Upload
vonga
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekolah diharapkan menjadi rumah kedua bagi
para siswa dan orang tuanya. Orang tua tentunya akan
memilih sekolah bagi anaknya dengan mempertim-
bangkan keamanan, kenyamanan dan mutu
pendidikannya. Mutu pendidikan meliputi bagaimana
lembaga pendidikan mampu memenuhi kebutuhan
pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku
bukan hanya dilihat dari kualitas output lulusannya
(Mulyasa, 2012; 177). Pelanggan yang dimaksud dalam
hal ini khususnya adalah orang tua.Dalam
meningkatkan mutu pendidikan demi memenuhi
harapan pelanggan untuk meningkatkan prestasi
lulusan peserta didik maka sekolah juga harus
senantiasa meningkatkan lingkungan belajar yang
mendukung proses belajar para siswa sesuai dengan
standar yang berlaku.
Mutu pengelolaan pendidikan dan pembelajaran
disekolah saat ini merupakan tanggung jawab besar
masing-masing sekolah. Diterapkannya sistem desen-
tralisasi pada bidang pendidikan dimaknai sebagai
bentuk pelimpahan sebagian kewenangan dan tugas
pemerintah pusat untuk dilaksanakan ditingkat lokal
2
atau daerah yang berujung pada penerapan manajemen
berbasis sekolah (MBS). Hal ini seperti yang telah
diatur oleh pemerintah dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
51 ayat 1 yang menyatakan bahwa pengelolaan satuan
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan
standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah/ madrasah. Dengan demikian, jelas
dinyatakan bahwa demi tercapainya peningkatan mutu
yang diharapkan maka sekolah perlu memahami dan
melaksanakan prinsip dan karakteristik MBS atau yang
kini disebut dengan Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah (MPMBS).
Terdapat tiga pilar MBS yaitu Manajemen
Sekolah, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) serta Peran Serta
Masyarakat.Pada pilar ketiga, peran serta masyarakat
dalam satuan pendidikan diwadahi melalui komite
sekolah.Komite sekolah meliputi orang tua dan
stakeholder lainnya.Secara normatifKomite Sekolah
semestinya menjalankan empat fungsinya yaitu fungsi
sebagai pemberi pertimbangan dalam pengambilan
keputusan, fungsi kontrol dan akuntabilitas publik,
fungsi pendukung, serta fungsi mediator antara
sekolah dengan masyarakat yang diwakilinya (Rodliyah,
2013: 43). Namun dari beberapa penelitian
3
(Armansayah, 2009, Gelgel, 2005, Junaedi, 2011,
Larasati, 2009, Mulyono, 2014) pada kenyataanya
masih banyak ditemukan komite sekolah yang belum
maksimal menjalankan fungsi dan perannya. Sehingga
saat ini mulai bermunculan kembali pola-pola
partisipasi sekolah yang langsung kepada orang tua
yang dianggap sebagai bagian dari masyarakat.Pola
atau model partisipasi orang tua di sekolah sering juga
menggunakan istilah seperti parent participation, parent
involvement, home-school connection, home-school
participation atau family-school relationships (Greenfield
2003:2). Berdasarkan model partisipasi orang tua
tersebut, penelitian ini juga akan berfokus pada salah
satu model partisipasi orang tua secara langsung di
sekolah.
Pola atau model partisipasi orang tua di sekolah
muncul karena adanya kesadaran bahwa sebenarnya
setiap orang tua memiliki peran yang sangat besar pada
pendidikan anaknya. Orang tua merupakan pendidik
pertama dan utama bagi putra-putri mereka. Mereka
adalah pihak yang harus bertanggung jawab atas
pemberian bimbingan belajar, kedisiplinan dan
karakter anak mereka. Dalam hal ini sekolah adalah
pihak lembaga yang dipercaya membantu menjalankan
peran orang tua dalam lingkungan sosial masyarakat.
Melihat hal tersebut, kemitraan yang harmonis antara
sekolah dan orang tua dalam mendidik putra putri
4
mereka menjadi sesuatu yang mutlak untuk
dilaksanakan. Faktanya seringkali fokus pembicaraan
pendidikan hanya terfokus pada para siswa dan guru
serta komite yang menjadi perwakilan masyarakat.
Padahal peran orang tua dalam keterlibannya
mendukung program-program sekolah dapat mempe-
ngaruhi keefektifan sekolah dalam peningkatan mutu
penyelenggaraan pendidikannya (Mulyasa 2012: 76).
