Upload
satria-utomo
View
8
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
satria
Citation preview
May 9, 2015 [EMPIEMA]
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Empiema toraks ialah proses supurasi yang terjadi didalam rongga pleura,
dimana rongga tersebut secara anatomis sudah ada. Jadi, empiema toraks seperti
halnya proses-proses empiema ditempat lain didalam tubuh pada dasarnya sama.
Sampai sekarang empiema toraks masih merupakan masalah penting dalam
bidang penyakit paru, meskipun ada perbaikan teknik pembedahan dan
penggunaan antibiotika baru yang lebih efektif. Di rumah sakit the jewish hospital
of St. Louis pada tahun 1971 di rawat sebanyak 0.03% kasus empiema toraks dari
270.260 penderita yang dirawat dengan bermacam-macam penyakit. Di bagian
paru RSUD Dr Soetomo Surabaya, pada tahun 1987 dirawat inap 3,4% penderita
dengan empiema toraks dari 2-192 penderita rawat inap. Denagn perbandingan
pria : wanita = 3,4 : 1.1
Efusi para pneumoni terjadi pada 20-60% pasien dengan pneumoni yang
cukup berat, memerlukan perawatan di rumah sakit walaupun sebagian besar dari
efusi steril dan membutuhkan terapi antibiotik untuk pengobatan pneumoni dasar,
5-10% pasien yang dirawat dari pneumoni berkembang menjadi infeksi
intrapleura. Pasien ini membutukan drainase cairan pleura yang cepat untuk
mencegah terbentuknya empiema, ini adalah karakteristik dari pus intrapleura.
Karena angka morbiditas dan mortalitas yang signifikan berkaitan dengan
empiema, dengan fokus utama dalam penanganan efusi parapneumoni untuk
mendeteksi secara dini dan evaluasi dengan mengidentifikasi pasien yang
membutuhkan drainase cairan pleura untuk mencegah atau mengobati empiema.2
BAB II
May 9, 2015 [EMPIEMA]
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Empiema toraks adalah pengumpulan cairan purulen/ nanah didalam rongga pleur secara bebas atau terlokalisir. Efusi parapneumoni adalah efusi pleura yang berkaitan dengan penyakit penyakit parenkip paru yang supuratif. Simple efusi parapneumoni tidak menginfeksi , kumpulan cairan yang mengalir bebas. Komplikasi efusi parapneumoni emenyebabkan infeksi oleh kumpulan cairan yang cendrung untuk berkembang membentuk lokulasi-lokulasi oleh septa fibrin. Empiema torak adalah kumpulan nanah atau pus diantara ruangan pleura. Efusi adalah masa komplek ketika dia berkembang membentuk lokulasi. Perubahan alami yang tidak terpelihara dan komplikasi dari parapneumoni akan menjadi komplek dan berangsur meningkat menjadi empiema dengan perkembangan kavitas residual atau terperangkap didalam paru oleh fibrosa atau kortek yang terkelupas.1,3
2.2. Epidemiologi
Di Inggris angka kejadian Pneumonia dilaporkan sebanyak 5 sampai 11
kasus per 1000 populasi, dan 40 – 57% disertai empiema.12 Di bagian Paru RSU
Dr Soetomo Surabaya tahun 2000 - 2004, dirawat sebanyak 1,07 – 1,29%
penderita dengan empiema toraks, dengan perbandingan pria : wanita = 3,4 : 1.
