18
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2007 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64 juta atau 28,64% dari jumlah penduduk Indonesia (Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2000-2025, BPS, BAPPENAS,UNFPA, 2005). Permasalahan remaja yang ada saat ini sangat kompleks dan mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan dan laki-laki usia 15 - 24 tahun yang tahu tentang masa subur baru mencapai 29% dan 32,3%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki yang mengetahui risiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual sekali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual pra nikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9% sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual pra nikah masing- masing mencapai 48,6% dan 46,5% (Muadz, 2008). Maka untuk mengatasi persoalan remaja mengenai kesehatan reproduksi, sekolah perlu memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja dan cara menyikapi persoalan kesehatan reproduksi sehingga diharapkan remaja dapat membangun perilaku seksual yang lebih

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada tahun 2007 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64

juta atau 28,64% dari jumlah penduduk Indonesia (Proyeksi Penduduk

Indonesia tahun 2000-2025, BPS, BAPPENAS,UNFPA, 2005).

Permasalahan remaja yang ada saat ini sangat kompleks dan

mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan dan

laki-laki usia 15 - 24 tahun yang tahu tentang masa subur baru mencapai

29% dan 32,3%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki yang mengetahui

risiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual sekali masing-masing

baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki

usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan

hubungan seksual pra nikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9%

sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku

mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual pra nikah masing-

masing mencapai 48,6% dan 46,5% (Muadz, 2008).

Maka untuk mengatasi persoalan remaja mengenai kesehatan

reproduksi, sekolah perlu memberikan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi bagi remaja dan cara menyikapi persoalan kesehatan reproduksi

sehingga diharapkan remaja dapat membangun perilaku seksual yang lebih

Page 2: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

bertanggungjawab. Melalui layanan informasi, guru BK memberikan

pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi kepada para siswa.

Hal ini didukung pendapat Winkel (2006) yang mengemukakan tiga

alasan layanan pemberian informasi merupakan usaha vital dalam

keseluruhan program bimbingan yang terencana dan terorganisasi. Pertama,

siswa membutuhkan informasi yang relevan sebagai masukan dalam

mengambil ketentuan mengenai pendidikan lanjutan sebagai persiapan untuk

memangku suatu jabatan di masyarakat. Dengan memiliki pengetahuan yang

tepat mungkinlah bahwa jumlah pilihan yang dapat mereka pertimbangkan

bertambah. Kedua, pengetahuan yang tepat dan benar membantu siswa untuk

berpikir lebih rasional tentang perencanaan masa depan dan tuntutan

penyesuaian diri daripada mengikuti sembarang keinginan saja tanpa

memperhitungkan kenyataan dalam lingkungan hidupnya. Informasi yang

relevan dapat membebaskan siswa dari keterikatan pola pikir yang kaku dan

sekaligus memperluas cakrawala pandangannya. Ketiga, informasi yang

sesuai dengan daya tangkapnya menyadarkan siswa akan hal-hal yang tetap

dan stabil serta hal-hal yang akan berubah dengan bertambahnya umur dan

pengalaman.

Adapun data yang diperoleh dari survey kepada 6 guru BK di SMK

Negeri I Salatiga mengenai materi layanan informasi tentang kesehatan

reproduksi berdasar realita yang ada di masyarakat tentang perilaku remaja

Page 3: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi dan kebutuhan siswa tentang

informasi kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Materi Kesehatan Reproduksi pilihan guru BK dalam pengembangan model layanan informasi berbantuan media powerpoint presentation

No

Materi kesehatan reproduksi remaja yang dipilih untuk siswa SMK Negeri I Salatiga sebagai materi dalam pengembangan model layanan informasi berbantuan media powerpoint presentation

Jumlah Guru BK

%

1. Perubahan Fisik Remaja 2. Pengenalan Alat Reproduksi 3. Kehamilan 3 50 4. Pacaran 1 16,7 5. Kekerasan di Masa Pacaran 1 16,7 6. Penyakit Menular Sexual 7. Pelecehan Sexual 8. Materi yang Menonjolkan Seks di Media 1 16,7

