1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sedang membangun dan
sejalan dengan itu masyarakat Indonesia melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan pembangunan di bidang ekonomi. Kehidupan masyarakat
Indonesia yang serba cepat ini memacu manusia untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perkembangan perekonomian khususnya di provinsi Bali
yang merupakan provinsi yang sedang berkembang pesat saat ini pada tahun 2014
lalu tumbuh sebesar 6,58 % atau berada di posisi ke tiga secara nasional setelah
Kalimantan Timur dan DKI Jakarta.1 Pertumbuhan ini terjadi pada seluruh sektor
baik produksi barang maupun jasa.
Berbagai upaya dilakukan pelaku usaha, khususnya pelaku kecil dan
menengah untuk meningkatkan usahanya. Para pelaku usaha tersebut akan
berusaha mencari alternatif pendanaan selain dari hasil laba usahanya. Pemenuhan
kebutuhan hidup secara cepat telah mendorong dan membuka peluang bagi
manusia untuk melakukan berbagai macam kegiatan bisnis. Perkembangan yang
semakin pesat pada kegiatan bisnis di masyarakat ini, maka keperluan akan modal
atau dana yang dibutuhkan juga semakin meningkat. Modal merupakan faktor
yang sangat penting di dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu, banyak cara yang
ditempuh oleh para pelaku usaha untuk mendapatkan modal agar meningkatkan
usahanya.
1Perkembangan Triwulanan Provinsi Bali, 2014, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali,
Denpasar, hal 1.
2
Untuk mengakomodir keperluan akan modal atau dana maka sarana
penyediaan dana yang dibutuhkan masyarakat perlu diperluas.2 Modal merupakan
salah satu sarana pokok di dalam pengembangan usaha. Upaya yang dilakukan
oleh masyarakat Indonesia dewasa ini untuk memperoleh modal sebagai
kebutuhan utama di dalam pengembangan usahanya. Umumnya dana yang
dibutuhkan tersebut dapat disediakan oleh lembaga perbankan melalui fasilitas
kredit, namun fasilitas kredit dari perbankan sangat terbatas dan tidak semua
pelaku usaha punya akses untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari bank,
selain itu lembaga perbankan tersebut juga mewajibkan jaminan yang kadang
tidak bisa dipenuhi oleh para pelaku usaha tersebut. Kini banyak alternatif yang
berkembang sehingga memunculkan fenomena baru di dalam perkembangan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Upaya lain tersebut dapat dilakukan melalui
suatu jenis badan usaha yaitu melalui lembaga pembiayaan.
Lembaga pembiayaan merupakan salah satu bentuk usaha di bidang
lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai peranan sangat penting di dalam
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kegiatan lembaga pembiayaan dilakukan
dalam bentuk penyediaan dana barang modal dengan tidak menarik dana secara
langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan, maupun surat
sanggup bayar.
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan tersebut,
lembaga pembiayaan mempunyai peran yang sangat penting sebagai salah satu
lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang
pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Lembaga pembiayaan dikatakan
2 Siti Ismijati Jenie, 1996, Beberapa Perjanjian Yang Berkenaan Dengan Kegiatan
Pembiayaan, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, hal. 1.
3
sebagai sumber pembiayaan alternatif karena di luar lembaga pembiayaan masih
banyak lembaga keuangan lain yang dapat memberi bantuan dana, seperti
pegadaian, pasar modal, dan bank. Meskipun demikian, dalam kenyataannya tidak
semua pelaku usaha dapat dengan mudah mengakses dana dari setiap jenis sumber
dana tersebut.
Kesulitan memperoleh dana tersebut disebabkan oleh masing-masing
lembaga keuangan yang mensyaratkan ketentuan yang tidak mudah dapat
dipenuhi oleh pihak yang membutuhkan dana. Di samping berperan sebagai
sumber dana alternatif, lembaga pembiayaan juga mempunyai peranan penting di
dalam pembangunan yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat
masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan. Aspirasi dan minat
masyarakat dalam pembangunan ekonomi ini bisa terwujud jika ada pihak yang
memfasilitasinya. Lembaga pembiayaan sebagai sumber pembiayaan dapat
memberikan kontribusinya dalam bentuk bantuan dana guna menumbuhkan dan
mewujudkan aspirasi dan minat masyarakat tersebut.
