28
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BUKU DIKTAT PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN Budi Surodjo Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada 2012

Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

RENCANA PROGRAMKEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

DAN

BUKU DIKTATPENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA

DAN HIMPUNAN

Budi Surodjo

Jurusan MatematikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Gadjah Mada2012

Page 2: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

RENCANA PROGRAMKEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

DAN

BUKU DIKTATPENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA

DAN HIMPUNAN

Disusun oleh

Budi Surodjo

Yogyakarta, 30 November 2012

Disetujui oleh:

Dekan FMIPA UGM Ketua Jurusan MatematikaFMIPA UGM

Dr. Pekik Nurwantoro, MS Dr. Lina Aryati, MSNIP. NIP

ii

Page 3: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas anugrah yang diberikan

sehingga penulisan Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS)

dan Modul mata kuliah Pengantar Logika Matematika dan Himpunan ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dikti, Rektor UGM,

Dekan FMIPA UGM dan Ketua Jurusan Matematika yang telah memberikan ke-

sempatan kepada penulis untuk ikut andil dalam pengembangkan mutu proses

pembelajaran, dengan kegiatan ini.

Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) dan Modul ini

ditulis dengan tujuan agar proses persiapan dan proses pembelajaran dalam bidang

Logika Matematika dan Himpunan sebagai dasar-dasar matematika bisa lebih op-

timal, y ang pada akhirnya dapat menghasilkan lulusan matematika yang lebih

bermutu dan mampu berpikir tajam analitis.

Untuk lebih menyempurnakan RPKPS dan Modul ini penulis sangat meng-

harapkan kritik dan masukan dari sesama tenaga pengajar matematika dan para

pembaca.

Yogyakarta, Desember 2012

Penulis

iii

Page 4: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

MODUL

PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKADAN HIMPUNAN

Budi Surodjo

Al. Sutjiana

Jurusan MatematikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Gadjah Mada2012

Page 5: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

TINJAUAN MATA KULIAH

1.1 Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah Pengantar Logika Matematika dan Himpunan (PLMH)

ini merupakan mata kuliah wajib dengan bobot 3 Sks. Setiap mahasiswa matem-

atika dipandang memiliki kemampuan di bidang logika untuk mendukung mata

kuliah-mata kuliah pada jenjang berikutnya.

Isi mata kuliah PLMH merupakan alat sekaligus bahasa matematika dalam

mempelajari matematika. Materi kuliah meliputi logika matematika, metode pem-

buktian baik langsung maupun tidak lagsung serta aplikasinya baik di bidang

matematika, ilmu lain, dan kehidupan sehari-hari.

Pembahasan tentang logika matematika dimulai dari semesta pembicaraan,

jenis-jenis kalimat, dan kalimat deklaratif (pernyataan), baik pernyataan tung-

gal maupun pernyataan majemuk, dan ingkaran kalimat. Pernyataan majemuk

terdiri dari kalimat konjungsi, disjungsi, implikasi, konvers, invers, kontraposisi,

dan biimplikasi beserta tabel kebenaran untuk masing-masing kalimat majemuk.

Terhadap semesta pembicaraan berupa himpunan semua kalimat deklaratif,

selanjutnya dibicarakan tentang logika kalimat berupa tautologi dan kontradiksi.

Berdasarkan tautologi kalimat dibahas metode pembuktian melalui modus po-

nens, reductio ad absurdum, dan modus tolendo ponens. Metode pembuktian lain

yang dibahas adalah induksi matematika

Selain itu materi juga memuat teori himpunan, relasi dan fungsi (pemetaan).

Dalam teori himpunan dibahas mengenai pengertian himpunan dan subhimpunan,

operasi himpunan berupa irisan, gabungan, selisih, simetri dua himpunan, dan

beberapa jenis himpunan seperti himpunan kuasa, himpunan indeks, dan hasil

kali Kartesius dua atau lebih himpunan. Pembahasan tentang relasi dimulai dari

pengertian relasi sebagai subhimpunan dari hasil kali Kartesius himpunan domain

dan kodomain. Kemudian dibahas tentang komposisi relasi dan jenis-jenis relasi,

meliputi relasi refleksif (non refleksif, irrefleksif), simetris (non simetris, asimetris,

antisimetris), transitif (non transitif, intransitif), dan ekuivalen. Dari relasi ekuiv-

alensi pada suatu himpunan dapat dibentuk partisi himpunan.

Sebagaimana relasi, pembahasan tentang fungsi dimulai dari pengertian fungsi

Page 6: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

(pemetaan), domain, kodomain, dan range fungsi (peta fungsi). Selanjutnya fokus

pembicaraan diarahkan kepada prapeta fungsi, komposisi fungsi, dan invers fungsi.

Beberapa jenis fungsi yang dibahas beserta sifatnya di antaranya fungsi karakter-

istik, surjektif, injektif, dan bijektif.

1.2 Manfaat Mata Kuliah

Materi dalam mata kuliah ini memberi dasar bagi mahasiswa untuk berfikir

logis, sehingga mampu berkomunikasi dengan baik secara lesan maupun tulis. Hal

in akan memberikan bekal yang sangat baik untuk dapat beradaptasi secara cepat

dalam ilmu pengetahuan dan dalam kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan fundamental yang harus dimi-

liki oleh mahasiswa matematika. Dengan selesainya perkuliahan diharapkan ma-

hasiswa memiliki kemampuan berfikir logis, terstruktur, dan mampu beradaptasi

dengan cepat di bidangnya.

