15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah mempunyai arti dan peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena semua orang memerlukan tanah semasa hidupnya sampai meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian sebagian besar yang masih bercorak agraris. Sebagai negara yang bersistem agraris, tanah merupakan lahan penghidupan yang sangat layak dan kompleks bagi tiap-tiap orang untuk mencapai kemakmuran di berbagai bidang, yang mana tanah itu sendiri juga merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu bangsa dan manfaatnya harus dapat diusahakan dengan sebaik-baiknya. Tanah bagi kehidupan manusia, mengandung makna yang multidemensional. Tanah sebagai sumber agraria mempunyai fungsi dan peran yang penting dalam kehidupan individu dan masyarakat, baik sebagai wadah untuk kegiatannya maupun sebagai asset dan faktor produksi untuk penghidupannya. Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, bertambahnya jumlah penduduk dengan cepat dan penyebaran yang tidak merata akibat mobilitas penduduk, permasalahan tanah dan sengketa di bidang pertanahan tidak akan mereda, tetapi sebaliknya mungkin justru akan bertambah. Hal itu disebabkan karena kebutuhan akan tanah, baik jenis, intensitas maupun volumenya akan semakin meningkat, sedangkan luas tanah yang tersedia tidak akan bertambah. Indonesia adalah Negara berdasar hukum, maka semua aspek kehidupan bermasyarakat diatur oleh hukum yang diwujudkan dalam peraturan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44256/2/jiptummpp-gdl-umaysarohn-53161-2-babi.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang Tanah mempunyai arti dan peranan

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah mempunyai arti dan peranan yang sangat penting bagi kehidupan

manusia, karena semua orang memerlukan tanah semasa hidupnya sampai

meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian

sebagian besar yang masih bercorak agraris. Sebagai negara yang bersistem

agraris, tanah merupakan lahan penghidupan yang sangat layak dan kompleks

bagi tiap-tiap orang untuk mencapai kemakmuran di berbagai bidang, yang

mana tanah itu sendiri juga merupakan modal dasar dalam pembangunan

suatu bangsa dan manfaatnya harus dapat diusahakan dengan sebaik-baiknya.

Tanah bagi kehidupan manusia, mengandung makna yang

multidemensional. Tanah sebagai sumber agraria mempunyai fungsi dan

peran yang penting dalam kehidupan individu dan masyarakat, baik sebagai

wadah untuk kegiatannya maupun sebagai asset dan faktor produksi untuk

penghidupannya. Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan,

bertambahnya jumlah penduduk dengan cepat dan penyebaran yang tidak

merata akibat mobilitas penduduk, permasalahan tanah dan sengketa di

bidang pertanahan tidak akan mereda, tetapi sebaliknya mungkin justru akan

bertambah. Hal itu disebabkan karena kebutuhan akan tanah, baik jenis,

intensitas maupun volumenya akan semakin meningkat, sedangkan luas tanah

yang tersedia tidak akan bertambah.

Indonesia adalah Negara berdasar hukum, maka semua aspek kehidupan

bermasyarakat diatur oleh hukum yang diwujudkan dalam peraturan

2

perundang undangan. Masyarakat dalam suatu Negara hukum akan

menyelesaikan masalahnya dalam suatu lembaga peradilan yang diatur

khusus oleh undang-undang. Begitu pula dengan pertanahan yang mempunyai

undang-undang politik agrarian (UUPA). Namun, sengketa tanah yang terjadi

di Indonesia tidak pernah berakhir, selalu ada permasahalan terkait masalah

kepemilikan tanah dan hak guna pakainya. Kasus konflik pertanahan seperti

sengketa tanah hampir terjadi seluruh penjuru tanah air indonesia. Seperti

yang terjadi di Kabupaten Nabire, sengekta tanah yang terjadi di nabire

diakibatkan karena alasan-alasan yang melatarbelakangi munculnya sengketa

tanah hak ulayat di Kabupaten Nabire di sebabkan oleh faktor ekonomi dan

faktor kecemburuan sosial.

