Upload
imas-adelia-al-burdah
View
8
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Depresi dan mania
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruh
seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Menurut Stuart (2006), alam
perasaan adalah perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi seluruh
kepribadian dan fungsi kehifupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh
sindroma depresif sebagian atau total dan ditandai engan kehilangan minat terhadap
aktivitas sehari-hari.
Gangguan alam perasaan depresi dapat disebabkan karena ketidakseimbangan
elektrolit yaitu, natrium dan kalium di dalam neuron (gibbsons, 1960) di kutip dari
Townsend, M.C 1995). Neurotransmitter yang ada di system syaraf pusat dan perifer
juga memiliki implikasi pada psikiatrik. Transmisi monoamin seperti neropinefrin,
dopamine dan serotonin berimplikasi pada etiologi gangguan emosi tertentu seperti
gangguan alam perasaan: depresi dan mania. Norepinefrin dan dopamine mempunyai
implikasi menurunkan derajat depresi dan meningkatkan derajat mania sedangkan
serotonin memiliki implikasi menurunkan kadar depresi (Suliswati,2005).
Dari penjelasan di atas penting untuk kita ketahui mengenai terjadinya mania oleh
karena mania memiliki psikopatologi yang tidak jauh berbeda dengan depresi, sehingga
berdasarkan uraian-uraian di atas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep
dasar asuhan keperawatan dengan gangguan alam perasaan (mania) untuk menunjang
pembelajaran pada sistem neurobehavior II yang akan berguna dalam melakukan asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari gangguan alam perasaan dan depresi ?
2. Apa gangguan alam perasaan dan depresi ?
3. Apa tanda dan gejala dari gangguan alam perasaan ?
4. Bagaimana Patofisiologi dari gangguan alam perasaan?
5. Apa saja rentang respon emosional dari gangguan alam perasaan?
6. Bagaimana perilaku mekanisme koping dari gangguan alam perasaan?
7. Apa perbedaan depresi dan mania ?
1
8. Apa saja terapi pada depresi?
9. Apa saja pengobatan medikamentosa pada pasien depresi?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari gangguan alam perasaan?
1.4 Tujuan
Tujuan Umum
Setelah mengikuti seminar tentang gangguan alam perasaan ini peserta diharapkan
mampu untuk mengetahui, melaksanakan dan memahami gangguan alam perasaan
beserta asuhan keperawatannya
Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dari gangguan alam perasaan dan depresi ?
2. Mengetahui etilogi gangguan alam perasaan dan depresi ?
3. Mengetahui tanda dan gejala dari gangguan alam perasaan ?
4. Mengetahui Patofisiologi dari gangguan alam perasaan?
5. Mengetahui rentang respon emosional dari gangguan alam perasaan?
6. Mengetahui perilaku mekanisme koping dari gangguan alam perasaan?
7. Mengetahui perbedaan depresi dan mania ?
8. Mengetahui terapi pada depresi?
9. Mengetahui pengobatan medikamentosa pada pasien depresi?
10. Mengetahui Asuhan Keperawatan dari gangguan alam perasaan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LAPORAN PENDAHULUAN
2.1.1 Pengertian
Gangguan alam perasaan adalah gangguan afek ( suasana hati) dengan manifestasi
gejala-gejala mania dan depresi. seseorang dengan gangguan alam perasaan biasanya
akan didapat suatu keadaan sedih, ketakutan, putus asa, gembira berlebihan dan khawatir
(Keliat B.A. 1999)
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
kegembiraan yang berlebihan, arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan
motorik meningkat, sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar. (Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa, DEPKES).
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang di tandai dengan adanya alam
perasaan yang meluas, meningkat, bersemangat atau mudah tersinggung. Respon ini
dapat di tunjukkan dengan prilaku hiperaktif, banyak bicara, tertawa berlebihan dan
penyimpangan.( Rachmawati N. 2002).
Depresi dapat disebut melankolis adalah suatu keadaan dan berduka yang
berkepanjangan atau abnormal. ( Rachmawati N. 2002).
Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat
minggu, yang disertai perilaku dari perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas,
sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada belebihan, pesimis,
merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR, 2000 dalam
Videback, 2008, hal.388)
2.1.2 Etiologi
a. Kekecewaan
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi
jengkel tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat khusus jika cinta untuk diri
sendiri lebih besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan
terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu
direnungkan terus-menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
3
b. Kurang Rasa Harga Diri
Ciri-ciri universal yang lain dari orang yang depresi adalah kurangnya rasa harga
diri sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih-lebihkan menjadi ekstrim,
karena harapan-harapan yang realistis membuat dia tak mampu merestor dirinya
sendiri hal ini memang benar khususnya pada individu yang ingin segalanya
sempurna yang tak pernah puas dengan prestasi yang dicapainya
c. Perbandingan yang tidak adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai
lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi
mungkin terjadi
d. Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organik contoh individu
yang mempunyai penyakit kronis seperti ca. mamae, DM dengan luka gangren,
morbus hansen dapat menyebabkan depresi.
e. Aktivitas Mental yang Berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.
f. Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak
terpenuhi maka terjadilah depresi.
2.1.3 Tanda dan Gejala
a. Mania
Tanda dan gejala dengan mania (Stuart & Sundeen, 1995)
a. Afektif : gambaran berlebihan, peningkatan harga diri, tidak tahan
kritik.
b. Kognitif : ambisi mudah terpengaruh, mudah beralih perhatian, waham
kebosanan, flight or idea.
c. Fisik : gangguan tidur, nutrisi tidak adekuat, peningkatan aktivitas,
dehidrasi.
d. Tingkah laku : agresif, aktivitas motorik meningkat, kurang perawatan, seks
berlebihan dan bicara bertele-tele
4
b. Depresi
Tanda dan gejala dengan depresi (Stuart & Sundeen, 1995)
2.1.4
Patopsikologi
Alam perasaan adalah kekuatan / perasaan hati yang mempengaruhi seseorang
dalam jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada dalam afek yang tidak
stabil tapi tidak berarti orang tersebut tidak pernah sedih, kecewa, takut, cemas, marah
dan sayang, emosi ini terjadi sebagai kasih sayang seseorang terhadap rangsangan yang
diterimanya dan lingkungannya baik internal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi
dalam rentang dari reaksi adaptif sampai maladaptive.
1) Penyebab Terjadinya Depresi
Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada
orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan
harapannya.
a) Kekecewaan
b) Kurang Rasa Harga Diri
c) Perbandingan yang Tidak Adil
d) Penyakit
e) Aktivitas Mental yang Berlebihan
5
Afektif Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,
perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus
asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
Kognitif Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi,
hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran
merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.
Fisik Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan,
konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada,
over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan,
gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.
Tingkah laku Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas,
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable,
berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.
f) Penolakan
Menurut Nanda (2005-2006) adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sedih
kronis adalah :
1) Kematian orang yang dicintai
2) Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi mental, sklerosis multiple,
prematuritas, spina bifida, kelainan persalinan, sakit mental kronis, infertilitas,
kanker, sakit Parkinson)
3) Pengalaman satu atau lebih kejadian yang memicu (krisis dalam manajemen
penyakit, krisis berhubungan dengan stase perkembangan, kehilangan kesempatan
yang dapat meningkatkan perkembangan, norma social atau personal)
4) Ketergantungan tak henti pada pelayanan kesehatan dengan mengingat
kehilangan.
2.1.5 Rentang Respon Emosinal
Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu :
1. Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan
yang diterima dan berlangsung singkat. Ada dua macam reaksi adaptif :
a. Respon emosi yang responsive
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini
individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
b. Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang
mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari
kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berhenti
kegiatan sehari-hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak lama.
2. Reaksi Emosi Maladaptif
6
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat
dibagi 3 tingkatan, yaitu :
1. Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan
atau menginternalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan.
2. Reaksi berduka yang memanjang
Reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap
dan memanjang, tetapi tidak nampak reaksi emosional terhadap kehilangan.
Reaksi berduka yang menajang ini dapat terjadi beberapa tahun.
3. Mania/Depresi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui
intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social. Responsif
adalah respon emosional yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang
ini individu dapat berpartisipi dengan dunia eksternal dan internal.