1.3 Tujuan Pembelajaran

Selain memberikan dasar-dasar matematika tentang himpunan dan fungsi,

mata kuliah ini juga mempunyai tujuan utama:

1. Memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk mampu berfikir logis yang

kuat sehingga mampu menyelesaikan permasalahan di bidang matematika,

maupun di bidang-bidang lain

2. Memberikan daya nalar yang tajam, sehingga mudah beradaptasi dimanapun

dan dapat mengembangkan diri dengan baik

3. Memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk mampu membuktikan se-

cara sahih sifat-sifat dalam teori matematika

1.4 Susunan Bahan Ajar

Secara garis besar materi ajar terbagi menjadi 6 (enam) Bab, sesuai dengan

jumlah topik bahasan dalam perkuliahan. Setiap bab mencakup beberapa sub-

pokok bahasan yang terdistribusika dalam beberapa minggu pertemuan. Bab-bab

tersebut adalah:

Page 7: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

1. BAB I Kalimat Deklaratif, meliputi:

Semesta Pembicaraan, Kalimat Deklaratif, Ingkaran kalimat, Kalimat Maje-

muk, konjungsi, disjungsi, implikasi, biimplikasi, Tabel Kebenaran, Konvers,

Invers, Kontraposisi

2. BAB II Tautologi dan Prinsip-prinsip Pembuktian, meliputi:

Konstanta dan Varibel, tautologi, Metode Pembuktian, Pembuktian Lang-

sung dan tak langsung, bukti kemustahilan,

3. BAB III Induksi Matematika. meliputi: Prinsip Induksi matematika dan

contoh pemakaian

4. BAB IV Kuantor, meliputi:

Definisi Kuantor, Universal dan Eksisitensial, Kuantor terbatas, dan peng-

gunaan kuantor

5. BAB V Himpunan, meliputi:

Definisi himpunan, subhimpunan, Operasi himpunan dan sifat-sifatnya, him-

punan kuasa dan himpunan hasil ganda Kartesius

6. BAB VI Relasi dan Fungsi, meliputi:

Relasi, jenis-jenis relasi seperti refleksif, simetris, transitif, dan Partisi, Fungsi

Injektif, surjektif, bijektif, Fungsi invers, fungsi karateristik, dan Fungsi re-

striksi

Page 8: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

BAB I

KALIMAT DEKLARATIF

1.5 Pendahuluan

Sebagai pendahuluan dari keseluruhan materi perkuliahan Logika Matematika

dan Himpunan, bab ini memuat subtopik bahasan Minggu ke-1 meliputi semesta

pembicaraan, kalimat deklaratif, konstanta dan variabel dalam simbolisma kali-

mat. Tentu saja susunan kalimat deklaratif dapat berupa kalimat tunggal maupun

kalimat majemuk yang terdiri atas beberapa pernyataan tunggal.

Pada Minggu ke-2 dibahas ingkaran kalimat, tabel kebenaran dan sifat-sifat

kalimat majemuk: Konjungsi, disjungsi Tabel Kebenaran, sifat-sifat yang dimiliki.

Selanjutnya, pada Minggu ke-3 pokok bahasan yang dibahas tentang imp-

likasi, konvers, invers, kontraposisi dan biimplikasi, serta tabel kebenaran dari

masing-masing bentuk kalimat majemuk.

Konsep-konsep ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk memahami suatu

masalah matematika secara benar, berdasarkan analisa kebenaran kalimat dari

setiap masalah yang disajikan. Selain itu dengan topik bahasan ini mahasiswa

juga dilatih untuk berkomunikasi baik lesan maupun tertulis dengan menggunakan

kalimat yang logis dan tidak multi tafsir, sebagai dasar untuk berfikir secara tajam.

Kemampuan ini sangat diperlukan untuk mempelajari matematika lebih lanjut dan

dalam membangun komunikasi yang baik dalam kehidupan nyata.

Dengan selesainya pembelajaran untuk pertemuan pada minggu ke-1, 2, dan

3 ini diharapkan para mahasiswa memiliki kemampuan learning outcomes sebagai

berikut:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kalimat, kalimat lengkap, dan

terbuka

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kalimat deklaratif

3. Mahasiswa mampu membuat ingkaran kalimat

4. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian konjungsi, disjungsi beserta tabel

kebenarannya

5. Mahasiswa dapat membuktikan sifat-sifat sederhana kongjungsi dan disjungsi

Page 9: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

6. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi implikasi beserta tabel kebenarannya

7. Mahasiswa mampu mengkontruksi konvers, invers, dan kontraposisi dari im-

plikasi

8. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian biimplikasi

9. Mahasiswa mampu membuktikan sifat-sifat sederhana impikasi dan biimp-

likasi

1.6 Kalimat Deklaratif

Dalam suatu pernyataan (kalimat), baik verbal maupun dalam bentuk tulisan,

sering muncul ketidak mengertian, kesalah tafsiran dan bahkan kesalah pahaman

oleh karena beberapa aspek yang terkandung dalam kalimat. Perbedaan tersebut

terkait dengan pengertian kalimat yang dipicu dengan perbedaan ’definisi’ menge-

nai sebagian, maupun keseluruhan kalimat. Secara fungsional dalam banyak ka-

sus, hal ini memang ’disengaja’, mengingat perbedaan kebutuhan masing-masing

pengguna bahasa. Kebutuhan tersebut disesuaikan dengan tujuan masing-masing

bidang ilmu terhadap konsep dan makna dasar pemakaian suatu kata dalam suatu

kalimat. Bahkan walaupun bahasa induknya sama, misalkan bahasa Indonesia,

dalam perkembangannya setiap bidang ilmu memiliki ciri-ciri tertentu terhadap

pemakaian suatu kata atau kalimat. Bahasa sastra, dalam hal ini kalimat sastra

berbeda dengan kalimat hukum maupun matematika. Sebagai contoh perhatikan

contoh-contoh berikut:

1. Senja resah terapung.

2. Dari masing-masing buku keluar akar.

3. Barang siapa meniru, memalsukan uang kertas dan/atau dengan sengaja me-

nyimpan · · ·.

Kalimat pertama merupakan jenis kalimat yang sering kita jumpai dalam sastra,

khususnya puisi atau prosa. Secara sastra kalimat tersebut memuat beberapa ’gaya

bahasa’, yang menurut orang awam merupakan sesuatu yang sulit atau tidak bisa

dimengerti. Di antaranya, apa artinya ’senja resah’ ? Padahal senja bukan makhluk

hidup. Senja merupakan peralihan waktu antara sore dan malam hari. Bagaimana

Page 10: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

’dia’ bisa mempunyai perasaan ? Di sisi lain, muncul pertanyaan bagaimana senja

bisa terapung, karena pengertian terapung adalah kondisi obyek di dalam cairan

dengan posisi tidak menyentuh dasar tempat cairan dan sebagian muncul di atas

permukaan cairan tersebut. Bagaimana senja bisa seperti itu ? Jika demikian,

apakah definisi ’senja’ dalam kalimat tersebut ?

