BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/10121/3/b23f336ac5d397352209b6233a4177ce.pdf · sekaligus menciptakan peluang kerja dan menambah pendapatan

  • Upload
    dohanh

  • View
    218

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Bali adalah salah satu daerah tujuan wisata terbaik yang ada di

    Indonesia bahkan dunia. Keindahan alam yang sangat beraneka ragam, mulai

    dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang

    hijau dan juga keunikan budaya yang sangat menarik mulai dari cara hidup

    masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali. Semua

    ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.Kekayaan ini menjadi

    potensi yang sangat mendukung kemajuan kepariwisataan di Bali.Pariwisata

    Bali mengalami pertumbuhan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

    Berdasarkan data yang diperoleh melalui Dinas Pariwisata Provinsi Bali

    berikut diuraikan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Bali dari

    tahun 2008 - 2014 sebagai berikut

    Tabel 1.1

    Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali dari Tahun 2009 - 2013

    Tahun Jumlah Kunjungan

    Wisatawan

    Tingkat pertumbuhan (%)

    2009 2.229.945

    2010 2.493.058 11,80

    2011 2.756.579 10,57

    2012 2.892.019 4,91

    2013 3.278.598 13,37

    2014 3.766.638 14,78

    Sumber : Dinas Pariwisata, Provinsi Bali 2014

    Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan

    wisatawan memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 10,78 % pertahun.Jumlah

    kunjungan wisatawan tersebut membuktikan bahwa memang Bali memiliki

  • 2

    potensi pariwisata yang sangat besar, namun jika dilihat dari Peraturan

    Daerah Provinsi Bali tentang tujuan pembangunan pariwisata yaitu dalam

    Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang kepariwisataan

    budaya Bali tertulis bahwa,

    pembangunan kepariwisataan Bali bertujuan untuk mendorong

    pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat yang

    sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat sehingga terwujud

    cita-cita kepariwisataan untuk Bali dan bukan Bali untuk

    kepariwisataan. Pada pasal 4 juga dituliskan bahwa, tujuan dari

    pembangunan pariwisata adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat Bali secara merata dan berkelanjutan; serta melestarikan

    lingkungan alam Bali sebagai basis penyangga kehidupan masyarakat

    dan kebudayaan Bali secara berkelanjutan.

    Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang

    begitu besar ini belum sepenuhnya memenuhi tujuan dari pembangunan

    pariwisata, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali secara

    merata dan berkelanjutan.Jumlah kunjungan ke tiap kabupaten yang ada di

    Bali masih belum merata dan masih terjadi banyak ketimpangan dari

    kabupaten yang satu terhadap kabupaten lainnya. Berikut diuraikan data

    perbandingan jumlah kunjungan wisatawan kesetiap kabupaten yang ada di

    Bali dari tahun 2009-2013

  • 3

    Tabel 1.2

    Kunjungan Wisatawan per Kabupaten di Bal dari Tahun 2009 - 2013

    Sumber : Badan Pusat Statistik, Provinsi Bali 2015

    Berdasarkan data di atas , jumlah kunjungan wisatawan yang paling

    banyak selama lima tahun terakhir adalah di Kabupaten Tabanan yaitu

    sebanyak 18.226.972 wisatawan, urutan kedua adalah Kabupaten Gianyar,

    yaitu sebanyak 7.861.511 dan kemudian yang ketiga Kabupaten Badung,

    yaitu sebanyak 5.293.631 wisatawan sedangkan yang paling sedikit adalah

    kabupaten Jembrana, yaitu hanya 526.564 wisatawan. Melalui perbandingan

    data jumlah kunjungan wisatawan antar kabupaten di atas terlihat dengan

    jelas adanya ketimpangan kunjungan wisatawan yang tidak merata di Bali.

    Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya pemetaan yang jelas mengenai

    pasar wisatawan dan tanpa mempertimbangkan daya dukung alam dan

    lingkungan serta eksistensi kebudayaan , produk yang ditawarkan, sistem

    Kabupaten/

    Kota

    Tahun dan Jumlah Kunjungan Total Kunjungan

    selama 5 (lima)

    Tahun terakhir 2010 2011 2012 2013 2014

    Denpasar 318.830 398.025 395.558 443.775 542.813 2.494.386

    Badung 774.753 682.382 1.092.413 1.192.129 1.551.954 5.293.631

    Gianyar 1.182.104 1.445.594 1.680.105 1.631.879 1.921.829 7.861.511

    Bangli 425.905 541.504 548.152 616.637 647.607 2.779.805

    Klungkung 100.819 505 286.648 298.979 328.313 1.015.264

    Karangasem 351.343 418.026 462.233 461.515 423.740 2.116.857

    Buleleng 571.869 529.616 743.196 638.147 666.776 3.149.604

    Jembrana 72.181 89.496 98.859 134.093 131.935 526.564

    Tabanan 3.334.883 3.709.389 4.503.653 4.915.516 4.763.531 18.226.972

  • 4

    pemasaran yang digunakan. Setiap destinasi sering menjadikan patokan

    pembangunan pariwisata sebagai akselerasi dan produktivistas pembangun

    daerah.Sistem kompensasi pun sangat memberikan keuntungan besar bagi

    investor. Sebaliknya keterlibatan masyarakat sangat minim, semua ini

    merupakan ciri dari pariwisata massal.

    Sedangkan disisi lain, sangat bertentangan dengan pariwisata massal

    adalah pariwisata minat khusus. Wisata minat khusus (Special Interest

    Tourism) merupakan bentuk kegiatan dengan wisatawan individu, kelompok

    atau rombongan kecil yang bertujuan untuk belajar dan berupaya

    mendapatkan pengalaman tentang suatu hal di daerah yang dikunjungi. Saat

    ini Pemerintahan Provinsi Bali sedang mengembangkan pariwisata minat

    khusus melalui program Bali Mandara jilid II, yaitu berupa program

    pengembangan desa wisata. Program ini dilakukan berdasarkan Peraturan

    Daerah No 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

    Bali dimana dalam hal ini, pengembangan sektor pariwisata berlandaskan

    kebudayaan dan Agama Hindu yang berbasis pemberdayaan masyarakat.

    Dalam program tersebut ada 180 desa yang direncanakan dikembangkan oleh

    pemerintah menjadi desa wisata. Berikut data mengenai sasaran desa wisata

    dan jadwal pelaksanaan program di setiap kabupaten dalam program Bali

    Mandara :

  • 5

    Tabel 1.3

    Rekapitulasi Desa Wisata Di Lingkungan Dinas Pariwisata

    Provinsi Bali Tahun 2014 - 2018

    NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH PENJADWALAN PROGRAM

    2015 2016 2017 2018

    1 Buleleng 33 5 6 5 6

    2 Jembrana 13 2 2 2 0

    3 Tabanan 32 4 3 3 6

    4 Badung 10 1 2 2 0

    5 Gianyar 30 4 3 4 4

    6 Klungkung 13 3 2 2 3

    7 Bangli 25 3 3 3 2

    8 Karangasem 18 3 2 3 2

    9 Denpasar 6 0 2 1 2

    Jumlah 180 25 25 25 25

    Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2015

    Berdasarkan data di atas, ada Sembilan kabupaten ataupun kota madya

    yang menjadi sasaran dalam pengembangan desa wisata. Buleleng adalah

    kabupaten yang memiliki desa wisata yang paling banyak. Kemudian

    Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Gianyar. Setiap desa memiliki jenis

    wisata berbeda-beda yang akan dikembangkan berdasarkan potensi masing-

    masing desa, berupa wisata alam, wisata budaya, ekowisata, dan agrowisata.

    Salah satu jenis dari pariwisata minat khusus yaitu ekowisata.

    Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata berbasis lingkungan yang

    memberikan dampak kecil bagi kerusakan lingkungan dan budaya lokal

    sekaligus menciptakan peluang kerja dan menambah pendapatan serta

    membantu kegiatan konservasi alam.Pada Tahun 1999 sebuah yayasan yang

    bergerak di bidang lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat

    melakukan pemetaan terhadap potensi-potensi desa yang ada di Bali.

    Berdasarkan hasil pemetaan tersebut di temukan empat desa yang memiliki

    potensi ekowisata, yaitu Desa Pelaga (Badung), Desa Sibetan (Karangasem),

    Desa Adat Tenganan (Karangasem), dan Desa Nusa Ceningan (Klungkung).

  • 6

    Setelah melihat potensi tersebut, keempat desa ini bersama-sama membentuk

    Jaringan Ekowisata Desa (JED). JED ini bertujuan untuk mewujudkan

    program ekowisata yang berbasis pada masyarakat dan lingkungan di

    keempat desa tersebut serta sebagai bentuk komitmen dari keempat kelompok

    masyarakat desa itu yang ingin menentukan masa depan dirinya sendiri,

    budaya dan lingkungannya.

    Dalam proses pengembangan desa ekowisata yang dilakukan oleh

    JED ternyata sampai saat ini jumlah kunjungan wisatawan belum mencapai

    target yang telah ditentukan. Sebagai contoh, di Desa Pelaga target jumlah

    kunjungan yang telah ditentukan adalah sebanyak 10 wisatawan dalam sehari,

    yang artinya dalam setahun dapat mencapai 3600 wisatawan. Sampai saat ini

    jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke desa Pelaga masih mencapai

    200 wisatawan dalam satu tahun.Jumlah kunjungan yang datang ke Desa

    Pelaga ini sangat timpang bila dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang

    datang ke Bali yang mencapai 3.278.598 wisatawan pada Tahun

    2013.Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai

    karakteristik dan motivasi dan wisatawan di desa-desa yang tergabung dalam

    JED. Dengan mengetahui karakteristik dan motivasi wisatawan yang

    berkunjung ke desa-desa yang tergabung dalam JED , maka setiap destinasi

    akan dapat diupayakan untuk semakin sesuai ataupun bisa memenuhi kriteria

    motivasi wisatawan yang berkunjung sehingga dapat dilakukan upaya-upaya

    yang bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

  • 7

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah,Bagaimana karakteristik dan motivasi wisatawan

    yang mengunjungi Desa Pelaga, DesaTenganan, Desa Sibetan sebagai desa

    yang tergabung dalam jaringan ekowisata desa ( JED).

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah tersebut, yang menjadi tujuan dari

    penelitian ini adalah Untuk mengetahui karakteristik dan motivasi

    wisatawan yang mengunjungi Desa Pelaga, Desa Tenganan, Desa Sibetan

    sebagai desa yang tergabung dalam jaringan ekowisata desa ( JED), Bali.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    manfaat seperti :

    1. Manfaat Akademik

    Penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk menambah

    wawasan dan mengaplikasikan konsep konsep Pariwisata Alternatif

    yang didapatkan di bangku kuliah, juga untuk menambah wawasan

    berpikir mahasiswa dalam mengidentifikasi, menganalisa, dan

    memecahkan masalah masalah kepariwisataan di masyarakat.

  • 8

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini bermanfaat bagi Pemerintah maupun swasta sebagai

    pertimbangan dalam mengembangkan potensi ekowisata di Desa Pelaga

    maupun Bali.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dari penelitian ini akan disusun dalam 5 bab dan

    masing-masing akan diuraikan sebagai berikut :

    BAB I : Pendahuluan

    Terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika

    penulisan.

    BAB II : Tinjauan Pustaka

    Pada bab ini berisi tentang telaah hasil penelitian

    sebelumnya dan deskripsi konsep yang terdiri dati tinjauan

    tentang pariwisata, tinjauan tentang potensi pariwisata,

    tinjauan tentang daya tarik wisata, tinjauan tentang

    pariwisata alternatif , tinjauan tentang ekowisata, tinjauan

    tentang karakteristik wisatawan, tinjauan tentang motivasi.

