Upload
nana-metavia
View
244
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
LANDASAN TEORI
Group Technology adalah suatu filosofi atau konsep pemikiran dalam industri
manufaktur yang mengidentifikasikan serta mencari kesamaan komponen yang
diproduksi dalam proses pengerjaan maupun desain agar supaya dapat diambil
keuntungan dari kesamaan dalam penggunaannya (Groover, 1987)
1.1 Sel Manufaktur
Sistem manufaktur sellular (Cellular Manufacturing System) merupakan
aplikasi khusus dari Group Technology (GT). Prinsip aplikasi ini adalah cluster
mesin-mesin dan komponen-komponen dengan tujuan meningkatkan effisiensi
produksi. Cluster mesin-mesin dan komponen-komponen lebih dikenal sebagai
sel manufaktur dan part family. Desain sel manufaktur yang diinginkan adalah sel
total independen agar dapat merealisasikan keunggulan dari group technology.
Idealnya tata letak CM dilihat dari keseluruhan operasi komponen dalam sebuah
part family diselesaikan dalam sebuah sel mesin (Hadiguna, 2008).
Ada empat konfigurasi sel manufaktur, yaitu (Hadiguna, 2008):
1. Sel mesin tunggal (tipe I M)
Sel mesin tunggal terdiri dari sebuah mesin ditambah dukungan tooling
dan fixture. Tipe ini dapat diaplikasikan pada benda keja yang
mengizinkan atribut manufakturnya dikerjakan oleh tipe proses dasar,
seperti milling dan turning.
2. Sel kelompok mesin dengan penanganan material manual (tipe II M
umum, tipe I M less common)
Sel kelompok mesin dengan penanganan material manual adalah susunan
mesin-mesin yang digunakan secara kolektif untuk memproduksi satu atau
lebih part family. Pada tipe ini tidak ada persyaratan mengenai penangan
material antar mesin dalam sel. Konfigurasi mesin-mesin untuk tipe seperti
2
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
ini biasanya berbentuk “U”. Tipe tata letak U dipilih karena banyaknya
variasi benda kerja yang mengalir antar mesin sehingga perlu diperpendek
jarak perpindahan melalui pemilihan konfigurasi “U”. Persyaratan yang
perlu diperhatikan adalah bahwa operator harus dapat bekerja multifungsi.
Sel mesin dengan penganan material manual akan lebih mudah
diimplementasikan bila kondisi saat ini tata letak bertipe proses, karena
akan dapat meminimasi biaya pengaturan ulang.
Gambar 1.1 menunjukkan sel kelompok mesin dengan penanganan
material manual.
Gambar 1.1 Layout Mesin dengan Penanganan Material Manual
3. Sel kelompok mesin dengan penganan material semi terintegrasi (tipe II
umum, tipe III M less common)
Ada tiga jenis layout sel kelompok mesin dengan penganan material semi
terintegrasi, yaitu:
a. Layout garis
Layout mesin berbentuk garis dapat dilihat pada Gambar 1.2 sebagai
berikut.
PT Glanz Lawana
3
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
Gambar 1.2 Layout Mesin Berbentuk Garis
b. Layout loop
Layout mesin berbentuk loop dapat dilihat pada Gambar 1.3 sebagai
berikut.
Gambar 1.3 Layout Mesin Berbentuk Loop
c. Layout persegi
Layout mesin berbentuk persegi dapat dilihat pada Gambar 1.4 sebagai
berikut.
PT Glanz Lawana
4
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
Gambar 1.4 Layout Mesin Berbentuk Persegi
4. Sel manufaktur flexible atau flexible manufacturing system (tipe II A
umum, Tipe III A less common)
Sel kelompok mesin dengan penanganan material semi-terintegrasi
menggunakan sistem penanganan material dengan mekanisme seperti
konveyor untuk memindahkan komponen-komponen antar mesin dalam
sel. Flexible manufacturing system merupakan kombinasi sistem
penanganan material yang terintegrasi penuh dengan stasiun pemprosessan
yang otomasi. FMS adalah system yang paling tinggi otomasinya dari
aplikasi GT.