Bantuan dari dana lembaga pembiayaan ini diharapkan masyarakat (pelaku
usaha) dapat mengatasi salah satu faktor krusial yang umum dialami, yakni faktor
permodalan. Istilah lembaga pembiayaan belum sepopuler dengan istilah lembaga
keuangan dan lembaga perbankan. Belum akrabnya dengan istilah ini karena
dilihat dari eksistensinya, lembaga pembiayaan memang relatif masih baru jika
dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional, yakni bank. Tidak seperti
lembaga pembiayaan bank, lembaga pembiayaan ini baru tumbuh dan
berkembang seiring dengan adanya Paket Deregulasi Tahun 1988, yaitu Paket
4
Deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto 88) dan Paket Deregulasi 20 Desember 1988
(Pakdes 88).
Perbedaan dari lembaga pembiayaan dengan lembaga keuangan yakni di
dalam lembaga pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih menekankan pada fungsi
pembiayaan, yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak
menarik dana secara langsung dari masyarakat. Sedangkan sebagai badan usaha,
lembaga keuangan menjalankan usahanya di bidang jasa keuangan dan jasa
keuangan bukan pembiayaan. Istilah lembaga pembiayaan lebih sempit
pengertiannya dibandingkan dengan istilah lembaga keuangan. Lembaga
pembiayaan merupakan bagian dari lembaga keuangan. Menurut Pasal 1 angka 1
Keputusan Presiden Nomor. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan
merumuskan lembaga pembiayaan adalah “Badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.”
Berdasarkan definisi tersebut, dalam pengertian lembaga pembiayaan
terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
a. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk
melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga
pembiayaan
b. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan pekerjaan atau aktivitas dengan
cara membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan
c. Penyedianaan dana, yaitu perbuatan menyediakan uang untuk suatu
keperluan
d. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau
barang lain, seperti mesin-mesin, peralatan pabrik, dan sebagainya
e. Tidak menarik dana secara langsung artinya tidak mengambil uang secara
langsung baik dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan surat sanggup
bayar kecuali hanya untuk dipakai sebagai jaminan utang kepada bank
yang menjadi kreditornya
f. Masyarakat, yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat,
yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama3
3 Sunaryo, 2013, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 1.
5
Untuk memahami tentang bidang-bidang kegiatan usaha lembaga
pembiayaan sebagaimana dimaksud di atas, dapat diberikan penjelasan tentang
pengertiannya sebagai berikut:
a. Sewa Guna Usaha (Leasing), dimana kegiatan utamanya adalah bergerak
di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang
dibutuhkan oleh nasabah (lessee).4 Pembiayaan disini dimaksudkan yakni
jika nasabah membutuhkan barang-barang modal seperti peralatan kantor
atau mobil dengan cara dibeli secara kredit ataupun dengan cara disewa,
maka dapat diperoleh pada perusahaan leasing.
b. Modal Ventura (Ventura Capital), adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyertaan modal ke dalam perusahaan yang menerima bantuan
pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.
c. Anjak Piutang (Factoring), dalam penjelasan atas Pasal 6 huruf l atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan
Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3472 Juncto Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan, memberikan arti kepada Factoring sebagai kegiatan
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan
dalam dan luar negeri, yang dilakukan dengan cara pengambilalihan atau
pembelian piutang tersebut.
d. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance), adalah suatu kegiatan
dimana di dalam melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk
4Kasmir, 2001, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, (selanjutnya disebut Kasmir I), ,hal. 241.
6
kebutuhan atau keperluan konsumen dilakukan dengan sistem pembayaran
secara angsuran atau tidak secara tunai.
e. Kartu Kredit (Credit Card), merupakan salah satu cara pemberian kredit
dengan perjanjian yang menggunakan kartu sebagai sarana penarikan
secara tunai maupun melalui pengambilan barang atau jasa pada merchant
atas beban pemegang kartu kredit yang bersangkutan.5
f. Perdagangan Surat Berharga (Securities Company), yakni kegiatan
pembiayaan dalam bentuk surat berharga. Dalam lalu lintas perdagangan
terdapat surat-surat berharga yang dapat diperdagangkan, yang
mengandung suatu nilai dan oleh karenanya dapat berpindah-pindah
tangan.6
Salah satu bidang kegiatan usaha lembaga pembiayaan yakni usaha modal
ventura, dimana keberadaan usahanya di Indonesia dalam arti intitusional dan
formal merupakan pranata hukum dan bisnis yang relatif masih baru, meskipun
demikian usaha modal ventura ini ke depannya mempunyai prospek yang cukup
baik mengingat keberadannya mempunyai peranan yang sangat penting bagi
pengembangan usaha khususnya bagi usaha kecil di Indonesia. Melihat tingginya
kebutuhan modal di masyarakat terutama pelaku Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKN) perusahaan yang bergerak di bidang Modal Ventura,
memberikan program bantuan modal tanpa jaminan dengan syarat yang mudah
dan kewajiban yang ringan dengan sistem kerjasama bagi hasil.