    BAB III : Metode Penelitian

  • 9

    Berisi tentang lokasi, definisi operasional variabel (DOV),

    jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode

    penentuan informan dan analisis data.

    BAB IV : Hasil dan Pembahasan

    Pada bab ini akan diberikan pemaparan mengenai hasil data

    yang telah diolah serta pembahasannya, diantaranya

    mengenai gambaran umum Desa Pelaga, Desa Sibetan,

    Desa Tenganan, sejarah JED dalam setiap Desa,

    karakteristik wisatawan secara geografi maupun demografi,

    dan juga motivasi wisatawan.

    BAB V : Simpulan dan Saran

    Berisi tentang simpulan dan saran-saran, kemudian disertai

    daftar pustaka dan lampiran-lampiran sebagai akhir dari

    penulisan laporan ini.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya

    Pada penelitian sebelumnya dilakukan oleh Kwan (2010). Penelitian

    ini berjudul Ecolodge Patrons Characteristic and Motivation :Study of

    Belize. Penelitian ini di lakukan di Belize yaitu sebuah negara kecil di

    Amerika Bagian Tengah. Pada tahun 2003, 54% area dari negara ini termasuk

    dalam International Union for the Conservation of Nature. Negara ini

    memiliki banyak candi arkeologi peninggalan dari suku Maya, dan juga

    negara ini merupakan tempat pelestarian binatang langka Jaguar terbesar di

    dunia. Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan quesioner yang

    dibagikan ke enam desa ekowisata di Belize. Untuk menganalisis motivasi

    wisatawan di gunakan metode pengukuran Skala Likert. Pada setiap

    pertanyaan dalam kuisioner diberikan lima pilihan alternatif yang memiliki

    bobot yang berbeda. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik

    mayoritas pengunjung berusia di antara 35-55 tahun, berlatar belakang

    pendidikan tinggi, bekerja penuh waktu dan pensiunan. Berikutnya melalui

    hasil penelitian juga didapatkan bahwa motivasi dari mayoritas wisatawan

    adalah untuk mempelajari dan menjelajahi alam secara natural ataupun untuk

    budaya dari negara lain. Internet, buku panduan perjalanan dan rekomendasi

    dari teman merupakan tiga sumber informasi penting yang mempengaruhi

    keputusan wisatawan dalam mengunjungi ekowisata ini. Kesamaan dalam

    penelitian dengan penelitian ini terdapat dalam tujuan penelitian yaitu untuk

    10

  • 11

    mengetahui karakter dan motivasi wisatawan. Sedangkan perbedaannya

    adalah dalam metode pengumpulan datanya dan juga lokasi penelitiannya.

    Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Cristin Jonsson (2008).

    Penelitian ini berjudul Does Nationality, Gender and Age Affect Travel

    Motivation? A case of Visitors to The Caribbean Island of Barbados.

    Penelitian ini adalah tentang upaya pendalaman untuk mengetahui alasan

    yang mendasari wisatawan mengambil keputusan untuk mengunjungi

    destinasi. Pertama-tama dengan meneliti bahwa ada keberagaman motivasi

    antar wisatawan yang berasal dari negara yang berbeda. Kemudian penelitian

    ini juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi antara laki-laki dan

    perempuan, antara wisatawan yang memiliki kalangan usia yang berbeda.

    Penelitian ini berupaya melakukan pendekatan untuk memahami motivasi

    wisatawan berdasarkan asal dan bagaimana hal ini bisa berkontribusi pada

    persepsi wisatawan terhadap destinasi. Penelitian ini menggunakan kuisioner

    dalam metode pengumpulan data. Dalam kuisioner tersebut di bagi menjadi

    dua bagian. Bagian pertama adalah tentang demografi wisatawan seperti :

    jenis kelamin, tingkat pendapatan wisatawan, kewarganegaraan,usia. Bagian

    kedua dari kuisioner menggunakan 14 skala yang menggunakan Teori

    Kozak(2002). Bagian ini untuk mengetahui faktor pushdan pullyang

    memotivasi wisatawan mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan

    antar negara. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa motivasi dari

    wisatawan sangat di pengaruhi oleh faktor pushdan pull. Faktor demografi

    bukanlah menjadi faktor yang sangat mempengaruhi keputusan wisatawan

    dalam melakukan perjalanan. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-

  • 12

    sama meneliti tentang karakteristik dari wisatawan dan juga motivasi

    wisatawan dalam melakukan perjalanan, sedangkan perbedaannya terdapat

    pada metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, dan juga lokasi

    penelitian nya.

    Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Bashar Aref Mohhamad dan

    Ahmad pada tahun 2010. Penelitian ini berjudul, An Analysis of Push and

    Pull Travel Motivations of Foreign Tourist to Jordan. Penelitianini

    dilakukandi Yordania, sebuah negara kecildi TimurTengahyang berbatasan

    denganPalestina, Irak, Arab Saudi, danSuriah. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengidentifikasi faktor-faktor yang memotivasi wisatawan untuk datang

    berkunjung ke negara Yordania. Penelitian ini menggunakan push and pull

    factor motivation sebagai dasar penelitian. Survey dibagi menjadi empat

    bagian, yaitu variabel demografis, push factor item, pull factor item, dan yang

    terakhir kebutuhan dan keinginan wisatawandi tempat tujuan. Pertanyaan

    demografisadalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, kebangsaan, lama tinggaldan

    teman perjalanan. Desain kuesioner diadaptasi dari karya peneliti sebelumnya

    seperti Dann (1977, 1981); Uysal&Jurowski(1994); Hanqin & Lam(1999);

    danKim&Lee(2002). Push factors yaitu terkait dengan keinginan intagible

    wisatawan ,terdiri dari 25 pertanyaan dan dikelompokkan ke dalam delapan

    dimensi. Demikian juga, Pull factors terdiri dari 26 pertanyaan , yang

    merupakan potensi dan daya tarik dari destinasi.Push factors dan Pull factors,

    dinilai dengan menggunakan skala Likert lima poin, dari 5=sangat penting

    dan untuk1=tidak penting sama sekali. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

    prestige motivation adalah faktor pendorong yang paling besar

  • 13

    mempengaruhi kunjungan wisatawan sedangkan event and activity factor

    adalah faktor penarik yang paling mempengaruhi kunjungan wisatawan ke

    Yordania.

    Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Valerianus Kulas, 2012.

    Penelitian ini berjudul Potensi dan Karakteristik Wisatawan di Desa Wae

    Rebo Sebagai Daya Tarik Pariwisata adi Kabupaten Manggarai Propinsi Nusa

    Tenggara Timur. Penelitian ini membahas tentang potensi dan karakteristik

    wisatawan di Desa Wae Rebo untuk dikembangkan sebagai pariwisata

    budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observsi

    langsung ke Desa Wae Rebo, wawancara mendalam dengan tokoh adat, ketua

    Lembaga Pariwisata Wae Rebo untuk mendapatkan informasi mengenai

    budaya dan motivasi dan karakteristik wisatawan. Selain itu juga

    menggunakan metode studi kepustakaan dan dokumentasi berupa

    pengambilan gambar rumah adat, serta kehidupan masyarakat lokal. Hasil

    dari penelitian ini menunjukkan adanya potensi yang begitu besar yang ada di

    desa Wae Rebo, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

    Karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa Wae Rebo adalah

    mayoritas pekerja yaitu sebesar 94,85 % sedangkan 0,86% merupakan dari

    kalangan pelajar. Dan motivasi wisatawan yang berkunjung di Desa Wae

    Rebo sebesar 23,33 % adalah untuk melihat dan menikmati keindahan alam,

    sedangkan sebesar 76,77% adalah untuk melihat kebudayaan yang dimiliki

    oleh Desa Wae Rebo. Persamaan dengan penelitian ini adalah memakai

    metodologi penilitian yang sama yaitu dengan wawancara mendalam.

  • 14

    Sedangkan perbedaannya yaitu pada rumusan masalah penelitian dan juga

    lokasi penelitian.

    2.2 Deskripsi Konsep

    2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata

    Banyak definisi tentang pariwisata yang dikemukakan oleh para

    ahli kepariwisataan dari berbagai negara. Diantaranya menurut Pendit (

    2008:18), pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam

    jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan diluar tempat tinggal dan

    tempat bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama

    berada ditempat tujuan tersebut, termasuk kunjungan seharian atau

    darmawisata atau ekskursi.

    Pengertian pariwisata yang dimaksudkan dalam penelitian

    iniadalah perjalanan atau perpindahan orang-orang ke suatu daerah

    tujuan wisata dengan berbagai motif tujuan wisata, dengan berbagai

    tujuan perjalanan untuk tinggal sementara tanpa memperoleh

    penghasilan.

    2.2.2. Tinjauan Tentang Potensi Pariwisata

    Potensi adalah segala daya tarik yang dimiliki oleh suatu wilayah,

    dalam hal ini objek wisata. Jadi potensi wisata pada hakekatnya

    merupakan segala sesuatu yang menjadi andalan daya tarik suatu

    tempat, agar dikunjungi wisatawan. Daya tarik tersebut ditonjolkan

    sebagai atraksi wisata dan dipergunakan sebagai modal untuk

  • 15

    dieksploitasi guna kepentingan ekonomi tanpa melepas aspek sosial

    budaya dari atraksi wisata itu sendiri. Dengan demikian potensi wisata

    tersebut sifatnya atraksi yang dalam hal ini dapat dibedakan menjadi :

    1. Sitte Attraction

    Merupakan suatu lokasi yang bisa dijadikan objek wisata, seperti

    tempat-tempat tertentu yang menarik.

    2. Event Attraction

    Merupakan suatu kejadian yang menarik untuk dijadikan moment

    kepariwisataan, seperti pameran dan pesta kesenian (Yoeti, 1996 :

    158)

    2.2.3. Tinjauan Tentang Daya Tarik Wisata

    Dalam Yoeti (1996), Mirioti mengungkapkan bahwa daya tarik

    wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang

    merupakan daya tarik agar orang mau berkunjung antara lain :

    1. Benda-benda yang tersedia di alam (Natural Amenities) berupa

    iklim, bentuk pemandangan alam, flora dan fauna, sumber air

    mineral dan pusat-pusat kesehatan seperti sumber air panas.

    2. Hasil ciptaan manusia (Man Made Supply).

    3. Tata cara hidup masyarakat (The way of life) berupa adat istiadat

    dan kebiasaan hidup masyarakat.

    Suatu daerah dapat dikatakan atau dikategorikan sebagai objek

    dan daya tarik wisata harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :

  • 16

    1. Something to see (sesuatu yang dapat dinikmati dengan indra

    penglihatan), something to do (kegiatan yang dapat dilakukan), dan

    something to buy (sesuatu yang dapat dibeli baik makanan atau

    minuman maupun barang-barang kerajinan hasil tangan penduduk

    setempat). Something to learn ( sesuatu hal baru yang dapat

    dipelajari)

    2. Amenities(fasilitas pendukung), Accessibilities (akses untuk

    mencapai tempat tersebut), Atraction (atraksi yang ada) dan

    Ancillary service (organisasi atau orang-orang yang mengurus

    destinasi tersebut)

    Daya tarik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala

    sesuatu yang terdapat di setiap desa berupa alam, aktivitas masyarakat

    lokal, adat istiadat dan kebiasaan serta gaya hidup masyarakat lokal

    yang mampu menarik wisatawan untuk mengunjungi kawasan ini.