Sengketa tanah hak ulayat masyarakat persekutuan hukum adat di

Kabupaten Nabire berawal dari tuntutan masyarakat terhadap salah satu

bagian dari tanah-tanah yang telah dilakukan pelepasan hak atas tanahnya

pada tahun 1966, dimana diatas tanah tersebut telah dibangun Bandar Udara

Nabire. Sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa berdasarkan Surat

Keputusan bersama dari Kepala Kampung Oyehe bersama seluruh rakyat

nabire, tertanggal 6 Mei 1966 No. 001/KPTS/5/1966 tentang penyerahan 3

(tiga) bidang tanah kepada Pemerintah dengan sukarela tanpa menuntut ganti

kerugian, disebutkan bahwa : Untuk kepentingan Proyek Pembangunan

Nabire dalam arti luas, maka menyerahkan dengan sukarela tanpa menuntut

ganti kerugian kepada Pemerintah sejumlah 3 (tiga) bidang tanah

(Amohorseya : 2008).

3

Konflik sengeketa tanah ulayat juga terjadi di Minangkabau, Sumatera.

Faktor penyebab terjadinya sengketa tanah ulayat adalah proses musyawarah

yang tidak transparan, karena hanya dilakukan oleh pihak investor dengan

ninik mamak (suatu lembaga adat yang terdiri dari beberapa orang penghulu

yang berasal dari berbagai kaum atau klan yang ada dalam suku-suku di

Minangkabau. Lembaga ini diisi oleh pemimpin-pemimpin dari beberapa

keluarga besar atau kaum atau klan yang disebut penghulu, di mana

kepemimpinannya diwariskan secara turun temurun sesuai adat matrilineal

Minangkabau. Jabatan penghulu dipangku oleh seorang laki-laki Minangkabau

yang dituakan dan dipandang mampu memimpin dengan bijaksana) dan

Pemerintah Daerah, proses penyerahan tanah ulayat yang tidak terbuka kepada

anak nagari sebagai pemilik sah ulayat nagari. Kesepakatan awal yang

dijanjikan investor tidak dilaksanakan oleh pihak perusahaan (investor). Pihak

investor sering mungkir dari janji yang dibuat pada saat penyerahan tanah

ulayat. Dan Proses penyerahan ganti rugi yang tidak transparan, dalam hal ini

tidak dijelaskan bagaimana bentuk dan besarnya kompensasi atau ganti rugi

yang diberikan terhadap pemanfaatan tanah ulayat oleh investor kepada anak

nagari (Hengki & Titin : 2008)

Kasus konflik pertanahan seperti sengketa tanah hampir terjadi seluruh

penjuru tanah air indonesia. Hal serupa juga terjadi di Desa Redontena dan

Desa Adobala kecamatan Klubagolit keabupaten Flores Timur, NTT. Warga

dua desa di Redon Tena dan Adobala di Pulau Adonara, Kabupaten Flores

Timur. Konflik ini dimulai sejak tahun 1982. Awal Juni 2013 lalu, terlibat

bentrokan terkait masalah lahan garapan di batas dua desa itu. Warga dua desa

4

itu saling mengklaim tanah sengketa di wilayah perbatasan yang kini menjadi

kebun dan dikelola oleh warga dari dua desa itu. Saat itu warga Adobala dan

warga Redon turun ke lokasi sengketa dan terjadi aksi saling kejar diikuti

pembakaran padang dan pondok- pondok di kebun, serta satu korban jiwa dari

desa Redontena yang dipenggal kepalanya. Aksi itu membuat warga kedua

belah pihak saling siaga.

Menurut Tokoh masyarakat Adobala, Moses Kia yang diundang

Gubernur untuk berbicara dari hati ke hati terkait persoalan antar warga dua desa

tersebut. Moses mengaku, dia datang bersama Sudir Kia Pura warga desa

Pepageka yang juga masih tetangga desa Adobala dan memiliki sejarah dan

keterkaitan dengan masalah yang terjadi tahun 1982 lalu. Moses menjelaskan, ada

19 bidang tanah yang terletak di Nephang perbatasan antara Adobala dan Redon.

Seluruh lahan itu milik warga desa Adobala dan digarap oleh warga Redon.

Kemudian terjadi konflik karena penggarap megkalim lahan itu milik mereka dan

akhirnya terjadi perang tanding antar warga kedua desa itu tahun 1982 yang

menewaskan dua korban jiwa.

Kasus perebutan tanah itu kemudian diselesaikan secara hukum.

Keputusan Pengadilan Negeri Larantuka saat itu, tanah itu milik warga

Adobala. Warga Redon kemudian tidak menerima dan melakukan upaya

hukum hingga tingkat kasasi. Keputusannya tetap sama bahwa 19 bidang tanah

itu menjadi hak penuh warga Adobala. “Sudah ada keputusan pengadilan yang

berkekuatan hukum tetapi, tetapi mengapa mereka masih mau mengganggu

lahan-lahan itu. Saya tahu persis karena saya yang mendampingi

warga Adobala sebagai penasehat hukum hingga tingkat kasasi,” kata Moses.

