36
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sedang membangun dan sejalan dengan itu masyarakat Indonesia melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pembangunan di bidang ekonomi. Kehidupan masyarakat Indonesia yang serba cepat ini memacu manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Perkembangan perekonomian khususnya di provinsi Bali yang merupakan provinsi yang sedang berkembang pesat saat ini pada tahun 2014 lalu tumbuh sebesar 6,58 % atau berada di posisi ke tiga secara nasional setelah Kalimantan Timur dan DKI Jakarta. 1 Pertumbuhan ini terjadi pada seluruh sektor baik produksi barang maupun jasa. Berbagai upaya dilakukan pelaku usaha, khususnya pelaku kecil dan menengah untuk meningkatkan usahanya. Para pelaku usaha tersebut akan berusaha mencari alternatif pendanaan selain dari hasil laba usahanya. Pemenuhan kebutuhan hidup secara cepat telah mendorong dan membuka peluang bagi manusia untuk melakukan berbagai macam kegiatan bisnis. Perkembangan yang semakin pesat pada kegiatan bisnis di masyarakat ini, maka keperluan akan modal atau dana yang dibutuhkan juga semakin meningkat. Modal merupakan faktor yang sangat penting di dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu, banyak cara yang ditempuh oleh para pelaku usaha untuk mendapatkan modal agar meningkatkan usahanya. 1 Perkembangan Triwulanan Provinsi Bali, 2014, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali , Denpasar, hal 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · ditempuh oleh para pelaku usaha untuk mendapatkan modal agar meningkatkan usahanya. ... atau mobil dengan cara dibeli secara

  • Upload
    doanque

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sedang membangun dan

sejalan dengan itu masyarakat Indonesia melakukan berbagai upaya untuk

meningkatkan pembangunan di bidang ekonomi. Kehidupan masyarakat

Indonesia yang serba cepat ini memacu manusia untuk dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya. Perkembangan perekonomian khususnya di provinsi Bali

yang merupakan provinsi yang sedang berkembang pesat saat ini pada tahun 2014

lalu tumbuh sebesar 6,58 % atau berada di posisi ke tiga secara nasional setelah

Kalimantan Timur dan DKI Jakarta.1 Pertumbuhan ini terjadi pada seluruh sektor

baik produksi barang maupun jasa.

Berbagai upaya dilakukan pelaku usaha, khususnya pelaku kecil dan

menengah untuk meningkatkan usahanya. Para pelaku usaha tersebut akan

berusaha mencari alternatif pendanaan selain dari hasil laba usahanya. Pemenuhan

kebutuhan hidup secara cepat telah mendorong dan membuka peluang bagi

manusia untuk melakukan berbagai macam kegiatan bisnis. Perkembangan yang

semakin pesat pada kegiatan bisnis di masyarakat ini, maka keperluan akan modal

atau dana yang dibutuhkan juga semakin meningkat. Modal merupakan faktor

yang sangat penting di dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu, banyak cara yang

ditempuh oleh para pelaku usaha untuk mendapatkan modal agar meningkatkan

usahanya.

1Perkembangan Triwulanan Provinsi Bali, 2014, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali,

Denpasar, hal 1.

2

Untuk mengakomodir keperluan akan modal atau dana maka sarana

penyediaan dana yang dibutuhkan masyarakat perlu diperluas.2 Modal merupakan

salah satu sarana pokok di dalam pengembangan usaha. Upaya yang dilakukan

oleh masyarakat Indonesia dewasa ini untuk memperoleh modal sebagai

kebutuhan utama di dalam pengembangan usahanya. Umumnya dana yang

dibutuhkan tersebut dapat disediakan oleh lembaga perbankan melalui fasilitas

kredit, namun fasilitas kredit dari perbankan sangat terbatas dan tidak semua

pelaku usaha punya akses untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari bank,

selain itu lembaga perbankan tersebut juga mewajibkan jaminan yang kadang

tidak bisa dipenuhi oleh para pelaku usaha tersebut. Kini banyak alternatif yang

berkembang sehingga memunculkan fenomena baru di dalam perkembangan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Upaya lain tersebut dapat dilakukan melalui

suatu jenis badan usaha yaitu melalui lembaga pembiayaan.

Lembaga pembiayaan merupakan salah satu bentuk usaha di bidang

lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai peranan sangat penting di dalam

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kegiatan lembaga pembiayaan dilakukan

dalam bentuk penyediaan dana barang modal dengan tidak menarik dana secara

langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan, maupun surat

sanggup bayar.

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan tersebut,

lembaga pembiayaan mempunyai peran yang sangat penting sebagai salah satu

lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang

pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Lembaga pembiayaan dikatakan

2 Siti Ismijati Jenie, 1996, Beberapa Perjanjian Yang Berkenaan Dengan Kegiatan

Pembiayaan, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, hal. 1.

3

sebagai sumber pembiayaan alternatif karena di luar lembaga pembiayaan masih

banyak lembaga keuangan lain yang dapat memberi bantuan dana, seperti

pegadaian, pasar modal, dan bank. Meskipun demikian, dalam kenyataannya tidak

semua pelaku usaha dapat dengan mudah mengakses dana dari setiap jenis sumber

dana tersebut.

Kesulitan memperoleh dana tersebut disebabkan oleh masing-masing

lembaga keuangan yang mensyaratkan ketentuan yang tidak mudah dapat

dipenuhi oleh pihak yang membutuhkan dana. Di samping berperan sebagai

sumber dana alternatif, lembaga pembiayaan juga mempunyai peranan penting di

dalam pembangunan yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat

masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan. Aspirasi dan minat

masyarakat dalam pembangunan ekonomi ini bisa terwujud jika ada pihak yang

memfasilitasinya. Lembaga pembiayaan sebagai sumber pembiayaan dapat

memberikan kontribusinya dalam bentuk bantuan dana guna menumbuhkan dan

mewujudkan aspirasi dan minat masyarakat tersebut.

Bantuan dari dana lembaga pembiayaan ini diharapkan masyarakat (pelaku

usaha) dapat mengatasi salah satu faktor krusial yang umum dialami, yakni faktor

permodalan. Istilah lembaga pembiayaan belum sepopuler dengan istilah lembaga

keuangan dan lembaga perbankan. Belum akrabnya dengan istilah ini karena

dilihat dari eksistensinya, lembaga pembiayaan memang relatif masih baru jika

dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional, yakni bank. Tidak seperti

lembaga pembiayaan bank, lembaga pembiayaan ini baru tumbuh dan

berkembang seiring dengan adanya Paket Deregulasi Tahun 1988, yaitu Paket

4

Deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto 88) dan Paket Deregulasi 20 Desember 1988

(Pakdes 88).

Perbedaan dari lembaga pembiayaan dengan lembaga keuangan yakni di

dalam lembaga pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih menekankan pada fungsi

pembiayaan, yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak

menarik dana secara langsung dari masyarakat. Sedangkan sebagai badan usaha,

lembaga keuangan menjalankan usahanya di bidang jasa keuangan dan jasa

keuangan bukan pembiayaan. Istilah lembaga pembiayaan lebih sempit

pengertiannya dibandingkan dengan istilah lembaga keuangan. Lembaga

pembiayaan merupakan bagian dari lembaga keuangan. Menurut Pasal 1 angka 1

Keputusan Presiden Nomor. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan

merumuskan lembaga pembiayaan adalah “Badan usaha yang melakukan kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.”