    2.2.4 Tinjauan Tentang Pariwisata Alternatif.

    Menurut Wearing dan Neil (2000) dalam suwantoro

    (2001:75)mengemukakan bahwa pariwisata alternatif didefenisikan

    sebagai bentuk-bentuk pariwisata yang menaruh perhatian dan

    konsisten terhadap alam, sosial dan nilai-nilai kemasyarakatan, serta

    memberikan kesempatan wisatawan dan penduduk lokal untuk

    berinteraksi dan menikmatinya secara positif dan saling tukar

    pengalaman. Lebih lanjut Suwantoro (2001:85) mengatakan bahwa

    pariwisata alternatif harus dipersepsikan sebagai suatu alat untuk

  • 17

    meningkatkan mutu baik kualitas hubungan antar manusia, kualitas

    hidup penduduk setempat maupun kualitas lingkungan hidup.Cirri-ciri

    yang harus menjadi perhatian dalam pengembangan pariwisata yang

    bersifat alternative adalah skalanya kecil dan adanya keterlibatan

    masyarakat lokal.

    2.2.5. Tinjauan Tentang Ekowisata

    Menurut Damanik (2006:37) ekowisata merupakan kegiatan

    wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya

    pariwisata. Menurut Masyarakat Ekowisata Internasional dalam

    Damanik (2006), ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang

    bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (rensonsible travel to

    natural areas that conserves the environtment and improves the well-

    being of local people) (TIES,2000)

    2.2.6. Tinjauan Tentang Karakteristik Wisatawan

    Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan karakteristik lebih

    berfokus pada karakter atau kekhasan dari wisatawan secara personal,

    sesuai dengan aktivitas mereka berdasarkan umur, jenis kelamin,

    pendidikan, pekerjaan, dan asal Negara atau kebangsaan. Dalam

    Yoeti(1996), karakteristik wisatawan dibagi kedalam dua bagian yaitu :

    1. Karakteristik Geografi

    Karakteristik geografi lebih menekankan pada asal atau kebangsaan

    dari wisatawaan tersebut

  • 18

    2. Karakteristik Sosio-Ekonomi dan Demografi

    Pembagian berdasarkan karakteristik ini paling sering dilakukan

    untuk kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran,

    karena sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya

    (Kotler, 1996). Yang disebut dalam karakteristik sosio-demografis

    diantaranya adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan.

    Sering kali dalam setiap karakter dalam karakteristik sosio-ekonomi

    dan demografi saling berkaitan antara karakter yang satu dengan

    karakter yang lain meskipun secara tidak langsung. Contohnya jenis

    kelamin wisatawan akan berpengaruh terhadap jenis wisata yang

    dilakukan, misalnya seorang wisatawan pria akan lebih mampu dan

    berani dalam mengikuti jenis wisata yang bersifat adventure, karena

    jenis wisata ini membutuhkan kesiapan fisik dan juga keberanian.

    Contoh lain tingkat pendidikan akan mempengaruhi pekerjaan dan

    pastinya akan mempengaruhi jumlah penghasilan dari wisatawan.

    Tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi cara padang wisatawan

    terhadap destinasi yang dikunjungi dan juga akan mempengaruhi

    motivasi dari wisatawan tersebut. Pembagian wisatawan berdasarkan

    karakteristik sosio-demografis ini paling nyata kaitannya dengan pola

    berwisata mereka.

    Karakteristik Sosio-Ekonomi menekankan kepada beberapa

    variabel :

    1. Umur : Dibagi dalam beberapa kelompok usia

    2. Jenis kelamin : Laki-laki/perempuan

  • 19

    3. Tingkat pendidikan : Dibagi dalam beberapa tingkat

    4. Pekerjaan : Ini akan berupa pertanyaan terbuka.

    Namun akan bisa di klasifikasi lewat tipe industri tempat

    wisatawan tersebut bekerja

    2.2.6 Tinjauan Tentang Motivasi

    Ada empat hal yang membentuk motivasi wisatawan menurut

    Macintoch, Goeldener, dan Ritchie (suwena, 2010) yaitu :

    1. Physical motivation

    Orang-orang yang melakukan perjalananan dengan tujuan untuk

    mengembalikan keadaan fisik yang sudah lelah karena bekerja

    terus, untuk beristirahat, bersantai, melakukan kegiatan olahraga,

    untuk mengembalikan gairah kerja

    2. Cultural Motivation

    Motivasi yang timbul karena ingin melihat dan menyaksikan

    kebudayaan asing lain yang berbeda dengan budaya wisatawan

    tersebut

    3. Interpersonal Motivation

    Motivasi yang timbul dengan tujuan untuk mengunjungi keluarga

    ataupun teman lama yang sudah lama tidak bertemu.

    4. Status and Prestige Motivation

    Motivasi yang timbul dengan tujuan untuk memperlihatkan kepada

    orang lain tentang jati dirinya, status atau derajat wisatawan

    tersebut . Dalam motivasi ini terdapat keyakinan bahwa derajat

  • 20

    akan menjadi lebih tinggi bila sudah melakukan perjalanan wisata

    ke suatu tempat.

  • 21

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Banjar Kiadan, Desa Pelaga, Kecamatan

    Petang Kabupaten Badung Bali, di Banjar Dukuh, Desa Sibetan, Kecamatan

    Bebandem, Kabupaten Karangasem Bali, dan di Desa Tenganan, kecamatan

    Manggis, Kabupaten Karangasem Bali.

    3.2 Definisi Operasional Variabel

    Untuk membatasi dan memperjelas permasalahan dalam penelitian ini,

    maka secara operasional dapat dijelaskan pembatasan yang menjadi fokus

    penelitian ini adalah:

    3.2.1. Karakteristik Wisatawan

    Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan karakteristik lebih

    berfokus pada karakter atau kekhasan dari wisatawan secara personal,

    sesuai dengan aktivitas mereka berdasarkan umur, jenis kelamin,

    pendidikan, pekerjaan, dan asal Negara atau kebangsaan.

    1. Karakteristik Geografi

    Karakteristik geografi lebih menekankan pada asal atau kebangsaan

    dari wisatawaan tersebut.

    2. Karakteristik Sosio-Ekonomi dan Demografi

    21

  • 22

    Karakteristik sosio-Ekonomi menekankan kepada beberapa

    variabel :

    a. Umur : dibagi dalam beberapa kelompok usia

    b. Jenis kelamin : laki-laki/perempuan

    c. Tingkat pendidikan : dibagi dalam beberapa tingkat

    d. Pekerjaan : ini akan berupa pertanyaan terbuka.

    Namun akan bisa di klasifikasi lewat tipe industri tempat

    wisatawan tersebut bekerja

    3.2.2. Motivasi Wisatawan

    Ada empat hal yangmembentuk motivasi wisatawan, oleh

    Macintoch (1972) :

    1. Physical motivation

    Orang-orang yang melakukan perjalananan dengan tujuan untuk

    mengembalikan keadaan fisik yang sudah lelah karena bekerja

    terus, untuk beristirahat, bersantai, melakukan kegiatan olahraga,

    untuk mengembalikan gairah kerja.

    2. Cultural Motivation

    Motivasi yang timbul karena ingin melihat dan menyaksikan

    kebudayaan asing lain yang berbeda dengan budaya wisatawan

    tersebut

  • 23

    3. Interpersonal Motivation

    Motivasi yang timbul dengan tujuan untuk mengunjungi keluarga

    yang sudah lama tidak bertemu, baik itu teman lama.

    4. Status and Prestige Motivation

    Motivasi yang timbul dengan tujuan untuk memperlihatkan kepada

    orang lain tentang jati dirinya, satus atau derajat wisatawan

    tersebut. Dalam motivasi ini terdapat keyakinan bahwa derajat akan

    menjadi lebih tinggi bila sudah melakukan perjalanan wisata ke

    suatu tempat.

    3.3 Jenis dan Sumber Data

    3.3.1. Jenis Data

    Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Data Kualitatif, yaitu data yang berupa informasi informasi yang

    relevan dan tidak bernilai relevan atau nilainya bukan angka.

    meliputi sejarah, potensi, keunikan Desa Pelaga,Sibetan dan

    Tenganan maupun informasi lain

    2. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka angka yang

    dapat dihitung seperti jumlah kunjungan wisatawan ke Desa

    3.3.2 Sumber Data

    1. Data Primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari

    sumber pertama yang ada di tempat penelitian melalui wawancara

    langsung dengan pengelola yaitu manager JED,dan juga

    koordinator JED di setiap desa.

  • 24

    2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh melaui buku atau

    literatur yang relevan dan mempunyai sangkut paut atau ada

    hubungan dengan penelitian hasil laporan skripsi, serta data resmi

    dari JED.

    3.4 Teknik Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini

    adalah :

    3.4.1 Observasi

    Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

    pengamatan langsung ke kantor JED yang ada di Kerobokan , juga

    pengamatan ke setiap desa yaitu Desa Pelaga, Sibetan dan tenganan

    untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti

    dibantu dengan pencatatan dan dokumentasi, mengenai situasi dan

    kondisi.

    3.4.2 Wawancara

    Wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan cara

    mengadakan wawancara, menanyakan secara langsung kepada

    informan pangkal dan informan kunci sesuai dengan kriteria yang

    telah ditentukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang

    telah disiapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini, pertanyaan yang

    diajukan disesuaikan dengan permasalahan yang dibahas.

    Silalahi (2009) mengemukakan bahwa wawancara merupakan

    salah satu teknik dalam pengumpulan data, untuk mendapatkan

    informasi tentang isu-isu yang menarik minat peneliti.Teknik ini

  • 25

    digunakan oleh peniliti bila ingin melakukan studi pendahuluan untuk

    menemukan pokok permasalahan yang harus diteliti selain itu juga

    digunakan oleh peneliti untuk mengetahui hal-hal dari responden yang

    lebih mendalam dan dalam jumlah responden yang sedikit/kecil.

    Anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam

    menggunakan metode interview adalah sebagai berikut:

    1. Bahwa subyek (informan) adalah orang yang paling tahu tentang

    dirinya sendiri.

    2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peniliti adalah

    benar dan dapat dipercaya.

    3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

    diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang

    dimaksudkan oleh peneliti.

    Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah

    wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas tanpa

    menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan secara

    sistematis dan lengkap yang digunakan dalam pengumpulan datanya.

    Pedoman wawancara yang digunakan oleh penelitian ini hanya berupa

    garis besar atau poin-poin saja yaitu seperti sejarah desa, sejarah

    masuknya JED di Desa tersebut, paket yang ditawarkan,dan lain-lain.

    Wawancara tidak terstruktur dipilih agar mendapatkan informasi

    tentang banyak isu yang ada di JED maupun di setiap desa. Selain itu

    wawancara tidak terstruktur juga digunakan untuk mendapatkan

    informasi yang lebih dalam tentang responden dan dapat lebih banyak

  • 26

    mendengarkan apa yang diceritakan oleh informan. Meskipun tidak

    terstruktur tetapi setiap pertanyaan akan diajukan dengan tujuan yang

    jelas sesuai dengan latar belakang penelitian.

    Wawancara dilakukan secara face to face dan pada waktu responden

    tidak sedang dalam keadaan sibuk dan juga di lokasi yang nyaman.hal

    ini sangat berpengaruh terhadap jawaban yang diberikan responden,

    sehingga wawancara dapat berjalan efektif dan efisien.

    3.4.3 Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan cara

    mengumpulkan data dari literature, buku-buku atau referensi lainnya

    yang menyangkut penelitian ini, dimana data yang diambil merupakan

    data yang sifatnya mendukung bukan data utama.

    3.5 Teknik Penentuan informan

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara

    pengambilan purposive sampling. Purposive sampling dibagi menjadi dua

    yaitu informan pangkal dan informan kunci. Informan pangkal dalam

    penelitian ini adalah Koordinator JED Desa Pelaga, untuk mendapatkan

    informasi mengenai potensi yang dimiliki Desa Pelaga., sedangkan informan

    kunci adalah ketua Jaringan Ekowisata Desa ( JED). Penentuan informan

    kunci purposive sampling adalah berdasarkan kompetensi nyata yang dimiliki

    atau ahli dalam bidangnya, yang sangat berpengaruh dalam keakuratan data

    yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, informan kunci yang di tentukan

  • 27

    adalah ketua Jaringan Ekowisata Desa. Adapun pemilihan informan

    didasarkan pada :

    1. Informan memiliki pengetahuan yang begitu luas terhadap potensi

    ekowisata yang dimiliki Desa Pelaga.

