Upload
iphul-bugy-wara
View
219
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BAB-I-dm
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Amerika Serikat, terdapat 650.000 kasus diabetes baru di diagnosis
setiap tahunnya. Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang diderita
kurang lebih 12 juta orang. Tujuh dari 12 juta penderita Diabetes Melitus
terdiagnosis dan sisanya tidak terdiagnosis. Diabetes Melitus terutama terjadi pada
kelompok umur lansia. Di antara individu yang berusia lebih dari 65 tahun
sebanyak 8,6% menderita Diabetes Melitus tipe 2. Angka ini mencakup 15%
populasi pada panti lansia (1).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, angka
prevalensi DM di dunia telah mencapai jumlah wabah atau epidemi, WHO
memperkirakan pada negara berkembang pada tahun 2025 akan muncul 80%
kasus baru. Saat ini, DM di tingkat dunia di perkirakan lebih dari 230 juta, hampir
mencapai proporsi 6% dari populasi orang dewasa. Menurut World Health
Organization (WHO), penderita DM di Indonesia menduduki peringkat ke 4
setelah Amerika Serikat, India, dan China. International Diabetes Federation
(IDF) memperkirakan Indonesia menduduki peringkat ke 3 penderita DM terbesar
di dunia pada Tahun 2025 mendatang (2).
Prevalensi DM di dunia mengalami peningkatan yang sangat besar. IDF
mencatat sekitar 366 juta orang di seluruh dunia, atau 8,3% dari orang dewasa,
diperkirakan memiliki DM pada tahun 2011. Jika tren ini berlanjut, pada tahun
2030 diperkirakan dapat mencapai 552 juta orang, atau 1 dari 10 orang dewasa
akan terkena DM. Saat ini Indonesia menempati urutan ke-10 jumlah penderita
DM terbanyak di dunia dengan jumlah 7,3 juta orang dan jika tren ini berlanjut
diperkirakan pada tahun 2030 dapat mencapai 11.8 juta orang (3).
International Diabetes Federation juga menyatakan bahwa pasien DM di
Indonesia pada tahun 2011 berjumlah 7,3 juta jiwa dan diperkirakan menjadi
sekitar 11,8 juta jiwa pada tahun 2030 (2). Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2008,
menyatakan bahwa prevalensi DM di Indonesia sebesar 1,1%. Peningkatan
prevalensi dari DM pasti akan diikuti oleh meningkatnya kemungkinan terjadinya
komplikasi kronis pada DM (4).
Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan Rekam Medik 2011 yang
berasal dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah rata-rata kasus pertahun di Jawa
Tengah adalah 4.316,42 kasus.Terdapat 663 jiwa yang menderita DM, 613 jiwa
diantaranya mengalami komplikasi tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut
akan meningkat di tahun mendatang. Jumlah populasi yang meningkat tersebut
berkaitan dengan hal faktor genetika, life ekpectancy bertambah, urbanisasi yang
merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas
meningkat dan kegiatan fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat penyakit yang
kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif
ditimbulkan [4].
Distribusi penyakit ini juga menyebar pada semua tingkatan masyarakat dari
tingkat sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan
daerah geografis. Gejala DM yang bervariasi yang dapat timbul secara yang
perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti
minum yang lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang
menurun, gejala tersebut berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olah raga,
pengobatan sampai orang tersebut memeriksakan kadar gula darahnya [13]. DM
jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada
berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh darah kaki, syaraf
dan lain-lain. Penderita DM dibandingkan dengan penderita non DM mempunyai
kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit jantung koroner, 7 kali
terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus diabetika. Komplikasi
menahun DM di Indonesia terdiri atas neuropati 60%, penyakit jantung koroner
20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan nefropati 7,1% [12,13
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditentukan tujuan sebagai
berikut :
1. Apa pengertian Diabetes Mellitus (DM)?
2. Apa tipe Diabetes Mellitus?
3. Apa tanda – tanda dan gejala Diabetes Mellitus?
4. Apa faktor penyebab Diabetes Mellitus?
5. Bagaimana cara pengobatan dan penanganan Diabetes Mellitus?
BAB II
ISI
A. Pengertian Diabetes Mellitus
Nama lengkap diabetes adalah diabetes mellitus yang berarti "gula madu".
Istilah "diabetes melitus" berasal dari Bahasa Yunani yang jika diterjemahkan
berarti "mengalirkan melalui pipa dengan tekanan atmosfer" dan dari Bahasa
Latin yang dapat diterjemahkan menjadi "semanis madu" (8).