Kualitas pendidikan di sekolah akan meningkat
jika terdapat kerjasama yang baik dengan orang tua
dalam mendidik anaknya melalui dukungan dana,
pemikiran dan tenaga. Maka demi terciptanya
penyelenggaraan proses pendidikan yang bermutu di
sekolah, hendaknya tercipta komunikasi harmonis yang
tidak hanya terkait dengan pembiayaan namun juga
perkembangan peserta didik serta komunikasi edukatif
yang berujung pada pemecahan masalah bersama.
Komunikasi tersebut tidak hanya terjadi dengan
komunikasi satu arah dari sekolah ke orang tua, tetapi
harus ada komunikasi dua arah atau timbal balik
antara sekolah dan pihak terkait terutama orang tua
atau masyarakat di lingkungan sekolah sehingga terjadi
keselarasan atau keharmonisasian hubungan antara
sekolah dan orang tua. Hal ini didukung oleh
pernyataan Mulyasa (2012: 76) bahwa melalui
hubungan yang harmonis tersebut, diharapkan
tercapai tujuan hubungan sekolah dengan orang tua,
5
yaitu terlaksannya proses pendidikan disekolah secara
produktif, efektif dan berkualitas. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan di
sekolah akan meningkat jika sekolah memiliki jalinan
kemitraan dengan orang tua yang harmonis pula.
Kemitraan yang berlangsung antara sekolah
dengan orangtua diharapkan menjadi sarana
mewujudkan pengawasan, pemberian dukungan baik
tenaga maupun sarana dan prasarana serta dukungan
pada program sekolah dan komite sekolah yang
diadakan. Bagi sekolah keterlibatan orang tua di
sekolah memiliki manfaat yaitu memperbaiki iklim
sekolah, meningkatkan kualitas sekolah, dan
mengurangi masalah kedisiplinan. Pada saat ini,
program kemitraan sekolah dengan keluarga dan
masyarakat telah diatur oleh pemerintah dalam wujud
program pendidikan keluarga. Program kemitraan
sekolah dengan masyarakat dan keluarga dalam wujud
program pendidikan keluarga ini bertujuan untuk
menjalin kerjasama dan keselarasan program
pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat
dalam membangun ekosistem pendidikan yang
kondusif untuk menumbuh kembangkan karakter dan
budaya berprestasi pada peserta didik (Kemendikbud,
2016: 17).
Komunikasi dan informasi merupakan kunci
keberhasilan dalam menjalin kemitraan antara sekolah,
6
keluarga, dan masyarakat. Oleh sebab itu, perlu
dirancang media-media yang dapat dimanfaatkan
sebagai jaringan komunikasi antara ketiga pihak
tersebut. Di era digital ini, media sosial sudah menjadi
alat komunikasi yang sering digunakan banyak orang.
Beberapa sekolah telah menggunakan media sosial
sebagai strategi promosi dan komunikasi dengan pihak-
pihak terkait. Pemanfaatan kemajuan tekhnologi ini
telah disadari oleh pemerintah, khususnya
Kemendikbud (2016: 25) yang menyatakan bahwa
media komunikasi dan informasi yang perlu dibentuk
salah satunya melalui media sosial yaitu Facebook,
pesan pendek, Whatsapp, Twitter, laman, dan lainnya.
Media sosial tersebut dianggap sebagai inovasi dalam
mengkomunikasikan sesuatu antara sekolah dengan
keluarga dengan efektif dan efiesien.
Mazza (2013) dan Cox (2012) memaparkan
pengalaman beberapa kepala sekolah mengenai
penggunaan media sosial sebagai media komunikasi
yang inovatif yang digunakan untuk berkomunikasi
antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat serta
pihak-pihak terkait. Sementara itu Stack (2015)
menyatakan bahwa sekolah dapat menggunakan media
sosial sebagai sarana komunikasi dengan orang tua
mengenai informasi terkini yang terkait dengan
kegiatan yang akan datang dan keadaan atau masalah
terkini (real time communication) serta untuk
7
mempromosikan sekolah, selain itu penggunaan media
sosial oleh sekolah dapat menekan biaya, dan dapat
dijadikan role model bagi para siswa dalam
menggunakan media sosial secara benar. Pernyataan
tersebut sejalan dengan Shipley (2014) yang
mengungkapkan bahwa mengikutsertakan orang tua
atau wali murid dalam komunikasi melalui media sosial
adalah cara yang mudah untuk menjaga komunikasi
untuk menginformasikan keadaan terbaru tentang
anak mereka. Namun karena tidak semua keluarga
menggunakan media sosial hendaknya hal ini juga
harus sejalan dengan cara komunikasi tradisional
sekolah, contohnya dengan melayangkan surat untuk
menginformasikan hal-hal penting pada pihak keluarga
peserta didik.