Akibat kemajuan dari pemakaian obat antituberkulosa dan antibiotik
menyebabkan para dokter cenderung untuk merawat penderita empiema secara
medikamentosa, sehingga sering terjadi keterlambatan konsultasi dan tindakan
bedah yang mana hal ini mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.3
Di rumah sakit the jewish hospital of St. Louis pada tahun 1971 di rawat
sebanyak 0.03% kasus empiema toraks dari 270.260 penderita yang dirawat
dengan bermacam-macam penyakit. Di bagian paru RSUD Dr Soetomo Surabaya,
pada tahun 1987 dirawat inap 3,4% penderita dengan empiema toraks dari 2-192
penderita rawat inap. Denagn perbandingan pria : wanita = 3,4 : 1.1
2.3. Etiologi
Empiema toraks dapat disebabkan oleh onfeksi yang berasal dari paru atau dari
luar paru.1
1. Infeksi berasal dari paru
May 9, 2015 [EMPIEMA]
a. Pneumonia
b. Abses paru
c. Fistel bronkopleura
d. Brokiektasis
e. Tuberkulosis paru
f. Aktinomikosis paru
2. Infeksi berasal dari luar paru
a. Trauma toraks
b. Pembedahan toraks
c. Torasentesis
d. Abses subfrenik, misal abses hati karena amuba
e. Fistel esofagus pleura
2.4. Patogenesis
Empema yang sering terjadi adalah empiema yang disebabkan oleh
perluasan infeksi pada parenkim paru, Akan tetapi, juga dapat disebabkan oleh
hasil penetrasi luka di sinsing dada. Penyakit yang sering berkaitan dengan
empiema adalah pneumonia, abses paru, bronkiektasis dan komplikasi tindakanb
bedah. Akibat invasi kuman piogenik ke pleura, timbul peradangan akut yang
diikuti dengan pembentukan eksudat serus. Dengan bertambahnya sel-sel PMN,
baik yang hidup ataupun yang mati dan peningkatan kadar protein didalam cairan
pleura, maka cairan pleura menjadi keruh dan kental. Endapan fibrin akan
membentuk kantung-kantung yang akhirnya akan melokalisasi nanah tersebut.1,4
Apabila berhubungan dengan bronkus, maka akan timbul fistel bronkopleura
atau apabila nanah menembus dinsing toraks dan keluar melalui kulit disebut
empiema nesesitasis. Pada stadium ini masih disebut empiema akut yang lama
kelamaan akan berubah menjadi kronis (batasan belum jelas). Organisasi dimulai
kira-kira setelah proses bejalan seminggu dan proses organisasi ini berjalan terus
sampai terbentuk kantung yang tertutup.1,4
Pembentukan empiema dapat dibedakan menjadi tiga fase, yaitu:4
May 9, 2015 [EMPIEMA]
Fase eksudatif; cairan efusi kaya akan protein tetapi masih belum kental, sel
neutrofil meningkat tetapi kadar glukosa dan pH masih normal
Fase fibrinolitik; cairan pleura bertambah kental, dijumpai banyak kadar
fibroblas, kadar glukosa dan pH menurun
Fase perlengketan (organizing); terjadi perlengketan sehingga cairan
pleura (pus) terperangkap (leculated pus).
2.5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis empiema dibagi menjadi 2 stadium:1
1. Empiema akut
Terjadi sekunder akibat infeksi ditempat lain, bukan primer di pleura. Pada
permulaan, gejala mirip dengan pneumonia yaitu panas badan tinggi
disertai nyeri pluritik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
cairan dalam rongga plura. Bila stadium ini dibiarkan beberapa minggu,
akan timbul toksemia, anemia dan jari tabuh. Jika nanah tidak segera
dikeluarkan akan timbul fistel bronkoplkuera atau empiema nesesitasis.