5Z.Dunil, 2004, Kamus Istilah Perbankan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, hal. 204. 6R. Suryatin, 1982, Hukum Dagang I dan II, Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 98.
7
Di dalam Pasal 1 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Lembaga Pembiayaan (selanjutnya disebut Perpres Nomor 9 Tahun 2009)
merumuskan bahwa Venture Capital Company atau Perusahaan Modal Ventura
(selanjutnya disebut PMV) adalah badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan / penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima
bantuan pembiayaan (investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam
bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi,
dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.
Dikatakan memiliki resiko tinggi karena modal ventura berbeda dengan
bentuk pembiayaan lain seperti perbankan. Dalam memberikan kredit bank pada
umumnya sebatas memberikan modal saja dan bank juga menuntut adanya
jaminan atas pinjaman kredit serta pembayaran bunga. Lain halnya dengan modal
ventura yang memberikan penyertaan modal kepada perusahaan pasangan usaha,
yang memberikan pembiayaan berupa modal bukan pinjaman kredit maka
pembiayaan PMV tidak dikenai bunga dan tidak mempersyaratkan adanya
jaminan melainkan pembagian keuntungan sesuai dengan proporsi masing-
masing.
Dilihat dari jenis pembiayaan yang berupa penyertaan modal dalam
rangka mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, PMV memberikan bantuan
operasional guna mengembangkan usaha perusahaan pasangan usaha. Bantuan
operasional yang diberikan oleh Perusahaan modal ventura bisa berupa
pendidikan manajemen, administrasi, akuntansi dan pemasaran produk/jasa
perusahaan pasangan usaha dengan menempatkan wakilnya di perusahaan
pasangan usaha.
8
Untuk mengakomodasi kepentingan para pihak dalam kegiatan kerjasama
antara perusahaan modal ventura dan perusahaan pasangan usaha maka
dituangkan dalam bentuk kontrak/perjanjian penyertaan modal ventura. Perjanjian
ini yang mendasari kerjasama antara perusahaan modal ventura dan perusahaan
pasangan usaha.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, diperoleh ciri-ciri khas atau
karakteristik modal ventura salah satunya adalah bahwa pembiayaan modal
ventura berisiko tinggi karena modal usaha (risk capital) tidak didukung oleh
agunan (collateral).7 Di dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Lembaga Pembiayaan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura adalah usaha pembayaran
dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima
bantuan pembayaran untuk jangka waktu tertentu. Mengingat bentuk bantuan
modal berupa penyertaan modal, maka dalam pembiayaan modal ventura ini tidak
mempersyaratkan adanya Collateral atau agunan (das sollen). Namun pada
kenyataannya, peraturan pengaturan ini tidak efektif dilaksanakan oleh
kebanyakan perusahaan modal ventura. Banyak perusahaan modal ventura yang
mempersyaratkan adanya jaminan collateral atau agunan dalam bantuan
pembiayaannya (das sein).
Seperti misalnya yang ditemukan dalam penelitian awal pada salah satu
perusahaan modal ventura di kota Denpasar yang telah dilakukan dan hasilnya
memang benar ada penyertaan oleh perusahaan modal ventura pada perusahaan
7Khotibul Umam, 2010, Modal Ventura (Alternatif Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil,
Menengah, dan Koperasi), BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, Hal. 32, dikutip dari Abdulkadir
Muhamad, 2000, Lembaga Keuangan Dan Pembiayaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 184.
9
pasangan usaha dengan mensyaratkan jaminan, baik jaminan benda bergerak
maupun benda tidak bergerak. Selain itu dalam perkembangannya bantuan
pembiayaan modal ventura yang berupa penyertaan modal cenderung telah
bergeser menjadi pinjaman modal seperti halnya pinjaman modal berupa kredit
pada lembaga keuangan bank. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik modal
ventura yaitu bentuk pembiayaan modal ventura yang berupa penyertaan saham,
penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan
berdasarkan pembagian atas hasil usaha.
Hal ini tentunya sangat berlawanan dengan karakteristik asli dari modal
ventura itu sendiri yaitu tidak disertai dengan jaminan dan pembiayaan bentuk
pembiayaan modal ventura yang berupa penyertaan saham, penyertaan melalui
pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas
hasil usaha .