5

Sudir Kia Pura yang dikonfirmasi terpisah juga menjelaskan hal yang sama.

Dia menjelaskan, masalah yang terjadi hingga perang tanding antar warga

tahuh 1982 itu sangat menegangkan. Warga Adobala meminta bantuan warga

desa Pepakgeka, Pepakeluh dan Lambunga untuk melawan warga Redon dan

sekutunya.

Masyarakat Flores Timur selain memiliki watak yang keras juga konflik

sengketa tanah sering terjadi sejak dari jaman dahulu kalah. Ini disebabkan

beberapa faktor seperti latar belakang masayarakat yang mata pencahariannya

petani menuntut bahwa tanah merupakan bagian yang sangat penting dalam

mempertahankan hidup mereka. Selain itu juga tanah merupakan warisan

leluhur yang sangat sakral untuk dipertahankan dari generasi kegenerasi, hal ini

merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan hidup dan tanah

dilambangkan dengan leluhur karena dari zaman dahulu kalah leluhur adonara

mempertahankan tanah baik dengan penjajah maupun dengan orang luar

sehingga tanah sangat dihargai oleh generasi selanjutnya sebagai lambang

warisan tumpahan darah para pendahulu.

Seiring perkembangan zaman, lahan yang tidak bersertifikat serta batas-

batas tanah yang diwarisi sesuai dengan cerita moyangnya maka sering terjadi

pengklaiman lahan yang berdampak pada konflik baik terjadi dalam keluarga,

masyarakat bahkan antar daerah (desa). Dampak sosial dari sengketa adalah

terjadinya kerenggangan sosial di antara warga masyarakat. Selain itu, selama

sengketa berlangsung, tanah ulayat tersebut berada dalam status quo sehingga

tanah ulayat tidak dapat dimanfaatkan dengan optimal. Akibatnya adalah

6

terjadinya penurunan kualitas sumber daya alam, yang dapat merugikan

kepentingan banyak pihak.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terkait “KONFLIK TANAH ULAYAT ANTARA DESA REDONTENA

DAN DESA ADOBALA”

1.2 Rumusan Masalah:

Berdasarakan latar belakang tersebut rumusan masalahanya adalah :

Bagaimana konflik tanah ulayatantara Desa Redontena dan Desa Adobala?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahuidan memahami konflik tanah ulayat antara desa Redontena

Adobala terjadi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritisnya adalah menambah pengetahuan serta

mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan, dan

diharapakan dapat menjadi referesi bagi mahasiswa yang tertarik untuk

meneliti tentang konflik tanah ulayat di daerah Flores Timur.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Bagi penulis karya tulis ini merupakan persyaratan untuk mencapai gelar

sarjana (stara-1) yang merupakan bagian akhir sebelum menyelasaikan

pendidikan sarjana dengan tujuan untuk menilai kecakapan seorang calon

sarjana sosiologi dalam mengemukakan pikiran mengenai suatu masalah

dan pendekatanya dalam bentuk tulisan ilmiah, serta diharapakan

menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis terkait dengan konflik

7

pertanahan terutama berkaitan dengan konflik sengketa tanah ulayat yang

terjadi antara Desa Redontena dan Desa Adobala.

b. Bagi Pemerintah Setempat

Bagi pemerintah dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai masukan dalam mengambil langkah-langkah kebijakan mengenai

penggunaan dan kepemilikan tanah-tanah ulayat milik masyarakat di

Kecamatan Klubagolit.

c. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat umum dan parah tokoh adat, dengan adanya hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan mengenai

hukum pertanahan baik secara adat maupun secara agraria sehingga dapat

menjaga eksitensi dari penggunaan dan kepemilikan tanah.

1.5 Definisi Konsep

1. Konflik

Konflik adalah perselisihan atau persengketaan antara dua belah pihak atau

lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak

memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan atau menyingkirkan atau

mengalahkan atau menyisihkan ( Setiadi dan Kolip 2011 : 348)

2. Tanah Ulayat

Tanah ulayat adalah suatu bidang tanah yang padanya melengket hak ulayat

dari suatu persekutuan hukum adat. Dengan demikian untuk menentukan

apakah suatu bidang tanah tertentu adalah tanah ulayat atau bukan,

pertama-tama kita harus memperhatikan apakah ada persekutuan hukum

8

adat yang berkuasa ath hubungas tanah itu. Persekutuan hukum adat sering

pula disebut orang sebagai masyarakat hukum adat, namun persekutuan

hukum adat bukanlah sekedar sekelompok orang yang berkumpul saja.