2.1.6 Perilaku dan Mekanisme Koping
Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran utama
dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi. Pada keadaan
depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme
koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan
supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Depresi, yaitu perasaan berduka
yang belum digunakan adalah represi, supresi, denial dan disosiasi. Tingkah laku mania
merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari kurang
efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.
2.1.7 Perbedaan Mania dan Depresi
Mania dan depresi merupakan fokus bahasan pada makalah ini. Kedua hal ini
merupakan respon emosi yang mal adaptif berat dan dapat dikenal melalui intensitas,
rembetan, terus-menerus dan pengaruhnya pada fungsi sosial dan fisik individu. Istilah
depresi dipakai untuk tanda dan gejala keadaan klinik sesungguhnya.
Gangguan alam perasaan menurut DSM –III R. Dibagi dalam dua kategori (dikutip
dari Wilson dan Kneisl,1987,hlm 428) yaitu :
1. Gangguan bipolar :
7
a. Gangguan bipolar (campuran manik,depresi)
b. Siklotimia.
2. Gangguan depresi
a. Major depresi ( satu episode,berulang).
b. Distimia.
Gangguan depresi ditandai perasaan sedih yang berlebihan,murung,tidak
bersemangat,merasa tidak di hargai,merasa kosong dan tidak ada harapan.berpusat
pada krgagalan dan menuduh diri,dan di sertai ide dan pikiran bunuh diri.klien tidak
berminat pada pemeliharaan diri dan pada aktivitas sehari-hari.
Gangguan mania ditandai oleh perasaan hati yang meningkat,meluas dan
mudah tersinggumg.klien tdk mengenal lelah,hyperaktif dan pada keadaan yang berat
disertai panik yaitu perilaku yang tidak terkontrol.
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam
perasaan( afektif,mood) yang di tandai kemurungan,kesedihan,kelesuan,kehilangan
gairah hidup,tidak ada semangat dan merasa tidak berdaya,perasaan bersalah atau
berdosa dan tidak berguna dan putus asa.gejala lain yang sering menyertai gangguan
mood adalah:
1. Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun
2. Nafsu makan dan berat badan menurun
3. Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan)di sertai mimpi-mimpi yang
tidak menyenangkan,misal: mimpi orang yang sudah meninggal.
4. Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerakan motorik).
5. Hilang perasaan senang,semangat,minat dan meninggalkan hobby.
6. Kreatifetas dan produktifitas menurun.
7. Ganggua seksual (libido menurun)
8. Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri.
Bila seseorang lebih rentan untuk menderita depresi di bandingkan orang
lain,biasanya yang bersangkutan mempunyai corak kepribadian sendiri.(diri
kepribadian depresif,) dengan ciri-ciri:
a. Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan kawatir, irritable,
tegang dan agitatif.
8
b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri mudah mengalah dan lebih senang
untuk berdamai, menghindari konflik atau konfrontasi merasa gagal dalam usaha
atau sekolah lamban, lemah, lesu, atau sering mengeluh sakit ini dan itu.
c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat menarik diri lebih suka menyisih
sulit ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu.
d. Suka mencela, mengeritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan
mekanisme pertahanan penyangkalan.
2.1.8 Terapi Depresi
1. Terapi Individual
a. Eksplorasi perasaan kehilangan, dan fasilitasi proses berduka.
b. Diskusikan perilaku mengalahkan diri, harapan yang tidak realistis,dan
kemungkinan distorsi dari realita.
c. Kaji bagaimana distorsi kognitif pada klien turut menyebabkan depresi.
d. Dorong pengungkapan rasa frustasi,marah,dan putus asa.
e. Upayakan untuk mengubah pola berpikir negatif otomatis tentang diri, orang
lain, lingkungan, dan masa depan.
f. Beri kesempatan kepada klien, seperti berdiskusi dan bermain peran untuk
menyelesaikan masalah interpersonal.
g. Monitor masalah-masalah fisiologis yang diinduksi atau diperburuk oleh
depresi.
h. Dorong diskusi tentang seksualitas sehingga klien dapat menceritakan
kekhawatiran, mengetahui bagaimana depresi mempengaruhi libido, dan
menyadari bahwa hasrat seksual biasanya kembali muncul jika depresi
menurun.