Untuk menjamin originalitas penulisan tesis ini, maka harus dibandingkan
dengan penelitian lain. Tesis yang digunakan untuk membandingkan yakni tesis
mahasiswa (1) Kenotariatan di Universitas Diponegoro atas nama Made Ayu
Fransisca Yusi Megasari pada tahun 2008 (dua ribu delapan) dengan judul tesis :
“Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Dengan Pola Bagi Hasil di PT Sarana Jateng
Ventura-Semarang”. Rumusan masalah dalam tesis tersebut antara lain :
Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil di PT
Sarana Jateng Ventura-Semarang? Bagaimanakah penyelesaian yang dilakukan
PT Sarana Jateng Ventura-Semarang terhadap perusahaan pasangan usaha yang
wanprestasi?
10
Hasil penelitian tesis tersebut antara lain : Pelaksanaan perjanjian
pembiayaan dengan pola bagi hasil di PT. Sarana Jateng Ventura-Semarang,
ditinjau dari bentuknya merupakan perjanjian baku, yang dibuat oleh PT. Sarana
Jateng Ventura. Mekanisme pelaksanaan perjanjian pembiayaan di PT. Sarana
Jateng Ventura, adalah sebagai berikut : a) Tahap pra-investasi, yaitu dilakukan
berbagai tahap sebelum dilakukan penyertaan modal oleh PT. Sarana Jateng
Ventura, antara lain : identifikasi atau penjajakan, evaluasi pendahuluan,
kunjungan lapangan, pembuatan MOU, proposal investasi, pembuatan surat
konfirmasi dan penyusunan dan penandatanganan akta perjanjian. b) Tahap
realisasi pencairan dana dan implementasi, yaitu dilaksanakannya pencairan dana
dan pelaksanaan rencana bisnis. c) Tahap Monitoring atau pengawasan, dilakukan
dengan cara pengamatan secara langsung terhadap perlembagaan usaha dan
analisis laporankeuangan. d) Tahap Divestasi, ada 2 (dua) macam, yaitu divestasi
positif dan divestasi negatif. Penyelesaian yang dilakukan PT. Sarana Jateng
Ventura-Semarang terhadap Perusahaan Pasangan Usaha yang wanprestasi, yaitu
dilakukan oleh 2 (dua) pihak dari PT. Sarana Jateng Ventura, yaitu : a) Venture
Capital Officer (VCO), tugasnya : memberikan Surat Pemberitahuan Keterlambatan
Angsuran, Surat Peringatan I, Surat Peringatan II serta Surat Peringatan III. b)
Remedial Setelah mendapat pengalihan dari VCO, tugasnya : Melakukan
pendekatan Persuasif dengan jalan Negosiasi dengan Perusahaan Pasangan Usaha
yang bermasalah. Negosiasi bertujuan untuk menentukan cara penanganan yang
tepat terhadap Perusahaan Pasangan Usaha yang bermasalah, ada 2 (dua) cara,
yaitu dengan penyehatan atau dengan penyelesaian. Penentuan cara
11
penanganannya, Remedial melakukan Identifikasi atau Uji Tuntas. Apabila cara
yang ditentukan dalam Negosiasi tidak membawa perkembangan, remedial akan
melakukan kegiatan Klasifikasi untuk menentukan cara penyelesaian Perusahaan
Pasangan Usaha yang bermasalah. Dimungkinkan penggunaan jalur Litigasi.
Dalam prakteknya, PT Sarana Jateng Ventura berupaya untuk dapat
menyelesaikan Perusahaan Pasangan Usaha yang bermasalah melalui jalur Non-
Litigasi (pendekatan persuasif).
Selain itu juga perbandingan dengan tesis dari mahasiswa (2) Magister
Manajemen Universitas Diponegoro atas nama Rilanto Arifin pada tahun 2005
(dua ribu lima) dengan judul tesis : “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Intensitas Penggunaan Dana Modal Ventura Oleh UKM (Studi Kasus Pada PT.
Sarana Jateng Ventura)”. Rumusan masalah dari tesis tersebut antara lain :
Bagaimana pengaruh pengalaman usaha UKM terhadap intensitas terhadap
penggunaan modal ventura? Bagaimana pengaruh karakteristik dan pola
pembiayaan terhadap intensitas penggunaan modal ventura? Bagaimana pengaruh
kepercayaan dan komitmen terhadap intensitas penggunaan modal ventura?