Ide yang mendasari Cellular Manufacturing (CM) adalah pengelompokan
mesin ke dalam sel-sel untuk memproduksi part family, yaitu sekelompok part
yang membutuhkan proses-proses manufaktur yang serupa. CM mendekomposisi
suatu sistem produksi ke dalam beberapa sub sistem, yang disebut sel mesin
(machine cell), dimana dalam tiap sel dapat diproses satu atau beberapa part
family secara penuh tanpa melakukan perpindahan antar sel.
Persoalan pertama, sel manufaktur yang independen tidak mungkin selalu
ada. Tidak munculnya sel manufaktur yang total independen memunculkan tipe
komponen yang diistilahkan elemen eksepsional yaitu komponen tersebut
membutuhkan lebih dari satu sel mesin. Sel mesin yang harus memproses part
family lain disebut dengan mesin bottleneck. Komponen elemen eksepsional akan
menimbulkan biaya-biaya dalam operasional yang berarti ketidak-efektifan.
PT Glanz Lawana
5
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
Meskipun beberapa pendekatan telah dikembangkan dalam banyak literatur,
namun masih terbatas lingkupnya karena kurang memperhatikan optimisasi biaya
secara menyeluruh. Dalam makalah ini akan dibahas efek dari alternatif-alternatif
cluster mesin-mesin dan komponen-komponen menggunakan pemrograman
matematikal multi–objektif dan simulasi.
GT juga dipandang sebagai sebuah strategi manajemen untuk membantu
mengeliminasi pemborosan yang disebabkan oleh duplikasi kerja. Group
technology mempengaruhi semua bidang di perusahaan, termasuk keteknikan
(engineering), perencanaan proses, pengendalian produksi, pengendalian kualitas,
desain tool, pembelian dan jasa. Beberapa manfaat yang terukur (tangible) dan
tidak terukur (intangible) yang banyak diketahui dari mengimplementasikan
group technology dalam perusahaan dari segi fungsional adalah (Hadiguna,
2008):
1. Desain keteknikan (engineering)
Manfaat yang diperoleh dalam desain keteknikan ini cenderung pada hal-
hal yang mengarah pada pengurangan dalam desain komponen-komponen
baru, pengurangan dalam jumlah penggambaran melalui standarisasi,
pengurangan kerja drafting dalam penggambaran teknis baru, pengurangan
jumlah komponen-komponen yang serupa, mudah mendapatkan
komponen-komponen yang mempunyai fungsi serupa dan identifikasi
komponen-komponen pengganti.
2. Perencanaan tata letak
Manfaat yang cukup nyata dalam bidang pengaturan fasilitas produksi
yang akan memeberikan pengurangan dalam kebutuhan luas lantai dan
berkurangnya kerja pemindahan bahan.
3. Spesifikasi peralatan, tools, jigs dan fixtures
Hal ini konsekuensi dari prinsip pengelompokan mesin dan peralatan yang
ada sehingga akan ada standarisasi peralatan, implementasi system
manufaktur sellular, berkurangnya jumlah tools, pallets, jigs dan fixtures
yang dibutuhkan dan pengurangan yang nyata dalam lonjakan biaya yang
terjadi dalam pelepasan komponen baru untuk manufaktur.
PT Glanz Lawana
6
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
4. Perencanaan proses
Ada kemiripan proses yang dikelompokkan secara bersama akan
mereduksi waktu set up dan waktu produksi. Selain itu, akan dengan
mudah mengidentifikasi alternatif urutan proses yang mengarah pada
perbaikan urutan proses. Adanya pengurangan dalam jumlah operasi mesin
dan waktu pembuatan program numerical control (NC) serta perbaikan
pembebanan mesin dan siklus produksi akan lebih pendek.
5. Pengendalian produksi
Dalam bidang pengendalian produksi manfaat yang diperoleh antara lain:
pengurangan persediaan work-in-process, lebih mudah mengidentifikasi
sumber bottleneck, perbaikan alilran material, berkurangnya biaya
penggudangan, respon yang lebih cepat terhadap perubahan jadwal dan
perbaikan penggunaan jigs, fixtures, pallets, tools, pemindahan bahan dan
peralatan manufaktur.
