28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diantaranya adalah meningitis purulenta yang juga merupakan penyakit infeksi yang perlu kita perhatikan. Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter, arakhnoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Sedangkan yang dimaksud meningitis purulenta adalah infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan reaksi purulen pada cairan otak. Penyakit ini lebih sering terdapat pada anak dibanding dengan orang dewasa. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis akan membuat makalah yang berjudul “Meningitis”. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu penyakit meningitis? 2. Apa saja etiologi penyakit meningitis? 3. Phatway meningitis? 4. Bagaimana manifestasi klinis dari meningitis? 5. Komplikasi yang ditimbulkan meningitis? 6. Bagaimana cara pemeriksaan diagnosa dari meningitis? 7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari meningitis?

BAB I Meningitis

  • Upload
    defit

  • View
    218

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diantaranya adalah meningitis purulenta yang juga merupakan penyakit infeksi yang perlu kita perhatikan.Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter, arakhnoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Sedangkan yang dimaksud meningitis purulenta adalah infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan reaksi purulen pada cairan otak.Penyakit ini lebih sering terdapat pada anak dibanding dengan orang dewasa. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis akan membuat makalah yang berjudul Meningitis.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa itu penyakit meningitis?2. Apa saja etiologi penyakit meningitis?3. Phatway meningitis?4. Bagaimana manifestasi klinis dari meningitis?5. Komplikasi yang ditimbulkan meningitis?6. Bagaimana cara pemeriksaan diagnosa dari meningitis? 7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari meningitis?8. Bagaimana cara pengkajian keperawatan dari meningitis?9. Apa diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi pada anak dengan meningitis?

1.3 Tujuan1. Tujuan Umum :Dapat memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan meningitis.2. Tujuan Khusus :Agar mahasiswa bisa1. Memahami tentang pengertian dari meningitis2. Memahami tentang etiologi dari meningitis3. Memahami tentang patofisiologi/pathway dari meningitis4. Memahami tentang manifestasi klinis dari meningitis5. Memahami tentang komplikasi dari meningitis6. Memahami tentang pemerikaan diagnosa dari meningitis7. Memahami tentang penatalaksanaan medis dari meningitis8. Memahami tentang pengkajian keperawatan meningitis9. Memahami tentang diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi pada anak dengan meningitis

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi MeningitisSelaput otak terdiri dari 3 lapisan dari luar kedalam yaitu Durameter, Aranoid, Piameter.Durameter terdiri dari lapisan yang berfungsi kecuali didalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat pada tulang dan terdapat sinus venosus. Falx serebri adalah lapisan vertikal durameter yang memisahkan kedua hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang horizontal dari Durameter yang memisahkan lobus oksipitalis dari serebelum.Araknoid merupakan membran lembut yang bersatu ditempatnya dengan parameter, diantaranya terdapat ruang subarnoid dimana terdapat arteri dan vena serebral dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar dari ruang subaranoid disebelah belakang otak belakang, memenuhi celah diantara serebelum dan medulla oblongata.Piamater merupakan membran halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang mensuplai darah keotak dalam jumlah yang banyak. Piameter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh medula spinalis.Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat. (Suriadi, dkk. Asuhan Keperawatan pada Anak, ed.2, 2006) Meningitis adalah infeksi ruang subaraknoid dan leptomeningen yang disebabkan oleh berbagai organisme pathogen. (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006) Meningitis merupakan infeksi parah pada selaput otak dan lebih sering ditemukan pada anak-anak. Infeksi ini biasanya merupakan komplikasi dari penyakit lain, seperti campak, gondong, batuk rejan atau infeksi telinga. (http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/otak.htm) Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang menghirup udara tersebut. (Anonim, 2007 dalam Juita, 2008)2.2 Etiologi1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.a. Neonatus sampai 2 bulan: GBS, basili gram negative, missal, Escherichia coli, Liateria monocytogenes, S. agalactiae (streptokokus gram B)b. 1 bulan sampai 6 tahun: Neisseria meningitidis (meningokokus), Streptococcus pneumoniae, Hibc. > 6 tahun: Neisseria meningitides, Streptococcus pneumoniae, parotitis (pre-MMR)d. Mycobacterium tuberculosis: dapat menyebabkan meningitis TB pada semua umur. Pling sering pada anak umur 6 bulan sampai 6 tahun 2. Virus: Enterovirus (80%), CMV, arbovirus, dan HSV3. Faktor predisposisi : jenis kelamin, laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin, anak yang mendapat obat-obat imunosupresi.6. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :1. Meningitis serosaAdalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.2. Meningitis purulentaAdalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

2.3 Patofisiologis MeningitisMeningitis terjadi akibat masuknya bakteri ke ruang subaraknoid, baik melalui penyebaran secara hematogen, perluasan langsung dari fokus yang berdekatan, atau sebagai akibat kerusakan sawar anatomik normal secara konginetal, traumatik, atau pembedahan. Bahan-bahan toksik bakteri akan menimbulkan reaksi radang berupa kemerahan berlebih (hiperemi) dari pembuluh darah selaput otak disertai infiltrasi sel-sel radang dan pembentukan eksudat. Perubahan ini terutama terjadi pada infeksi bakteri streptococcus pneumoniae dan H. Influenzae dapat terjadi pembengkakan jaringan otak, hidrosefalus dan infark dari jaringan otak.

Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan TIK. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada meningen. Edem dan eksudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan intrakranial. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed.2, 2005).

Penyebaran hematogen merupakan penyebab tersering, dan biasa terjadi pada adanya fokus penyakit lain (misalnya, pneumonia, otitis media, selulitis) atau akibat bakteremia spontan. Oleh karena patogen-lazim menyebar melalui jalur pernapasan , peristiwa awalnya adalah kolonisasi traktus respiratorius bagian atas.

Meningitis yang disebabkan oleh penyebaran nonhematogen mencakup penyebaran infeksi dari daerah infeksi yang berdekatan ( otitis media, mastoiditis, sinusitis, osteomielitis vertebralis atau tulang kranialis) serta kerusakan anatomi (fraktur dasar tengkorak, pasca-prosedur bedah saraf, atau sinus dermal konginetal di sepanjang aksis kraniospinalis). Gambaran lazim setiap penyebab infeksi adalah masuknya bakteri patogen ke dalam ruang subaraknoid dan perbanyakan bakteri. (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006 )

Meningitis biasanya mulai perlahan-lahan tanpa panas atau terdapat kenaikan suhu yang ringan saja, jarang terjadi akut dengan panas yang tinggi. Sering dijumpai anak mudah terangsang atau menjadi apatis dan tidurnya sering terganggu. Anak besar dapat mengeluh nyeri kepala. Anoreksia, obstipasi, dan muntah juga sering dijumpai.

Stadium ini kemudian disusul dengan stadium transisi dengan kejang. Gejala di atas menjadi lebih berat dan gejala rangsangan meningeal mulai nyata, kuduk kaku, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul opistotonus. Refleks tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya juga terdapat kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul gejala strabismus dan nistagmus. Sering tuberkel terdapat di koroid. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan kesadaran lebih menurun hingga timbul stupor.

Stadium terminal berupa kelumpuhan-kelumpuhan, koma menjadi lebih dalam, pupil melebar dan tidak bereaksi sama sekali. Nadi dan pernapasan menjadi tidak teratur, sering terjadi pernafasan `Cheyne-Stokes`.

Hiperpireksia timbul dan anak meninggal tanpa kesadarannya pulih kembali. Tiga stadium tersebut biasanya tidak mempunyai batas yang jelas antara satu dengan lainnya, namun jika tidak diobati umumnya berlangsung 3 minggu sebelum anak meninggal. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed.2, 2005)

PathwayOtak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.Invasi kuman ke selaput otak

Gangguan fungsi sistem regulasi Peningkatan TIK Hipertemia Gangguan persefsi Gangguan kesadaran sensori Gangguan metabolisme otak Gangguan rasa Gangguan mobilitas nyaman fisik Perubahan keseimbangan dan sel netron Difusi ion kalium dan natrium Gangguan perfusi jaringan Lepas muatan listrik Kejang Berkurangnya koordinasi otot Resiko trauma fisik

2.4 Manifestasi klinisTrias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk. Namun pada anak di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen lain mungkin tidak ditemui. Peruban tingkat kesadaran lazim terjadi dan ditemukan pada hingga 90% pasien. (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006 )manifestasi dari meningitis berdasarkan golongan usia sebagai berikut:Anak dan Remajaa. Awitan biasanya tiba-tibab. Demamc. Mengigild. Sakit kepalae. Muntahf. Perubahan pada sensoriumg. Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal )h. Peka rangsangi. Agitasij. Kekakuan nukalk. Dapat berlanjut menjadi opistotonusl. Tanda Kernig dan Brudzinski positifm. Hiperaktif tetapi respons refleks bervariasin. Tanda dan gejala bersifat khas untuk setiap organisme:o. Ruam ptekial atau purpurik (infeksi meningokokal), terutama bila berhubungan dengan status seperti syokp. Keterlibatan sendi (infeksi meningokokal dan H. influenzae)q. Drain telinga kronis (meningitis pneumokokal)r. Dapat terjadi:FotofobiaDeliriumHalusinasiPerilaku agresif atau maniakMengantukStuporKoma