Dari beberapa penelitian di atas, kemitraan
dalam manajemen sekolah menjadi hal yang penting
dan strategis. Oleh karena itu tanggung jawab
pendidikan bukan hanya dilakukan oleh manajemen
sekolah namun juga melibatkan berbagai pihak yaitu
komite dan orang tua secara langsung. Dalam
penelitian ini akan berfokus pada kemitraan sekolah
dan orang tua secara langsung. Studi pendahuluan di
SMA Kristen 1 Salatiga menunjukan bahwa pada tahun
2015 sekolah ini dipilih menjadi salah satu SMA yang
menjadi sekolah percontohan program kemitraan
sekolah dengan orang tua dan masyarakat yang
8
dikemas sekolah dengan nama program pendidikan
keluarga. Dalam hal ini, sekolah telah dirasa cukup
mampu untuk mengembangkan program sekolah
berbasis kemitraan. Dalam rangka melaksanakan
program pendidikan keluarga, sekolah telah
mengadakan kegiatan-kegiatan berupa parenting, expo
pendidikan, pelibatan orang tua sebagai pembina
upacara, forum komunikasi sekolah dan orang tua,
“Tea Time” dalam penyambutan hari pertama masuk
sekolah dan sarasehan yang melibatkan orang tua
didalamnya. Meskipun sudah diadakan beberapa
program kemitraan dengan keluarga yang sudah
dirasakan manfaatnya, namun program ini masih perlu
dikembangkan lagi. Hasil studi pendahuluan juga
menunjukan masih ada beberapa masalah anak yang
saat ini harus segera ditangani oleh sekolah yaitu
meliputi pengawasan dan pengendalian anak dalam
menggunakan gadget dan media sosial serta kedekatan
anak dengan orang tua sehingga menimbulkan catatan
buruk bagi prestasi anak dan kedisiplinanya disekolah.
Jika hal ini tidak segera mendapatkan solusinya maka
akan berdampak pada prestasi siswa dan menurunnya
mutu sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus terus
meningkatkan kerjasama dengan orang tua atau wali
murid untuk mengatasi masalah tersebut. Potensi
media-media yang ada hendaknya dimaksimalkan
penggunaanya untuk memaksimalkan komunikasi dua
9
arah antara sekolah dengan orang tua sehingga
masalah tersebut dapat diatasi.
Dalam mewujudkan program pendidikan
keluarga sekolah juga telah berupaya menjalin
komunikasi dengan orang tua atau wali murid lebih
intens lagi melalui website sekolah, akun facebook,
pesan singkat, whatsapp (WA), BBM (Blackberry
Massenger) dan email sebagai sarana komunikasi di era
digital ini, namun dalam pengembangannya di bidang
manajemen belum maksimal. Beberapa media sosial
seperti website sekolah dan akun facebook masih perlu
ditingkatkan dalam penggunaanya untuk komunikasi
dua arah dengan para stakeholder. Menurut kepala
sekolah yang bersangkutan, pengembangan media
sosial sebagai alat komunikasi yang efektif dan efisien
masih dalam proses pengembangan sekolah. Maka
dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk membuat
penelitian evaluasi formatif program pendidikan
keluarga yang pada akhirnya menghasilkan saran-
saran perbaikan serta pengembangan model kemitraan
sekolah dengan orang tua melalui media sosial untuk
mewujudkan program pendidikan keluarga yang dapat
menjadi contoh bagi sekolah lainnya, khususnya
sekolah menengah swasta dalam rangka meningkatkan
mutu sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Mazza (2013) dan menyatakan bahwa
strategi komunikasi yang komprehensif yang mencakup
10
penggunaan alat beberapa media sosial dimungkinkan
telah membantu perkembangan ikatan yang lebih kuat
antara sekolah dan pemangku kepentingan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan diatas maka dirumuskanlah beberapa
pertanyaan yang hendak dijawab dalam penelitian ini.
Rumusan masalah tersebut yaitu:
1) Bagaimana model faktual kemitraan sekolah dengan
orang tua melalui media sosial dalam manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah di SMA Kristen
1 Salatiga?
2) Bagaimana pengembangan model kemitraan sekolah
dengan orang tua melalui media sosial dalam
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah di
sekolah menengah swasta?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut:
1) Menganalisis model faktual kemitraan sekolah
dengan orang tua melalui media sosial dalam
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah di
SMA Kristen 1 Salatiga.
