15
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan hal ini tidaklah mudah sehingga dibutuhkan sebuah pembelajaran yang baik yang dibuat oleh seorang pengajar. Pembelajaran yang baik akan memungkinkan peserta didik belajar dengan senang dan dapat menikmati proses pembelajaran. Harapannya dengan suasana hati yang senang saat belajar, peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengajar dan akhirnya hasil belajarnya juga baik. Pembelajaran yang baik harus didukung dengan sistem penilaian yang baik (Djemari, 2012). Penilaian merupakan istilah yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok. Jika hasil belajar (nilai) yang diperoleh peserta didik melampaui KKM berarti peserta didik telah tuntas dalam menguasai kompetensi yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara. Untuk mewujudkan hal ini tidaklah mudah

sehingga dibutuhkan sebuah pembelajaran yang baik yang

dibuat oleh seorang pengajar. Pembelajaran yang baik akan

memungkinkan peserta didik belajar dengan senang dan

dapat menikmati proses pembelajaran. Harapannya dengan

suasana hati yang senang saat belajar, peserta didik dapat

memahami apa yang disampaikan oleh pengajar dan akhirnya

hasil belajarnya juga baik.

Pembelajaran yang baik harus didukung dengan sistem

penilaian yang baik (Djemari, 2012). Penilaian merupakan

istilah yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan

belajar peserta didik dengan cara menilai unjuk kerja individu

peserta didik atau kelompok. Jika hasil belajar (nilai) yang

diperoleh peserta didik melampaui KKM berarti peserta didik

telah tuntas dalam menguasai kompetensi yang telah

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

ditentukan. Begitu juga sebaliknya, jika hasil belajar yang

diperoleh peserta didik masih di bawah KKM berarti peserta

didik tersebut belum tuntas dalam menguasai kompetensi

yang telah ditentukan. Bagi peserta didik yang belum tuntas

harus mengikuti program remedial sampai melampaui KKM

yang telah ditentukan (Eko, 2014). Dengan demikian,

penilaian hasil belajar bisa dijadikan alat atau tolok ukur

keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru, sekaligus

tingkat pencapaian peserta didik terhadap kompetensi yang

telah ditentukan.

Hasil penilaian perlu diketahui oleh peserta didik

sebagai laporan perkembangan terhadap dirinya selama

mengikuti pembelajaran (Sudjana, 2008). Peserta didik dapat

mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran

yang disajikan oleh guru. Laporan perkembangan tidak hanya

kepada peserta didik, tetapi juga kepada orang tua peserta

didik. Seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang

Sidiknas No. 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 7 bahwa orang tua

berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan

memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan

anaknya. Orang tua mempunyai hak untuk mengetahui

secara detail perkembangan hasil belajar anaknya. Dengan

demikian, orang tua dapat mengikuti progres anaknya secara

berkala sehingga orang tua juga mempunyai peran terhadap

keberhasilan anaknya dalam belajar. Jika ada hal yang harus

dilakukan dengan pendampingan di rumah maka orang tua

bisa melakukannya secara baik. Dengan demikian terjadi

kerjasama antara pihak sekolah dalam hal ini guru dengan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

orang tua dalam mendukung anak supaya berhasil dalam

belajar.

Mengingat bahwa penilaian dan pelaporan hasilnya

menjadi sesuatu yang sangat penting bagi peserta didik dan

orang tua, maka penilaian ini perlu dilakukan dengan baik.

Standar proses yang baik tercantum dalam Permendiknas 41

tahun 2007 maupun dalam Permendikbud 65 tahun 2013 Bab

V menekankan tentang penilaian yang baik harus dilakukan

dengan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment).

Penilaian ini menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar

secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut

akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar

siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak

instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring

(nurturant effect) dari pembelajaran (M. Hosnan, 2016:416).

Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh guru untuk

merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan

(enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil

penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk

memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar

Penilaian Pendidikan.