Bayi dan Anak KecilGambaran klasik jarang terlihat pada anaka-anak antara usia 3 bulan dan 2 tahun a. Muntahb. Peka rangsangan yang nyatac. Sering kejang (seringkali disertai dengan menangis nada tinggi)d. Fontanel menonjole. Kaku kuduk dapat terjadi dapat juga tidakf. Tanda Brudzinski dan Kernig bersifat tidak membantu dalam diagnosag. Sulit untuk dimunculkan dan dievaluasi dalam kelompok usiah. Empihema subdural (infeksi Haemophilus influenza)

Neonatus: Tanda-tanda Spesifika. Secara khusus sulit untuk didiagnosab. Manifestasi tidak jelas dan tidak spesifikc. Baik pada saat lahir tetapi mulai terlihatmenyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapa harid. Menolak untuk makane. Kemampuan menghisap burukf. Muntah atau diareg. Tonus burukh. Kurang gerakani. Menangis burukj. Fontanel penuh, tegang, dan menonjol dapat terlihat pada akhir perjalanan penyakitk. Leher biasanya lemas

Tanda-tanda Nonspesifik yang Mungkin Terjadi pada Neonatusa. Hipotermia atau demam (tergantung pada maturitas bayi)b. Ikterikc. Peka rangsangd. Mengantuke. Kejangf. Ketidakteraturan pernapasan atau apneag. Sianosish. Penurunan berat badan (Donna L. Wong. Pedoman Keperawatan Pediatrik,ed.4,2003 )2.5 Komplikasia. Hidrosefalus obstruktifb. Meningococcal septicemia (mengingocemia)c. Sindrom Water Friderichsen (septic syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)d. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic Hormone)e. Efusi subduralf. Kejangg. Edema dan herniasi serebralh. Cerebral Palsyi. Gangguan mentalj. Gangguan belajark. Attention deficit disorder

2.6 Pemeriksaan diagnose1. Punksi Lumbal : tekanan cairan meningkat, jumlah sel darah putih meningkat, glukosa menurun, protein meningkat.Indikasi Punksi Lumbal:a. Setiap pasien dengan kejang atau twitching baik yang diketahui dari anamnesis atau yang dilihat sendiri.b. Adanya paresis atau paralysis. Dalam hal ini termasuk strabismus karena paresis N.VI.c. Koma.d. Ubun-ubun besar menonjol.e. Kuduk kaku dengan kesadaran menurun.f. Tuberkulosis miliaris dan spondilitis tuberculosis.g. Leukemia.

2. Kultur swab hidung dan tenggorokan (Suriadi, dkk. Asuhan Keperawatan pada Anak, ed.2, 2006)3. Darah: leukosit meningkat, CRP meningkat, U&E, glukosa, pemeriksaan factor pembekuan, golongan darah dan penyimpanan.4. Mikroskopik, biakan dan sensitivitas: darah, tinja, usap tenggorok, urin, rapid antigen screen.5. CT scan: jika curiga TIK meningkat hindari pengambilan sample dengan LP.6. LP untuk CSS: merupakan kontra indikasi jika dicurigai tanda neurologist fokal atau TIK meningkat.7. CSS pada meningitis bakteri: netrofil, protein meningkat (1-5g/L), glukosa menurun (kadar serum 1 tahun 75 mg. Selanjutnya untuk pengobatan rumat diberikan fenobarbital dengan dosis 8-10 mg/kg BB/hr dibagi dalam 2 dosis, diberikan selama 2 hari (dimulai 4 jam setelah pemberian dosis awal). Hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hr dibagi dalam 2 dosis. Bila tidak tersedia diazepam, fenobarbital dapat langsung diberikan dengan dosis awal dan selanjutnya dosisrumat.

Penyebab utama meningitis purulenta pada bayi atau anak di Indonesia(Jakarta) ialah H. influenzae dan pneumoccocus sedangkan meningococcus jarang sekali,maka diberikan ampisilin IV sebanyak 400mg/kg BB/hr dibagi 6 dosis ditambah kloramfenikol 100mg/kg BB/hr iv dibagi dalam 4 dosis. Pada hari ke 10 pengobatan dilakukan pungsi lumbal ulangan dan bila ternyata menunjukkan hasil yang normal pengobatan tesebut dilanjutkan 2 hari lagi. Tetapi jika masih belum dan pengobatan dilanjutkan dengan obat dan cara yang sama seperti di atas dan diganti dngan obat yang sesuai dengan hasil biakan dan uji resistensi kuman.Meningitis paru pada neunatus berbeda,karena biasa dan disebabkan oleh baksil colifom dan staphylococcus, maka pengobatan pada neonatus sebagai berikut:Pilihan pertama: Sefalosporin 200mg/kg BB/hr IV dibagi dalam 2 dosis, dikombinasi dengan amikasin dengan dosis awal 10 mg/kg BB/hr IV,dilanjutkan dengan dosis 15 mg/kg BB/hr atau dengan gentamisin 6 mg/kg BB/hr masing-masing dibagi dalam 2 dosis.Pilihan kedua : Amphisilin 300-400 mg/kg BB/hr IV dibagi dalam 6 dosis,dikombinasi dengan kloramfenikol 50 mg/kg BB/hr IV dibagi dalam 4 dosis. Pada bayi kurang bulan dosis kloramfenikol tidak boleh melebihi 30 mg/kg Bb/hr (dapat terjadi grey baby).