    2. Informan memiliki pengetahuan yang luas tentang kegiatan wisatawan di

    Desa Pelaga

    Selain purposive sampling, penelitian ini juga menggunakan accidental

    sampling yang di tujukan bagi wisatawan, tujuannya adalah untuk mendapat

    informasi mengenai motivasi wisatawan. Sampel akan diambil secara acak

    dalam artian wisatawan yang datang diambil secara acak untuk diwawancara.

    Menurut Silalahi (2009,253) untuk populasi kecil (dibawah 1000), peneliti

    membutuhkan rasio pemilihan sampel sebesar 30 %. Dalam penelitian ini

    jumlah kunjungan rata-rata dalam setahun adalah sebesar 176, 8 dan dalam

    setiap bulan nya rata-rata kunjungan wisatawan adalah sebesar 15 wisatawan,

    sehingga 30 % dari jumlah kunjungan merupakan ukuran yang cukup akurat.

    3.6 Teknik Analisis Data

    Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Menurut

    Silalahi (2009) analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang

    diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan wujud kata-kata dan bukan

    rangkaian angka. Data ( dalam wujud kata-kata) mungkin telah dikumpulkan

    dengan aneka macam cara observasi, wawancara, intisari dokumen, pita

    rekaman dan biasanya diproses sebelum siap digunakan (melalui

    pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis).

  • 28

    Analisis kualitatif Menurut Miles dam Huberman dalam Silalahi

    (2009:339) disebutkan bahwa :

    kegiatan analisis kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi

    secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

    kesimpulan/verifikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data,

    penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu

    yang jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaktifpada saat

    sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar

    untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.

    Dalam proses reduksi data, kegiatan yang dimaksud adalah proses

    pemilihan , penyederhanaan, pengabstrakan, mengubah data-data kasar yang

    muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Kegiatan reduksi data terjadi

    terus menerus selama penelitian atau selama pengumpulan data terjadi

    tahapan reduksi yaitu membuat ringkasan, menelusuri tema, menulis memo,

    penggolongan, pembuangan data yang tidak diperlukan. Dalam penelitian ini

    kegiatan reduksi dilakukan semenjak pengumpulan data yaitu hasil

    wawancara dengan manajer JED maupun dengan koordinator JED di setiap

    desa.

    Kemudian dalam alur kedua adalah penyajian data, yaitu sekumpulan

    informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

    dan pengambilan tindakan. Melalui data yan disajikan, akan lebih muda

    melihat dan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus

    dilakukan. Dan dalam alur yang terakhir yaitu kegiatan penarikan kesimpulan

    / verifikasi. Ketika melakukan kegiatan pengumpulan data, setelah dilakukan

    proses reduksi dan penyajian data maka dalam penelitian ini akan dicoba

  • 29

    mengaitkan antara teori yang ada dengan data yang sudah melalui proses

    reduksi,sehingga dapat ditarik kesimpulan yang di verifikasi dengan teori

    yang ada.

  • 30

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Desa Pelaga, Desa Sibetan, dan Desa Tenganan

    a. Sejarah Desa Pelaga

    Sejarah Desa Pelaga berdasarkan monografi Desa Pelaga, pada

    jaman dahulu kala kira-kira pada abad IX, yaitu pada zaman

    pemerintahan dari Jaya Pangus sebagai Raja Bali, berdirilah sebuah

    Kerajaan Gegelang. Selain permaisuri raja juga mempunyai seorang selir.

    Dari seorang selir sang raja menurunkan seorang putra tertua, sedangkan

    dari permaisuri sang raja sendiri memiliki seorang putra yang lebih

    muda. Keluarga sang raja pada waktu itu sangat bahagia hingga putra-

    putra raja menginjak usia remaja. Melihat keadaan tersebut, sang raja

    berkeinginan untuk mengangkat salah satu putranya untuk menggantikan

    tahta ayahnya. Kemudian maksud tersebut sampailah kepada rakyat

    Gegelang, sehingga timbulah keresahan- keresahan di masyarakat

    Gegelang terhadap putra mana yang sebenarnya berhak menggantikan

    tahta ayahnya.Masyarakat kerajaan Gegelang sendiri sebagian besar

    cenderung untuk memilih putra raja dari permaisuri.

    Berita itu kemudian sampai pula didengar oleh putra raja yang

    pertama dan ia merasa tersinggung karena merasa disepelekan dan

    diremehkan. Sebagai seorang putra raja, putra yang pertamalah yang

    berhak menggantikan kedudukan ayahnya, tanpa memperhatikan

    keturunan permaisuri atau keturunan selir.Putra raja pertama tetap

    30

  • 31

    beranggapan bahwa dialah yang berhak menggantikan kedudukan

    ayahnya sebagai Raja Gegelang. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut

    maka harus menyingkirkan penghalang yang ada, yaitu dengan cara

    membunuh adiknya sendiri dari keturunan permaisuri.

    Kemudian putra raja pertama memanggil mahapatih kerajaan

    Gegelang untuk menyampaikan rencananya yang semula.Padahal

    hubungan kakak dan adik sebagai putra-putra raja sangatlah akrab,

    seolah-olah tidak ada niat jahat yang terkandung disalah satu pihak putra

    raja.Pada saat yang telah ditentukan, maka mahapatih diperintahkan

    untuk membunuh adiknya disebuah hutan.Mayat adiknya diseret dan

    diletakkan disamping sebuah pohon kayu lebat serta dikuburi oleh daun-

    daunan sehingga tidak terlihat.

    Setelah beberapa hari putra raja kedua tidak kelihatan di Puri, raja

    beserta permaisuri terus gelisah dan memuncak hingga menjadi suatu

    kepanikan.Alkisah pada suatu hari ada seorang pemburu yang

    kemalaman ditengah jalan.Pemburu menelusuri jalan yang sangat gelap

    dan penuh dengan semak-semak. Pemburu itu terlihat payah, maka sang

    pemburu memutuskan untuk tidur ditengah hutan. Pada saat menjelang

    pagi hari pemburu bermimpi mendengar sabda dari Dewa penguasa

    kuburan yang berbunyi hai pemburu dengarlah baik-baik sabdaku,

    dimana sekarang rajamu sedang dalam keadaan bingung karena telah

    kehilangan seorang putra yang disayanginya, hal tersebut dikarenakan

    putra raja telah mati terbunuh disebuah hutan.Kejadian itu dapat kamu

    ketahui dari kata-kata PA-RA-LA-GA yang artinya PA adalah putra Ida,

  • 32

    RA artinya Rekan Ida, LA artinya Lalang Duta, GA artinya Gegelang.

    Dari kata PA-RA-LA-GA dapat disimpulkan, Putra sang raja dari

    permaisuri telah mati terbunuh, yang dibunuh oleh kakaknya dari istri

    selir sang raja dan pelakunya adalah seorang mahapatih yang bernama

    Lalang Duta dan tempat pembunuhan terjadi di hutan alas Gegelang

    (Bahasa Bali). Hanya itulah sabdaku dan segeralah pulang serta laporkan

    pada raja. Maka sang pemburu bangun dari tidurnya dan bangkit

    melaporkan mimpi tersebut kepada raja.

    Mendengar cerita tersebut maka raja langsung memerintahkan pada

    para punggawa Mahapatih Gegelang serta diikuti oleh Kerajaan

    Gegelang pergi ke hutan guna mengecek kebenaran dari cerita sang

    pemburu. Ternyata memang benar cerita sang pemburu itu menjadi

    kenyataan. Putra sang raja ditemukan sudah menjadi mayat yang

    ditimbuni daun-daun disebuah pohon lebat yang telah lapuk. Raja pun

    bertambah murka kemudian memuncak menjadi naik pitam.Kemudian

    raja mengamuk, melihat keadaan tersebut rakyat Gegelang tidak berani

    mendekat.Sejak saat itu Kerajaan Gegelang mengalami kehancuran dan

    kemusnahan dari keturunannya.Berdasarkan hal tersebut lama-kelamaan

    dikalangan masyarakat sering membicarakan dua kata yaitu PA-RA-LA-

    GA dari mulut ke mulut.Dari kata-kata tersebut kemudian meningkat

    menjadi PARALAGA, selanjutnya berubah menjadi PELAGA yang

    hingga saat ini wilayah Kerajaan Gegelang disebut sebagai wilayah

    Pelaga. Kalau dihubungkan dengan wilayah Desa pelaga yang sekarang,

    maka nama Gegelang pada saat ini masih dikenal oleh masyarakat, hal

  • 33

    ini menandakan bahwa dulu Pura Pucak Gegelang merupakan sebuah

    pusat Kerajaan Gegelang, hal ini dapat dilihat dari pelinggih-pelinggih

    yang ada di Pura Pucak Gegelang, yaitu jaba tengah terdapat pelinggih

    pesinggahan Ratu Sakti sebagai Tameng-Dada sesuhunan di pura Pucak

    Gegelang ( Maha Patih Langlang Duta) Di Jeroan : terdapat dua

    pelinggih yaitu

    1. Saren Kanginan dengan satu pelinggih, yang merupakan sebuah

    meru tumpang tujuh.

    2. Saren Kaleran dengan sebuah pelinggih yang merupakan sebuah

    meru tumpang tiga.

    Peninggalan tertulis dari Pucak Gegelang ini masih disimpan di

    banjar Pangsaan dan Negara dalam keadaan yang sudah rapuh ( rusak ).

    ( Sumber: Profil Pembangunan Desa Pelaga tahun 2009 )

    b. Sejarah Desa Sibetan

    Tidak ada sumber yang jelas mengenai sejarah Desa Sibetan Banjar

    Dukuh secara pasti dan belum ada monografi secara tertulis mengenai

    sejarah Desa Sibetan Banjar Dukuh seperti yang dapat ditemui di Desa

    Pelaga. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak

    Sujana, beliau adalah kordinator JED untuk Desa Sibetan Banjar Dukuh.

    Sekitar 500 tahun yang lalu seorang dukun sakti yang bernama Jero

    Dukuh Sakti membuka sebuah lahan hutan menjadi pemukiman. Nama

    Dukun tersebutlah asal nama Banjar Dukuh. Jero Dukuh tersebut juga

    yang pertama kali menanam empat jenis tanaman yang sampai saat in

    menjadi tanaman khas dan menjadi mata pencaharian warga Desa

  • 34

    Sibetan Banjar Dukuh. Tanaman tersebut adalahSalak, Wani, Jaka

    Muding (sejenis palm seperti enau yang satu-satunya hanya ada di Bali),

    dan sumaga bali ( Jeruk Bali), Pura Batur dan batu yang menjadi Tempat

    pertapaan Jero Dukuh Sakti masih ada sampai saat ini dan menjadi

    sebagai salah satu lokasi yang sering dikunjungi wisatawan.

    (Sumber : Penelitian 2015)

    c. Sejarah Desa Tenganan

    Secara pasti tidak ada yang tau tentang sejarah berdirinya Desa

    Tenganan, hal tersebut disebabkan oleh terjadinya kebakaran di Desa

    Tenganan pada tahun 1841. Kebakaran tersebut menurut masyarakat

    Desa Tenganan pada awalnya bukan disebabkan oleh api tetapi hanya

    oleh asap yang berasal dari salah satu tempat yang kemudian asap

    tersebut menyebar kebangunan yang lain sampai akhirnya hampir seluruh

    bangunan yang ada di desa terbakar habis, hanya beberapa bangunan

    yang tersisa. Kejadian kebakaran itu terjadi pada siang hari sehingga

    tidak ada masyarakat yang meninggal namun segala prasasti yang ada

    dan juga segala benda-benda sejarah mengenai Desa tenganan juga ikut

    terbakar habis, sehingga masyarakat sudah tidak mengetahui lagi sejarah

    tentang berdirinya Desa Tenganan yang merupakan salah satu desa tertua

    yang ada di Bali. Setelah terjadi kebakaran pada tahun 1841, kemudian

    pada tahun berikutnya 1842 Desa Tenganan kembali dibangun.

