Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek yang dipakai penulis untuk melakukan penelitian ini yaitu perusahaan
sektor perbankan. Perusahaan sektor perbankan khususnya di Indonesia sudah banyak
mengalami perkembangan yang pesat di era modern saat ini. Mereka berlomba-lomba
untuk menarik hati masyarakat Indonesia agar dapat memakai layanan dari produk yang
ditawarkan oleh perbankan tersebut. Produk yang ditawarkan kepada masyarakat
Indonesia dari perbankan ini bermacam jenisnya, seperti tabungan pada umumnya,
asuransi, sekuritas, maupun layanan keuangan yang berbasis digital pada masa
sekarang. Sehingga pada akhirnya perusahaan sektor perbankan Indonesia dapat
meraup keuntungan yang sebesar-besarnya atau memiliki aset semaksimal mungkin.
Tabel 1.1 Daftar saham perbankan di indeks LQ45 tahun 2015-2018
Singkatan Nama Perusahaan
BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk.
BMRI Bank Mandiri Tbk.
BBCA Bank Central Asia Tbk.
BBNI Bank Negara Indonesia Tbk.
BBTN Bank Tabungan Negara Tbk.
Sumber : www.sahamok.com
Ada 5 dari 50 bank yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) yang termasuk
dalam indeks LQ45 tahun 2015-2018, yaitu sebagai berikut;
1.1.1 Bank Rakyat Indonesia
PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik
pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya BRI didirikan di
Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadjaya dengan
nama De Poerwokertosche Hulp en Spaark bank der Iniandsche Hoofden
atau bank bantuan dan simpanan milik kaum Priyayi Purwokerto, suatu
lembaga keuangan yang melayani orang orang berkebangsaan Indonesia
(pribumi). Dan lembaga tersebut ini didirikan pada tanggal 16 Desember
1895.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No.7
tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992 status BRI
berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100%
di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003 tanggal 31
Oktober , Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham
bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat
ini. Dan juga sebanyak 3.811.765.000 lembar saham dengan nilai nominal
Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp875,- per saham.
Gambar 1. 1 Pergerakan saham Bank BRI tahun 2015-2018
Sumber : www.yahoofinance.com
Dari gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa dari awal tahun 2015
sampai dengan akhir tahun 2018 pergerakan saham bank BRI ini
menunjukan arah yang positif, karena garis-garis yang me-representatifkan
saham bank BRI pada tahun 2017 sampai 2018 mengalami kenaikan secara
signifikan. Walaupun ditahun 2015 nya mengalami penurunan tetapi setelah
itu grafiknya naik, yang menunjukan evaluasi yang bagus dari pihak bank
BRI.
Adapun visi yang dimiliki oleh Bank BRI ini yatu “Menjadi sebuah
bank terkemuka di Indonesia yang akan selalu mengutamakan kepuasan
para nasabahnya”.
1.1.2 Bank Mandiri
Bank Mandiri dibentuk pada 2 Oktober 1998, dan empat bank
asalnya efektif mulai beroperasi sebagai bank gabungan pada pertengahan
tahun 1999. Setelah selesainya proses merger, Bank Mandiri kemudian
memulai proses konsolidasi, termasuk pengurangan cabang dan pegawai.
Dan diikuti dengan peluncuran single brand di seluruh jaringan melalui
iklan dan promosi. Bank ini memiliki nasabah dari berbagai segmen
penggerak utama perekonomian Indonesia dibidang usaha yang sangat
beragam. Visi Bank Mandiri yaitu, “Menjadi Lembaga keuangan Indonesia
yang paling dikagumi dan selalu progresif.
Pada tanggal 23 Juni 2003, Bank Mandiri memperoleh pernyataan
efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan penawaran umum perdana
saham BMRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 4.000.000.000 lembar
saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran
Rp675,- per saham. Pada akhirnya saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 2003.