6. Pengendalian kualitas
Fungsi pengendalian kualitas akan memperoleh manfaat dalam hal
berkurangnya jumlah cacat yang mengarah pada berkurangnya kerja
inspeksi, berkurangnya muncul scrap baru dan peningkatan akuntabilitas
operator dan supervisor.
7. Pengadaan ( purchasing)
Dengan adanya pengkodean komponen maka akan mengarah pada
standarisasi aturan pengadaan dan hal ini akan memberikan tambahan
manfaat dalam hal keakuratan pengetahuan terhadap bahan baku yang
dibutuhkan sehingga pengadaan akan lebih ekonomis. Prosedur evaluasi
pemasok juga akan lebih sederhana dan mengarah pada pengadaan just-in-
time.
8. Pelayanan kepada pelanggan
Peningkatan pelayanan terhadap pelanggan tentunya akan diperoleh dari
penerapan konsep GT ini yaitu akurat dan lebih cepat perkiraan biaya dan
manajemen spare parts yang lebih effisien yang mengarah pada perbaikan
pelayanan kepada pelanggan.
PT Glanz Lawana
7
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
1.2 Flexible Manufacturing System (FMS)
Flexible Manufacturing System (FMS) merupakan kombinasi sistem
penganan material yang terintegrasi penuh dengan stasiun pemrosesan yang
otomasi. FMS adalah sistem yang paling tinggi otomasinya dari aplikasi Group
Technology (GT) (Hadiguna, 2008).
Group Technology (GT) merupakan suatu cara untuk mengelompokkan
produk berdasarkan derajat kesamaan proses produksi. Konsep-konsep penerapan
GT ini adalah (Hadiguna, 2008):
1. Komponen yang akan dibuat dikelompokkan berdasarkan derajat
kesamaan proses produksi (machining function)
2. Sebuah manufacturing cell hanya digunakan untuk produk satu part family
tertentu saja
3. Penyeimbangan load menjadi lebih penting untuk efesiensi produksi
Flexible Manufacturing System (FMS) memiliki beberapa keuntungan
diantaranya (Hadiguna, 2008):
1. Mengurangi WIP.
Dalam FMS waktu antrian dan tunggu komponen serta rute yang pendek
menyebabkan WIP dapat dijaga pada tingkat yang rendah.
2. Mengurangi throughput time .
Terjadi sebagai konsekuensi WIP yang berkurang sehingga troughput time
dapat diturunkan secara nyata yang akan memberikan terhadap kecepatan
respon dan keandalan pengiriman.
3. Meningkatkan kualitas produk .
4. Mengurangi jarak perpindahan dan kebutuhan ruang .
Dalam tata letak GT komponen diproses secara lengkap dalam sebuah sel
sehingga waktu perpindahan dan jarak menjadi minimal.
PT Glanz Lawana
8
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
5. Mengurangi response time bagi pesanan pelanggan .
Waktu pengiriman berkurang karena kemampuan sel memproduksi
komponen tertentu dengan laju yang pasti akan memberikan hasil yang
akurat dan andal dalam pengiriman.
6. Mengurangi biaya per unit
7. Mengurangi waktu setup
Disebabkan komponen yang terkelompok dalam part family mempunyai
operasi yang sama, maka setup yang sama dapat digunakan untuk
komponen-komponen yang berbeda.
8. Mengurangi inventory barang jadi
9. Memudahkan pengawasan dan pengontrolan produksi
Hal ini disebabkan karena adanya standarisasi komponen maka keragaman
persediaan komponen akan berkurang.
10. Meningkatkan fleksibilitas manufaktur.
11. Meningkatkan kepuasan karyawan.
Disamping memiliki berbagai kelebihan, Flexible Manufacturing System
(FMS) memiliki beberapa keterbatasan antara lain (Hadiguna, 2008):
1. Biaya implementasi tinggi karena pengaturan ulang tata letak yang ada
saat ini akan membutuhkan pekerjaan yang mahal dan hal ini bagian dari
pembentukan sel manufaktur dan part family.