    Masyarakat juga kembali membuat hukum adat dan peraturan-peraturan

    adat untuk di ikuti masyarakat.

  • 35

    Sejarah tentang berdirinya Desa Tenganan berikut adalah sejarah

    yang sesuai dengan ingatan masyarakat desa dimana secara turun

    temurun diceritakan kepada setiap generasi. Asal berdirinya Desa

    Tenganan pada awalnya adalah ketika Raja Bali kehilangan seekor kuda

    kesayangannya. Kemudia sang raja memerintahkan orang-orang untuk

    mencari kuda itu kemanapun dalam keadaan hidup ataupun mati.

    Kemudian seseorang yang bernama Wong Peneges akhirnya menemukan

    kuda raja tersebut dalam keadaan sudah mati. Wong Peneges inilah yang

    menjadi leluhur orang tenganan pendiri Desa Tenganan. Wong Peneges

    atas jasanya itu, maka ia dihadiahi oleh raja sesuatu yang tidak dapat

    dinilai dengan uang, yaitu raja memberikan tanah kepada Wong Peneges

    seluas sejauh mana bangkai kuda tersebut masih tercium. Leluhur orang

    tenganan tersebut adalah seorang yang bijaksana sehingga dia memotong

    bangkai kuda tersebut menjadi banyak bagian dan menjadi sangat luas

    mencapai 917,2 Ha. Setiap potongan kuda itu sampai saat ini masih ada

    berupa potongan batu. Setiap tempat itu dianggap masyarakat sebagai

    tempat yang suci. Demikianlah sejarah berdirinya Desa Tenganan,

    meskipun tahun pasti berdirinya tidak diketahui secara pasti namun ada

    beberapa versi cerita menyebutkan bahwa Desa Tenganan berdiri pada

    abad ke-8 dan ada juga versi yang menyebutkan berdiri pada abad ke-11.

    (Sumber : Penelitian 2015)

  • 36

    4.1.1 Sejarah Masuknya JED di Desa Pelaga, Desa Sibetan dan Desa

    Tenganan

    a. Desa Pelaga

    Pada tahun 1999 Yayasan Wisnu yaitu sebuah yayasan yang

    bergerak di bidang lingkungan hidup dan pemberdayaan

    masyarakat melakukan pemetaan terhadap beberapa desa di Bali ,

    yang dilihat memiliki potensi untuk dikembangkan. Yayasan

    Wisnu menemukan empat desa yang memiliki potensi dan bersedia

    untuk dikembangkan dan Desa Pelaga Banjar Kiadan merupakan

    salah satu desa tersebut.

    Yayasan Wisnu melakukan pertemuan-pertemuan dengan

    beberapa masyarakat dan melakukan sosialisasi.Maksud dan tujuan

    dari yayasan tersebut yaitu keinginan untuk mengembangkan

    agrowisata di desa itu.Pada saat itu mata pencaharian masyarakat di

    Desa Pelaga Banjar Kiadan adalah petani, sehingga mereka belum

    mengenal dan memahami konsep-konsep agrowisata yang

    dimaksud.Yayasan Wisnu mencoba membuat program yang

    partisipatif artinya melibatkan masyarakat secara langsung.Program

    tersebut dibahas bersama dengan masyarakat secara langsung

    sehingga aspirasi masyarakat juga tersalurkan.Dari program-

    program yang telah disusun, masyarakat di undang ke Jogjakarta

    untuk membahas program tersebut secara detail.Pertemuan tersebut

    menghasilkan gagasan mengenai pendirian JED, yaitu Jaringan

    Ekowisata Desa, dimana ekowisata adalah pengembangan

    pariwisata yang berbasis masyarakat, berwawasan lingkungan dan

  • 37

    bertanggung jawab terhadap keberlanjutannya.Dalam

    perkembangannya masyarakat diajak untuk melakukan pelatihan-

    pelatihan yang fasilitasi oleh JED. Pelatihan-pelatihan tersebut

    diantaranya adalah pelatihan TOT(Traning of Trainer). Pelatihan

    ini bertujuan untuk melatih pelatih artinya beberapa anggota

    masyarakat yang dianggap mampu dilatih untuk nantinya juga akan

    melatih masyarakat yang lain. Pelatihan ini dianggap efektif karena

    bukan hanya melatih masyarakat untuk memahami juga dilatih

    untuk memiliki kemampuan melatih, sehingga kedepan masyarakat

    mampu menambah tenaga-tenaga ahli dengan mandiri.Pelatihan

    yang juga dilakukan adalah CO (Community Organizing), yaitu

    untuk melatih masyarakat dalam kemampuan beroganisasi dengan

    baik dengan membangun sistem yang tertata, artinya setiap

    kelompok-kelompok masyarakat dilatih berdasarkan bagiannya

    masing-masing.misalnya untuk paket tracking menjadi tanggung

    jawab kelompok masyarakat A, untuk paket makan menjadi

    tanggung jawab kelompok masyarakat B, untuk penginapan

    menjadi tanggung jawab kelompok masyarakat C,dan lain-lain.

    Sehingga semua bisa berjalan berkesinambungan.Pelatihan yang

    juga dilakukan adalah PRA (Participatory Ruler Appraisal), yaitu

    melatih masyarakat untuk mampu mengajak orang lain untuk mau

    terlibat dan berpartisipasi dalam memberikan pendapat maupun

    masukan-masukan hal ini dianggap penting untuk proses

    pengembangan. Setelah pelatihan-pelatihan tersebut JED mulai

    beroperasi sejak tahun 2000 sampai saat ini.JED juga sangat

  • 38

    transparan kepada masyarakat mengenai hasil penjualan paket, dan

    persentase pembagian keuntungan.

    b. Desa Sibetan

    Pengembangan ekowisata di Desa Sibetan Banjar Dukuh,

    berbeda dengan di Desa Pelaga, Banjar Kiadan yang langsung di

    kembangkan oleh Yayasan Wisnu Pendiri JED.Pada tahun 1997

    sebuah yayasan yang bernama Yayasan Agro Wisata Dewata

    (YASTADEWA) pertama kali memasuki Desa Sibetan Banjar

    Dukuh.Setelah melihat potensi yang dimiliki Desa Sibetan Banjar

    Dukuh, yayasan tersebut menjadikan Desa Sibetan Bajar Dukuh

    sebagai Desa agrowisata. Mereka mencoba memperkenalkan

    agrowisata terhadap masyarakat desa tentang potensi yang mereka

    miliki dan cocok untuk dijadikan sebagai desa agrowisata. Pada

    saat itumata pencaharian yangdimiliki oleh masyarakat adalah

    sebagai petani sehingga mereka jugabelum memahami dan belum

    mengenal konsep-konsep agrowisata yang dimaksudkan oleh

    Yayasan Agro Wisata Dewata.

    Melihat keadaan masyarakat yang belum memahami konsep

    agrowisata , Yayasan Agrowisata Dewata pada saat itu membuat

    perencanaan dan konsep-konsep yang bisa diterapkan di Desa

    Sibetan Banjar Dukuh. Saat itu beberapa fasilitas dibangun untuk

    mendukung perkembangan desa yaitu membangun balai bengong(

    lokasi untuk mengadakan pertemuan masyarakat) dan juga

  • 39

    fasilitas-fasilitas lain. Namun dalam membuat perencanaan tersebut

    yayasan Yastadewa tidak partisifatif terhadap masyarakat, artinya

    masyarakat tidak dilibatkan secara langsung dalam membuat

    perencanaan, Yastadewa membuat sendiri perencanaan dan

    konsep-konsep sesuai dengan keinginan mereka yang menurut

    mereka baik untuk perkembangan desa, dan konsep yang mereka

    bentuk itu di serahkan kepada masyarakat untuk dilakukan.

    Program ini hanya berjalan kurang lebih dua tahun.Hal ini

    disebabkan oleh masyarakat tidak disertakan secara langsung

    dalam membuat perencanaan.Banyak kekurangan yang masih

    terjadi dalam program-program Yastadewa, baik dari sistem

    keuangan yang kurang melibatkan secara langsung masyarakat

    dalam membuat anggaran, maupun laporan keuangan yang

    transparan. Pada saat itu kegiatan agrowisata yang dilakukan

    Yastadewa dibiayai oleh sebuah yayasan yang bernama KEHATI (

    keanekaragaman Hayati). Yayasan ini bergerak dibidang

    keberlangsungan hayati yang ada di Indonesia.

    Pada tahun 1999 kemudian Yayasan Wisnu (yayasan yang

    melatar belakangi berdirinya JED) kemudian masuk ke Desa

    Sibetan.Merekamengadakan pertemuan langsung dengan

    masyarakat dalam membuat program-program dan perencanaan

    terkait dengan potensiyang dimiliki Desa.Kemudian program-

    program tersebut dibuatkan dalam bentuk proposaluntuk diajukan

    kembali ke Yayasan Kehati yang membantu dalam pendanaan

  • 40

    program tersebut. Melalui hasil pertemuan-pertemuan itu

    masyarakat desa juga membuat Strategy Plan dan untuk membahas

    Strategy Plan tersebut pada tahun 2001, masyarakat desa diundang

    ke Hotel Jayakarta di Yogyakarta.Pertemuan ini juga diikuti oleh

    Desa Pelaga dan juga Desa tenganan.Hasil pertemuan tersebut

    melahirkan program ekowisata desa, yaitu kegiatan pariwisata yang

    berbasis masyarakat, berwawasan lingkungan dan bertanggung

    jawab dalam keberlanjutannya.Itulah yang menjadi cikal bakal

    berdirinya JED.Hasil pembahasan di Yogjakarta kamudian

    ditindaklanjuti oleh masyarakan dengan mengadakan pelatihan-

    pelatihan yang dibutuhkan sama seperti yang di Desa Pelaga yaitu

    pelatihan TOT(Traning of Trainer), CO(Community Organizing),

    dan juga PRA (Participatory Ruler Appraisal). Kemudian juga

    masyarakat melakukan pemetaan pada Desa Sibetan seperti yang

    dilakukan di Desa Pelaga.Pada tahun 2000 JED mulai launching

    sampai saat ini.

    c. Desa Tenganan

    Desa tenganan pada dasarnya telaheksis menjadi daya tarik

    wisata sejak tahun 1980 bahkan jauh sebelum berdirinya JED. Desa

    ini menjadi daya tarik wisata diawali oleh beberapa peneliti asal

    Belanda yang datang ke Desa Tenganan pada tahun 1933, secara

    tidak langsung setiap orang yang melakukan penelitian di Desa

    Tenganan akan melakukan promosi tentang Desa Tenganan ke

    negara asal mereka. Sejak saat itu, banyak kunjungan-kunjungan

  • 41

    dari wisatawan mancanegara yang ingin melihat keadaan Desa

    Tenganan. Masyarakat setempat khususnya pemuda mulai

    memanfaatkan peluang tersebut. Banyak agen perjalanan wisata

    yang berdatangan membawa tamu mereka dengan memanfaatkan

    pemuda setempat sebagai guide lokal, wisatawan dibawa mengikuti

    jalur tracking yang sudah ada sejak saat itu. Namun penanganan

    yang dilakukan belum secara professional dikarenakan pemahaman

    mengenai pariwisata yang masih terbatas.