Masing-masing kata dalam kalimat tersebut secara parsial maupun sebagai

bagian integral dari kalimat mempunyai arti ganda (konotasi) yang berbeda dengan

makna yang seharusnya. Senja bisa diartikan manusia lanjut usia, pemerintahan

yang sedang diambang kehancuran atau keadaan senja itu sendiri. Hal ini memang

disengaja oleh si pembuat kalimat, agar si pemerhati kalimat mengartikan kalimat

tersebut mengikuti imajinasi mereka masing-masing. Dari sinilah keindahan kata

atau kalimat dalam lingkup bidang sastra, akan muncul.

Pada kalimat kedua yang menjadi persoalan adalah arti kata ’buku’. Buku

mempunyai dua arti yaitu kitab, sesuatu yang terdiri dari lembaran-lembaran ker-

tas, atau ruas, baik tebu atau persendian. Jika kita mengartikan buku dalam

kalimat tersebut sebagai kitab, maka kalimat tersebut menjadi tidak mempunyai

arti. Demikian juga jika ’ buku’ kita artikan sebagai persendian. Sangat aneh

jika dari buku tangan bisa keluar akar. Kalimat di atas akan mempunyai arti jika

’buku’ mempunyai arti sebagai ruas tebu.

Kalimat ketiga merupakan pernyataan yang dikutip dari lembaran uang kertas

dan merupakan bahasa hukum. Kalimat ”P dan/atau Q” dibaca ”P dan atau

atau Q” yang berarti bisa ”P dan Q” sekaligus dipenuhi atau ”P atau Q” dalam

arti hanya salah di antaranya yaitu ”P” saja atau ”Q” saja yang dipenuhi. Hal

ini dilakukan dengan menekankan dari aspek ketepatan bahasa hukum. Sedan-

gkan di bidang matematika dan bahasa percakapan secara umum, biasanya cukup

digunakan kalimat ”P atau Q”.

1.7 Semesta Pembicaraan

Di bidang matematika, khususnya logika kalimat setiap kata atau kalimat harus

mempunyai arti yang tunggal. Tidak boleh mempunyai konotasi yang berbeda

antara satu pihak dengan pihak lainnya, sehingga setiap kata atau kalimat secara

tepat dapat ditentukan apakah merupakan kalimat yang mempunyai arti, kalimat

Page 11: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

terbuka atau kalimat yang bisa ditentukan nilai kebenarannya.

Walaupun suatu kalimat terdiri atas unsur-unsur subyek, predikat, obyek dan

keterangan, tetapi dalam logika kalimat, kalimat dipandang sebagai suatu kesatuan

utuh yang tidak dianalisa berdasarkan unsur-unsurnya.

Logika kalimat berperanan penting sebagai ’bahasa’ untuk memahami konsep-

konsep matematika dan alat berpikir bagi para matematikawan.

Salah satu unsur penting di dalam logika kalimat adalah semesta pembicaraan

(universum/universe of discourse), yaitu himpunan semua obyek-obyek yang be-

rada atau yang dibentangkan di dalam pembicaraan. Dalam percakapan sehari-

hari biasanya semesta pembicaraan meliputi seluruh alam semesta, sehingga sangat

mungkin muncul ketidak mengertian atau salah penafsiran. Sebagai contoh pada

kalimat,

”Dari masing-masing buku keluar akar”.

Jika semesta pembicaraannya seluruh alam semesta dan buku diartikan dengan

kitab, kalimat tersebut bisa tidak memiliki arti, jika akar diartikan sebagai bagian

dari tumbuhan. Bisa juga memiliki arti, apabila yang dimaksud akar misalnya

adalah ringkasan-ringkasan penting yang diturunkan dari buku tersebut. Namun

jika semesta pembicaraan kita adalah tumbuhan, maka kalimat tersebut mempun-

yai arti dan tidak menutup kemungkinan sesuai dengan fakta yang terjadi. Tentu

saja dalam kasus ini kita lebih memilih semestanya adalah tumbuhan.

Untuk itu pada saat suatu ungkapan dinyatakan, sangat penting bagi kita untuk

menentukan semesta pembicaraannya. Namun dalam percakapan sehari-hari hal

ini seringkali tidak kita lakukan, walaupun dari kalimatnya sendiri seringkali dapat

diperkirakan semesta pembicaraannya. Sebagai contoh perhatikan kalimat,

”Amir lebih kecil daripada setiap anggota”.

Bisa diduga, bahwa semestanya terdiri dari orang-orang dan bukan bilangan atau

fungsi.

Oleh karena kondisi suatu kalimat mempunyai arti atau tidak, bernilai benar

atau salah dapat ditentukan oleh semesta pembicaraannya, maka di dalam bidang

matematika penentuan semesta pembicaraan harus kita lakukan pada saat suatu

ungkapan dikemukakan. Contohnya adalah kalimat:

Page 12: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

”Ada anggota yang lebih kecil daripada 1”.

Jika semesta pembicaraan kalimat tersebut adalah R yaitu himpunan semua bilan-

gan nyata, maka terhadap relasi ”lebih kecil” yang lazim kita jumpai pada bilangan

nyata, kalimat tersebut mempunyai arti. Tetapi jika semestanya himpunan semua

bilangan kompleks, maka kalimat tersebut tidak mempunyai arti, kecuali penger-

tian ”lebih kecil” telah didefinisikan. Selanjutnya jika semestanya R, pernyataan

tersebut bernilai benar; dan jika semesta pembicaraannya himpunan semua bilan-

gan asli, maka ungkapan tersebut bernilai salah.

Latihan 1.1

1. Tentukan semesta pembicaraannya agar persamaan x2−x−2 = 0 mempunyai

1.1 Tepat satu penyelesaian

1.2 Tepat dua penyelesaian

2. Tentukan semesta pembicaraannya agar persamaan x2 + 1 = 0 mempunyai

penyelesaian.