Selama ini proses pelaporan hasil belajar kepada peserta

didik dan orang tua pada umumnya hanya dilakukan setelah

mengikuti tes harian (ulangan harian), setiap akhir

pembahasan satu kompetensi dasar, atau setelah mid

semester dan tes akhir semester. Bentuk laporan masih

dituangkan dalam kertas hasil ulangan atau rekap nilai dalam

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

bentuk raport yang berisi angka (untuk ulangan harian), atau

angka dan deskripsi pencapaian untuk raport mid semester

dan akhir semester. Mekanisme ini belum memberikan

gambaran yang jelas tentang bagaimana tindakan guru bagi

peserta didik yang nilainya masih kurang dan perlu mendapat

pendampingan agar mereka dapat mencapai standar minimal

yang diharapkan.

Proses pelaporan hasil belajar seperti ini juga dialami

oleh beberapa sekolah di Salatiga. Salah satunya adalah SMP

Kristen Satya Wacana sebagai tempat/ instansi pendidikan

tempat penelitian. Proses pelaporan hasil belajar masih dalam

bentuk kertas dan belum terdapat integrasi dengan rencana

tindak lanjutnya. Beberapa hal yang didapatkan dari

wawancara terhadap kepala sekolah dan guru antara lain; (1)

kurangnya informasi dari sekolah yang diberikan kepada

orang tua tentang hasil belajar, (2) pelaporan hasil belajar

untuk orang tua dilakukan saat penerimaan rapor diakhir

semester; (3) kurangnya peran orang tua dalam membantu

siswa belajar mandiri sebagai tindak lanjut dari hasil belajar

yang diterima dikarenakan orang tua terlalu sibuk dengan

aktivitas pekerjaannya; (4) sekolah belum mempunyai aplikasi

untuk memfasilitasi orang tua agar dapat membantu siswa

belajar mandiri sebagai langkah tindak lanjut dari hasil

belajar anaknya.

Selain sebagai bahan untuk pelaporan bagi peserta

didik dan orang tua, hasil penilaian dapat digunakan oleh

guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial),

pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu,

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

hasil penilaian dapat digunakan sebagai bahan untuk

memperbaiki proses pembelajaran (Permendikbud 65 tahun

2013 Bab V). Untuk itu perlu dipikirkan tentang bagaimana

mengatur, menata serta menyajikan pelaporan hasil belajar

peserta didik yang bukan hanya menyajikan hasil dalam

bentuk angka dan deskripsinya tetapi rencana tindak lanjut

dari hasil tersebut. Dalam hal ini orang tua sangat diharapkan

dapat berperan juga dalam proses tersebut.

Pola penyajian hasil belajar dan tindak lanjutnya harus

dikemas dalam bentuk yang menarik dan mudah untuk

diakses. Orang tua tidak harus direpotkan pergi ke sekolah

maupun menunggu laporan tertulis dari guru. Orang tua

dapat mengikuti secara langsung dan melakukan

pendampingan bagi peserta didik yang masih perlu

melakukan perbaikan dan pendalaman materi. Pola penyajian

itu perlu dibuat dalam bentuk digital yang dapat diakses

kapan saja dan dimana saja.

Untuk menindaklanjuti proses diatas maka

diperlukanlah sebuah teknologi. Kemajuan teknologi saat ini

sangat memungkinkan untuk memberikan layanan kepada

siswa dan orang tua khususnya dalam penyajian hasil belajar

secara online yang terintegrasi dengan rencana tindak lanjut

dari hasil belajar tersebut dalam bentuk pembelajaran online

maupun penyediaan bahan belajar digital yang memudahkan

siswa. Penyediaan fasilitas ini akan mengurangi ke-

tergantungan siswa terhadap peran guru yang harus bersama

mereka saat belajar. Peserta didik dapat belajar mandiri

secara mandiri maupun belajar mandiri yang didampingi

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

orang tua. Pola ini akan memberi latihan kepada peserta didik

supaya lebih mandiri dalam belajar.

Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang

didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu

kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun

dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah

dimiliki (Mudjiman, 2011). Belajar mandiri sangat penting

karena membuat siswa terlatih dan mempunyai kebiasaan

melakukan tindakan yang baik serta dapat mengatur setiap

tindakannya sehingga siswa mempunyai kedisiplinan dan

tangung jawab dalam mengembangkan hasil belajar secara

optimal atas kemauan sendiri.

Hasil penelitian Edmondson et al. (2011) Self-Directed

Learning: A Meta-Analytic Review of Adult Learning Constructs

menyatakan bahwa kemandirian belajar secara signifikan dan

berhubungan positif dengan prestasi akademik, aspirasi masa

depan, kreativitas, rasa ingin tahu, dan kepuasan hidup.

Menurut Jennigs (2006) dalam penelitiannya Personal

development plans and self-directed learning for healthcare

professionals, belajar mengarahkan diri sendiri (belajar

mandiri) telah terbukti berhubungan dengan rasa ingin tahu

yang meningkat, berpikir kritis, kualitas pemahaman, retensi

dan ingatan, keputusan yang lebih baik, kepuasan prestasi,

motivasi, kompetensi dan percaya diri.

Dalam penelitian ini akan dikembangkan sebuah model

penyajian hasil belajar online yang terintegrasi dengan

manajemen tindak lanjut dari hasil belajar tersebut dalam

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

bentuk pembelajaran online maupun penyediaan bahan ajar

elektronik yang memudahkan peserta didik untuk belajar

secara mandiri dan bisa belajar mandiri dengan dampingan

orang tua. Harapannya peserta didik semakin mandiri dalam

belajar dan dapat memperbaiki hasil belajar secara mandiri di

rumah dengan dampingan orang tua.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi dan analisis masalah

yang sudah diuraikan pada latar belakang masalah, maka

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

a. Model penyajian hasil belajar dan tindak lanjut seperti

apakah yang selama ini dilaksanakan? Rumusan

masalah ini meliputi: (1) Hasil belajar apa saja yang

akan dilaporkan; (2) Bagaimana proses penilaian yang

dilakukan oleh guru; (3) Bagaimana pola penyajian hasil

belajarnya; (4) Bagaimana pola penyajian tindak lanjut

dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik.

b. Bagaimana mengembangkan model manajemen

penyajian hasil belajar dan tindak lanjutnya berbasis

web untuk membantu siswa belajar mandiri? Rumusan

masalah ini meliputi: (1) Hasil belajar apa saja yang

akan dilaporkan; (2) Bagaimana pola penyajian hasil

belajarnya; (3) Bagaimana pola penyajian tindak lanjut

dari hasil belajar; (4) Bagaimana pengembangan desain

web untuk menyajikan hasil belajar dan rencana tindak

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

lanjutnya; (5) Bagaimana cara penggunaan model untuk

orang tua dan siswa.

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian yang ingin dicapai

adalah menghasilkan model penyajian hasil belajar berbasis

web dan tindak lanjutnya dalam kelas online untuk

membantu siswa belajar mandiri dan orang tua dalam

memantau pelajaran anaknya.

Secara khusus tujuan yang hendak dicapai melalui

model penyajian hasil belajar dan tindak lanjut ini adalah

sebagai berikut:

a. Mendiskripsikan dan menganalisis model penyajian

hasil belajar dan tindak lanjutnya. Tujuan ini

mencakup: (1) Hasil belajar yang akan dilaporkan; (2)

Proses penilaian guru; (3) Pola penyajian hasil

belajarnya; (4) Pola pemberian tindak lanjut dari hasil

belajar yang diperoleh peserta didik.

b. Mengembangkan model penyajian hasil belajar berbasis

web dan tindak lanjutnya dalam kelas online untuk

membantu siswa belajar mandiri. Tujuan ini mencakup:

(1) Hasil belajar yang akan dilaporkan; (2) Pola

penyajian hasil belajar dalam web; (3) Pola penyajian

tindak lanjut dari hasil belajar dalam kelas online; (4)

