Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1 Sejarah Badan Kepegawaian Negara
Badan Kepegawaian Negara (BKN) sebagai lembaga pembina kepegawaian
memiliki keterlibatan panjang dalam sejarah birokrasi di Indonesia. Pada awal
kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 25 September 1945, pemerintah
Indonesia melalui ketua KNPI Kasman Singodimedjo memutuskan untuk menetapkan
seluruh pegawai pemerintahan terdahulu dari segala jabatan dan tingkatan menjadi
pegawai pemerintahan Indonesia. Inilah langkah awal dari pembentukan birokrasi
Indonesia.
Pada tanggal 30 Mei 1948 Pemerintah Republik Indonesia membentuk Kantor
Urusan Pegawai (KUP) yang berkedudukan di Yogyakarta, ibukota pemerintahan kala
itu, sebagai instansi pembina pegawai negeri. Situasi pemerintahan yang terbelah dua
saat itu mengakibatkan pegawai negeri terbagi dua. Sebagian berada di bawah
pemerintah Republik Indonesia yang berada di bawah binaan KUP, sebagian lagi
berada di bawah pemerintah Hindia Belanda yang berada di bawah Djawatan Umum
Urusan Pegawai (DUUP) yang berkedudukan di Jakarta. Dalam perkembangan
selanjutnya KUP inilah yang menjadi cikal bakal perkembangan BKN.
Pembubaran RIS dan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada
15 Agustus 1950 membuat pemerintah merasa perlu untuk memusatkan masalah
kepegawaian yang sebelumnya dilaksanaan secara terpisah oleh KUP dan DUUP.
Keduanya dilebur dalam wadah KUP yang berkantor di Jalan Kramat Raya, Jakarta.
Meski kedudukan KUP dipindahkan ke Jakarta, dalam pelaksanaan tugasnya masih ada
unit kerja yang berkedudukan di daerah yakni Bagian Tata Usaha Kepegawaian (TUK)
di Yogyakarta serta Bagian Pensiun dan Tunjangan (Biro P&T) di Bandung. Situasi
2
politik yang serba memanas dan belum pasti kala itu mengakibatkan terjadinya
sejumlah peralihan dalam sistem kenegaraan Indonesia. Situasi tersebut yang
menyebabkan pemerintah merasa perlu menetapkan kembali kedudukan, fungsi, dan
tugas organisasi KUP. Sesuai dengan perkembangan yang terjadi, peranan aparatur
pemerintah semakin dirasakan sehingga pemerintah memandang perlu menetapkan
kembali kedudukan, fungsi, tugas, dan organisasi KUP. Pandangan ini sesuai dengan
aturan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 beserta peraturan
pelaksanaannya yang dimaksud dalam Keputusan Perdana Menteri RI Nomor
30/PM/1951 tanggal 7 April 1951.
Untuk maksud tersebut, maka KUP yang merupakan institusi yang bertugas
melakukan pembinaan kepegawaian diubah menjadi Badan Administrasi Kepegawaian
Negara (BAKN) dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1972. Penetapan
Peraturan Pemerintah ini adalah juga sebagai pelaksanaan dari Undang-undang Nomor
18 Tahun 1961. Terbentuknya BAKN tidak terlepas dari perkembangan administrasi
kepegawaian yang pada saat itu dirasakan semakin meningkat peranannya. Untuk
memperkuat hal tersebut maka ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974
tentang Pokok- Pokok Kepegawaian. Dalam perkembangannya serta untuk
meningkatkan mutu pelayanan kepada PNS, dibentuklah Kantor Wilayah BAKN di
tingkat Provinsi berdasarkan KEPPRES Nomor 53 Tahun 1980. KEPPRES tersebut
kemudian direalisasikan dengan Keputusan Kepala BAKN Nomor 2053/Kep/1981
tanggal 6 Agustus 1981 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kanwil BAKN. Seiring
dengan pesatnya perkembangan dalam bidang kepegawaian dengan bergesernya
paradigma dari masalah administratif ke arah manajemen sumber daya manusia,
BAKN juga berkembang dan melakukan reformasi kepegawaian dengan mengubah
BAKN menjadi Badan Kepegawaian Negara (BKN) berdasarkan KEPPRES No. 95
Tahun 1999 Tanggal 11 Agustus 1999. Keberadaan BKN kemudian diperkuat dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Dengan demikian maka Kantor
3
Wilayah BAKN berubah nama menjadi Kantor Regional BKN. Kantor Wilayah III
BKN pun diubah menjadi Kantor Regional III BKN sesuai dengan Keputusan Kepala
BKN no. 3/KEP/2000. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kanreg ditetapkan melalui
Keputusan Kepala BKN No. 59 tahun 2001. Seiring dengan otonomi daerah yang
merubah kewenangan pembinaan kepegawaian kepada masing-masing daerah maka
BKN kini adalah lembaga yang memiliki kewenangan menetapkan Norma, Standar,
dan Prosedur Pembinaan Kepegawaian secara nasional sedangkan fungsi
administratifnya diserahkan kepada masing-masing
daerah/Institusi.(Sumber :http://www.kanreg3bkn.com/statis-3-visidanmisi.html
diakses pada 6 September 2015 pukul 08.42 WIB).