Persekutuan hukum adat adalah sekelompok orang ( lelaki, perempuan,

besar, kecil, tua, muda, termasuk yang akan lahir) yang merasa sebagai

suatu kesatuan yang utuh, baik karena faktor genealogis, teritorial maupn

kepentingan, mempunyai struktur organisasi yang jelas, mempunyai

pimpinan, mempunyai harta kekekayaan yang disendirikan, baik berujud

maupun yang tak berujud (Abda & Sulaiman : 2007)

3. Desa

Desa artikan sebgaia suatu kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal

suatu masyrakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.Desa

mungkin hanya terdiri dari sautu tempat kediaman maysarakat saja

(Wisadirana 2005 : 20)

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur

yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodelogi juga

merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian

merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan

sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan

terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban

motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama,

yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang

selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu.

9

Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan

merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi

untuk melakukanpenelitian.Dalam rangka memperoleh, mengumpulkan

setiap data, informasi maupun keterangan ilmiah, tentuhnya dibutuhkan

suatu metode dengan tujuan agar suatu karya tulis mempunyai susunan yang

sistematis, terara dan konsisten. Metode penelitian yang digunakan dalam

penyusunan hasil penelitian adalah melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah metode untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri,

sifat-sifat suatu fenomena, dimana metode ini dimulai dengan

mengumpulkan data, mengananalisa data dan menginterprestasikanya.

Penelitian deskriptif bertujuan menggabarkan secara tepat sifa-sifat suatu

individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau menentukan

frekuensi atau penyebaran suatu gejala dan gejala lain dalam masyrakat

(Kaelan, 2012: 13)

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif, yang bertujuan untuk memahami objek dan membuat eksplorasi

atau gambaran tentang masalah yang diteliti. Dimana penelitian diarahkan

untuk memahami dan memberikan gambaran dan informasi yang akurat

mengenai bagaimana Konflik tanah ulayat yang terjadi antara Desa

Redontena dan Desa Adobala.

10

3. Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Salah satu aktivitas dalam proses pengumpulan data adalah menentukan

subyek penelitiannya. Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahan dalam

menentukan informan, sebab dari merekalah diharapkan informasi dapat

terkumpul sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan penelitian yang

diajukan. Subyek penelitian menurut Amirin (1986) adalah seseorang atau

sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan diajukan. Subyek

penelitian menurut Amirin (1986) adalah seseorang atau sesuatu yang

mengenainya ingin diperoleh keterangan (Idrus 2009 : 36)

Pemilihan subjek penelitian akan terfokus pada masyrakat Desa

Adobala dan Desa Redontena. Dengan demikian peneliti akan

menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

mempertimbangkan atau tujuan tertentu. Pertimbangan atau tujuan tertentu

ini misalnya orang, informan atau responden tersebut dianggap paling tahu

tentang apa yang akan diteliti dalam penelitian ini (Kaelan, 2012 : 78).

Adapun informan yang dipilih sebagai berikut :

1. Kepala Adat

Desa Redontena dan Desa Adobala (2 orang)

2. Kepala Desa

Desa Redontena (1 orang)

3. Mantan Kepala Desa Adobala (1 orang)

1. Tokoh masyarakat Desa Redontena dan Desa Adobala (2 Orang)

a. Tokoh agama Islam

11

b. Tokoh agama Katolik

2. Masyarakat setempat

a. Masyarakat Desa Redontena (1 Orang)

b. Masyarakat Desa Adobala (2 Orang)

4.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat, relevan, dan adapat

dipertanggungjawabkan maka peneliti menggunakan beberapa teknik

dalam pengumpuln data karena masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Adapun beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini, yaitu:

a. Obsevasi

Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana

penelitian atau pengamat dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan

objek penelitian. Observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan

data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Obseravsi

hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan kegiatan panca indra,

bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi

ynag diperlukan untuk menjawab masalah penelitian (Arikunto, 2006 : 156-

157)

Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi wilayah sekitar lokasi

penelitian yaitu di Desa Redontena dan Desa Adobala. Observasi dilakukan

dengan bertemu dengan Kepala Adat dengan maksud dan tujuan untuk

menyampaikan bahwa peneliti akan melakukan penelitian terkait konlfik

tanah ulayat yang terjadi antara Desa Redontena dan Desa Adobala , peneliti

12

menunggu persetujuan dari Kepala Adat, apabila sudah disetujui Kepala Adat

maka peneliti akan melakukan penelitian dengan narasumber Kepala Adat,

Kepala Desa, Tokoh Masyarakat dan warga setempat dari dari desa Desa

Tersebut. Observasi dilakukan untuk mengetahui konflik tanah ulayat yang

terjadi antara Desa Redontena dan Desa Adobala.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu, untuk memperoleh informasi dan

gagasan yang berkaitan erat dengan penelitian ini (Arikunto, 2006: 158).