Tanda terbentuknya fistel bronkopleura adalah bila batuk makin produktif,
bercampur darah dan nanah yang banyak sekali, sehingga dapat
menimbulkan sufokasi. Empiema karena pneumokok pneumonia timbul
setelah prose pnumonia membaik. Sebaiknya pada peradangan streptokok
pneumonia, empiema timbul pada waktu masih akut. Pneumonia karena
basil gram negatif, misalnya : E. Coli atau Bakteroides sering kali
menimbulkan empiema.Penyebab empiema akut:5
Penyebab Pedoman diagnosis
Pneumonia Nanah, sedian gram dan biakan
Abses paru Nanah, sedian gram dan biakan
Ruptur abses paru Piopneumotorak
May 9, 2015 [EMPIEMA]
Cedera atau operasi Infeksi hematoraks, sedian gram
dan biakan
Abses subfrenik Efusi seropurulen, diagnosis abses
(USG)
Abses amuba Nanah coklat, abses hari, amuba di
nanah atau fese
Tuberkulosis Pleuritis eksudativa, TBC paru,
Basil tahan asam di sputum atau di
rongga pleura
Infeksi jamur paru Jamur di sputum atau di isi rongga
pleura
2. Empiema kronis
Batas yang tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditemukan
empiema disebut kronis, bila proses berlangsung lebih dari 3 bulan. Pada
penderita dengan empiema kronis badan tampak lemah, kurus, kesehatan
makin mundur tampak pucat, sering dijumpai jari tabuh, dada datar sampai
mencekung dibagian yang sakit, disertai tanda-tanda cairan pleura. Bila
timbul fibrotoraks, maka pada palpasi dan foto tokraks PA gtampak trakea
dan jantung tertarik ke sisi yang sakit. Tanda fisik : ditemukan tanda-tanda
cairan pleura.1
Penyebab empiema kronik:5
Inflamasi Tuberkulosis paru
Infeksi jamur paru
Kista paru terinfeksi
Fistel bronkopleura
Perforasi esofagus
May 9, 2015 [EMPIEMA]
Abses subfrenik
Cedera Luka tembus
Infeksi hematoraks
Iatrogenik Infeksi pasca fungsi
Infeksi pada pengaliran
tertutup
Infeksi rorakotomi/
torakoskopi
Benda asing di bronkus
Karsinoma paru
Penyaliran empiema akut yang
tidak terkendali
2.6. Diagnosis
Diagnosis efusi pleura ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan radiologi thoraks, pemeriksaan bakteri tahan asam sputum,
cairan pleura dan jaringan pleura, uji tuberkulin, biopsi pleura dan analisis cairan
pleura. Diagnosis dapat juga ditegakkan berdasarkan PCR cairan pleura. Hasil
darah perifer tidak bermanfaat, kebanyakan pasien tidak mengalami lekositosis.
Sekitar 20% kasus efusi pleura menunjukkan gambaran infiltrat pada foto thorak.6
Kelainan yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik sangat tergantung pada
banyaknya penumpukan cairan pleura yang terjadi. Pada inspeksi dada bisa dilihat
kelainan berupa bentuk dada yang tidak simetris, penonjolan pada dada yang terlibat, sela
iga melebar, pergerakan tertinggal pada dada yang terlibat. Pada palpasi stem fremitus
melemah sampai menghilang, perkusi dijumpai redup pada daerah yang terlibat, dari
auskultasi akan dijumpai suara pernafasan vesikuler melemah sampai menghilang, suara
gesekan pleura.6
May 9, 2015 [EMPIEMA]
2.6.1. Radiologi
Gambaran empiema pada pemeriksaan radiologi adalah:1
1. Terdapat tanda-tanda cairan dengan atau tanpa kelainan paru yang jelas.
2. Bila tampak air fluid level, berarti disitu terdapat juga udara.
Adanya udara ini disebabkan oleh:
a. Udara masuk waktu dilakukan torasentesis.
b. Udara masuk melalui fistel bronkopleura.
3. Bila terjaid fibrosis, trakea/ mediastinum tertarik ke sisi yang sakit dan
tampak penebalan pleura.
4. Kantong empiema (pocketed empiema) dapat terbatas di satu tempat.
2.6.2. Bronkoskopi
Tindakan bronkoskopi dilakukan pada keadaan seperti dibawah ini:1
1. Untuk menentukan tumor atau benda asing intra ronkial
2. Untuk menentukan fistel bronkopleura, dibuktikan dengan penuntikan
beberapa cc methylen blue ke dalam rongga pleura. Dengan bronkoskopi
dapat dilihat dari lobus mana yang sekretnya berwarna biru.