3. Semesta pembicaraan himpunan semua bilangan nyata. Didefinisikan

⌈x⌉ : bilangan bulat terbesar yang lebih kecil daripada x

⌊x⌋ : bilangan bulat terkecil yang lebih besar daripada x.

Tentukan apakah kalimat-kalimat berikut ini benar atau salah :

3.1 Ada ⌈x⌉ yang merupakan bilangan asli

3.2 Semua ⌊x⌋ merupakan bilangan bulat tidak positif

3.2 Semua x memenuhi ⌈x⌉+⌊x⌋2

= x

3.3 Ada x yang memenuhi ⌈x⌉ − ⌊x⌋ = 0

1.8 Kalimat Deklaratif

Suatu kalimat yang mengandung nilai salah atau benar dikatakan kalimat

deklaratif. Benar pada kalimat artinya mempunyai persesuaian antara isi pernya-

taan dengan fakta yang sesungguhnya. Selanjutnya perhatikan ungkapan-ungkapan

berikut ini:

1. Sifat ujian: Buku Tertutup.

Page 13: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

2. Astaga.

3. Bumi berputar pada porosnya.

4. Presiden Indonesia dipilih setiap empat tahun sekali.

5. Carilah fakta untuk membuktikan, bahwa kesaksiannya bohong.

6. Selama ini bilangan 2 selalu hidup rukun dengan bilangan 3.

7. Besok hujan atau tidak hujan.

Kalimat pertama merupakan kalimat perintah; sedangkan kalimat ke-2 meru-

apakan kalimat seru (kata seru) yang mempunyai arti tetapi tidak mengandung

nilai benar maupun salah; bahkan tidak memiliki struktur kalimat yang lengkap,

yang minimal terdiri dari subyek dan predikat. Ungkapan ke-3 merupakan kalimat

deklaratif yang bernilai benar, yaitu sesuai fakta yang terjadi dalam ilmu bumi.

Kalimat ke-4 merupakan kalimat deklaratif yang bernilai salah. Kalimat ke-3 dan

ke-4 dikatakan faktual, karena untuk menentukan benar atau salahnya kita harus

melihat fakta yang terjadi. Sedangkan kalimat ke-5 merupakan kalimat perintah

yang mempunyai arti tetapi tidak memiliki nilai benar maupun salah, sehingga

bukan merupakan kalimat deklaratif.

Pada kalimat ke-6, sampai saat ini tidak ada definisi tentang pengertian ”hidup

rukun” antara dua bilangan. Akibatnya kalimat tersebut tidak mempunyai arti.

Sedangkan kalimat ke-7 merupakan kalimat deklaratif yang selalu bernilai benar,

tanpa harus melihat fakta yang terjadi esok hari. Kebenaran kalimat tersebut

hanya didasarkan pada kesepakatan nilai kebenaran dari kalimat majemuk yang

merupakan penggabungan antara dua kalimat tunggal dengan menggunakan kata

penghubung ’atau’.

Latihan 1.2 Tetukan apakah kalimat-kalimat berikut ini merupakan kalimat yang

mempunyai arti atau kalimat tanpa arti atau kalimat deklaratif. Jika deklaratif,

tentukan merupakan kalimat faktual atau nonfaktual.

1. Semoga Tuhan mengabulkan permohonanmu.

2. Apanya yang salah ?

3. Tidak ada bilangan rasional yang lebih kecil dari semua bilangan bulat.

4. Bilangan 6 menghabiskan bilangan 72.

Page 14: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

5. Bilangan asli p yang memenuhi p dan p + 2 merupakan bilangan prima

banyaknya tak berhingga.

6. Ada hari dimana manusia tidak membutuhkan air.

7. Setiap bilangan jika dikuadratkan hasilnya non-negatif.

8. Setiap bilangan pasti rasional atau irrasional

1.9 Konstanta Dan Variabel

Untuk memahami pengertian konstantamari kita perhatikan kalimat, ”Soekarno

adalah salah seorang proklamator RI”. Kata ”Soekarno” dalam kalimat tersebut

adalah nama dari seseorang yang pernah menjadi presiden RI pertama dan yang

tercatat di buku sejarah. Dalam sejarah, dia merupakan salah satu (unsur tertentu)

dari semesta pembicaraan yang terdiri dari orang-orang di masa lalu. Pada kali-

mat tersebut kita membicarakan unsur tertentu dari semesta pembicaraan tanpa

menghadirkan, bahkan tidak mungkin menghadirkan unsur tersebut, tetapi meng-

gunakan lambangnya, yaitu ”Soekarno”. Dalam hal ini ”Soekarno” merupakan

suatu konstanta.

Definisi 1.9.1 Lambang suatu anggota tertentu dari semesta pembicaraannya

disebut konstanta.

Sebagai contoh perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:

1. Ani adalah mahasiswi angkatan 2004 yang paling pandai.

2. Lima puluh habis dibagi 5.

Pada kalimat pertama, dengan semesta pembicaraan himpunan semua manusia,

”Ani” merupakan lambang dari suatu unsur tertentu dari semestanya yang meru-

pakan manusia dengan ciri-ciri tertentu. Jadi ”Ani” merupakan konstanta. Demikian

juga ”lima puluh” dan ”5” merupakan angka sebagai lambang dari bilangan-

bilangan tertentu dalam semesta pembicaraan berupa himpunan bilangan, sehingga

mereka merupakan konstanta.

Dalam kondisi tertentu sering kali kita juga membicarakan sebarang anggota

dari semesta pembicaraan. Misalkan dalam kalimat,

Page 15: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

”Anak-anak memerlukan makanan dan pendidikan”.

Dengan semesta pembicaraan himpunan semua manusia, maka kata ”anak-anak”

dalam kalimat tersebut merupakan lambang dari sebarang anggota semestanya

yang memiliki rentang usia tertentu, yang sebenarnya bukan rangkaian huruf,

tetapi terdiri atas tangan, kaki, perasaan dan sebagainya.