2. Terapi Keluarga
a. Kaji fungsi keluarga, pola komunikasi, peran yang diharapkan, keterampilan
menyelesaikan masalah, dan stresor.
b. Dapatkan informasi dari masing-masing anggota keluarga tentang situasi
keluarga saat ini.
c. Tentukan bagaimana konflik atau krisis ditangani, dan evaluasi dukungan
anggota keluarga yang satu terhadap yang lain.
d. Kaji tingkat ketertutupan dan ketidakpedulian anggota keluarga.
9
e. Fokuskan pada mengidentifikasi dan mengintervensi distorsi kognitif yang
mengganggu fungsi keluarga yang sehat.
f. Ajarkan anggota keluarga tentang keterampilan komunikasi, penyelesaian
masalah, pengelolaan stres, dan ekspresi perasaan yang konstruktif.
g. Fasilitasi pengungkapan ansietas, rasa marah,rasa tidak berdaya dan rasa
bermusuhan, dan ajarkan cara-cara untuk mengatasi secara efektif aspek-aspek
yang mengancam pada situasi saat ini.
h. Kaji perasaan bersalah dan menyalahkan yang mungkin terjadi akibat
pandangan yang tidak realistis terhadap situasi krisis.
2.1.9 Pengobatan Medikamentosa
a. Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien yang
menderita gangguan bipolar.
b. Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita hiperaktivitas
hebat dan untuk menangani perilaku manik.
c. Antikonvulsan kadang-kadang diberikan karena keefektifannya dalam antimanik.
d. Pengobatan antiansietas, misalnya klonazepam (klonopin) dan lotazepam
(Antivan), kadang-kadang digunakan untuk klien yang menderita episode manik
akut dan untuk klien yang sulit ditangani.
e. Kombinasi litium antikonvulsan sudah digunakan untuk gangguan bipolar siklus
cepat,
Tiga fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam panel
Pedolaman Depresi adalah fase akut, fase lanjut, dan fase pemeliharaan. Dalam fase
akut gejalanya ditangan, dosis obat dsisesuaikan untuk mencegah efek yang
merugikan, dan klien diberikan penyuluhan.pada fase lanjut klien dimonitor pada
dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang
klien yang berisiko kambuh seringkali tetap diberi obat baahkan selama waktu
remisi. Untuk klien yang dianggap tidak berisikotinggi mengalami kambuh,
pengobatan dihentikan.
1. Selsctive serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) terbukti sudah sangat berguna
untuk menangani depresi, terutama karena obat tersebut lebih sedikit memiliki
efek antikolinergik yang merugikan, lebih sedikit toksisitas jantung, dan reaksi
10
lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin
(MAO)
2. Trisiklik dan inhibitor MAO, generasi pertama antidepresan, jarang digunakan
sejak adanya SSRI dan SSRIs atipikal.
3. Antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk menangani gangguan tidur dan
ansietas sedang.
4. Dokter dapat memprogramkan, tetapi elektrokonvulsif(ECP) jika terdapat
depsresi hebat, klien sangat ingin mealkukan bunuh diri, atau jika klien tidak
berespon terhadap protokol pengobatan antidepresan.
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor
presdisposisi,perubahan perilaku, sumber stressor, mekanisme koping, sumber
koping dan penilaian stressor.
1. Factor predisposisi dan factor presipitasi yaitu:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Genetik
Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam
perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam
perasaan meningkat pada kembar monozigote.
2) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah
yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan
objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik
menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan
perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi)
3) Teori Kehilangan
11
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan
orangtua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi
kehilangan.
4) Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan
seseorang mengalami mania.
5) Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang
dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa
depan.
6) Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri
lalu menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian
individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan
kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang
adaptif.
7) Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya
reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
8) Model Biologis
Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi
perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya
endokrin dan hipersekresi kortisol.
b. Faktor presipitasi
Ada empat faktor yang menyababkan gangguan alam perasaan :
1. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan,termasuk kehilangan
cinta seseorang,fungsi tubuh,status atau harga diri.
2. Banyaknya peran dan konflik peran mempengaruhi berkembangnya depresi
terutama pada wanita
3. Kejadian penting dalam kehidupan,sering kali sebagai keadaan yang
mempengaruhi episode depresi dan mempunyai dampak pada individu untuk
menyelesaikan masalah.