    Pada tahun 1999 Yayasan Wisnu melakukan pemetaan di

    Desa Tenganan seperti hal yang sama di Desa Pelaga dan Desa

    Sibetan. Para pemuda setempat yang pada saat itu aktif menangani

    tamu diajak untuk belajar tentang pengelolaan desa wisata dengan

    lebih serius. Pada saat itu, dikarenakan adanya peraturan dan

    hukum adat yang cukup ketat mengenai budaya luar yang masuk

    ke dalam Desa Tenganan maka pemuda terlebih dahulu diskusi

    dengan pemuka adat dan tokoh-tokoh penting di Desa Tenganan,

    dan setelah didiskusikan mereka setuju untuk mempelajari sistem

    pengelolaan secara professional bersama Yayasan Wisnu.

    Pemuda Desa Tenganan pada saat itu juga mengikuti

    pertemuan di Yogjakarta bersama dengan perwakilan dari Desa

    Sibetan dan DesaPelaga .Disana mereka juga pertama kali

    memahami konsep ekowisata desa yang sampai saat ini.sehingga

    mereka juga mengikuti program-program pelatihan seperti

    TOT(Traning of Trainer), CO(Community Organizing), maupun

  • 42

    PRA (Participatory Ruler Appraisal).Mengingat sejarah Desa

    Tenganan yang sudah menjadi daya tarik wisata bahkan sebelum

    JED berdiri. Hal itu menyebabkan banyak agen-agen wisata yang

    tetap membawa tamunya ke Desa Tenganan. Berbeda dengan desa

    lain yang sumber masuknya wisatawan ke desa hanya melalui JED,

    tetapi di Desa Tenganan banyak travel agen yang juga membawa

    wisatawan ke Desa Tenganan tanpa melalui JED. Namun demikian,

    wisatawan yang datang menggunakan agen-agen lain itu tidak

    dapat merasakan paket ekowisata selengkap yang ditawarkan JED.

    Sebab pemahaman melalui pelatihan-pelatihan yang dilakukan

    terhadap desa menghasilkan penanganan yang berbeda juga

    terhadap tamu, paket yang ditawarkan juga lebih menarik karena

    wisatawan dapat melihat secara utuh keseluruhan pola hidup

    masyarakat yang menarik.

    4.1.2Kondisi Geografis

    a. Desa Pelaga

    Desa Pelaga secara administratif termasuk wilayah

    Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Desa Pelaga terletak pada

    ketinggian berkisar antara 650-1.110 meter di atas permukaan laut.

    Desa Pelaga memiliki luas wilayah 3545,20 ha. Lokasi ini dapat

    ditempuh dengan jalan darat, jarak dari kota Denpasar 47 km atau 1

    jam perjalanan dan terletak 15 km dari kota Kecamatan Petang.

    Desa ini terletak diantara dua daerah tujuan wisata, yaitu objek

    wisata Bedugul dan objek wisata Kintamani.

  • 43

    Secara geografis Desa Pelaga memiliki batas-batas wilayah

    adalah sebagai berikut :

    1. Sebelah Utara : Hutan lindung milik negara / Pucak Mangu.

    2. Sebelah Selatan : Batas buatan (pal beton).

    3. Sebelah Timur : Sungai Bangkung

    4. Sebelah Barat : Pangkung Cengkedek

    Di dalam buku profil Desa Pelaga disebutkan bahwa desa

    administratif Desa Pelaga yang sekarang ini merupakan gabungan

    dari dua desa administratif yaitu Desa Pelaga dan Desa Tiyingan.

    Keadaan ini berlangsung dari tahun 1937 sampai tahun 1957,

    setelah tahun 1957 dua desa tersebut bergabung menjadi satu desa

    administratif yaitu Desa Pelaga yang ditunjang oleh delapan banjar

    dinas, delapan banjar adat dan delapan desa adat. Pada tahun 2007

    banjar dinas Auman Mekar menjadi satu banjar dinas persiapan

    serta ditetapkan definitif banjar yaitu Banjar dinas Bukit Munduk

    Tiying. Adapun nama-nama banjar dinas seperti Dusun/Banjar

    Dinas Pelaga, Dusun/Banjar Dinas Kiadan, Dusun/Banjar Dinas

    Nungnung, Dusun/Banjar Dinas Tinggan, Dusun/Banjar Dinas

    Bukian, Dusun/Banjar Dinas Semanik, Dusun/Banjar Dinas

    Tiyingan, Dusun/Banjar Dinas Auman, Dusun/Banjar Dinas Bukit

    Munduk Tiying. Desa Pelaga selain memiliki sembilam banjar

    dinas juga dibagi menjadi delapan banjar adat dimana masing-

    masing banjar adat mempunyai Tri kahyangan Jagat ( Pura Puseh,

    Pura baleagung dan Pura Dalem).

  • 44

    b. Desa Sibetan

    Desa Sibetan terletak di Kecamatan Bebandem, Kabupaten

    Karangasem. Desa Sibetan terletak pada ketinggian 400 sampai

    600 meter diatas permukaan laut dan luas wilayah Desa Sibetan

    adalah 146,9 ha. Lokasi Banjar Dukuh, Desa Sibetan dapat di

    tempuh dengan menggunakan jalur darat dari Kabupaten Karang

    Asem dengan jarak tempuh 25 km, dari Kecamatan Bebandem

    dengan jarak tempuh 12 km, dari pusat Desa Sibetan dengan jarak

    tempuh 5 km.

    Secara geografis desa ini memiliki batas-batas wilayah

    sebagai berikut:

    1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Karang Anyar

    2. Sebelah tiur berbatasan dengan Desa Telaga dan Pengautan

    3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Selumbung

    4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Duda Timur.

    c. Desa Tenganan

    Desa Tenganan terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten

    Karang Asem.Desa Karang Asem terletak pada ketinggian 50

    meter sampai 70 meter diatas permukaan laut. Luas wilayan Desa

    Tenganan adalah 917,2 hektar. Lokasi Desa Tenganan dapat di

    tempuh dengan jarak 65 km dari Kota Denpasar dan 3 km dari

    Candi Dasa. Secara Geografis, batas-batas wilayah yang dimiliki

    oleh Desa Tenganan adalah sebagai berikut :

  • 45

    1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Macang

    2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pesedahan

    3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bungaya, Desa

    Timrah, Desa Asak dan Desa Bug-Bug

    4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ngis

    4.1.3 Kondisi Iklim Desa

    a. Desa Pelaga

    Keadaan alam Desa Pelaga merupakan desa yang cukup

    lembab, dengan temperature rata-rata 20 C sampai dengan 30 C,

    dengan curah hujan rata-rata 1.471 cm per tahun.Arah angin yang

    datang dari arah Tenggara membawa musim kemarau yang

    biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan Oktober

    sedangkan dari arah Barat Laut membawa curah hujan yang terjadi

    pada bulan Oktober sampai dengan bulan April.

    b. Desa Sibetan

    Desa Sibetan terletak di daerah dataran tinggi sehingga

    menjadikan desa ini sehingga curah hujan di desa ini cukup tinggi

    mencapai 1.567 mm sampai 20.000 mm pertahun. Kelembaban

    udara dengan temperature rata-rata sekitar 20 sampai 30 C

    c. Desa Tenganan

    Desa Tenganan berada tidak jauh dari Pantai Candidasa,

    hanya saja lokasi Desa yang tepat di bawah bukit menjadikan cuaca

    di Desa ini tidak panas.Temperatur rata-rata di Desa Tenganan

  • 46

    mencapi 25 - 30 .Curah hujan di desa ini mecapai 200mm-

    225mm per tahun.

    4.1.4 Kependudukan

    a. Desa Pelaga

    Jumlah penduduk Desa Pelaga setiap tahunnya cenderung

    bertambah sedangkan luas wilayah tetap, sehingga kepadatan

    penduduk terus meningkat.Jumlah penduduk mempunyai pengaruh

    yang sangat penting dalam pertumbuhan dan pembangunan

    disegala bidang.Penduduk merupakan sumber daya manusia dan

    sebagai salah satu faktor penentu dalam keberhasilan

    pembangunan.Jumlah penduduk Desa Pelaga sampai akhir Tahun

    2009 sebanyak 5.885 orang.

    (sumber : Profil Pembangunan Desa Pelaga 2009)

    b. Desa Sibetan

    Hasil sensus penduduk terakhir yang dilakukan pada Tahun

    2013 jumlah penduduk Desa Sibetan, Banjar Dukuh sebanyak 567

    orang. Jumlah kepala keluarga di Desa Sibetan Banjar Dukuh

    adalah 154 KK Banjar Dinas dan 127 KK Banjar Adat. Terjadi

    perbedaan jumlah KK pada Banjar dinas dan Banjar Adat

    disebabkan oleh beberapa penduduk yang tinggal di daerah itu

    tidak terdaftar sebagai anggota Banjar Dukuh, namun mereka

    termasuk dalam penghitungan di Banjar Dinas.

  • 47

    c. Desa Tenganan

    Sampai dengan tahun 2013 penduduk Desa Tenganan

    berjumlah 680 warga, dan 230 KK, namun jumlah penduduk setiap

    tahun bertambah. Sistem banjar adat di desa ini berbeda dengan

    desa lain yang ada di bali, banjar adat di Desa Tenganan hanya ada

    1, yaitu Banjar Adat Tenganan sedangkan banjar dinas di bagi

    menjadi lima banjar, yaitu Banjar Pengeringsingan, Banjar Tukad,

    Banjar Kangin, Banjar Kauh, dan Banjar Gumung yang berfungsi

    dalam urusan administrasi masyarakat.

    4.2. Karakteristik Wisatawan yang berkunjung ke Desa Pelaga, Desa

    Sibetan, DesaTenganan

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ke tiga desa tersebut yaitu

    Desa Pelaga, Desa Sibetan, dan Desa Tenganan, juga berdasarkan survey

    yang dilakukan di kantor JED yang ada Kerobokan, Denpasar , kemudian

    juga berdasarkan data yang di peroleh dari customer data base yang dimiliki

    oleh Jaringan Ekowisata Desa ( JED), maka diperoleh jumlah kunjungan

    wisatawan yang berkunjung berdasarkan karakteristiknya adalah sebagai

    berikut :

  • 48

    4.2.1 Berdasarkan Karakteristik Geografi

    a. Desa Pelaga

    Wisatawan yang mengunjungi Desa Pelaga Banjar Kiadan

    berasal dari berbagai negara. Berikut adalah negara-negara asal

    wistawan yang pernah melakukan kunjungan wisata ke Desa

    Pelaga: Amerika Serikat, Australia, Thailand, Jepang, German,

    Canada, Belanda, Inggris, Perancis, Norwegia, Belgia, Filipina,

    Italia, Singapura, Malaysia, Kamboja, China,Polandia, Timorleste,

    Finlandia, Korea. Berikut adalah data kunjungan wisatawan

    berdasarkan karakteristik geografi dari Tahun 2009-2013:

    Tabel 4.1

    Karakteristik Geografi Wisatawan Desa Pelaga

    Tahun Jumlah Kunjungan

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    2009 113 12,78

    2010 162 18,32

    2011 186 21,04

    2012 209 23,64

    2013 214 24,20

    Total Kunjungan 884 100

    Sumber :HasilPenelitian 2014

    Berdasarkan data dari tabel diatas, total kunjungan wisatawan

    ke Desa Pelaga dari tahun 2009-2013 berjumlah 884, berikut

    adalah data asal negara wisatawanyang paling banyak mengunjungi

    Desa Pelaga dari tahun 2009-2013 :

  • 49

    Tabel 4.2

    Kunjungan Wisatawan Terbanyak Berdasarkan asal Negara

    Tahun Negara Jumlah

    Kunjungan

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    2009 Prancis 28 24,7

    2010 Prancis 52 32,09

    2011 Indonesia 63 33,8

    2012 Indonesia 84 40,1

    2013 Korea 58 27,1

    Sumber :HasilPenelitian 2014

    Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2009 jumlah kunjungan

    wisatawan terbanyak berasal dari negara Perancis dengan total

    kunjungan sebesar 28, dan pada tahun 2010 jumlah wisatawan

    terbanyak masih berasal dari Negara Perancis yaitu sebanyak 52

    wisatawan, sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 jumlah

    kunjungan wisatawan terbanyak adalah wisatawan domestik yaitu

    wisatawan Indonesia dengan jumlah kunjungan sebanyak 63

    wisatawan, pada tahun 2011 dan 84 wisatawan pada tahun 2012,

    kemudian pada tahun 2013 jumlah kumjungan wisatawan

    terbanyak berasal dari Negara Korea sebanyak 58 wisatawan.