2. Masalah yang berkaitan dengan mesin breakdown, overload, underload
dan keseimbangan, karena dalam sel manufaktur setiap mesin mempunyai
fungsi yang kritis dalam selnya.
3. Operator yang cakap dan ahli, hal ini disebabkan operator harus menguasai
beberapa macam mesin dalam selnya.
4. Sinkronisasi produk pada perakitan karena komponen-komponn yang akan
dirakit secara bersama dikerjakan pada sel manufaktur yang berbeda
dengan waktu penyelesaian yang berbeda pula.
PT Glanz Lawana
9
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
5. Perubahan range dan baur produk karena tidak mungkin secara langsung
sel manufaktur diubah sehingga berpotensi terjadinya bottleneck pada
work center tertentu.
1.3 Pengklasteran
Metode analisa cluster ini mengelompokkan komponen atau produk ke
dalam part family dan pengelompokan mesin ke dalam machine cell. Tata letak
mesin dapat diatur berdasarkan layout mesin secara fisik dan layout mesin secara
logika. Pengelompokkan secara logika dipakai dalam kasus dimana produksi
berubah secara teratur (Hadiguna, 2008).
Langkah-langkah yang dilakukan dalan analisis pengklasteran secara
umum adalah (Hadiguna, 2008):
1. Memilih ukuran similaritas atau kemiripan
2. Keputusan untuk memlih tipe teknik pengklasteran yang digunakan
3. Tipe metoda pengklasteran yang digunakan
4. Keputusan penentu jumlah cluster serta intepretasi hasil pengklasteran.
Menurut Yin (2002) prosedur pengklasteran yang banyak dikenal dalam
desain formasi sel manufaktur adalah (Hadiguna, 2008):
1) Single Linkage Clustering (SLC)
Masukan untuk teknik SLC dapat berupa jarak (distance) atau kemiripan
(similarties) antara pasangan objek. Kelompok dibentuk dari individual entiti
melalui penggabungan nearest neigbors adalah jarak terkecil atau kemiripan
terbesar. CLC menjamin bahwa semua item dalam sebuah cluster adalah dalam
jarak yang maksimum atau minimum kemiripan satu sama lain.
PT Glanz Lawana
10
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
Gambar 1.5 Jarak Intercluster untuk SLC
Sebagai permulaan yang harus ditemukan adalah jarak dalam D = (dij) dan
menggabungkan objek-objek yang berhubungan, misalkan U dan V untuk
mendapatkan cluster (UV) dan setiap cluster W dapat dihitung sebagai berikut:
d (UV)W = min { d UW, d VW} ...(1)
Dalam hal ini kuantitas dUW dan dVW adalah jarak-jarak antara nearest
neighbors dari cluster U dan W dan cluster V dan W. Hasil dari pengclusteran
dapat digambarkan secara grafik dalam bentuk sebuah dendogram atau diagram
pohon.
2) Complete Linkage Clustering (CLC)
CLC dapat dikatakan mempunyai pengertian yang sama dengan SLC
namun dengan sebuah pengecualian penting yaitu setiap tahap jarak
(ketidakmiripan) antara cluster ditentukan oleh jarak atau kemiripan antara dua
elemen adalah paling jauh (most distant). CLC menjamin bahwa semua item
dalam sebuah cluster adalah dalam jarak yang maksimum atau minimum
kemiripan satu sama lainnya.
Gambar 1.6 Jarak (Ketidakmiripan) Intercluster untuk CLC
Permulaan yang harus ditemukan adalah jarak minimum dalam D= {dij} dan
menggabungkan objek-objek yang berhubungan, misalkan U dan V untuk
mendapatkan cluster (UV) dan setiap cluster W dapat dihitung sebagai berikut:
d(UV)W = maks {dUW, dVW} ...(2)
PT Glanz Lawana
11
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
Dalam hal ini dUW dan dVW adalah jarak-jarak antara anggota paling jauh
dari cluster U dan W dan cluster V dan W.