Pengembangan desain web dan kelas online untuk

menyajikan hasil belajar dan rencana tindak lanjutnya;

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

(5) Bagaimana cara penggunaan model penyajian untuk

orang tua dan siswa.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua)

manfaat, yaitu:

1) Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian yang dikategorikan sebagai manfaat

teoritis adalah sebagai berikut:

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan

penelitian lanjut di bidang manajemen pola penyajian

hasil belajar dan tindak lanjutnya yang meliputi

fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

dan evaluasi, serta tindak lanjutnya yang dibuat

berbasis web

b. Secara teoritis memberikan gambaran tentang

bagaimana mendesain model rancangan penyajian

hasil belajar berbasis web dan tindak lanjutnya

dalam kelas online untuk membantu siswa belajar

mandiri dan memberikan kontribusi terhadap

kelengkapan tahap-tahap rancangan pola penyajian

hasil belajar dan bagaimana pola tindak lanjutnya

yang disajikan dalam bentuk web dan kelas online.

c. Penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat

memberikan sumbangan tentang dasar-dasar

konsep-tual pengembangan web khususnya

penggunaan web dalam rangka menyajikan hasil

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

belajar dan pola tindak lanjut dalam bentuk

pembelajaran online dari hasil belajar yang diperoleh

peserta didik.

2) Manfaat Praktis

Selain manfaat teoritis yang telah dijelaskan, juga terdapat

manfaat praktis, sebagai berikut:

a. Bagi sekolah, dapat menggunakan model ini sebagai

bahan acuan dalam mengembangkan pola penyajian

hasil belajar dan tindak lanjutnya dengan meng-

gunakan teknologi informasi dan komunikasi.

b. Bagi guru, model ini dapat (1) memotivasi guru

untuk menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi dalam meningkatkan kompetensi dan

mengembangkan kompetensi profesionalnya; (2)

mempermudah guru dalam memberikan pelaporan

hasil belajar siswa kepada orang tua; (3) memotivasi

guru untuk menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi dalam merencanakan tindak lanjut dari

hasil belajar yang diperoleh peserta didik sehingga

dapat di-manfaatkan secara mandiri oleh peserta

didik dan orang tua.

c. Bagi orang tua, model ini dapat (1) memotivasi orang

tua untuk membantu putra-putrinya belajar mandiri;

(2) membangkitkan semangat orang tua dalam

mengikuti perkembangan hasil belajar anaknya

secara online dan memberikan pendampingan bagi

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

anak yang membutuhkan dalam kegiatan tindak

lanjut; (3) mempermudah orang tua mengetahui

perkembangan hasil belajar anaknya dimanapun dan

kapanpun; (4) memotivasi orang tua untuk

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi

dalam proses pembelajaran anaknya.

d. Bagi siswa dapat memotivasi dan membantu belajar

mandiri dimanapun dan kapanpun serta dapat

berusaha meningkatkan hasil belajarnya.

1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah

sebuah model penyajian hasil belajar dan tindak lanjutnya

dalam bentuk web dan kelas online untuk membantu siswa

belajar mandiri. Model penyajian hasil belajar berbasis web

dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip rancangan model

pengembangan Borg & Gall (2007: 774) yang disederhanakan

dalam tiga tahap yaitu tahap studi pendahuluan, tahap desain

dan pengembangan, tahap validasi serta uji coba model.

Untuk pembelajaran online yang disediakan sebagai bentuk

tindak lanjut dari hasil belajar dikembangkan dengan konsep

pengembangan ASSURE yang dilakukan dengan 6 tahapan

yaitu 1) analyze learners, 2) state objectives, 3) select method,

media, and materials, 4) utilize media and materials, 5) require

learner participation, 6) evaluated and revise (Sharon E.

