22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu dari sekian banyak masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Hampir semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga formalin. Rokok adalah produk yang berbahaya dan adiktif yang berisi 4000 bahan kimia dimana 68 diantaranya karsinogenik. Zat berbahaya dalam rokok antara lain tar, karbonmonoksida, sianida, arsen, formalin, dan nitrosamine. Melihat banyaknya zat kima berbahaya yang terkandung dalam rokok, maka tidaklah aneh apabila banyak dampak negative dari rokok yang timbul pada manusia. Dampak jangka pendek yang timbul akibat merokok adalah batuk – batuk, mudah lelah, nafas pendek, serta kurangnya kemampuan mencium bau dan mengecap rasa. Sedangkan dampak jangka panjang yang dapat terjadi adalah kanker (bibir, lidah, kerongkongan dan paru – paru), gangguan pernafasan, TBC, jantung, 1

BAB I-III

  • Upload
    drei

  • View
    6

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

public healt

Citation preview

Page 1: BAB I-III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan salah satu dari sekian banyak masalah kesehatan

masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian.

Hampir semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok

mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin yang

bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga formalin. Rokok

adalah produk yang berbahaya dan adiktif yang berisi 4000 bahan kimia dimana

68 diantaranya karsinogenik. Zat berbahaya dalam rokok antara lain tar,

karbonmonoksida, sianida, arsen, formalin, dan nitrosamine. Melihat banyaknya

zat kima berbahaya yang terkandung dalam rokok, maka tidaklah aneh apabila

banyak dampak negative dari rokok yang timbul pada manusia. Dampak jangka

pendek yang timbul akibat merokok adalah batuk – batuk, mudah lelah, nafas

pendek, serta kurangnya kemampuan mencium bau dan mengecap rasa.

Sedangkan dampak jangka panjang yang dapat terjadi adalah kanker (bibir, lidah,

kerongkongan dan paru – paru), gangguan pernafasan, TBC, jantung, hipertensi,

osteoporosis, gangguan ginjal, gangguan kesuburan, kulit keriput dan laim – lain.1

Laporan WHO tahun 2013 menyebutkan sekitar 1,3 Milyar penduduk dunia

adalah perokok.1 WHO sebenarnya telah menyusun strategi pengendalian dalam

mengatasi masalah terkait rokok. Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang

merokok. Tindakan merokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang dapat

berujung pada kematian. Hal ini terjadi pada sekitar 6 juta orang per tahun. Lebih

dari 5 juta kematian terjadi pada perokok aktif dan lebih dari 6 ratus terjadi pada

perokok pasif. Merokok menjadi faktor resiko kematian paling tinggi di China. Di

Indonesia kematian 20% penduduk laki – laki dan 12% penduduk wanita akibat

penyakit terkait rokok.2

1

Page 2: BAB I-III

Konsumsi rokok di Indonesia menempati peringkat 4 di dunia dan peringkat

2 di Asia. Indonesia menempati peringkat 4 setelah China, Amerika Serikat, dan

Rusia. Prevalensi perokok di Indonesia adalah 57,2% pada laki – laki dan 5,1%

pada perempuan.2

Menurut riset kesehatan dasar tahun 2013, perilaku merokok penduduk 15

tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari tahun 2007 ke 2013 bahkan

cenderung meningkat dari 34,2 persen tahun 2007 menjadi 36,3 persen tahun

2013. 64% laki – laki dan 2,1% perempuan masih menghisap rokok pada tahun

2013. Ditemukan 1,4% perokok umur 10-14 tahun, 9,9% perokok pada kelompok

tidak bekerja, dan 32,2% pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah.