Definisi 1.9.2 Lambang yang menjadi simbol dari sebarang anggota di dalam

semesta pembicaraannya disebut variabel. Lambang ini dapat berupa huruf ”x”,

”◦” atau ”•” dan sebagainya. Semestanya disebut daerah jelajah (range).

Contoh 1.9.3 Pernyataan,

”x merupakan bilangan negatif”,

bukan merupakan kalimat deklaratif. Kalimat ini disebut kalimat terbuka, karena

memuat varibel bebas dan baru mempunyai nilai benar atau salah (menjadi

deklaratif) jika ”x” diganti dengan suatu unsur tertentu dari semestanya. Misal-

nya ”x” diganti dengan ”5” atau ”−2”, sehingga diperoleh

1. Bilangan 5 merupakan bilangan negatif

2. Bilangan −2 merupakan bilangan negatif.

Kalimat pertama bernilai salah, sedangkan kalimat ke-2 bernilai benar.

Contoh 1.9.4 Jika semestanya himpunan semua bilangan nyata, maka kalimat:

1. ”x < z < y” merupakan kalimat terbuka.

2. ”Untuk setiap pasangan x dan y jika x < y, maka terdapat z yang memenuhi

x < z < y” merupakan kalimat deklaratif dan bukan kalimat terbuka.

Latihan 1.3 Tentukan apakah kalimat-kalimat berikut ini merupakan kalimat ter-

buka atau kalimat deklaratif. Jika kalimat deklaratif apakah bernilai benar atau

salah.

1. Kalimat berikut semestanya himpunan semua manusia:

1.1 Tono lebih tinggi daripada Tini

1.2 Balita lebih rentan terhadap penyakit daripada lansia

Page 16: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

1.3 Si x lebih pandai daripada si y.

2. Kalimat berikut semestanya himpunan semua bilangan nyata

2.1 xy < x2

2.2 x2 − x− 2 = 0

2.3 x+ (−x) = 0 = −x+ x

2.4 x2 + 4x− 12 ≤ 0

1.10 Kata Penghubung Kalimat

Seperti layaknya penggunaan kalimat dalam bidang lain, pada logika kalimat

juga muncul penggabungan beberapa kalimat tunggal yang dirangkai dengan meng-

gunakan kata penghubung.

1. Konjungsi:

menggunakan kata penghubung: ’dan’

2. Disjungsi:

menggunakan kata penghubung: ’atau’

3. Implikasi:

menggunakan kata penghubung: ’jika’ · · ·, ’maka’ · · ·

4. Biimplikasi:

menggunakan kata penghubung: ’jika dan hanya jika ’.

1.10.1 Negasi, konjungsi dan disjungsi

Suatu kalimat tidak jarang merupakan penyangkalan/ingkaran (negasi) dari

suatu pernyataan lain, sebagaimana kalimat-kalimat berikut ini:

Contoh 1.10.1

1. Tidak benar Amir mahasiswa tertinggi di angkatannya.

Negasi dari: Amir mahasiswa tertinggi di angkatannya.

2. Dia bukan mahasiswi terpandai.

Negasi dari: Dia mahasiswi terpandai.

3. Tidak ada bilangan nyata yang kuadratnya negatif.

Negasi dari: Ada bilangan nyata yang kuadratnya negatif.

Page 17: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

Jika A merupakan suatu pernyataan, maka negasi dari A, dengan simbol ’A’

adalah kalimat ’tidak benar A’, ’tidaklah A’ atau ’non A’. Nilai kebenaran A

didefinisikan dengan tabel kebenaran:

A A

T FF T

dengan T berarti kalimat bernilai benar dan F berarti kalimat bernilai salah.

Dalam contoh 1.10.1 misalkan A adalah kalimat

’Amir mahasiswa tertinggi di angkatannya’,

dan faktanya dia memang yang tertinggi di angkatannya, berarti A bernilai T;

sehingga kalimat ingkarannya, A yaitu, ’Tidak benar Amir mahasiswa tertinggi di

angkatannya’, bernilai F.

Definisi 1.10.2 Kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal yang dirangkai

dengan kata penghubung ’dan’ disebut konjungsi. Di dalam logika kalimat kata

’dan’ diberi notasi dengan ’∧’ atau ’&’.

Contoh 1.10.3 Toni mahasiswa pandai dan kaya.

Terdiri atas kalimat tunggal:

A := Toni mahasiswa pandai, dan B := Toni orang kaya.

Dalam logika kalimat dapat ditulis dengan ’A ∧B’ atau ’A&B’.

Jika ”A” dan ”B” kalimat tunggal, maka nilai kebenaran ”A∧B” didefinisikan

sebagai berikut:

A B A ∧B

T T TT F FF T FF F F

Berdasarkan tabel tersebut suatu konjungsi bernilai benar jika setiap kalimat tung-

galnya bernilai benar. Dalam Contoh 1.10.3, jika faktanya Toni mahasiswa kaya,

tetapi IPKnya kurang dari 2, yang berarti dia tidak pandai, maka kalimat tersebut

bernilai salah; atau si pembuat pernyataan dikatakan berbohong. Ungkapan yang

benar untuk fakta ini adalah ”Toni mahasiswa kaya, tetapi tidak pandai.”

Page 18: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

Definisi 1.10.4 Kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal yang dirangkai

dengan kata penghubung ’atau’ disebut disjungsi. Di dalam logika kalimat kata

’atau’ diberi notasi dengan ’∨’.

Contoh 1.10.5 13 adalah bilangan prima atau habis dibagi 2.

Terdiri atas kalimat tunggal:

A := 13 adalah bilangan prima, dan B := 13 adalah bilangan yang habis dibagi 2.

Dalam logika kalimat dapat ditulis dengan ’A ∨B’.

Jika ”A” dan ”B” kalimat tunggal, maka nilai kebenaran ”A∨B” didefinisikan

sebagai berikut:

A B A ∨B

T T TT F TF T TF F F

Berdasarkan tabel tersebut suatu disjungsi bernilai benar jika salah satu kalimat

penyu- sunnya bernilai benar; atau dengan kata lain salah satu kalimat penyusun-

nya terjadi. Disjungsi akan bernilai salah jika masing-masing kalimat penyusunnya

bernilai salah.