Jumlah 6 100

Sumber: data primer diolah, 2012

Berdasar dari tabel materi kesehatan reproduksi pilihan guru BK di

SMK Negeri I Salatiga dalam pengembangan model layanan informasi

berbantuan media powerpoint presentation, 3 Guru BK atau 50% telah

memilih materi tentang kehamilan tidak diinginkan, 1 guru BK atau 16,7%

memilih materi tentang pacaran, 1 guru BK atau 16,7% memilih materi

tentang kekerasan di masa pacaran dan 1 guru BK atau 16,7% memilih materi

yang menonjolkan seks di media. Berdasar data pada tabel ini maka contoh

materi yang disajikan dalam pengembangan model layanan informasi

berbantuan media powerpoint presentation adalah kehamilan tidak

diinginkan.

Page 4: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

Dalam penelitian dan pengembangan layanan informasi di SMK

Negeri I Salatiga memilih media powerpoint presentation sebagai bantuan

karena media powerpoint presentation adalah media yang sering digunakan

untuk memberikan layanan informasi kepada siswa dibandingkan dengan

media yang lain.(poster, vcd dan media BK lain).

Berikut ini disajikan data berdasar survey yang dilakukan penulis di

SMK Negeri I Salatiga dengan subyek yang diteliti adalah guru BK yang

berjumlah 6 orang tentang prinsip mendesain powerpoint presentation di

SMKN I Salatiga.

Tabel 2. Prinsip Desain Multimedia dalam pembuatan Power Point Presentation di SMK Negeri I Salatiga ( diadaptasi dari 7 Prinsip Desain Media menurut Mayer ( R.E Mayer, Multi Media Learning: Prinsi-prinsip dan Aplikasi, 2009 )

No Prinsip Desain ya % tidak %

1 Prinsip Multimedia: penggunaan kata-

kata dan gambar yang berkaitan

daripada kata-kata saja

6 100 0 0

2 Prinsip Keterdekatan Ruang:

penggunaan kata-kata dan gambar-

gambar terkait disajikan saling

berdekatan daripada saling berjauhan .

6 100 0 0

3 Prinsip Keterdekatan Waktu:

pemanfaatan narasi dan animasi terkait

6 100 0 0

Page 5: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

disajikan secara simultan ( atau dalam

segmen pendek berselang-seling )

daripada disajikan secara suksesif

4 Prinsip Koherensi: Tidak menggunakan

kata-kata, suara-suara, dan gambar-

gambar tambahan/ekstra

0 0 6 100

5 Prinsip Modalitas: Penggunaan kata-

kata dalam bentuk narasi daripada teks

on screen untuk hasil yang lebih baik

0 0 6 100

6 Prinsip Redudansi: penggunaan kata-

kata disajikan sebagai narasi daripada

sebagai narasi dan teks on screen

0 0 6 100

7 Prinsip Perbedaan Individual berdasar

pengetahuan spatial

• pengaruh desain lebih kuat bagi

yang berpengetahuan rendah

daripada yang berpengetahuan

tinggi.

• pengaruh desain lebih kuat bagi

yang berpengetahuan spasial

6 100 0 0

Page 6: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

lebih tinggi daripada yang

berkemampuan spasial lebih

rendah.

Sumber: data primer diolah, 2012

Berdasar pada tabel 1 diketahui bahwa 6 orang guru BK atau 100%

sudah melaksanakan prinsip desain multimedia yang pertama yaitu

penggunaan lebih dari satu media. Dalam hal ini penggunaan kata-kata dan

gambar digunakan secara bersama-sama agar para siswa bisa belajar lebih

baik. Hal ini dikarenakan saluran auditori dan visual digunakan secara

bersama-sama sesuai dengan kapasitasnya.

Dalam mendesain powerpoint presentation, 6 orang guru BK atau

100% sudah melaksanakan prinsip keterdekatan ruang. Dengan prinsip ini

maka para siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar

terkait disajikan saling berdekatan daripada saling berjauhan dalam satu slide.

Para siswa lebih mudah menyimpan kata-kata dan gambar-gambar bersamaan

di dalam memori kerja dalam waktu yang sama. Jika disajikan secara terpisah

maka para siswa akan terlebih dahulu memahaminya secara visual sehingga

tidak bisa dilaksanakan secara bersama-sama.