Sedangkan rata – rata jumlah rokok yang dihisap adalah sekitar 12,3 batang,

bervariasi dari yang terendah 10 batang di DI Yogyakarta dan tertinggi di Bangka

Belitung yaitu 18,3 batang.3

Produksi tembakau di Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan

yang signifikan. Tercatat 300 juta milyar batang rokok diproduksi pada tahun

2011 atau mengkat sebesar 30 milyar batang dari tahun 2010 yaitu 270 milyar

batang. Indonesia belum mengakses Framework Convertion On Tobacco Control

(FCTC). Pengendalian tembakau di Indonesia mengalami perdepatan yang

panjang, mulai dari hak asasi seorang perokok, fatwa haram merokok di tempat

umum sampai pada dampak antirokok terhadap perekonomian dan tenaga kerja di

Indonesia.4

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami

tentang strategi klinik perubahan perilaku merokok seseorang dengan cara

mendirikan klinik berhenti merokok. Dan untuk memenuhi persyaratan dalam

mengikuti kegiatan Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara.

2

Page 3: BAB I-III

1.3. Manfaat penulisan

Beberapa manfaat yang terdapat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk lebih memahami mengenai strategi klinik perubahan prilaku merokok

seseorang dengan cara mendirikan klinik berhenti merokok.

2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan untuk pembaca mengenai perubahan

prilaku merokok dengan mendirikan klinik berhenti merokok.

3

Page 4: BAB I-III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari

tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau

sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Salah satu argumen tentang konsumsi tembakau adalah bahwa perokok

sendirilah yang membuat keputusan untuk membeli rokok berdasarkan

pengetahuan yang cukup yang telah dimilikinya. Argumen ini didasarkan pada

teori ekonomi yang mengatakan bahwa konsumen mempunyai hak tentang

bagaimana membelanjakan uangnya atas dasar pengetahuan tentang biaya dan

manfaat yang akan diperoleh dari pembelian tersebut dan bahwa konsumen

sendirilah yang akan menanggung beban akibat pembeliannya. Kedua asumsi ini

tidak berlaku bagi konsumen produk tembakau dan berbeda dalam tiga hal dengan

produk konsumen lainnya.

Konsumen tidak sepenuhnya sadar akan resiko penyakit dan

kematian dini akibat keputusannya membeli rokok tembakau. Ini merupakan

biaya terbesar yang harus dibayar. Beberapa faktor penyebab, antara lain karena

tenggang waktu 20 – 25 tahun sejak orang mulai merokok dan timbulnya gejala

penyakit.

Sebagian besar perokok pemula adalah remaja yang belum

mempunyai kemampuan untuk menilai dengan benar informasi dampak merokok.

Tidak kalah pentingnya adalah kecenderungan perokok pemula untuk

menyepelekan biaya yang kelak akan ditanggung akibat adikasi nikotin. Mereka

menganggap bahwa biaya tersebut disebabkan karena kelemahan perokok dewasa

untuk memutuskan berhenti merokok ketika masih remaja. Mereka tidak

menyadari efek adiktif nikotin yang sangat kuat yang akan mengikat dan

menyebabkan orang sulit berhenti merokok.

4

Page 5: BAB I-III

Orang lain menanggung beban akibat pembelian dan konsumsi rokok oleh

perokok. Disamping dampak fisik dan ekonomi pada bukan perokok, dampak

ekonomi yang harus ditanggung oleh keluarga perokok adalah biaya rutin yang

haruys dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan adiksinya dan biaya sakit akibat

merokok. Pada keluarga miskin, beban ekonomi ini dilakukan dengan

mengalihkan pengeluaran makanan, pendidikan dan kesehatan untuk membeli

rokok. Beban tidak langsung pada keluarga miskin adalah hilangnya produktifitas

pencari nafkah utama karena sakit atau kematian dini yang berdampak pada

turunnya pendapatan keluarga.5

2.2 Perilaku dan Alasan Orang Merokok

Berbagai alasan yang dapat mendorong seseorang untuk merokok. Hal ini

harus dipahami oleh dokter dan juga orang yang akan menjalani program berhenti

merokok. Alasan yang berperan secara berbeda pada masyarakat yang berbeda

adalah sebagai berikut :

- Seseorang khawatir tidak diterima di lingkungannya kalau ia tidak merokok. Ini

bisa dilihat pada kalangan remaja.