Berdasarkan definisi tersebut, dalam pengertian lembaga pembiayaan

terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

a. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk

melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga

pembiayaan

b. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan pekerjaan atau aktivitas dengan

cara membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan

c. Penyedianaan dana, yaitu perbuatan menyediakan uang untuk suatu

keperluan

d. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau

barang lain, seperti mesin-mesin, peralatan pabrik, dan sebagainya

e. Tidak menarik dana secara langsung artinya tidak mengambil uang secara

langsung baik dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan surat sanggup

bayar kecuali hanya untuk dipakai sebagai jaminan utang kepada bank

yang menjadi kreditornya

f. Masyarakat, yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat,

yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama3

3 Sunaryo, 2013, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 1.

5

Untuk memahami tentang bidang-bidang kegiatan usaha lembaga

pembiayaan sebagaimana dimaksud di atas, dapat diberikan penjelasan tentang

pengertiannya sebagai berikut:

a. Sewa Guna Usaha (Leasing), dimana kegiatan utamanya adalah bergerak

di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang

dibutuhkan oleh nasabah (lessee).4 Pembiayaan disini dimaksudkan yakni

jika nasabah membutuhkan barang-barang modal seperti peralatan kantor

atau mobil dengan cara dibeli secara kredit ataupun dengan cara disewa,

maka dapat diperoleh pada perusahaan leasing.

b. Modal Ventura (Ventura Capital), adalah kegiatan pembiayaan dalam

bentuk penyertaan modal ke dalam perusahaan yang menerima bantuan

pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.

c. Anjak Piutang (Factoring), dalam penjelasan atas Pasal 6 huruf l atas

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan

Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3472 Juncto Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang

Perbankan, memberikan arti kepada Factoring sebagai kegiatan

pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan

dalam dan luar negeri, yang dilakukan dengan cara pengambilalihan atau

pembelian piutang tersebut.

d. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance), adalah suatu kegiatan

dimana di dalam melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk

4Kasmir, 2001, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta, (selanjutnya disebut Kasmir I), ,hal. 241.

6

kebutuhan atau keperluan konsumen dilakukan dengan sistem pembayaran

secara angsuran atau tidak secara tunai.

e. Kartu Kredit (Credit Card), merupakan salah satu cara pemberian kredit

dengan perjanjian yang menggunakan kartu sebagai sarana penarikan

secara tunai maupun melalui pengambilan barang atau jasa pada merchant

atas beban pemegang kartu kredit yang bersangkutan.5

f. Perdagangan Surat Berharga (Securities Company), yakni kegiatan

pembiayaan dalam bentuk surat berharga. Dalam lalu lintas perdagangan

terdapat surat-surat berharga yang dapat diperdagangkan, yang

mengandung suatu nilai dan oleh karenanya dapat berpindah-pindah

tangan.6

Salah satu bidang kegiatan usaha lembaga pembiayaan yakni usaha modal

ventura, dimana keberadaan usahanya di Indonesia dalam arti intitusional dan

formal merupakan pranata hukum dan bisnis yang relatif masih baru, meskipun

demikian usaha modal ventura ini ke depannya mempunyai prospek yang cukup

baik mengingat keberadannya mempunyai peranan yang sangat penting bagi

pengembangan usaha khususnya bagi usaha kecil di Indonesia. Melihat tingginya

kebutuhan modal di masyarakat terutama pelaku Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKN) perusahaan yang bergerak di bidang Modal Ventura,

memberikan program bantuan modal tanpa jaminan dengan syarat yang mudah

dan kewajiban yang ringan dengan sistem kerjasama bagi hasil.

5Z.Dunil, 2004, Kamus Istilah Perbankan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, hal. 204. 6R. Suryatin, 1982, Hukum Dagang I dan II, Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 98.

7

Di dalam Pasal 1 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang

Lembaga Pembiayaan (selanjutnya disebut Perpres Nomor 9 Tahun 2009)

merumuskan bahwa Venture Capital Company atau Perusahaan Modal Ventura

(selanjutnya disebut PMV) adalah badan usaha yang melakukan usaha

pembiayaan / penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima

bantuan pembiayaan (investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam

bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi,

dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.

Dikatakan memiliki resiko tinggi karena modal ventura berbeda dengan

bentuk pembiayaan lain seperti perbankan. Dalam memberikan kredit bank pada

umumnya sebatas memberikan modal saja dan bank juga menuntut adanya

jaminan atas pinjaman kredit serta pembayaran bunga. Lain halnya dengan modal

ventura yang memberikan penyertaan modal kepada perusahaan pasangan usaha,

yang memberikan pembiayaan berupa modal bukan pinjaman kredit maka

pembiayaan PMV tidak dikenai bunga dan tidak mempersyaratkan adanya

jaminan melainkan pembagian keuntungan sesuai dengan proporsi masing-

masing.

Dilihat dari jenis pembiayaan yang berupa penyertaan modal dalam

rangka mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, PMV memberikan bantuan

operasional guna mengembangkan usaha perusahaan pasangan usaha. Bantuan

operasional yang diberikan oleh Perusahaan modal ventura bisa berupa

pendidikan manajemen, administrasi, akuntansi dan pemasaran produk/jasa

perusahaan pasangan usaha dengan menempatkan wakilnya di perusahaan

pasangan usaha.

8

Untuk mengakomodasi kepentingan para pihak dalam kegiatan kerjasama

antara perusahaan modal ventura dan perusahaan pasangan usaha maka

dituangkan dalam bentuk kontrak/perjanjian penyertaan modal ventura. Perjanjian

ini yang mendasari kerjasama antara perusahaan modal ventura dan perusahaan

pasangan usaha.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, diperoleh ciri-ciri khas atau

karakteristik modal ventura salah satunya adalah bahwa pembiayaan modal

ventura berisiko tinggi karena modal usaha (risk capital) tidak didukung oleh

agunan (collateral).7 Di dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang

Lembaga Pembiayaan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura adalah usaha pembayaran

dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima

bantuan pembayaran untuk jangka waktu tertentu. Mengingat bentuk bantuan

modal berupa penyertaan modal, maka dalam pembiayaan modal ventura ini tidak

mempersyaratkan adanya Collateral atau agunan (das sollen). Namun pada

kenyataannya, peraturan pengaturan ini tidak efektif dilaksanakan oleh

kebanyakan perusahaan modal ventura. Banyak perusahaan modal ventura yang

mempersyaratkan adanya jaminan collateral atau agunan dalam bantuan

pembiayaannya (das sein).

Seperti misalnya yang ditemukan dalam penelitian awal pada salah satu

perusahaan modal ventura di kota Denpasar yang telah dilakukan dan hasilnya

memang benar ada penyertaan oleh perusahaan modal ventura pada perusahaan

7Khotibul Umam, 2010, Modal Ventura (Alternatif Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil,

Menengah, dan Koperasi), BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, Hal. 32, dikutip dari Abdulkadir

Muhamad, 2000, Lembaga Keuangan Dan Pembiayaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 184.

