34
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Teori demokrasi mengajarkan bahwa demokratisasi membutuhkan hadirnya masyarakat sipil yang terorganisir secara kuat, mandiri, semarak, pluralis, beradab, dan partisipatif. Partisipasi merupakan kata kunci utama dalam masyarakat sipil yang menghubungkan antara rakyat biasa (ardinary people) dengan pemerintah. Partisipasi bukan sekedar keterlibatan masyarakat dalam pemilihan kepala desa dan BPD, tetapi juga partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang berurusan dengan pembangunan dan pemerintah desa. Secara teoretis, partisipasi adalah keterlibatan secara terbuka (Inclusion) dan keikutsertaan (involvement). Keduanya mengandung kesamaan tetapi berbeda titik tekannya. Inclusion (termasuk) menyangkut siapa saja yang terlibat, sedangkan involvement berbicara tentang bagaimana masyarakat terlibat. Keterlibatan berarti memberi ruang bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses politik, terutama kelompok-kelompok masyarakat miskin, minoritas, rakyat kecil, perempuan, dan kelompok-kelompok marginal lainnya. Dalam konteks pembangunan dan pemerintahan desa, partisipasi masyarakat terbentang dari proses pembuatan keputusan sehingga evaluasi. Proses ini tidak semata didominasi oleh elite-elite desa (Pamong Desa, BPD, Pengurus RT maupun Pemuka Masyarakat), melainkan juga melibatkan unsur-unsur lain seperti perempuan, pemuda, kaum tani, buruh dan sebagainya. Dari sisi proses, keterlibatan masyarakat biasa bukan dalam konteks mendukung kebijakan desa atau sekedar

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

  • Upload
    ngokien

  • View
    216

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Teori demokrasi mengajarkan bahwa demokratisasi membutuhkan hadirnya

masyarakat sipil yang terorganisir secara kuat, mandiri, semarak, pluralis, beradab,

dan partisipatif. Partisipasi merupakan kata kunci utama dalam masyarakat sipil yang

menghubungkan antara rakyat biasa (ardinary people) dengan pemerintah.

Partisipasi bukan sekedar keterlibatan masyarakat dalam pemilihan kepala desa dan

BPD, tetapi juga partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang berurusan dengan

pembangunan dan pemerintah desa. Secara teoretis, partisipasi adalah keterlibatan

secara terbuka (Inclusion) dan keikutsertaan (involvement). Keduanya mengandung

kesamaan tetapi berbeda titik tekannya. Inclusion (termasuk) menyangkut siapa saja

yang terlibat, sedangkan involvement berbicara tentang bagaimana masyarakat

terlibat. Keterlibatan berarti memberi ruang bagi siapa saja untuk terlibat dalam

proses politik, terutama kelompok-kelompok masyarakat miskin, minoritas, rakyat

kecil, perempuan, dan kelompok-kelompok marginal lainnya.

Dalam konteks pembangunan dan pemerintahan desa, partisipasi masyarakat

terbentang dari proses pembuatan keputusan sehingga evaluasi. Proses ini tidak

semata didominasi oleh elite-elite desa (Pamong Desa, BPD, Pengurus RT maupun

Pemuka Masyarakat), melainkan juga melibatkan unsur-unsur lain seperti

perempuan, pemuda, kaum tani, buruh dan sebagainya. Dari sisi proses, keterlibatan

masyarakat biasa bukan dalam konteks mendukung kebijakan desa atau sekedar

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

menerima sosialisasi kebijakan desa, melainkan ikut menentukan kebijakan desa

sejak awal.

Partisipasi politik dalam pembangunan desa, misalnya, bisa dilihat dari

keterlibatan masyarakat dalam merumuskan kebijakan pembangunan (rencana

strategis desa, program pembangunan dan APBDES, dan lain-lain), antara lain

melalui forum RT, Musbangdus, Musbangdes maupun Rembuk Desa. Forum-forum

itu juga bisa digunakan bagi pemerintah desa untuk mengelola akuntabilitas dan

transparansi, sementara bagi masyarakat bisa digunakan untuk voice, akses dan

kontrol terhadap pemerintah desa.

Secara substantif, partisipasi masyarakat mencakup tiga hal. Pertama, voice

(suara): setiap warga mempunyai hak dan ruang untuk menyampaikan suaranya

dalam proses pembangunan. Pemerintah, sebaliknya mengakomodasi setiap suara

yang berkembang dalam masyarakat yang kemudian dijadikan sebagai basis

perencanaan pembangunan. Kedua, akses, yakni setiap warga mempunyai

kesempatan untuk mengakses atau mempengaruhi perencanaan pembangunan desa

dan akses terhadap sumber daya lokal. Ketiga, kontrol, yakni setiap warga atau

elemen-elemen masyarakat mempunyai kesempatan dan hak untuk melakukan

pengawasan (kontrol) terhadap lingkungan kehidupan dan pelaksanaan

pembangunan.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang

pemerintah daerah, masyarakat menaruh harapan yang besar terhadap implementasi

otonomi daerah. Tak terkecuali masyarakat ditingkat desa, memberikan dinamika

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

dan suasana baru dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di desa. Sebab,

masyarakat desa sangat sadar keberadaan institusi-institusi demokrasi desa selama ini

berada dalam kondisi yang tidak kondusif dalam mendorong menegakkan demokrasi

pada level akar rumput (masyarakat pedesaan).

Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari keikutsertaan

langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak

langsung, seperti sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam

pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian, ragam dan kadar partisipasi

sering kali ditentukan secara masif yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan.

Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses

masyarakat untuk memperoleh informasi. Hingga saat ini partisipasi masyarakat

masih belum menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khususnya dalam pembuatan

keputusan. Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan

dalam pelaksanaan program-program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi

masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tetapi juga mulai tahap

perencanaan pengambilan keputusan. (http//:www.jurnal kopertis.org)

Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya

untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang

berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu

peningkatan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam

masyarakat, peningkatan motivasi dan peran serta kelompok masyarakat dalam

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

proses pembangunan, dan peningkatan rasa memiliki pada kelompok masyarakat

terhadap program kegiatan yang telah disusun.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat Community Devlopment

sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya. Keduanya harus

mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan

dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan

melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak

sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran

yang optimal dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan

tidak terarah, yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru. Selain

memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan strategi yang

tepat agar dapat lebih efisien segi pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan

strategi pembangunan ini penting karena akan menentukan di mana peran pemerintah

dan di mana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu berperan secara

optimal dan sinergi. (http//www.eeqbal.blogspot.com)

Partisipasi masyarakat dalam otonomi desa berupa subtansi nyata dari

kemampuan masyarakat setempat untuk mengakses potensi sumber daya yang ada di

lingkungannya. Sehingga potensi sumber daya yang sangat melimpah ruah itu bisa

dijadikan nilai tambahan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa-desa

bersangkutan. Maka bantuan pemerintah daerah berupa financial (keuangan),

program pembangunan, dan pelimpahan kewenangan merupakan syarat yang perlu

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

dipenuhi. Meskipun hasil harus terbatas pada beberapa hal yang dianggap penting

bagi percepatan pembangunan kemandirian desa.

Kenyataan partisipasi masyarakat desa yang dianggap kunci keberhasilan

pembangunan otonomi daerah justru hanya merupakan partisipasi manipulatif.

Artinya masyarakat desa tidak diberikan kesempatan yang cukup untuk melibatkan

diri dalam pembangunan di desanya. Bahkan banyak objek pembangunan pedesaan

yang masih dilakukan secara sepihak dari atas (Top-Down). Sehingga sasaran

pembangunan tidak sesuai dengan aspirasi dan harapan masyarakat setempat.

Partisipasi politik masyarakat dalam rencana pembangunan desa harus sudah

dimulai sejak saat perencanaan kemudian pelaksanaan dan seterusnya pemeliharaan.

Kegiatan masyarakat yang disebut partisipasi politik adalah perilaku politik lembaga

dan para pejabat pemerintah yang bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan

menegakkan keputusan politik, perilaku politik masyarakat (individu/kelompok)

yang berhak mempengaruhi lembaga dan pejabat pemerintah dalam pengambilan

keputusan politik, karena menyangkut kehidupan masyarakat.

Dalam perspektif politik, Huntington (1993:270), partisipasi politik

masyarakat merupakan ciri khas modernisasi politik dalam pembangunan desa,

kemajuan demokrasi dapat dilihat dari seberapa besar partisipasi politik masyarakat.

(Tjokroamidjojo, 1991:113), pertama, partisipasi politik aktif masyarakat berarti

keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan; kedua, keterlibatan

dalam memikul hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan. Alexander Abe

(2001:110), Partisipasi politik masyarakat merupakan hal terpenting dalam

pembangunan desa, yaitu akan menjadi wahana political education yang sangat baik.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

Sedangkan menurut Conyers “Pertama, partisipasi politik masyarakat sebagai alat

guna memperoleh suatu informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap

masyarakat yang tanpa kehadirannya program pembangunan desa serta proyek akan

gagal; kedua, masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan didesa,

jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya dan pengambilan

keputusan terhadap priritas pembangunan yang sesuai kebutuhan masyarakat, karena

akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek dan akan mempunyai rasa memiliki

terhadap proyek; dan ketiga, yang mendorong partisipasi umum dibanyak negara

karena timbul anggapan bahwa hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam

pembangunan masyarakat.” Katz ” partisipasi politik masyarakat diwujudkan melalui

partisipasi politik dalam proses pembuatan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan

hasil dan evaluasi.

(http://publik.brawijaya.ac.id/simple/us/jurnal/pdffile/Annisa%20partisipasi%20polit

ik 20dalam%20pembangunan%20desa.pdf, 13 Desember 2008).

Partisipasi politik dapat dianggap sebagai tolak ukur dalam menilai apakah

proyek yang bersangkutan merupakan proyek pembangunan desa. Jika masyarakat

desa, tidak berkesempatan untuk berpartisipasi politik dalam pembangunan suatu

proyek didesanya. Proyek tersebut pada hakekatnya bukanlah proyek pembangunan

desa (Ndraha, 1990:103).

Partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan desa bertujuan untuk

menjamin agar pemerintah selalu tanggap terhadap masyarakat atau perilaku

demokratisnya. Dan itu juga berarti bahwa metode yang digunakan dalam

pembangunan desa harus sesuai dengan kondisi fisiologis sosial dan ekonomi serta

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

lingkungan kebudayaan didesa. (Bharracharyya,J, 1972:20) Dusseldorp (1994:10),

salah satu cara untuk mengetahui kualitas partisipasi politik masyarakat dapat dilihat

dari bentuk-bentuk keterlibatan seseorang dalam berbagai tahap proses pembangunan

yang terencana mulai dari perumusan tujuan sampai dengan penilaian.

(http://publik.brawijaya.ac.id/simple/us/jurnal/pdffile/Annisa%20partisipasi%20polit

ik 20dalam%20pembangunan%20desa.pdf, 13 Desember 2008).

Desa Kelanga sebagai salah satu desa di daerah Kabupaten Natuna, dalam

pembangunannya, salah satunya pembangunan desa telah berupaya menempatkan

partisipasi politik masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan

terhadap pembangunan desa dengan melibatkan masyarakat dalam proses

penyusunan program, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi pembangunan

desa sesuai dengan substansi yang terkandung dalam Undang-Undang No 32 Tahun

2004. Namun karena pelaksanaan pembangunan desa yang melibatkan peran aktif

dari masyarakat merupakan fenomena baru bagi masyarakat, dimana selama ini

pelaksanaan pembangunannya jarang sekali melibatkan partisipasi masyarakatnya.

Walaupun ada, partisipasi masyarakat hanya bersifat manipulatif belaka. Pada Desa

Kelanga, partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan desa belum diimbangi

dengan adanya proses pemilihan yang memadai, melainkan hanya sekedar bentuk

baru dari tanggapan masyarakat terhadap manipulasi para elite atas kehidupan politik

nasional mereka. Padahal proses partisipasi politik masyarakat merupakan bagian

penting dari pembangunan desa di mana ia selalu berhadapan dengan berbagai

rintangan dan halangan terhadap tindakan yang kaku ataupun penghasut-penghasut

yang membahayakan. Partisipasi politik masyarakat nampaknya terbentur dengan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

minimnya pertemuan untuk memusyawarahkan tentang program pembangunan desa

yang akan dijalankan, hal ini terlihat dengan beberapa orang tertentu saja yang

terlibat dalam pertemuan musyawarah desa. ( Hasil Wawancara Via Telepon dengan

Bapak Saleh Tokoh Masyarakat Desa Kelanga Tanggal 27 Maret 2008)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa tertarik terhadap

permasalahan di atas dengan mencoba mengadakan penelitian dengan judul

“Hubungan Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa di Desa

Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi

Kepulauan Riau”.

2. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan peneliti nantinya, dan agar peneliti memiliki arah yang

jelas dalam menginterprestasikan hasil penelitian dari skripsi, maka terlebih dahulu

dirumuskan masalahnya.

Berdasarkan dari hal di atas, serta berpedoman pada perumusan latar

belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam

penelitian sebagai berikut:

“Adakah Hubungan yang Positif dan Signifikan antara Partisipasi Politik

Masyarakat terhadap Pembangunan Desa di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran

Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau.”

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak

dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya.

Menurut Arikunto (1997:51), tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang

menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian. Adapun yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara Partisipasi

Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa di Desa Kelanga Kecamatan

Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau.

4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah

ilmu pengetahuan dan karya ilmiah di bidang administrasi, khususnya

administrasi Negara (publik).

2. Secara praktis:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi

pemanfaatan partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan Desa

di Desa Kelanga Kecamatan Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi

Kepulauan Riau.

b. Bahan masukan bagi evaluasi pelaksanaan pembangunan Desa di

Desa Kelanga Kecamatan Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi

Kepulauan Riau.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

c. Dapat dijadikan dasar penelitian yang lebih mendalam terhadap

partisipasi politik masyarakat bagi pembangunan Desa di Desa

Kelanga Kecamatan Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi

Kepulauan Riau.

5. Kerangka Teori

5.1. Desa

Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004, desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan

adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara

Republik Indonesia.

Pengertian desa dari sudut pandang sosial budaya dapat diartikan sebagai

komunitas dalam kesatuan geografis tertentu agar mereka saling mengenal dengan

baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung secara

langsung kepada alam. Oleh karena itu, desa diasosiakan sebagai masyarakat yang

hidup secara sederhana pada sektor agraris, mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi

yang kuat, bersahaja, serta tingkat pendidikan yang dikatakan rendah. Sedangkan

dari sudut pandang politik dan hukum, desa sering diidentikkan sebagai organisasi

kekuasaan. Melalui kaca mata ini, desa dipahami sebagai organisasi pemerintahan

atau organisasi kekuasaan yang secara politis mempunyai wewenang tertentu dalam

struktur pemerintah negara. (Juliantara, 2000:18)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 selanjutnya

disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum memiliki batas-batas wilayah

yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dibentuk

dalam sistem pemerintah nasional dan berada di kabupaten atau kota, sebagaimana

dimaksud dalam UU 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa

adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan

masyarakat.

Sebagai wujud demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintah desa dibentuk

Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain sesuai dengan budaya yang

berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan

dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan

pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

Kepala Desa. Di desa di bentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan

sebagai mitra kerja pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa.

Kepala Desa pada dasarnya bertanggungjawab pada rakyat desa yang dalam

tata cara dan prosedur pertanggungjawaban disampaikan kepada Bupati atau

Walikota melalui Camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa wajib

memberi keterangan laporan pertanggungjawabannya dan kepada rakyat

menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawaban namun tetap

memberikan peluang kepada masyarakat melalui BPD untuk menanyakan atau

meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang bertalian dengan pertanggung

jawaban yang dimakasud.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

Pengaturan lebih lanjut mengenai desa seperti pembentukan, penghapusan,

penggabungan, perangkat pemerintah desa, keuangan desa, pembangunan desa, dan

lain sebagainya dilakukan oleh kabupaten dan kota yang ditetapkan dalam peraturan

daerah mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.

5.2. Pemerintahan Desa

Dalam pemerintah daerah Kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang

terdiri dari pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, pembentukan,

penghapusan, dan penggabungan desa dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa

masyarakat. Desa di kabupaten secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan

statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemeritah desa bersama BPD

yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

Pemeritah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa

terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari

pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:

a. Urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.

b. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten yang diserahkan

pengaturannya kepada desa.

c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemeritah

kebupaten.

d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan

diserahkan kepada desa.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah

kabupaten kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana, dan prasarana, serta

sumber daya manusia.

Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan

peraturan desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Lembaga

kemasyarakatan bertugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam

pemberdayaan masyarakat desa.

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai

dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang maupun berupa barang yang dapat

dijadikan milik desa berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan

kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, dan pengolahan keuangan

desa. Sumber pendapatan desa adalah :

a. Pendapat asli desa.

b. Bagi hasil pajak daerah dan distribusi kabupaten.

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh

kabupaten.

d. Bantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintahan kebupaten

atau kota.

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

Pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten atau pihak

ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa.

Pelaksanaan pembangunan kawasan pedesaan diatur dengan perda, dengan

memperhatikan:

a. Kepentingan masyarakat desa;

b. Kewenangan desa;

c. Kelancaran pelaksanaan investasi;

d. Kelestarian lingkungan hidup;

e. Keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum.

Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan dalam Perda dengan

berpedoman pada peraturan pemerintah. Perda sebagaimana dimaksud wajib

mengakui dan menghormati hak, asal usul, dan adat istiadat desa.

5.3. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan

dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat ikut serta

dengan pemerintah memberi bantuan guna meningkatkan, memperlancar,

mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum

partisipasi dapat diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau pengambil bagian dalam

kegiatan bersama.

Secara umum ada 2 (dua) jenis definisi partisipasi yang beredar di

masyarakat, menurut Soetrisno (1995:221), yaitu:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan masyarakat

terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuan

oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam

defenisi ini pun diukur dengan kemauan masyarakat ikut menanggung biaya

pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan

pembangunan.

2. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kerja sama erat antara

perencana dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan

dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi

dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak hanya

diukur dengan kemauan masyarakat untuk menanggung biaya pembangunan,

tetapi juga dengan ada tidaknya hak masyarakat untuk ikut menentukan arah

dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang

dapat digunakan adalah ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara

mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu.

Dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan, maka pengertian partisipasi

setidak-tidaknya mengandung tiga pokok pikiran,yaitu:

1. Titik berat partisipasi adalah keterlibatan dari mental dan emosional,

kehadiran secara fisik semata-mata dalam suatu kelompok. Tampa

keterlibatan tersebut bukanlah merupakan partisipasi.

2. Kesediaan memberikan kontribusi. Wujud kontribusi dalam pembangunan

dapat bermacam-macam, misalnya: barang, uang, jasa, bahan-bahan, sebuah

pikiran, ketrampilan dan sebagainya.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

3. Kebersediaan untuk bertanggung jawab sepenuh hati.

Suksesnya partisipasi langsung berhubungan dengan syarat-syarat tertentu.

Kondisi seperti itu terjadi pada partisipasi yang ada dalam lingkungannya. Perkerjaan

partisipasi lebih baik situasinya dari pada lainnya. Syarat-syarat tersebut yaitu:

1. Diperlukan banyak waktu untuk berpartisipasi sebelum bertindak. Partisipasi

tidak akan terjadi dalam keadaan mendadak.

2. Biaya partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi dan sebagainya.

3. Subjek partisipasi harus relevan dengan organisasi, partisipasi sesuatu yang

akan menarik perhatian partisipasi atau akan dianggapnya sebagai perkerjaan

yang sibuk.

4. Partisipasi harus mempunyai kemampuan, kecerdasan dan pengetahuan untuk

berpartisipasi secara efektif.

5. Partisipasi harus mampu berkomunikasi untuk saling bertukar gagasan.

6. Tidak seorangpun akan merasakan bahwa posisinya diancam dengan

partisipasi; partisipasi untuk memutuskan arah tindakan pada seluruh

organisasi hanya dapat menempati lingkungan kebebasan kerja kelompok.

Dengan demikian konsepsi partisipasi dalam pembangunan memiliki

perspektif yang sangat luas. Seorang dikatakan telah berpartisipasi apabila ia telah

terlibat secara utuh dalam proses pelaksanaan pembangunan baik secara pisik

maupun mental. Keterlibatan individu dapat dimanifiestasikan dalam berbagai

bentuk kontribusi.

Tingkat partisipasi yang tinggi akan memunculkan kemandirian masyarakat

baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya, yang secara betahap akan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat secara maksimal. Partisipasi

sendiri diterapkan dalam tiga sektor:

1. Sektor ekonomi fokusnya adalah mekanisme pasar

2. Sektor politik fokusnya adalah pengembangan demokrasi

3. Sektor sosial dan budaya fokusnya adalah partisipasi sosial.

Menurut Arnstein (dalam Yusran, 2006:11), ada delapan tangga partisipasi

masyarakat yaitu sebagai berikut:

Gambar 1. Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat

Penjelasan tingkat di atas adalah sebagai berikut: Manipulation bisa diartikan

tidak ada komunikasi apalagi dialog, Therapy berarti telah ada komunikasi namun

masih bersifat terbatas inisiatif datang dari atas dan bersifat searah, Information

menyiratkan bahwa komunikasi sudah mulai banyak terjadi namun masih bersifat

dua arah, placation berarti komunikasi sudah berjalan dengan baik dan sudah ada

negoisasi antara masyarakat dengan pemerintah. Partnership adalah kondisi di mana

pemerintah dan masyarakat adalah mitra sejajar, delegated power berarti bahwa

1 Citizen Control

2 Delegated Power

3 Partnership

4 Placation

5 Consultation

6 Information

7 Teraphy

8 Manifulation

Degree Of Citizen

Power Degree of Tokenism

Non Participation

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus diri sendiri

untuk beberapa keperluannya dan citizen kontrol bermakna bahwa masyarakat

menguasai kebijakan publik, mulai dari perumusan, implementasi hingga evaluasi

dan kontrol.

5.4. Pembangunan Politik Desa

Pembangunan adalah perubahan yang dilakukan secara terencana dan

menyeluruh yang dilakukan oleh negara-bangsa dalam rangka memperoleh kemajuan

untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.

Menurut Kuncoro (2004:3), pembangunan adalah suatu proses yang

kompleks dan penuh ketidakpastian yang tidak dapat dengan mudah dikendalikan

dan direncanakan dari pusat. Karena itu dengan penuh keyakinan para pelopor

desentralisasi mengajukan sederet panjang alasan dan argumen tentang pentingnya

desentralisasi dalam pembangunan.

Menurut Siagian (2003:4), pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian

usaha pertumbuhan dan perubahan secara berencana yang dilakukan secara sadar

oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju moderenitas dalam rangka

pembinaan bangsa. Lebih jauh lagi dia menyatakan bahwa pembangunan

mengandung aspek yang sangat luas salah satunya mencakup pembangunan di

bidang politik.

Ndraha (2000:15) mengartikan pembangunan sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya.

Sebaliknya dia mengatakan implikasi dari defenisi tersebut yaitu:

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

1. Pembangunan berarti membangkitkan kemauan optimal manusia baik dan kesejahteraan (Equity)

3. Menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan (Empowermwnt )

4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri (Sustainability)

5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu dengan yang lainnya dan menciptakan hubungan yang saling menggantungkan dan saling menghormati (Interdependece)

Ada beberapa ide pokok yang sangat penting diperhatikan tentang

pembangunan yaitu sebagai berikut:

Pertama, bahwa pembangunan merupakan suatu proses berarti suatu kegiatan

yang terus-menerus dilaksanakan meskipun sudah barang tentu bahwa proses itu

dapat dibagi dan biasanya memang dibagi menjadi tahap-tahap tertentu yang berdiri

sendiri. Pentahapan itu dapat dibuat berdasarkan jangka waktu, biaya, atau hasil

tertentu yang diharapkan akan diperoleh.

Kedua, bahwa pembangunan merupakan usaha yang secara sadar

dilaksanakan. Jika ada kegiatan yang kelihatannya nampak seperti pembangunan,

akan tetapi sebenarnya tidak dilaksanakan secara sadar dan timbul hanya secara

insedental di masyarakat tidaklah dapat digolongkan kepada kategori pembangunan.

Ketiga, bahwa pembangunan dilakukan secara berencana dan perencanaan itu

berorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan.

Keempat, bahwa pembangunan mengarah kepada modernitas. Modernitas

disini diartikan sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik dari pada sebelumnya

serta kemampuan untuk lebih menguasai alam lingkungan dalam rangka peningkatan

kemampuan swasembada dan mengurangi ketergantungan pada pihak lain.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

Kelima, bahwa modernitas yang dicapai melalui pembangunan itu bersifat

multi dimensional. Artinya bahwa modernitas itu mencakup seluruh aspek kehidupan

bangsa dan negara, terutama aspek politik, ekonomi, sosial budaya.

Keenam, bahwa semua hal yang telah disebutkan dimuka ditujukan kepada

usaha membina bangsa yang terus menerus dilaksanakan dalam rangka pencapaian

tujuan bangsa dan negara yang telah ditentukan sebelumnya.

Sedangkan menurut Nugroho (2003:24) inti dari pembangunan pada dasarnya

adalah pergerakan ekonomi rakyat. Ada pepatah mengatakan bahwa negara dalam

kondisi paling berbahaya jika rakyatnya miskin. Kemiskinan mempunyai pengaruh

paling buruk kepada setiap sisi kehidupan manusia. Oleh karena itu, tugas

pembangunan adalah menanggunglangi kemiskinan. Dengan pemahaman ini dapat

dikatakan bahwa inti pembangunan adalah menggerakan ekonomi agar rakyat

mempunyai kemampuan untuk tidak berada dalam kemiskinan. Dalam bahasa politis

disebut sebagai ” menggerakan ekonomi rakyat”.

Pembangunan yang mencapai hasil dapat secara efektif dicapai dengan

melihat kekuatan pokok yang harus dibangun dan mengidentifikasikan tugas pokok

dan fungsi dari lembaga-lembaga strategis pembangunan. Kekuatan pokok yang

dibangun oleh indonesia adalah keunggulan bersaing. Hanya bangsa yang memiliki

keunggulan bersaing yang pokok adalah keunggulan ekonomi. Dengan demikian,

setiap bidang harus mendukung kearah terbentuknya daya saing ekonomi. Secara

khusus prioritas bagi sektor ekonomi adalah membangun daya saing pelaku ekonomi

baik secara sektoral maupun secara regional. Daya dukung ideologi, politik dan

hukum adalah implementasi kebijakan otonomi daerah yang taat asas dan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

penegakkan hukum yang konsisten. Daya dukung di bidang sosial budaya adalah

membangun paradigma pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu

saja kesemuanya tidak akan terjadi jika tidak didukung keamanan dan ketertiban

yang mantap. Dengan melihat kondisi tersebut, maka strategi untuk pelaku ekonomi/

usaha adalah mewajibkan implementasi good cooperate governance, dan untuk

sektor bukan ekonomi bisnis dengan mewajibkan implementasi good governance.

Visi dari pembangunan adalah terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri,

sejatera, adil, dan setia kepada pancasila dan UU 45. Visi ini mempunyai jangka

waktu tak terbatas, karena sifat dari ” kemajuan” bersifat tergantung dengan waktu.

Oleh karena itu, dapat pula disusun visi lima tahunan, dan disesuaikan dengan

tantangan dan kebutuhan yang harus dijangkau dalam lima tahun kedepan.

Misi pembangunan tidak berbeda dengan misi dari Negara Indonesia, seperti

yang dituangkan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa

indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan atas kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dikaitkan dengan konteks kekinian, maka misi pembangunan disempurnakan lagi

dengan mencermati kondisi objektif dalam masyarakat yaitu adanya kesenjangan

sebagai tantangan pembangunan. Oleh karenanya, secara lebih fokus, maka misi dari

pembangunan adalah menanggulangi kesenjangan, mempersiapkan kompetisi global,

dan menjaga kesinambungan hidup bangsa dengan pola pembangunan untuk rakyat,

dilaksanakan oleh rakyat sesuai aspirasi yang tumbuh dari rakyat.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

Manajemen strategi pembangunan yang diturunkan dari misi diatas adalah ”

Strategi Pembangunan Partisipatif”, atau dapat juga disebut sebagai ”Strategi

Pembangunan Pemberdayaan ”. Pembangunan yang partisipatif sendiri diterapkan

dalam lima sektor:

1. Sektor Ekonomi fokusnya adalah mekanisme pasar

2. Sektor Politik fokusnya adalah pengembangan demokrasi

3. Sektor Sosial fokusnya adalah partisipasi sosial

4. Sektor Hukum fokusnya adalah membangun tertib hukum

5. Sektor Administrasi fokusnya adalah membangun good govertnance

Pembangunan nasional indonesia mengambil konsep dasar pembangunan

sesuai dengan kondisi terkini dari negara indonesia, yaitu adanya keragaman potensi,

kecakapan, keinginan dari setiap daerah di indonesia, dan telah disepakatinya

desentralisasi sebagai pola penyelenggaraan pembangunan, dimana otonomi daerah

diletakkan pada tingkat kabupaten dan kota. Dengan demikian konsep dasar

pembangunannya adalah bahwa tugas dari pemerintah nasional adalah menyusun

visi, misi, dan strategi pembangunan nasional. Pemerintah Kabupaten dan kota

melaksanakan sesuai dengan potensi, kecakapan, dan aspirasi. Pemerintah Provinsi

bertugas untuk menjadi pendamping dan penyelaraskan pembangunan natar daerah

otonom tersebut.

Mengingat konsep dasar pembangunan tersebut, maka startegi pembangunan

nasional yang disusun oleh Pemerintah Provinsi adalah menyusun secara rinci secara

sektoral strategi-strategi pembangunan dimana setiap daerah dapat memilih sektor

dan strateginya sesuai dengan potensi, kecakapan, dan aspirasi lokal. Jadi, ibaratnya,

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

strategi pembangunan nasional adalah menu yang lengkap untuk diberikan kepada

masyarakat membangun di daerahnya untuk dapat memilih sesuai dengan prioritas

pembangunan di daerahnya masing-masing.

Konsep pembangunan desa menjelaskan : pembangunan masyarakat adalah

suatu gerakan untuk memajukan suatu kehiduapan yang lebih baik bagi seluruh

masyarakat, dengan partisipasi aktif, bahkan jika mungkin dengan swakarsa

(inisiatif) masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu bagaimana menggugah dan

menumbuhkembangkan partisipasi sangatlah diperlukan untuk proses pembangunan

masyarakat itu sendiri ( DEPDAGRI).

Menurut Islamy (2004) partisipasi masyarakat berarti : (1). memberilkan

kesempatan yang nyata kepada mereka untuk mempengaruhi pembuatan keputusan

tentang masalah kehidupan ya ng mereka hadapi sehari-hari dan memperkecil jurang

pemisah antara pemerintah dan rakyat (2). Memperluas pendidikan politik sebagai

landasan bagi demokrasi, dengan demikian mereka akan terlatih dalam menyusun

prioritas-prioritas kebutuhan melalui suatu pola kompromi yang sehat (3). Akan

memperkuat solidaritas komunitas masyarakat lokal.

Masalah-masalah pembangunan merupakan suatu akibat dari modernisasi

politik, pembangunan politik sering dilihat sebagai kapasitas sistem politik untuk

menyelesaikan masalah ini. Pembangunan politik didefinisikan secara sempit sebagai

meningkatnya diferensiasi dan spesialisasi struktur politik dan meningkatnya

sekularisasi budaya politik. Pembangunan politik terjadi jika sistem politik berhasil

mengatasai tantangan masalah pembangunan negara dan bangsa, distribusi, dan lain-

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

lain. Makna pembangunan seperti ini secara umum adalah meningkatnya efektivitas

dan efisiensi perilaku sistem politik, serta meningkatkan kapabilitasnya.

Bahwa ukuran pembangunan politik adalah rasionalisasi wewenang,

diferensiasi struktur, dan perluasan partisipasi massa, keberhasilan pemilihan

pimpinan di berbagai tingkatan wilayah dapat dijadikan salah satu ukuran

keberhasilan pembangunan politik nasional. Sebabnya, unsur-unsur yang terlibat

dalam proses pemilihan pimpinan, baik masyarakat maupun pemerintah,

mencerminkan tiga fungsi di atas. Pembangunan politik sebagai kemampuan

penyelesaian masalah yang timbul dari modernisasi, diperlihatkan secara lebih

sederhana, meskipun berbeda. Pembangunan politik didefinisikan tidak sebagai suatu

proses dengan tujuan kondisi politik tertentu, tetapi proses yang menciptakan

kerangka lembaga untuk menyelesaikan masalah sosial yang terus berkembang. Ini

menandai keinginan untuk menghindari perincian tujuan pembangunan politik

seperti menciptakan negara demokrasi liberal atau sosialis.Tapi yang lebih penting

adalah masalah yang diselesaikan menjadi luas dan keluar dari batas-batas perangkat

masalah pembangunan.

Menurut J.J. Rousseau (Zakaria Bangun, 2008:1) bahwa demokrasi bersipat

mutlak dalam penyelenggaraan pemerintah sebuah negara. demokrasi merupakan

sebuah cita-cita sekaligus cara pengelolaan pemerintah sebuah negara secara

beradap. Dengan demokrasi segala tindakan penguasa dapat diawasi dan dikontrol

oleh rakyat secara langsung maupun melalui wakil-wakil rakyat (parlemen). Dalam

negara demokrasi penguasa tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Kekuasaan

tertinggi ada ditangan rakyat (aux mains du people). Di negara demokrasi setiap

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

warga negara mempunyai kedudukkan yang dhadapan pemerintah. Setiap warga

negara berhak ikut menentukan kebijakan pemerintah dan mengontrol jalannya

pemerintahan.

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang artinya rakyat dan

cratein yang berarti kekuasaanatau pemerintahan. Demokrasi harus menjadi alat

rakyat untuk mencapai tujuan rakyat. Bukan rakyat menjadi alat demokrasi, intansi

demokrasi yang hakiki adalah kekuasaan politik berada ditangan rakyat. Oleh karena

itu, demokrasi yang kuat adalah demokrasi yang bersumber dari nurani rakyat untuk

mencapai keadilan dan kesejahteraan bersama.

Dalam pandangan ”Cillffod Geertzter” (Muhaimin, 1982:11) bahwa satu-

satunya bentuk pembangunan politik yang bermakna adalah pembinaan demokrasi.

Bahkan ada berapa orang menekankan pentingnya hubungan ini dan berpendapat

bahwa pembangunan baru bermakna bila dikaitkan dengan suatu ideologi tertentu,

apakah demokrasi, komunisme, ataupun totaliterisme. Menurut pandangan ini

pembangunan baru berarti bila dihubungkan dengan penguatan nilai-nilai tertentu,

dan usaha untuk berdalih bahwa hal itu tidak relevan adalah sama dengan menipu

diri sendiri. Menggunakan pembinaan demokrasi sebagai kunci bagi pembangunan

politik dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk memaksakan nilai-nilai dengan

bangsa lain.

Masalah hubungan birokrasi dengan pembangunan politik sangat rumit tetapi

karena hal ini merupakan issue penting. Untuk sementara hanya perlu diperhatikan

bahwa banyak orang yang berpendapat bahwa pembangunan betul-betul ber beda

dengan demokrasi, dan justru usaha untuk memperkenalkan demokrasi bisa menjadi

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

hambatan bagi pelaksanaan pembangunan. Banyak mereka merasa bahwa demokrasi

itu tidak sesuai dengan pembangunan yang cepat memandang pembangunan hampir

semata-mata dalam artian ekonomis dan tertib sosial. (Muhaimin, 1982:11)

Konsep pembangunan politik mengandung pengertian sebagai berikut:

- Perubahan politik perlu untuk mencapai tujuan khusus, yaitu demokrasi

liberal, masyarakat komunis atau negara Islam.

- Suatu proses perubahan umum dalam kawasan politik berkaitan erat dengan

aspek masyarakat lainnya, yaitu, a) perluasan dan sentralisasi kekuasaan

pemerintah serta diferensiasi dan spesialisasi fungsi dan struktur politik, b)

peningkatan partisipasi masyarakat dalam politik, c) peningkatan identifikasi

masyarakat dengan sistem politik.

- Kemampuan sistem politik dalam a) menyelesaikan persoalan-persoalan

pembangunan, dan b) mengawali kebijaksanaan baru bagi masyarakat,

menyusun struktur baru dan memperbaiki yang lama.

- Kemampuan belajar lebih baik dan bagaimana melaksanakan fungsi politik

dan menyusun struktur politik. (Dodd, C.H., 1986:6)

Masih ada tafsiran-tafsiran lain mengenai dengan pembangunan politik,

misalnya pandangan yang umum dibanyak wilayah bekas jajahan bahwa

pembangunan berarti membangkitkan rasa harga diri dan kebanggaan nasional dalam

hubungan internasional, atau padangan yang lebih umum di negara-negara maju

bahwa pembangunan politik harus mengarah pada jaman purna-nasionalisme (post-

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

nationalism) dimana negara bukan lagi merupakan unit utama kehidupan politik.

Pembahasan itu sudah cukup banyak untuk menunjukkan kepada kita : pertama,

tingkat kekacauan yang ada dalam hal istilah pembangunan politik, dan kedua,

dibalik kekacauan itu masih ada kemungkinan membentuk dasar persetujuan tertentu

yang lebih kokoh. Tanpa mencoba untuk mempertahankan salah satu orientasi

filosofis atau kerangka teori tertentu, sangat bermanfaat untuk meneliti berbagai

definisi atau pandangan yang dibahas untuk mencari ciri-ciri pembangunan politik

yang paling dapat diterima umum dan paling fundamentil dalam pemikiran umum

mengenai masalah-masalah pembangunan politik.

Ciri pokok pertama yang ditunjukan oleh kebanyakan konsep-konsep adalah

semangat dan sikap umum terhadap persamaan (equality). Dalam kebanyakan

pandangan mengenai hal ini, pembangunan politik betul-betul berkenaan dengan

masalah partisipasi massa dan terlibatan rakyat dalam kegiatan-kegiatan politik.

Partisipasi mungkin terwujud mobilisasi demogratis atau totaliter, tetapi yang

penting adalah bahwa seorang harus menjadi warga negara yang aktif.

Persamaan berarti juga bahwa pemasukan ke dalam jabatan politik harus

mencerminkan ukuran pecakapan berdasar prestasi dan bukan pertimbangan-

pertimbangan status berdasarkan sistem sosial tradisionil. Asumsi dalam sistem

politik yang sudah maju adalah bahwa orang harus menunjukan jasa yang cukup

untuk menduduki jabatan pemerintahan dan para pejabat pemerintah harus lulus

ujian kecakapan yang kompetitif.

Ciri pokok kedua ditemui dalam kebanyakan konsep pembangunan politik itu

berkaitan dengan kapasitas atau kesanggupan dari suatu sistem politik. Dalam arti

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

tertentu, kapasitas berkaitan dengan output sistem politik, dan seberapa jauh sistem

politik dapat mempengaruhi sistem sosial dan sistem ekonomi. Kapasitas juga

berhubungan erat dengan prestasi pemerintah dan keadaan-keadaan yang

mempengaruhi prestasi itu.

Lebih khususnya kapasitas pertama-tama melibat masalah besarnya, ruang

lingkup dan skala prestasi politik dan pemerintah. Sistem yang telah maju dianggap

bisa berbuat lebih banyak dan dapat menjangkau berbagai kehidupan sosial yang

lebih luas dari pada sistem yang belum maju.

Kapasitas berarti efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan kebijaksanaan

umum. Sistem yang sudah maju dianggap tidak hanya dapat berbuat lebih banyak

dari sistem yang belum maju, tetapi juga dapat bekerja lebi cepat dan teliti. Di sini

terdapat kecenderungan kearah profesionalisasi pemerintah. Diperhatikan efisiensi

dan efektivitas mengakibatkan timbulnya ukuran-ukuran prestasi yang diakui secara

universal.

Ciri ketiga yang sering muncul dalam diskusi masalah pembangunan politik

adalah diferensiasi dan spesialisasi. Jadi segi pembangunan politik ini pertama-tama

menyangkut diferensiasi dan spesialisasi struktur. Jabatan-jabatan dan badan-badan

pemerintah masing-masing cenderung memiliki fungsi yang tersendiri dan terbatas,

dan ada persamaan pembagian kerja didalam pemerintahan.

Dengan differensiasi timbul peningkatan spesialisasi fungsional dari berbagai

peranan politik dalam sistem tersebut. Diferensiasi juga menyangkut integrasi dari

struktur-struktur dan proses-proses yang rumit. Artinya, diferensiasi bukanlah

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

fragmentasi dan isolasi bagian-bagian yang berbeda dari sistem politik, tetapi

spesialisasi yang didasarkan atas suatu pemahaman mengenai integrasi.

Dengan menerima tiga dimensi ini, yaitu persamaan, kapasitas dan

diferensiasi, sebagai inti proses pembangunan tidaklah berarti kita menyatakan

bahwa ketiganya mudah ditemukan satu sama lain. Bahkan sebaliknya menurut

sejarah, biasanya terjadi ketegangan yang takut antara tuntutan akan persamaan,

kebutuhan akan kapasitas dan proses differensiasi yang lebih besar.

Jadi sebetulnya kita dapat membedakan pola-pola pembangunan menurut

sistem yang ditempuh oleh masyarakat dalam usaha menangani segi-segi yang

berlainandari gejala pembangunan (development syndrome). Dalam pengertian ini

pembangunan bukan proses yang unilinier (searah dan menaik), bukan pula proses

yang dapat diatur berdasar tahap-tahap yang berbeda tegas, tetapi lebih ditentukan

oleh luasnya cakupan masalah yang timbul, baik secara terpisah-pisah maupun

bersama-sama.

Dalam usaha untuk mencari pola dari proses-proses pembangunan yang

berbeda ini dapat untuk menganalisa berbagai tipe dari masalah ini, perlu

diperhatikan bahwa masalah-masalah persamaan biasanya berkaitan erat dengan

budaya politik dan perasaan-perasaan mengenai keabsahan dan keterikatan pada

sistem; masalah-masalah kapasitas umumnya berkaitan erat dengan prestasi dan

struktur-struktur pemerintahan yang memiliki wewenang resmi (authoritative); dan

masalah-masalah diferensiasi terutama sekali berkaitan dengan prestasi struktur-

struktur yang tidak memiliki wewenang resmi (non-authoritative) dan dengan proses

politik dalam masyarakat umumnya. Ini berarti pada akhir masalah pembangunan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

politik berkisar pada masalah hubungan antara budaya politik, struktur-struktur yang

berwenang, dan proses politik umumnya. (Muhaimin 1982:16).

5.5. Hubungan antara Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Politik

Desa

Tentang tujuan Otonomi Desa, baik undang-undang Otonomi Daerah Nomor

22 Tahun 1999 kemudian direvisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maupun

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 telah menjelaskan salah satu tujuan dari

implementasi otonomi desa tersebut adalah: ” Otonomi Desa dapat menjadi wahana

yang baik bagi peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

pembangunan daerah, melalui implementasi otonomi desa, diharapkan prakarsa dari

pembangunan tumbuh dan berkembang dari aspirasi masyarakat desa, sehingga

masyarakat desa akan memiliki Sense of Belonging dari setiap derap dan hasil

pembangunan di desanya”

Partisipasi Masyarakat adalah suatu hal yang sangat penting dalam

pemerintahan demokratis, terutama dalam praktek pemerintahan daerah. Yusran

(2006:10) mengartikan partisipasi masyarakat sebagai keterlibatan terus menerus dan

aktif dalam pembuatan keputusan yang dapat mempengaruhi kepentingan umum.

Partisipasi Masyarakat memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar

masyarakat senantiasa memiliki dan turut bertanggung jawab terhadap pembangunan

kehidupan bersama-sama warga desa. Partisipasi pada intinya adalah agar

masyarakat ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna meningkatkan,

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka

secara umum partisipasi dapat diartikan sebagai ”pengikutsertaan” atau pengambilan

bagian dalam kegiatan bersama.

Pembangunan menyangkut pengertian bahwa manusia adalah objek dan

subjek pembangunan. Karena manusia sebagai subjek pembangunan, maka dia harus

diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu mengajak subjek tadi berpartisipasi aktif

dalam pembangunan. Sering kita mendengar bahwa pembangunan yang dilaksanakan

tidak dapat sambutan rakyat, hal ini meminta pemimpin memiliki persepsi yang

tajam dalam mendeteksi keinginan masyarakat untuk menggerakkan partisipasi

masyarakat. Mengapa perlu partisipasi masyarakat dalam mengakses pembangunan?

Karena pembangunan adalah usaha masyarakat sebanyak mungkin ikut serta dengan

pemerintah, memberi bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat dan

menjamin keberhasilan pembangunan. Mengapa pemerintah perlu menghimbau

masyarakat? Karena keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh partisipasi

unsur masyarakat dapat bercorak pasif (memang tidak menolak program tapi tidak

ada prakarsa) atau bercorak aktif (menerima) malahan aktif mengajak orang lain

memperluas jangkauan (pemerataan) dan meningkatkan hasil pembangunan.

Pembangunan yang meliputi segala aspek segi kehidupan politik, ekonomi,

sosial dan budaya itu baru berhasil apabila kegiatan yang melibatkan seluruh

masyarakat di dalam usaha negara. Tidak saja dalam pengambilan kebijakan

tertinggi, perencanaan, pimpinan pelaksanaan operasional, tapi juga petani yang

masih tradisional, buruh, nelayan dan lainnya. Telihat tiga aspek dalam rangka

partisipasi pembangunan.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

1. Terlibat dan ikut serta rakyat sesuai dengan mekanisme proses politik dalam

sebuah negara turut menentukan arah, strategi dan kebijakan pembangunan

yang dilakukan oleh pemerintah.

2. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan dan arah

serta strategi rencana yang telah ditentukan dalam proses politik

3. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipasi dalam

pembangunan berencana.

Menurut pandangan umum, pembangunan politik memang meliputi kegiatan

perluasan partisipasi massa, akan tetapi sangat perlu membedakan kondisi-kondisi

yang memungkinkan adanya perluasan tersebut. Dari sudut sejarah, di negara-negara

Barat dimensi pembangunan politik erat bertalian dengan perluasan hak pilih dan

pengikutsertaan kelompok-kelompok baru dalam masyarakat di dalam proses politik.

Proses partisipasi massa ini berarti penyebarluasan pengambilan keputusan, di mana

partisipasi tersebut berpengaruh pula terhadap masalah pilihan dan

keputusan.(Gaffar, 1989:42)

6. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih diuji kebenarannya.

Berdasarkan konsep dan teori sebagaimana penulis kemukakan di atas, maka penulis

akan mengemukakan hipotesis penelitian yakni “Ada Hubungan yang Positif dan

Singnifikan antara Partisipasi politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa

di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Propinsi

Kepulauan Riau.”

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

7. Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (1995;33) konsep adalah abstraksi mengenai suatu

fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dan sejumlah karakteristik,

kejadian keadaan, kelompok atau individu tertentu

Untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing

konsep guna menghindari adanya salah pengertian, maka defenisi beberapa konsep

yang dipakai dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka teoritis yang telah

dikemukakan di atas maka konsep operasional tersebut adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi Masyarakat adalah keterlibatan mental dan emosional individu dalam

situasi kelompok yang mendorongnya memberikan sumbangan terhadap tujuan

kelompok serta mambagi tanggung jawab bersama mereka.

2. Pembangunan Desa adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan keadaan dari yang

kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan aspirasi,

partisipasi, adat istiadat masyarakat setempat.

8. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana

caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun,1995:56). Menurut siagian, 2004:11

defenisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam

bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari sudut

penelitian. Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25235/4/Chapter I.pdf · pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan

A. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Partisipasi Politik Masyarakat dengan indikatornya sebagai berikut :

No Dimensi Indikator

1

2

3

4

Waktu

Pikiran

Tenaga

Uang

Meluangkan waktu

Masukan dan Saran

Kerjasama

Sumbangan dan Iuran

Menurut Max F. Millikan , (Muhaimin 1982:16). defenisi operasional

merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-

indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari sudut penelitian.

Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

B. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah pembangunan Desa dengan indikatornya sebagai berikut :

No Dimensi Indikator 1 2 3

Persamaan (equality) Kapasitas Diferensiasi dan spesialisasi

- Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan politik

- Persamaan hak dan kewajiban masyarakat dalam sistem politik

- Persamaan peluang dan kesempatan masyarakat dalam menduduki jabatan politik, dsb.

- Output penerapan suatu sistem

kebijakan - Efektivitas dan efisiensi

pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah

- Rasionalitas administrasi - Spesialisasi struktur - Spesialisasi fungsionil

Sumber : Muhaimin (1982:16)