3) Average Linkage Clustering (ALC)
ALC memperlakukan jarak antara dua cluster sebagai rata-rata antara
semua pasangan item dimana satu anggota dari sebuah pasangan terhadap setiap
cluster.
Gambar 1.7 Jarak (Ketidakmiripan) Intercluster untuk ALC
Masukan ALC bisa jarak atau kemiripan dan metoda dapat digunakan
untuk mengelompokkan objek atau variabel. ALC bekerja dimulai dari pencarian
matrik jarak D = {dij } untuk menemukan objek yang paling mirip, misalnya U
dan V. Objek-objek ini digabungkan untuk membentuk cluster (UV) dengan
rumusan sebagai berikut:
...(3)
4)Algoritma Pengklasteran
Ketiga metoda pengklasteran merupakan kategori pengklasteran hirarki
yang dapat diselesaikan dengan algoritma pengklasteran hirarki yang dapat
diselesaikan dengan algoritma pengklasteran hirarki algoritma untuk
pengelompokkan N objek (item atau variabel).
Langkah-langkah pengklasteran adalah sebawgai berikut (Heragu,
1997):
1. Mulai N cluster, masing-masing cluster berisikan entiti tunggal dan sebuah
matriks simetris jarak ukuran N x N dengan D = {dij}
2. Cari matriks jarak untuk pasangan cluster yang paling mirip. Tetapkan
jarak antara cluster yang paling mirip V dan U menjadi dUV
PT Glanz Lawana
12
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
3. Gabungkan cluster U dan V, beri label cluster yang baru dengan (UV).
Perbaharui masukan dalam bentuk matriks jarak dengan cara:
a. Menghilangkan baris dan kolom yang berhubungan dengan cluster U
dan V
b. Menambahkan sebuah baris dan kolom untuk diisi dengan cluster (UV)
dan sisa cluster lainnya
4. Ulangi langkah 2 dan 3 sebanyak N-1 sehingga seluruh objek menjadi
sebuah cluster. Catat hasil identifikasi cluster yang telah digabungkan dan
level-level jarak atau kemiripan untuk setiap hasil penggabungan.
Menurut Heragu (1997), ada dua tipe desain formasi sel yang berorientasi
pada ukuran sel dan baur komponen, yaitu:
1. Larger number of smaller cells
2. Smallers number of larger cells
Dua tipe ini merupakan dua kombinasi yang kerap muncul dalam proses
keputusan desain formasi sel. Konsekuensi memilih salah satunya akan
memberikan dampak bagi potensi keunggulan kompetitif perusahaan. Apabila
dipilih jumlah sel yang lebih banyak dengan jumlah mesin setiap sel lebih sedikit
atau larger number of smaller cells, maka potensi perbaikan yang akan diperoleh
adalah:
1. Keandalan dan kecepatan pengiriman
2. Peka terhadap perubahan pasar
3. Umpan balik yang lebih cepat bagi bagi pengendalian kualitas
4. Stabilisasi penjadwalan produksi serta aktivitas-aktivitas pengendalian
Hal di atas juga akan menjamin pengurangan biaya tenaga kerja dan
pemindahan bahan serta memperluas proses manajemen kualitas. Namun, pilihan
tersebut dapat menyebabkan kehilangan fleksibilitas saat ada perubahan produk,
desain ulang komponen dan ekspansi volume potensial.
PT Glanz Lawana
13
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
Sementara itu, jumlah sel yang lebih sedikit dengan jumlah mesin setiap
sel yang lebih banyak atau smaller number of larger cells mengatasi kelemahan
dari pilihan larger number of smaller cells, yaitu:
1. Lebih flexible apabila ada perubahan produk, desain ulang komponen,
perubahan teknik (engineering), memperkenalkan produk baru,
memperluas volume produk dan perencanaan dan penjadwalan produksi
sel.
2. Terjadinya penghematan yaitu:
a.Pengurangan biaya duplikasi mesin dan peralatan.
b.Pengurangan biaya perawatan mesin-mesin dan peralatan.
c.Pengurangan biaya aktivitas perencanaan dan pengendalian serta
pelatihan tenaga kerja.