Untuk prinsip keterdekatan waktu sudah dilaksanakan dalam

mendesain power point presentation oleh 6 orang guru BK atau 100% .

Dalam hal ini gambar-gambar dan kata-kata disajikan secara berdampingan

sehingga antara yang satu dengan yang lain berfungsi saling menguatkan

Page 7: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

pesan yang ingin disampaikan. Jika waktu antara melihat gambar dan

mendengar penjelasan guru relatif pendek maka para siswa dengan mudah

membangun pemahaman dengan cara menghubungkan penjelasan guru dan

melihat animasi. Jika kedua hal disajikan secara terpisah dengan jeda waktu

yang agak lama maka para siswa kesulitan untuk menghubungkan antara

gambar dan kata-kata.

Dalam mendesain powerpoint presentation, tidak seorangpun dari 6

guru BK atau 100% yang mempertimbangkan prinsip koherensi. Dalam

power point presentation yang mereka miliki masih terdapat kata-kata dan

gambar yang menarik tetapi tidak relevan dan tidak ada kata kuncinya yang

bertujuan untuk memudahkan para siswa dalam mengingat informasi. Hal ini

menyebabkan para siswa kesulitan menangkap pesan dari informasi yang

seharusnya karena perhatian para siswa dari materi penting terpecah oleh hal-

hal yang tidak perlu.

Untuk prinsip modalitas, tidak seorangpun dari 6 guru BK atau 100%

memperhatikan hal ini.Mereka cenderung menyajikan kata-kata secara detail.

Jika penyajiannnya berupa gambar dan kata-kata yang tidak terlalu banyak

maka akan lebih mudah bagi para siswa untuk memahami pesan apa yang

ingin disampaikan.

Pada prinsip redudansi: penggunaan kata-kata disajikan sebagai

narasi daripada sebagai narasi dan teks on screen belum dilaksanakan oleh 6

Page 8: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

guru BK di sekolah. Akibat dari hal ini adalah saluran verbal kelebihan beban

karena harus memproses secara bersamaan antara gambar-gambar dan teks.

Untuk prinsip yang terakhir adalah pengaruh desain lebih kuat pada

siswa yang berpengetahuan rendah dan berkemampuan spatial tinggi. Untuk

keadaan para siswa di SMK Negeri I Salatiga adalah rata- rata

berpengetahuan spatial tinggi dan pengetahuan mereka mengenai materi

kehamilan tidak diinginkan rendah. Materi tentang kehamilan tidak

diinginkan tidak secara mendalam dibahas oleh guru BK sehingga merupakan

materi yang menarik minat siswa untuk untuk mendapatkan pengetahuan

yang lebih banyak tentang kehamilan tidak diinginkan. Kemampuan spatial

yang berhubungan dengan materi kehamilan tidak diinginkan yaitu tentang

ketrampilan dalam mempresentasikan, mentransformasi, membangun dan

memanggil kembali informasi simbolik mengenai kehamilan tidak diinginkan

yang berupa gambar-gambar. Siswa terbiasa menerima informasi melalui

media powerpoint presentation dan mampu mengingat simbol-simbol di

dalam media tersebut.

Dalam prakteknya 6 orang guru BK mendesain powerpoint

presentation masih menambahkan materi yang ekstra di dalamnya sehingga

bisa menghambat proses penerimaan informasi oleh siswa. Hal ini tampak

pada gambar 1 pada halaman 9.

Page 9: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan
Page 10: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

Gambar 1 adalah model pembuatan powerpoint presentation

berdasarkan survey pada guru BK. Model pada gambar 1 didasarkan pada

penggunaan program Microsoft Office PowerPoint yang biasa dibuat untuk

disajikan di kelas. Diketahui bahwa pembuatan model powerpoint

presentation di SMK Negeri I Salatiga terlebih dahulu menentukan judul,

jenis layanan,fungsi layanan dan kompetensi yang ingin dicapai yang akan

dijabarkan dalam tujuan layanan informasi. Langkah selanjutnya menentukan

materi layanan dan dilanjutkan dengan menentukan metode layanan informasi

yang akan disesuaikan dengan media yang akan dipergunakan yaitu

powerpoint presentation. Selanjutnya, Guru BK menentukan rencana

penilaian dan tindak lanjut. Guru BK mengevaluasi pencapaian layanan

informasi yang diberikan kepada siswa yang diketahui dari rencana penilaian

dan tindak lanjut sudah sesuai dengan rumusan tujuan atau belum.