    Sesuai dengan hasil wawancara yang di lakukan dengan

    koordinator JED dan juga melihat customer data base yang ada,

    wisatawan terbanyak berasal dari Benua Eropa pada tahun 2009

    dan 2010.Mereka merupakan wisatawan yang datang secara

    individual bukan dalam kelompok. Mereka berkunjung dalam

    rangka merayakan bulan madu dan untuk menikmati keindahan

    alam dan juga kebudayaan yang ada di Desa Ekowisata Pelaga.

    Berbeda dengan tahun 2011 dan 2012 pengunjung terbanyak

  • 50

    adalah wisatawan domestik, mereka datang secara berkelompok

    dalam mengikuti berbagai program dan tujuan tertentu, misalnya

    melakukan studi banding.

    b. Desa Sibetan

    Wisatawan yang mengunjungi Desa Sibetan Banjar Dukuh

    berasal dari berbagai negara di seluruh dunia. Negara-negara asal

    wisatawan tersebut yaitu Australia, Jepang, USA, Belgia, Hawai,

    Inggris, Norwegia, Malaysia, New Zealand, Singapura, Perancis,

    Estonia, Thailand, Canada, Jerman, Belanda, Finlandia, Spanyol,

    Timor Leste, Taiwan. Berikut adalah data kunjungan wisatawan

    berdasarkan karakteristik geografu dari tahun 2009-2013:

    Tabel 4.3

    Karakteristik Geografi Wisatawan Desa Sibetan

    Tahun Jumlah

    Kunjungan

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    2009 42 32,6

    2010 26 12,5

    2011 35 16,8

    2012 31 14,9

    2013 48 23,1

    Total

    Kunjungan

    208 100

    Sumber : HasilPenelitian 2014

    Berdasarkan data pada tabel di atas, total kunjungan

    wisatawan ke Desa Sibetan Banjar Dukuh dari tahun 2009 2013

    berjumlah 208 wisatawan. Berikut adalah data asal negara

    wisatawanyang paling banyak mengunjungi Desa Sibetan dari

    tahun 2009-2013 :

  • 51

    Tabel 4.4

    Kunjungan Wisatawan Terbanyak Berdasarkan asal Negara

    Tahun Negara Jumlah

    Kunjungan

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    2009 Australia 8 19,04

    2010 Prancis 10 38, 4

    2011 Amerika 14 40

    2012 Finlandia 6 19,3

    2013 Timor Leste 10 20,8

    Sumber :HasilPenelitian 2014

    Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2009 jumlah kunjungan

    wisatawan yang paling banyak berasal dari Negara Australia yaitu

    sebanyak 8 orang dari total kunjungan 2009 sebesar 68 wisatawan.

    Pada tahun 2010 wisatawan yang paling banyak mengunjungi

    Desa Sibetan berasal dari Negara Perancis sebanyak 10 orang dari

    total wisatawan 2010 sebanyak 26 orang. Pada tahun 2011 jumlah

    kunjungan wisatawan yang paling banyak berasal dari Negara

    Amerika sebanyak 14 orang total dari jumlah kunjungan wisatawan

    pada tahun 2011 sebesar 35 orang. Pada tahun 2012, jumlah

    kunjungan wisatawan yang paling banyak berasal dari Negara

    Finlandia, dan pada tahun 2013 jumlah kunjungan wisatawan yang

    paling banyak berkunjung berasal dari Negara Timor Leste

    sebanyak 10 orang wisatawan dari total kunjungan 2013 sebanyak

    48 orang wisatawan.

    Jenis wisatawan yang mengunjungi Desa Sibetan Banjar

    Dukuh, hampir sama dengan jenis wisatawan yang berkunjung ke

    Desa Pelaga, hanya saja jika dilihat secara geografis wisatawan

  • 52

    yang mengunjungi Desa Sibetan Banjar Dukuh mayoritas berasal

    dari negara-negara di luar Asia, yaitu australia, Perancis, Amerika,

    dan Finlandia dan kebanyakan wisatawan tersebut datang secara

    individu, mereka memang memiliki keinginan untuk menikmati

    alam yang ada di Desa Sibetan. sedangkan pada tahun 2013 jumlah

    kunjungan terbanyak berasal dari Negara Timor Leste dan mereka

    datang secara berkelompok yaitu untuk mengikuti program-

    program dari organisasi maupun perusahaan tempat mereka

    bekerja.

    c. Desa Tenganan

    Wisatawan yang mengunjungi Desa Tenganan juga berasal

    dari berbagai negara di seluruh dunia. Negara asal wisatawan yang

    pernah melakukan kunjungan negara ke Desa Tenganan yaitu

    Australia, Jepang, Jerman, Amerika Serikat, Kanada, Perancis,

    Singapura, Hawai, Belgia, Norwegia, Malaysia, Thailand, Timor

    Leste, Belanda, China, Finlandia, Swiss, Taiwan, dan Korea.

    Berikut adalah data kunjungan wisatawan ke Desa Tenganan,

    Berdasarkan karakteristik geografi dari tahun 2008 2013:

  • 53

    Tabel 4.5

    Karakteristik Geografi Wisatawan di Desa Tenganan

    Tahun Jumlah Kunjungan

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    2009 164 28,7

    2010 68 11,9

    2011 94 16,4

    2012 124 21,7

    2013 121 21,1

    Total Kunjungan 571 100

    Sumber : HasilPenelitian 2014

    Berdasarkan tabel di atas, total kunjungan wisatawan ke Desa

    Tenganan dari tahun 2009-2013 bejumlah 571 wisatawan. Berikut

    adalah data asal negara wisatawanyang paling banyak mengunjungi

    Desa Tenganan dari tahun 2009-2013 :

    Tabel 4.6

    Kunjungan Wisatawan Terbanyak Berdasarkan asal Negara

    Tahun Negara Jumlah

    Kunjungan

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    2009 Norwegia 27 16,4

    2010 Timor Leste 10 14,7

    2011 Thailand 31 32,9

    2012 Indonesia 83 66,9

    2013 Indonesia 60 49,5

    Sumber :HasilPenelitian 2014

    Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2009 wisatawan yang

    paling banya mengunjungi Desa Tenganan berasal dari Negara

    Norwegia yaitu sebanyak 571 orang. Pada tahun 2010 wisatawan

    paling banyak berkunjung berasal dari Negara Timor Leste yaitu

  • 54

    sebanyak 10 orang, kemudian pada tahun 2011 wisatawan yang

    paling banyak mengunjungi Desa Tenganan berasal dari Negara

    Thailand berjumlah 31 orang. Namun pada tahun 2012 dan 2013

    wisatawan yang paling banyak mengunjungi Desa Tenganan adalah

    wisatawan domestik, yaitu warga Indonesia yang berasal dari luar

    Pulau Bali.

    Berbeda dengan desa lain, di Desa Tenganan setiap tahunnya

    wisatawan yang paling banyak melakukan kunjungan wisata baik

    itu Negara Asia maupun di luar Asia adalah dalam bentuk

    berkelompok, meskipun wisatawan yang datang secara individual

    tetap ada. Hal ini dikarenakan jenis paket yang disediakan di Desa

    Tenganan tidak menyediakan paket overnight (menginap di desa)

    bagi wisatawan yang berkunjung. Sesuai dengan hukum adat yang

    berlaku di desa, selain masyarakat asli Desa Tenganan tidak ada

    yang boleh menginap di desa tersebut.Hal ini dilakukan untuk

    menjaga budaya lokal agar tidak terpengaruh dengan budaya

    asing.Oleh sebab peraturan tersebut, wisatawan yang datang

    kebanyakan dalam kelompok dan mengikuti paket yang dapat

    dihabiskan dalam waktu satu hari saja.

    4.2.2 Berdasarkan Karakteristik Sosio-demografi

    Dari data yang diperoleh melalui buku tamu Desa Ekowisata

    Pelaga dan juga hasil wawancara langsung dengan wisatawan,

    karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa Ekowisata Pelaga

    berdasarkan sosio demografi wisatawan adalah sebagai berikut :

  • 55

    4.2.2.1 Berdasarkan Jenis Kelamin

    a. Desa Pelaga

    Tabel 4.7

    Berdasarkan Jenis Kelamin

    No. Jenis kelamin Jumlah Persentase

    (%)

    1 Laki-laki 15 60

    2 Wanita 10 40

    Total 25 100

    Sumber: Hasil Penelitian 2014

    Adapun pembahasan dari data diatas adalah :

    Persentase total wisatawan Pria adalah 60 % dan

    persentase wisatawan wanita adalah 40 % . Wisatawan pria

    maupun wanita yang berkunjung ke Desa Ekowisata Pelaga

    adalah mereka yang masih lajang dan ada juga yang sudah

    berkeluarga.

    Data tersebut menunjukkan bahwa wisatawan yang

    paling banyak berkunjung ke Desa Ekowisata Pelaga adalah

    laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh jenis kegiatan wisata

    ditawarkan adalah adventure,yaitu mengelilingi desa dan

    perkebunan milik masyarakat. Kegiatan ini membutuhkan

    stamina yang cukup, Sehingga wisatawan pria akan lebih

    tertarik dibanding wisatawan wanita. Disamping itu

    wisatawan pria pada umumnya lebih berani dibanding

    wisatwan wanita untuk tinggal bersama-sama dengan warga

    setempat, sehingga wisatawan wanita yang memilih untuk

  • 56

    mengunjungi dan tinggal di rumah-rumah warga biasanya

    selalu bersama pasangannya ataupun bersama rombongan.

    b. Desa Sibetan

    Tabel 4.8

    Berdasarkan Jenis Kelamin

    No. Jenis kelamin Jumlah Persentase

    (%)

    1 Laki-laki 15 55,5

    2 Wanita 12 44,4

    Total 27 100

    Sumber: Hasil Penelitian 2014

    Pembahasan dari diatas adalah :

    Persentase dari jumlah wisatawan pria yang

    mengunjungi Desa Sibetan Banjar Dukuh adalah 55,5% dari

    total wisatawan, dan persentase jumlah wisatawan wanita

    adalah 44,4% dari jumlah total wisatawan yang berkunjung.

    Wisatawan yang berkunjung ke Desa Sibetan kebanyakan

    adalah wisatawan lajang.

