b. Pengurusan Dana Pensiun, Jamsostek, Tabungan Pekerja,
Asuransi.
c. Pemberian Bantuan Pemulangan
10
1.2.4 Penyediaan “SARANA & PRASARANA PEKERJA”
1. Penyediaan Gedung Perkantoran.
2. Penyediaan Perumahan Dinas Perusahaan.
3. Penyediaan Sarana Umum, seperti : Sarana Olah Raga, Gedung Serbaguna,
Masjid / mushola,dll.
4. Penyediaan Perlengkapan Perkantoran & Alat Tulis Kantor (ATK).
5. Penyediaan Fasilitas Penunjang Pekerja, seperti : perlengkapan safety, pakaian
kerja, pakaian lapangan, dll.
11
BAB III
HSE
PT. Pertamina EP Cepu menjaga keharmonisan dengan lingkungan
melalui penerapan yang konsisten dengan kebijakan Health, Safety and the
Enviroment (HSE). Perusahaan menyadari risiko sensitif dari kegiatan tentang
aspek HSE dan perkembangan sosial masyarakat sekitarnya. Risiko ini timbul
karena penggunaan bahan yang mudah terbakar, peledak dan beracun.
Pelaksanaan operasi dapat menyebabkan insiden, kerja yang ditimbulkan
penyakit, pencemaran lingkungan dan gangguan operasional. Ini tentu akan
mengurangi daya saing Perusahaan dan reputasi perusahaan.
Oleh karena itu implementasi sempurna dari aspek HSE merupakan
prasyarat untuk perusahaan kelas dunia. Untuk mencapai keunggulan operasi HSE
di Pertamina EP Cepu, Perusahaan memiliki alat yang disebut Sistem Manajemen
HSE (SMHSE). Ini adalah sebuah sistem manajemen HSE terintegrasi dengan
kegiatan operasi, untuk berjalan dengan aman, terfokus, efisien dan ramah
lingkungan. SMHSE dalam bagian integral dari sistem manajemen keseluruhan
perusahaan.
Semua pekerja, kontraktor atau pemasok yang bekerja untuk PT.
Pertamina EP Cepu diharuskan mempelajari, memahami dan mematuhi manual,
prosedur dan aturan HSE Perusahaan, standar praktis industri sejenis, serta
12
peraturan dan perundang–undangan Pemerintah yang berlaku. Begitu juga bagi
pelanggan untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat guna
terhindar dari bahaya–bahaya dan resiko yang terkait dengan HSE.
3. 1 Struktur Organisasi Department HSE
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Department HSE Cepu
13
Departement HSE dipimpin oleh Kepala HSE dan memiliki anggota yang
terdiri dari pekerja dan pekarya. Tiap anggota memiliki tugas masing-masing
guna mendukung kelancaran operasi sertamencegah kerugian & penurunan citra
positif perusahaan akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran dan
pencemaran lingkungan.
Adapun sarana pokok yang dimiliki departement HSE gunamendukung
aktivitas/program kerja yaitu 1 buah Fire Truk, 3 buah portable pump, 2 buah
breathing apparatus, 3 buah Explosive meter, 2 buah Gas Detector, 1 buah Sound
Level Meter., 4 buah Oil boom, 300 Fire Extinguisher / APAR, 1 buah perahu
karet dilengkapi engine, Skimer Pump, Perahu Karet, Ultrasonic Thicknessmeter,
Ultrasonic flow Detector, Magnetic Particles Inspection &AC/DC Yoke, Digital
Hardness tester, Brinell Hardness tester, Welding Gauge, Pit Dept Gauge,
Walking Distance Measurement, Radiography Viewer, Pressure Hand Pump,
Profile Thread gauge, Caliper, Pipe locator, Potensiometer, Hidro test pump,
Handy grinding machine, High speedbrushing machine, Kamera, dll.
3.2 Sisterm Manajemen HSE PT. Pertamina EP Cepu
Sistem Manajemen HSE (SMHSE) PT.Pertamina EP Cepu adalah Sistem
Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan yang diterapkan dan
14
dikembangkan di daerah operasi Pertamina EP Cepu untuk peningkatan kegiatan
operasi dan pengelolaan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan secara
menyeluruh. Prinsip dasar dari penerapan Sistem Manajemen HSE adalah
peningkatan mutu secara berkelanjutan atau “Continual Improvement” mencakup
beberapa elemen, diantaranya :
2.2.1 Kebijakan HSE
Manajemen bertekad untuk mengelola bisnis perusahaan, dalam mencapai
Visi dan Misi Perusahaandangan mengedepankan aspek HSE dengan :
a. Manajemen Selalu berpartisipasi aktif dan terbuka dalam pelaksanaan dan
pencapaian program HSE dalam bentuk aktifitas keteladanan manajemen
mencakup penetapan kebijakan, sasaran & tujuan, tugas & tanggung jawab
serta mewadahi, menkoordinasikan, menyelenggarakan orientasi dan
pelatihan program pencegahan kerugian untuk perbaikan yang
berkesinambungan.
b. Mengimplementasikan teknologi dan sistem HSE yang handal,efisien
sejak dari perencanaan awal sampai dengan pasca operasi.
c. Membangun lingkungan industri yang aman dan sehat dengan
mengutamakan kelayakan dan kehandalan peralatan dan meningkatkan
kewaspadaan, kesiagaan dan kemampuan penanggulangan keadaan
darurat.
15
d. Membangun budaya HSE dengan mengintegrasikan aspek dan budaya
HSE kedalam seluruh kegiatan operasi perusahaan.
e. Dalam setiap operasi, senantiasa bertindak proaktif untuk melestarikan
lingkungan dan mencegah pencemaran lingkungan, mengamankan asset,
Menghilangkan kecelakaan serta penyakitakibat kerja, meningkatkan citra
perusahaan, konservasi energi dengan memenuhi peraturan perundangan
serta standard & codeyang berlaku.
f. Selalu hidup berdampingan dan membina hubungan baik dengan
masyarakat, instansi pemerintah dan lembaga/institusi terkait disekitar
kegiatan usaha.
Keberhasilan kebijakan HSE ini akan terkait dengan penilaian kerjadan
pemberian penghargaan kepada individu maupun unit, sehingga menjadi tanggung
jawab seluruh individu di lingkungan Pertamina EP Cepu.
2.2.2 Tujuan, sasaran dan Program
a. Perusahaan menetapkan tujuan, sasaran dan program HSEyang konsisten
dengan Kebijakan HSE
b. Tujuan, sasaran dan program harus ditetapkan secara jelasuntuk masing-
masing bagian atau fungsi berdasarkan hasilidentifikasi Aspek & dampak
HSE di Pertamina EP UBEPSangasanga & Tarakan Field Tarakan.
16
Dalam penyusunan Tujuan, sasaran dan program tersebut harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Perundangan dan peraturan yang harus ditaati.
2. Aspek dan dampak HSE.
3. Teknologi yang digunakan.
4. Keuangan, operasi dan kepentingan bisnis lainnya.
5. Pandangan dari manajemen.
Berikut adalah beberapa gambar perlengkapan yang ada di HSE PT.Pertamina EP
Cepu :
Gambar 2.1
Portable Pump
17
Gambar 2.2
Fire Pump
Gambar 2.3
Fire house
18
Gambar 2.4
Fire Truck
Gambar 2.5
Oil Boom
19
Gambar 2.6
Mobile Foam
20
BAB IV
DATA DAN TI
PT. Pertamina EP Cepu memiliki bagian operating support yang disebut
bagian data dan TI. Dapat terlihat dari struktur organisasi dari data dan TI pada
PT. Pertamina EP cepu adalah sebagai berikut .