9

pasangan usaha dengan mensyaratkan jaminan, baik jaminan benda bergerak

maupun benda tidak bergerak. Selain itu dalam perkembangannya bantuan

pembiayaan modal ventura yang berupa penyertaan modal cenderung telah

bergeser menjadi pinjaman modal seperti halnya pinjaman modal berupa kredit

pada lembaga keuangan bank. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik modal

ventura yaitu bentuk pembiayaan modal ventura yang berupa penyertaan saham,

penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan

berdasarkan pembagian atas hasil usaha.

Hal ini tentunya sangat berlawanan dengan karakteristik asli dari modal

ventura itu sendiri yaitu tidak disertai dengan jaminan dan pembiayaan bentuk

pembiayaan modal ventura yang berupa penyertaan saham, penyertaan melalui

pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas

hasil usaha .

Untuk menjamin originalitas penulisan tesis ini, maka harus dibandingkan

dengan penelitian lain. Tesis yang digunakan untuk membandingkan yakni tesis

mahasiswa (1) Kenotariatan di Universitas Diponegoro atas nama Made Ayu

Fransisca Yusi Megasari pada tahun 2008 (dua ribu delapan) dengan judul tesis :

“Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Dengan Pola Bagi Hasil di PT Sarana Jateng

Ventura-Semarang”. Rumusan masalah dalam tesis tersebut antara lain :

Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil di PT

Sarana Jateng Ventura-Semarang? Bagaimanakah penyelesaian yang dilakukan

PT Sarana Jateng Ventura-Semarang terhadap perusahaan pasangan usaha yang

wanprestasi?

10

Hasil penelitian tesis tersebut antara lain : Pelaksanaan perjanjian

pembiayaan dengan pola bagi hasil di PT. Sarana Jateng Ventura-Semarang,

ditinjau dari bentuknya merupakan perjanjian baku, yang dibuat oleh PT. Sarana

Jateng Ventura. Mekanisme pelaksanaan perjanjian pembiayaan di PT. Sarana

Jateng Ventura, adalah sebagai berikut : a) Tahap pra-investasi, yaitu dilakukan

berbagai tahap sebelum dilakukan penyertaan modal oleh PT. Sarana Jateng

Ventura, antara lain : identifikasi atau penjajakan, evaluasi pendahuluan,

kunjungan lapangan, pembuatan MOU, proposal investasi, pembuatan surat

konfirmasi dan penyusunan dan penandatanganan akta perjanjian. b) Tahap

realisasi pencairan dana dan implementasi, yaitu dilaksanakannya pencairan dana

dan pelaksanaan rencana bisnis. c) Tahap Monitoring atau pengawasan, dilakukan

dengan cara pengamatan secara langsung terhadap perlembagaan usaha dan

analisis laporankeuangan. d) Tahap Divestasi, ada 2 (dua) macam, yaitu divestasi

positif dan divestasi negatif. Penyelesaian yang dilakukan PT. Sarana Jateng

Ventura-Semarang terhadap Perusahaan Pasangan Usaha yang wanprestasi, yaitu

dilakukan oleh 2 (dua) pihak dari PT. Sarana Jateng Ventura, yaitu : a) Venture

Capital Officer (VCO), tugasnya : memberikan Surat Pemberitahuan Keterlambatan

Angsuran, Surat Peringatan I, Surat Peringatan II serta Surat Peringatan III. b)

Remedial Setelah mendapat pengalihan dari VCO, tugasnya : Melakukan

pendekatan Persuasif dengan jalan Negosiasi dengan Perusahaan Pasangan Usaha

yang bermasalah. Negosiasi bertujuan untuk menentukan cara penanganan yang

tepat terhadap Perusahaan Pasangan Usaha yang bermasalah, ada 2 (dua) cara,

yaitu dengan penyehatan atau dengan penyelesaian. Penentuan cara

11

penanganannya, Remedial melakukan Identifikasi atau Uji Tuntas. Apabila cara

yang ditentukan dalam Negosiasi tidak membawa perkembangan, remedial akan

melakukan kegiatan Klasifikasi untuk menentukan cara penyelesaian Perusahaan

Pasangan Usaha yang bermasalah. Dimungkinkan penggunaan jalur Litigasi.

Dalam prakteknya, PT Sarana Jateng Ventura berupaya untuk dapat

menyelesaikan Perusahaan Pasangan Usaha yang bermasalah melalui jalur Non-

Litigasi (pendekatan persuasif).

Selain itu juga perbandingan dengan tesis dari mahasiswa (2) Magister

Manajemen Universitas Diponegoro atas nama Rilanto Arifin pada tahun 2005

(dua ribu lima) dengan judul tesis : “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Intensitas Penggunaan Dana Modal Ventura Oleh UKM (Studi Kasus Pada PT.

Sarana Jateng Ventura)”. Rumusan masalah dari tesis tersebut antara lain :

Bagaimana pengaruh pengalaman usaha UKM terhadap intensitas terhadap

penggunaan modal ventura? Bagaimana pengaruh karakteristik dan pola

pembiayaan terhadap intensitas penggunaan modal ventura? Bagaimana pengaruh

kepercayaan dan komitmen terhadap intensitas penggunaan modal ventura?

Hasil penelitian tesis di atas tersebut yakni lamanya usaha tidak dapat

dijadikan parameter yang dapat menyebabkan UKM meningkatkan intensitas

penggunaan modal ventura sebagai sumber pendanaan kegiatan usaha. Rendahnya

intensitas penggunaan modal ventura diduga disebabkan oleh beberapa faktor

seperti kurang populernya perusahaan modal ventura, aktivitas UKM yang lambat,

serta sumber pendanaan lain lebih menarik, seperti sektor perbankan.

Karakteristik dan pola pembiayaan modal ventura berpengaruh terhadap intensitas

penggunaan modal ventura. Jika karakteristik dan pola pembiayaan yang melekat

12

pada modal ventura semakin baik maka intensitas penggunaan modal ventura oleh

UKM akan semakin meningkat. Mekanisme pembiayaan modal ventura

dipandang unik, karena modal yang disediakan oleh perusahaan modal ventura

untuk UKM tidak disertai adanya jaminan. Kepercayaan dan komitmen tidak

berpengaruh pada intensitas pada penggunaan modal ventura. Keterlibatan

perusahaan modal ventura dalam pengelolaan usaha merupakan suatu keharusan

untuk meminimalisasi resiko yang terjadi. Ketetapan tersebut perlu diketahui oleh

UKM sebelum mengajukan gagasan usaha kepada perusahaan modal ventura

untuk dibiayai.

Tesis yang juga digunakan untuk membandingkan adalah tesis (3)

mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Hasanuddin atas nama Diska Rizki

Saputri Bambang pada tahun 2014 (duaribu empatbelas) dengan judul “Tinjauan

Kemitraan Antara Perusahaan Modal Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usaha

di Kota Makassar”. Adapun rumusan masalah tersebut yakni Bagaimanakah

keterlibatan Perusahaan Modal Ventura kepada Perusahaan Pasangan Usaha dalam

hal kegiatan operasional ? Bagaimanakah perlindungan hukum perusahaan modal

ventura dalam keterlibatannya pada perusahaan pasangan usaha?

Dengan hasil penelitian dari kedua perusahaan modal ventura tersebut,

keduanya tidak terlibat secara langsung dalam hal manajemen, administrasi,

pemasaran dan akuntansi perusahaan pasangan usaha. Keterlibatan PT. Celebes

Capital bisa dikatakan tidak ada, setiap bulannya PT. Celebes Capital meminta

pembayaran yang telah disepakati yaitu, pada bulan pertama pasangan usaha

harus membayar 2% dari pinjamannya dan bulan kedua pasangan usaha harus

membayar 2% dari pinjaman ditambah dengan jumlah pinjaman yang diberikan

13

oleh PT. Celebes Capital, jika kendaraan tersebut tidak terjual maka pasangan

usaha akan membelinya atau kendaraan tersebut akan dilelang. Pasangan usaha

merasa dituntut untuk memenuhi standar dari perusahaan modal ventura tanpa

mendapatkan bantuan memadai dalam hal kegiatan operasional. Berbeda dengan

PT. Sulsel Ventura yang menyediakan bantuan manajemen untuk perusahaan

pasangan usaha yang ditawarkan sebelum perjanjian ditanda tangani, namun

banyak dari perusahaan pasangan usaha yang menolak bantuan tersebut karena

merasa perusahaan modal ventura akan terlalu mencampuri bisnis mereka. Dan

perlindungan hukum perusahaan modal ventura dalam keterlibatan pada

perusahaan pasangan usaha Setiap kegiatan bisnis pembiayaan, termasuk juga

modal ventura, inisiatif mengadakan hubungan kontraktual berasal dari pihak-

pihak terutama perusahaan pasangan usaha. Dengan demikian, kehendak pihak-

pihak yang menjadi sumber hukumnya. Kehendak pihak-pihak tersebut

dituangkan dalam bentuk tertulis berupa rumusan perjanjian yang menentapkan

kewajiban dan hak masing-masing pihak dalam bisnis pembiayaan modal

ventura. Namun temuan selama penelitian mengungkapkan bahwa isi perjanjian

lebih berat pada kepentingan perusahaan modal ventura hal ini tersirat dari

ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan modal ventura dalam bentuk

perjanjian baku yang kemudian diberikan kepada perusahaan pasangan usaha

untuk ditandatangani, hal ini jelas tidak menampung kehendak perusahaan

pasangan usaha.

Motif untuk mendapat keuntungan yang tinggi dengan resiko yang tinggi

pula, tidak ditempuh oleh modal ventura. Modal ventura cenderung berhati-hati,

ini terlihat pula pada jangka waktu investasi yang semestinya jangka menengah

atau panjang, tetapi mereka menempuh jangka pendek atau menengah. Dalam

14

setiap pemberian penyertaan perusahaan modal ventura meminta jaminan.

PT.Celebes Capital mensyaratkan jaminan BPKB dari kendaraan-kendaraan

yang dijual oleh perusahaan pasangan usaha, selain itu juga mensyaratkan deposit

(dalam perjanjian disebut sebagai jaminan) sebesar Rp. 25.000.000,-. (duapuluh

lima juta rupiah). Jaminan merupakan kendala yang besar menurut pasangan

usaha, Pasangan usaha merasa tidak berbeda dengan pihak ke-3 yang mencarikan

pembeli untuk barang pihak pertama (PMV). PT. Sulsel Ventura yang memiliki

pasangan usaha dari beragam bidang usaha, menetapkan jaminannya dapat

berupa benda bergerak, tidak bergerak dan surat berharga. Penetapan jaminan ini

dianggap wajar mengingat modal yang disertakan juga besar. Kedua perusahaan

modal ventura melenceng dari karakteristik dasar modal ventura sehingga lebih

mirip dengan lembaga pembiayaan lain seperti perbankan. Selain itu dilihat dari

sudut perjanjian antara kedua perusahan modal ventura dan pasangan usahanya

mengacu pada asas kebebasan berkontrak dimana semua perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya selama

tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

Berdasarkan uraian di atas terlihat adanya kesenjangan antara pelaksanaan

(das sein) dan pengaturan (das sollen), menarik untuk diteliti dan diangkat karya

ilmiah yang akan dibahas dalam tesis ini. Untuk itu diajukan sebagai tesis dengan

judul: Persyaratan Jaminan Terhadap Perusahaan Pasangan Usaha Di

Dalam Perusahaan Modal Ventura.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah dipaparkan di

atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

15

1. Apakah persyaratan adanya jaminan antara Perusahaan Modal Ventura

dengan Perusahaan Pasangan Usaha diperlukan di dalam perjanjian modal

ventura?

2. Bagaimanakah konsekuensi perjanjian modal ventura antara Perusahaan

Modal Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usaha yang mensyaratkan

adanya jaminan?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian diharapkan agar mencapai suatu tujuan tertentu.

Adapun tujuan dari penelitian ini digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teori serta asas hukum

perdata pada umumnya dan hukum perjanjian pada khususnya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum tersebut, penelitian ini dilaksanakan untuk

mencapai tujuan yang bersifat khusus, yaitu :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis persyaratan jaminan yang diperlukan

antara Perusahaan Modal Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usaha di

dalam perjanjian modal ventura.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis konsekuensi perjanjian modal ventura

antara Perusahaan Modal Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usaha

yang mensyaratkan adanya jaminan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

16

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara teoritis

yang bersifat positif bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu hukum di masa

mendatang, khususnya perkembangan di bidang hukum pembiayaan, yang pada

dewasa ini keberadaannya sangat dibutuhkan dalam bidang ekonomi dan juga

dalam bidang bisnis.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara praktis

bagi para pelaku bisnis. Selain itu yang lebih penting adalah penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah sebagai pengambil

kebijakan dalam menyikapi masalah yang berkaitan dengan aktifitas yang ada di

dalam kegiatan perjanjian modal ventura.

1.5 Landasan Teoritis

Berdasarkan judul tesis ini yaitu Persyaratan Jaminan Terhadap Perusahaan

Pasangan Usaha di Dalam Perusahaan Modal Ventura, maka landasan teoritis

yang akan digunakan sebagai pisau analisis dalam tesis ini adalah Teori Jaminan,

Teori Kehendak, Teori Perjanjian, serta menggunakan Konsep Modal Ventura.

1.5.1 Teori Jaminan

Teori jaminan ini digunakan untuk menganalisis rumusan masalah

pertama yaitu mengenai apakah persyaratan adanya jaminan diperlukan dalam

perjanjian modal ventura. Istilah jaminan sendiri merupakan terjemahan dari

bahasa Belanda, yaitu “Zekerheid” atau “Cautie”. Zekerheid atau “Cautie”

17

mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya,

disamping pertanggung jawaban umum debitur terhadap hutang-hutangnya.8

Ketentuan yang memuat tentang jaminan terdapat di dalam Pasal 1131

KUH Perdata yang merumuskan bahwa: “Segala kebendaan si berutang (debitur),

baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun

yang akan baru ada di kemudian hari, menjadi jaminan suatu segala perikatan

pribadi debitur tersebut.” Fungsi utama dari jaminan adalah untuk meyakinkan

bank atau kreditor, bahwa debitor mempunyai kemampuan untuk mengembalikan

atau untuk melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan persyaratan

dan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama.9 Jaminan dapat dibedakan

menjadi 2 macam, yakni jaminan materiil (kebendaan), yaitu jaminan kebendaan;

dan yang kedua adalah jaminan imateriil (perorangan), yaitu jaminan

perorangan10

.

Jaminan Kebendaan adalah suatu tindakan berupa suatu penjaminan yang

dilakukan oleh kreditur terhadap debiturnya, atau antara si berpiutang (kreditur)

dengan seorang pihak ketiga guna memenuhi kewajiban-kewajiban dari si

berutang (debitur), sedangkan Jaminan Perorangan adalah jaminan seseorang dari

pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban

dari debitur. Kesimpulannya jaminan perorangan itu adalah suatu perjanjian

antara seorang berpiutang (kreditur) dengan pihak ketiga, yang menjamin

dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berutang (debitur). Dalam jaminan

perorangan (borgtocht) itu selalu dimaksudkan bahwa untuk pemenuhan

8 H. Salim HS, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, hal. 21. 9Abdul.R Saliman, 2010, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Kencana, Jakarta, hal. 20.

10H. Salim, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, hal. 23.

18

kewajiban-kewajiban pihak debitur, yang dijamin pemenuhannya seluruhnya atau

sampai suatu bagian tertentu, harta benda debitur dapat disita dan dilelang

menurut ketentuan-ketentuan perihal pelaksanaan atau eksekusi putusan

Pengadilan. Pemberian jaminan kebendaan selalu berupa menyendirikan suatu

bagian dari kekayaan seseorang, si pemberian jaminan (debitur), dan

menyediakannya guna pemenuhan (pembayaran) kewajiban (utang) yang

dimilikinya. Pemberian jaminan kebendaan ini kepada si berpiutang (kreditur)

tertentu, memberikan kepada si berpiutang tersebut suatu hak istimewa ( hak

privilege) terhadap kreditor lainnya.11

1.5.2. Teori Kehendak

Salah satu pencetus teori kehendak (will theory) adalah Morton J.

Horwitz.12

Seperti yang dikutip oleh Khairandy, Horwitz menyatakan teori

kehendak (will theory) mengajarkan bahwa pengakuan dan pelaksanaan kontrak

didasarkan pada kehendak mereka yang membuat kontrak.13

Teori ini digunakan untuk menganalisis tentang pengaruh kehendak para

pihak dalam mengikatnya perjanjian yang mereka buat berkenaan dengan

pertemuan kehendak para pihak dalam perjanjian perusahaan modal ventura.

Teori kehendak adalah salah satu teori dari hukum kontrak klasik. Menurut teori

kehendak suatu kehendak menghadirkan suatu ungkapan kehendak di antara para

11

Abdul. R Saliman, Op.Cit, hal. 21. 12

Ridwan Khairandy, 2011, “Landasan Filosofis Kekuatan Mengikatnya Kontrak”,

Jurnal Hukum, No. Edisi Khusus, Vol. 18, hal. 40-41. 13

Ibid.

19

pihak, yang harus dihormati. Dalam teori kehendak berasumsi bahwa suatu

kontrak melibatkan hak dan kewajiban yang dibebankan kepada para pihak. Para

pihak dalam suatu perjanjian perusahaan modal ventura memiliki hak untuk

memenuhi kepentingan pribadinya sehingga melahirkan suatu perikatan.

Pertimbangannya ialah bahwa para pihak harus memiliki kebebasan dalam setiap

penawaran dan mempertimbangkan kemanfaatannya bagi dirinya.

Subekti mengungkapkan bahwa perikatan yang lahir dari perjanjian

memang dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat suatu

perjanjian.14

Kontrak atau perjanjian semata-mata adalah suatu pernyataan

kehendak dari dua atau lebih individu. Pernyataan ini merupakan suatu syarat

yang harus ada. Tanpa adanya pernyataan ini maka kontrak yang dibuat tidak

dapat ada. Para pihak melakukan kontrak dengan beberapa kehendak yaitu :

a. Kebutuhan terhadap janji atau janji-janji;

b. Kebutuhan terhadap janji atau janji-janji antara dua atau lebih;

c. Pihak dalam suatu perjanjian;

d. Kebutuhan terhadap janji-janji yang dimuat dalam bentuk kewajiban, dan;

e. Kebutuhan terhadap kewajiban bagi penegakkan hukum.

Perjanjian PMV tercantum janji-janji antara para pihak melalui klausula-

klausula hak dan kewajiban antara perusahaan pasangan usaha dengan PMV.

Kehendak para pihak yang dirumuskan dalam perjanjian modal ventura ini harus

dinyatakan oleh para pihak. Suatu pernyataan kehendak antara pihak PPU dengan

PMV merupakan suatu syarat yang harus ada. Tanpa adanya pernyataan ini maka

perjanjian modal ventura yang dibuat tidak dapat ada. Teori kehendak dalam

14

R. Soebekti, 1979, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, Selanjutnya disebut R.

Subekti I) hal. 3.

20

perjanjian modal ventura adalah sebagai teori yang menegaskan bahwa terdapat

kebebasan bagi para pihak untuk mewujudkan kehendaknya yang dinyatakan

dalam transaksi hukum dua belah pihak (secara bilateral) yaitu dalam melalui

perjanjian modal ventura.

1.5.3 Teori Perjanjian

Perjanjian di Indonesia diatur dalam buku Ketiga KUH Perdata tentang

Perikatan yaitu Pasal 1313 KUH Perdata yang merumuskan: “Perjanjian adalah

suatu perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih”. Pasal 1121 KUH Perdata merumuskan: “Tiada

sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan atau

diperolehnya dengan paksaan atau penipuan”.

Para pihak yang akan mengikatkan diri untuk membuat suatu perjanjian

harus terlebih dahulu menyetujui syarat-syarat yang akan dituangkan dalam suatu

perjanjian tersebut. Sucitthra Vasu, menyatakan:

The purpose of setting down the terms of contract are; firstly, it stipulates

the rights and obligations of the parties. Secondly, in the event of a dispute

between parties, it enables the court to decide which is the defaulting party

so that the dispute can be resolved.15

(Terjemahan bebas: Tujuan dari

pengaturan syarat-syarat kontrak : pertama, menetapkan hak dan

kewajiban para pihak. Kedua, dalam hal terjadi perselisihan antara para

pihak, memungkinkan pengadilan untuk memutuskan yang merupakan

pihak wanprestasi sehingga perselisihan dapat diselesaikan).

15

Sucitthra Vasu, 2006, Contract Law For Business People, Rank Books, Singapore, hal.

1.

21

Suatu kontrak atau perjanjian, menjadi kewajiban para pihak untuk

menaati kontrak yang telah disepakatinya, terutama bagi debitur sebagai pihak

yang berutang ke pihak lain, selain itu batas waktu dalam hal pemenuhan

kewajiban juga harus diperhatikan sebagaimana dikatakan oleh R. Subekti, dalam

bukunya Law In Indonesia, menyatakan bahwa:

The debtor has done something what is in contravention of the contract, it

is obvious that he is in default. Also when in the contract is fixed a time

limit for carrying out the duty and the debtor has elapsed this time limit, it

is clear that the debtor is in default.16

(Terjemahan bebas : Debitur yang

telah melakukan tindakan yang berlawanan dengan kontrak itu dinyatakan

menyalahi kontrak. Begitu pula apabila dalam kontrak ditentukan batas

waktu pemenuhan kewajiban, akan tetapi debitur tidak mengindahkan

limit waktu itu, itu jelas debitur dinyatakan bersalah).

Hal yang terpenting dalam perjanjian adalah sahnya suatu perjanjian.

Syarat sahnya suatu perjanjian telah dirumuskan dalam Pasal 1320 KUH Perdata

yang merumuskan:

Untuk sahnya persetujuan - persetujuan itu diperlukan empat syarat:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. Cakap untuk membuat suatu perikatan;

c. Suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

1) Sepakat Mereka Yang Mengikatkan Dirinya.

16

R. Soebekti, 1982, Law In Indonesia, Centre For Strategic And International, And

Studies, Third Edition, Jakarta, (selanjutnya ddisebut R. Subekti II), hal. 55.

22

Kesepakatan merupakan awal dari lahirnya suatu perjanjian,

yakni merupakan suatu kondisi dimana para pihak memiliki kesesuaian

pendapat dan keinginan yang sama untuk melaksanakan isi dari

perjanjian tersebut secara sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun.

2) Cakap Yang Membuat Suatu Perikatan

Kecakapan merupakan suatu syarat bagi para pihak untuk

bertindak dalam perjanjian. Dalam Pasal 1329 KUH Perdata

merumuskan: “Setiap orang cakap untuk membuat perikatan-perikatan,

jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap. Jadi pada

dasarnya setiap orang cakap untuk membuat suatu perjanjian”. Namun

ketentuan pasal ini dibatasi oleh Pasal 1330 KUH Perdata yang

merumuskan:

Tak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah:

1) Orang-orang yang belum dewasa;

2) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;

3) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-

undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang

telah melarang membuat perkjanjian-perjanjian tertentu.

Orang yang belum dewasa kemudian ditentukan batasan oleh Pasal 330

KUH Perdata yang merumuskan: “Belum dewasa adalah mereka yang belum

mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu kawin”. Jadi

dalam KUH Perdata kecakapan bertindak para pihak diukur dari usia dan status

perkawinan yaitu harus berusia dua puluh satu tahun atau telah pernah melakukan

23

perkawinan walaupun belum berusia dua puluh satu tahun. Orang yang berada

dibawah pengampuan atau disebut juga Cuatele adalah orang yang yang dianggap

tidka cakap untuk bertindak dalam bidang hukum dikarenakan sakit yang diderita

baik sejak lahir maupun yang diakibatkan oleh kepribadiannya.

a. Suatu Hal Tertentu

Suatu hal tertentu merupakan obyek perjanjian tersebut. Obyek

perjanjian ini diatur dalam Pasal 1332 dan 1333 KUH Perdata. Dalam

Pasal 1332 KUH Perdata merumuskan: “Hanya barang-barang yang dapat

diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu perjanjian”. Pasal 1333

KUH Perdata merumuskan: “Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai

pokok sutau barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya”. Tidaklah

menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu

kemudian dapat ditentukan atau dihitung.

b. Suatu Sebab Yang Halal

Suatu sebab yang halal berarti isi perjanjian tersebut tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundangan, kesusilaan dan ketertiban

umum. Kontrak itu mengikat atau Pacta Sun Servanda, yang berarti suatu

kontrak yang tidak dibuat secara ilegal dan tidak berasal dari penipuan

harus sepenuhnya diikuti.17

Perjanjian mengikat pihak-pihak yang

mengadakannya atau setiap perjanjian harus ditaati dan ditepati. Semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi

mereka yang membuatnya dan perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik

17

Munir Fuady, 2013, Teori Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana

Predana Group, Jakarta, (selanjutnya disebut Munir Fuady I), hal. 210.

24

kembali selain dengan kesepakatan para pihak atau karena alasan-alasan

yang telah ditetapkan oleh undang-undang, sehingga perjanjian modal

ventura ini haruslah ditaati dan ditepati bagi para pihak, yakni antara

perusahaan pasangan usaha maupun pada pihak perusahaan modal ventura,

dan perjanjian yang sudah disepakati tersebut tidak boleh ditarik kembali

kecuali sudah terdapat kesepakatan dari para pihak tersebut sebelumnya.

Perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik. Suatu hal yang penting

yang patut diperhatikan bahwa, perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal

yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang

menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-

undang. Asas hukum ini, telah meletakkan posisi perjanjian yang dibuat oleh

masyarakat menjadi undang-undang baginya sehingga Negara tidak berwenang

lagi ikut campur dalam perjanjian. Kebebasan berkontrak bukanlah kebebasan

yang tak terbatas, karena tetap ada batasannya dan akan ada akibat hukum yang

timbul terhadap kebebasan yang tak terbatas itu. Adanya batas-batas kebebasan

berkontrak, yaitu bila suatu kontrak melanggar peraturan perundang-undangan

atau suatu public policy, maka kontrak tersebut menjadi illegal. Apa yang

dimaksud dengan public policy amat tergantung kepada nilai-nilai yang ada

dalam suatu masyarakat.

Asas ini tercantum dalam pasal yang sama dengan pasal yang berisi asas

kebebasan berkontrak, yaitu Pasal 1338 KUH Perdata, yang merumuskan: “Semua

kontrak yang dibuat secara sah akan mengikat sebagai undang undang bagi para

pihak dalam kontrak tersebut”. Asas bahwa para pihak harus memenuhi apa yang

25

mereka terima sebagai kewajiban masing-masing karena persetujuan merupakan

undang-undang bagi pihak-pihak yang mengadakannya dan kekuatan

mengikatnya dianggap sama dengan kekuatan undang-undang, sehingga istilah

Pacta Sun Servanda berarti “janji itu mengikat”. Terikatnya para pihak pada

perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikan, akan tetapi

juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan

kepatutan secara moral.18

1.5.4 Konsep Modal Ventura

Untuk memahami tentang Perusahaan Modal Ventura, maka akan

dijelaskan Konsep Modal Ventura.

a. Pengertian Modal Ventura

Modal ventura merupakan suatu investasi yang bersifat jangka panjang

dalam bentuk pemberian modal yang mengandung resiko dimana penyedia

dana mengharapkan memperoleh capital gain bukan pendapatan bunga atau

deviden. Adapun menurut Clinton, modal ventura adalah dana yang

diinvestasikan pada perusahaan atau individu yang memiliki resiko tinggi.19

Definisi lain diberikan oleh Robert White sebagaimana disitir oleh Dahlan

Siamat yang menyatakan bahwa modal ventura adalah bisnis pembiayaan

untuk memungkinkan pembentukan dan pengembangan usaha-usaha baru di

bidang teknologi dan/atau non teknologi.20

Menurut Handowo Dipo yang

dimaksud dengan modal ventura dapat diartikan dana usaha dalam bentuk

18

Mariam Darus Badrulzaman dkk, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Adytis

Bakti, Bandung, hal. 88. 19

Martono, 2002, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yogyakarta, hal. 127. 20

Dahlan Siamat, 2001, Manajemen Lembaga Keuangan (Edisi Ketiga), Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 333.

26

saham atau pinjaman yang dapat dialihkan menjadi saham.21

Dalam Black‟s

Law Dictionary menyebutkan bahwa:

Venture Capital is funding for new companies or others embarking on

new or turnaround ventures that entails some investment risk but

offers the potential for above average future profits. Ventura Capital is

often provided by firm that specialize in financing new ventures with

capital supplied by investors interested in speculative or high risk

investment22

. (Terjemahan bebas Modal Ventura mendanai perusahaan

baru atau lainnya yang memulai usaha baru atau perputaran yang

memerlukan beberapa risiko investasi tetapi menawarkan untuk

potensi keuntungan rata-rata atas di masa depan. Modal Ventura sering

disediakan oleh perusahaan yang mengkhususkan diri dalam

pembiayaan usaha baru dengan modal yang diberikan oleh investor

yang tertarik dalam spekulasi atau investasi resiko tinggi).

b. Pengaturan Modal Ventura

Modal ventura merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang

keberadaannya masih relatif baru. Secara institusional dan formal usaha modal

ventura ini baru ada setelah keluarnya Keppres Nomor 61 Tahun 1988 tentang

Lembaga Pembiayaan, dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor . 1251 /

KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga

Pembiayaan. Kedua pengaturan ini merupakan tonggak sejarah perkembangan

hukum modal ventura.23

. Pengaturan Modal Ventura saat ini diatur dalam

Perpres Nomor 9 Tahun 2009 dan dalam Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal

Ventura (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2012,

selanjuntnya disebut Permenkeu Nomor 18/PMK.010/2012)

21

Handawan Dipo, 1995, Sukses Memperoleh Dana Usaha Dengan Tinjauan Khusus

Modal Ventura, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, hal. 10. 22

Henry Campbell Black, 1990, Black‟s Law Dictionary, West Publishing Co, St. Paul,

USA, hal. 1556. 23

Sunaryo, Op.Cit, hal. 20.

27

Pembiayaan Modal Ventura di samping berorientasi untuk

memperoleh keuntungan yang tinggi, dengan resiko yang tinggi pula, juga

bertujuan antara lain24

:

1) Memungkinkan dan mempermudah pendirian suatu perusahaan baru;

2) Membantu membiayai perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dana

dalam pengembangan usahanya, terutama pada tahap-tahap awal;

3) Membantu perusahaan baik dalam tahap pengembangan suatu produk

maupun pada tahap mengalami kemunduran;

4) Membantu terwujudnya dari hanya suatu gagasan menjadi produk jadi

yang siap dipasarkan;

5) Memperlancar mekanisme investasi dalam dan luar negeri.

Dengan bantuan penambahan dana sekaligus bantuan manajemen yang

memiliki tenaga-tenaga profesional dan berpengalaman maka kegiatan produksi

dan pemasaran akan lebih efektif dan efisien.25

Jika dilihat dari sisi Perusahaan

Pasangan Usaha, maka manfaat yang diperoleh di antaranya:

a. Dengan adanya pembiayaan modal ventura, maka perusahaan kecil dan

masih dalam awal perkembangan dapat menjadi perusahaan pasangan

usaha sehingga dapat memperoleh bantuan dana untuk meningkatkan

kegiatan usahanya;

b. Tingkat keberhasilan dari perusahaan pasangan usaha akan menjadi lebih

besar karena perusahaan modal ventura yang memiliki kemampuan

24

Dahlan Siamat, Op.Cit, hal. 337. 25

Martono, Op.Cit, hal. 129.

28

manajemen bisnis yang kuat dan juga dapat meningkatkan efisiensi

pemasaran produknya;

c. Pembiayaan oleh modal ventura dengan cara penyertaan modal tidak perlu

membayar beban bunga dan angsuran utang.

1.6 Kerangka Penelitian

Persyaratan Jaminan Terhadap Perusahaan

Pasangan Usaha Di Dalam Perjanjian Modal

Ventura

Apakah

persyaratan

jaminan antara

PMV dengan PPU

diperlukan di

dalam perjanjian

modal ventura?

Bagaimana

konsekuensi

perjanjian modal

ventura antara PMV

dengan PPU yang

mensyaratkan

adanya jaminan?

Teori Jaminan

Teori Perjanjian

PMVyang melenceng dari awal didirikannya yakni

sebagai lembaga pembiayaan alternatif, namun

yang terjadi bahwa PMV tidak ada bedanya dengan

lembaga bank yang mensyaratkan jaminan di dalam

setiap perjanjiannya

Peraturan Presiden

Nomor 9 Tahun 2009

tentang Lembaga

Pembiayaan

29

2

3

4

5

1.7. Metode Penelitian

1.7.1. Jenis Penelitian

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris karena untuk

mendekati masalah dari peraturan yang berlaku dan kenyataan yang terjadi pada

Perusahaan Modal Ventura. Dari tataran norma (das sollen) berdasarkan Pasal 1

angka 3 Perpres Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan

merumuskan:

“Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan

usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal kedalam suatu

perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk

jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui

pembeliaan obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian sisa

hasil usaha”.

Rumusan pasal tersebut memberikan pembatasan kegiatan usaha

perusahaan modal ventura haruslah berupa penyertaan modal kedalam suatu

Teori

Kehendak

Ya, diperlukan jaminan untuk

meyakinkan PMV jika terjadi

wanprestasi pada PPU

Perjanjian tetap dianggap sah dan tetap

dapat dijalankan selama memenuhi syarat

pasal 1320 KUHPer

PMV tidak ada bedanya dengan bank

karena sama-sama mempersyaratkan

jaminan di dalam perjanjiannya

Pemerintah harus tegas di dalam

membuat peraturan, karena PMV yang

diharapkan menjadi alternatif dari bank,

menjadi tidak ada bedanya dengan bank

Konsep Modal

Ventura

30

perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan. Namun pada tataran prakteknya

(das sein), terdapat perbedaan kegiatan usaha yakni di dalam perjanjian modal

ventura yang mensyaratkan adanya jaminan.

1.7.2 Sifat Penelitian

Penelitian tesis ini bersifat deskriptif karena ingin menggambarkan secara

tepat sifat-sifat suatu individu, gejala, keadaan, atau kelompok tertentu, tentang

kenyataan yang terjadi pada praktek perjanjian modal ventura antara perusahaan

modal ventura dengan perusahaan pasangan usaha.