12
4. Sumber koping termasuk status sosial ekonomi,keluarga,hubungan
interpersonal dan organisasi kemasyarakatan.
2. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang di gunakan pada reaksi berduka yang tertunda adalah
penyangkalan dan supresi yang berlebihan unyuk menghindari distress hebat yang
berhubungan dengan berduka. Pada depresi menggunakan mekanisme denial,
represi, supresi dan disosiasi. Mania merupakan cerminan dari depresi walaupun
perilajunya tidak sama namun dinamika dan mekanisme koping yang digunakan
saling berhubungan.
3. Perilaku.
Pasien mania sering tidak mengeluh gejala-gejala mereka. Beberapa pasien
merasa terlalu senang dan gembira sehingga tidak mengeluh; pasien lainnya angitasi
dan tidak senang tetapi memperhatikan perilaku yang berlebihan. Pada pasien
depresi cukup banyak yang mengeluhkan depresinya, tetapi ada juga yang tidak
mengeluh.
4. Sumber koping
Sumber yang dapat menjadi individu yaitu keluarga,sekelompok sosial, status
sosial-ekonimi, dan lingkungan. Kurangnya sistem pendukung tersebut dapat
meningkatkan stress personal.
2.2.2 Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional adalah
1. Ketidakberdayaan
2. Berduka disfungsional
3. Keputusasaan
4. Resiko tinggi terhadap cedera
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
6. Defisit perawatan diri
7. Gangguan pola tidur
8. Resiko mencederai diri
13
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi mencederai diri berhubungan dengan harga diri rendah, koping
individu tidak efektif.
2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
selera makan.
3. Risiko mencederai diri berhubungan dengan gangguan mental depresi.
4. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
5. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri (harga diri
rendah)
6. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan kegagalan
7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tingkat percaya diri tidak adekuat
dalam kemampuan koping
8. Putus asa berhubungan dengan stress berkepanjangan
9. Defisit perawatan diri (mandi/personal higine) berhubungan dengan menurunnya
motivasi 8
10. Defisit perawatan diri (makan) berhubungan dengan menurunnya motivasi
2.2.4 Perencanaan
Diagnosis keperawatan untuk depresi : Resiko tinggi mencederai terhadap diri sendiri
Kemungkinan penyebab
a) Nyeri emosional
b) Depresi atau tidak mampu mengekspresikan kemarahan atau rasa gusar
c) Perubahan biokimia
d) Riwayat penganiayaan
Ratasan karakteristik
a) Ekspresi rasa bersalah atau malu
b) Ekspresi rasa tidak berdaya atau putus asa
c) Perilaku mengalahkan diri
d) Mengungkapkan secara verbal adanya penyimpangan pikiran
NoTujuan Umum :
Setelah tindakan perawatan diterapkan, klien dapat berespon emosional yang adaptif dan
14
meningkatkan rasa puas serta senang yang dapat diterima oleh lingkungan.
Tujuan Khusus Tindakan Rasionalisasi
1 Klien terlindungi dari
dari upaya mencederai
diri sendiri atau bunuh
diri.
Rawat klien dirumah sakit bila ada
resiko bunuh diri yang tinggi
Klien dengan gangguan alam
perasaan berat berada dalam
resiko tinggi untuk melakukan
bunuh diri
2
Klien mampu
mengembangkan diri
Secara terus menerus evaluasi klien
terhadap kemungkinan melakukan
bunuh diri
Bantu klien untuk dapat beradaptasi
dengan lingkungan barunya.
Perubahan lingkungan dapat
melindungi klien, mengurangi
stress dan memberikan sumber
pengembangan baru
3
Klien mampu membina
hubungan terapeutik
dengan perawat .
Lakukan pendekatan yang hangat,
menerima klien apa adanya dan
bersifat empati
Mawas diri dan dapat
mengendalikan perasaan dan reaksi
diri perawat sendiri (misalnya rasa
marah, frustasi dan empat)
Klien depresi biasanya enggan
terlibat dalam hubungan
terapeutik. Diperlukan cara agar
klien dapat menerima dan
bertahan dalam hubungan
terapeutik.