1.1.2 Tugas dan Fungsi KANREG III Badan Kepegawaian Negara
Berdasarkan Kep. 59/2001 Kanreg BKN mempunyai tugas menyelenggarakan
sebagian tugas pokok dan fungsi BKN di bidang adiministrasi dan manajemen
kepegawaian negara di wilayah kerjanya, yang kewenangannya masih melekat pada
pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Kanreg BKN melaksanakan fungsi:
1. Koordinasi, bimbingan, pemberian petunjuk teknis, dan pengendalian terhadap
pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
2. Pemberian pertimbangan dan atau penetapan mutasi kepegawaian bagi PNS Pusat
dan Daerah di wilayah kerjanya sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku
3. Penetapan pensiun PNS Pusat dan penetapan status kepegawaian di wilayah
kerjanya
4. Pemberian pertimbangan pensiun PNS Daerah dan penetapan status kepegawaian
di wilayah kerjanya
5. Penyelenggaraan dan pemeliharaan jaringan informasi daya kepegawaian PNS
Pusat dan Daerah di wilayah kerjanya
6. Penetapan pemindahan PNS antar daerah Provinsi atau antara Daerah
4
Kabupaten/kota dan daerah Kabupaten/Kota lain Provinsi
7. Tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BKN
(Sumber: http://www.kanreg3bkn.com/statis-7-profil.html, diakses pada 6 September
2015 pukul 09.23 WIB).
1.1.3 Visi, Misi, dan Motto KANREG III Badan Kepegawaian Negara
Visi Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara adalah menjadi
penyelenggara manajemen kepegawaian yang profesional dan bermartabat di tahun
2025. Untuk menunjang visi yang sudah dirancang tersebut, Kantor Regional III Badan
Kepegawaian Negara mempunyai misi yang ingin dijalankan. Misi dari Kantor
Regional III Badan Kepegawaian Negara adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kepegawaian secara efektif, efisien,
dan akuntabel.
2. Melaksanakan pelayanan kepegawaian secara tepat, cepat, dan akurat.
3. Melaksanakan manajemen internal Kantor Regional III Badan Kepegawaian
Negara dengan komitmen dan berintegritas.
Visi dan Misi yang dimiliki Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara
dilengkapi dengan motto kerja yang dapat menunjang pencapaian visi serta misi yang
dimiliki oleh Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara. Motto Kantor Regional
III Badan Kepegawaian Negara adalah “melayani dengan senang hati”.
(Sumber: http://www.kanreg3bkn.com/statis-2-visidanmisi.html, diakses pada 6
September 2015 pukul 10.00 WIB).
5
1.1.4 Struktur Organisasi di KANREG III BKN
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara
(Sumber: http://www.kanreg3bkn.com/foto_banner/storeg.png diakses pada 6
September 2015 pukul 12.00 WIB).
6
1.1.5 Wilayah Kerja Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara
Wilayah kerja dari Kantor Regional III Badan Kepagawaian Negara mencakup
2 provinsi di Jawa Barat dan Banten yang dikoordinasikan dengan Kantor Badan
Kepegawaian Daerah di masing-masing provinsi. Untuk provinsi Jawa Barat terdapat
28 Kantor Badan Kepegawaian Daerah dan untuk provinsi Banteng terdapat 9 Kantor
Badan Kepegawaian Daerah.