2.6.3. Analisis Cairan Pleura
Analisis cairan pleura ini bermanfaat dalam menegakkan diagnosis efusi
pleura TB. Sering kadar protein cairan pleura ini meningkat >5 g/dl. Pada pasien
kebanyakan hitung jenis sel darah putih cairan pleura mengandung limfosit
>50%. Pada sebuah penelitian dengan 254 pasien dengan efusi pleura TB, hanya
17 (6,7%) yang mengandung limfosit <50% pada cairan pleuranya. Pada pasien
dengan gejala <2 minggu, hitung jenis sel darah putih menunjukkan PMN lebih
banyak. Pada torakosentesis serial yang dilakukan, hitung jenis lekosit ini
menunjukkan adanya perubahan ke limfosit yang menonjol. Pada efusi pleura TB
kadar LDH cairan pleura >200 U, kadar glukosa sering menurun.6
May 9, 2015 [EMPIEMA]
Analisis kimia lain memberi nilai yang terbatas dalam menegakkan
diagnostik efusi pleura TB. Pada penelitian-penelitian dahulu dijumpai kadar
glukosa cairan pleura yang menurun, namun pada penelitian baru-baru ini
menunjukkan kebanyakan pasien dengan efusi pleura TB mempunyai kadar
glukosa diatas 60 mg/dl. Kadar pH cairan pleura yang rendah dapat kita curigai
suatu efusi pleura TB. Kadar CRP cairan pleura lebih tinggi pada efusi pleura TB
dibandingkan dengan efusi pleura eksudatif lainnya.2,6
Tabel 1. Perbedaan Transudat dan Eksudat.2,6
PARAMETER TRANSUDAT EKSUDAT
Warna Jernih Jernih, keruh, berdarah
Berat jenis < 1,016 > 1,016
Jumlah sel Sedikit Banyak (> 500 sel/mm2)
Jenis sel PMN < 50% PMN > 50%
Rivalta Negatif Positif
Glukosa 60 mg/dl (=GD plasma) 60 mg/dl (bervariasi)
Protein < 2,5 g/dl > 2,5 g/dl
Rasio protein T-E/plasma < 0,5 > 0,5
LDH < 200 IU/dl > 200 IU/dl
Rasio LDH T-E/plasma < 0,6 > 0,6
2.6.4. Diagnosis pasti
Didapatkan nanah yang berasal dari rongga pleura melalui aspirasi,
drainase dan lain-lain. Dari nanah tersebut dicari kuman penyebab dan untuk
nenentukan jenis serta kepekaan terhadap antibiotik dilakuakn kultur.1
2.7. Diagnosis Banding
May 9, 2015 [EMPIEMA]
1. Efusi Pleura
2. Schwarte
2.8. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatanb empiema:1
1. Pengososngan rongga pleura
2. Pemberian antibiotika yang sesuai
3. Penutupan rongga empiema
4. Pengobatan kausal
5. Pengobatan tambahan
1. Pengosongan rongga pleura
Prinsip ini seperti yang dilakukan pada abses dengan tujuan mencegah
efek toksis dengan cara memebersihkan rongga pleura dari nanah dan
jaringan-jaringan yang mati.
Pengosongan rongga pleura dikerjakan dengan:
a. Closed drainage =tube thoracostomy = water sealed drainage-
WSD : (lihat WSD pada pneumotoraks)
Indikasi:
Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu
Terjadi piopneumotoraks
Pengeluaran nanah melalui WSD dapat dibantyu dengan
melakukan pengisapan bertekanan negatif sebesar 10-20 cm
H2O. Jika pengisapan telah berjalan 2-4 minggu, tetapi
tidak menunjukan kemajuan, maka harus ditempuh cara
lain, seperti pada empiema kronis.
b. Dranase terbuka
Karena drainase ini menggunakan kateter toraks yang besar maka
diperlukan pemotongan tolang iga. Drainase terbuka ini dikerjakan
May 9, 2015 [EMPIEMA]
pada empiema menahun karena pengobatan yang diberikan
terlambat, pengobatan tidak adekuat atau mungkin sebab lain yaitu
drainase yang kurang bersih
2. Antibiotik
Mengingat kematian utama empiema karena terjadinya sepsis maka
antibiotika memegang peranan penting. Natibiotika harus segera diberikan
begitu diagnosis telah ditegakan dan dosis harus adekuat. Pemilihan
antibiotika didasarkan pada hasil pengecatan gram dari hapusan nanah.