Gambar 3.1
Srtruktur Organisasi Dari Data dan TI
Organisasi / SDM
MANAJERDATA & TI
MANAJER SENIOR
MANAJEMEN DATA
GEOMATIKA & TI
VICE PRESIDENT REGIO
N JAWA
AHLIDATA
MANAJEMEN
PENGAWAS
PENGELOLAAN
TI
STAF DATA &
TISUBANG
STAF DATA &
TIJATIBAR
ANG
STAF DATA &
TICEPU
STAF APLIKASI
STAF INFRASTR
UKTUR
STAF LAYANAN
TI
21
Ada pun bagian data dan TI pada PT.pertamina EP Cepu memiliki tugas
dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan, penyimpanan, perawatan, pengelolaan dan
pemberdayaan data EP hasil kegiatan hulu migas untuk memenuhi
kebutuhan studi keteknikan hulu serta kebutuhan operasi di seluruh
wilayah kerja EP Region Jawa,
2. Pemeliharaan sistem manajemen data EP sertapengelolaan,
pengkoordinasian, perencanaan, pengoperasian, pemeliharaan dan
pengendalian semua aspek sistem informasi dan komunikasi elektronika
yang handal, aman danterpercaya serta efektif dan efisien sesuai dengan
perkembangan teknologi, ketentuan dan perundang-undangan yang
berlaku baik secara nasional maupun internasional demi tercapainya suatu
sistem informasi manajemen yang tepat guna dalam menunjang kelancaran
operasi di EP Region Jawa.
Bidang disiplin :
• Data EP
• Komputer
• Sistem teleponi
• Sistem radio komunikasi
• Sound system
• Multimedia
• Sistem catu daya / cadangan
22
• Sistem proteksi
• Infrastruktur
Ada pun perelengkapan atau aset yg dimiliki bagian data dan TI meliputi:
- Data EP
- Hardware Komunikasi
- Hardware Komputasi
- Hardware Audio - Video
- Software
- SAP
Berikut ini adalah konfigurasi jaringan komunikasi dan data PT. Pertamina
EP Region Jawa Field Cepu :
Gambar 3.1
Konfigurasi Jaringan Komunikasi dan Data
PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
23
Pada kantor PT. Pertamina EP Cepu memiliki jaringan internet yg
dipasang pada titik titik tertentu untuk memudahkan karyawan dalam melakukan
pekerjaan yg memerlukan jaringan internet. Berikut kondisi wifi pada Kantor PT.
Pertamina EP Cepu :
Gambar 3.2
Kondisi Wifi di Kantor PT Pertamina EP
Region Jawa Field Cepu
24
BAB V
KEUANGAN
Di bidang keuangan, PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu,
melaksanakan kegiatan meliputi :
Verifikasi panjar dinas dan deklarasi
Proses pembayaran baik dinas maupun bank
Verifikasi dokumen pembayaran
Pembayaran dan pelaporan pajak
DOKUMEN PEMBAYARAN
Invoice dan SP3(kontrak dan material)
Panjar kerja
Pertanggung jawaban panjar kerja
SP3 sundries
LAMPIRAN DOKUMEN
PEMBAYARAN KONTRAK / MATERIAL
Berita acara serah terima barang / pelaksanaan pekerjaan
Kwitansi
Faktur pajak
SSP
SA / GR
PO
LAMPIRAN PANJAR KERJA,
PERTANGGUNG JAWABAN DAN SP3 DUNDRIES
Rincian rencan kerja
Dasar penentuan tarif
Justifikasi
Kwitansi
Berita acara penerimaan barang / pelaksanaan pekerjaan
Faktur pajak
SSP
PANJAR DINAS DAN DEKLARASI
SPD di buat sesuai ketentuan dari SDM
Nilai panjar dinas max 80%
Tariff dan besaran deklarasi sesuai ketentuan dari SDM
AKUNTANSI MIGAS
Verifikasi entry data tank ticket
Pembuatan laporan minyak dan laporan gas
26
25
FUNGSI KEUANGAN
BAGIAN BAGIAN FUNGSI KEUANGAN
Akuntansi MIGAS
o Membukukan arus migas
o Membuat laporan produksi dan financial sector migas
Kontroler
o Pengendalian anggaran , hutang piutang , dan aset perusahaan
o Pengendalian internal system dan prosedur keuangan
o Pembukuan dan penyediaan informasi, interprestasi, rekomendasi
Tresury
o Mengelola dana
o Melakukan pembayaran
o Menerima data
Keuangan area
o Melakukan keuangan di area
o Administrasi pajak di area
o Laporan arus minyak dan gas
TUGAS UTAMA AKUNTANSI MIGAS
Menyelenggarakan evaluasi dan analisis serta kosolidasi laporan secara
rutin dan berkala atas arus MIGAS dari kegiatan own operatir dan
kemitraan.
27
Menyelenggarakan perhitungan volume minyak dan gas bumi entitlement
pertamina bagi hasil perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah
(PKPD).
Mengkoordinir rekonsiliasi pengiriman minyak mentah dengan entitas
akuntansi pengolahan.
Menyelenggarakan perhitungan prorate adjustment minyak Own
Operarion dan kemitraan secara bulanan, triwulan, semesteran, tahunan.
Mengevaluasi dan menganalisis selisih atau kurang (gain/loss) yg terjadi
dalam aktivitas minyak mentah dan gas bumi.
Mengkoordinir pembuatan joint report untuk system arus minyak bersama
Own Operation dan mitra usaha melalui pipa maupun tangki dan CPA.
TUGAS UTAMA KEUANGAN AREA
Menyelenggarakan administrasi keuangan di area
Menyelenggarakan administrasi dan pajak area
Pengawasan dan pelaporan arus minyak dan gas area
Pengawasan dan pengendalian anggaran area
CONTROLER
Merupakan bagian yang mempunyai tugas pokok melakukan perencanaan,
pengendalian dan pelaporan atas aktifitas aktfitas keuangan perusahaan.
28
SUB BAGIAN CONTROLER
Anggaran san akuntansi management
Akuntansi asset dan material
Akuntansi umum
TREASURY
Melakukan pengelolahan dan control atas ketersediaan dana serta pembayaran
atas aktifitas keuangan perusahaan.
SUB BAGIAN TREASURY
Pajak
Hak-hak pekerja
Pengelolahan dana
29
BAB VI
LAYANAN OPERASI
6.1 Pengertian Layanan Operasi
Layanan operasi pada Pertamina EP Field Cepu merupakan bagian
supporting yang lebih condong mengarah kepada pelayanan terhadap lingkup
daerah Cepu itu sendiri, yaitu kepada masyarakat sekitar. Dalam penanganan-
penanganan terhadap layanan operasi ini Pertamina EP sendiri memberikan
tanggung jawab ini kepada orang-orang yang berkomitmen mendorong proses
transformasi internal dan pengembangan yang berkelanjutan guna mencapai
standar internasional dalam pelaksanaan baik itu dalam operasional dan tata kelola
lingkungan serta dapat mencerminkan tata nilai perusahaan untuk menjadi bagian
dari tim yang mengakselerasi pencapaian visi Pertamina sendiri yaitu untuk
menjadi perusahaan migas nasional kelas dunia.
6.2 Struktur Organisasi
Fungsi layanan operasi ini terbagi lagi menjadi bagian-bagian yang
memiliki kepala di masing-masing bagian, di bawah layanan operasi masih ada
seperti Staff I dan Staff II , Kepala Security, Kepala Humas, HKP.
30
6.3 Kondisi Sosial Masyarkat di WKP
WKP Pertamina EP meliputi 5 Kabupaten yaitu Blora, Bojonegoro,
Tuban, Grobogan serta Semarang , 20 Desa Ring I yang dimana rata-rata bahkan
hamper 90% bermata pencaharian sebagai petani. Setelah di data masyarakat
tersebut memiliki persentase tingkat pendidikan 30% SLTP , 25% SLTA, 10%
Sarjana/Diploma, 5% S2. Sebenarnya usia produktif masih tinggi namun
prosentasi pengangguran juga cukup tinggi.
6.4 Corporate Social Responsibilities
Pertamina EP Field Cepu memiliki tanggung jawab sosial perusahaan
yang harus di laksanakan demu terciptanya kesinambungan usaha Pertamina EP
sendiri. Tanggung jawab sosial perusahaan tersebut memiliki tujuan
5.4.1 Tujuan CD/CSR (Program Sosial) PT.Pertamina EP :
License to operate mendukung keg.operasi wilayah
Kesinambungan usaha menjaga reputasi & network
Tujuan bersama menciptakan suasana kondusif, aman & sejahtera
31
6.5 Basic Concept Tripartite CSR Forum
Dibawah ini diagram yang menggambarkan aplikasi CSR itu sendiri antara
Pertamina EP, masyarakat, pemerintah serta forum CSR.
Gambar 5.1
CSR Forum
32
6.6 CSR / Community Development Activities 2010-2011
Desa Ring I di WKP diberikan berbagai program pemberdayaan sesuai
dengan potensi dan kebutuhan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan daerah
serta SDM-nya. Pembinaan akan dilakukan selama 4 tahun berturut-turut.