Smaldino, Deborah L. Lowther, James D. Russell, & Clif Mims,

2014).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

Gambaran model penyajian yang dikembangkan akan

memberi gambaran tentang; (1) Hasil belajar apa saja yang

akan dilaporkan; (2) Pola penyajian hasil belajar dalam

bentuk digital (diagram lingkaran dengan status warna) yang

menunjukkan tentang status ketuntasan masing-masing

siswa dan deskripsi hasilnya; (3) Pola penyajian tindak lanjut

yang terintegrasi dengan pola penyajian hasil belajar dalam

bentuk pembelajaran online yang memberikan gambaran

tentang prosedur belajar mandiri yang harus dilakukan,

materi yang harus dipelajari, aktivitas serta tagihan yang

harus dipenuhi; (4) Panduan cara belajar bagi siswa dan orang

tua sehingga dapat terjadi proses belajar mandiri oleh siswa

maupun pendampingan orang tua

1.6. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Berikut penjelasan asumsi pengembangan model dan

batasan pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini:

1) Asumsi pengembangan

Pengembangan model penyajian ini didasarkan pada

asumsi sebagai berikut:

Layanan model penyajian hasil belajar ini dibuat sebagai

upaya memberi kemudahan fasilitas kepada peserta

didik dan orang tua tentang hasil belajar yang telah

diperoleh secara online baik dengan smartphone,

komputer. Pola penyajian ini akan memberikan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

gambaran tentang skor nilai yang diperoleh peserta

untuk setiap kompetensi dasar dengan deskripsi hasil

yang menyatakan tuntas tidaknya peserta didik dan

memberikan deskripsi dari hasil serta memberikan

petunjuk tentang tindak lanjut apa yang harus

dilakukan. Bisa hanya informasi bahwa hasilnya bagus

dan tidak ada proses remidi dan ada aktivitas belajar

lanjutan sebagai proses remidi/perbaikan bagi peserta

didik yang masih belum tuntas. Penyajian kegiatan

tindak lanjut sebagai proses remidi/perbaikan dikemas

dalam kelas online sehingga memudahkan siswa untuk

belajar secara mandiri maupun didampingi orang tua.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

2) Keterbatasan pengembangan

Keterbatasan pengembangan model penyajian hasil belajar

dan tindak lanjut ini adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan model penyajian hasil belajar ini

terbatas hanya pada 2 mata pelajaran saja yaitu

Matematika dan IPA.

b. Hasil pengembangan ini hanya bisa diterapkan pada

guru, peserta didik, dan orang tua yang sudah

mempunyai keterampilan dalam mengoperasikan

smartphone, komputer dan menggunakan internet,

sehingga bagi mereka yang belum memiliki

keterampilan tersebut harus terlebih dahulu belajar

menggunakan smartphone, komputer dan internet.

c. Sekolah yang bisa menerapkan model ini harus

mempunyai fasilitas internet dan ICT yang memadai

karena model hanya bisa diterapkan dengan akses

internet.

d. Subjek uji coba model ini adalah siswa dan orang tua

siswa kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana.

Berdasarkan subjek uji coba tersebut belum tentu

dapat menjamin seratus persen bahwa model

tersebut akan cocok bagi sekolah dan orang tua yang

lebih luas. Hal tersebut disebabkan karena sekolah

dan orang tua lain memiliki karakteristik lingkungan,

sumber daya manusia dan sarana prasarana yang

berbeda.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah

e. Pengembangan model ini mengikuti langkah-langkah

penelitian dan pengembangan Borg & Gall, namun

tidak mengikuti 10 langkah penelitian Borg & Gall,

namun hanya 8 langkah, yaitu (1) Melakukan studi

pustaka dan studi pendahuluan, (2) Menyusun

desain model, (3) Validasi ahli, (4) Uji coba terbatas,

(5) Revisi, (6) Uji coba lebih luas (1 kelas), (7) Revisi,

(8) Menghasilkan model operasional. Uji efektivitas

dilakukan hanya untuk 1 kelas yaitu pada saat uji

coba luas. Proses diseminasi dan publikasi secara

luas tidak dilakukan.