Pengobatan selanjutnya tergantung dari hasil kulktur dan uji kepekaan.
Antibiotik dapat diberikan secara sitematik atau topikal.
3. Penutupan rongga empiema
Pada empiema menahun,sring kali rongga empiema tidak menutup karena
penebalan dan kekakuan pleura. Bila hal ini terjadi, maka dilakukan
pembedahan yaitu:
a. Dekortikasi
Tindakan ini termasuk operasi besar yaitu : mengelupasa jaringan
pleura yang menebal. Indikasi dekortikasi ialah:
Drainase tidak berjalan baik, karena banyak kantung-
kantung yang berisi nanah
Letak empiema sukar dicapai oleh drain
Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura
viseralis (peel sangat tebal)
b. Torakoplasti
Tindakan ini dilakukan apabila empiema tidak dapat sembuh
karena adanya fistel bronkopleura atau tak mungkin dilakukan
dekortikasi. Pada kasus ini, pembedahan dilakukan dengan
memotong iga subperiosteal dengan tujuan supaya dinding torak
dapat jatuh ke dalam rongga pleura akibat tekanan udara luar
4. Pengobatan kausal
Pengobatan kausal ditujukan pada penyakit-penyakit yang menyebabakan
terjadinya empiema misalnya abses subfrenik. Apabila dijumpai abses
May 9, 2015 [EMPIEMA]
subfrenik, maka harus dilakukan drainase subdiafragma. Selaiun itu masih
perlu diberikan pengobatan spesifik untuk amubiasis tuberkulosis,
aktinomikosis dan sebagainya.
5. Pengobatan tambahan
Pengobatan ini meliputi perbaikan keadaan umum serta fisioterapi untuk
membebaskan jalan napas dari sekret (nanah), latihan gerakan untuk
mengurangi terjadinya cacat tubuh (deformitas).
2.9. Prognosis
Progmosis empiema dipengaruhi oleh umur penyakit penyerta penyakit
dasarnya dan pengobatan yang adekuat. Angaka kematian meningakat pada usia
tua atau penyakit yang berat dan karena terlambat memberikan pengobatan.1
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Empiema adalah keadaan dimana terdapatnya nanah atau pus yang berada
di dalam rongga pleura, yang normalnya rongga pleura berisikan cairan yang
May 9, 2015 [EMPIEMA]
berfungsi untuk mencegah melekatnya pleura viseralis dan parietal, sehingga
gerakan paru dapat berjalan dengan mulus. Penyebab dari empiema bisa berasal
dari infeksi dari paru ataupun dari luar paru.untuk menegakan diagnosis empiema
bisa dilakukan dari pemeriksaan fisik, gambaran radiologis, bronkoskopi, analisis
cairan pleura. Terapi yang dilakukan untuk kasus empiema terdiri dari adalah
pengosongan rongga pleura, pemberian antibiotika yang sesuai, penutupan rongga
empiema, pengobatan kausal, pengobatan tambahan.
DAFTAR RUJUKAN
1. Alsagaff, Hood. Penyakit Pleura in Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Airlangga University Press, Surabaya, 2009, (155-61)
May 9, 2015 [EMPIEMA]
2. Hanley, Michael E. Current Diagnosis & Treatment in Pulmonary
Medicine. Mc Graw Hill, Singapore, 2004, (233)
3. Ansori I, Soedarsono. Seorang Penderita Fistel Empiema Torak Dengan
Colostomy Bag in Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 6, Aceh , 2006
4. Djojodibroto, R darmanto. Penyakit Pleura in Respirology (respiratory
medicine). EGC. Jakarta, 2009, 172
5. De jong, Sjamsuhidajat, empiema in Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC, Jakarta,
2009, (510-11)
6. Halim H. Penyakit-Penyakit Pleura in Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna
publing, Jakarta, 2014 (1630-39)