Merupakan program berkelanjutan yang akan dikembangkan ke desa-desa di
sekitar WKP Pertamina. Program-program yang dilakukan pada tahun 2010-2011
seperti pelatihan, pemberian beasiswa, modal yang di berikan untuk industri-
industri kecil, pengolahan sampah, serta peternakan dan juga pertanian.
Gambar 5.2
Program CSR 2010-2011
33
6.6.1 Pemberdayaan Masyarakat
Pelatihan Budidaya Jamur Merang pada karang taruna Desa Banyu Urip,
Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban.
Gambar 6.3
Pelatihan Budidaya Jamur Merang
6.6.2 Pembangunan Infrastruktur Desa Ring I
Pertamina EP Field Cepu juga melakukan pembangunan-pembangunan
infrastruktur di desa-desa WKP-nya. Pembangunan ini meliputi pembangunan
jalan yang akan di lewati oleh kendaraan-kendaraan kantor, agar lebih
34
memudahkan kendaraan-kendaraan kantor yang hendak menuju ke lapangan yang
berada di desa tersebut, dibawah ini ad beberapa gambar yang mengenai kegiatan
pembangunan infrastruktur pada desa Ring I, yaitu pembangunan jalan rabat
beton sepanjang 5km di Desa Semanggi, serta pembangunan mushola Al-Barokah
Desa Semanggi, Blora, Taman kanak-kanak, pembangunan PAUD Desa Sengon
Wetan. Hal-hal tersebut merupakan salah satu bentuk sosialisasi Pertamina EP
Field Cepu ini terhadap masyarakat yang berada di Cepu, hal-hal seperti ini bisa
di bilang penting karena masyarakat sekitar merupakan faktor penting di dalam
proyek yang dilaksanakan oleh pihak Pertamina EP Field Cepu ini. Di bawah
adalah gambaran kegiatan sosialisasi yang telah di lakukan oleh Pertamina EP
terhadap masyarakat sekitar.
35
Gambar 5.4
Pembangunan jalan beton
Gambar 5.5
Pembangunan Mushola
36
Gambar 5.6
Pembangunan TK Desa Nglobo, Blora
Gambar 5.7
Pembangunan PAUD Desa Songon Wetan, Blora
37
BAB VII
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)
Supply Chain (SCM) merupakan sebuah proses di mana pencarian berupa
barang dan jasa dengan menggunakan sebuah sistem lelang yang terpadu.
Dalam barang/jasa terbagi atas 2 (dua) jenis lelang:
Lelang Nominal
o 0 – 50 juta rupiah : Tunjuk Langsung (TL)
o 50 – 500 juta rupiah : Pilih Langsung(PL)
o > 500 Juta rupiah : Lelang Langsung/Lelang Umum (LL/LU)
Lelang Dokumen
o 1 Sampul
o 2 Sampul 1 Tahap
o 2 Sampul 2 Tahap
SUBSURFACE
• Pengadaan Material dan Jasa di bawah permukaan
• Nilai relatif besar sehingga pengadaan dengan Lelang
• Kebanyakan penunjang utama sehingga membutuhkan AFE
• Long Term Contract
• Material yang ditangani relatif lebih sedikit
SURFACE
• Pengadaan Material dan Jasa di atas Permukaan
• Nilainya relatif lebih kecil daripada material subsurface
• Kebanyakan tidak memerlukan AFE
• Jenis Material yang ditangani jauh lebih banyak daripada Subsurface
Pemilihan Metode Pengadaan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Bikin RencanaPengadaan Oleh
SCM
Di atas 20 Milyar rupiah ?
Ijin ke BP MIGAS
Lelang Umum/Terbatas
Di atas 500 Juta rupiah ?
Di atas 50 Juta rupiah ?
Pemilihan Langsung
Penunjukan Langsung
39
38
Tidak
Dimana di atas 500 juta rupiah merupakan wewenang dari Region
JawaCirebon, sedangkan di bawah500 juta rupiah merupakan wewenang dari
Field Cepu dengan izin proses oleh kepala SCM.
Metode Lelang
Ya
Tidak Ya
Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya
1PR/BestekPengumuan
LelangPendaftaran
Calon Peserta PrakualifikasiPengumuanKelulusan RFQ
PengumuanKelulusan Aanwijizing
1
PenyampaianDokumen
Penawaran
≥3 vendor yangMemasukkanPenawaran ?
Penyedia Barang/jasa diPasaran ≥3 ?
Lelang gagal,Harus lelang
Ulang
Lelang Gagal lagi ?
Satu Sampul/Dua sampul/Dua Tahap
PemilihanLangsung/
Tunjuk langsung
Dua Tahap
Satu Sampul
Dua Sampul
PenunjukanLangsung
PemilihanLangsung
40
Pemilihan Langsung dan Tunjuk langsung
Pemilihan langsung
Penunjukan Langsung
*Field Cepu Umumnya menggunakan 1 Tahap.
*2 Tahap untuk pelaksanaan yang kompleks spesifikasinya.
Syarat Lolos Prakualifikasi
• Surat Permohonan
• Vendor SKT : SKT Pertamina
• Vendor Non SKT :
Akta Pendirian, NPWP, SIUP, Neraca Akhir,
Bukti Pajak (SSP/SPT )
PR/Bestek
Bidder ListApproved 3
Vendor
Dua SampulProses BidderList SAP
Bidder ListApproved 1
Vendor
RFQ Kirim keVendor
PemasukkanPenawaran Evaluasi Negosiasi PO
Dua Tahap
Satu Sampul
41
• Syarat Khusus :asli/copy surat dukungan dan jaminan pasok barang,
sedang jasa ada pengalaman kerja yang sejenis
• Surat Keagenan
• Pernyataan bahwa semua dokumen yang dikirim benar
Contoh Data Administrasi dan Teknis ( untuk jasa ):
• Surat penawaran data administrasi dan teknis
• Lingkup kerja dan volume pekerjaan
• Daftar Kebutuhan Material Dominan
• Daftar Peralatan Kerja
• Daftar tenaga Kerja
• Jangka waktu pelaksanaan
• Ulasan teknis
• Standard HSE Perusahaan
Contoh Data Harga Penawaran :
• Surat Penawaran harga
• Rekapitulasi dan Rincian Harga Penawaran
• Surat Jaminan Penawaran
• Surat Pernyataan keaslian Bid Bond
• Tingkat Kandungan Dalam negeri
Manajemen Aset
42
• Penerimaan Logistik
• Gudang
• Inventory Control
• Pengangkutan
• Layanan Operasi
PENERIMAAN LOGISTIK
• Barang dan dokumen datang
• Cek barang dan kelengkapan dokumen
• GR Block Stock
• Surat pemberitahuan Kedatangan Barang
• GR Release
• Pengambilan GR oleh Vendor
• Pengembalian GR oleh Vendor
• Tanda tangan GR oleh Manager Supply Chain
• Invoice Vendor ke Bagian Keuangan
Gudang dan Yard
• Gudang 1 : Spare Part
• Gudang 2 : Drilling Material
• Gudang 3 : General Material
• Gudang 5 : Chemicals
• Yard Pelumas
43
• Yard Casing Tubing
Bagian Angkutan
• Mengurusi masalah Kendaraan Ringan Penumpang ( KRP)
• Bagian Supply Chain dengan Jumlah mitra terbanyak
• Melayani Lintas Departemen
• Sangat Rawan Complain dari User
Inventory Control
• Ada kartu rayon
• Pengecekan stock dilakukan seminggu sekali
• Sering menjadi sorotan BPKP
• Menyangkut juga masalah penghapusan Material Deadstock
Kapan lelang dinyatakan gagal:
Tunjuk Langsung : Harga penawaran lebih besar daripada OE;
Spesifikasi tidak sama; administrasi tidak lengkap.
Pemilihan Langsung : Harga penawaran lebih besar daripada OE;
Spesifikasi tidak sama; administrasi tidak lengkap.
Lelang Langsung : Harga penawaran lebih besar daripada OE;
Spesifikasi tidak sama; administrasi tidak lengkap.
44
Lelang dinyatakan batal:
1. Sudah dilakukan pelelangan sebanyak dua kali, karena harga penawaran
lebih besar dari Owner Estimated.
2. Peserta pemenang mundur, akan mendapatkan sanksi merah berupa selama
satu tahun tidak dapat mengikuti lelang.