1.1.6 Produk dan Layanan KANREG III Badan Kepegawaian Negara
Dalam memberikan layanannya, yaitu sebagai badan yang mengelola
kepegawaian Pegawai Negeri Sipil dalam cakupan wilayahnya yaitu di wilayah Jawa
Barat dan Banten. KANREG III BKN memiliki produk-produk yang dapat menunjang
pengelolaan kepegawaian Pegawai Negeri Sipil, yaitu:
1. PERTEK Kenaikan Pangkat
2. PERTEK Penyesuaian Masa Kerja
3. Pindah Instansi PNS
4. KARPEG, KARIS, KARSU
5. Pemberian Persetujuan Pertimbangan Teknis Kenaikan Pangkat PNS
6. Penetapan SK Pensiun PNS dan janda/ dudanya
7. Penetapan NIP
8. Mutasi Keluarga
9. Pemberian Pertimbangan Teknis CLTN
10. Pemberian Pertimbangan Teknis Pengangkatan PNS bagi CPNS dengan masa
percobaan lebih dari dua tahun.
11. Informasi Data Kepegawaian
12. Bimbingan Teknis Kepegawaian.
(Sumber: Data Internal Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara).
7
1.2 Latar Belakang Penelitian
Globalisasi merupakan isu yang sedang dihadapi dunia dewasa ini. Globalisasi
menurut Ahmad Suparman adalah proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku)
sebagai ciri dari setiap individu di dunia tanpa ada batasan wilayah (Kompasiana.com).
Sehingga hal tersebut akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia semakin
terikat satu sama lain, dan mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-
eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam
bentuk yang paling mutakhir (Kompasiana.com).
Dalam website kompasiana.com Fariz memaparkan bahwa bentuk globalisasi
yang sedang sangat pesat persaingannya adalah globalisasi dalam hal ekonomi. Dimana
globalisasi ekonomi merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan,
dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi suatu kekuatan pasar yang semakin
terintegrasi yang menghapuskan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal,
barang dan jasa. Hal ini menyebabkan seluruh negara didunia, menyiapkan diri untuk
meningkatkan competitive advantage untuk mengatasi persaingan secara global,
khususnya dalam hal ekonomi.
Indonesia sebagai negara dengan wilayah geografis yang cukup luas dan
limpahan kekayaan alam yang melimpah jika dibandingkan dengan negara lain
seharusnya mampu memenangkan persaingan secara global yang terjadi antar setiap
negara. Menurut Global Competitiveness Report 2015-2016 yang dikeluarkan oleh
Word Economic Forum (weforum.org) yang diakses pada tanggal 2 Januari 2015 pukul
19.00 WIB, daya saing Indonesia pada tahun 2015 mengalami penurunan peringkat,
dimana pada tahun 2014 Indonesia berada di posisi 34 namun, pada tahun 2015 posisi
Indonesia merosot di peringkat 37 dari total 140 negara. Untuk level Asia Tenggara,
daya saing Indonesia masih kalah baik jika dibandingkan dengan Singapura yang
berada di peringkat 2, Malaysia di peringkat 18, dan Thailand yang berada di peringkat
32. Namun, Indonesia mampu lebih baik jika dibandingkan dengan Filipina yang
8
berada di posisi 47, Vietnam di posisi 56, Laos di posisi 83, Kamboja di posisi 90, dan
Myanmar di posisi 131. Tabel 1.1 di bawah ini menggambarkan lebih jelas mengenai
peringkat daya saing negara-negara di Asia Tenggara.
Tabel 1.1 Daya Saing Negara Asia Tenggara
Nama Negara Peringkat
1. Singapura 2
2. Malaysia 18
3. Thailand 32
4. Indonesia 37
5. Filipina 47
6. Vietnam 56
7. Laos 83
8. Kamboja 90
9. Myanmar 131
Sumber: Global Competitiveness Report World Economic Forum 2015-2016
Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara di Asia Tenggara akan masuk kedalam
MEA atau Masyarakarat Ekonomi ASEAN dimana dalam MEA ini nantinya
memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara
lain diseluruh Asia Tenggara sehingga tingkat persaingan akan semakin ketat
(BBC.com diakses pada 5 Januari 2016). Menurut Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, Dita Indah Sari seperti yang dikutip dari BBC.com menyatakan
pemerintah Indonesia tidak ingin kecolongan dan mengaku telah menyiapkan strategi
dalam menghadapi pasar bebas tenaga kerja. Sehingga daya saing Indonesia tidak kalah
dengan negara-negara lain dalam menghadapi MEA di akhir tahun 2015.