Pengertian dari Bahasa Yunani dan Latin menggambarkan diabetes dengan
tepat. Karena air melewati tubuh penderita diabetes seolah-olah dialirkan dari
mulut lewat saluran kemih dan langsung keluar dari tubuh. Air seni diabetisi
(pengidap diabetes) rasanya manis karena mengandung gula. Dulu, salah satu tes
untuk diabetes ialah dengan menuangkan air seni sang pasien ke dekat sarang
semut. Jika serangga itu mengerumuni air seni, hal ini menunjukkan adanya gula.
Itu sebabnya diabetes sering disebut sebagai penyakit kencing manis (8).
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi
masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes
Association (ADA) 2010, DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Lebih dari 90 persen dari semua populasi diabetes
adalah diabetes melitus tipe 2 yang ditandai dengan penurunan sekresi insulin
karena berkurangnya fungsi sel beta pankreas secara progresif yang disebabkan
oleh resistensi insulin (5). Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit
metabolik yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun (6).
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang disebabkan karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
penurunan sekresi insulin yang progresif dan dilatarbelakangi oleh resistensi
insulin (4).
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit
kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (9).
B. Tipe Diabetes Mellitus (DM)
Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1 ,
Diabetes Mellitus Tipe 2, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional, dan Diabetes
Mellitus Tipe Lainnya. Jenis diabetes mellitus yang paling banyak diderita
adalah Diabetes Mellitus Tipe 2 (10).
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Penyakit diabetes tipe 1 sering disebut Insulin Dependent Diabetes Mellitus
atau Diabetes Mellitus yang Bergantung pada Insulin. Jadi diabetes tipe 1
berkaitan dengan ketidaksanggupan pankreas untuk membuat insulin. Jadi,
diabetes tipe ini berkaitan dengan kerusakan atau gangguan fungsi pankreas
menghasilkan insulin. Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin
pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada
balita, anak-anak, dan remaja. Oleh karena itulah jenis atau tipe diabetes mellitus
ini di namakan juga dengan sebutan juvenile diabetes (9).
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan
pemberian terapi insulin yang dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Jika insulin tidak segera diberikan, penderita bisa tiba-tiba
tidak sadarkan diri atau koma diabetik. Riwayat keluarga, diet dan faktor
lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada
penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar
gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-
anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering
muntah dan mudah terserang berbagai penyakit (9).
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Menurut Perkeni (Persatuan endokrinologi Indonesia) tahun 2002 Diabetes
Melitus tipe 2 terdiri atas 4 pilar yaitu: edukasi, perencanaan makan (diet
diabetes), latihan jasmani atau exercise dan intervensi farmakologis yang bisa
terdiri atas pemberian obat-obatan hipoglikemik oral dan/atau pemberian insulin
(1). Karena DM adalah penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup, maka
berhasil tidaknya pengelolaan DM sangat tergantung dari pasien itu sendiri dalam
mengubah perilakunya. Secara teori, proses perubahan perilaku melalui 3 tahap
yaitu pengetahuan, sikap dan praktik, meskipun dalam kenyataannya tidak selalu
demikian tapi sudah banyak penelitian yang membuktikan hal itu (3).
Diabetes melitus tipe 2 yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan
terjadinya berbagai komplikasi kronis, baik mikroangiopati seperti retinopati dan
nefropati maupun makroangiopati seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan
juga penyakit pembuluh darah tungkai bawah. Penyebab mortalitas dan
morbiditas utama pada pasien DM tipe 2 adalah penyakit jantung koroner (PJK).
Menurut American Heart Association pada Mei 2012, paling kurang 65%
penderita DM meninggal akibat penyakit jantung atau stroke. Selain itu, orang
dewasa yang menderita DM berisiko dua sampai empat kali lebih besar terkena
penyakit jantung dari pada orang yang tidak menderita DM (5).
Diabetes mellitus tipe 2 juga telah diketahui menyebabkan berbagai macam
komplikasi, antara lain komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular),
pembuluh darah besar (makrovaskular), dan neuropati. Pada laki-laki dengan
diabetes, disfungsi ereksi merupakan kondisi yang sering dilaporkan terjadi dan
berpengaruh pada kualitas hidup penderita. Selain itu, pada penelitian terhadap
penderita diabetes di Jordania, kontrol glikemik, merokok, dislipidemia,
hipertensi, neuropati otonom, dan neuropati perifer tidak menunjukkan efek
terhadap disfungsi seksual wanita. Sedangkan usia, IMT, durasi diabetes, dan
adanya penyakit arteri koroner dan retinopati memberi efek negatif terhadap
disfungsi seksual. Disfungsi seksual wanita secara tradisional terbagi menjadi
gangguan minat/keinginan seksual atau libido, gangguan birahi, nyeri/rasa tidak
nyaman, dan hambatan mencapai puncak atau orgasme (7).