3. Tidak ada kualifikasi yang sesuai.
Proses pelelangan:
Tunjuk Langsung batas akhirnya selama 30 hari.
Pemilihan Langsung batas akhirnya selama 45 hari.
Lelang Langsung batas akhirnya selama 90 hari.
45
BAB VIII
PERENCANAAN OPERASI
Perencanaan Operasi merupakam hal yang sangat penting dalam persiapan
program pemboran. Untuk itu, diperlukan berbagai macam prinsip-prinsip teknik
disamping factor pelaksanaan dan pengalaman, walaupun suatu metode
perencanaan sumur sudah dipraktekan, tetapi masih memungkinkan terjadinya
perubahan sejalan dengan pelaksanaan pemboran itu sendiri dan pada akhrnya
semuanya harus memperhatikan beberapa factor, yaitu ; keamanan, mimalis biaya
pemboran, dan metoda produksi yang digunnakan.
Dalam suatu perencanaan sumur akan melibatkan berbagai disiplin
keahlian, yaitu para ahli yang berpengalaman dalam bidang pemboran yang dapat
memadukan semua aspek pemboran secara baik. Mereka menggunakan
perlengkapan maupun piranti teknik, seperti computer dan beberapa dalam bantu
lainnya dalam merencanakan sumur.
Dalam merencanakaan sumur yang harus diperhatikan adalah mampu
melihat karakter dan aspek perencanaan dalam usaha untuk menentukan tempat
atau area yang terdapat masalah.
1. Perencanaan Sumur
Dalam perencanaan sumur diperlukan beberapa variable sebagai berikut :
a. Keamanan (safety)
b. Biaya minimum
c. Usable hole
Pada kenyataannya tidak selalu factor di atas terdapat pada setiap sumur
karena adanya kendala yang terkait dengan masalah geologi dan peralatan
pemboran, seperti tekanan, temperature, keterbatasanukuran cainng, ukuran
lubang bor, maupun anggaran.
d. Keamanan
Faktor keamanan harus mendapat prioritas yang paling tinggi dalam
perencanaan program pemboran. Pertimbangan manusia harus ditempatkan diatas
eluruhh aspek. Dalam pelaksanaan pemboran, perencanaan sumur dapat dirubah,
jika sampai terjadi problem pemboran yang akan membahayakan para pekerja.
Kegagalan faktir keamanan ini dapat mengakibatkan kematian, kebakaran dan
cacat pada individu.
Prioritas selanjutnya dalam segi keamanan yang harus selalu diperhatikan
adalah perencanaan pemboran harus didesai agar dapat meminimalkan resiko
terjadinya semburan liar (blow out) dan factor kemungkinan terjadi problem
pemboran (hole problems). Desain ini harus berdasarkan pada sumber data yang
terkait dalam perencanaan sumur,
e. Biaya Minimum
47
46
Dalam perencanaan sumur diusahakan untuk menekan biaya sekecil
mungkin, tanpa mengabaikan aspek keamanan, pada banyak kasus, biaya dapat
disesuaikan pada batas-batas tertentu dalam usaha perencanaan. Hal ini bukan
berarti membangun “monument baja” untuk factor kemanan jika biaya tambahan
tidak diperlukan. Pada sisi lain, harus dikeluarkan untuk membangun sestem
keamanan.
f. Usable Hole
Lubang bor yang mencapai target kedalaman tidak sesuai seperti yang
diharapkan. Jika sumur yang dihasilkan pada akhirnya tidak sesuai dengan
konfigurasi, maka sumur tersebut tidak dapak diproduksikan.
8.1 Peningkatann Perolehan Minyak Dengan menggunakan Waterflood
Injeksi air (Waterflood) merupakan metode perolehan tahap kedua dengan
menginjeksikan air ke dalam reservoir untuk mendapatkan tambahan perolehan
minyak yang bergerak dari reservoir menuju ke sumur produksi setelah reservoir
tersebut mendekati batas ekonomis produktif melalui perolehan tahap pertama.
Biasanya injeksi air digolongkan kedalam injeksi tak bercampur.
Penginjeksian air bertujuan untuk memberikan tambahan energi kedalam
reservoir. Pada proses pendesakan, air akan mendesak minyak mengikuti jalur-
jalur arus (stream line) yang dimulai dari sumur injeksi dan berakhir pada sumur
produksi.
48
Pemakaian injeksi air sebagai metoda untuk menaikkan perolehan minyak
dimulai tahun 1880 setelah John. F Carll menyimpulkan bahwa air tanah dari
lapisan dangkal dapat membantu produksi minyak. Secara tidak sengaja, hal
tersebut terjadi di daerah Pithole City Pennyslvania pada tahun 1865.
Injeksi air ini sangat banyak digunakan, alasannya antara lain:
1. Mobilitas yang cukup rendah.
2. Air mudah didapatkan.
3. Pengadaan air cukup murah.
4. Berat kolom air dalam sumur injeksi turut memberikan tekanan, sehingga
cukup banyak mengurangi tekanan injeksi yang perlu diberikan di permukaan.
5. Mudah tersebar ke daerah reservoir, sehingga efisiensi penyapuannya cukup
tinggi.
6. Memiliki efisiensi pendesakan yang sangat baik.
Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan
keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada perkiraan hasil dari proses
waterflood itu sendiri.
Lima langkah utama dalam perencanaan waterflood adalah ;
1. Evaluasi reservoir meliputi hasil hasil produksi dari primary recovery.
2. Pemilihan waterflood plan yang potensial.
3. Perkiraan laju injeksi dan produksi.
4. Prediksi oil recovery untuk setiap perencanaan proyek waterflood.
5. Identifikasi variabel-variabel yang menyebabkan ketidaktepatan analisa
secara teknik.
49
6. Penentuan Lokasi Sumur Injeksi-Produksi.
7. Penentuan Pola Sumur Injeksi-Produksi.
8. Penentuan Debit dan Tekanan Injeksi.
Keuntungan dari pelaksanaan Waterflooding dibandingkan dengan metode
perolehan tahap kedua yang lainnya (gas flooding), antara lain adalah :
1. Air tersedia dalam jumlah yang melimpah.
2. Pengadaan air cukup murah.
3. Relatif mudah diinjeksikan dan mampu menyebar melalui formasi bearing
minyak.
4. Menghasilkan efisiensi penyapuan yang cukup tinggi dalam mendesak
minyak.
Sebelum membuat perencanaan operasi waterflooding diperlukan studi
pendahuluan. Data-data yang dibutuhkan dalam studi pendahuluan antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Sifat fisik batuan reservoir.
2. Permeabilitas rata-rata dalam berbagai luasan reservoir.
3. Data porositas dalam berbagai luasan reservoir.
4. Heterogenitas reservoir.
5. Sifat fluida reservoir. Distribusi saturasi air, baik sebelum injeksi maupun
sesudah injeksi.
6. Model geologi, yang meliputi stratigrafi dan struktur.
7. Sejarah produksi dan tekanan.
50
Data tersebut diatas, digunakan dalam studi pendahuluan mengenai
pelaksanaan waterflood, yang meliputi :
A. Perencanaan Air Injeksi.
Air untuk injeksi harus mempunyai syarat-syarat :
1. Tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang masa injeksi
2. Tidak mengandung padatan-padatan yang tidak dapat larut.
3. Secara kimiawi stabil dan tidak mudah bereaksi dengan elemen-elemen
yang terdapat dalam sistem injeksi dan reservoir.
B. Simulasi Reservoir.
Sebelum waterflooding diterapkan terlebih dahulu dibuat simulasinya
berdasarkan data-data diatas. Simulasi dapat dibuat dalam sistem 1 dimensi, 2
dimensi, dan 3 dimensi dengan teknik numerik.
C. Studi Laboratorium.
Penelitian laboratorium dimaksudkan untuk mencari kecocokan antara
proses waterflooding dengan sifat batuan dan fluidanya.
D. Pelaksanaan Pilot Project.
Mencoba mengaplikasikan ke dalam permasalahan di lapangan. Ada dua
jenis pola injeksi yang umum digunakan, yaitu pola five-spot dan single-injection.
Kedua pola ini dapat memaksimalkan jumlah migrasi minyak.
51
E. Monitoring Pelaksanaan Pilot Project.
Memonitor dan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pilot
project..