Dalam Contoh 1.10.5 sesuai fakta, 13 adalah bilangan prima, berarti A bernilai

benar. Walaupun pernyataan B , yaitu 13 adalah bilangan yang habis dibagi 2,

merupakan pernyataan yang salah, tetapi sesuai tabel kalimat A∨B bernilai benar.

Selain disjungsi inklusif, yaitu jika ada kalimat penyusunnya yang bernilai

benar, maka kalimat majemuknya bernilai benar (seperti di tabel atas), dalam

bidang matematika juga dikenal adanya disjungsi eksklusif. Pernyataan ”A atau

B” yang merupakan disjungsi eksklusif diberi simbol dengan ”A∨B” dengan tabel

kebenaran

A B A∨B

T T FT F TF T TF F F

Page 19: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

Jadi disjungsi eksklusif bernilai benar jika hanya tepat satu dari kalimat penyusun-

nya yang bernilai benar. Sebagai contoh dalam kalimat,

x lebih besar daripada 1 atau x− 1 ≤ 0,

untuk setiap bilangan real x hanya dapat berlaku salah satu.

1.10.2 Implikasi dan biimplikasi

Implikasi (konsdisional) adalah kalimat yang terdiri dari anteseden dan kon-

sekuen yang dirangkai dengan,

1. ”Jika · · ·, maka · · ·.

2. ”Bila · · ·, maka · · ·.

Kata ”bila” dapat juga diganti dengan ”apabila”.

Di dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai kalimat yang berbentuk

implikasi seperti berikut ini:

1. Jika kamu lolos UMPTN, maka kamu akan dibelikan motor.

2. Jika hari hujan, maka suhu udara akan turun.

3. Bila badannya panas, maka vaksin itu sedang bekerja.

Pada kalimat pertama, antesedennya adalah ”Kamu lolos UMPTN” dan kon-

sekuennya adalah ”Kamu akan dibelikan motor”. Kalimat ini merupakan suatu bf

janji. Kalimat ke-2 antesedennya adalah ”Hari hujan” dan konsekuennya adalah

”Suhu udara akan turun”. Kalimat ini mempunyai hubungan sebab akibat.

Sedangkan kalimat ke-3 merupakan suatu tanda.

Dari contoh-contoh tersebut jelas terlihat, bahwa di dalam implikasi sehari-hari

biasanya ada hubungan antara anteseden dan konsekuen. Hal ini ’berbeda’ dengan

implikasi material yang digunakan di dalam logika kalimat, yaitu keharusan

adanya hubungan antara anteseden dan konsekuen ditiadakan.

Di dalam logika kalimat kebenaran implikasi ”Jika A, maka B” yang diberi

simbol dengan ”A ⇒ B” didefinisikan dengan tabel kebenaran:

Page 20: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

A B A ⇒ B

T T TT F FF T TF F T

Dari tabel terlihat, bahwa suatu implikasi bernilai benar jika

1. Anteseden bernilai salah atau 2. Konsekuen bernilai benar.

Contoh 1.10.6 Di dalam teori bilangan berlaku sifat: Jika a = b, maka ac = bc.

1.1 Substitusi a = −1, b = 2− 3 dan c = 4, diperoleh kalimat:

Jika −1 = 2− 3, maka −4 = (−1)4 = (2− 3)4 = −4.

Karena sifat di dalam teori bilangan, maka implikasi ini bernilai benar dengan

anteseden dan konsekuen yang bernilai benar. Hal ini sesuai dengan baris ke-

1 tabel kebenaran.

1.2 Substitusi a = −1, b = 2 dan c = 0, diperoleh kalimat:

Jika −1 = 2, maka 0 = (−1)0 = 2(0) = 0.

Karena sifat di dalam teori bilangan, maka implikasi ini bernilai benar dengan

anteseden salah tetapi konsekuen bernilai benar. Hal ini sesuai dengan baris

ke-3 tabel kebenaran.

1.3 Substitusi a = −1, b = 2 dan c = 4, diperoleh kalimat:

Jika −1 = 2, maka −4 = (−1)4 = 2(4) = 8.

Karena sifat di dalam teori bilangan, maka implikasi ini bernilai benar dengan

anteseden dan konsekuen yang bernilai salah. Hal ini sesuai dengan baris ke-4

tabel kebenaran

Implikasi ”A ⇒ B” yang dinyatakan sesuai fakta (bernilai benar) dapat diu-

capkan:

1. Jika A, maka B, atau Bila A, maka B, atau B bila A,

Page 21: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

2. A hanya jika B, atau A hanya bila B,

Karena jika tidak B, berarti B tidak terjadi atau dengan kata lain B salah,

maka pasti tidak A, yaitu ”A” bernilai salah.

3. A merupakan syarat cukup untuk B,

Karena jika A benar (terjadi), maka kondisi tersebut mencukupi untuk pasti

B terjadi. Dengan kata lain ”B” benar.

4. B merupakan syarat perlu untuk A.

Terjadinya B merupakan suatu keharusan yang diperlukan agar A terjadi.

Karena jika B tidak terjadi, maka A pun tidak terjadi, walaupun dengan

terjadinya B tidak menjadi jaminan pasti terjadinya A. Agar A pasti terjadi,

selain B terjadi mungkin diperlukan fakta lain.

Contoh 1.10.7

1. Jika −1 < x < 1, maka x2 > 1.

2. Syarat cukup agar dua buah sudut pada segitiga ABC mempunyai besar

yang sama adalah ABC sama sisi.

3. Syarat perlu agar segitiga ABC sama sisi adalah dua buah sudutnya sama

besar.

Ketiga implikasi tersebut merupakan sifat di kalkulus dan geometri. Pada con-

toh ke-2 terlihat, bahwa dengan dipenuhinya kondisi segitiga ABC sama sisi, be-

rakibat ketiga sudutnya sama besar. Berarti keadaan dua sudutnya sama besar

pasti dipenuhi. Dengan kata lain kondisi ABC sama sisi sudah mencukupi ter-

jadinya dua buah sudutnya sama besar, walaupun sesungguhnya untuk membuat

dua buah sudutnya sama tidak diperlukan ABC sama sisi.

Pada contoh ke-3, agar segitiga ABC sama sisi, salah satu keharusan yang perlu

dipenuhi adalah dua buah sudutnya sama besar, tetapi keadaan ini belum cukup

untuk membuat ABC sama sisi. Dengan kata lain diperlukan syarat tambahan,

misalnya sudut lainnya juga sama.

Selanjutnya di dalam tabel berikut dapat dilihat bahwa nilai kebenaran ”A ⇒B” identik dengan ”A ∨B”

Page 22: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

A A B A ⇒ B A ∨B

T F T T TT F F F FF T T T TF T F T T

Definisi 1.10.8 Kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal ”A” dan ”B”, yang

ditulis dengan ”A ⇔ B” disebut biimplikasi atau bikondisional. Tabel kebe-

naran biimplikasi adalah :

A B A ⇔ B

T T TT F FF T FF F T

Dari tabel terlihat bahwa suatu biimplikasi bernilai benar jika kalimat-kalimat

penyusunnya mempunyai nilai kebenaran yang sama; dan bernilai salah jika kalimat-

kalimat penyusunnya mempunyai nilai kebenaran yang berbeda.

Biimplikasi ”A ⇔ B” dibaca

1. ”A jika dan hanya jika B”

2. ”A” menjadi syarat perlu dan cukup terjadinya ”B”.

Hal ini didasarkan pada fakta bahwa tabel kebenaran biimplikasi identik dengan

kolom terakhir tabel berikut

A B A ⇒ B B ⇒ A (A ⇒ B) ∧ (B ⇒ A)

T T T T TT F F T FF T T F FF F T T T

Dengan kata lain nilai logika dari biimplikasi ”A ⇔ B” sama dengan kalimat

(A ⇒ B) ∧ (B ⇒ A).

Contoh 1.10.9

1. |x| ≤ 1 jika dan hanya jika x2 ≤ 1.

Page 23: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

2. Sisi-sisi segitiga ABC sama panjang bila dan hanya bila sudut-sudutnya sama

besar.

Latihan 1.4

1. Tentukan negasi dari kalimat berikut ini.

1.1 Amir mahasiswa terpandai di angkatannya.

1.2√2 bukan merupakan bilangan rasional.

1.3 Ada mahasiswa yang kaya dan mempunyai IPK 3,80.

1.4 Setiap mahasiswa pernah bolos kuliah.

1.5 Ada bilangan nyata x yang memenuhi x+ y = y untuk setiap bilangan

nyata y.

1.6 A mahasiswa terpandai atau bilangan negatif.

1.7 Bilangan x lebih besar daripada 1 dan lebih kecil daripada 10.

2. Dari soal no 1 untuk masing-masing kalimat tentukanlah apakah merupakan

terbuka atau kalimat deklaratif. Tentukan juga jenis kalimat negasinya. Jika

kalimat deklaratif, tentukan bernilai benar atau salah.

3. Tentukan apakah kalimat-kalimat berikut ini merupakan kalimat terbuka

atau kalimat deklaratif. Jika kalimat deklaratif tentukan apakah bernilai

benar atau salah.

3.1 Setiap hari manusia memerlukan makanan.

3.2 Sisi-sisi bujursangkar selalu sama panjang.

3.3 Bilangan nyata x selalu memenuhi x2 ≥ 1 atau | 1x| > 1.

3.4 Dia guru yang baik bagi teman-temannya.

3.5 Grafik fungsi dengan persamaan y = x2 − 3x+2 memotong sumbu x di

dua titik yang berbeda dan mencapai minimum di x = 32.

3.6 Bilangan x memenuhi x2 + 1 > 0.

4. Tentukan nilai kebenaran dari implikasi berikut ini.

4.1 x ≤ 1 =⇒ x2 ≤ 1.

4.2 x2 ≤ 1 =⇒ x ≤ 1.

4.3 Pada geometri bidang: Jika garis g1 ⊥ g2 dan g2 ⊥ g3, maka g1 ∥ g3.

4.4 Pada geometri ruang: Jika garis g1 ⊥ g2 dan g2 ⊥ g3, maka g1 ∥ g3.

Page 24: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

4.5 Jika Amir lebih berat daripada Amin dan Ani lebih ringan daripada

Amin, maka Ani tidak sama berat dibanding Amir.

4.6 Jika limx→c− f(x) = limx→c+ f(x) = L, maka limx→c f(x) ada yaitu L.

4.7 Semestanya himpunan semua bilangan bulat: Jika m2 = 3c, maka m

habis dibagi 3.

8. Tentukan nilai kebenaran dari biimplikasi berikut ini.

8.1 |x| > a ⇐⇒ (x < −a ∨ a < x).

8.2 Garis g ⊥ h jika dan hanya g ∥ h.

8.3 x2 − x = y2 − y ⇐⇒ (x = y ∨ x = 1− y).

8.4 Fungsi f kontinu di x = c jika dan hanya jika

i. f(c) ada,

ii. limx→c f(x) ada dan

iii. f(c) = limx→c f(x).

1.11 Ingkaran dari konjungsi, disjungsi, implikasi dan bi-implikasi

1. Ingkaran konjungsi ”A∧B” adalah ”A ∧B”, dengan tabel kebenaran sebagai

berikut:

A B A ∧B A ∧B A ∨ B A B

T T T F F F FT F F T T F TF T F T T T FF F F T T T T

Terlihat bahwa nilai kebenaran dari ”A ∧B” identik dengan A ∨ B.

2. Ingkaran disjungsi ”A∨B” adalah ”A ∨B”, dengan tabel kebenaran sebagai

berikut:

A B A ∨B A ∨B A ∧ B A B

T T T F F F FT F T F F F TF T T F F T FF F F T T T T

Page 25: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

Terlihat bahwa nilai kebenaran dari ”A ∨B” identik dengan A ∧ B.

3. Ingkaran implikasi ”A ⇒ B” adalah ”A ⇒ B”, dengan tabel kebenaran se-

bagai berikut:

A B A ⇒ B A ⇒ B A ∧ B B

T T T F F FT F F T T TF T T F F FF F T F F T

Terlihat bahwa nilai kebenaran dari ”A ⇒ B” identik dengan A ∧ B.