    Dari data di atas terlihat bahwa jumlah yang paling

    banyak mengunjungi Desa Sibetan adalah laki-laki.Hal

    yang sama juga terjadi dengan yang ada di Desa Pelaga

    Banjar Kiadan, yaitu persentase tersebut dipengaruhi oleh

    jenis kegiatan wisata yang ditawarkan adalah berupa

    adventureyaitu, melakukan kegiatan tracking di Banjar

    Dukuh untuk melihat langsung perkebunan milik

    masyarakat dan melihat keindahan alam yang ada di Desa

  • 57

    Sibetan Banjar Dukuh. Di Desa Sibetan juga wisatawan di

    ijinkan untuk tinggal di rumah-rumah warga. Dalam hal ini

    wisatawan pria pada umumnya akan lebih berani jika

    dibandingkan dengan wisatawan wanita. Kebanyak wanita

    yang memilih paket untuk tinggal di rumah masyarakat

    adalah jika mereka tinggal bersama dengan teman

    seperjalanannya, namun pada wisatawan pria hal tersebut

    tidak terlalu berpengaruh meskipun hanya sendiri.

    c. DesaTenganan

    Tabel 4.9

    Berdasarkan Jenis Kelamin

    No. Jenis kelamin Jumlah Persentase

    (%)

    1 Laki-laki 7 36,8

    2 Wanita 12 63,1

    Total 19 100

    Sumber: Hasil Penelitian 2014

    Pembahasan data diatas adalah :

    Persentase dari jumlah wisatawan pria yang

    mengunjungi Desa Tenganan adalah 36% dari total jumlah

    wisatawan yang datang sedangkan persentase jumlah

    wisatawan wanita adalah 63,1% dari keseluruhan total

    jumlah wisatawan yang datang.

    Data tersebut menunjukkan bahwa di desa persentase

    jumlah wisatawan yang paling mengunjungi adalah

    wisatawan wanita, ini berbeda dengan di desa yang lain. Hal

    tersebut di Pengaruhi oleh kegiatan wisata yang dilakukan

  • 58

    di Desa Tenganan berbeda dengan yang ada di desa lain.

    Wisatawan diajak untuk mengelilingi desa dan melihat

    semua kebudayaan masyarakat lokal yang masih cukup

    steril dari pengaruh budaya luar, bentuk kegiatan wisata ini

    tidak membutuhkan staminaseperti melakukan tracking di

    alam. Selain itu di Desa Tenganan terdapat satu kebudayaan

    unik yang tidak dimiliki desa lain, yaitu orang asing diluar

    masyarakat setempat tidak di perbolehkan untuk menginap

    di Desa Tenganan baik itu wisatawan lokal maupun

    wisatawan asing. Hal ini diberlakukan sesuaiperaturan adat

    desa dengan tujuan untuk memproteksi masyarakat dari

    pengaruh budaya luar, peraturan tersebut kemungkinan

    berpengaruh pada jumlah kunjungan wisatawan yang

    didominasi oleh wisatawan wanita, berbeda dengan didesa

    sebelumnya dimana wisatawan pria pada umumnya akan

    lebih berani untuk menginap di desa meskipun hanya

    sendiri , namun di desa ini wisatawan wanita akan

    cenderung lebih berani meskipun hanya sendiri sebab tidak

    ada tujuan untuk menginap.

    Hasil studi yang dilakukan TIES (The International

    Ecotourism Society) mengenai pemetaan karakteristik sosio-

    demografis di berbagai negara, berdasarkan jenis kelamin,

    sebesar 50 % ekowisatawan adalah wisatawan perempuan,

    meskipun distribusinya berbeda berdasarkan kegiatan

    wisata, yang artinya ekowisata bukan lagi dominasi kaum

    laki-laki, kepedulian dan kebutuhan pada lingkungan alam

    juga menjadi karakteristik perempuan (Damanik, 2006).

  • 59

    Secara keseluruhan, Karakterisitik sosio-demografis

    berdasarkanjenis kelamin di JED sebesar 52,1 % adalah

    wisatawan laki-laki, yang artinya saat ini persentase jumlah

    kunjungan perempuan di JED tidak jauh berbeda dengan

    hasil penelitian yang dilakukan TIES.

    4.2.2.2 Berdasarkan Umur

    a. Desa Pelaga

    Tabel 4.10

    Berdasarkan Umur Wisatawan

    No

    Usia

    (Tahun)

    Jumlah

    (orang)

    Persentase

    (%)

    1 10 20 10 40

    2 20 30 8 32

    3 30 40 4 16

    4 40 50 1 4

    5 50 ke atas 2 8

    Total 25 100

    Sumber : Hasil Penelitian 2014

    Sesuai data di atas, pengunjung dengan usia (10 20

    tahun) merupakan jumlah wisatawan paling banyak

    mengunjungi Desa Ekowisata Pelaga sebesar 40 % dari

    total keseluruhan kunjungan.Kemudian jumlah pengunjung

    dengan usia (2030 tahun) merupakan jumlah paling

    banyak kedua yaitu sebesar 32 %. Kunjungan dengan usia

    (3040 tahun) semakin menurun yaitu sebesar 16 %.

    Pengunjung dengan usia (40-50 tahun) adalah yang paling

  • 60

    sedikit yaitu 4 % sedangkan usia (50-tahun ke atas) hanya

    sebesar 8 % dari total seluruh kunjungan.

    Berdasarkan jumlah kunjungan di atas dapat terlihat

    bahwa wisatawan yang paling banyak mengunjungi Desa

    Ekowisata Pelaga adalah wisatawan yang masih muda.

    Karena jenis wisata yang disuguhkan di Desa Ekowisata

    Pelaga adalah berupa aktivitas adventure yang

    membutuhkan tenaga yang energik. Wisatawan akan diajak

    mengelilingi desa dan juga daerah perkebunan yang ada di

    desa tersebut. Namun demikian jenis aktivitas yang

    demikian tidak menutup kemungkinan wisatawan yang

    cukup tua untuk mengikuti jenis wisata yang disuguhkan.

    b. Desa Sibetan

    Tabel 4.11

    Berdasarkan Umur Wisatawan

    No

    Usia

    (Tahun)

    Jumlah

    (orang)

    Persentase

    (%)

    1 10 20 3 11,1

    2 20 30 6 22,2

    3 30 40 8 29,6

    4 40 50 4 14,8

    5 50 ke atas 6 22,2

    Total 27 100

    Sumber : Hasil Penelitian 2014

    Sesuai dengan data di atas , wisatawan dengan usia

    antara 30 40 tahun merupakan wisatawan yang paling

  • 61

    banyak mengunjungi Desa Sibetan Banjar Dukuh yaitu

    sebesar 29,6 % dan paling banyak kedua adalah wisatawan

    dengan usia antara 20 sampai 30 tahun dan wisatawan

    dengan usia diatas 50 tahun sebanyak 22,2 persen. dalam

    usia 40 sampai 50 tahun mencapai 14,98 % dan kisaran usia

    antara 10 sampai 20 tahun adalah 11,1 %.

    Persentasi jumlah kunjungan berdasarkan usia di atas

    terlihat bahwa wisatawan yang paling banyak mengunjungi

    Desa Sibetan adalah usia yang masih muda atau masih

    dalam usia produktif. Hal tersebut dapat disebabkan karena

    jenis kegiatan wisata di berupa aktivitas tracking di daerah

    perkebunan milik warga bahkan saat ini sudah ada paket

    cycling mengelilingi Desa Sibetan Banjar Dukuh. Kegiatan-

    kegiatan tersebut membutuhkan tenaga yang cukup.

    Wisatawan dengan usia antara 17 sampai 30 tahun masih

    cukup bugar dan kuat untuk melakukan jenis wisata yang

    disuguhkan. Oleh sebab itu, wisatawan yang paling banyak

    mengunjungi desa ini adalah wisatawan yang masih dalam

    usia produktif.

    c. Desa Tenganan

    Tabel 4.12

    Berdasarkan Umur Wisatawan

    No

    Usia

    (Tahun)

    Jumlah

    (orang)

    Persentase

    (%)

    1 10 20 2 10,5

  • 62

    2 20 30 3 15,7

    3 30 40 3 15,7

    4 40 50 6 31,5

    5 50 ke atas 5 26,3

    Total 19 100

    Sumber : Hasil Penelitian 2014

    Berdasarkan data di atas, wisatawan dengan usia 40

    sampai 50 tahun adalah wisatawan yang paling banyak

    mengunjungi Desa Tenganan yaitu mencapai 31,5 %.

    Kemudian wisatawan pada usia 50 tahun keatas mencapai

    26,3 %. Pada usia antara 30 sampai 40 tahun dan usia antara

    20 sampai 30 tahun mencapai 15,7 %, dan yang paling kecil

    adalah wisatawan dengan usia antara 10 sampai 20 tahun

    yaitu 10,5 %.

    Sesuai dengan persentase di atas dapat dilihat bahwa

    usia yang paling banyak mengunjungi Desa Tenganan,

    adalah wisatawan berusia menengah/produktif. Hal ini

    dapat disebabkan oleh jenis wisata yang ditawarkan di Desa

    Tenganan yang kemungkinan besar lebih menarik minat

    wisatawan dengan usia tersebut. Paket tracking yang

    ditawarkan di Desa Tenganan adalah mengelilingi desa dan

    melihat kehidupan masyarakat serta kebudayaan mereka

    yang unik. Wisatawan juga diajak untuk melihat pembuatan

    kain Gringsing yaitu sejenis kain handmade yang satu-

    satunya hanya ada di Indonesia. Wisatawan juga diajak

  • 63

    untuk menulis di daun lontar sambil mempertunjukkan hasil

    karya masyarakat yang ada di Desa Tenganan. Jenis paket

    wisata tersebut tidak membutuhkan tenaga yang banyak,

    dan juga jenis wisata ini di desa ini adalah wisata budaya.

    Sehingga wisatawan pada usia yang lebih tua akan lebih

    tertarik untuk menikmati jenis wisata yang ada di desa ini.

    Hasil studi mengenai karakteristik sosio-demografis

    berdasarkan usia wisatawan yang dilakukan oleh TIES,

    wisatawan ekowisata pada umumnya berusia

    menengah/produktif atau berkisar antara 35-34 tahun,

    meskipun ada variasi usia berdasarkan jenis kegiatan

    wisata. Di ketiga desa yang tergabung dalam JED,

    wisatawan dengan usia produktif atau berkisar antara 20-30

    tahun adalah wisatawan yang paling banyak berkunjung

    yaitu sebesar 23,9 %, namun jumlah wisatawan dengan usia

    menengah/produktif juga hampir sebanding dengan usia

    produktif yaitu sebesar 21,1 %, yang artinya hasil penelitian

    TIES tersebut masih sesuai dengan karakteristik

    ekowisatawan di JED.

  • 64

    4.2.2.3 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Wisatawan

    a. Desa Pelaga

    Tabel 4.13

    Berdasarkan Tingkat Pendidikan Wisatawan

    No Tingkat Pendidikan Jumlah

    (Orang)

    Persentase

    (%)

    1 SD / Elemetary School - -

    2 SMP / Junior High

    School

    - -

    3 SMA / Senior High

    School

    - -

    4 University 25 100

    Total 25 100

    Sumber : Hasil Penelitian 2014

    Berdasarkan data di atas semua wisatawan yang

    mengunjungi Desa Ekowisata Pelaga adalah wisatawan yang

    memiliki tingkat pendidikan lulusan universitas maupun

    sedang duduk dibangku kuliah. Tingkat pendidikan

    wisatawan mempengaruhi motivasi wisatawan dalam

    memilih destinasi yang dikunjungi. Mereka akan memilih

    destinasi tidak hanya untuk berlibur melainkan juga

    mendapat kesempatan untuk belajar.

    Cara pandang wisatawan terhadap destinasi yang

    mereka kunjungi juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

    wisatawan tersebut. Wisatawan akan datang bukan hanya

    sekedar berlibur saja, mereka akan mempelajari kebudayaan

    lokal yang ada di Desa Ekowisata Pelaga, mereka akan juga

  • 65

    akan mempelajari cara hidup masyarakat. Banyak dari

    wisatawan yang datang ke Desa Ekowisata Pelaga memang

    dengan tujuan untuk belajar dan melihat langsung gaya hidup

    masyarakat disana

    b. Desa Sibetan

    Tabel 4.14

    Berdasarkan Tingkat Pendidikan Wisatawan

    No Tingkat Pendidikan Jumlah

    (