F. Resimulasi.
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pilot project dibandingkan dengan
simulasi reservoir yang dibuat, lalu diadakan penyesuaian antara kondisi lapangan
dengan simulasi reservoirnya.
G. Evalusi Ekonomi.
Meliputi: Perkiraan biaya yang dibutuhkan, perhitungan-perhitungan dan
presentasi. Hasil dari studi pendahuluan untuk selanjutnya digunakan dan
dijadikan acuan dalam perencanaan operasi waterflood. Perencanaan tersebut
meliputi penentuan lokasi sumur injeksi dan sumur produksi, penentuan pola
sumur (pattern) serta penentuan debit dan tekanan injeksi.
52
BAB IX
PEMELIHARAAN
Unit pompa angguk merupakan salah satu metode pengangkatan buatan
dalam teknik produksi minyak bumi yang banyak dipakai oleh perusahaan-
perusahaan perminyakan karena teknologinya sederhana dan biaya
pengoperasiannya yang relatif murah. Namun demikian, Unit pompa angguk
mempunyai banyak bagian-bagian yang bergerak sehingga dapat menyebabkan
kegagalan mekanikal. Kegagalan mekanikal ini berupa kerusakan tubing, sucker
rod, dan pompa bawah tanah. Disamping itu, masalah reservoar, seperti karena
problem kepasiran dan scale, dapat mengakibatkan kegagalan reservoar yang
akhirnya membuat sumur berhenti berproduksi. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka diperlukan perawatan sumur minyak untuk tetap menjaga produksinya.
Perencanaan perawatan sumur harus dibuat agar pemeliharaan dapat dilakukan
dengan efektif dan efisien. Dengan menggunakan data historis dari aktivitas
perawatan sumur minyak, kita dapat mengenalisa reliabilitasnya dan menyelidiki
penyebab kegagalan, tipe kegagalan, dan umur rata-rata sumur tersebut. Dari hasil
analisa tadi, kita dapat membuat perencanaan perawatan sumur selanjutnya
dengan lebih baik. Dari hasil evaluasi terhadap data historis aktivitas perawatan
sumur di Pertamina Operasi EP Cepu, Jawa tengah, diketahui bahwa sebagian
besar sumur minyak tersebut mempunyai tipe kegagalan awal + random, dan
53
hanya sebagian kecil saja yang mempunyai tipe kegagalan usang. Umur rata - rata
sumur adalah 85 hari dengan tingkat reliabilitas 31 % untuk mencapai umur
tersebut. sebagian besar kegagalan disebabkan oleh kegagalan mekanikal.
Berdasarkan hasil produksi dan biaya perawatannya, umur relevan sumur minyak
di Cepu berkisar antara 68 s/d 160 hari dengan tingkat reliabiltasnya rata-rata 26%
untuk mencapai umur tersebut.
Dalam pemeliharaan sumur ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Lokasi pemboran harus ditempatkan pada jarak yang cukup aman dari
hantaran kabel listrik udara, kabel tanah atau saluran pipa.
2. Lokasi pemboran harus diamankan dari masuknya orang dan hanya orang
yang diberi izin yang diperbolehkan masuk ke dalam daerah tersebut dan
harus tersedia jalan keluar darurat.
3. Pada lokasi pemboran harus disediakan sarana tempat mencuci,
mengganti, dan menyimpan pakaian serta barang pribadi, kecuali pada
lokasi yang berdekatan tersedia sarana tersebut.
4. Apabila peralatan bor akan dipindahkan dari satu lokasi pemboran
kelokasi lainnya maka pipa bor, perkakas dan peralatan lainnya harus
diamankan, dan tiang bor harus ditempatkan pada posisi yang aman.
Sewaktu memindahkan alat bor ke tempat yang baru, juru bor harus
dibantu oleh pembantu juru bor.
54
5. Dilarang melakukan pekerjaan yang lain di bawah atau berdekatan dengan
derek bor yang sedang dipancangkan atau dibongkar, atau pada saat tiang
bor dinaikkan atau diturunkan.
6. Menaikkan atau menurunkan tiang bor atau derek bor harus dilaksanakan
pada kondisi dengan cahaya cukup terang.
7. Tindakan pengaman harus dilakukan untuk menjaga derek bor atau tiang
bor dari kerusakan yang diakibatkan oleh tiupan angin kencang sewaktu
memancing, membongkar atau menaikkan.
8. Dalam hal menaikkan atau menurunkan derek bor atau tiang bor portabel,
petunjuk dari pabrik pembuatnya harus benar-benar diikuti. Dilarang
menggunakan derek bor atau tiang bor dengan beban yang melebihi batas
beban maksimum.
9. Lampu penerangan harus diatur baik, sehingga tempat kerja pemboran dan
rakt empat pipa cukup terang atau tidak menyilaukan mata juru bor. Bila
perlu, lampu peringatan untuk lalu lintas udara harus dipasang pada
puncak derek bor atau tiang bor dan harus mematuhi peraturan lalulintas
udara. Lampu penerangan harus dilengkapi dengan dudukan dan
pelindung lampu.
10. Instalasi bor harus dioperasikan pada permukaan yang datar dan jika
bekerja pada suatu teras, harus diatur pada jarak yang aman dan sekurang-
kurangnya 3 meter dari ujung teras. Ketika sedang beroperasi instalasi bor
harus diatur agar poros longitudinalnya tegak lurus dengan ujung teras.
55
BAB X
OPERASI PRODUKSI
Pada bab ini di bahas tentang operasi produksi pertamina ep region jawa
area cepu yang mengelola 2 lapangan produksi. Kerja dari operasi produksi ini
adalah bertanggung jawab dari perolehan fluida setiap sumur sampai ke
penampungan yaitu PPP Menggung, termasuk kedalam nya penentuan artificial
lift yang di pakai.
Lapangan Produksi dan Fasilitas Produksi PT Pertamina EP Region Jawa
Area Cepu mengelola 2 lapangan produksi masing-masing, yaitu :
1. Distrik I Kawengan
Terletak 22 km sebelah timur laut Cepu yang merupakan bagian dari
Propinsi Jawa Timur, merupakan antiklin memanjang dari barat laut ke tenggara
dengan panjang 15 km dan lebar 1 km. Lapangan ini dikembangkan sejak tahun
1926 dengan jumlah sumur yang telah dibor sebanyak 154 sumur terdiri dari 125
sumur menghasilkan minyak dan 12 sumur kosong (dry hole) dengan produksi
puncak sebesar 2300 m3/hari dicapai pada tahun 1983 dan 1953. Kedalaman
pemboran antara 413m-2350 m. Sampai dengan saat ini jumlah sumur yang
berproduksi berjumlah 45 buah dengan produksi minyak rata-rata selama tahun
2007 sebanyak 1108 bopd. Distrik ini meliputi Lapangan Kawengan dan
Wonocolo di Kabupaten bojonegoro dan Tuban.
Fasilitas produksi terdapat pada distrik I Kawengan sebagai berikut:
56
- 7 SP (Kapasitas total 2252,5 m3)
- 1 SPU (Kapasitas 6900 m³)
2. Distrik II Nglobo/Semanggi-Ledok
Distrik ini terletak di Propinsi Jawa Tengah dan telah dikembangkan sejak
tahun 1896. Lapangan produksi Distrik II Ledok/Nglobo terdiri dari beberapa
lapangan, yaitu:
e. Lapangan produksi Ledok terletak ±11 km sebelah barat Cepu, merupakan
antiklin sepanjang 2,5 km dan lebar 1,25 km, dikembangkan sejak
tahun1896. Puncak produksi dicapai pada tahun 1928 sebesar 715 m²/hari.
Jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 30 sumur, dengan produksi
minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 253 bopd.
f. Lapangan produksi Nglobo terletak ±28 km sebelah barat Cepu,
merupakan antiklin sepanjang 1,5 km, dikembangkan sejak tahun 1903,
jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 14 sumur, dengan produksi
minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 127 bopd.
g. Lapangan produksi Semanggi terletak ±35 km sebelah barat cepu, melalui
Nglobo, dengan luas ±2,5 x 0,5 dikembangkan sejak tahun 1900. Jumlah
sumur produktif saat ini sebanyak 7 sumur, dengan produksi minyak rata-
rata selama tahun 2007 sebanyak 260 bopd.
h. Lapangan Banyuasin terletak ±40 km sebelah barat Cepu dengan luas ±2,5
x 0,5 km². Lapangan produksi ini dikembangkan sejak tahun 1988. Jumlah
57
sumur produktif saat ini sebanyak 1 sumur, dengan produksi minyak
ratarata selama tahun 2007 sebanyak 13 bopd.