Dalam penggunaan powerpoint presention, guru BK menggunakan

narasi berupa guru yang berbicara, tulisan tercetak lengkap pada tiap slide

dan beberapa gambar yang tidak relevan dengan materi yang dibahas.

Tampak pada model ini sekedar pemindahan informasi dari guru kepada

siswa. Meskipun semua saluran sudah dipergunakan tampak pada indra

penglihatan terlihat penambahan tugas berupa tulisan tercetak yang harus

diproses secara kognitif dan gambar yang tidak relevan dengan materi

layanan sehingga proses pemahaman melalui saluran visual tidak optimal.

Gambar-gambar dan tulisan tercetak bersaing memperebutkan perhatian

dalam saluran visual. Saat informasi lisan disajikan secara visual serta

Page 11: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

auditori maka para siswa membutuhkan aktivitas ekstra untuk menghadirkan

keduanya secara bersamaan dalam proses pemahaman. Aktivitas ini

menambah beban sehingga proses pemaduan informasi menjadi terganggu.

Dalam memori kerja, kata-kata dipilih melalui telinga berupa suara

dan gambar-gambar dipilih melalui indra mata berupa penggambaran citra.

Tanda panah dari suara ke citra mewakili konversi mental dari suara, yaitu

saat mendengar suara yang menyebut suatu benda maka siswa membentuk

gambaran mental tentang benda tersebut. Tanda panah dari citra ke suara

mewakili konversi mental atas citra visual menjadi citra suara, yaitu siswa

secara mental mendengar kata benda dibunyikan saat siswa melihat gambar

suatu benda yang sesuai dengan yang dibunyikan tadi.

Dalam memori jangka panjang menampung sangat banyak informasi

dalam waktu yang lama yang kemudian dipadukan dengan informasi dalam

memori kerja. Sehubungan dengan keterbatasan penampungan informasi

dalam memori kerja maka dalam memori kerja terjadi pemilihan

pengetahuan, menata materi dalam memori kerja, agar menjadi informasi

yang selaras, dan memadukan pengetahuan yang tercipta ini dengan

pengetahuan lainnya termasuk pengetahuan yang diambil dari memori jangka

panjang.

Menurut Mayer ( 2009 ) mengemukakan bahwa model presentasi

menggunakan multimedia membutuhkan pola tertentu. Pada model milik

Mayer ( 2009 ) tampak tidak ada beban ganda pada masing-masing memori

sensori. Untuk lebih jelasnya akan tampak pada gambar 2 pada halaman 12.

Page 12: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan
Page 13: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

Berdasar pada gambar 2 hanya terdapat perbedaan yaitu narasi

diterima melalui memori sensor telinga dan memori sensor mata tidak

terbebani tugas ganda karena hanya mendapat satu tugas saja yaitu mengolah

informasi berupa gambar. Lain halnya dengan media powerpoint presentation

di SMK Negeri I Salatiga, yaitu memori sensor mata mendapat tugas ganda

sehingga mata terbebani untuk memproses secara kognitif informasi yang

diterima.

Berdasarkan teori Mayer (2009) dan kenyataan yang ada di SMK

Negeri I Salatiga, maka akan dikembangkan model layanan informasi

berbantuan media powerpoint presentation yang akan dilaksanakan di SMK

Negeri I Salatiga. Beberapa hal yang tidak perlu dalam media powerpoint

presentation di SMK Negeri I Salatiga akan dihilangkan dan diganti dengan

model baru berdasar pada pada prinsip-prinsip desain media pembelajaran

milik Mayer. Model baru ini akan menjadi model awal yang akan divalidasi

terlebih dahulu sebelum diperbaiki menjadi model akhir pengembangan

layanan informasi berbantuan media powerpoint presentation tentang

kehamilan tidak diinginkan di SMK Negeri I Salatiga.