Secara lebih luas dapat dirumuskan ukuran sel lebih kecil lebih
mendukung sistem produksi yang memiliki ukuran kerja lebih sederhana dan
umpan balik yang cepat dari lead time manufaktur yang pendek yang juga akan
memperluas kesesuaian kualitas produk dan pengurangan biaya persediaan.
Namun dari segi lain dengan sedikitnya sel akan menyebabkan beban bagi
operator akan semakin tinggi dan kelelahan yang terjadi akan mengakibatkan
kerja dari operator tidak efektif sehingga akan mengakibatkan kecelakaan bagi
operator dan juga mengakibatkan operator akan cepat lelah.
Demikian halnya untuk ukuran sel lebih besar akan lebih sesuai untuk
sistem produksi ukuran batch kecil hingga menengah dimana fleksibilitas dalam
perubahan produk, desain ulang komponen dan frekuensi perubahan teknik akan
memperbaiki kualitas desain produk dan pengurangan biaya melalui penghilangan
duplikasi mesin dan tool.
5) Pengklasteran dengan Software Minitab
Menentukan pengklasteran kita dapat juga menggunakan software minitab,
untuk melihat hubungan kedekatan antara satu variabel dengan yang lain.
Statistika yang digunakan adalah statistik multivariat, dengan subtopik observasi
pengklasteran. Mula-mula kita inputkan adalah matriks 0-1 yang menunjukkan
PT Glanz Lawana
14
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
hubungan antara mesin dan komponen yang diprosesnya. Lalu ambil menu stat,
multivariate dan cluster observations. Disana ada pilihan metode linkage, distance
measure, dendogram. Untuk linkage method, ada beberapa pilihan seperti single,
average, complete, median, mcquitty,centroin dan ward. Biasanya dipilih yang 3
awal seperti yang telah dibahas sebelumnya. Pada pilihan distance measure, ada
beberapa pilihan seperti euclidian, manhattan dan square pearson. Biasanya yang
digunakan adalah euclidian, yang mengukur rata-rata jarak dari titik tengah
masing masing cluster. Sementara dendogram digunakan untuk melihat kedekatan
hubungan secara visual.
Dalam mengukur jarak ini terdapat beberapa metoda yang umum
digunakan, yaitu (Heragu, 1997):
1. Euclidean
Pengukuran jarak yang dilakukan berupa jarak garis lurus antar titik pusat
setiap fasilitas. Walaupun pengukuran ini kurang realistis, pengukuran ini
biasa digunakan karena jarak terpendek antara dua titik pusat fasilitas
merupakan jarak paling minimum yang bisa ditempuh, selain itu
pengukuran ini juga mudah dimengerti dan dimodelkan. Rumus yang
digunakan:
dij = [(xi – xj)2 + (yi – yj)2]0,5 ...(4)
2. Square Euclidean
Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah kuadrat jarak baik dari
sumbu x dan sumbu y. Rumus yang digunakan:
dij = [(xi – xj)2 + (yi – yj)2] ...(5)
3. Rectilinear
Rectiliniear biasa disebut juga manhattan, right angle, atau rectangular.
pengukuran ini juga umum digunakan karena mudah dihitung, mudah
dimengerti, dapat diterapkan pada banyak kasus. Pengukuran rectilinear
dilakukan dengan menghitung jarak vertikal dan horizontal antar titik
pusat masing-masing fasilitas. Rumus yang digunakan:
dij = |xi – xj| + |yi – yj| ...(6)
4. Tchebychev
PT Glanz Lawana
15
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
Pengukuran ini cocok diterapkan untuk perpindahan material pada
perusahan alat berat yang menggunakan cranes yang dijalankan oleh dua
motor, salah satunya hanya bergerak dalam arah x dan yang lainnya dalam
arah y. Jarak titik pusat antar fasilitas tergantung pada jarak terjauh dari x
dan y. Rumus yang digunakan:
dij = max (|xi – xj| , |yi – yj|) ...(7)
5. Aisle distance
Berbeda dengan pengukuran lainnya aisle distance merupakan pengukuran
aktual di sepanjang gang yang dilalui oleh material handling.