C. Tanda-tanda dan Gejala Diabetes Mellitus (DM)
Gejala dan tanda-tanda penyakit diabetes mellitus dapat digolongkan
menjadi gejala akut dan gejala kronik (11).
1. Gejala Akut Penyakit Diabetes Mellitus
Gejala dan tanda-tanda penyakit diabetes mellitus dari satu penderita ke
penderita lainnya tidaklah selalu sama gejala yang disebutkan di bawah ini adalah
gejala yang umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya
versi gejala lain. Bahkan, ada penderita diabetes mellitus yang tidak menunjukkan
gejala apapun sampai pada saat tertentu.
1) Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi tiga serba banyk yaitu:
a. Banyak makan (polifagia)
b. Banyak minum (polidipsia)
c. Banyak kencing (poliuria)
atau disingkat: “3P” (polifagia, Dalam fase ini biasanya penderita
menunjukkan berat badan yang terus naik-bertambah gemuk,
karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi.
2) Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama-kelamaan mulai tmbul
gejala yang disebabkan oleh kurangnya insulin, dan bukan “3P” lagi,
melainkan hanya “2P” saja (polidipsia, dan poliuria) dan beberapa
keluhan lain: nafsu makan mulai berkurang (tidak polifagia lagi), bahkan
kadang-kadang disusul dengan mual jika kadar glukosa darah melebihi
500 mg/dl.
a. Banyak minum,
b. Banyak kencing,
c. Berat badan turun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu),
d. Mudah lelah
e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan
jatuh koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma diabetik.
Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes mellitus akibat kadar
glukosa darah terllu tinggi, biasanya melebihi 600 mg/dl. Dalam praktek, gejala
dan penurunan berat badan inilah yng paling sering menjadi keluhan utama
penderita untuk pergi berobat ke dokter.
2. Gejala Kronik Penyakit Diabetes Mellitus
Kadang-kadang penderita penyakit diabetes mellitus tidak menunjukkn
gejala akut (mendadak), tetapi penderita tersebut baru menunjukkan gejala
sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes mellitus.
Gejala ini disebut gejala kronik atau menahun.
Gejala kronik yang sering timbul adalah (seorang penderita dapat mengalami
beberapa gejala tersebut dibawah ini):
1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum
3) Rasa tebal di kulit, sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur
4) Kram
5) Capai
6) Mudah mengantuk
7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
8) Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita
9) Gigi mudah goyang dan mudah lepas
10) Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten, dan
11) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat badan lahir lebih dari 4 kg.
D. Faktor Penyebab Diabetes Mellitus (DM)
Terdapat banyak kondisi yang dapat menyebabkan diabetes karena
mereka mempengaruhi produksi insulin atau insulin yang tersedia tidak
bekerja dengan semestinya. Di bawah ini adalah beberapa di antaranya (12):
Gen Insulin abnormal
Kadang-kadang gen insulin menghasilkan insulin yang sedikit berbeda
yang tidak bekerja dengan seharusnya.
Produksi Insulin tidak mencukupi
Sel-sel yang menghasilkan insulin dapat dirusak oleh peradangan pankreas
(pankreatitis) atau endapan-endapan besi dalam pankreas (hemokromatosis
atau hemosiderosis).
Kerja Insulin terganggu
Bagaimana insulin bekerja dapat dipengaruhi oleh beberapa obat seperti
gangguan hati, dan gangguan hormone (misalnya penyakit tiroid).
Kadang-kadang syok dapat menyebabkan perubahan hormonal pada
penderita diabetes yang tidak terdiagnosis hingga menyebabkan timbulnya
gejala. Tapi, syok itu sendiri tidak dapat menyebabkan diabetes.
E. Cara Pencegahan Penyakit Diabetes Mellitus (DM)
Penanganan terhadap diabetes mellitus umumnya terdiri atas pendidikan
pasien, diet seimbang, olahraga, obat-obatan antidiabetes dan kalau perlu suntikan
insulin. Tujuan utamanya adalah untuk meringankan semua keluhan pasien seperti
penurunan berat badan, kencing yang banyak, perasaan lemah dan mudah letih.
Kerentanan terhadap infeksi pada ginjal dan paru-paru merupakan permasalahan
yang sering dihadapi oleh pasien (13).
Pada diabetes mellitus terdapat suatu periode tanpa keluhan atau gejala
(periode laten) yang lama (yaitu, periode yang biasanya berlangsung 15-20 tahun).
Dalam periode tersebut, organ-organ khusus seperti ginjal dan mata mulai
kehilangan fungsinya. Gagal ginjal merupakan salah satu penyebab kematian yang
paling sering ditemukan di antara para penderita diabetes, sementara gangguan
penglihatan akibat diabetes merupakan salah satu penyebab kebutaan yang paling
sering terjadi pada pasien dewasa (13).