Wawncara dapat dilakukan dengan individu tetrentu untuk mendapatkan

informasi tentang masalah yang berhubungan dengan objek penelitian.

Dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam

tentang partisipan dalam menginterperstasikan situasi dan fenomena yang

terjadi. Wawncara tidak mengutamakan sedikit banyaknya yang

diwawncarai, akan tetapi kualiats informan sebagai sumber data yang

dibutuhkan. Karena itu informan dituntut memiliki pengetahuan lebih

banyak tentang objek yang menjadi kajian penelitian ( Kaelan, 2012 : 111)

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini pertama-tama

mewawancarai Kepala Adat, narasumber kedua mewawancarai Kepala

Desa, narasumber ketiga Tokoh Masyarakat, dan narasumber terakhir

masyarakat setempat dari Desa Redontena dan Desa Adobala.Wawancara

dilakukan tidak terstruktur dan pertanyaan mengalir sesuai dengan topik

13

pembicaraan yang dilakukan. Tujuan wawancara untuk mendapatkan

informasi tentang konflik tanah ulayat yang terjadi antara masyrakat Desa

Adobala dan Desa Redontena.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan peristiwa yang telah berlalu, berbentuk

tulisan, gambar, maupun karya dari seseorang. Dokumen merupakan data

yang merupakan data yang bukan manusia, melainkan sejarah hidup atau

catatan kehidupan manusia itu sendiri. Data yang berupa dokumentasi ini

adalah pelengkapan data-data yang diperoleh dariobservasi maupun

wawncara. Berdasarakan fungsi dan kegunaan dokumen, maka dalam

penelitian kulaitatfi suatu dokumen ditetapkan sebagai sebuah sumber data

dalam penelitian, karena dalam dokumen terkandung pengetahuan yang

relevan dan terpenting bagi tercapainya daya yang dinginkan.

Dokumentasi penelitian tentang Konflik Tanah Ulayat Antara Desa

Redontena dan Desa Adobala, dokumentasi dari hasil penelitian peneliti

sendiri yang didapatkan melalui foto yang di dapatkan selama melakukan

observasi. foto hasil peneliti sendiri merupakan foto yang betul-betul

dibuat oleh peneliti sendiri sewaktu berada di lokasi penelitian. Foto

didapatkan melalui kamera yang dapat menghasilkan foto objek yang

diteliti atau fenomena peristiwa yang terjadi.

1.6.5 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah

teknik analisis data secara kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan

berbagai sumber informasi dan data kemudian digeneralisasikan. Analisis

14

data merupakan langkah terakhir sebelum didapatkan satu kesimpulan. Oleh

karena itu teknik analisis data diperlukan dalam penelitian guna memperoleh

gambaran yang jelas dan terperinci tentang objek yang diteliti. Dalam

penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

analisis deskriptif (Creswell 2015: 220)

Setelah data di analisis dengan metode deskriptif kualitatif selanjutnya

akan membahas permasalahan sampai pada penarikan kesimpulan. Dalam

penelitian ini menggunakan analisis kualitatif model tersebut interaktif yang

dikemukakkan oleh Miles dan Heberman melalui empat tahapan. Komponen-

komponen Analisis data model interaktif (Sugiono 2010 : 183) yakni:

1. Pengumpulan data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari

subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan

tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan berbagai

cara gar mendapat informasi/data yang diperoleh.

2. Reduksi data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi adat awal yang muncul

dari catatan-catatan dilapangan. Penelitian mengedit data dengan cara

memilih bagian data yang mana untuk dikode, dipakai, dan yang diringkas,

serta dimasukan dalam kategori dan sebagianya.

3. Penyajian data

Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi

menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai

15

relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan

disajikan secara sistematis.

4. Penarikan kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan

penelitian, karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses kesimpulan

ini dimaksudkan untuk menganalisa, mencari makna dari data sehingga

dapat ditemukan tema dalam penelitian yang telah dilakukan.