Fasilitas produksi yang terdapat pada distrik II Nglobo dan Ledok
sebagai berikut:
Nglobo/Semanggi:
- 3 SP (kapasitas total 438 m3)
- 1 SPU (kapasitas 3220 m3)
Ledok:
- 1 SP (kapasitas total 123 m3)
- 1 SPU (kapasitas 2430 m3)
Kapasitas yang terdapat pada Pusat Pengumpul Produksi (PPP) Menggung
adalah 30.100 m3.
SISTEM PENAMPUNGAN
System penampungan merupakan suatu system yang berkaitan dengan kegiatan
menampung gross minyak yang telah dieksploitasi. Gross minyak yang telah
terpompa pertama kali dialirkan ke tempat penampungan sementara yang disebut
Stasiun Pengumpul (SP). Kemudian dari SP, gross minyak dialirkan ke tempat
penampungan akhir yang disebut Stasiun Pengumpul Utama (SPU) sebelum
dialirkan ke Pusat Penampungan Produksi Menggung (PPP Menggung) yang
terletak di kecamatan Cepu. Dalam satu lokasi tedapat enam tangki penyimpanan
crude oil.
58
SP I
SP II
DISTRIK II LEDOK
S P U
DISTRIK II NGLOBO
SP I
SP II
SP SMG3” x 9,4 km
4” x 0,4 km
4” x 2,2 km
0,8 km0,5 km 4” x 19,6 km
6,2 km13,4 km
4” x 3,8 km
SP I
SP II
SP III
SP VI
SP V
SP IV
S S
6” x 22.6 km
KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU
UPPDN / PATRA NIAGA
DISTRIK I KAWENGAN
6” x
2 k
m
6” x
1 k
m5”
x 2
km
6” x
10,
5 km
6” x 2,5 km
S P UP P P
KUD / KOPERASI
S P U
4” x
1,0
km
4” x 1,5 km
4” x
2,5
km
Road Tank
Bna
Status 2011
50
0 b
op
d
10
00
bop
d
Kinerja atau proses kerja dari PPP Menggung sendiri dapat di liat dari
gambar berikut:
Gambar 8.1
Diagram Alir Produksi Mminyak
PT. Pertamina EP Region JAWA FIELD CEPU
Pada saat bagian operasi produksi ini kami mahasiswa TRISAKTI
mendapat kesempatan berkunjung ke distrik 2 lapangan semanggi (sumur P11 dan
P13). Yang di bimbing oleh bapak Leonard sebagai kepala distrik 2. Kedua sumur
ini merupakan sumur baru yang mana P11 sudah bisa di produksikan, sedangkan
59
P13 masih dalam tahap produksi di karenakan ada masalah terdapat nya gas yang
besar di dalam sumur, sehingga fluida tidak dapat di produksikan. Masalah ini di
tanggulangi dengan cara membiarkan pompa dalam keadaan dibawah dan
didiamkan selama 30 menit, yang bertujuan untuk mendorong gas yang terdapat
di sekitar pompa sehingga pada saat pompa di hidupkan kembali tidak ada gas
yang menghalangi. Cara kedua dengan meletakkan pompa di bawah perforasi.
Tetapi pada saat kami berkunjung cara yang di lakukan adalah membiarkan
pompa dalam keadaan down sambil di dinginkan.
Sumur sumur di cepu ini merupakan sumur peninggalan belanda yang
sudah tidak bisa mengalirkan flida secara alami, termasuk kedua sumur ini. Kedua
semur ini menggunakan sucker rod pump untuk mengalirkan fluida.
Hasil produksi dari sumur sumur semanggi ini tidak hanya minyak tapi
juga ada sumur yang memproduksikan LNG yang kemudian di gunakan oleh
pabrik makanan sebagai bahan bakar dan ada yang kemudian di olah menjadi
LPG dan di pasarkan.
Produksi minyak dari sumur sumur semanggi ini di tampung di tangki
penampungan distrik 2, dari penampungan distrik 2 ini baru di alirkan ke PPP
Menggung sebagai penampungan produksi minyak region jawa.
60
BAB XI
PETROLEUM ENGINEER
Seorang Petroleum Engineer terlibat dalam hampir semua tahap lapangan
gas minyak dan evaluasi, pengembangan dan produksi. Tujuan dari seorang
Petroleum Engineer adalah untuk memaksimalkan recovery hidrokarbon dengan
biaya minimal sambil mempertahankan penekanan kuat dalam mengurangi semua
masalah lingkungan yang terkait.
Petroleum Engineer terbagi menjadi beberapa kelompok :
a. Petroleum geologists menemukan hidrokarbon dengan menganalisis
struktur bawah tanah dengan metode geologi dan geofisika.
b. Reservoir Engineer bekerja untuk mengoptimalkan produksi minyak dan
gas melalui penempatan sumur yang tepat, tingkat produksi, dan teknik
enhanced oil recovery.
c. Production Engineer mengelola permukaan antara reservoir dan sumur
melalui tugas-tugas seperti perforasi, kontrol pasir, pengangkatan buatan,
pengontrolan aliran dan pemantauan peralatan downhole downhole.
Mereka juga memilih peralatan permukaan yang memisahkan cairan yang
dihasilkan (minyak, gas alam dan air).
d. Drilling Engineer mengelola aspek teknis pengeboran sumur produksi dan
injeksi. Mereka bekerja dalam tim multidisiplin bersama insinyur lainnya,
ilmuwan, tim pengeboran dan kontraktor.
Pekerjaan dari seorang Petroleum Engineer meliputi :
a. Sebagai penghubung dengan geoscientists, produksi dan reservoir
engineer, dan manajer komersial dalam menafsirkan hasil baik
pengembangan dan memprediksi potensi produksi (Production Potential).
b. Menyusun rencana pengembangan kinerja reservoir (reservoir
performance) secara detil dengan menggunakan perhitungan rumus untuk
menentukan Maximum Economic Recovery.
c. Memilih ukuran pipa yang optimal dan berbagai peralatan yang cocok
dalam sumur untuk fungsi yang berbeda.
d. Merancang penyelesaian (komplesi) - bagian dari sumur yang
berkomunikasi dengan batuan reservoir dan cairan.
e. Merancang sistem yang membantu sumur untuk aliran, misalnya dengan
menggunakan pompa submersible (Artificial Lift).
f. Mengelola masalah perilaku fluida dan kimia produksi.
g. Mengevaluasi dan merekomendasikan peningkatan laju aliran berdasarkan
kegunaan, misalnya, Hydraulic Fracturing (untuk memaksa cairan ke
dalam sumur dan fraktur batu) dan acid treatment (untuk mengikis batu
dan memperbaiki jalur aliran).
h. Mengelola dan mengendalikan sumur dengan cabang-cabang di bagian
bawah permukaan (sumur horizontal dan multilateral).
i. Menggunakan data – data sumur untuk mengelola sumur.
62
Pada Field Cepu ini, sumur yang beroperasi merupakan Deplited (tidak
ada sembur alam). Sehingga kegiatan produksi di lapangan sendiri menggunakan
Artificial Lift (pengangkatan buatan) pada sumur reservoir. Artificial Lift yang
digunakan adalah merupakan ESP (Electronic Submergible Pump), SRP (Sucker
Rod Pump), PCP (Progressive Cavity Pump).
Sebagai Petroleum Engineer harus memiliki sertifikasi dalam melakukan
kegiatan di lapangan karena merupakan syarat untuk kerja di lapangan sebagai
Petroleum Engineer. Sertifikat ini dapat dimiliki dengan mengikuti test di
Pusdiklat Cepu.
63
BAB XII
PEMBAHASAN
Saat ini permintaan terhadap sumber energy berupa minyak bumi semakin
meningkat, sehingga perusahaan-perusahaan minyak berupaya untuk
meningkatkan hasil produksinya. Salah satu perusahaan eksplorasi dan yang
memproduksi minyak dan gas bumi adalah PT. Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu. Wilayah PT. Pertamina EP terbagi atas dua Distrik yaitu Distrik I meliputi
wilayah Kawengan dan Wonocolo dan Distrik II yang meliputi wilayah Ledok,
Nglobo, Banyuasin, dan Semanggi.