Hasil penelitian tesis di atas tersebut yakni lamanya usaha tidak dapat
dijadikan parameter yang dapat menyebabkan UKM meningkatkan intensitas
penggunaan modal ventura sebagai sumber pendanaan kegiatan usaha. Rendahnya
intensitas penggunaan modal ventura diduga disebabkan oleh beberapa faktor
seperti kurang populernya perusahaan modal ventura, aktivitas UKM yang lambat,
serta sumber pendanaan lain lebih menarik, seperti sektor perbankan.
Karakteristik dan pola pembiayaan modal ventura berpengaruh terhadap intensitas
penggunaan modal ventura. Jika karakteristik dan pola pembiayaan yang melekat
12
pada modal ventura semakin baik maka intensitas penggunaan modal ventura oleh
UKM akan semakin meningkat. Mekanisme pembiayaan modal ventura
dipandang unik, karena modal yang disediakan oleh perusahaan modal ventura
untuk UKM tidak disertai adanya jaminan. Kepercayaan dan komitmen tidak
berpengaruh pada intensitas pada penggunaan modal ventura. Keterlibatan
perusahaan modal ventura dalam pengelolaan usaha merupakan suatu keharusan
untuk meminimalisasi resiko yang terjadi. Ketetapan tersebut perlu diketahui oleh
UKM sebelum mengajukan gagasan usaha kepada perusahaan modal ventura
untuk dibiayai.
Tesis yang juga digunakan untuk membandingkan adalah tesis (3)
mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Hasanuddin atas nama Diska Rizki
Saputri Bambang pada tahun 2014 (duaribu empatbelas) dengan judul “Tinjauan
Kemitraan Antara Perusahaan Modal Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usaha
di Kota Makassar”. Adapun rumusan masalah tersebut yakni Bagaimanakah
keterlibatan Perusahaan Modal Ventura kepada Perusahaan Pasangan Usaha dalam
hal kegiatan operasional ? Bagaimanakah perlindungan hukum perusahaan modal
ventura dalam keterlibatannya pada perusahaan pasangan usaha?
Dengan hasil penelitian dari kedua perusahaan modal ventura tersebut,
keduanya tidak terlibat secara langsung dalam hal manajemen, administrasi,
pemasaran dan akuntansi perusahaan pasangan usaha. Keterlibatan PT. Celebes
Capital bisa dikatakan tidak ada, setiap bulannya PT. Celebes Capital meminta
pembayaran yang telah disepakati yaitu, pada bulan pertama pasangan usaha
harus membayar 2% dari pinjamannya dan bulan kedua pasangan usaha harus
membayar 2% dari pinjaman ditambah dengan jumlah pinjaman yang diberikan
13
oleh PT. Celebes Capital, jika kendaraan tersebut tidak terjual maka pasangan
usaha akan membelinya atau kendaraan tersebut akan dilelang. Pasangan usaha
merasa dituntut untuk memenuhi standar dari perusahaan modal ventura tanpa
mendapatkan bantuan memadai dalam hal kegiatan operasional. Berbeda dengan
PT. Sulsel Ventura yang menyediakan bantuan manajemen untuk perusahaan
pasangan usaha yang ditawarkan sebelum perjanjian ditanda tangani, namun
banyak dari perusahaan pasangan usaha yang menolak bantuan tersebut karena
merasa perusahaan modal ventura akan terlalu mencampuri bisnis mereka. Dan
perlindungan hukum perusahaan modal ventura dalam keterlibatan pada
perusahaan pasangan usaha Setiap kegiatan bisnis pembiayaan, termasuk juga
modal ventura, inisiatif mengadakan hubungan kontraktual berasal dari pihak-
pihak terutama perusahaan pasangan usaha. Dengan demikian, kehendak pihak-
pihak yang menjadi sumber hukumnya. Kehendak pihak-pihak tersebut
dituangkan dalam bentuk tertulis berupa rumusan perjanjian yang menentapkan
kewajiban dan hak masing-masing pihak dalam bisnis pembiayaan modal
ventura. Namun temuan selama penelitian mengungkapkan bahwa isi perjanjian
lebih berat pada kepentingan perusahaan modal ventura hal ini tersirat dari
ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan modal ventura dalam bentuk
perjanjian baku yang kemudian diberikan kepada perusahaan pasangan usaha
untuk ditandatangani, hal ini jelas tidak menampung kehendak perusahaan
pasangan usaha.