Pilihan selanjutnya kotrimoksazol 10 mg TMP/kg BB/hr IV dibagi dalam 2 dosis selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis 6 mg TMP/kg BB/hr IV dibagi dalam 2 dosis. Lama pengobatan neonatus adalah 2 hr.Sefalosporin dan kotrimaksozol tidak diberikan pada bayi yang berumur kurang 1 minggu.Ulangan pungsi lumbal pada meningitis paru anak dilakukan pada hari ke 10 pengobatan sedang pada neunatus pada hari ke 21. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed.2, 2005)

Terapi pilihan pada bayi yang telah mengalami meningitis bakterial dengan komplikasi hidrocephalus adalah dilakukan pembedahan dengan tujuan untuk pemasangan shunt guna mengalirkan cerebrospinal fluid yang tersumbat di dalam otak. Ada beberapa jenis shunt antara lain (VP) ventrikulo peritoneal shunt dan (VA) ventriculoatrial shunt.Penatalaksanaan pada bayi dengan hidrocehalus adalah pemberian posisi head up dan pengawasan pemberian cairan yang adekuat.

2.8 Pengkajian keperawatan1. Riwayat keperawatan: riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma riwayat pembedahan pada otak, cedera kepala2. Pada Neonatus: kaji adanya perilaku menolak untuk makan, reflek menghisap kurang, muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak dan menangis lemah3. Pada anak-anak dan remaja: kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus, tanda Kernig dan Brudzinsky positif, refleks fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus4. Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun): kaji adanya demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda Kernig dan Brudzinsky positif

2.9 Diagnosa keperawatan dan IntervensiDiagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranialTujuan Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil Tanda-tanda vital dalam batas normal Rasa sakit kepala berkurang Kesadaran meningkat Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.

Rencana TindakanINTERVENSIRASIONALISASI

Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantalPerubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak

Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt

Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolikPada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.

Monitor intake dan outputhipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea yang menurunkan intake per oral

Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava

KolaborasiBerikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral

Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigenAdanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral

Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika.Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler.Menurunkan edema serebriMenurunka metabolik sel / konsumsi dan kejang.

Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermiKriteria hasil: Tidak terjadi serangan kejang ulang. Suhu 36,5 37,5 C (bayi), 36 37,5 C (anak) Nadi 110 120 x/menit (bayi) 100-110 x/menit (anak)

Respirasi 30 40 x/menit (bayi) 24 28 x/menit (anak) Kesadaran composmentisRencana Tindakan :INTERVENSIRASIONALISASI

Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringatproses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.

Berikan kompres dinginperpindahan panas secara konduksi

Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat

Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jamPemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan

Batasi aktivitas selama anak panasaktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas

Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advisMenurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.Tujuan : Rasa nyaman terpenuhiKriteria hasil : Suhu tubuh 36 37,5 C, N ; 100 110 x/menit, RR : 24 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.

Rencana Tindakan :INTERVENSIRASIONALISASI

Kaji faktor faktor terjadinya hiperthermimengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh

Observasi tanda tanda vital tiap 4 jam sekaliPemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya.

Pertahankan suhu tubuh normal

suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh

Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiakproses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara

Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katunproses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat

Atur sirkulasi udara ruanganPenyediaan udara bersih

Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minumKebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat

Batasi aktivitas fisik

aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas

Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaranTujuan:Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaranRencana Tindakan INTERVENSIRASIONALISASI

Independentmonitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnyaGambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat pasien.Melindungi pasien bila kejang terjadi

Pertahankan bedrest total selama fae akutMengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi

KolaborasiBerikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital, dll.Untuk mencegah atau mengurangi kejang.Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi.

Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi.Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.Kriteria hasil: Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan. keluarga mentaati setiap proses keperawatan.

Rencana Tindakan :INTERVENSIRASIONALISASI

Kaji tingkat pengetahuan keluargaMengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat

Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga

Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukanagar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan

Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang, antara lain :1. Jangan panik saat kejang2. Baringkan anak ditempat rata dan lembut.3. Kepala dimiringkan.4. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.5. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.6. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum

sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan

Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panasmencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang

Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhusebagai upaya preventif serangan ulang

Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demamimunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang demam