Pada tiap Distrik terdapat sistem penampungan produksi yang merupakan
suatu sistem yang berkaitan dengan kegiatan menampung gross oil yang telah
dieksploitasi. Gross oil yang telah dipompa pertama kali dialirkan ke tempat
penampungan sementara yaitu Stasiun Pengumpul (SP) kemudian dialirkan lagi
ke Stasiun Pengumpul Utama (SPU) sebelum dialirkan ke Pusat Penampungan
Produksi (PPP) Menggung yang terletak di kecamatan Cepu. Pusat Penampungan
Produksi (PPP) merupakan tangki penyimpanan minyak akhir di kawasan Cepu
sebelum dibawa ke kilang minyak.
Human Resource termasuk dalam supporting function, selain HR ada
Kepala Keuangan Cepu, Kepala SCM (Supply Chain Manager) Cepu, Staff Data
& TI. HR Field Cepu sendiri memiliki tugas-tugas yang harus di laksanakan oleh
setiap karyawan dari fungsi ini. Tugas-tugas tersebut meliputi : Pengawasan
64
“ATURAN & KEBIJAKSANAAN”; Pelaksanaan “PERENCANAAN &
PEMBINAAN KERJA”; Administrasi “FORMALITAS PEKERJA”; dan
Penyediaan “SARANA & PRASARANA PEKERJA”.
PT. Pertamina EP Field Cepu untuk menjaga keharmonisan dengan
lingkungan melalui penerapan yang konsisten dengan kebijakan Health, Safety
and the Enviroment (HSE). Perusahaan menyadari risiko sensitif dari kegiatan
tentang aspek HSE dan perkembangan sosial masyarakat sekitarnya. Risiko ini
timbul karena penggunaan bahan yang mudah terbakar, peledak dan beracun.
Pelaksanaan operasi dapat menyebabkan insiden, kerja yang ditimbulkan
penyakit, pencemaran lingkungan dan gangguan operasional. Ini tentu akan
mengurangi daya saing Perusahaan dan reputasi perusahaan. Oleh karena itu,
implementasi sempurna dari aspek HSE merupakan prasyarat untuk perusahaan
kelas dunia.
Untuk mencapai keunggulan operasi HSE di Pertamina EP Cepu,
Perusahaan memiliki alat yang disebut Sistem Manajemen HSE (SMHSE). Ini
adalah sebuah sistem manajemen HSE terintegrasi dengan kegiatan operasi, untuk
berjalan dengan aman, terfokus, efisien dan ramah lingkungan. SMHSE dalam
bagian integral dari sistem manajemen keseluruhan perusahaan. Semua pekerja,
kontraktor atau pemasok yang bekerja untuk PT. Pertamina EP Field Cepu
diharuskan mempelajari, memahami dan mematuhi manual, prosedur dan aturan
HSE Perusahaan, standar praktis industri sejenis, serta peraturan dan perundang–
undangan Pemerintah yang berlaku. Begitu juga bagi pelanggan untuk
65
menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat guna terhindar dari bahaya–
bahaya dan resiko yang terkait dengan HSE.
PT. Pertamina EP Field Cepu memiliki bagian operating support yang
disebut bagian data dan TI memiliki tugas dan tanggung jawab seperti
Penyelenggaraan, penyimpanan, perawatan, pengelolaan dan pemberdayaan data
EP hasil kegiatan hulu migas untuk memenuhi kebutuhan studi keteknikan hulu
serta kebutuhan operasi di seluruh wilayah kerja EP Region Jawa; Pemeliharaan
sistem manajemen data EP sertapengelolaan, pengkoordinasian, perencanaan,
pengoperasian, pemeliharaan dan pengendalian semua aspek sistem informasi dan
komunikasi elektronika yang handal, aman danterpercaya serta efektif dan efisien
sesuai dengan perkembangan teknologi, ketentuan dan perundang-undangan yang
berlaku baik secara nasional maupun internasional demi tercapainya suatu sistem
informasi manajemen yang tepat guna dalam menunjang kelancaran operasi di EP
Region Jawa.
Supply Chain (SCM) merupakan sebuah proses di mana pencarian berupa
barang dan jasa dengan menggunakan sebuah sistem lelang yang terpadu. PT
Pertamina EP Telah menerapkan sistem pengadaan barang dan jasa secara
elektronik, yang dikenal dengan sebutan PERTAMINA e-Procurement.
Penyediaan sistem ini merupakan bagian dari upaya peningkatan sistem
pengadaan barang dan jasa, sehingga akan memperlancar jalan menuju cita-cita
Pertamina EP World Class. Implementasi e-procurement ini juga sejalan dengan
keinginan untuk melaksanakan kegiatan secara Good Corporate Governance
(GCG).
66
Layanan operasi pada Pertamina EP Field Cepu merupakan bagian
supporting yang lebih condong mengarah kepada pelayanan terhadap lingkup
daerah Cepu itu sendiri, yaitu kepada masyarakat sekitar. Dalam penanganan-
penanganan terhadap layanan operasi ini Pertamina EP sendiri memberikan
tanggung jawab ini kepada orang-orang yang berkomitmen mendorong proses
transformasi internal dan pengembangan yang berkelanjutan guna mencapai
standar internasional dalam pelaksanaan baik itu dalam operasional dan tata kelola
lingkungan serta dapat mencerminkan tata nilai perusahaan untuk menjadi bagian
dari tim yang mengakselerasi pencapaian visi Pertamina sendiri yaitu untuk
menjadi perusahaan migas nasional kelas dunia.
Tugas utama keuangan adalah Menyelenggarakan evaluasi dan analisis
serta kosolidasi laporan secara rutin dan berkala atas arus MIGAS dari kegiatan
own operatir dan kemitraan; Menyelenggarakan perhitungan volume minyak dan
gas bumi entitlement pertamina bagi hasil perimbangan keuangan pemerintah
pusat dan daerah (PKPD); Mengkoordinir rekonsiliasi pengiriman minyak mentah
dengan entitas akuntansi pengolahan; Menyelenggarakan perhitungan prorate
adjustment minyak Own Operarion dan kemitraan secara bulanan, triwulan,
semesteran,dan tahunan; Mengevaluasi dan menganalisis selisih atau kurang
(gain/loss) yg terjadi dalam aktivitas minyak mentah dan gas bumi;
Mengkoordinir pembuatan joint report untuk system arus minyak bersama Own
Operation dan mitra usaha melalui pipa maupun tangki dan CPA;
Menyelenggarakan administrasi keuangan di area; Menyelenggarakan
67
administrasi dan pajak area; Pengawasan dan pelaporan arus minyak dan gas area;
Pengawasan dan pengendalian anggaran area.
Perencanaan operasi merupakam hal yang sangat penting dalam persiapan
program. Untuk itu, diperlukan berbagai macam prinsip-prinsip teknik disamping
factor pelaksanaan dan pengalaman, walaupun suatu metode perencanaan operasi
sudah dipraktekan, tetapi masih memungkinkan terjadinya perubahan sejalan
dengan pelaksanaan operasi itu sendiri dan pada akhrnya semuanya harus
memperhatikan beberapa factor, yaitu ; keamanan, mimalis biaya pemboran, dan
metoda produksi yang digunakan.
Masalah reservoir, seperti karena problem kepasiran dan scale, dapat
mengakibatkan kegagalan reservoar yang akhirnya membuat sumur berhenti
berproduksi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan perawatan
sumur minyak untuk tetap menjaga produksinya. Perencanaan perawatan sumur
harus dibuat agar pemeliharaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
Dengan menggunakan data historis dari aktivitas perawatan sumur minyak, kita
dapat mengenalisa reliabilitasnya dan menyelidiki penyebab kegagalan, tipe
kegagalan, dan umur rata-rata sumur tersebut. Dari hasil analisa tadi, kita dapat
membuat perencanaan perawatan sumur selanjutnya dengan lebih baik. Dari hasil
evaluasi terhadap data historis aktivitas perawatan sumur di Pertamina Operasi EP
Cepu, Jawa tengah, diketahui bahwa sebagian besar sumur minyak tersebut
mempunyai tipe kegagalan awal + random, dan hanya sebagian kecil saja yang
mempunyai tipe kegagalan usang. Umur rata-rata sumur adalah 85 hari dengan
tingkat reliabilitas 31% untuk mencapai umur tersebut. sebagian besar kegagalan
68
disebabkan oleh kegagalan mekanikal. Berdasarkan hasil produksi dan biaya
perawatannya, umur relevan sumur minyak di Cepu berkisar antara 68 s/d 160
hari dengan tingkat reliabiltasnya rata-rata 26% untuk mencapai umur tersebut.