Gambar 1. 2 Pergerakan saham Bank Mandiri tahun 2015-2018
Sumber : www.yahoofinance.com
Dari gambar grafik 1.2, dapat disebutkan bahwa pergerakan
saham Bank Mandiri pada tahun 2015-2018 ini sangat bagus. Hal itu
dikarenakan dari tahun 2016 sampai 2018 menggambarkan kenaikan yang
signifikan dari awal tahun 2017. Walaupun pada akhirnya tahun 2018
mengalami penurunan, tetapi tingkat penurunannya tidak terlalu signifikan
dan tidak terus menerus.
1.1.3 Bank Central Asia
PT. Bank Central Asia (BCA) adalah bank swasta terbesar di
Indonesia. Bank ini didirikan pada 21 Februari 1957 dengan nama Bank
Central Asia NV dan pernah menjadi bagian penting dari salim group.
Sekarang bank ini dimiliki oleh salah satu grup perusahaan rokok terbesar
didunia, Djarum. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan
barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi pada
tahun 1997. Visi dari Bank BCA ini adalah sebagai “Bank pilihan utama
andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting perekonomian
Indonesia”.
Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan
menjadi perusahaan publik. Penawaran Saham Perdana berlangsung pada
tahun 2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari
divestasi BPPN dengan jumlah 662.400.000 lembar saham, nilai nominal
Rp500,- dan harga penawarannya sebesar Rp1.400,- per sahamnya. Setelah
Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari
seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua dilaksanakan di bulan Juni
dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham
miliknya di BCA.
Berikut gambar dari grafik pergerakan harga saham Bank BCA
(BBCA) pada tahun 2015-2018 bisa dilihat pada gambar 1.3 ini
Gambar 1. 3 Pergerakan saham Bank BCA tahun 2015-2018
Sumber : www.yahoofinance.com
Dari gambar grafik diatas, dapat dilihat bahwa saham BCA
pergerakan nya yang mengalami kenaikan secara terus menerus dan stabil
pada tahun 2015 sampai 2018. Hal itu dapat disimpulkan bahwa saham bank
BCA ini banyak dilirik dan dibeli masyarakat untuk proses investasi yang
bersifat prospektif.
1.1.4 Bank Negara Indonesia
Bank Negara Indonesia (BNI) adalah sebuah institusi bank milik
pemerintah, dalam hal ini adalah perusahaan BUMN, di Indonesia. Dalam
struktur manajemen organisasinya, BNI dipimpin oleh seorang direktur
utama. Bank Negara Indonesia (BNI) termasuk bank komersial tertua dalam
sejarah Republik Indonesia. Bank ini didirikan pada tanggal 5 juli tahun
1946. Bank BNI juga menjalankan kegiatan usaha diluar perbankan melalui
anak usahanya, antara lain: asuransi jiiwa, pembiayaan, sekuritas dan jasa
keuangan.
Pada tanggal 28 Oktober 1996, Bank BNI memperoleh pernyataan
esfektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan penawaran umum perdana
saham Bank BNI (IPO) kepada masyarakat umum sebanyak 1.085.032.000
dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp850,-
per saham. Dan pada akhirnya saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 25 November 1996.
Gambar 1. 4 Pergerakan saham Bank BNI tahun 2015-2018
Sumber : www.yahoofinance.com
Dari gambar diatas, jika di interpretasikan bahwa pergerakan
saham Bank BNI dulunya selama tahun 2015-2016 sedang terpuruk tetapi
pada awal 2017 menunjukan kenaikan secara terus menerus sampai awal
tahun 2018. Hal itu dikarenakan adanya perubahan kinerja yang dilakukan
bank BNI. Pada tahun 2018 ini, pergerakan sahamnya mulai naik turun,
tetapi turunnya ini tidak signifikan sampai menyentuh angka pada tahun
2017 yang lalu.
Visi yang diusung oleh Bank BNI ini ialah “Menjadi 6amanya keuangan
yang unggul dalam layanan dan kerja”
1.1.5 Bank Tabungan Negara
Bank Tabungan Negara (BTN) adalah badan usaha milik negara
yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak dibidang jasa keuangan
perbankan. Dalam menjalankan usahanya bank ini melayani pembuatan
kartu kredit, ATM, kirim uang, inkaso, money changer, safe deposit box,
bank garansi, payment point, BTN payroll, western union, SPP online BTN,
dan Real Time Gross Sttelement (RTGS).