Untuk mengatasi persaingan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, organisasi
atau perusahaan di Indonesia saat ini harus dapat beradaptasi dengan cara
meningkatkan kinerja dari organisasi dan karyawan yang berada didalam organisasi itu
9
sendiri. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Warouw dan Kawet (2014)
mengenai pengaruh knowledge management terhadap kinerja operasional di PT. BTN
(Persero) Tbk. Cabang Manado, menyatakan bahwa knowledge management
berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional di PT. BTN (Persero) Tbk. Cabang
Manado. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurbaiti (2013) mengenai
Implementasi Knowledge Sharing Terhadap Kinerja Pustakawan di Kantor
Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo, menyatakan bahwa
penerapan knowledge sharing berpengaruh terhadap peningkatan kinerja di Kantor
Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo. Dari penelitian-
penelitian yang dilakukan diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu
gambaran mengenai bagaimana implementasi dari knowledge management dan
knowledge sharing di sebuah organisasi.
Maka dari itu dalam sebuah organisasi, kinerja merupakan aspek penting
dimana dengan mengetahui kinerja yang ada mampu menggambarkan bagaimana
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui
perencanaan strategis organisasi (Moeheriono, 2012:95). Kantor Regional III Badan
Kepegawaian Negara selaku instansi pemerintah yang memiliki peranan untuk
mengelola sistem kepegawaian Aparatur Sipil Negara (ASN) mempunyai 5 sasaran
capaian kinerja untuk memenuhi tugas dan fungsi pokok dari Kantor Regional III
Badan Kepegawaian Negara, dimana setiap sasaran capaian kinerja memiliki Indikator
Kinerja Utama (IKU) yang menggambarkan pencapaian kinerja dari Kantor Regional
III Badan Kepegawaian Negara. 5 sasaran kinerja tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2
sebagai berikut:
Tabel 1.2 Sasaran Capaian Kinerja di Kantor Regional III BKN
Sasaran Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU)
1.Meningkatkan efektivitas
koordinasi perencanaan program
a. Indeks kepuasan publik terhadap
ketersediaan layanan informasi publik
10
sumber daya serta pengelolaan
administrasi
b. Hasil evaluasi inspektorat terhadap
implementasi SAKIP
2. Meningkatkan pemenuhan
standar dan mutu sarana dan
prasarana kantor
a. Indeks kepuasan pegawai terhadap
sarana dan prasarana kantor yang
tersedia
b. Persentase pemenuhan standar sarana
dan prasarana
3. Meningkatkan pelayanan
kepegawaian berbasis teknologi
informasi
a. Indeks kepuasan instansi terhadap
layanan mutasi kepegawaian
b. Persentase penyelesaian pelayanan
mutasi kepegawaian yang tepat waktu
c. Indeks kepuasan PNS terhadap
layanan status kepegawaian pensiun.
4. Meningkatkan sistem
informasi kepegawaian yang
terintegrasi
a. Persentase instansi pemerintah yang
telah terintegrasi dengan Sistem
Aplikasi Pelayanan Kepegawaian
(SAPK).
b. Persentase data kepegawaian yang
akurat, valid berdasarkan data pokok
pegawai yang terkini.
c. Persentase Tata Naskah (TAKAH)
pegawai yang telah dikelola sesuai
NSP.
5. Meningkatkan efektivitas
sistem pengawasan dan
pengendalian kepegawaian.
a. Meningkatkan efektivitas sistem
pengawasan dan pengendalian
kepegawaian.