1.7.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di kota Denpasar, karena ditentukan berdasarkan

data yang diperoleh pada Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusra tahun 2014

menyebutkan bahwa proporsi penyaluran kredit produktif terbesar adalah di kota

Denpasar sebesar 58,55 persen dari total kredit produktif UMKM yang disalurkan

di seluruh Bali.26

Kota Denpasar terletak di tengah-tengah dari Pulau Bali, selain

merupakan Ibukota Daerah Tingkat II, juga merupakan Ibukota Propinsi Bali

sekaligus sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, perekonomian. Letak yang

sangat strategis ini sangatlah menguntungkan, baik dari segi ekonomis maupun

dari kepariwisataan karena merupakan titik sentral berbagai kegiatan sekaligus

sebagai penghubung dengan kabupaten lainnya. Kota Denpasar terletak diantara

08° 35" 31'-08° 44" 49' lintang selatan dan 115° 10" 23'-115° 16" 27' Bujur timur,

Luas wilayah Kota Denpasar 127,98 km2 atau 127,98 Ha, yang merupakan

tambahan dari reklamasi pantai serangan seluas 380 Ha, atau 2,27 persen dari

26

http://www.bi/kredit/umkmbali/2014.co.id, diakses pada tanggal 21 Pebruari 2015

Pukul 20.15 Wita

31

seluruh luas daratan Propinsi Bali. Sedangkan luas daratan Propinsi Bali

seluruhnya 5.632,86 Km2.Batas Wilayah Kota Denpasar di sebelah Utara dan

Barat berbatasan dengan Kabupaten Badung (Kecamatan Mengwi, Abiansemal

dan Kuta Utara), sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar

(Kecamatan Sukawati dan Selat Badung dan di sebelah Selatan berbatasan dengan

Kabupaten Badung (Kecamatan Kuta) dan Selat Badung. Sebagian besar (59,1%)

berada pada ketinggian antara 0 - 75 M dari permukaan laut.27

1.7.4 Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari obyek pengamatan atau obyek penelitian.

Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap

mewakili populasinya. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah teknik non probability sampling. Teknik non probability

sampling memberikan peran yang sangat besar pada peneliti untuk menentukan

pengambilan sampelnya. Teknik non probalility sampling yang digunakan adalah

teknik snowball sampling, yaitu teknik yang dipilih berdasarkan penunjukkan atau

rekomendasi dari sampel sebelumnya. Dengan bentuk snowball sampling

penarikan sampel dipilih dan ditentukan sendiri oleh peneliti yang mana

penunjukan dan pemilihan sampel harus berdasarkan pertimbangan bahwa

sampel telah memenuhi kriteria dan karakteristik tertentu yang merupakan ciri

27

www.denpasarkota.go.id/index.php/selayang.../2/Kondisi-Geografi diakses pada

tanggal 05 Nopember 2015 pada pukul 12.25 Wita

32

utama populasinya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri oleh peneliti

yaitu dengan menarik key informan ( Informan kunci) ataupun responden kunci

yang dianggap tahu tentang penelitian yang sedang dilakukan. Responden atau

informan berikutnya yang akan dijadikan sampel tergantung dari rekomendasi

yang diberikan oleh key informan.

Sampel penelitian ditentukan pada PT. Sarana Bali Ventura yang

beralamat di Jalan. Diponegoro, No. 150, Komplek IDT/Ruko Genteng Biru Blok

B 23-24 Denpasar yang kemudian dilanjutkan pada PT. Swadana Mitra Binaan

Balisari Rejeki Ventura yang beralamat di Jl. Bedahulu. No. 8, Kompleks Gatot

Subroto Denpasar.

1.7.5 Sumber Data

Dalam penelitian hukum empiris sumber data dapat dibedakan menjadi

(dua) yaitu meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber pertama

atau sumber asal dari lapangan. Untuk memperoleh data-data tersebut

harus ditentukan wilayah dan subyek penelitiannya. Data Primer dalam

penelitian ini diperoleh dengan melakukan penelitian di Perusahaan Modal

Ventura yang ada di Bali khususnya Denpasar, dan terdaftar resmi pada

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK).

2. Data Sekunder, yakni suatu data yang bersumber dari penelitian

kepustakaan yaitu data yang diperoleh dari data yang terdokumenkan

dalam bentuk bahan-bahan hukum. Bahan-bahan hukum tersebut terdiri

33

dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum

tersier.

a. Bahan hukum primer adalah bahan- bahan hukum yang mengikat.28

Bahan hukum primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Burgerlijk Wetboek voor Indonesie (Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, Staatsblad 1847 Nomor 23), terjemahan

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio.

2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Juncto

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182 Tahun 1998)

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3473).

3) Undang-Undang Nomor. 30 Tahun 2004 Juncto Undang Undang

Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 117 Tahun 2004, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5491)

4) Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756).

5) Undang-Undang Nomor 21Tahun 2011tentang Otoritas Jasa

Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 111

28

Bambang Sunggono, 2010, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hal.

113.

34

Tahun 2011,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5253)

6) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1995 tentang Pajak

Penghasilan atas Penghasilan Perusahaan Modal Ventura dari

Transaksi Penjualan Saham atau Pengalihan Penyertaan Modal Pada

Perusahaan Pasangan Usahanya (Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 1995, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3585).

7) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga

Pembiayaan.

8) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

18/PMK.010/2012 tentang Perusahan Modal Ventura (Berita Negara

Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2012)

9) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer.29

Yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah berupa buku-buku hukum serta makalah- makalah

yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam tesis ini.

c. Bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk

serta penjelasan yang menunjang bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder. Bahan hukum tertier dapat berupa kamus hukum dan

ensiklopedia.30

1.7.6 Teknik Pengumpulan Data

29

Ibid, hal. 114. 30

Amirudin dan Zainal Asikin, op.cit, hal.32.

35

Pengertian dari pengumpulan data adalah suatu kegiatan merapikan data

dari hasil pengumpulan data di lapangan sehingga siap dipakai untuk dianalisa.31

Dalam rangka untuk mendapatkan data praktis digunakan dua cara

pengumpulan data, yakni :

1. Teknik Wawancara

Untuk mengumpulkan data lapangan yaitu data primer dengan cara

mengadakan wawancara langsung kepada informan dan pihak-pihak

terkait dengan penulisan tesis ini. Teknik Wawancara merupakan teknik

yang digunakan dalam penelitian hukum empiris dengan cara mengadakan

wawancara langsung kepada pihak responden serta pihak informan pada

Perusahaan Modal Ventura. Responden dalam penelitian ini adalah Lisa

Endraswari, SH., staff Legal Officer PT. Sarana Bali Ventura. Alasan

milih responden ini adalah karena responden merupakan legal Officer

dalam PMV yang ikut menandatangani perjanjian modal ventura antara

PMV dengan PPU. Informan dalam penelitian ini adalah Ida Bagus

Amunika, Staff Marketing PT. Sarana Bali Ventura dan Ni Luh Putu

Indrawati, Manajer Operasional PT. Swadana Mitra Binaan Balisari Rejeki

Ventura. Pemilihan informan ini karena informasi yang diberikan oleh

informan tersebut relevan dengan penelitian tesis ini.

2. Teknik Studi Dokumen

Untuk mengumpulkan data kepustakaan digunakan teknik membaca,

mencatat dari buku literatur yang ada kaitanya dengan masalah. Teknik

31

Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, hal.

72.

36

pengumpulan data sekunder dengan teknik studi dokumen adalah dari

bahan hukum primer yaitu dari peraturan perundang-undangan, dan bahan

hukum sekunder kepustakaan yang berkaitan dengan modal ventura dan

hukum jaminan.

1.7.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul berupa produk peraturan perundang-undangan, dan

hasil observasi di lapangan penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis

„deskriptif kualitatif. Data yang telah dikumpulkan kemudian diedit dan dianalisa

kualitas data tersebut dengan memeriksa kembali kelengkapan jawaban yang

diterima, kejelasan, konsistensi jawaban atau informasi, relevansinya terhadap

pokok persoalan yang diteliti.