3
BAB I PENDAHULUAN Keadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah diketahui sebagai pertanda penyakit. Dalam evolusi kehidupan, tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi dan peninggian suhu badan memberikan satu peluang kerja yang optimal untuk sistem pertahanan tubuh. Demam terjadi karena penglepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein yang identic engan interleukin-1. Didalam hipotalamus zat ini mernagsang pengelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia. Pengaruh autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran (dissipation) panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena

BAB I dbd

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Keadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah diketahui sebagai pertanda penyakit. Dalam evolusi kehidupan, tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi dan peninggian suhu badan memberikan satu peluang kerja yang optimal untuk sistem pertahanan tubuh.Demam terjadi karena penglepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein yang identic engan interleukin-1. Didalam hipotalamus zat ini mernagsang pengelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia. Pengaruh autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran (dissipation) panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena eningkatnya aktivitas metabolism yang juga mengakibatkan penambahan produksipanas dan karena kurang adekuat penyalurannya kepermukaan maka rasa demam bertabah pada seorang pasien. Beberapa demam yang mungkin kita jumpai antara lain, demam septik, demam remiten, demam intermiten, demam kontinyu, dan demam siklik.Dalam 50 tahun terakhir insiden demam dengue telah meningkat 30 kali lipat, diperkirakan 50 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan sekitar 2,5 miliar orang hidup di negara endemik dengue.3 Saat ini, 40% populasi dunia tinggal di daerah yang memiliki risiko terinfeksi DBD. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya.4 Epidemi dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor-Leste yang berada di hujan tropis dan zona khatulistiwa di mana Aedes aegypti tersebar luas baik di daerah perkotaan dan pedesaan, di mana beberapa serotipe virus yang beredar (den 1,2,3,dan 41), dan dimana dengue adalah penyebab utama rawat inap dan kematian pada anak-anak.3 Sementara itu, sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.4Demam berdarah dengue merupakan kasus yang banyak ditemukan di layanan kesehatan primer. Diagnosis yang cepat dan tepat akan sangat berpengaruh untuk melakukan tatalaksana kedepannya, agar komplikasi dan perburukan dapat dicegah dan dapat mencegah kematian akibat penyakit DBD. Oleh karena itulah kasus demam berdarah dengue diambil sebagai laporan kasus oleh penulis.