Pada tanggal 17 Desember 2009, Bank BTN mencatatkan namanya
sebagai perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat umum
atau yang disebut dengan proses Initial Public Offering (IPO) sebanyak
2.360.057.000 lembar saham dengan nominal Rp500,- per saham dan harga
penawaran Rp800,- per saham.
Gambar 1. 5 Pergerakan saham Bank BTN tahun 2015-2018
Sumber : www.yahoofinance.com
Dari gambar diatas, dijelaskan bahwa saham dari Bank BTN ini
tidak sebagus dari saham perbankan yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Tetapi masih dikategorikan kedalam saham perbankan yang sangat
berproyeksi kedepannya untuk berinvestasi. Hal itu dikarekanakan ada data
historical Bank BTN yang konsisten naik pada tahun 2016 lalu.
Adapun visi dan misi dari bank BTN ini yaitu “Menjadi bank yang
terkemuka dalam pembiayaan perumahan”
1.2. Latar Belakang Penelitian
Dalam perkembangan dunia di bidang ekonomi global sekarang ini telah banyak
mendorong para investor untuk berinvestasi di pasar modal. Karena keberadaan pasar
modal ini pada suatu negara bisa menjadi faktor yang sangat penting untuk melihat
bagaimana kegairahan atau dinamisnya pergerakan bisnis di negara tersebut dengan
berbagai kebijakan ekonomi di negara itu seperti kebijakan fiskal dan moneter. (Fahmi,
2015). Adapun peran dan fungsi dari pasar modal ini ialah sebagai salah satu sarana
buat mendapatkan dana bagi perusahaan dari masyarakat yang kelebihan dana (investor)
dan juga sebagai sarana bagi masyarakat yang kelebihan dana untuk tempat berinvestasi
pada instrumen keuangan khususnya seperti saham, obligasi, deposito, reksadana
ataupun instrumen keuangan lainnya (Tandelilin, 2017).
Dalam dunia investasi di pasar modal, ada beberapa poin yang harus dihadapi
oleh para investor, yaitu tingkat keuntungan yang diharapkan dan tingkat resiko. Dari
dua hal tersebut bisa menimbulkan penyimpangan-penyimpangan yang dikenal dengan
ketidakpastian (uncertainty) dalam investasi dipasar modal khususnya. Salah satu cara
untuk memperkecil tingkat resiko pada investasi yaitu dengan men-diversifikasikan
investasinya, seperti ungkapan dari Markowitz (1956) berikut “do not put all your egg
into one basket”. Menurut single index model yang dikembangkan oleh Sharpe (1963)
ada dua jenis resiko, yaitu resiko sistematis dan resiko tidak sistematis. Resiko yang
sistematis itu bisa kita kenal dengan resiko pasar, yang mana resiko pasar ini disebabkan
oleh macro event atau kejadian kejadian yang menimpa seluruh pasar dan resiko ini
tidak dapat kita hindari. Sedangkan resiko yang tidak sistematis ini adalah suatu resiko
yang dapat dihilangkan atau dikurangi melalui proses diversifikasi, karena resiko ini
hanya disebabkan oleh micro event atau kejadian kejadian yang terjadi pada suatu
perusahaan saja (Tandelilin, 2017).
Khususnya perusahaan yang bergerak di sektor perbankan Indonesia, pada awal
tahun 2015 sampai akhir 2016, harga saham perbankan tidak stabil karena ditandai
dengan naik turunnya grafik pada tahun tersebut. Tetapi sampai awal 2017 dan akhir
2018 lalu, saham perbankan Indonesia mengalami pergerakan yang arahnya positif atau
mengalami kenaikan pada pergerakan saham perbankan di indeks Infobank15. Hal itu
tidak terlepas dari peran bank yang masuk dalam indeks LQ45 karena memiliki tingkat
likuiditasnya yang tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental
perusahaan baik, seperti BCA, BRI, BNI, Mandiri dan BTN.