2) Menyusun pengembangan model kemitraan sekolah
dengan orang tua melalui media sosial dalam
11
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah di
sekolah menengah swasta.
Tujuan-tujuan tersebut nantinya akan meng-
hantarkan thesis ini pada suatu usulan model
kemitraan sekolah dengan orang tua melalui media
sosial untuk meningkatkan mutu sekolah di sekolah
menengah swasta.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan sumbangan referensi
bagi para peneliti selanjutnya dibidang manajemen
yaitu dalam manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah (MPMBS), khususnya yang terkait mengenai
kepemimimpinan kepala sekolah di era otonomi daerah
dengan menggandeng beberapa stakeholder terkait
termasuk orang tua dalam mengelola pendidikan
berdasarkan sekolah atau yang biasa disebut dengan
istilah School Based Management. Penelitian ini juga
menambah bahan kajian dibidang manajemen
penelitian dan pengembangan dengan tahap evaluasi
formatif yang dilanjutkan dengan pengembangan model
dengan menggunakan analisis SWOT dan MAS.
12
1.4.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis memiliki manfaat
sebagai berikut:
1) Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat berguna
sebagai model panduan kemitraan sekolah dengan
orang tua melalui media sosial.
2) Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat
berguna sebagai hasil evaluasi formatif dan dapat
digunakan untuk referensi mengembangkan pro-
gram pendidikan keluarga.
3) Bagi yayasan, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai model panduan kemitraan sekolah dengan
orang tua melalui media sosial yang dapat
disebarluaskan ke sekolah-sekolah dibawah yayasan
yang lainnya.
4) Bagi komite sekolah, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai pedoman menjalankan program
kemitraan sekolah dengan orang tua serta dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
memperoleh dukungan orang tua dalam menjalan-
kan program - program sekolah.
5) Bagi Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan kajian untuk
mengembangkan model kemitraan sekolah dengan
masyarakat dan keluarga dalam pelibatan orang tua
secara langsung.
13
1.5. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Produk yang diharapkan dari penelitian pengem-
bangan ini adalah suatu model kemitraan sekolah
dengan orang tua berdasarkan ketentuan dekdikbud
dan model home-school participation dengan
dikembangkan melalui media sosial agar terjalin
komunikasi antar sekolah dan orang tua yang lebih
kuat, efektif dan efisien. Model yang akan dihasilkan
adalah model pedoman prosedural yang meliputi suatu
panduan metode kerja komunikasi dengan beberapa
pemangku kepentingan berbantu media sosial. Model
prosedural adalah model yang bersifat deskriptif,
menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti
untuk menghasilkan produk. Diharapkan melalui
penerapan model kemitraan sekolah dengan orang tua
melalui media sosial ini dapat membantu sekolah
untuk meningkatkan layanan mutu pendidikannya
terkhusus pada program kemitraan sekolah dengan
orang tua di sekolah menengah swasta melalui
penguatkan jalinan kemitraan antara sekolah,
keluarga, dan masyarakat dalam mendukung
lingkungan belajar yang dapat mengembangkan potensi
anak secara utuh peningkatkan keterlibatan orang
tua/wali dalam mendukung keberhasilan pendidikan
anak di rumah dan di sekolah dan peningkatkan peran
serta masyarakat dalam mendukung program
14
pendidikan di sekolah dan di masyarakat. Sehingga hal
ini juga berdampak dalam mengurangi masalah-
masalah internal dan penyimpangan sosial
dilingkungan pendidikan dengan menguatkan
kemitraan sekolah dengan orang tua dan masyarakat.
1.6. Asumsi Pengembangan
Asumsi yang dipergunakan dalam penelitian dan
pengembangan model kemitraan sekolah dengan orang
tua ini adalah:
1) Melalui peningkatan kemitraan sekolah dengan
orang tua dan masyarakat akan tercipta hubungan
yang lebih harmonis sehingga menghasilkan
pendidikan disekolah secara produktif, efektif dan
efisien demi mencetak lulusan sekolah yang
produktif dan berkualitas.
2) Orang tua merupakan bagian dari masyarakat yang
dapat mempengaruhi sekolah menjadi efektif dalam
peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikannya.
3) Penggunaan media sosial dalam rangka mening-
katkan kemitraan sekolah dengan orang tua dan
masyarakat yang telah mulai dilakukan oleh sekolah
merupakan potensi yang yang baik jika dapat
dimaksimalkan penggunaanya.