Berdasarkan pada gambar 1 dan gambar 2 akan dirancang model

layanan informasi berbantuan media powerpoint presentation dengan tidak

menambah beban kerja pada masing-masing saluran. Materi berupa narasi

akan menggunakan memori sensor telinga. Materi berupa gambar akan

menggunakan memori sensor mata. Penggunaan kata-kata kunci akan

Page 14: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

dilakukan untuk memudahkan para siswa mengingat informasi yang

disampaikan.

Berdasarkan latar belakang, maka penulis mengadakan penelitian

dengan judul “Pengembangan Model Layanan Informasi Berbantuan Media

PowerPoint Presentation Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan(KTD) di

SMK Negeri I Salatiga Tahun Ajaran 2011/ 2012”.

Penggunaan media powerpoint presentation berpengaruh dalam

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi belajar. Hal ini dibuktikan

oleh penelitian penggunaan media powerpoint presentation untuk pengajaran

di kelas.Beberapa contoh penelitian yang pernah dilakukan adalah sebagai

berikut:

Amin (2011 ) mengatakan dalam hasil penelitiannya bahwa berdasar

hasil penelitian disarankan bahwa penggunaan power point dalam

pembelajaran perlu disosialisaikan kepada para guru dan diterapkan dalam

pembelajaran Matematika di sekolah untuk meningkatkan antusiasme siswa

dan hasil belajar Matematika. Selain itu dalam penggunaan PowerPoint

dalam pembelajaran, Seorang guru perlu memotivasi siswa untuk aktiv dalam

pembelajaran, dan memberikan bimbingan belajar secara individu maupun

kelompok. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan sebagai pengembangan diri

sehingga dapat mengembangkan penelitian dalam ruang lingkup yang lebih

luas.

Page 15: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

Sukimin (2011) mengatakan bahwa dengan penggunaan media

pembelajaran PowerPoint pada saat pembelajaran yang dilakukan di kelas V

SDN Salatiga 12, pada mata pelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-

sifatnya didapat pengaruh yang sangat signifikan. Hal tersebut membuktikan

bahwa penggunaan media, khususnya media pembelajaran PowerPoint dalam

penelitian ini dapat membangkitkan minat/ motivasi dan menarik perhatian

belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang

ditunjukkan dengan tingkat probabilitas 0,005> 0,000

Dari kedua penelitian Amin (2011) dan Sukimin (2011) terdapat

kesamaan pendapat bahwa penggunaan media powerpoint presentation

memiliki pengaruh dalam penyampaian informasi dari guru kepada siswa

yaitu antusiasme siswa, membangkitkan minat/ motivasi dan menarik

perhatian belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar layanan informasi berbantuan media powerpoint

presentation di SMK Negeri I Salatiga, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

“Bagaimana Pengembangan Model Layanan Informasi Berbantuan Media

PowerPoint Presentation Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan(KTD) di

SMK Negeri I Salatiga Tahun Ajaran 2011/ 2012”.

Page 16: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

Mengembangkan Model Layanan Informasi Berbantuan Media

PowerPoint Presentation Tentang Kehamilan Tidak Diinginkan(KTD) di

SMK Negeri I Salatiga Tahun Ajaran 2011/ 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat antara lain sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan

tentang pengembangan layanan informasi berbantuan media

powerpoint presentation.

b. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya

pada kajian pengembangan berbantuan media powerpoint

presentation.

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis, dapat menambah pengalaman dan keterampilan

dalam mengembangkan layanan informasi dan pembuatan media

powerpoint presentation.

b. Bagi sekolah, tersedianya layanan informasi berbantuan media

powerpoint presentation dapat digunakan untuk pembelajaran.

Page 17: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan

c. Bagi guru BK, penelitian ini dapat digunakan sebagai alat bantu

dalam memberikan layanan informasi kepada siswa secara baik,

menarik, sehingga motivasi siswa dalam mengikuti bimbingan

meningkat.

d. Bagi siswa adalah siswa dapat lebih mudah menguasai materi

khususnya materi kesehatan reproduksi remaja, sehingga siswa

dapat mengatur, merencanakan dan memelihara alat reproduksi

secara benar, bermanfaat dan bertanggung jawab.

Page 18: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2535/2/T1_132007801_BAB I.pdf · pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan