21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak dan verbal yang berbeda dengan ilmu-ilmu terapan yang bersifat pasti. Hal ini akan menjadikan peserta didik terkadang merasa kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Akibatnya, sering terdapat peserta didik yang menampakkan sikap acuh dan malas dalam proses belajar mengajar sehingga hasil belajar kurang memuaskan karena peserta didik banyak melakukan kekeliruan dan kesalahan. Keliruan dan kesalahan yang dilakukan peserta didik ini tidak mutlak disebabkan oleh kurangnya kemampuan peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tetapi juga karena faktor lain seperti gaya atau metode mengajar guru, lingkungan, sarana dan prasarana belajar, motivasi Peserta didik dan lain-lain. Guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan memperhatikan prinsip-prinsip bahwa peserta didik akan bekerja keras kalau ia punya minat dan perhatian terhadap pekerjaannya, memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik, menggunakan hadiah dan hukuman secara efektif dan tepat.

BAB I PENDAHULUAN - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/13152/4/bab 1 siap upload.pdftepat untuk diterapkan pada materi pembelajaran tertentu. Metode mengajar yang diterapkan

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan ilmu

pengetahuan yang bersifat abstrak dan verbal yang berbeda dengan ilmu-ilmu

terapan yang bersifat pasti. Hal ini akan menjadikan peserta didik terkadang

merasa kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Akibatnya, sering

terdapat peserta didik yang menampakkan sikap acuh dan malas dalam proses

belajar mengajar sehingga hasil belajar kurang memuaskan karena peserta

didik banyak melakukan kekeliruan dan kesalahan.

Keliruan dan kesalahan yang dilakukan peserta didik ini tidak mutlak

disebabkan oleh kurangnya kemampuan peserta didik dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan tetapi juga karena faktor lain seperti gaya atau

metode mengajar guru, lingkungan, sarana dan prasarana belajar, motivasi

Peserta didik dan lain-lain.

Guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan

memperhatikan prinsip-prinsip bahwa peserta didik akan bekerja keras kalau

ia punya minat dan perhatian terhadap pekerjaannya, memberikan tugas yang

jelas dan dapat dimengerti, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan

prestasi peserta didik, menggunakan hadiah dan hukuman secara efektif dan

tepat.

2

Lingkungan serta sarana dan prasarana belajar juga perlu diperhatikan

untuk mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas yang

nyaman. Hal tersebut menjadikan guru harus mampu memilih dan

menerapkan metode mengajar yang tepat sehingga dapat meningkatkan

pemahaman Peserta didik terhadap mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan.

Hal tersebut terkandung dalam UU SISDIKNAS (Undang – Undang

Sistem Pendidikan Nasional) No.20 tahun 2003:

“Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi

yang ada didalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak

mulia, kecerdasan,dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya

dan masyarakat.”

Menurut Prof. H. Mahmud Yunus mengatakan bahawa:

“Yang dimaksud pendidikan ialah suatu usaha yang dengan

sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang

bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan

akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada

tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh

kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukanya dapat

bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan

agamanya.”

Pemilihan metode mengajar yang tepat akan menciptakan situasi

belajar yang menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar

mengajar sehingga peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar.

Pemilihan metode perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang

disampaikan, tujuannya, waktu yang tersedia, dan banyaknya peserta didik

serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

3

Adapun metode-metode yang dapat dipakai guru dalam mengajar

antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode pemberian tugas

(resitasi), metode demonstrasi, metode kerja kelompok, metode inkuiri,

metode eksperimen, metode simulasi dan sebagainya.

Guru yang baik harus mampu menguasai bermacam-macam

metode mengajar sehingga dapat memilih dan menentukan metode yang

tepat untuk diterapkan pada materi pembelajaran tertentu. Metode

mengajar yang diterapkan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan pada

umumnya adalah metode konvensional.

Guru dianggap sebagai gudang ilmu, otoriter dan mendominasi

kelas, mengajarkan ilmu, langsung membuktikan dalil-dalil dan

memberikan contoh. Sedangkan peserta didik harus duduk rapi

mendengarkan, meniru dan mencontoh cara-cara yang diterapkan guru

serta menyelesaikan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan guru tanpa

ada tindakan lebih lanjut mengenai tugas tersebut.

Sedangkan upaya menyiapkan peserta didik yang berkualitas tidak

pernah berhenti pada suatu titik tertentu karena terus berkembangnya

tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Instansi-instansi

sekolah terutama guru selalu berusaha mengupayakan yang terbaik untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didiknya sehingga dihasilkan

peserta didik yang unggul, berkualitas dan mampu bertahan dalam

perkembangan jaman. Hal ini menuntut para guru untuk mengupayakan

suatu cara atau metode pembelajaran yang tepat bagi peserta didik nya

4

sehingga pengetahuan dan ketrampilan pada peserta didik dapat

berkembang secara menyeluruh dan maksimal.

Sehingga pengetahuan dan ketrampilan pada peserta didik dapat

berkembang secara menyeluruh dan maksimal. Demikian pula halnya

yang terdapat pada SMP Pasundan 1 Bandung, selalu diusahakan upaya-

upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi peseta didiknya

sehingga potensi peserta didik dapat termanfaatkan secara maksimal.

Hal ini terjadi karena proses pembelajaran di sekolah yang

berlangsung hanya berorientasi pada memorisasi bahan-bahan pelajaran

dan interaksi belajar mengajar yang berjalan secara searah. Fungsi dan

peranan guru menjadi sangat dominan. Di lain pihak peserta didik hanya

menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan

guru. Ini menjadikan kondisi yang tidak proposional.

Guru sangat aktif, tetapi sebaliknya peserta didik menjadi pasif dan

tidak kreatif. Selama ini peserta didik hanya diperlakukan sebagai obyek

sehingga peserta didik kurang dapat mengembangkan potensinya.

Pembelajaran dilaksanakan menggunakan pendekatan, metode dan model

pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk berpartisipasi secara

aktif terhadap peristiwa konkrit baik fisik, mental, maupun emosional.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah

suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata untuk belajar

tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta

untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata

5

pelajaran. Brainstorming teknik ini memberikan kepada para peserta didik

waktu untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek

penelitian ini adalah Peserta didik kelas VIII-E SMP Pasundan 1 Bandung

tahun pelajaran 2016/2017. Adapun jumlah murid kelas VIII-E di SMP

Pasundan 1 Bandung 43 orang peserta didik yang terdiri 25 orang wanita

19 orang laki-laki. Peneltian ini terdiri dari tiga siklus dan setiap siklus

terdiri dua siklus menurut : Model John Elliot Model (PTK) dari John

Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt Lewin dan

model Kemmis-Mc Taggart :

Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus terdiri dari

beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu,

setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi

dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. (PTK) model Elliot dapat

digambarkan sebagai berikut:

Siklus 1 Siklus 2

- Survey penemuan

dan analis

- Rencana umum

a. Tindakan 1

b. Tindakan 2

c. Tindakan 3

- Implementasi

tindakan

- Pengaruh dan

implementasi

tindakan monitor

- Survey (menjelaskan

kegagalan

implementasi efek

- Revisi ide umum

- Rencana yang di ubah

a. Tindakan 1

b. Tindakan 2

c. Tindakan 3

- Implementasi langkah

selanjutnya

- Survey (menjelaskan

kegagalan implementasi

efek

6

Hal tersebut dikemukakan oleh Duch, 1995 & Finkle dan Torp

(1995) sebagai berikut:

“Problem-Based Learning atau Pembelajaran Berbasis

Masalah adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya

permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik

belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan

memperoleh pengetahuan, Menyatakan bahwa Pembelajaran

Berbasis Masalah merupakan pengembangan kurikulum dan sistem

pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi

pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan

dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai

pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan

baik. Dua definisi di atas mengandung arti bahwa Problem Based

Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan setiap

suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan

sehari-hari.”

Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning.

Dengan Teknik pembelajaran yang diterapkan adalah teknik pembelajaran

Brainstorming, yaitu "brainstorming sering digunakan dalam diskusi

kelompok untuk memecahkan masalah bersama. brainstorming juga dapat

digunakan secara individual. Sentral dari Brainstorming adalah konsep

menunda keputusan. Dalam brainstorming Peserta didik dituntut untuk

bisa menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya.”

Model pembelajaran Brainstorming dipopulerkan oleh Alex

Faickney Osborn dalam bukunya Applied Imagination pada tahun 1953

mengemukakan:

”Osborn mengemukakan bahwa kelompok dapat menggandakan

hasil kreatifnya dengan Brainstorming. Brainstorming bekerja

dengan cara fokus pada masalah, lalu selanjutnya dengan bebas

bermunculan sebanyak mungkin solusi dan mengembangkannya

sejauh mungkin Brainstorming sering digunakan dalam diskusi

kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Brainstorming

juga dapat digunakan secara individual. Sentral dari Brainstorming

7

adalah konsep menunda keputusan. Dalam Brainstorming siswa

dituntut untuk bisa menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya.”

Melalui model pembelajaran Problem Based Learning melalui

teknik Brainstorming ini diharapkan peserta didik akan termotivasi dalam

mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Peserta

didik dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar. Penggunaan model

pembelajaran Problem Based Learning dimaksudkan untuk mempermudah

peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sehingga peserta didik

termotivasi untuk terlibat secara aktif dan tidak merasa cepat bosan dalam

mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merasa tertarik

mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning Dengan Teknik Brainstorming Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan.” (Penelitian Tindakan Kelas materi

pokok “ Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara.” kelas VIII di

SMP Pasundan 1 Bandung )

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat mengidentifikasikan

beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :

a. Peserta didik kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di anggap tidak menarik.

8

c. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dianggap sebagai mata

pelajaran yang mementingkan hafalan.

C. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana

penerapan model Problem Based Learning melalui teknik Brainstorming

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan?

2. Batasan Masalah

Agar lebih spesifik, maka rumusan masalah itu dijabarkan lagi dalam

pertanyaan penelitian yaitu :

1. Bagaimana perencanaan guru dalam proses belajar pendidikan

kewarganegaraan dengan model Problem Based Learning melalui

teknik Brainstorming pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan untuk meningkatkan hasil belajar peserta ddik

dalam materi Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara ?

2. Bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun

oleh guru dengan menerapkan model Problem Based Learning

melalui teknik Brainstorming untuk meningkatkan hasil belajar

peserta didik dalam materi Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar

Negara ?

9

3. Bagaimana hasil belajar peserta didik kelas VIII-E di SMP Pasundan

1 Bandung semester I pada mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan materi Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar

Negara dengan penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning melalui teknik brainstorming ?

D. Batasan Masalah

Penulis memberi batasan penelitian agar penelitian ini lebih efektif,

efisien, dan terarah. Oleh karena itu penulis hanya membatasi ruang lingkup

permasalahan sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning

melalui teknik Brainstorming terhadap hasil belajar peserta didik

pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII-E

Peserta Didik SMP Pasundan 1 Bandung ?

2. Bagaimana respon peserta didik mengenai penggunaan model

pembelajaran Problem Based Learning melalui teknik

Brainstorming pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

dikelas VIII-E peserta didik SMP Pasundan 1 Bandung ?

10

E. Tujuan Penelitian

A. Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan belajar

Peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

B. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui :

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang disusun oleh Guru

PPKn dapat meningkatkatkan keaktifan belajar Peserta didik

dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based

Learning di SMP Pasundan 1 Bandung.

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh Guru

PKn dapat meningkatkatkan keaktifan belajar Peserta didik dengan

menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning

dalam materi Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara di

Kelas VIII SMP Pasundan 1 Bandung.

c. Bagaimana hasil keaktifan belajar Peserta didik dalam mata

pelajaran PPKn pada mater Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar

Negara di Kelas VIII SMP Pasundan 1 Bandung dengan

menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning.

11

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini Adalah :

1) Peningkatan atau perbaikan kinerja Peserta didik di sekolah

2) Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah

3) Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan

pengembangan kompetensi Peserta Didik di sekolah

4) Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran pendidikan

Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Pertama.

5) Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan pedidikan

kewarganegaraan di Sekolah Menengah Pertama.

6) Memberikan alterntif kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

7) Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,

kenyamanan, kesenangan dalam diri Peserta Didik untuk mengikuti

proses pembelajaran di kelas.

8) Di samping itu, hasil belajar Peserta didik pun dapat meningkat.

9) Memberikan bekal kecakapan berfikir ilmiah melalui keterlibatan Peserta

Didik dalam kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru.

G. Kerangka Pemikiran

kegiatan belajar mengajar, pendidik sebaiknya memperhatikan perbedaan

individual peserta didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis.

Kerangka berpikir demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan

pendekatan kepada setiap peserta didik secara individual.

12

Peserta didik sebagai individu memiliki perbedaan dalam hal sebagaimana

disebutkan di atas. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut akan

merapatkan hubungan pendidik dengan peserta didik, sehingga memudahkan

melakukan pendekatan penguasaan dalam proses belajar mengajar.

Menurut Muhammad Ali dalam buku Strategi Belajar Mengajar karya

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Mastery Learning (2000: 25) “Suatu

strategi belajar mengajar pendekatan indivual. Sedangkan menurut Suharsimi

Arikunto sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain

Mastery Learning (2006: 33), adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan,

yaitu program pengayaan dan program perbaikan.”

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan peserta didik merupakan bagian

yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang

sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi ,

pendekatan serta model pembelajaran yang mendukung merupakan suatu

perhatian yang utama.

Model pembelajaran problem based learning (pembelajaran berbasis

masalah), awalnya dirancang untuk program graduate bidang kesehatan oleh

Barrows, Howard (1986) yang kemudian diadaptasi dalam bidang pendidikan

oleh Gallagher (1995). Problem based learning disetting dalam bentuk

pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah dengan menggunakan

instruktur sebagai pelatihan metakognitif dan diakhiri dengan penyajian dan

analisis kerja peserta didik.

13

Di dalam proses pembelajaran terdapat berbagai macam masalah yang

terjadi, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal peserta didik. Faktor

internal terdiri atas keadaan fisik peserta didik, intelegensi siswa, serta

keadaan psikologis peserta didik, misalnya minat dan motivasi.

Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal adalah kemampuan

mengajar guru, media pembelajaran yang digunakan guru, model

pembelajaran yang digunakan, lingkungan peserta didik baik lingkungan

sekolah maupun lingkungan dala keluarga, sumber atau bahan pelajaran serta

kurikulum.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan

peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh

tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya

memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah cara-cara

yang digunakan guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

sudah ditentukan. Dalam hal ini guru dituntut harus mencari metode-metode

atau model-model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi

kepada peserta didik agar peserta didik mampu menyerap materi dengan baik.

Pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menyebabkan

suasana kelas yang membosankan. Sehingga dengan penerapan model yang

tepat dapat meningkatkan proses belajar peserta didik pada bahan pelajaran

yang disampaikan yang akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik yang

akan digunakan pada saat proses pembelajaraan.

14

Dengan pemiliahan model Problem Based Learning malalui teknik

Brainstorming diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik :

Gambar 1.1

Tahapan Peningkatan Prestasi Peserta didik

Penyebab kurangnya hasil

belajar peserta didik

Menggabungkan kedua model

Dari uraian diatas, dapat ditarik suatu kerangka berpikir seperti dibawah

ini:

Variable X dalam penelitian ini yaitu Penggunaan Model Pembelajaran

Problem Based Learning melalui teknik brainstorming sedangkan variable

Y dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar peserta didik kelas VIII-E di

SMP Pasundan 1 Bandung Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan.

Cara Mengatasi

Peserta didik Kurang

Aktif

Peserta didik Merasa

Bosan

Metode Cenderung

Monoton

Problem Based Learning Brainstorming

15

Gambar 1.2

Rumusan Variable

Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning melalui

teknik brainstorming ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Agar pembelajaran di sekolah dapat lebih menarik peserta didik, maka guru

harus menggunakan bebagai model atau media pembelajaran, agar tujuan

pembelajaran tercapai.

Secara umum pembelajaran dengan penggunaan teknik

brainstroming adalah karena dengan melihat, mendengar dapat

meningkatkan minat belajar peserta didik untuk mengikuti pelajaran

pendidikan kewarganegaraan karena apa yang mereka lihat, dengar, dan

meraka praktekkan tidak akan mereka lupakan dan pembelajaran seperti itu

adalah pembelajaran yang tidak monoton dan membosankan.

Brainstroming merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar

yang menggunakan media keaktifan khususnya kegiatan belajar mengajar

sebagai sistem pembelajarannya. Branstorming merupakan dasar dan

konsekuensi logis dari perkembangan inovasi dan komunikasi.

Model Pembelajaran

Problem Based

Learning Melalui

teknik

Brainstorming

(X)

Hasil Belajar

Peserta didik

(Y)

16

Brainstorming dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang

dilakukan dengan aktif baik secara formal maupun informal. Brainstorming

secara formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus,

mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal

yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola Bainstorming dan

pembelajar sendiri). Hal ini terjadi karena metode-metode pembelajaran

yang dipilih disesuaikan dengan metode pembelajaran, cocok dengan

langkah-langkah dalam pembelajaran dapat menumbuhkan keikutsertaan

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

Knowles (dalam Sudjana, 2001:2) mengungkapkan bahwa metode

yang dapat digunakan dalam pembelajaran partisipatif dapat digolongkan

ke dalam tiga kategori, diantaranya adalah metode pembelajaran

perorangan (individual methods), metode pembelajaran kelompok (group

methods), dan metode pembelajaran massal (community methods), dan

metode brainstorming merupakan salah satu contoh metode dalam

pembelajaran partisipasif.

H. Definisi Oprasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan judul Skripsi ini

serta acuan penelitian maka penulis mendefinisikan variabel-variabel yang

terkait sebagai berikut :

1. Penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah

perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat

17

bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori,

metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu

kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang

telah terencana dan tersusun sebelumnya.

2. Model pembelajaran merupakan cara atau teknik penyajian materi

yang digunakan pendidik dalam dalam proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya

berikut ini beberapa ahli akan mengemukakan pengertian model

pembelajaran. Agus Suprijono (2010) Menurutnya, model

pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial.

3. Model pembelajaran Problem Based Learning Menurut Arends dalam

Abbas (2000:13) adalah model pembelajaran dengan pendekatan

pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa

dapat menyusun pengetahuannya sendiri,

menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri,

memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.

4. Teknik adalah metode atau sistem mengerajakan sesuatu. (KBBI,

2008:1422)

5. Brainstorming adalah suatu strategi atau metode pemecahan masalah

kreatif yang diluncurkan oleh Alex F. Osborn pada tahun 1953.

Metode yang menitikberatkan pada pengungkapan pendapat ini

bermula dengan keinginan Osborn untuk mendorong karyawannya

18

supaya dapat berpikir kreatif mencari solusi dari permasalahan yang

ada pada perusahaannya dengan cara berdiskusi dimana setiap

karyawannya bebas mengungkapkan pendapat. Pada waktu itu, setelah

iklan dari agen periklanan yang dipimpin Osborn dapat disukseskan, ia

berencana untuk menciptakan iklan baru yang lebih nyata. Dalam

memutuskan strategi, ia memilih cara yang berbeda dengan meminta

semua karyawannya untuk menyampaikan gagasannya yang dimiliki

oleh mereka untuk kemudian didiskusikan hingga didapatkan

keputusan yang terbaik. Osborn menampung semua gagasan dan

mendiskusikannya dengan menggunakan metode brainstorming. Lebih

lanjut, gagasan ini memiliki dasar bahwa pendapat yang ada

dikumpulkan tanpa mempedulikan pendapat tersebut muncul dari siapa

yang mengeluarkan pendapat (Dahlan, 2006:11).

6. Hasil belajar peserta didik menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi

Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa,

yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk

angka. Belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan

sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya

berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Menurut Ernest

R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252).

7. Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Dalam menjalani hidup dan kehidupan manusia

tidak lepas dari belajar. Banyak pengertian belajar yang telah

19

dikemukakan oleh para ahli. Terutama Gagne (1985) menyatakan

bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam kehidupan yang bertahan

lama dan bukan berasal dari proses perubahan. Gagne dalam Udin S.

Winatapura, dkk ( 2005 : 2.5 ) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu

proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat

pengalaman.

8. Menurut UU SISDIKNAS (Undang – Undang Sistem Pendidikan

Nasional) No.20 tahun 2003 Peserta didik merupakan input dalam

organisasi sekolah dan bahan mentah yang harus di olah oleh sekolah

untuk menjadi input yang berkualitas pada jenjang pendidikan

berikutnya. Pengertian peserta didik adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran

yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Potensi

peserta didik di olah melalui proses pembelajaran (kegiatan belajar

mengajar), di mana melalui kegiatan belajar itu peserta didik tidak

hanya memperoleh pengetahuan, mampu bekerja sama,

berkomunikasi, memiliki jiwa toleransi dan saling pengertian, serta

memiliki kemampuan untuk berkompetisi.

9. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga

negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan

oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2006:49).

20

Pendapat lain, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk

membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar

berkenan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta

pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara agar dapat

diandalkan oleh bangsa dan negara (Somantri, 2001: 154)

I. Struktur Organisasi

Gambaran lebih jelas tentang isi dari keseluruhan skripsi disajikan

dalam struktur organisasi skripsi berikut dengan pembahasannya. Struktur

organisasi skripsi tersebut disusun sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

identifikasi masalah, rumusan masalah batasan masalah tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, definisi

operasional dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II Kajian Teoretis

Pada bab ini membahas mengenai kajian teori, analisis dan

pengembangan materi pelajaran yang diteliti (meliputi ruang

lingkup materi pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek

kehidupan, karakteristik materi Pancasila sebagai ideologi dan dasar

negara, bahan dan media, strategi pembelajaran, sistem dan

evaluasi, serta yang terakhir penelitian terdahulu).

3. Bab III Metode Penelitian

21

Pada bagian bab ini menjelaskan mengenai setting, penelitian,

subjek penelitian metode penelitian, desain penelitian, tahapan

pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, rancangan pengumpulan

data, pengembangan instrumen penelitian, rancangan analisis data,

dan indikator keberhasilan (proses dan output).

4. Bab IV Hasil Penelitian

Bagian ini membahas mengenai deskripsi hasil dan temuan

penelitian, dan pembahasan penelitian.

5. Bab V Simpulan dan Saran

Pada bagian ini berisi kesimpulan dan saran yang membahas

mengenai penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis

temuan penelitian.