- Ingin tahu. Rasa ingi tahu yang besar sangat mendorong seseorang untuk

merokok.

- Untuk kesenangan

- Mengatasi ketegangan. Ini merupakan alasan yang paling sering dikemukakan

dan sama seringnya untuk laki – laki dan perempuan, baik yang muda ataupun

yang lebih tua

- Demi pergaulan

- Tradisi. Ini berlaku untuk etnis tertentu.

Berbagai alasan itu kemudian mendorong seseorang untuk merokok dan

didukung dengan dukungan contohnya dari orangtua, iklan rokok, ketidak tahuan

5

Page 6: BAB I-III

akan bahaya merokok untuk kesehatan, harga rokok yang masih terjangkau, dan

tidak adanya kebijakan publik yang membatasi kebebasan merokok.5

Hasil penelitian Aditya Tarupay tahun 2013 menyimpulkan bahwa proses

seseorang merokok memang awalnya dari coba – coba dengan tahap sembunyi –

sembunyi maupun bergabung dengan teman sebaya yang sudah mulai merokok

terlebih dahulu. Teman memiliki andil yang cukup besar dan turut andil dalam

membantu mendapatkan rokok dengan cara menawarkan rokok. Wawancara

yang dilakukan peneliti dengan menanyakan pengaruh iklan terhadap keputusan

merokok dan melanjutkan merokok juga memiliki hasil yang kuat. Iklan rokok

secara tidak langsung melaui reklame rokok yang banyak terdapat dijalan,

kegiatan yang diseponsori rokok, pemberian sampel, dan iklan komersil rokok di

film. Keluarga juga mempengaruhi seseorang untuk merokok dengan cara

kurangnya pengawasan dari orang tua sehingga seseorang merasa bebas merokok.

Pengetahuan yang masih kurang tentang kandungan rokok dan bahaya rokok bagi

kesehatan masih terbatas pada informasi umum tentang rokok.1

Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang yang sangat

merugikan baik untuk diri sendiri maupun orang – orang disekelilingnya. Perilaku

selain disebabkan faktor – faktor dari dalam diri juga disebabkan oleh faktor

lingkungan. Faktor – faktor individual dapat berupa krisis psikologis yang terjadi

dalam diri individu tersebut, munculnya kondisi kebingungan pada remaja tahap

usia 15 – 18 tahun yang menyebabkan mereka menjadi lebih mudah terjerumus

pada prilaku menyimpang merokok, atau pengaruh emosi yang menyebabkan

seorang individu mencari relaksasi karena merokok dianggap dapat memudahkan

berkonsentrasi, memperoleh pengalaman yang menyenangkan, dan mengurangi

ketegangan dan stres.6

Ada 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu :

1. Tahap Preparatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang

menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau

dari hasil bacaan. Hal – hal ini menumbulkan minat untuk merokok.

6

Page 7: BAB I-III

2. Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang

akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.

3. Tahap Becoming a smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok

sebanyak 4 batang perhari maka mempunyai kecenderungan menjadi

perokok.

4. Tahap Maintenance of smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah

satu bagian dari cara pengaturan diri. Merokok dilakukan untuk

memperoleh efek fisiologi yang menyenangkan.7

Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku merokok

tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang

“fenomenal”. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi

jumlah perokok buakn semakin menurun tetapi semakin meningkat dan usia

merokok semakin bertambah muda.

Disisi lain, saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala – gejala yang

mungkin terjadi adalah batuk – batuk, lidah terasa getir dan perut mual. Namun

demikian, sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut,

biasanya berlanjut menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantungan.

Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan

psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep ketergantungan rokok. Artinya,

perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi

aktifitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan nikotin adalah adiktif, jika

dihentikan secara tiba – tiba dapat menimbulkan stress.7

Informasi perilaku penggunaan tembakau dalan Riskesdes tahun 2013

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu perilaku merokok dan perilaku penggunaan

tembakau dengan mengunyah. Hal tersebut dikarenakan efek samping yang

ditimbulkan akibat merokok dan dengan metode mengunyah tembakau berbeda.

Perokok hispa menimbulkan polusi pada perokok pasif dan lingkungan sekitarnya,

sedangkan mengunyah tembakau hanya berdampak pada dirinya sendiri.7

7

Page 8: BAB I-III

Menurut survei rata – rata proporsi perokok saat ini di Indonesia adalah

29,3%. Proporsi perokok saat ini terbanyak di Kepulauan Riau dengan perokok

setiap hari 27,2% dan kadang – kadang merokok 3,5%. Proporsi terbanyak

perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4%, umur 35-39 tahun

32,2%, sedangkan proporsi perokok setiap hari pada laki – laki lebih banyak

dibandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%). Berdasarkan jenis

pekerjaan petani/nelayan/buruh adalah proporsi perokok aktif setiap hari yang

terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya. Proporsi perokok

setiap hari tampak cenderung menurun pada kuintil indeks kepemilikan yang lebih

tinggi.3

2.3 Program dan Strategi berhenti Merokok

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita – cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam kaitan pencapaian tujuan bidang

kesehatan, konsumsi rokok merupakan epidemi yang mengancam kelangsungan

generasi di Indonesia. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun

ketahun. Perokok mempunyai resiko lebih tinggi 2-3 kali lipat untuk terkena

penyakit jantung koroner dari pada penyakit kanker paru. Menurut penelitian

Ratnawulan tahun 2015, Penyakit jantung koroner adalah penyakit dengan angka

mortalitas yang tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang.

Kebiasaan dan rutinitas yang merugikan memiliki kekuatan untuk merusak

kesehatan seseorang seperti kebiasaan merokok yang merupakan contoh

kebiasaan untuk memudahkan seseorang terkena penyakit kardiovaskular. Pada

penelitiannya yang menggunakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan

potong lintang/cross-sectional, Ratna menilai perilaku merokok berdasarkan lama

merokok, tipe merokok, dan jenis rokok. Dari hasil penelitiannya menunjukan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dan kejadian

8

Page 9: BAB I-III

penyakit jantung koroner berdasarkan lama merokok (P=0,010), tipe perokok

(P=0,014) dan jenis rokok yang dihisap (P=0,001). Dengan kesimpulan adalah

terdapatnya hubungan yang signifikan antara lama merokok, tipe merokok dan

jenis rokok yang dihisap dengan kejadian penyakit jantung koroner.8 Konsumsi

rokok membunuh satu orang setiap 10 detik. Konsumsi rokok di Indonesia telah

sampai pada situasi yang mengkhawatirkan. Dampak yang ditimbulkan tridak

hanya merugikan kesehatan perokok dan orang lain yang terpapar asap rokok,

tetapi mengancam ekonomi keluarga masyarakat miskin.

Oleh sebab itu, upaya pengendalian dampak konsumsi rokok di Indonesia

harus dilaksanakan secara komprehensif sebagai tanggung jawab bersama antara

pemerintah dan masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat yang setinggi

– tingginya dapat terwujud. Untuk itu, perlu dibuat kebijakan pengendalian

dampak konsumsi rokok dalam bentuk peta jalan Pengendalian Dampak

Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan yang menjadi acuan bersama dalam penyusunan

dan pengembangan program dan kegiatan upaya pengendalian dampak konsumsi

rokok oleh semua pemangku kepentingan.

Upaya pengendalian dampak konsumsi rokok bagi kesehatan di Indonesia,

saat ini memiliki kekuatan berupa Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan

Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan

serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman

Peringatan Kesehatan Dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk

Tembakau. Selain itu kebijakan dalam penyediaan dana bagi pengendalian

tembakau yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007

tentang Cukai dan pengaturan pajak rokok yang tertuang dalam Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, juga

merupakan kekuatan yang dimiliki pemerintah.

9

Page 10: BAB I-III

2.4 Klinik Berhenti Merokok

Klinik berhenti merokok adalah salah satu program pemerintah yang dibuat

sebagai upaya untuk membantu perokok untuk berhenti merokok. Klinik berhenti

merokok biasanya melakukan pelatihan bagi petugas puskesmas dan

penyelenggaraan layanan klinik berhenti merokok dengan pendekatan konseling.

Menurut penelitian Dewi Susanti di kabupaten Purwakarta, Klinik berhenti

merokok telah didirikan sejak bulan juli tahun 2010 sebanyak 5 klinik yang

bertempat di puskesmas. Ini sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Purwakarta No : 944/235/Promkes, tentang Penetapan Puskesmas

Dengan Klinik Berhenti Merokok di Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten

Purwakarta Tahun 2010. Upaya pendirian Klinik Berhenti Merokok ini bertujuan

untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat merokok dengan

cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat, menurunkan angka

perokok, dan mencegah perokok pemula. Tim Klinik Berbenti Merokok terdiri

dari dokter umum, petugas Promosi Kesehatan, perawat, dan bidan.10

Pendirian Klinik Berhenti Merokok didasari oleh berbagai aspek

pendukung, seperti :

- Pembiayaan/Anggaran. Ini merupakan satu instrumen penting di dalam

manajemen suatu program karena merupakan bagian dari fungsi

manajemen.

- Perencanaan. Perencanaan merupakan suatu proses diagnosis penyebab

masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada

untuk mencapai tujuan.

- Sosialisasi tentang keberadaan KBM. Sosialisasi bisa dilakukan kapan dan

dimana saja. Media promosi kesehatan dapat digunakan juga sebagai alat

untuk melakukan sosialisasi, karena dapat mempermudah penyampaian

informasi kepada sasaran. Media yang digunakan berupa media cetak seperti

leafleat, poster, dan brosur yang disebarkan ke masyarakat.

- Pembagian tugas pokok dan fungsi pelaksana di KBM harus jelas.

10

Page 11: BAB I-III

- Harus adanya koordinasi yang baik antara dinas kesehatan dengan

puskesmas, koordinasi antara petugas KBM di puskesmas, dan koordinasi

antara dinas kesehatan maupun puskesmas dengan lintas sektor yang terkait

dengan program KBM. Koordinasi dengan sektor lain selain sektor

kesehatan sangat perlu karena masalah kesehatan merupakan dampak dari

semua sektor sektor pembangunan. Pertimbangan lain perlunya keterlibatan

sektor lain dalam pembangunan kesehatan adalah bahwa kesehatan itu

sesuatu yang kompleks, yang dipengaruhi oleh banyak faktor, yakni faktor

internal dan eksternal. Faktor internal yang menentukan kesehatan

seseorang atau masyarakat adalah perilaku dan herediter, sedangkan faktor

eksternal adalah lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik seperti

sosial, budaya, ekonomi, politik.

- Sarana dan Prasarana khusus yang disediakan untuk menunjang kelancaran

pelaksanaan kegiatan KBM di puskesmas harus jelas. Seperti , alat – alat,

tempat atau ruangan khusus, serta obat – obatan harus tersedia.

- Evaluasi. Evaluasi perlu untuk mengetahui apakah program yang sudah

dilakukan telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pada fase evaluasi

dilihat apakah perencanaan dan implementasi yang telah dilakukan dapat

dilanjutkan, selain itu evaluasi diperlukan sebagai alat bantu untuk membuat

perencanaan selanjutnya.10

Tahapan – tahapan yang harus dilakukan saat berada di Klinik Berhenti

Merokok, yaitu:

- Mengisi Identitas

- Mengisi Data Konseling

- Melakukan Konseling. Metode konseling yang telah dikembangkan yaitu

Quit Tobacco Indonesia. Metode tersebunt langkah – langkahnya :

o Ask (menggali tanda – tanda vital selain pengukuran atau

pemeriksaan fisik), misalnya status rokok, riwayat rokok,

keinginan berhenti merokok.

11

Page 12: BAB I-III

o Advise (menasehati perokok agar berhenti dengan pendekatan

personal). Nasehat ini harus jelas, sungguh – sungguh diucapkan

dan diungkapkan secara pribadi

o Assess (menentukan keinginan untuk berhenti, sehingga berhentu

merokok dapat terwujud)

o Assist (membantu pasien pada saat berhenti) dengan cara

membantu pasien dengan rencana berhenti, membuat pemecahan

masalah, membuat dorongan sosial sebagai bagian dari

pengobatan, merekomendasikan penggunaan obat – obat yang

dianggap dapat membantu berhenti merokok, dan memberikan

materi tambahan yang diperlukan.

o Arrange (merancang tindak lanjut), yaitu mendorong pasien untuk

melakukan pertemuan tindak lanjut, menggali gejala pemutusan

ketagihan, menggali dukungan dan hambatan dan mempertahankan

status berhenti merokok.11

- Melakukan sesi tanya jawab

- Menjadwalkan kunjungan berikutnya

- Mengambil obat

12

Page 13: BAB I-III

BAB III

KESIMPULAN

Merokok merupakan salah satu dari sekian banyak masalah kesehatan

masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian.

Berbagai alasan dapat mendorong seseorang untuk merokok. Bahkan perilaku

merokok ini sebagian besar dipengaruhi oleh faktor lingkunga. Perilaku merokok

sebenarnya tidak hanya merugikan perokoknya sendiri, tapi juga merugikan orang

lain disekitarnya sehingga pemerintah membuat peraturan untuk pengendalian

dampak konsumsi rokok dan juga program dan strategi berhenti merokok dengan

mendirikan klinik berhenti merokok di beberapa tempat.

Klinik berhenti merokok ini merupakan program pemerintah dalam

membantu perokok untuk berhenti merokok. Klinik berhenti merokok ini didasari

berbagai aspek pendukung seperti : pembiayaan, perencanaan, sosialisasi tentang

keberadaan KBM, pembagian tugas pokok dan fungsi pelaksana di KBM,

koordinasi yang baik, sarana dan prasarana khusus, serta evaluasi.

13

Page 14: BAB I-III

DAFTAR PUSTAKA

1. Tarupay.A., Ibnu.I.F., Rachman.W.A. Perilaku merokok mahasiswi di

kota makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unhas. 2013

2. Zaenabu.L. Hubungan antara pengetahuan tentang bahaya rokok

dengan tindakan merokok pada siswa SMA N 8. Surakarta. 2014

3. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan penelitian dan pengembangan

kesehatan kementerian kesehatan RI. Tentang Penggunaan Tembakau

4. Supriyadi.A. Kawasan tanpa rokok sebagai perlindungan masyarakat

terhadap paparan asap rokok untuk mencegah penyakit terkait rokok.

Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Dian Nuswantoro.

Semarang. 2014

5. Djanun.S.Z. Program berhenti merokok. Departemen Farmakologi dan

terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008

6. Astuti.K. Gambaran perilaku merokok pada remaja dikabupaten bantul.

Fakultas psikologi universitas mercu buana. Yogyakarta. 2012

7. Komalasari.D. Faktor – faktor penyebab perilaku merokok pada remaja.

Universitas Islam Indonesia

8. Afriyanti.R. Hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian

penyakit jantung koroner. Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi. Manado.

2015

9. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013.[ internet] 2013 [diakses

pada 22 agustus 2015] diperoleh dari

http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/78_PMK%20No.%2040%20ttg

%20Roadmap%20Pengendalian%20Rokok%20(1).pdf

10. Susanti.D. Evaluasi hambatan penyelenggaraan klinik berhenti merokok

di Kabupaten Purwakarta. 2010

14

Page 15: BAB I-III

11. Rahayu.R.N.B. Pengaruh metode 5As terhadap sikap merokok. Program

Studi Kedokteran Keluarga. Universitas Debelas Maret. Surakarta. 2010

15