Upload
doandieu
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia menceritakan kepuasannya kepada masyarakat lain sama
banyaknya bila tidak merasa puas. Kebanyakan dari mereka akan menceritakan
kepuasannya kepada lebih banyak orang lain. Implikasi dari karakter masyarakat
Indonesia yang menyukai pertemuan informasi ini adalah pengaruh dari Pemuka
Pendapat (Opinion Leader). Maka tidak sedikit perusahaan-perusahaan dengan cerdik
dapat mempengaruhi para Pemuka Pendapat (Opinion Leader) seperti pemuka agama dan
para senior dalam suku, akan mampu meningkatkan penetrasi dengan waktu yang relatif
cepat. (www.batampos.co.id/content/view/20513/98, 1 Oktober 2007 12:30:03 GMT).
Para Pemuka Pendapat (Opinion Leader) mempunyai peranan yang sangat besar
dalam meneruskan informasi walaupun dengan kemungkinan adanya seleksi atau
pembengkokan informasi, maupun dalam menafsirkan informasi yang mereka terima.
Sebab informasi yang disampaikan oleh Pemuka Pendapat (Opinion Leader) sangat
bergantung pada cara mereka menafsirkan informasi yang mereka dapatkan, dan
kemudian akan berkembang menjadi pengaruh pribadi. (Pergeseran Peranan Pemuka
Pendapat Sebagai Sumber Informasi Oleh Media Massa Televisi di Wilayah Pedesaan,
Lina Hidayati, 20020530083). Para pemuka masyarakat juga mempunyai kapasitas
mempengaruhi secara informal atas warganya (followers). Dalam proses komunikasi
massa peranan mereka amat besar, mereka menerjemahkan pesan-pesan media bagi
khalayak. Jadi, kalau komunikasi massa dapat berlangsung secara lancar dan
menghasilkan efek-efek di pihak mass audience, hal ini kemungkinan adalah berkat jasa
Opinion Leaders. (Wiryanto,2000:76)
2
Hal itu berpengaruh pula pada segi kesehatan, sebab terutama pada masyarakat
yang tinggal di pedesaan, pengaruh pemuka pendapat (Opinion Leader) akan semakin
berpengaruh terhadap keberlangsungan dalam upaya mensukseskan program-program
yang dijalankan oleh sebuah institusi pemerintah maupun swasta. Sebab masyarakat
pedesaan masih mempercayai dan lebih mempertimbangkan perilaku orang yang
dianggap di desa tersebut adalah orang yang dipandang sebagai seorang yang bukan
hanya masyarakat biasa, dengan arti kata masyarakat yang berpendidikan tinggi atau
mempunyai status sosial yang tinggi. Seiring dengan program promosi kesehatan yang
dicanangkan pemerintah, sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan,
serta Keputusan Mentri RI Nomor 574/Menkese/SK/IV/2000 telah ditetapkan Visi
pembangunan kesehatan yaitu ”Indonesia Sehat 2010” yang menggambarkan bahwa pada
tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup
bersih dan sehat serta menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata (Arsip Dinkes Kabupaten Kulon Progo, September 2007). Dengan tema besar
program promosi kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah tersebut tidak akan
berjalan tanpa adanya peranan seorang opinion leader yang berperan sebagai penerus
informasi tentang hal ikhwal promosi kesehatan PHBS tersebut.
Bahkan keberadaan seorang pemuka pendapat (Opinion Leader) dalam
mempengaruhi masyarakat dalam hal pembentukan perilaku masyarakat pedesaan ini
diperkuat dengan riset yang membuktikan bahwa hampir tidak ada pemungutan suara
yang secara langsung dipengaruhi oleh media. Data menunjukkan bahwa ide-ide mengalir
dari radio dan barang cetakan lain kepada Opinion Leader dan baru diteruskan ke
audience. Untuk itu sangat jelas menunjukkan betapa besarnya pengaruh opinion leader,
khususnya dalam mempengaruhi masyarakat pemilih. Pemuka pendapat sebagai pihak
yang sangat dipercaya dan yang sering terkena media exposure di dalam kehidupan
3
masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan kadang diperankan oleh opinion leader.
Mereka ini sangat dipercaya disamping untuk tempat bertanya dan meminta nasihat bagi
para anggota masyarakatnya. ( Nurudin,2000:92).
Para anggota masyarakat di wilayah Kulonprogo, untuk membentuk opini
masyarakat dan menjadi contoh guna menerapkan perilaku hidup yang bersih dan sehat,
keberadaan seorang opinion leader sangat dibutuhkan mengingat tingkat kesadaran
warga dalam menerapkan kesehatan sebagai hal utama yang perlu dilakukan untuk
menunjang keberlangsungan hidup yang sehat, masih sangat kecil. Hal ini terlihat pada
kasus kematian yang disebabkan karena angka diare yang tinggi di daerah Kulonprogo
dan kebanyakan terjadi pada balita. (hasil observasi dilapangan melalui Dinas Kesehatan,
3 Desember 2007). Bahkan diare sebagai akibat kurangnya kesadaran berperilaku hidup
bersih dan sehat menempati urutan ke-5 dari 10 diagnosa penyakit tahun 2007 di
Puskesmas Sentolo I. Jumlah penderita dari penyakit diare ini mencapai 1527 jiwa.
(Sumber: Inventarisasi Posyandu Puskesmas Sentolo I, Tahun 2007).
Meski diare tidak termasuk jenis penyakit mematikan dan dianggap
membahayakan, jumlah pasien penderita diare menempati angka tertinggi di sejumlah
instalasi kesehatan dan rumah sakit yang ada di Kulonprogo, dibandingkan demam
berdarah dan malaria. Tingginya angka penderita diare tersebut, lebih disebabkan oleh
tingkat kesadaran masyarakat yang masih sangat rendah untuk hidup sehat. Jumlah
penderita diare yang menduduki peringkat tertinggi di antara penyakit-penyakit lainnya
setiap tahun. (www.digilib.ampl.or.id 5 Oktober 2007 13:55:41 GMT).
Sementara itu, untuk dapat membantu peningkatan pendidikan dan kesehatan
siswa SD/MI di Kulonprogo, sejak tahun 2002 lalu telah melaksanakan Student Health
Improvement (SHIP). Program tersebut meliputi program pemberian makanan tambahan
anak sekolah (PMTAS) dalam bentuk mie remas dan biskuit, pengadaan sarana air bersih
4
dan pemanfaatan muatan lokal. Jumlah penerima manfaat program ini ada 6.838 siswa di
68 SD/MI di kecamatan Kokap, Pengasih, Samigaluh dan Sentolo. Termasuk
pembangunan sarana air bersih dan sanitasi di 15 SD. Pengembangan pelajaran
bermuatan local di 4 SD dan pendidikan kesehatan di 4 SD.
(www.kulonprogo.go.id/berita/bacaberita 19 Oktober 2007 23:37:54 GMT)
Dari angka yang diperoleh itu, terlihat jelas bahwasannya kesadaran masyarakat
akan menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
dalam suatu daerah masih sangat minim sekali. Masih banyak masyarakat yang belum
memiliki kesadaran tentang menggunakan air bersih guna ikut serta mencegah bakteri
kuman penyebab penyakit. Upaya pengentasan penyakit yang menyerang masyarakat
Indonesia itulah yang akan sangat dipengaruhi oleh seorang pemuka pendapat (opinion
leader). Pembentuk opini masyarakat ini akan dengan mudah mempengaruhi masyarakat
lain dalam upaya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di kalangan masyarakat.
Upaya tersebut dapat dilakukan dengan promosi kesehatan melalui pendekatan terhadap
pejabat kampung atau orang-orang yang sudah dianggap mempunyai nilai lebih dimata
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Kerja sama yang akan terjalin antara pihak
yang berperan sebagai opinion leader maupun instansi dengan masyarakat haruslah
menjadi suatu hubungan yang dapat mempengaruhi dan setidaknya menurunkan daftar
penyakit yang menjangkit masyarakat tersebut.
Seperti yang terjadi di wilayah desa Sentolo yang hanya mepunyai satu buah
sarana pelayanan kesehatan saja selaik Rumah Sakit yaitu Puskesmas Sentolo I. Dengan
minimnya sarana kesehatan yang ada maka masyarakat akan semakin rendah di dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan diri dan lingkungannya. Terlebih pada program promosi
kesehatan yang sedang digalakkan pemerintah. Dengan demikian program promosi
kesehatan yang digalakkan pemerintah haruslah mendapatkan dukungan khusus untuk
5
mensukseskannya ditengah minimnya sarana kesehatan dan tenaga media yang lain.
Karena tanpa adanya dukungan seorang opinion leader (pemuka pendapat), program
promosi kesehatan yang ada di desa Sentolo dengan minim sarana kesehatan seperti itu
tidak akan berjalan maksimal.