6. Shortest Path
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui jarak antara dua titik terutama
pada permasalahan lokasi jaringan.
1.5 Part Family
Part Family adalah kumpulan komponen-komponen yang mempunyai
kemiripan. Kemiripan bias bersumber dari kemiripan bentuk geometris dan
ukuran serta kemiripan proses baik dari urutan ataupun jenis mesin yang
digunakan.
Semua komponen yang tergabung dalam sebuah part family tidak harus
sama persis, tetapi berbeda hanya saja perbedaannya masih dalam toleransi yang
ditetapkan.
Metode-metode pembentukan part family cukup beragam dan
efektifitasnya sangat bergantung dari kompleksitas masalah. Bisa dipandang dari
jumlah jenis komponen, bentuk yang sulit dibedakan secara visual dan lain-lain.
Berikut macam - macam metode pembentukkan part family :
1. Pengklasifikasian dan pengkodeaan komponen
Pengklasifikasian dan pengkodeaan komponen merupakan salah satu
metode pembentukan part family. Metode yang paling banyak menghabiskan
waktu karena harus menyusun kode-kode dari setiap komponen yang ada. Sistem
PT Glanz Lawana
16
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
pengkodean sangat banyak dan setiap negara ataupun perusahaan berusaha
mengembangkan sendiri. Secara umum, pengkodean komponen ingin
membedakan dua hal, yaitu atribut desain dan atribut manufaktur.
Atribut desain konsentrasi pada karakteristik komponen seperti geometris,
ukuran dan jenis material, sedangkan atribut manufaktur lebih berkonsentrasi pada
karakteristik yang berkaitan dengan urutan proses atau jenis mesin yang
digunakan oleh setiap komponen. Kelebihan dari metode ini adalah
kemampuannya untuk di update apabila ada tambahan komponen baru karena
berbasis komputer database, sedangkan kelemahannya memakan waktu yang
lama dan mahal untuk investasi pembuatan sistem database.
2.Metode Visual
Metode visual yaitu pengelompokkan berdasarkan rule of thumb dimana
pengamat berusaha mengelompokkan komponen melalui pengamatan langsung
dan membangun kriteria tertentu untuk mengelompokkan setiap komponen.
Kelebihan dari metode ini adalah lebih mudah dan murah. Kelemahan adalah
kualitas pengelompokan sangat bergantung pada pengalaman dan pemahaman
pengamat, selain itu hanya bisa digunakan untuk jumlah jenis komponen yang
relatif sedikit.
3. Production Flow Analysis (PFA)
Production Flow Analysis (PFA) merupakan metode pembentukan part
family yang berdasarkan proses produksi yaitu memanfaatkan routing sheet dan
bukan menggunakan part drawing. Kedua metode yang telah dijelaskan di atas
mengandalkan part drawing.
Langkah–langkah dalam Production Flow Analysis (PFA) adalah sebagai
berikut (Heragu, 1997):
1. Pengumpulam data: Sejumlah part dan sequens operasi ditempatkan pada
2. Tentukan urutan proses : Part disusun ke dalam kelompok sesuai dengan
kemiripan urutan prosesnya. Susun part ke dalam tabel dimana dalam satu
group diisi oleh urutan proses yang identik.
Tabel 1.1 Nomor Kode Urutan Proses
PT Glanz Lawana
17
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
3. Peta Production Flow Analysis (PFA)
Contoh peta production flow analysis (PFA) dapat dilihat pada Gambar
1.8.
Gambar 1.8. Peta Production Flow Analysis (PFA)
4. Analisis Cluster
Kelompok yang berkaitan diidentifikasi dan disusun ulang kedalam pola
baru lalu dikelompokkan dengan kemiripan sequens mesin.
PT Glanz Lawana
18
BAB 1. Landasan Teori Modul 1 Group Technology
Gambar 1.9. Analisis Cluster
PT Glanz Lawana