4. Ingkaran biimplikasi ”A ⇔ B” adalah ”A ⇔ B”, dengan tabel kebenaran

sebagai berikut:

A B A B A ⇔ B A ⇔ B (A ∧ B) ∨ (A ∧B)

T T F F T F FT F F T F T TF T T F F T TF F T T T F F

Terlihat bahwa nilai kebenaran dari ”A ⇔ B” identik dengan (A∧B) ∨ (A∧B).

Latihan 1.5 Tentukan ingkaran dari kalimat-kalimat di dalam Latihan 1.4, kemu-

dian tentukan nilai kebenarannya.

1.12 Konvers, invers dan kontraposisi

Dari kalimat awal yang berbentuk implikasi ”A ⇒ B” dapat diturunkan bentuk-

bentuk kalimat:

1. B ⇒ A yang disebut konvers dari ”A ⇒ B”

2. A ⇒ B yang disebut invers dari ”A ⇒ B”

3. B ⇒ A yang disebut kontraposisi dari ”A ⇒ B”

Nilai kebenaran kontraposisi sama dengan nilai kebenaran implikasi awalnya.

Page 26: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

A B A ⇒ B B ⇒ A B A

T T T T F FT F F F T FF T T T F TF F T T T T

Contoh 1.12.1

1. Kalimat : Jika hari hujan, maka jalanan basah

Kontraposisinya :

1.1 Jika tidak benar jalanan basah, maka tidak benar hari hujan

1.2 Jika jalanan tidak basah, maka hari tidak hujan.

2. Kalimat : |x| ≤ 1 ⇒ x2 ≤ 1

Kontraposisinya : x2/≤ 1 ⇒ |x| /≤ 1

Untuk semesta pembicaraan R ekuivalen dengan : x2 > 1 ⇒ |x| > 1

Sedangkan nilai kebenaran dari konvers dan invers tidak bisa ditentukan dari

nilai kebenaran implikasi awalnya.

Contoh 1.12.2

1. Kalimat : Jika besok hari Minggu, maka kemarin hari Jum’at.

1.1 Konversnya : Jika kemarin hari Jum’at, maka besok hari Minggu

1.2 Inversnya : Jika besok bukan hari Minggu, maka kemarin bukan hari

Jum’at.

Dalam kasus ini baik implikasi awal, konvers maupun inversnya semuanya

bernilai benar.

2. Diberikan semesta pembicaraannya R. Kalimat : x ≥ 1 ⇒ x2 ≥ 1

2.1 Konversnya : x2 ≥ 1 ⇒ x ≥ 1

2.2 Inversnya : x ≥ 1 ⇒ x2 ≥ 1.

Implikasi awal bernilai benar. Konvers dan inversnya bernilai salah sebab

untuk x = −2 berlaku x2 = 4 ≥ 1 tetapi x < 1.

Latihan 1.6 Tentukan konvers, invers dan kontraposisi dari kalimat-kalimat di

dalam Latihan 1.4 no. 3 kemudian tentukan nilai kebenarannya.

Page 27: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

Tes Formatif I-1

PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA DAN HIMPUNAN

Topik Bahasan : KALIMAT DEKLARATIFHari/tanggal :Waktu : 60 menitSifat : Buku Tertutup Dosen : Budi S.

1. Tentukan konvers, invers dan kontraposisi dari kalimat-kalimat berikut ini.

1.1. p ∈ IR ⇒ (∃y ∈ R)(p < y ∧ p2 > y).

1.2. Jika dia terbukti bersalah, maka dia pasti dihukum.

Tanpa menggunakan tabel kebenaran tunjukkan/selidikilah kebenaran

pernyataan-pernyataan berikut ?

2. Dengan menggunakan tabel kebenaran selidikilah kebenaran dari

2.1. (p ⇒ q ⇒ r ⇒ p) ⇒ p

2.2. p ⇔ (p ⇒ (q ∧ q))

Ingat: p ⇒ q ⇒ r yang dimaksud p ⇒ q dan q ⇒ r

Page 28: Bab i Deskripsi Dan Kalimat Deklaratif

Kunci Jawaban

1. No. 1.2.

Konvers: Jika dia pasti dihukum, maka dia terbukti bersalah

Invers: Jika dia tidak terbukti bersalah, maka dia tidak pasti dihukum

Perhatikan: Invers tersebut tidak mempunyai makna yang sama dengan:

1. Jika dia terbukti tidak bersalah, maka dia tidak pasti dihukum

2. Jika dia tidak terbukti bersalah, maka dia psti tidak dihukum

3. Jika dia terbukti tidak bersalah, maka dia pasti tidak dihukum

Kontraposisi: Jika dia tidak pasti dihukum, maka dia tidak terbukti bersalah

Pertanyaan: Apakah kontraposisi tersebut bermakna sama dengan:

1. Jika dia pasti tidak dihukum, maka dia tidak terbukti bersalah

2. Jika dia tidak pasti dihukum, maka dia terbukti tidak bersalah

3. Jika dia pasti tidak dihukum, maka dia terbukti tidak bersalah

2. No. 2.2

Jika tanpa tabel, pernyataan q ∧ q pasti salah. Akibatnya p ⇒ (q ∧ q)

bernilai salah jika p benar (p salah). Akibatnya keseluruhan bernilai benar.

Namun jika p salah, maka p ⇒ (q ∧ q) benar. Yang berarti p benar, sehingga

keseluruhan benar.

Komentar dan Pengayaan

1. Meskipun latihan yang diberikan lebih menekankan pada logika di bidang

matematika, tetapi jika mahasiswa dapat mengerjakan 80% latihan di setiap

sub bab, maka kompetensi mahasiswa sudah baik untuk mempelajari topik

matematika lebih lanjut.

2. Penyelidikan kebenaran kalimat tanpa tabel akan sangat membantu maha-

siswa dalam mempertajam daya nalar di kehidupan sehari-hari

3. Untuk memperluas pengetahuan silahkan membuka situs http://www.philosopie.uni-

osnabrueck.du