Motif untuk mendapat keuntungan yang tinggi dengan resiko yang tinggi
pula, tidak ditempuh oleh modal ventura. Modal ventura cenderung berhati-hati,
ini terlihat pula pada jangka waktu investasi yang semestinya jangka menengah
atau panjang, tetapi mereka menempuh jangka pendek atau menengah. Dalam
14
setiap pemberian penyertaan perusahaan modal ventura meminta jaminan.
PT.Celebes Capital mensyaratkan jaminan BPKB dari kendaraan-kendaraan
yang dijual oleh perusahaan pasangan usaha, selain itu juga mensyaratkan deposit
(dalam perjanjian disebut sebagai jaminan) sebesar Rp. 25.000.000,-. (duapuluh
lima juta rupiah). Jaminan merupakan kendala yang besar menurut pasangan
usaha, Pasangan usaha merasa tidak berbeda dengan pihak ke-3 yang mencarikan
pembeli untuk barang pihak pertama (PMV). PT. Sulsel Ventura yang memiliki
pasangan usaha dari beragam bidang usaha, menetapkan jaminannya dapat
berupa benda bergerak, tidak bergerak dan surat berharga. Penetapan jaminan ini
dianggap wajar mengingat modal yang disertakan juga besar. Kedua perusahaan
modal ventura melenceng dari karakteristik dasar modal ventura sehingga lebih
mirip dengan lembaga pembiayaan lain seperti perbankan. Selain itu dilihat dari
sudut perjanjian antara kedua perusahan modal ventura dan pasangan usahanya
mengacu pada asas kebebasan berkontrak dimana semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya selama
tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
Berdasarkan uraian di atas terlihat adanya kesenjangan antara pelaksanaan
(das sein) dan pengaturan (das sollen), menarik untuk diteliti dan diangkat karya
ilmiah yang akan dibahas dalam tesis ini. Untuk itu diajukan sebagai tesis dengan
judul: Persyaratan Jaminan Terhadap Perusahaan Pasangan Usaha Di
Dalam Perusahaan Modal Ventura.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah dipaparkan di
atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
15
1. Apakah persyaratan adanya jaminan antara Perusahaan Modal Ventura
dengan Perusahaan Pasangan Usaha diperlukan di dalam perjanjian modal
ventura?
2. Bagaimanakah konsekuensi perjanjian modal ventura antara Perusahaan
Modal Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usaha yang mensyaratkan
adanya jaminan?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian diharapkan agar mencapai suatu tujuan tertentu.
Adapun tujuan dari penelitian ini digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teori serta asas hukum
perdata pada umumnya dan hukum perjanjian pada khususnya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum tersebut, penelitian ini dilaksanakan untuk
mencapai tujuan yang bersifat khusus, yaitu :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis persyaratan jaminan yang diperlukan
antara Perusahaan Modal Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usaha di
dalam perjanjian modal ventura.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis konsekuensi perjanjian modal ventura
antara Perusahaan Modal Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usaha
yang mensyaratkan adanya jaminan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
16
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara teoritis
yang bersifat positif bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu hukum di masa
mendatang, khususnya perkembangan di bidang hukum pembiayaan, yang pada
dewasa ini keberadaannya sangat dibutuhkan dalam bidang ekonomi dan juga
dalam bidang bisnis.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara praktis
bagi para pelaku bisnis. Selain itu yang lebih penting adalah penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah sebagai pengambil
kebijakan dalam menyikapi masalah yang berkaitan dengan aktifitas yang ada di
dalam kegiatan perjanjian modal ventura.
1.5 Landasan Teoritis
Berdasarkan judul tesis ini yaitu Persyaratan Jaminan Terhadap Perusahaan
Pasangan Usaha di Dalam Perusahaan Modal Ventura, maka landasan teoritis
yang akan digunakan sebagai pisau analisis dalam tesis ini adalah Teori Jaminan,
Teori Kehendak, Teori Perjanjian, serta menggunakan Konsep Modal Ventura.
1.5.1 Teori Jaminan
Teori jaminan ini digunakan untuk menganalisis rumusan masalah
pertama yaitu mengenai apakah persyaratan adanya jaminan diperlukan dalam
perjanjian modal ventura. Istilah jaminan sendiri merupakan terjemahan dari
bahasa Belanda, yaitu “Zekerheid” atau “Cautie”. Zekerheid atau “Cautie”
17
mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya,
disamping pertanggung jawaban umum debitur terhadap hutang-hutangnya.8
Ketentuan yang memuat tentang jaminan terdapat di dalam Pasal 1131
KUH Perdata yang merumuskan bahwa: “Segala kebendaan si berutang (debitur),
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun
yang akan baru ada di kemudian hari, menjadi jaminan suatu segala perikatan
pribadi debitur tersebut.” Fungsi utama dari jaminan adalah untuk meyakinkan
bank atau kreditor, bahwa debitor mempunyai kemampuan untuk mengembalikan
atau untuk melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan persyaratan
dan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama.9 Jaminan dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yakni jaminan materiil (kebendaan), yaitu jaminan kebendaan;
dan yang kedua adalah jaminan imateriil (perorangan), yaitu jaminan
perorangan10
.