4 Klien mampu
mengenali dan
mengekspresikan
emosinya
Tunjukkan respon emosinal dan
menerima klien
Gunakan kemampuan
berkomunikasi.
Berikan respon empati dengan
berfokus pada perasaan bukan pada
kenyataan yang terjadi.
Mengaku kesedihan klien dan
Klien depresi mempunyai
kesul;itan dalam mengidentifikasi
dan mengekspresikan
perasaannya.
15
berikan harapan
Bantu klien untuk mengekspresikan
perasaannya.
Bantu klien untuk mengekspresikan
perasaan marahnya dengan tepat
Bantu klien untuk menurunkan
tingkat kecemasannya :
1. Sediakan waktu untuk berdiskusi
dan bina hubungan yang sifatnya
supportif.
2.Beri waktu untuk klien berespon.
3.Beri perawatan individu sebagai
manusia layaknya.
5 Klien mampu
memodifikasi pola
kognitif yang negatif
Diskusikan tentang masalah yang
dihadapi klien tanpa memintanya
untuk menyimpulkannya.
Identifikasi pemikiran yang negatif
dan Bantu untuk menurunkannya
melalui interupsi atau substitusi.
Bantu klien untuk meningkatkan
pemikiran yang positif.
Evaluasi ketepatan persepsi klien,
logika dan kesimpulan yang dibuat
klien.
Identifikasi persepsi klien yang
Memodifi memodifikasi pola
kognitif yang negatif akan
membantu meningkatkan
pengendalian diri, tingkah laku
dan perubahan harga diri
16
tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak rasional
Bantu klien untuk dapat merubah
tujuan yang tidak realistis ketujuan
yang realistis.
Kurangi tujuan-tujuan yang tidak
mungkin dicapai.
Kurangi penilaian klien yang
negatif terhadap dirinya.
Bantu klien untuk menyadari nilai
yang dimilikinya atau perilakunya
dan perubahan yang terjadi.
6 Klien mampu untuk
aktif mencapai tujuan
yang realistik
Beri tanggung jawab untuk
melakukan terapi tindakan yang
terorientasi.
Beri dorongan kepada klien untuk
melakukan kegiatan secara teratur
atau beri kebebasan melakukan
kegiatan sehingga energi klien
dapat disalurkan.
Persiapkan program yang dapat
dilakukan dengan baik.
Tetapkan tujuan yang realistis,
relevan dengan kebutuhan klien dan
minatnya serta difokuskan pada
Penampilan prilaku yang baik
akan mengurangi/menghilangkan
perasaan tak berdaya dan putus
asa.
17
kegiatan yang positif.
Fokuskan kegiatan pada saat ini,
bukan kegiatan pada masa lalu atau
masa dating
Beri pujian jika klien berhasil
melakukan kegiatan atau
penampilannya bagus
Pertahankan penampilan atau
kegiatan jika mungkin.
Buat jadwal exercise fisik dalam
rencana keperawatan.
7 Klien mampu untuk
melakukan hubungan
interpersonal
Kaji kemampuan klien untuk
bersosialisasi dan dukungan yang
diperlukan serta minat klien
Diskusikan sumber social yang ada
dan dapat digunakan.
Tunjukkan kemampuan bersosialisi
yang efektif.
Gunakan role play dalam
melakukan interaksi social.
Beri umpan balik dan pujian
terhadap kemampuan klien dalam
melakukan hubungan interpersonal
yang efektif.
Beri dorongan kepada klien untuk
Sosialisasi akan mengurangi
kesempatan untuk menarik diri
dan akan meningkatkan harga diri,
melalui pemanfaatan dari
dukungan lingkunagn yang tepat
dan menerima.
18
meningkatkan hubungan sosialnya
dalam lingkungan yang lebih luas.
Beri dorongan dengan penuh
kekeluargaan terhadap respon
emosional klien yang adaptif.
Beri dukungan dan libatkan dalam
terapi keluarga dan terapi kelompok
jika diperlukan.
8
Klien mampu
meningkatkan
kesehatan fisik dan
kesejahteraannya.
Lengkapi pengkajian tentang
kesehatan fisiologi klien.
Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri terutam
kebutuhan nutrisi, dan kebersihan
diri.
Anjurkan klien untuk dapat
melakukan pemenuhan kebutuhan
perawatan diri secara mandiri jika
memungkinkan.
Berikan terapi pengobatan.
Perawatan fisik dan terapi somatic
diperlukan untuk mengatasi
perubahan fisik yang terjadi
karena gangguan alam perasaan
2.2.5 Intervensi dan Rasional depresi :
1. Buat kontrak dengan klien untuk tidak bunuh diri. Tujuan utama kontrak adalah agar
klien mencari staf nakes jika timbul perasaan ingin bunuh diri dan lebih
membicarakan perasaan tersebut dari pada melaksanakannya. Tujuan lain adalah
agar tersedia waktu untuk mengeksplorasi beberapa alternatif bersama dengan klien.
Menegosiasikan kerangka waktu kontrak pencegahan bunuh diri bersama dengan
klien didasari pada kemampuan klien untuk bekerja sama dengan perawat.
2. Tentukan tingkat pencegahan bunuh diri yang diperlukan dan evaluasi ulang
kemungkinan bunuh diri dikegiatan sehari-hari. Seorang klien depresi dapat beresiko
19
besar melakukan bunuh diri jika terapi mengalami kemajuan dan tingkat energi
bertambah.
3. Cari adanya benda berbahaya pada barang pribadi milik klien. Tindakan ini
meningkatkan rasa aman dan mencegah klien agar tidak melukai diri dengan
meenggunakan barang pribadi.
4. Monitor klien secara ketat selama operan, waktu makan, dan jika staf nakes yang
tersedia lebih sedikit. Klien cenderung untuk melakukan bunuh dirijika anggota staf
sedang sibuk atau melakukan tugas ganda.
5. Dorong klien untuk mengekspresi perasaannya yang kuat kepada staf nakes. Klienn
memerlukan penguatan untuk mempelajari dan mempraktikan ekspresi perasaan
yang sesuai.
2.2.6 Evaluasi
1) Semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali.
2) Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal dapat
digali.
3) Perubahan pola tingkah laku dan respon klien tersebut tampak.
4) Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi dapat dievaluasi
sepenuhnya.
5) Tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri telah dilakukan.
6) Tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien.
7) Reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien.
BAB III
PENUTUP
20
1. Simpulan
Gangguan alam perasaan adalah gangguan afek ( suasana hati) dengan
manifestasi gejala-gejala mania dan depresi. seseorang dengan gangguan alam
perasaan biasanya akan didapat suatu keadaan sedih, ketakutan, putus asa, gembira
berlebihan dan khawatir (Keliat B.A. 1999).
1. Faktor predisposisi
a) Faktor genetic
b) Teori agresi berbalik pada diri sendiri
c) Teori kehilangan
2. Faktor presipitasi
a) Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan
b) Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang
mendahului episode depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini dan
kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah
c) Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi
berkembangnya depresi, terutama pada wanita.
Pengobatan
1) Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien yang
menderita gangguan bipolar.
2) Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita hiperaktivitas
hebat dan untuk menangani perilaku manik.
3) Antikonvulsan kadang-kadang diberikan karena keefektifannya dalam
antimanik.
4) Pengobatan antiansietas, misalnya klonazepam (klonopin) dan lotazepam
(Antivan), kadang-kadangdigunakan untuk klien yang menderita episode
manik akut dan untuk klien yang sulit ditangani.
5) Kombinasi litium antikonvulsan sudah digunakan untuk gangguan bipolar
siklus cepat,
2. Saran
21
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penangan masalah
keperawatan khusunya klien dengan Gangguan Alam Perasaan harus memiliki
pengetahuan yang luas dan tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala
penyakit dan asuhan keperawatan hendaknya diberikan secara komprehensif,
biopsikososial cultural dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
22
Keliat B.A. 1999. “Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa”. Jakarta :
FIK-UI
Keliat B.A. 2005. “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta : EGC
Marilynn E Doenges. 2006. “Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri”. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran: EGC
Gibbson Towsend , M C, 1995. “Kumpulan Keperawatan Jiwa”. Jakarta : Buku Kedokteran
23