11
Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014, Kantor
Regional III Badan Kepegawaian Negara
Lima capaian sasaran kinerja dari Kantor Regional III Badan kepegawaian
Negara tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana kinerja dari Kantor Regional
III Badan Kepegawaian Negara di setiap tahunnya. Pencapaian kinerja dari Kantor
Regional III Badan Kepegawaian Negara menurut sasarannya dalam 2 tahun terakhir
dapat dilihat melalui gambar capaian kinerja sebagai berikut :
Gambar 1.2 Capaian Kinerja Sasaran 1
Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014, Kantor
Regional III BKN
0
20
40
60
80
100
120
Indeks kepuasan publikterhadap ketersediaan layanan
informasi publik
Hasil evaluasi inspektoratterhadap implementasi SAKIP
Target 2013
Realisasi 2013
Target 2014
Realisasi 2014
12
Gambar 1.3 Capaian Kinerja Sasaran 2
Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014, Kantor
Regional III BKN
Gambar 1.4 Capaian Kinerja Sasaran 3
Sumber: Laporan Akutabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014, Kantor
Regional III BKN
0
20
40
60
80
100
120
Indeks kepuasan pegawaiterhadap sarana dan prasaran
kantor yang tersedia
Presentase pemenuhan standarsarana dan prasarana (%)
Target 2013
Realisasi 2013
Target 2014
Realisasi 2014
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Indeks Kepuasaninstansi terhadaplayanan mutasikepegawaian
Persentasepenyelesaian
pelayanan mutaskepegawaian yang
tepat waktu (%)
Indeks kepuasan PNSterhadap layanan
status kepegawaiandan pensiun
Target 2013
Realisasi 2013
Target 2014
Realisasi 2014
13
Gambar 1.5 Capaian Kinerja Sasaran 4
Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014, Kantor
Regional III BKN
Gambar 1.6 Capaian Kinerja Sasaran 5
Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah Tahun 2014, Kantor
Regional III BKN
0
20
40
60
80
100
120
Persentase instansipemerintah
terintegrasi SAPK (%)
Persentase datakepegawaian yang
valid (%)
Presentase tatanaskah (%)
Target 2013
Realisasi 2013
Target 2014
Realisasi 2014
0
20
40
60
80
100
120
Meningkatkan efektivitas sistem pengawasan dan pengendaliankepegawaian (%)
Target 2013
Realisasi 2013
Target 2014
Realisasi 2014
14
Berdasarkan data capaian kinerja Kantor Regional III Badan Kepegawaian
Negara di atas, dapat dilihat terjadinya penurunan pencapaian kinerja di 5 sasaran
capaian kinerja. Menurut data wawancara dengan Ibu Enung Nurdjannah (kepala sub
bagian kepegawaian) pada tanggal 17 September 2015, beliau mengatakan bahwa
budaya berbagi pengetahuan atau sharing knowledge pada tahun 2014 tergolong pasif
atau tidak sesering yang dilakukan oleh pegawai di Kantor Regional III Badan
Kepegawaian Negara pada tahun 2013. Beliau menyebutkan bahwa hal tersebut
mungkin yang mendasari mengapa capaian kinerja di Kantor Regional III Badan
Kepegawaian Negara mengalami penurunan pencapain di tahun 2014, jika
dibandingkan dengan tahun 2013.
Menurut Moeheriono (2012:99), Kinerja karyawan dapat di pengaruhi oleh
berbagai faktor, salah satunya adalah knowledge yang dimiliki. Oleh karena itu, setiap
karyawan diharapkan dapat terus menggali pengetahuannya dan tidak hanya terpaku
atau bergantung pada sistem yang ada. Oleh karena itu, setiap karyawan disuatu
perusahaan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perusahaannya. Setiarso
et al (2009:1), mengatakan bahwa “untuk menghadapi persaingan yang semakin berat,
maka dalam pengelolaan organisasi diperlukan perubahan paradigma dari yang semula
mengandalkan resource-based menjadi knowledge-based”. Maksudnya bahwa
knowledge yang dimiliki organisasi telah menjadi salah satu competitive advantage
bagi organisasi tersebut, hal itu dapat diwujudkan dengan melakukan pengelolaan
knowledge yang baik melalui penerapan Knowledge Management (KM).
Hasbullah dan Wulandari (2009:452), mengemukakan beberapa alasan kuat
mengapa knowledge menjadi kunci keberhasilan dalam perusahaan dan menyebabkan
usia panjang, diantaranya ialah :
Pertama, kegiatan penting perusahaan ternyata sangat terkait dengan knowledge
management, membuat keputusan, menciptakan dan menghasilkan produk,
serta memberikan layanan kepada pelanggan, semuanya memerlukan
knowledge. Kedua, adanya perubahan orientasi dalam memandang sumberdaya
15
perusahaan sebagai faktor produksi, dalam hal ini terutama perubahan yang
akhirnya memandang manusia bukan lagi dari sisi fisik, melainkan sebagai
kualitas knowledge.
Banyak organisasi yang belum atau tidak mengetahui potensi knowledge
tersembunyi yang dimiliki oleh karyawannya. Hasil research berikut menunjukkan
bahwa knowledge dalam organisasi tersimpan dalam struktur sebagai berikut :
Tabel 1.3 Struktur Knowledge dalam Organisasi
Persentase Sruktur
42% Dipikiran (otak karyawan)
26% Dokumen Kertas
20% Dokumen Elektronik
12% Knowledge Base Elektronik
Sumber : Setiarso et al (2009:8).