Gambar 1. 6 Pergerakan saham di indeks Infobank15 tahun 2015-2018
Sumber : www.idx.co.id
Gambar 1. 7 Pergerakan Kurs Rupiah terhadap USD tahun 2015-2018
Sumber : www.bi.go.id
Jika dilihat dari gambar 1.6 diatas, pergerakan harga saham perusahaan sektor
perbankan pada indeks Infobank15 menunjukkan bahwa kondisinya mengalami trend
yang baik pada tahun 2015-2018. Pada kondisi tersebut dapat diartikan dengan
peningkatan yang terjadi di setiap waktu pembelian saham perusahaan sektor
perbankan. Atau bisa dikatakan juga bahwa masyarakat umum sangat melirik dan ingin
memiliki dari sebagian saham perbankan yang ada di Indonesia pada saat itu. Namun
disisi lainnya transaksi kurs dollar terhadap rupiah menunjukan kenaikan ke angka yang
lebih tinggi pada pergerakan grafiknya selama tahun 2015-2018 yang terdapat di
gambar 1.7 diatas. Menurut Fahmi (2015), inflasi dan nilai tukar merupakan faktor
makroekonomi yang dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan. Semakin
tinggi tingkat inflasi dan nilai tukar dollar terhadap rupiah, maka pergerakan harga
saham menjadi turun.
Menurut Tandelilin (2017:2) salah satu faktor yang membuat seorang
berinvestasi adalah adanya return atau imbalan yang diharapkan untuk masa yang akan
datang dengan berkomitmen atas jumlah dana ataupun sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat itu. Dan untuk membeli saham di pasar modal, investor dapat
melihatnya dari prediksi nilai imbalan yang diharapkan pada saham tersebut. Ada dua
macam model yang sering digunakan dalam memprediksi return saham yang
diharapkan. Kedua model itu ialah Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage
Pricing Theory (APT).
Model Capital Asset Pricing Model (CAPM) diperkenalkan oleh Sharpe (1964)
dan Litner (1965) yang merupakan harga suatu aset pada kondisi equilibrium. Menurut
Tandelilin (2017:192) dalam kondisi pasar yang equilibrium dapat digambarkan
hubungan antara tingkat return yang diharapkan dari suatu aset yang beresiko dengan
resiko dari aset tersebut secara lebih sederhana. Resiko yang diperhitungkan itu ialah
resiko sistematis yang diwakili oleh beta (standar deviasi atau total resiko), dan resiko
yang tidak sistematis yang bisa diminimalisirkan dengan cara diversifikasi. Jadi, resiko
hanya dapat diukur oleh sensitivitas return suatu saham terhadap return pasar atau beta.
Menurut Bower dan Logue (1998) CAPM memberikan deskripsi yang sederhana
tentang resiko dan expected return, serta model tersebut dianggap sangat membatasi
dan gagal menerangkan secara sistematis adanya perbedaan expected return yang
berkaitan dengan size yield dan bahkan periode tahun pengujian.
Selanjutnya model Arbitrage Pricing Theory (APT) dirumuskan oleh Stephen
A. Ross (1976) yang merupakan model yang pertama kali dikembangkan untuk
membandingkan model sebelumnya dan bisa mempunyai kesempatan untuk
menggantikannya. Model APT ini berpotensi untuk menggantikan model CAPM karena
dijelaskan bahwa adanya hubungan antara resiko dan expected return pada suatu saham
dengan menggunakan beberapa faktor yang harus diketahui, bukan hanya melihat satu
faktor saja. Dapat dinyatakan bahwa variasi expected return disebabkan oleh adanya
perubahan pada GDP, tingkat inflasi, dan variabel ekonomi lainnya. Sehingga resiko
dan expected return asset secara langsung berkaitan dengan sensitivitas masing masing
faktor fundamentalnya. Menurut Tandelilin (2017:192), APT adalah sebuah pendekatan
dengan return yang diharapkan dari suatu sekuritas ditentukan oleh multi faktor atau
indeks dari beberapa sumber resiko-resiko lainnya.
Untuk mengukur keakuratan ke dua model CAPM dan APT dalam memprediksi
return saham sektor perbankan dapat dilakukan dengan menghitung nilai MAD (Mean
Absolute Deviation) dari masing masing model. MAD merupakan salah satu metode
untuk mengukur ketepatan ramalan dengan merata-ratakan kesalahan dugaan. Adapun
dari penelitian terdahulu yang menganalisis keakuratan return saham perbankan dengan
menggunakan model CAPM dan APT menunjukan hasil yang berbeda. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Lemiyana (2015) tentang analisis model CAPM dan
APT dalam memprediksi return saham Syariah di bursa JII (Jakarta Islamic Index ),
menyimpulkan bahwa secara statistiknya tidak terdapat perbedaan yang sangat
signifikan dari kedua model tersebut dalam memprediksi return sebuah saham.
Namun menurut penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2017) tentang analisis
keakuratan CAPM dan APT dalam memprediksi expected saham pada LQ45
menunjukkan hasil bahwa model APT lah yang akurat dengan nilai MAD nya lebih
kecil dibandingkan dengan model CAPM dan menurut Indra (2018) tentang
perbandingan keakuratan metode CAPM dan APT dalam memprediksi return saham
sektor barang konsumsi dan pertambangan yang ada di indeks ISSI, menyatakan
hasilnya yaitu model CAPM yang akurat dalam prediksi return saham dengan nilai
MAD nya lebih kecil dibandingkan model APT.
Dengan adanya penelitian terdahulu sebagai pendukung dalam memprediksi
return saham khususnya di perusahaan sektor perbankan yang mampu mendapatkan
imbalan diharapkan pada kondisi ekonomi yang kurang mendukung untuk ber-investasi
di Indonesia pada tahun 2015-2018. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan
sebuah penelitian yang lebih lanjut tentang perbandingan model CAPM dan APT pada
perusahaan perbankan dan penelitian ini diberi judul “Analisis Keakuratan dari
Model Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT)
dalam Memprediksi Return Saham pada Perusahaan Sektor Perbankan di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2015-2018”.
1.3. Perumusan Masalah
1. Bagaimana return saham perusahaan pada sektor perbankan di tahun 2015-2018
dengan menggunakan model CAPM ?
2. Bagaimana return saham perusahaan pada sektor perbankan di tahun 2015-2018
dengan menggunakan model APT ?
3. Bagaimana tingkat keakuratan model CAPM dan APT dalam memprediksi
return saham perusahaan pada sektor perbankan di tahun 2015-2018 ?
1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui return saham perusahaan pada sektor perbankan di tahun
2015-2018 dengan menggunakan model CAPM
2. Untuk mengetahui return saham perusahaan pada sektor perbankan di tahun
2015-2018 dengan menggunakan model APT
3. Untuk mengetahui tingkat akurasi model CAPM dan APT dalam memprediksi
return saham perusahaan pada sektor perbankan di tahun 2015-2018
1.5. Kegunaan Penelitian
1) Bagi Investor
Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu materi
yang dijadikan pertimbangan bagi para investor dan pelaku pasar modal untuk
mengetahui serta menganalisa hubungan antara return yang diharapkan dengan
resiko yang akan terjadi pada saham, terkhusus sektor perbankan.
2) Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini merupakan penerapan ilmu ekonomi khususnya
manajemen keuangan yang telah didapatkan selama masa perkuliahan penulis,
sehingga lebih menambah wawasan penulis mengenai bagaimana hubungan
antara teori dengan realita lapangan.
1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I berisi mengenai gambaran dari objek penilitian, latar
belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab II berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian,
literatur yang mendukung penelitian, kerangkan pemikiran, serta hipotesis dari
penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab III berisi mengenai metode pendekatan atau teknik yang dapat
digunankan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang bisa menjawab
dan menjelaskan permasalahan dari penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV berisi mengenai hasil dan pembahasan tentang karakteristik
responden yang dilihat dari berbagai aspek, analisis data, dan pembahasan atas
hasil pengolahan data.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab V berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, beserta saran yang diberikan kepada pihak terkait yang ada didalam
penelitian.