Jaminan Kebendaan adalah suatu tindakan berupa suatu penjaminan yang
dilakukan oleh kreditur terhadap debiturnya, atau antara si berpiutang (kreditur)
dengan seorang pihak ketiga guna memenuhi kewajiban-kewajiban dari si
berutang (debitur), sedangkan Jaminan Perorangan adalah jaminan seseorang dari
pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban
dari debitur. Kesimpulannya jaminan perorangan itu adalah suatu perjanjian
antara seorang berpiutang (kreditur) dengan pihak ketiga, yang menjamin
dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berutang (debitur). Dalam jaminan
perorangan (borgtocht) itu selalu dimaksudkan bahwa untuk pemenuhan
8 H. Salim HS, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hal. 21. 9Abdul.R Saliman, 2010, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Kencana, Jakarta, hal. 20.
10H. Salim, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hal. 23.
18
kewajiban-kewajiban pihak debitur, yang dijamin pemenuhannya seluruhnya atau
sampai suatu bagian tertentu, harta benda debitur dapat disita dan dilelang
menurut ketentuan-ketentuan perihal pelaksanaan atau eksekusi putusan
Pengadilan. Pemberian jaminan kebendaan selalu berupa menyendirikan suatu
bagian dari kekayaan seseorang, si pemberian jaminan (debitur), dan
menyediakannya guna pemenuhan (pembayaran) kewajiban (utang) yang
dimilikinya. Pemberian jaminan kebendaan ini kepada si berpiutang (kreditur)
tertentu, memberikan kepada si berpiutang tersebut suatu hak istimewa ( hak
privilege) terhadap kreditor lainnya.11
1.5.2. Teori Kehendak
Salah satu pencetus teori kehendak (will theory) adalah Morton J.
Horwitz.12
Seperti yang dikutip oleh Khairandy, Horwitz menyatakan teori
kehendak (will theory) mengajarkan bahwa pengakuan dan pelaksanaan kontrak
didasarkan pada kehendak mereka yang membuat kontrak.13
Teori ini digunakan untuk menganalisis tentang pengaruh kehendak para
pihak dalam mengikatnya perjanjian yang mereka buat berkenaan dengan
pertemuan kehendak para pihak dalam perjanjian perusahaan modal ventura.
Teori kehendak adalah salah satu teori dari hukum kontrak klasik. Menurut teori
kehendak suatu kehendak menghadirkan suatu ungkapan kehendak di antara para
11
Abdul. R Saliman, Op.Cit, hal. 21. 12
Ridwan Khairandy, 2011, “Landasan Filosofis Kekuatan Mengikatnya Kontrak”,
Jurnal Hukum, No. Edisi Khusus, Vol. 18, hal. 40-41. 13
Ibid.
19
pihak, yang harus dihormati. Dalam teori kehendak berasumsi bahwa suatu
kontrak melibatkan hak dan kewajiban yang dibebankan kepada para pihak. Para
pihak dalam suatu perjanjian perusahaan modal ventura memiliki hak untuk
memenuhi kepentingan pribadinya sehingga melahirkan suatu perikatan.
Pertimbangannya ialah bahwa para pihak harus memiliki kebebasan dalam setiap
penawaran dan mempertimbangkan kemanfaatannya bagi dirinya.
Subekti mengungkapkan bahwa perikatan yang lahir dari perjanjian
memang dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat suatu
perjanjian.14
Kontrak atau perjanjian semata-mata adalah suatu pernyataan
kehendak dari dua atau lebih individu. Pernyataan ini merupakan suatu syarat
yang harus ada. Tanpa adanya pernyataan ini maka kontrak yang dibuat tidak
dapat ada. Para pihak melakukan kontrak dengan beberapa kehendak yaitu :
a. Kebutuhan terhadap janji atau janji-janji;
b. Kebutuhan terhadap janji atau janji-janji antara dua atau lebih;
c. Pihak dalam suatu perjanjian;
d. Kebutuhan terhadap janji-janji yang dimuat dalam bentuk kewajiban, dan;
e. Kebutuhan terhadap kewajiban bagi penegakkan hukum.