Organisasi perlu terampil dalam mengalihkan tacit knowledge ke explicit
knowledge dan kembali ke tacit yang dapat mendorong inovasi dan pengembangan
produk baru. Tacit knowledge menurut (Ismail, 2012:6). adalah knowledge yang ada
dalam benak manusia dalam bentuk intuisi judgement, skill, nilai (value) dan (belief)
yang sangat sulit diformulasikan dan dibagi dengan orang lain. Lebih lanjut Ismail
memaparkan, explicit knowledge adalah knowledge yang dapat atau sudah diarsipkan
dalam bentuk dokumen atau bentuk wujud lainnya, sehingga dapat dengan mudah
untuk dibagi dan didistribusikan dengan menggunakan berbagai media Kedua
knowledge tersebut merupakan aset dari sebuah organisasi, sehingga perlu dikuasai dan
dipahami oleh organisasi tersebut.
Aset organisasi yang berupa knowledge memiliki perbedaan mendasar dengan
aset fisik. Nilai aset fisik akan berkurang jika digunakan dan akan bertambah atau
memiliki nilai yang sama jika tidak dipergunakan. Sementara, knowledge asset nilainya
akan bertambah jika dipergunakan dan dibagikan, tetapi sebaliknya, nilai dari
knowledge asset akan berkurang jika tidak dibagikan dan tidak dipergunakan atau
16
bahkan jika dalam waktu yang lama tidak dipergunakan dan dibagikan, nilai knowledge
asset itu pun akan hilang.
Menurut Tobing (2007:137) inti dari knowledge management adalah knowledge
sharing atau membagi pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain. Karena dengan
knowledge sharing akan terjadi peningkatan nilai dari knowledge yang dimiliki oleh
suatu organisasi atau perusahaan. Orang yang melakukan knowledge sharing tidak
akan kehilangan knowledge yang dimilikinya, tetapi justru melipat gandakan value atau
nilai dari knowledge tersebut yang dimana apabila sudah dimiliki maka dengan
knowledge sharing tersebut pengetahuan atau knowledge yang dimiliki dapat
dimanfaatkan oleh orang banyak. Knowledge yang sudah di-share dapat menjadi
knowledge baru sesudah melalui tahapan sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan
internalisasi (SECI).
Dalkir (2005:3) mendefinisikan knowledge management sebagai koordinasi
yang disengaja dan sistematis dari orang-orang didalam organisasi, teknologi, proses,
dan struktur organisasi dalam rangka untuk menambah nilai melalui pemakain ulang
dan inovasi. Dalam meningkatkan kinerja, suatu organisasi harus menerapkan
knowledge management yang baik. Salah satunya adalah dengan penerapan knowledge
sharing diantara karyawannya, sehingga knowledge yang dimiliki setiap individu akan
merata dan akan menghasilkan pencapaian kinerja yang membanggakan. Menurut Ibu
Enung Nurdjannah, selaku Kepala Sub Bagian Kepegawaian di Kantor Regional III
Badan Kepegawaian Negara penerapan knowledge sharing yang diterapkan ada 2
bentuk, yaitu bentuk formal dan informal. Dalam bentuk formal, bentuk knowledge
sharing yang diterapkan adalah seminar, workshop, DIKLAT, pelatihan. Selain itu
bentuk dari knowledge sharing yang diterapkan oleh Kantor Regional III Badan
Kepegawaian Negara yaitu intruksi dari atasan ke bawahan, briefing divisi di Kantor
Regional III Badan Kepegawaian Negara.
Knowledge sharing ini telah diterapkan oleh Kantor Regional III Badan
Kepegawain Negara sejak tahun 2001. Namun pada tahun 2014, sharing knowledge di
17
Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara mengalami penurunan intensitas jika
dibandingkan dengan tahun 2013. Menurut Ibu Enung Nurdjanah faktor tesebut
mungkin yang mendasari penurunan pencapaian kinerja di Kantor Regional III Badan
Kepegawaian Negara, namun belum pernah dilakukan penelitian untuk menjawab
apakah penurun capaian kinerja pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan ditahun
2013 dari Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara ini disebabkan oleh
penurunan intesitas sharing knowledge atau berbagi pengetahuan.