Kesehatan menjadi kata kunci untuk kebahagiaan itu bisa dicapai dengan perilaku
hidup yang sehat. Hal penting yang sering kali diabaikan untuk mencapai kesehatan
adalah mencuci tangan khususnya menggunakan sabun. Meskipun kebiasaan kecil, kalau
dilakukan secara benar dan kontinu hasilnya luar biasa. Kebiasaan masyarakat Indonesia
mencuci tangan pakai sabun masih tergolong rendah. Indikasi ini dapat dilihat dari masih
tingginya angka penyakit diare, tifus, cacing, dan flu burung. Menurut survey yang
dilakukan Departemen Kesehatan pada tahun 2003, rasio penderita diare di Indonesia
mencapai 300 penderita per 1000 orang. Penyakit ini menjadi penyebab kematian nomor
dua balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima pada semua umur. Salah satu upaya
penting mengurangi tingkat kejadian (prevelensi) diare dan penyebaran virus flu burung
yang sangat mudah dan murah yaitu dengan mencuci tangan pakai sabun secara baik dan
benar serta menggunakan air bersih yang mengalir. Secara medis, mencuci tangan pakai
sabun juga merupakan salah satu cara yang efektif mencegah prevalensi disentri,
cacingan, tifus, kolera, hepatitis A, dan SARS. (Republika 18 September 2007)
Kesehatan yang sangat penting untuk diprioritaskan menjadi urutan utama dalam
hal mendasar di hidup manusia, menjadikan bahwa untuk meningkatkan kesadaran yang
masih relatif rendah di kalangan masyarakat di wilayah Desa Sentolo Kabupaten
Kulonprogo, DIY itu, peranan pemuka pendapat (opinion leader) di desa Sentolo sebagai
sumber informasi masih begitu besar. Mereka masih membutuhkan keterangan yang lebih
rinci dan detail yang bisa mereka dapatkan dari Bapak kepala desa dan kader kesehatan
yang juga dianggap sebagai pemuka pendapat (opinion leader. Peranan daripada
6
pemerintah sebagai pihak yang mengendalikan dan mengontrol kebijakan-kebijakan yang
berkaitan dengan kesehatan dan penanggulangan atau pemberantasan penyakit di wilayah
pedesaan, dirasakan sangat perlu terjalin kerjasama yang erat guna mewujudkan
Kulonprogo yang bersih dan sehat. Mengingat di wilayah desa Sentolo Kabupaten
Kulonprogo yang hanya terdapat satu sarana pelayanan kesehatan dan juga berfungsi
sebagai Rumah Sakit yaitu Puskesmas Sentolo I. Sehingga hal ini menuntut kerja lebih
untuk mensukseskan program PHBS yang sedang dicanangkan pemerintah.
Kerjasama antar-instansi sebaiknya tidak hanya memberikan manfaat bagi kedua
belah pihak yang menjalin kerja sama tersebut, atau sekedar win-win solution, tetapi juga
harus bermanfaat bagi masyarakat luas (triple rewards systems). Karenanya, setiap kerja
sama yang dijalin Pemerintah kabupaten Kulonprogo dengan pihak lain harus berperan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kulonprogo.(www.kompas.com 20 Juni 2007
19:37:47 GMT). Tidak bisa dipungkiri bahwa opinion leader menjadi salah satu unsur
yang sangat mempengaruhi arus komunikasi, khususnya di pedesaan. Berbagai perubahan
dan kemajuan masyarakat sangat ditentukan oleh opinion leader ini. Misalnya, pemimpin
opini bisa berperan memotivasi masyarakat agar ikut serta secara aktif dalam
pembangunan. Untuk itulah selayaknya pemerintah memberikan perhatian khusus pada
pemuka pendapat (opinion leader) ini. Sebaliknya, sikap meremehkan peran opinion
leader justru merugikan sebab program pembangunan akan banyak hambatan, misalnya
tentang kepercayaan masyarakat pada program pembangunan. Selayaknya pemerintah
memfungsikan peran pemuka pendapat (opinion leader) sebagai tokoh sentral dalam
pembangunan di wilayah pedesaan.(Nurudin,2000:99).
Memfungsikan peran pemuka pendapat (opinion leader) adalah hal yang tepat
dalam rangka untuk memberikan pengaruh yang bersifat positif untuk perkembangan
suatu perubahan yang mengarah pada perkembangan kesehatan yang lebih baik. Untuk itu
7
adanya korelasi atau hubungan antara pemuka pendapat (opinion leader) yang dibina oleh
masyarakat hendaknya dapat menjadikan sebuah hubungan kausalitas yang sinergis dan
menjadi sebuah cara guna memperoleh hasil yang maksimal dalam upaya menuju
kesehatan masyarakat dan adanya perilaku hidup bersih dan sehat yang terus meningkat
di setiap tahunnya. Hal ini merupakan keinginan dan visi dan misi bersama yang
diharapkan dapat menjadi sumbangsih masyarakat antara program yang dijalankan
pemerintah dan oleh masyarakat itu sendiri. Pada akhirnya nantinya akan nampak bahwa
opinion leader adalah seseorang yang dapat menjadi sumber informasi yang dibutuhkan
masyarakat didalam memperoleh informasi dan saran-saran yang dibutuhkan masyarakat
dalam menuju kesehatan yang lebih baik dan tentu saja kehidupan yang lebih layak dan
sehat pula.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
“ Bagaimana peran seorang pemuka pendapat (opinion leader) dalam promosi kesehatan
perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat di Desa Sentolo, Kecamatan Sentolo,
Kabupaten Kulonprogo,DIY ? “.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peranan seorang pemuka pendapat (opinion
leader) terhadap promosi kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat di
Desa Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, DIY.
8
D. Manfaat Penelitian
1) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan bagi peneliti dan instansi
pendidikan maupun kesehatan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan
diare dan atau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kuman penyakit.
2) Hasil penelitian ini dapat menambah referensi dalam kajian sosial marketing bidang
sosial maupun dalam bidang kesehatan masyarakat.
E. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah peran opinion leader (pemuka pendapat)
terhadap promosi kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat di Desa
Sentolo, Kabupaten Kulonprogo,DIY.
F. KERANGKA TEORI
F.1 Definisi Peran
Definisi peran menurut beberapa tokoh berbeda pendapatnya. Akan tetapi peran
itu sendiri merupakan suatu perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh individu. Adapun
definisi peran adalah sebagai berikut:
Menurut Ralph Linton tentang definisi peran adalah sebagai berikut:
a) Peran adalah sebuah rangkaian konsep yang berkaitan dengan apa yang dapat
dilakukan oleh individu di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai organisasi.
b) Peran merupakan suatu perilaku yang penting bagi struktur sosial (Soekamto, 1983:
146).
Sedangkan menurut Biddle dan Thomas, mendefinisikan peran sebagai:
9
”Serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari
pemegang kedudukan tertentu (Sarwono, 1991: 243)”
Ada pula yang mendefinisikan peran sebagai berikut:
”Peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang
terutama terjadi dalam suatu hal atau peristiwa (Purwanto,1994)”
Melihat dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa peran yang dijalankan oleh
seorang individu ataupun kelompok merupakan suatu cermin dari sebuah harapan dan
tujuan yang akan dicapai terhadap perubahan perilaku yang menyertainya. Berhubungan
dengan program promosi kesehatan yang dijalankan pemerintah adalah sebuah program
yang meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya berperilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) sebagai hal paling utama dalam menjaga kesehatan diri dan
lingkungan. Akan tetapi program promosi PHBS ini tidak akan berjalan jika tidak adanya
peranan dari tokoh masyarakat ataupun kelompok yang ada di dalamnya.
Peranan merupakan suatu konsep mengenai hal ikhwal yang dilakukan oleh
individu dan masyarakat sebagai suatu rangkaian organisasi. Lvinson mengemukakan
bahwa peran mengandung 3 hal penting yaitu (dalam Susanto, 1983: 95):
1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengna posisi atau
kedudukan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat atau instansi.
2. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat atau instansi sebagaoi organisasinya.
3. Peran juga dapat dimaknai sebagai perilaku individu yang sangat penting
bagi struktur sosial dalam masyarakat atau sebuah instansi.
Peranan adalah suatu tugas utama yang dilakukan oleh individu ataupun
organisasi sebagai bagian dalam kehidupan bermasyarakat guna mewujudkan cita-cita
dan tujuan hidup sehat bersama. Seperti yang telah dirumuskan tentang peran oleh
10
beberapa tokoh diatas, maka peranan merupakan sebuah konsep mengenai apa yang
dilakukan oleh individu dan masyarakat sebagai organisasi. Peranan ini sendiri meliputi
semua hal yang berkaitan dengan posisi seseorang yang berada di dalam komunitas
masyarakat.
Peran juga dapat dilihat dari partisipasi seseorang atau organisasi terhadap
lingkungan sosial dimana ia berada. Dalam teori partisipasi menurut Ndraha, ”Partisipasi
adalah merupakan keikutsertaan seseorang atau organisasi dalam berbagai hal secara
tanggung jawab denga penuh kemurnian dan inisiatif dalam kegiatan kelompok yang
dilaksanakan dalam mencapai tujuan” (dalam Ndraha, 1987: 10). Seseorang yang berada
di dalam masyarakat adalah individu ataupun kelompok yang mempunyai peran penting
dalam keberhasilan program promosi PHBS. Karena mereka selain berfungsi sebagai
komunikasi dan edukasi juga merupakan sumber informasi bagi khalayak masyarakat.
Peran mereka itu merupakan sesuatu yang diharapkan dan apa yang dilakukan oleh
seseorang maupun organisasi terhadap kehidupan sosial yang berada di lingkungan
sekitarnya.
Peran dalam sosiologi dibahas ketika mengkaji struktur sosial. Dalam struktu
sosial ini dikenal dengan dua macam konsep yang sangat penting dalam peran, yaitu
status (status) dan peran (role). Definisi dari kedua konsep tersebut menurut Ralph Linton
adalah bahwasannya status adalah ”a collection of right and duties” (suatu kumpulan
antara hak dan kewajiban) , sedangkan peran adalah ”the dynamic aspect of
status” (aspek dinamis dari suatu status). Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa
deskripsi posisi dan kedudukan dari status dan peran sangatlah jelas. Seseorang dapat
dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hal dan kewajiam yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari status yang dijabatnya.
11
Dalam kaitannya dengan peran yang harus dilakukan tidak seluruhnya mampu
untuk menjalankan peran yang melekat dalam dirinya. Oleh karenanya tidak jarang terjadi
kurangnya keberhasilan dalam menjalankan perannya. Dalam ilmu sosial,
ketidakberhasilan ini terwujud dalam 3 hal yaitu:
a) Kegagalan peran
Kegagalan peran terjadi saat seseorang enggan atau tidak melanjutkan peran
suatu individu yang harus dimainkannya. Implikasinya sangat
mengencewakan para mitra perannya yaitu masyarakat. Orang yang telah
mengecewakan masyarakat akan kehilangan kepercayaan untuk menjalankan
perannya secara maksimal, termasuk stigma negatif yang akan melekat pada
dirinya.
b) Disensus peran dan
Dalam disensus peran, mitra (masyarakat) tidak setuju dengan apa yang
diharapkan dari salah satu pihak atau kedua-duanya. Hal ini terjadi karena
dalam proses interaksi untuk menjalankan aktivitas yang berhubungan dengan
perannya. Dalam hal ini permasalahan dapat berasal dari pembawa peran
maupun mitra yang berkaitan dengan aktivitas menjalankan peran.
c) Konflik peran
Konflik peran ini terjadi saat seseorang dengan tuntutan yang bertentangan
melakukan peran yang berlainan. Biasanya seseorang menangani konflik
peran dengan memutuskan secara sadar atau tidak peran mana yang
menimbulkan konsekuensi terburuk, jika diabaikan maka akan meperlakukan
peran itu lebih dari peran yang lain. Konflik peran yang berlangsung seringkali
terjadi bila individu dihadapkan sekaligus pada kewajiban-kewajiban dari dua
12
peranan yang dipegangnya. Pemenuhan kewajiban dari peranan tertentu sering
berakibat melalaikan yang lain.
Di sisi lain, kedudukan (status) itu sering diartikan sebagai tempat atau posisi
seseorang dalam suatu Tetapi apabila dipisahkan dari individu yang memilikinya,
kedudukan hanya merupakan kumpulan hak-hak dan kewajiban. Karena hak dan
kewajiban tersebut hanya dapat terlaksana melalui perantaraan individu. Oleh karena itu,
agak sukar untuk memisahkannya secara tegas dan kaku antara keduanya.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu:
a. Ascribde status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan
tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya, kedudukan anak seorang
bangsawan adalah bangsawan pula. Anak bangsawan biasanya secara otomatis
akan memperoleh penghormatan istimewa dari masyarakat di sekitarnya.
b. Achieved status, adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-
usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran,
akan tetapi diperoleh melalui usaha dan kerja keras. Oleh karena itu,
kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja yang menginginkannya,
tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai
tujuan. Misalnya, seseorang hendak menjadi anggota legislatif. Jabatan
legislatif merupakan jabatan dengan status sosial cukup istimewa di kalangan
masyarakat kita. Untuk memperolehnya tidak berdasarkan keturunan, tetapi
harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang seluruhnya tergantung
pada usaha-usaha dan kemampuan yang bersangkutan untuk menjalaninya.
Jika ia mampu memenuhi persyaratan tersebut, maka ia akan mampu menjadi
seorang anggota legislatif. Jika tidak, walaupun ia seorang bangsawan atau
13
anak seorang legislatif, ia juga tidak otomatis menjadi anggota legislatif.
(www.ipnu-ippnu-tulungagung.com yang direkam pada 26 Mei 2008 18:43:26
GMT)
Kedudukan seseorang yang melekat padanya, dapat terlihat pada kehidupan
sehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu. Dalam sosiologi, kondisi semacam ini dinamakan
sebagai Prestise Simbol (status symbol). Ciri-ciri tersebut seolah-olah sudah menjadi
bagian dari kehidupannya yang telah institusionalized atau bahkan internalized.
Ada beberapa ciri tertentu yang dianggap sebagai status symbol. Misalnya,
seseorang disebut kiai dengan cara berpakaian, cara bergaul, gaya hidup dan seterusnya.
Demikian juga berkaitan dengan status simbol lainnya. Jika menyimpang dari status
simbol yang berlaku secara umum, akan timbul perbincangan di kalangan masyarakat
secara umum.
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan terhadap hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka dia menjalankan suatu peranan. Dengan demikian, terdapat hubungan yang cukup
erat antara peranan dengan kedudukan. Pembeda antara keduanya dilakukan untuk
kepentingan ilmu. Karena memang sebenarnya diantara keduanya tidak dapat dipisah-
pisahkan dan satu tergantung pada yang lain begitu pula sebaliknya. Tidak ada peranan
tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.
Di dalam interaksi sosial, kadangkala kurang disadari bahwa yang paling penting
adalah melaksanakan peran. Tidak jarang terjadi bahwa di dalam proses interaksi
tersebut, kedudukan lebih dipentingkan sehingga terjadi hubungan-hubungan timpang
yang tidak seharusnya. Misalnya, di dalam kelompok sosial, anggota dewan, sebagai
wakil rakyat kedudukannya menjadi anggota dewan sering lebih ditonjolkan daripada
14
memainkan peranannya, seorang pimpinan atau pengurus institusi tertentu kadang juga
lebih menonjolkan kedudukannya dibanding harus melakukan peran dan
tanggungjawabnya.
F.2. Pengertian Pemuka Pendapat (Opinion Leader)
F.2.a. Pengertian pemuka pendapat menurut Denis L Wilcox, dkk :
“ Serving as catalysts for the formation of public opinion are people who are knowledgeable and articulate about specific issues. They are called opinion leaders. Sociologists describe them as (1) highly interested in the subject or issues, (2) better informed on the issues than average person, (3) avid consumers of mass media, (4) early adopters of new ideas, and (5) good organizers who can get other people to take action “.
Sehingga untuk membentuk katalis dari formasi opini publik yang mempunyai
pengetahuan yang luas dan mengetahui tentang isu-isu yang spesifik. Mereka itu
disebut dengan pemuka pendapat (opinion leader). Ahli sosiologi mendeskripsikan
opinion leader sebagai orang yang :
1) Mempunyai ketertarikan yang tinggi terhadap isu-isu yang berkembang di tengah
masyarakat
2) Mereka lebih informatif dalam menyampaikan isu-isu daripada rata-rata
masyakarat biasa.
3) Opinion leader adalah orang yang berhubungan erat dengan media massa
4) Mereka paling dini mengadopsi atas ide-ide baru
5) Mereka dapat mengorganisir dengan sebaik mungkin untuk mempersuasikan
orang lain untuk melakukan tindakan. ( Denis L.Wilcox,dkk, 2001,211)
Pemuka pendapat (opinion leader) adalah orang yang mempunyai keunggulan
daripada masyarakat kebanyakan. Salah satu keunggulan para pemuka pendapat
(opinion leader) dibandingkan dengan masyarakat kebanyakan adalah pada umumnya
para pemuka pendapat (opinion leader) itu lebih mudah menyesuaikan diri dengan
15
masyarakatnya, lebih kompeten dan lebih mengetahui tata cara memelihara norma
yang ada di dalam masyarakat. ( Nurudin, 2000:97) pemuka pendapat (opinion
leader) juga dapat diartikan sebagai orang yang sering dimintai petunjuk dan
informasi oleh kebanyakan masyarakat, meneruskan informasi politik dari media
massa kepada masyarakat. Misalnya tokoh informal masyarakat kharismatis, atau
siapapun yang dipercaya oleh publik. (www.romeltea.wordpress.com 21 Oktober
2007 18: 25: 02 GMT).
Opinion leader merupakan sumber informasi atau opini, sedangkan followers
sebagi penerima-penerima informasi atau opini (receivers). (Wiryanto, 2000:66). Para
pemuka pendapat selain mempunyai kharisma dan mempunyai kelebihan-kelebihan
yang tidak dimiliki oleh masyarakat yang kebanyakan, hal ini yang membuatnya lekat
dapat menjadi pembentuk opini yang ada dalam masyarakat. Bahwa tidak semua
masyarakat dapat berperan menjadi seorang opinion leader dikarenakan tidak mudah
pada kenyataannya menjadi panutan dan contoh bagi semua pihak yang ada di dalam
wilayah masyarakat desa.
Berdasarkan penelitian para ahli, pada umumnya karakteristik pemuka
pendapat adalah sebagai berikut :
1) Lebih tinggi pendidikan formalnya dibandingkan dengan anggota masyarakatnya atau kelompoknya.
2) Lebih tinggi status sosialnya serta status ekonominya. 3) Lebih inovatif dalam menerima atau mengadopsi ide baru 4) Lebih tinggi pengenalan medianya (media exposure). 5) Kemampuan empati mereka lebih besar. 6) Partisipasi social mereka lebih besar, atau lebih tinggi. 7) Lebih kosmopolit ( Drs. Riyono Pratikto, 1983:340).
Ada dua pengelompokkan pemuka pendapat (opinion leader) berdasarkan
aktif tidaknya dalam berperilaku. Pemuka pendapat (opinion leader) disebut aktif jika
ia sengaja mencari penerima atau followers untuk mengumumkan atau
mensosialisasikan suatu informasi. Pemuka pendapat (opinion leader) pasif artinya
16
pemuka pendapat (opinion leader) dicari followersnya. Dalam hal ini follower aktif
mencari informasi kepada pemuka pendapat (opinion leader) sehubungan dengan
masalah yang dihadapi. (Nurudin, 2000: 93).
Dengan demikian bukan hanya masyarakat yang memerlukan dan
membutuhkan informasi dari seorang opinion leader akan tetapi juga seorang opinion
leader juga terkadang mencari masyarakat guna menyampaikan informasi yang
hendak disampaikannya. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa seorang opinion
leader mempunyai hubungan (relasi) yang relatif dekat dan saling mengenal dan
mengetahui satu sama lain. Hanya saja terkadang proses untuk saling membutuhkan
dan penyampaian informasi akan berjalan seiring dengan intensitas pesan yang
hendak disampaikan. Akan tetapi seorang opinion leader memiliki kelebihan yang
kadang kurang dimiliki oleh masyarakat yang berstatus masyarakat biasa. Sebab
dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh pemuka pendapat (opinion leader)
inilah yang menjadikannya pantas dijadikan tempat bertanya masyarakat lain yang
bertempat tinggal di daerah setempat, atau hanya sekedar sebagai tempat untuk
mencari informasi.
Dalam masyarakat yang sedang mengalami proses modernisasi, peranan
pemuka pendapat (opinion leader) dibutuhkan untuk membimbing masyarakat dalam
menerima inovasi baru dengan cara mempraktekkan terlebih dahulu ide-ide baru
sebelum disebarluaskan pada masyarakat setempat. Hal ini seperti yang dinyatakan
oleh Katz, bahwa merupakan tugas pemuka pendapat (opinion leader)
memperkenalkan kepada masyarakat mengenai ide-ide baru yang sesuai dengan
hakikat lingkungannya, melalui media apapun yang dirasa tepat. ( Eduard Depari dan
Colin Mac Andrew, 1973: 23).
17
Kerjasama dengan seluruh elemen masyarakat baik tokoh formal maupun
tokoh informal yang berguna untuk menyebarluaskan informasi dan memberikan
motivasi kepada seluruh masyarakat luas. Pihak ini berposisi sebagai opinion leader.
Pemberian bekal para kader kesehatan secara terarah pada safe mother hood juga
perlu segera direalisasikan. (www.adln.lib.unair.ac.id 25 Agustus 2007 14: 10: 56
GMT).
F.2.b. Keberadaan pemuka pendapat (opinion leader)
Menurut Everett M. Rogers ada tiga cara untuk mengukur ataupun mengetahui
adanya pemuka pendapat (opinion leader), yaitu :
b) Metode Sosiometrik Metode sosiometrik ini masyarakat ditanyakan kepada siapa mereka meminta
nasihat atau mencari informasi mengenai masalah kemasyarakatan yang sedang dihadapinya. Metode sosiometrik ini adalah metode yang paling tepat untuk dapat menentukan siapakah pemimpin masyarakat yang sesuai dengan pandangan dan anggapan oleh para pengikutnya.
c) Informant’s Rating Metode informant’s rating ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu pada
orang atau responden yang dianggap sebagai key informants dalam masyarakat sebagai pemimpin-pemimpin mereka. Di dalam metode ini orang yang ingin mengetahui siapakah pemimpin masyarakat melalui responden harus jeli dalam memilih key informants dan mereka yang benar-benar akrab dengan masyarakatlah yang selayaknya pantas untuk dipilih menjadi pemimpin.
d) Self Designing Method Metode self designing method adalah metode yang dapat mengajukan pertanyaan
kepada para responden dan meminta untuk ditunjukkan tendensi yang lain yang dapat menunjuk siapa-siapa saja yang diperkirakan dapat mempunyai pengaruh. Validitas pertanyaan ini sangat tergantung pada ketepatan (akurasi) responden untuk mengidentifikasi dirinya sebagai pemimpin. Dengan kata lain, bias jadi ia jarang dimintai nasehat atau informasi, akan tetapi di dalam menjawab pertanyaan ia menjawab sering.
Para pemuka pendapat (opinion leader) yang secara informal dapat
mempengaruhi tindakan-tindakan atau sikap dari orang-orang lain, baik mereka,
masyarakat yang sedang mencari-cari informasi (opinion seeker) ataupun orang
yang sekedar menerima informasi secara pasif (opinion recipient).
(www.direxionconsulting.com). Para pemuka pendapat (opinion leader) ini,
18
terlebih yang tinggal di wilayah pedesaan, kuantitas untuk lebih memperoleh
kepercayaan (trust) dari masyarakat akan lebih besar. Hal ini tidak terkecuali pada
semua anggota masyarakat yang ada di dalam sebuah desa, baik dewasa maupun
para orangtua, keberadaan opinion leader akan sangat berpengaruh terhadap
tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Orang-orang tua yang mayoritas
mengenyam pendidikan yang sangat minim bahkan ada yang tidak mengenyam
pendidikan sama sekali, mereka masih sangat membutuhkan keberadaan seorang
opinion leader sebagai tempat mendapatkan informasi dan menjadi tempat
bertanya perihal persoalan yang sedang dihadapi.
Walaupun tidak semua opinion leader pada dirinya hanya mempunyai
kemampuan untuk menjaga kredibilitas (wibawa) maka ia kemudian ditokohkan
oleh para anggota masyarakatnya. Dengan lain perkataan, para opinion leader
hanya melekat sebuah kemampuan yang hanya mengacu pada satu segi
permasalahan atau topik saja (monomorphism opinion leadership).
Ada dua macam kepemimpinan seorang opinion leader dilihat dari aspek
penguasaan materi permasalahan ataupun penguasaan topik:
1) Monomorphic opinion leadership
Monomorphic opinion leadership adalah seorang pemuka pendapat yang
hanya menguasai satu macam topik permasalahan dalam hal kecenderungan
seorang individu untuk melakukan tindakan. Di dalam Monomorphic opinion
leadership ini pemuka pendapat (opinion leader) ini hanya sedikit sekali
penguasaan dan pemahamannya sebab hanya terbatas pada satu pokok persoalan
inti saja. Dengan kata lain tingkat kemampuan seorang opinion leader hanya
sebagai sebuah pemuka pendapat pada satu bidang ilmu.
2) Polymorphic opinion leadership
19
Polymorphic opinion leadership adalah seorang pemuka pendapat (opinion
leader) yang menguasai lebih dari berbagai topik permasalahan di dalam
kecenderungannya terhadap tindakan yang dilakukan oleh masyarakatnya. Pemuka
pendapat yang disebut Polymorphic opinion leadership ini menguasai lebih banyak topik
permasalahan ini adalah yang paling mudah untuk mendapatkan followers sebab opinion
leader ini dirasa mampu untuk memberikan informasi yang jauh lebih banyak daripada
yang hanya menguasai satu tema permasalahan saja.
F.3. Teori Difusi Inovasi
Teori difusi inovasi ini diarahkan pada aspek pengaruh media yang agak
berbeda. Teori ini difokuskan pada cara komunikasi, khususnya mengenai
komunikasi massa, dan juga cara mempengaruhi orang untuk melaksanakan
(mengadobsi) sesuatu yang baru atau sesuatu yang bersifat berbeda dari yang ada.
(Joseph A. Devito,1997: 526).
F.3.a. Difusi
Pengertian difusi ini didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu terhadap
anggota suatu sistem yang bersifat sosial. (www.fakultasluarkampus.net 25
Nopember 2007).
Difusi ini mengacu pada menyebarnya sebuah informasi yang masih baru,
inovasi maupun proses yang baru ditujukan kepada seluruh masyarakat. Difusi
dapat juga dikatakan sebagai suatu tipe di dalam ilmu komunikasi khusus dimana
pesannya adalah sebuah ide-ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat dianggap
sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi
20
dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Untuk itu istilah difusi tidak dapat lepas
dari inovasi. Hal ini disebabkan karena tujuan utama dari proses difusi adalah
untuk mengadopsi anggota sistem sosial tertentu dengan cara inovasi. Anggota
sistem sosial yang berupa individu, kelompok informal, organisasi maupun sub
sistem.
F.3.b. Definisi Inovasi
Inovasi secara umum didefinisikan sebagai suatu ide, praktek maupun objek
yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu ataupun oleh satu unit
adopsi yang lain.
• Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi,
yakni suatu desain yang digunakan untuk sebuah tindakan instrumental dalam
rangka mengurangi ketidakteraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai
suatu tujuan tertentu.
• Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah sebuah era dimana
banyak inovasi-inovasi dalam pendidikan kontemporer diadopsi, seperti
matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan
terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (tema teaching) dan
termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.
(www.fakultasluarkampus.net 25 Nopember 2007).
Dalam inovasi ini adanya seorang inovator, atau mereka yang pertama-tama
mengadopsi, belum tentu adalah pencetus sebuah gagasan baru ini, akan tetapi
merekalah yang akan memperkenalkannya secara cukup luas. Adopter awal, kadang-
kadang dinamai ‘pembawa pengaruh’, melegitimasi gagasan dan kemudian
21
membuatnya dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya. (Joseph A. Devito,1997:
526).
Tahap keputusan inovasi :
a) Tahap pengetahuan b) Tahap bujukan c) Tahap keputusan d) Tahap implementasi e) Tahap pemastian
(www.teguhimanprasetya.wordpress.com 25 Nopember 2007)
F.3.c. Konsep-konsep Adopsi
Adopsi mengacu pada sebuah reaksi yang bersifat positif pada orang terhadap
inovasi dan pemanfaatannya.
Di dalam proses adopsi ini, William McEwen (1975) mengidentifikasikan kedalam tiga tahap umum :
1. Pada tahap akuisisi informasi orang memperoleh dam memahami informasi tentag inovasi. Misalnya, seorang guru belajar tentang ancangan baru untuk memberikan kuliah di kelas besar.
2. Pada tahap evaluasi informasi orang mengevaluasi informasi tentang inovasi. Misalnya, guru tadi menyadari bahwa metode yang baru itu lebih efektif daripada metode yang lama.
3. Pada tahap adopsi atau penolakan orang mengadopsi (melaksanakan) atau menolak inovasi. Misalnya, guru tersebut mulai mengjaar dengan menggunakan metode baru ini. (Joseph A. Devito,1997: 526)
Untuk itu sangatlah jelas terlihat bahwa orang tidak akan memilih untuk mengadopsi
ataupun menolak inovasi pada jangka waktu yang bersamaan. Periset dalam bidang difusi
informasi membedakan lima tipe adopter:
Mayoritas Mayoritas awal akhir Adopter awal kelompok yang
Inovator tertinggal
22
3% 14% 34% 34% 14%
Gambar 1.1 Lima tipe adopter dalam populasi
• Inovator, orang yang pertama ,mengadopsi inovasi. Inovator ini menyukai hal yang
baru dan menyukai percobaan.
• Adopter awal, yang terkadang sebagai pembawa pengaruh, melegitimasi gagasan dan
membuatnya diterima masyarakat. Orang-orang di dalam kelompok ini adalah orang-
orang yang berpengaruh dan lebih dahulu memiliki akses.
• Mayoritas awal, mengikuti pembawa pengaruh dan melegitimasi labih jauh inovasi
ini. Di dalam kelompok ini orang-orangnya yang lebih dahulu selangkah lebih maju.
• Mayoritas akhir, mengadopsi inovasi agak belakang. Di dalam kelompok ini
mungkin dapat mengikuti pembawa pengaruh ataupun mayoritas awal. Di dalam
kelompok mayoritas akhir ini, kelompok yang belakangan di dalam memperoleh
inovasi setelah mendapat contoh.
• Kelompok tertinggal (laggard), kelompok terakhir yang mengadopsi inovasi,
mungkin mengikuti orang dari tiga kelompok sebelumnya. Laggards ini adalah
lapisan paling akhir.
Kelima kelompok tersebut hampir mencakup 100% populasi. Sisanya adalah
kepala batu (diehards). Diehards ini adalah kelompok yang tidak pernah mengadopsi
inovasi. Sebagai contohnya adalah ketika seorang guru yang tidak mau menggunakan
teknik pengajaran yang baru dan seterusnya. Akan tetapi ada kalanya di beberapa situasi
dimana tidak terdapat kelompok kepala batu. Misalnya, jika seorang guru tersebut
mungkin menginginkan untuk terus menggunakan teknik pengajaran dan buku teks
tertentu. Namun jika buku teks tersebut tidak dicetak lagi, maka guru tersebut terpaksa
berubah dan bergabung dengan kelompok sebelumnya, yakni kelompok yang tertinggal
(laggards).
23
Pada umumnya, dari kelompok adopter hingga inovator jika dibandingkan dengan
kelompok yang tertinggal (laggards), berusia lebih muda daripada adopter akhir dan yang
berstatus sosial ekonominya lebih tinggi pula. Mereka memiliki pekerjaan yang bersifat
lebih spesialis, lebih empatis, dan kurang dogmatic. Mereka lebih terbuka terhadap
sebuah perubahan dan lebih banyak memanfaatkan informasi yang ada. Mereka ini
mempunyai orientasi yang lebih cosmopolitan dan pada umumnya merupakan pemuka
pendapat (opinion leader).
F.3.d. Unsur-unsur Difusi Inovasi
Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, yang meliputi : 1. Inovasi 2. Saluran Komunikasi 3. Kurun waktu tertentu 4. Sistem sosial. (www.fakultasluarkampus.net 25 Nopember 2007). Difusi inovasi adalah mengubah masyarakat melalui penyebarluasan ide-ide dan
hal-hal baru. Difusi merupakan bentuk khusus komunikasi (penyebarluasan) Roger dan
Schoemaker (1971) studi difusi mengkaji pesan-pesan, ide-ide, dan hal-hal baru, maka
dipihak penerima umumnya akan terjadi derajat resiko tertentu. Inovasi adalah
merupakan diperkenalkannya gagasan, ide-ide baru dan mempunyai dampak bagi
perubahan sosial.
F.3.e. Komponen dan Proses Difusi Inovasi
Menurut Roger dan Schoemaker, 1971, menyatakan bahwa proses penyebarluasan
inovasi terdapat unsur-unsur utama yang terdiri dari :
a) Inovasi
b) Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu
c) Jangka waktu tertentu
d) Diantara para anggota tertentu
24
F.4. Definisi dan Proses Komunikasi
F.4.a. Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata
latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
disini maksdunya adalah sama dalam hal makna. Sehingga jikalau misalnya ada sua
orang yang terlibat di dalam sebuah komunikasi, misalnya di dalam bentuk
percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan
makna mengenai apa yang sedang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang
dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna.
Dengan perkataan lain, mengerti bahasanya belum tentu mengerti makna yang
dibawakan oleh bahasa itu. Percakapan yang dilakukan oleh kedua orang tersebut
dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang
dipergunakan, juga mengerti makna dan bahan yang dipercakapkan. (Onong Uchyana
Effendi,1984:9). Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi akan terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan (message) yang disampaikan oleh
seorang komunikator dan diterima oleh komunikan. Dengan kata lain, secara umum
komunikasi dapat dimaknai sebagai proses penyampaian dan sekaligus penerimaan
pesan (message) antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang disampaikan dapat
dipahami secara bersama-sama.
Menurut Joseph A. Devito ( 1997: 23 ) :
“ Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan
menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi di dalam suatu konteks
tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan
balik (feedback)”.
25
Komunikasi merupakan sebuah proses yang bersifat sosial yang selalu menyertai
kehidupan manusia dalam hal menunjukkan eksistensinya dimanapun ia berada.
Komunikasi akan menemukan bentuknya secara lebih baik di saat menggunakan
bahasa sebagai alat penyampai pesan kepada lawan bicara.
Komunikasi menurut Harold Lasswell, yaitu “ who says what in which channel to
whom with what effect”, dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Sumber (source)
Sumber (source) ini dapat pula dikatakan sebagai komunikator maupun pengirim
pesan yang ditujukan untuk komunikan.
b) Pesan (message)
Di dalam pesan yang disampaikan oleh sumber (source), pesan ini adalah
keseluruhan yang dikomunikasikan dan disampaikan kepada penerima (receiver).
c) Saluran (Channel)
Saluran ini yang dapat disebut juga sebagai media penyalur antara komunikan
dengan komunikator selalu menggunakan alat yang disebut saluran ini untuk
menyampaikan pesan kepada penerima.
d) Penerima pesan (Receiver)
Adalah orang yang menerima pesan dari sumber informasi atau komunikator.
e) Efek (effect)
Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. (
Deddy Mulyana,2003: 62)
F.4.b. Proses komunikasi
Di dalam proses komunikasi menurut Sardjono (Nurudin,2000:88) terdapat
empat tahap model arus komunikasi, yaitu:
26
a) Model jarum Injeksi (hypodermic needle model)
Di dalam model ini, secara substansial berarti one step flow, yaitu arus
komunikasi yang berjalan secara satu arah. Dasar pemikirannya adalah suatu
keyakinan bahwa khalayak bersikap pasif terhadap berbagai macam informasi
yang menyertainya, sebaliknya media aktif untuk mempengaruhi audience. Hal ini
akan berakibat bahwa segala informasi yang datang dari media kepada khalayak
akan mengenai audience. Dengan perkataan lain, audience dianggap sebagai
pihak yang tidak berdaya dan tidak pernah berhubungan dengan orang lain.
Sementara itu, hubungan dengan orang lain nyaris tidak dapat dipisahkan dalam
tatanan pergaulan hidup bermasyarakat.
Mass audience Feedback sama Reaksi sama
Defenseless mind/ pasif
Gambar 1.2
Model jarum Injeksi (hypodermic needle model)1
b) Model Alir Satu Tahap (One Step Flow Model)
Di dalam model alir satu tahap (One Step Flow Model), hampir
menyerupai model jarum injeksi, terletak pada saluran media massa yang
langsung berhubungan dengan audience. Pesan-pesan media mengalir tanpa
melalui perantara. Dengan kata lain, audience dapat mengakses langsung media.
Selain itu di dalam model ini, media massa bukanlah all powerfull dan tidak
semua media mempunyai kekuatan yang sama, dan juga mempengaruhi
Pesan-pesan Media massa
27
kemungkinan timbulnya reaksi atau efek yang berbeda di kalangan audience
penerima terhadap pesan media yang sama.
c) Model Alir Dua Tahap (Two Step Flow Model)
Model Alir Dua Tahap (Two Step Flow Model) ini adalah bahwasannya pesan-
pesan media massa tidak seluruhnya langsung mengenai audience. Oleh karenanya,
di dalam model ini ada pihak-pihak tertentu yang membawa pesan dari media untuk
diteruskan kepada masyarakat. Pihak-pihak itu disebut sebagai opinion leader
(pemuka pendapat). Model alir dua tahap (Two Step Flow Model) ini dikarenakan
adanya dua tahapan di dalam penyebaran infomasi kepada masyarakat. Tahap yang
pertama adalah pesan media pada opinion leader, dan tahap yang keduanya adalah
pesan opinion leader pada audience. Audience disini bertindak sebagai followers yang
tidak banyak bersentuhan dengan media massa. Sedangkan opinion leader lebih
banyak bersentuhan dengan media massa. Sehingga dapat dikatakan bahwa opinion
leader ini mempunyai kelebihan dalam hal mengakses pesan media daripada
followers-nya yang hanya mendapat informasi dari opinion leader saja.
x : Opinion leader o : followers
28
Gambar 1.3 Model Alir Dua Tahap (Two Step Flow Model) (Nurudin,2000:88)
d) Model Alir Banyak Tahap (Multi Step Flow Model)
Model ini menyatakan bahwa pesan-pesan media massa menyebar kepada
audience melalui interaksi yang kompleks. Media mencapai audience dapat dengan
langsung maupun tidak langsung melalui relaying (penerusan) yang terjadi secara
beranting, baik melalui opinion leaders maupun melalui hubungan yang saling
berkaitan antara audience dengan sesamanya.
F.5. Karakteristik Masyarakat Pedesaan
Dalam suatu kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan, pada
umumnya masyarakat pedesaan masih tinggal di daerah yang mayoritas banyak terdapat
lahan-lahan pertanian. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat di
daerah pedesaan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dikarenakan wilayah
agrarisnya yang sangat luas. Selain itu sistem pembagian kerja yang masih relatif
sederhana dan bahkan belum terspesialisasi, sehingga pola pelapisan sosialnya tidak
begitu kentara. Masyarakat pedesaan lebih mementingkan kepentingan umum
(kepentingan orang banyak) dan kekerabatan yang masih sangat erat. Maka, sistem
yang terdapat dalam sebuah
masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang selalu berhubungan dengan satu sama
lainnya. Sebab, di dalan sebuah sistem itu sendiri adalah sebuah satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Jika salah seorang merasa kurang maka yang lain pun akan ikut
merasakan penderitaan sesamanya. Hal ini juga tampak pada aktifitas saling membantu
yang disebut dengan gotong-royong.
Ciri-ciri yang menonjol dalam kehidupan masyarakat pedesaan adalah sebagai
berikut :
1. Secara umum kehidupannya tergantung pada alam (bercocok tanam)
29
2. Anggotanya saling mengenal satu sama lain 3. Sifat kegotongroyongan yang sangat erat 4. Penduduk memiliki sedikit perbedaan, dan 5. Penghayatan dalam kehidupan religi lebih kuat (Tim Sosiologi,2000:
171).
Berdasarkan ciri masyarakat pedesaan tersebut di atas, masyarakat pedesaan lebih suka
melakukan pekerjaan secara bersama-sama dan tanpa pamrih. Misalnya saja dengan
gotong-royong untuk membangun rumah atau tempat tinggal maupun membangun
sarana sebagai fasilitas bersama di desa yang nantinya digunakan bersama.
Maka tidak mengherankan jikalau di dalam kehidupan masyarakat desa lebih tenang
dan cenderung damai dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah
perkotaan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tejadinya permasalahan maupun
konflik di wilayah desa yang relative kecil. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Roucek dan Warren mengenai kharakteristik masyarakat pedesaan :
- Masyarakat desa memiliki sifat yang homogen dalam hal mata
pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan, dan dalam sikap dan tingkah
lakunya.
- Kehidupan masyarakat di desa lebih menekankan anggota keluarga
sebagai unit ekonomi
- Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada
- Hubungan sesamanya antar anggota masyarakat lebih intim dan akrab
daripada masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan.
F.6. Perkembangan Masyarakat Pedesaan
Kedudukan yang tidak seimbang antara desa dengan kota, tercermin dari
dalam hubungan (relasi) struktural-fungsional antara desa dan kota itu sendiri.
Masyarakat desa seringkali diidentikkan dengan “tenaga kasar”, dengan berbagai hasil
yang diperoleh dari desa, misalnya bahan makanan, bahan mentah, penghasil tenaga
30
kasar seperti pembantu rumah tangga dan kuli bangunan. Sedangkan masyarakat kota
identik dengan “pelindung” dan terkesan selalu “bersih” baik dari segi lingkungan
maupun warganya. Sehingga warga desa dapat memperbaiki hidupnya jikalau berada
di kota untuk mengadu nasib.
Perkembangan peradaban biasanya diidentifikasi dengan perkembangan kota-
kota besar, dan petani di desa sebagai pencocok tanam yang mempunyai hubungan
tetap dengan kota itu sendiri. Perjalanan evolusi kebudayaan seringkali dimulai dari
pusat-pusat khusus desa, yang nantinya akan menjadi kota besar. Seiring dengan
perkembangan yang terjadi inilah yang nantinya akan signifikan terhadap
perkembangan peradaban di desa yang kemungkinan akan terkikis keasliannya.
Ada beberapa faktor yang membuat masyarakat desa akan bergerak menuju
perkembangan yang mengarah pada perubahan, antara lain faktor luar (external) dan
faktor yang berasal dari dalam (internal). Faktor-faktor yang dating dari luar
(external) adalah, sebagai berikut :
1. Pengaruh modernisasi pertanian, baik cara, pupuk, seleksi dan sebagainya.
2. Perekonomian uang memberikan nilai-nilai hidup secara kebendaan saja.
3. Terbukanya pedesaan oleh alat-alat perhubungan yang baru dan baik, seperti
kereta api, kendaraan bermotor, pers atau surat kabar, radio, dan juga
televisi.(Soekandar Wiriatmojo, 1982: 133).
Sedangkan untuk factor yang berasal dari dalam (internal) adalah
bahwasannya masyarakat desa yang lebih inovatif terhadap gagasan-gagasan baru dan
ide-ide baru.
F.7. Definisi dan Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
F.7.a. Definisi Promosi Kesehatan
31
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni dalam membantu masyarakat dalam
upaya menjadikan gaya hidup masyarakat yang sehat dan optimal. Kesehatan yang
optimal didefinisikan sebagai suatu keseimbangan kesehatan antara kesehatan fisik,
emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Hal ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup
saja, akan tetapi juga berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan
dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat. Adapun pengubahan
gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabungan :
a) Menciptakan lingkungan yang mendukung
b) Mengubah perilaku masyarakat terhadap kesehatan
c) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan bagi
hidupnya. (www.wikipedia.org/Promosi Kesehatan 22 Desember 2007 00: 20:
00 GMT)
Adapun gambaran sebuah proses promosi kesehatan adalah sebagai berikut:
Gambar 1.4 Proses Promosi Kesehatan
(www.promosikesehatan.com,2007)
Promosi kesehatan adalah kombinasi dari berbagai dukungan yang
menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk
perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan
32
Ottoson, 1998). Promosi kesehatan juga merupakan proses pemberdayaan masyarakat
agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, yang artinya adalah proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui
kelompok-kelompok yang potensial di dalam masyarakat itu sendiri, bahkan oleh
seluruh komponen yang ada di dalam sebuah komunitas masyarakat. Proses
pemberdayaan tersebut dilakukan sesuai dengan sosial budaya setempat, sesuai
dengan keadaan, permasalahan dan potensi
daerah setempat. Proses pemberdayaan tersebut pun juga harus secara bersama-sama
dilakukan seiring dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun nonfisik, termasuk didalamnya peraturan perundangan dan kebijakan.
(www.promosikesehatan.com/profile/index.php?page=2 24 Desember 2007 01: 03: 56 GMT)
Dalam kegiatan promosi kesehatan ini diperlukan adanya strategi-strategi yang
tepat agar kegiatan promosi yang dilakukan dalam rangka mempromosikan kesehatan
masyarakat dapat mencapai target dan tujuan yang hendak dicapai. Strategi promosi
berkaitan dengan masalah-masalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
komunikasi persuasive dengan masyakarat. Strategi promosi kesehatan yang
dilakukan untuk mencapai hasil yang maksimal dan optimal biasanya berbeda untuk
setiap instansi yang melakukan promosi dalam melaksanakan aktivitas promosinya.
Akan tetapi pada dasarnya tujuan utama yang ingin dicapai adalah sama, yakni untuk
mempengaruhi masyarakat agar memanfaatkan produk atau jasa yang ditawarkan oleh
instansi terkait.
Kegiatan promosi kesehatan ini ialah seseorang yang sering kali
mempengaruhi sikap orang lain terhadap produk konsumsi. Konkritnya, orang-orang
33
ini menjadi sumber informasi mengenai produk yang ditawarkan (termasuk jasa
pelayanan seperti jasa kesehatan), dapat memberi nasihat atau saran mengenai apa
yang diperbolehkan (atau tidak) sehingga mengurangi resiko (finansial) serta juga
dapat menawarkan umpan balik (feedback) yang bersifat positif untuk mendukung
dan menguatkan keputusan yang telah dibuat oleh pengikut sarannya. Jadi opinion
leader mempunyai peran penting sebagai pembawa informasi, pembujuk dan penguat,
yang dari aspek pemasaran dapat disetarakan dengan alat promosi kesehatan. Fungsi
yang hampir sama dijalankan oleh market mavens, sebagai aspek sumber informasi
kepada setiap keluarga di dalam sebuah masyarakat
(www.pdpersi.co.id?show=detailnews&kode=429 22 Desember 2000).
Selain berfungsi sebagai pembawa informasi, opinion leader juga merupakan
seseorang yang berfungsi sebagai agen perubahan yang memegang peranan penting
dalam menginternalisasi nilai guna mewujudkan masyarakat yang semakin harmonis.
Karena setiap promosi kesehatan akan berorientasi pada sebuah perubahan yang
hendak dicapai terutama untuk menambah intensitas derajat kesehatan manusia
menjadi lebih baik dan terbaik (www.pontianakpost.com/berita/index.asp?=opini&id
19 September 2007 14: 34: 00 GMT).
Pengertian strategi berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah
“kepimpinan” (leadership). Strategi adalah keseluruhan tindakan-tindakan yang
ditempuh oleh sebuah organisasi untuk mencapai sasaran-sasarannya (Winardi, 1989:
46 ). Sedangkan strategi menurut Effendy adalah:
“Strategi adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.”
(Effendy, 1993: 7) Pada hakikatnya, strategi adalah sebuah taktik atau cara operasional dari suatu
perencanaan dan menejemen suatu organisasi atau instansi dalam upaya untuk
34
mencapai sasaran dan tujuannya. Dalam hal ini strategi akan sangat menunjang pada
keberhasilan target yang hendak dicapai.
Promosi yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, pada hakikatnya
merupakan sebuah cara untuk memperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan visi
dan misi yang hendak diraih. Selain itu pula promosi kesehatan akan sangat
membutuhkan strategi komunikasi yang cukup efektif yang pada akhirnya dapat
diterima oleh masyarakat nantinya.
F.7.b. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan merupakan sebuah proses pemberdayaan masyarakat agar
dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Ruang lingkup promosi kesehatan
bersifat luas dan dapat berkembang sesuai dengan keadaan dan perkembangannya.
Promosi kesehatan mencakup:
a) Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan atau perbaikan dari suatu perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan suatu masyarakat
b) Pemasaran sosial (social marketing) yang penekanannya pada pengenalan produk atau jasa melalui kampanye.
c) Upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
d) Upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang penekanannya pada penyebaran informasi.
e) Upaya advokasi di bidang kesehatan, yakni upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang atau sektor, sesuai dengan keadaan).
f) Promosi kesehatan juga pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat (communication development), penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat (communication empowerment), dll. (www.promosikesehatan.com/profile/index.php?page=2 24 Desember 2007 01: 03: 56 GMT)
Promosi kesehatan diselenggarakan melalui proses pengkajian atau pemetaan
masalah, proses perencanaan yaitu rumusan rencana atau rumusan tujuan seperti
pengingkatan yang diharapkan, proses penggerakan pelaksanaan yakni kesiapan dari
35
suatu pelaksanaan kegiatan,proses pemantauan yang berfokus pada pelaksanaan yang
akan segera dikoreksi jika terjadi penyimpangan, proses penilaian yang berfokus pada
perbaikan rencana, dan yang terakhir adalah proses pelaporan yang melaporkan secara
keseluruhan proses dan komponen, termasuk tujuan yang dicapai, kegiatan yang
dilakukan, sumber daya yang dipergunakan, dll.
Di dalam perkembangannya, promosi kesehatan berhubungan erat dengan
komunikasi publik, yang mana komunikasi publik ini akan berpengaruh dengan
perkembangan yang hendak akan dilakukan oleh suatu tindakan promosi yang
berorientasi pada bidang kesehatan. Komunikasi publik ini sendiri mempunyai
peranan tertentu di dalam sebuah organisasi maupun instansi yang tidak kalah
pentingnya dengan dua komunikasi lainnya. Komunikasi publik adalah komunikasi
antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak dapat
dikenali satu persatu. Komunikasi publik ini biasanya berlangsung lebih formal
karena menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan untuk
menghadapi khalayak. Komunikasi publik cenderung bersifat pasif diantara salah
satu pihak (pendengar). (www.blogger.com/feeds/post 16 Desember 2007 16: 19: 09
GMT). Komunikasi publik melibatkan sejumlah orang besar penerima, sebab pesan
yang disampaikan dalam komunikasi publik ini dimaksudkan untuk menarik banyak
orang. Orientasi komunikasi publik terjadi pada pembicara atau sumber, yang
mendominasi hubungan timbal balik antara pembicara dengan penerima. Antara
pembicara dan pendengar (penerima) kurang terdapat interaksi karena kurangnya
interaksi secara langsung antara pembicara dengan pendengar terlebih saat pendengar
berjumlah sangat besar. Dalam sejumlah orang banyak yang ada, bahasa yang
digunakan lebih umum agar dapat dipahami oleh pendengar. Pendengar yang secara
global bersifat sangat umum dan bervariasi ini juga dipengaruhi dengan adanya
36
Komunikasi peribahan perilaku (Behaviour Change Communication). Komunikasi
perubahan tingkah laku ini perlu dilakukan dengan menggunakan strategi yang lebih
beragam serta menyesuaikan dengan tingkat sasaran yang ingin dicapai. Cara-cara
yang kuno atau kurang modern misalnya dengan berbicara di depan sekelompok
orang bukanlah cara yang efektif dan disukai oleh masyarakat (Pikiran Rakyat, 14
Juni 2007). Di dalam Komunikasi perubahan perilaku (Behaviour Change
Communication) memerlukan aspek persuasi, untuk mampu menghasilkan arah yang
jelas dalam penyampaian suatu pesan. Untuk dapat menyampaikan pesan dengan
baik, diperlukan suatu metode yang dinamakan Neuro Linguistic Programming
(NLP), yang dikembangkan melalui cara memodel keunggulan manusia sehingga
dapat ditiru atau dipergunakan oleh orang lain. Salah satu model keunggulan yang
dimodel adalah ilmu persuasi yang dimiliki oleh para hynotherapist dan
psychotherapist dalam memfasilitasi perubahan perilaku klien-kliennya. Persuasi
adalah suatu cara komunikasi yang bertujuan untuk menambah model bepikir
seseorang sehingga dapat menjadi lebih fleksibel dan memiliki pilihan yang lebih
banyak. Keunggulan komunikasi yang dimodel antara lain adalah bagaimana
menggunakan cara komunikasi persuasive yang dapat mengoptimalkan peran pikiran
bawah sadar seseorang, sehingga pesan secara efektif menjadi lebih diterima. Hal ini
yang di dalam NLP (Neuro Linguistic Programming) disebut sebagai Milton model,
yaitu menggunakan pola-pola bahasa berbasis conversational hypnosis untuk
diaplikasikan di dunia persuasi Milton Model adalah model bahasa (hipnotik) yang
dikembangkan oleh Milton H Erickson, dengan menggunakan berbagai rekayasa
linguistic, gramatikal dan semantic untk memeperoleh efek hipnotis yang diinginkan.
Keunggulan komunikasi yang lain adalah dalam hal menghadapi keberatan
yang diajukan seseorang yang resisten terhadap suatu perubahan. Neuro Linguistic
37
Programming (NLP) telah mampu menganalisis keunggulan tersebut,
mengkategorikan dan menjadikannya mudah dipelajari sebagai suatu language
pattern set. Suatu keberatan hanyalah eksis di pikiran seseorang dan jika mampu
mengklarifikasikan secara tepat maka akan hilang di pikirannya. Ilmu untuk
melakukan klarifikasi secara tepat ini disebut sebagai ilmu Meta Model, meta artinya
ada diatas, yaitu model bahasa untuk mengklarifikasikan suatu bahasa dan bahasa
yang ada di diatas suatu bahasa. (www.ronnyfr.com/wp-trackback.php?p=3 25
Desember 2007 14: 07: 41 GMT)
F.8. Definisi Kesehatan Masyarakat
Pengertian kesehatan menurut UU No. 23 tahun 1992 kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial ekonomis. Sedangkan menurut Winslow (1920), kesehatan
masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni: mencegah penyakit, memperpanjang
harapan hidup, dan meningkatkan kesehatan dan efisiensi masyarakat, melalui ‘usaha-
usaha pengorganisasian masyarakat’ untuk :
a) Perbaikan sanitasi lingkungan b) Pemberantasan penyakit-penyakit menular c) Pendidikan untuk kebersihan perorangan d) Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis
dini dan pengobatan e) Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003, 10)
Kesehatan mencakup :
1. Kesehatan badan: bebas dari penyakit, semua organ tubuh berfungsi secara sempurna.
2. Kesehatan jiwa: dibagi menjadi 3 yaitu:
- Pikiran: berpikir runtut, positif, dan dapat diterima oleh akal sehat.
38
- Emosi: dapat mengekspresikan emosinya.
- Spiritual: dapat mengekspresikan rasa syukur terhadap Tuhan YME.
3. Kesehatan sosial: bisa berinteraksi dengan orang lain.
4. Kesehatan ekonomi: dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Misalnya anak-anak
sekolah, dewasa mencari nafkah, dan lansia mengisi waktu dengan mengikuti suatu
kegiatan.
Permasalahan yang terjadi dalam hubungannya dengan kesehatan, bahwa masalah
kesehatan masyarakat adalah multi kausal, maka pemecahannya harus multidisiplin. Oleh
karenanya masalah kesehatan masyarakat mempunyai bentangan yang luas. Semua
kegiatan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit
(preventif, meningkatkan kesehatan (promotif, terapi (fisik, mental dan sosial), atau
kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan adalah upaya kesehatan masyarakat.
Kegiatan-kegiatan dalam upaya kesehatan masyarakat baik mencegah (preventif),
meningkatkan (promotif), dan pemulihan (rehabilitatif), jika tidak dilaksanakan secara
bersama-sama dan secara terus menerus hasil yang diperoleh tidak begitu kentara dan
kurang optimal. Hal ini karena permasalahan kesehatan masyarakat adalah masalah yang
kompleks dan multidimensi. Artinya perlu memperoleh adanya berbagai cara dari
berbagai sudut pandang dalam memecahkan berbagai macam penyakit yang ada di dalam
masyarakat.
Adanya partisipasi masyarakat, sebagai pihak yang menjadi sasaran utama dalam
meningkatkan kesehatannya, sangat diperlukan. Selain itu peran serta dari pemerintah
sebagai pembuat program dalam upaya kesehatan masyarakat, juga akan sangat
diperlukan peran sertanya. Walaupun pada akhirnya partisipasi masyarakat nantinya akan
kurang maksimal, ditambah dengan tenaga lapangan yang membuat Dinas Kesehatan
39
Kulon Progo kesulitan dalam upaya melakukan sweeping di setiap rumah
penduduk.(Kompas,11 September 2006)
Untuk itu adanya kerjasama yang baik dan guna untuk mencapai kesehatan
masyarakat yang baik pula harus menguntungkan bagi masyarakat, bukan untuk
pemerintah maupun lembaga. Sebab kesehatan masyarakat adalah lebih penting daripada
keuntungan materi. ( Kompas, 10 Maret 2006).
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian tentang Peran Opinion Leader Terhadap Sosialisasi Pola Hidup Bersih
dan Sehat pada Masyarakat di Kabupaten Kulonprogo ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau
gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih (Irawan
Soehartono,2000:35). Metode yang digunakan adalah studi kasus yang menguraikan dan
menjelaskan mengenai berbagai aspek secara individu, suatu kelompok, suatu organisasi,
program, maupun situasi sosial.
Metode deskriptif adalah metode yang hanya memaparkan, menuliskan, dan
melaporkan keadaan suatu objek ataupun suatu peristiwa yang berupa penyingkapan
sebuah fakta. Sedangkan metode studi kasus adalah metode
penelitian tentang subjek penelitian berupa individu, kelompok, lembaga, atau
masyarakat, yang berkenaan dengan suatu fase atau tahap, sehingga dapat memberikan
gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat dan karakter yang khas dari suatu
kasus. (Tim Sosiologi, 2000: 95-104).
Penelitian menggunakan metode deskriptif ini dapat digunakan untuk
memecahkan masalah dengan membandingkan persamaan dan perbedaan gejala yang
40
ditemukan, mengukur dimensi suatu gejala, mengadakan klarifikasi gejala, menilai gejala,
menetapkan standart, menetapkan hubugan antar gejala-gejala yang ditemukan dan lain-
lain. (Hadari Nawawi, 2001: 63)
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini diadakan di Desa Sentolo, Kecamatan Sentolo, Kabupaten
Kulonprogo, DIY.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data meliputi: angket, wawancara, observasi, studi
dokumentasi, dan teknik lainnya berupa analisis isi dan teknik proyeksi (Irawan
Soehartono,2000:65). Akan tetapi di dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data
dengan cara wawancara (interview), observasi dan studi pustaka.
a. Wawancara atau Interview
Wawancara atau interview dalam penelitian merupakan suatu kegiatan untuk
memperoleh informasi atau data dengan cara bertanya langsung kepada responden
atau sumber informasi. (Tim Sosiologi, 2000: 121 ).
Wawancara atau interview adalah pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden,
dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape
recorder). Daftar pertanyaan untuk wawancara ini disebut sebagai interview schedule,
sedangkan catatan garis besar tentang pokok-pokok yang akan ditanyakan disebut
sebagai pedoman wawancara atau interview guide (Irawan Soehartono, 2000:67).
b. Observasi
Observasi merupakan suatu aktifitas penelitian dalam rangka mengumpulkan
data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung
41
di lapangan. Fungsi dari observasi adalah untuk menjelaskan dan merinci gejala yang
terjadi. (Jalaluddin Rakhmat,1993: 85).
Sedangkan observasi menurut Soehartono, observasi adalah pengamatan
dengan menggunakan indera penglihatan, yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, observasi yang berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-
kegiatan orang yang diamati dapat dibedakan menjadi dua yaitu : observasi partisipan
(participant observation) dan observasi takpartisipan (nonparticipant observation).
Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah observasi takpartisipan
(nonparticipant observation) yaitu, pengamat berada diluar subjek yang diamati dan
tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Dengan demikian peneliti
lebih bebas dan lebih fleksibel dalam mengamati peristiwa. Sedangkan salah satu dari
observasi takpartisipan adalah catatan lapangan.
c. Studi Pustaka
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah informan. Informan
adalah orang dalam pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Selain sumber data diperoleh
dengan cara mencari dasar-dasar dan teori-teori melalui referensi dari data dan teori
berupa buku-buku, jurnal, artikel, serta sumber tertulis lainnya sebagai acuan dan
yang relevan dengan penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Menurut Noeng Muhadjir, analisis data adalah suatu upaya mencari dan menata
secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi
orang lain (Noeng Muhadjir,1991:104) Sedangkan menurut Patton, analisis data adalah
42
sebuah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori,
dan satuan uraian dasar. Dan menurut Bogdan dan taylor, analisis data adalah suatu
proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis atau ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan pada tema dan pada hipotesis itu (Moleong Lexy J, 1994:103).
Dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis
secara kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
angka. Hal ini disebabkan adanya penerapan yang ada di dalam metode kualitatif. Selain
itu, semua yang dikumpulkan mempunyai kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
sudah diteliti.
5. Validitas atau Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan data menurut Moleong meliputi : perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus
negatif, kecukupan referensial, pengecekan anggota, uraian secara rinci, dan auditing
(Moleong Lexy J,1994:175-183).
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menguji validitas data dan
keabsahan data yang diperoleh dengan cara teknik triangulasi sumber. Menurut Moleong,
triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Sedangkan menurut Denzin, yang membedakan empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan keabsahan datanya yang memanfaatkan sumber, metode, penyidik,
dan dengan teori (Moleong Lexy J,1994:178).
Triangulasi menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berada dalam metode kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara,
43
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara personal atau pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi dan kondisi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau
pendidikan yang tinggi, orang yang berada, dan orang pemerintahan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berhubungan dan
saling berkaitan.