Pada pasien diabetes mellitus, serangan stroke dan penyakit jantung bukan
saja menjadi 3-4 kali lebih sering, tetapi juga ditemukan dalam usia yang jauh
lebih muda ketimbang mereka yang bukan penderita diabetes. Kedua komplikasi
“jangka-panjang” ini menambah angka kesakitan dan kematian pada diabetes
mellitus. Meskipun komplikasi jangka panjang yang berupa kemunduran fungsi
organ tidak bias dielakkan pada diabetes mellitus, namun semua dokter umumnya
sepakat kalau diet yang benar, cara hidup yang sehat dan pengobatan yang
memadai dapat menunda stadium terminal penyakit ini sampai beberapa tahun
lamanya. Penyakit diabetes mellitus melalui diet yang memperhatikan 3J (jadwal
makan, jumlah dan jenis makanan) (13).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit metabolik yang
prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus (DM)
merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang
progresif dan dilatarbelakangi oleh resistensi insulin. Jenis Diabetes Mellitus
yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1 , Diabetes Mellitus Tipe 2, Diabetes Mellitus
Tipe Gestasional, dan Diabetes Mellitus tipe lainnya. Adapun gejala dan tanda-
tanda penyakit diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala
kronik. Penanganan terhadap diabetes mellitus umumnya terdiri atas pendidikan
pasien, diet seimbang, olahraga, obat-obatan antidiabetes dan kalau perlu suntikan
insulin. Tujuan utamanya adalah untuk meringankan semua keluhan pasien seperti
penurunan berat badan, kencing yang banyak, perasaan lemah dan mudah letih.
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan dari makalah ini diet, dengan diet
diharapkan komplikasi penyakit gula dapat dicegah atau setidak-tidaknya bisa
ditunda sehingga tidak terjadi terlampau dini. perhatikan gaya hidup karena DM
adalah penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup, maka berhasil tidaknya
pengelolaan DM sangat tergantung dari pasien itu sendiri dalam mengubah
perilakunya Selanjutnya, jangan terlalu sering memakan makanan cepat saji atau
fast food. Sering-sering berolah raga dan upayakan istirahat yang cukup. Menjaga
pola makan dan jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi dan
menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus. Dalam hal ini, perhatikan juga berat
badan anda, karena obesitas dapat menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wulandari O , Martini S. Perbedaan kejadian komplikasi penderita diabetes melitus tipe 2 menurut gula darah acak. Jurnal Berkala Epidemiologi 2013; 1(2): 182–191.
2. Marsinta R, Hasneli Y, Dewi AP. Hubungan tingkat pengetahuan tentang diet diabetes melitus dengan komplikasi gagal ginjal kronik.
3. Dewi RP. Faktor risiko perilaku yang berhubungan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUD kabupaten Karanganyar. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013; 2(1): 1-11.
4. Balela N, Arifin M, Noor MS. Perbedaan kejadian anemia pada pasien yang menderita diabetes melitus tipe 2 kurang dari 5 tahun dan lebih dari sama dengan 5 tahun. Berkala Kedokteran 2014; 10(1): 69-78.
5. Yuliani F, Oenzil F, Iryani D. Hubungan berbagai faktor risiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada penderita diabetes melitus tipe 2. Jurnal Kesehatan Andalas 2014; 3(1): 37-40.
6. Yulianti1 SR , Mukaddas A, Faustine I. Profil pengobatan pasien diabetes mellitus tipe 2 di instalasi rawat inap rsud undata palu tahun 2012. Online Jurnal of Natural Science 2014; 3(1): 40-46.
7. Saraswati MR, Funistera SS. Disfungsi seksual pada wanita penderita diabetes melitus tipe 2. J Peny Dalam 2011; 12(2): 92-97.
8. Anonim. Diabetes, si Penyakit Gula Madu. http://www.kumpulan.info. Diakses pada tanggal 3 Mei 2014.
9. Anonim. 2009. Artikel Penyakit Diabetes Mellitus (DM). http://www.gochiindonesia.wordpress.com. Diakses pada tanggal 3 Mei 2014
10. Trisnawati SK, Setyorogo S. Faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan 2013; 05(01): 6-11
11. Tjokroprawiro, Askandar. 1997. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta: PT Granmedia Pustaka Utama.
12. Djaja, A. 1991. Diabetes. Jakarta: Penerbit Arcan
13. Hartono, Andry. 1995. Tanya-jawab Diet Penyakit Gula. Jakarta: Penerbit Arcan.