Pada penelitian sebelumnya mengenai pengaruh knowledge sharing terhadap
kinerja karyawan yang dilakukan oleh Hendri Rudiyanto di PT Guna Layan Kuasa
(GULAKU) kantor pusat Jakarta dengan jumlah 38 responden, menunjukkan adanya
pengaruh secara positif dan signifikan dari knowledge sharing terhadap kinerja
karyawan.
Berdasarkan data dan fenomenana, serta penelitian terdahulu yang telah
dipaparkan di atas, hal tersebut yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian
dengan judul ‘Pengaruh Knowledge Sharing terhadap Kinerja di Kantor Regional
III Badan Kepegawaian Negara).
1.3 Perumusan Masalah
Penerapan knowledge sharing atau berbagi pengetahuan didalam organisasi
sejatinya akan mampu meningkatkan kinerja dari pegawai atau karyawannya karena di
dalam knowledge sharing akan terjadi pertukaran informasi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kinerja dari seorang pegawai atau karyawan yang terdapat dalam
sebuah organisasi. Namun, di Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara sebagai
organisasi yang telah menerapkan knowledge sharing terdapat permasalahan yaitu
terjadinya penurunan capaian kinerja pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan
capaian kinerja pada tahun 2013 di Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara.
Menurut Ibu Enung Nurjanah selaku Kepala Sub Bagian Kepegawaian memaparkan
bahwa hal tersebut dikarenakan implementasi knowledge sharing yang dilihat masih
cukup rendah.
18
Hal tersebut yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap capaian kinerja di Kantor Regional III Badan Kepegawaian
Negara terkait dengan implementasi knowledge sharing di Kantor Regional III Badan
Kepegawaian Negara.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan penelitian di atas, maka pernyataan penelitiannya
adalah:
1. Bagaimana penerapan knowledge sharing berdasarkan persepsi karyawan di
Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara?
2. Bagaimana kinerja berdasarkan persepsi karyawan di Kantor Regional III
Badan Kepegawaian Negara?
3. Bagaimana pengaruh knowledge sharing terhadap kinerja di Kantor Regional
III Badan Kepegawaian Negara?
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Menggambarkan implementasi knowledge sharing pada Kantor Regional III
Badan Kepegawaian Negara
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh implementasi knowledge sharing terhadap
kinerja pegawai di Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan, baik secara akademis maupun secara
praktis:
1.6.1 Kegunaan Akademis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen sumber daya
manusia, khususnya pada kajian knowledge sharing
19
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi,
acuan dan tambahan pengetahuan bagi penelitian selajutnya.
1.6.2 Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk
dapat dijadikan landasan dalam menetukan kebijakan perusahaan atau organisasi
selajutnya, dan sebagai tambahan informasi bagi perusahaan agar mengetahui
bagaimana pengaruh knowledge sharing terhadap kinerja karyawan atau
pegawainya.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara
dengan metode random sampling terhadap pegawai di Kantor Regional III Badan
Kepegawaian Negara. Pengambilan sampel secara acak ini dipilih karena ingin
mengetahui bagaimana penerapan knowledge sharing secara keseluruhan di Kantor
Regional III Badan Kepegawaian Negara dan pengaruhnya terhadap kinerja dari
pegawai di Kantor Regional III Badan Kepegawaian Negara.
1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sitematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang
penelitian yang dilakukan. Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang
penelitian, perumusan masalah, pernyataan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian baik dalam aspek teoritis maupun aspek praktis, ruang lingkup penelitian
yang disesuaikan menurut lokasi dan objek penelitian serta waktu dan periode
penelitian, dan sistematika penulisan Tugas Akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
20
Pada bab ini berisi tentang kajian pustaka yaitu teori-teori yang terkait dengan
hubungan implementasi knowledge sharing terhadap kinerja, penelitian-penelitian
terdahulu yang pernah membahas permasalahan yang sama atau serupa, kerangka
pemikiran, dan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan
masalah penelitian, meliputi uraian tentang karakteristik penelitian, alat pengumpulan
data, tahap penelitian, populasi dan sampel, validitas dan realibilitas, teknik analisis
data dan pengujian hipotesis.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan tentang pembahasan yang berisi data-data yang telah
dikumpulkan dan diolah, kemudian untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang
sedang dihadapi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan, memberikan
masukan atau saran yang bisa diimplementasikan oleh perusahaan.