Operasi produksi Pertamina EP Region Jawa Area Cepu yang mengelola 2
lapangan produksi. Kerja dari operasi produksi ini adalah bertanggung jawab dari
perolehan fluida setiap sumur sampai ke penampungan yaitu PPP Menggung,
termasuk kedalamannya, penentuan artificial lift yang di pakai. Lapangan
Produksi dan Fasilitas Produksi PT Pertamina EP Region Jawa Area Cepu
mengelola 2 lapangan produksi masing-masing, yaitu Distrik I Kawengan,
Lapangan ini dikembangkan sejak tahun 1926 dengan jumlah sumur yang telah
dibor sebanyak 154 sumur terdiri dari 125 sumur menghasilkan minyak dan 12
sumur kosong (dry hole) dengan produksi puncak sebesar 2300 m3/hari dicapai
pada tahun 1983 dan 1953. Kedalaman pemboran antara 413m-2350 m. Sampai
dengan saat ini jumlah sumur yang berproduksi berjumlah 45 buah dengan
produksi minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 1108 bopd. Distrik ini
meliputi Lapangan Kawengan dan Wonocolo di Kabupaten bojonegoro dan
Tuban. Fasilitas produksi terdapat pada distrik I Kawengan sebanyak 7 SP
(Kapasitas total 2252,5 m3) dan 1 SPU (Kapasitas 6900 m³). Distrik II
Nglobo/Semanggi-Ledok, Distrik ini terletak di Propinsi Jawa Tengah dan telah
dikembangkan sejak tahun 1896. Lapangan produksi Ledok terletak ±11 km
sebelah barat Cepu, merupakan antiklin sepanjang 2,5 km dan lebar 1,25 km,
dikembangkan sejak tahun1896. Puncak produksi dicapai pada tahun 1928 sebesar
715 m²/hari. Jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 30 sumur, dengan produksi
69
minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 253 bopd. Lapangan produksi
Nglobo terletak ±28 km sebelah barat Cepu, merupakan antiklin sepanjang 1,5
km, dikembangkan sejak tahun 1903, jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 14
sumur, dengan produksi minyak rata-rata selama tahun 2007 sebanyak 127 bopd.
Lapangan produksi Semanggi terletak ±35 km sebelah barat cepu, melalui
Nglobo, dengan luas ±2,5 x 0,5 dikembangkan sejak tahun 1900. Jumlah sumur
produktif saat ini sebanyak 7 sumur, dengan produksi minyak rata-rata selama
tahun 2007 sebanyak 260 bopd. Lapangan Banyuasin terletak ±40 km sebelah
barat Cepu dengan luas ±2,5 x 0,5 km². Lapangan produksi ini dikembangkan
sejak tahun 1988. Jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 1 sumur, dengan
produksi minyak ratarata selama tahun 2007 sebanyak 13 bopd. Fasilitas produksi
yang terdapat pada distrik II Nglobo dan Ledok sebanyak Nglobo/Semanggi: 3 SP
(kapasitas total 438 m3) dan 1 SPU (kapasitas 3220 m3); Ledok: 1 SP (kapasitas
total 123 m3) dan 1 SPU (kapasitas 2430 m3); dan kapasitas yang terdapat pada
Pusat Pengumpul Produksi (PPP) Menggung adalah 30.100 m3.
Petroleum Engineer adalah untuk memaksimalkan recovery hidrokarbon
dengan biaya minimal sambil mempertahankan penekanan kuat dalam
mengurangi semua masalah lingkungan yang terkait. Pada Field Cepu ini, sumur
yang beroperasi merupakan Deplited (tidak ada sembur alam). Sehingga kegiatan
produksi di lapangan sendiri menggunakan Artificial Lift (pengangkatan buatan)
pada sumur reservoir. Artificial Lift yang digunakan adalah merupakan ESP
(Electronic Submergible Pump), SRP (Sucker Rod Pump), PCP (Progressive
Cavity Pump).
70
Sebagai Petroleum Engineer harus memiliki sertifikasi dalam melakukan
kegiatan di lapangan karena merupakan syarat untuk kerja di lapangan sebagai
Petroleum Engineer. Sertifikat ini dapat dimiliki dengan mengikuti test di
Pusdiklat Cepu. Setelah itu bisa melanjutkan dengan mengikuti sertifikasi SPE
untuk menjadi Profesional Petroleum Engineer (PPE).
71
BAB XIII
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan sebelumnya, penulis dapat mengambil suatu
kesimpulan, seagai berikut :
1. Pusat Penampungan Produksi (PPP) merupakan tangki penyimpanan
minyak akhir di kawasan Cepu sebelum dibawa ke kilang minyak.
2. Implementasi sempurna dari aspek HSE merupakan prasyarat untuk
perusahaan kelas dunia. Untuk mencapai keunggulan operasi HSE di
Pertamina EP Cepu, Perusahaan memiliki alat yang disebut Sistem
Manajemen HSE (SMHSE).
3. Supply Chain (SCM) merupakan sebuah proses di mana pencarian
berupa barang dan jasa dengan menggunakan sebuah sistem lelang
yang terpadu. PT Pertamina EP Telah menerapkan sistem pengadaan
barang dan jasa secara elektronik, yang dikenal dengan sebutan
PERTAMINA e-Procurement.
4. Layanan operasi pada Pertamina EP Field Cepu merupakan bagian
supporting yang lebih condong mengarah kepada pelayanan terhadap
lingkup daerah Cepu itu sendiri, yaitu kepada masyarakat sekitar.
72
5. Tugas utama keuangan adalah Menyelenggarakan evaluasi dan analisis
serta kosolidasi laporan secara rutin dan berkala atas arus MIGAS dari
kegiatan own operator dan kemitraan.
6. Perencanaan operasi merupakam hal yang sangat penting dalam
persiapan program. Untuk itu, diperlukan berbagai macam prinsip-prinsip
teknik disamping factor pelaksanaan dan pengalaman, walaupun suatu
metode perencanaan operasi sudah dipraktekan, tetapi masih
memungkinkan terjadinya perubahan sejalan dengan pelaksanaan operasi
itu sendiri dan pada akhrnya semuanya harus memperhatikan beberapa
factor, yaitu ; keamanan, mimalis biaya pemboran, dan metoda produksi
yang digunakan.
7. Distrik I Kawengan, Lapangan ini dikembangkan sejak tahun 1926 dengan
jumlah sumur yang telah dibor sebanyak 154 sumur terdiri dari 125 sumur
menghasilkan minyak dan 12 sumur kosong (dry hole) dengan produksi
puncak sebesar 2300 m3/hari dicapai pada tahun 1983 dan 1953.
8. Distrik II Nglobo/Semanggi-Ledok, Distrik ini terletak di Propinsi Jawa
Tengah dan telah dikembangkan sejak tahun 1896. Lapangan produksi
Ledok terletak ±11 km sebelah barat Cepu, merupakan antiklin sepanjang
2,5 km dan lebar 1,25 km, dikembangkan sejak tahun1896. Puncak
produksi dicapai pada tahun 1928 sebesar 715 m²/hari.
9. Petroleum Engineer adalah untuk memaksimalkan recovery hidrokarbon
dengan biaya minimal sambil mempertahankan penekanan kuat dalam
mengurangi semua masalah lingkungan yang terkait.
73
5.2. Saran
Dari hasil pembahasan di atas, penulis mengemukakan saran, sebagai
berikut :
1. Diharapkan Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dapat lebih
meningkatkan Produksi minyak.
2. Mengaktifkan kembali sumur-sumur tua untuk memproduksi minyak.
3. Menjaga keharmonisan dengan masyarakat Cepu dan sekitarnya
4. Untuk mengatasi problem kepasiran dan scale disarankan untuk lebih
meningkatkan lagi perawatan sumur agar produksi minyak tetap
lancar.
5. Untuk perusahaan sendiri, ikatan persudaraan dan kekeluargaan antar
karyawan perlu ditingkatkan agar terjalin suatu kerja sama yang
optimal dan terciptanya keadaan yang nyaman untuk bekerja sama.
74
Recommended