Perjanjian PMV tercantum janji-janji antara para pihak melalui klausula-
klausula hak dan kewajiban antara perusahaan pasangan usaha dengan PMV.
Kehendak para pihak yang dirumuskan dalam perjanjian modal ventura ini harus
dinyatakan oleh para pihak. Suatu pernyataan kehendak antara pihak PPU dengan
PMV merupakan suatu syarat yang harus ada. Tanpa adanya pernyataan ini maka
perjanjian modal ventura yang dibuat tidak dapat ada. Teori kehendak dalam
14
R. Soebekti, 1979, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, Selanjutnya disebut R.
Subekti I) hal. 3.
20
perjanjian modal ventura adalah sebagai teori yang menegaskan bahwa terdapat
kebebasan bagi para pihak untuk mewujudkan kehendaknya yang dinyatakan
dalam transaksi hukum dua belah pihak (secara bilateral) yaitu dalam melalui
perjanjian modal ventura.
1.5.3 Teori Perjanjian
Perjanjian di Indonesia diatur dalam buku Ketiga KUH Perdata tentang
Perikatan yaitu Pasal 1313 KUH Perdata yang merumuskan: “Perjanjian adalah
suatu perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih”. Pasal 1121 KUH Perdata merumuskan: “Tiada
sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan atau
diperolehnya dengan paksaan atau penipuan”.
Para pihak yang akan mengikatkan diri untuk membuat suatu perjanjian
harus terlebih dahulu menyetujui syarat-syarat yang akan dituangkan dalam suatu
perjanjian tersebut. Sucitthra Vasu, menyatakan:
The purpose of setting down the terms of contract are; firstly, it stipulates
the rights and obligations of the parties. Secondly, in the event of a dispute
between parties, it enables the court to decide which is the defaulting party
so that the dispute can be resolved.15
(Terjemahan bebas: Tujuan dari
pengaturan syarat-syarat kontrak : pertama, menetapkan hak dan
kewajiban para pihak. Kedua, dalam hal terjadi perselisihan antara para
pihak, memungkinkan pengadilan untuk memutuskan yang merupakan
pihak wanprestasi sehingga perselisihan dapat diselesaikan).
15
Sucitthra Vasu, 2006, Contract Law For Business People, Rank Books, Singapore, hal.
1.
21
Suatu kontrak atau perjanjian, menjadi kewajiban para pihak untuk
menaati kontrak yang telah disepakatinya, terutama bagi debitur sebagai pihak
yang berutang ke pihak lain, selain itu batas waktu dalam hal pemenuhan
kewajiban juga harus diperhatikan sebagaimana dikatakan oleh R. Subekti, dalam
bukunya Law In Indonesia, menyatakan bahwa:
The debtor has done something what is in contravention of the contract, it
is obvious that he is in default. Also when in the contract is fixed a time
limit for carrying out the duty and the debtor has elapsed this time limit, it
is clear that the debtor is in default.16
(Terjemahan bebas : Debitur yang
telah melakukan tindakan yang berlawanan dengan kontrak itu dinyatakan
menyalahi kontrak. Begitu pula apabila dalam kontrak ditentukan batas
waktu pemenuhan kewajiban, akan tetapi debitur tidak mengindahkan
limit waktu itu, itu jelas debitur dinyatakan bersalah).
Hal yang terpenting dalam perjanjian adalah sahnya suatu perjanjian.
Syarat sahnya suatu perjanjian telah dirumuskan dalam Pasal 1320 KUH Perdata
yang merumuskan:
Untuk sahnya persetujuan - persetujuan itu diperlukan empat syarat:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Cakap untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.
1) Sepakat Mereka Yang Mengikatkan Dirinya.
16
R. Soebekti, 1982, Law In Indonesia, Centre For Strategic And International, And
Studies, Third Edition, Jakarta, (selanjutnya ddisebut R. Subekti II), hal. 55.
22
Kesepakatan merupakan awal dari lahirnya suatu perjanjian,
yakni merupakan suatu kondisi dimana para pihak memiliki kesesuaian
pendapat dan keinginan yang sama untuk melaksanakan isi dari
perjanjian tersebut secara sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun.
2) Cakap Yang Membuat Suatu Perikatan
Kecakapan merupakan suatu syarat bagi para pihak untuk
bertindak dalam perjanjian. Dalam Pasal 1329 KUH Perdata
merumuskan: “Setiap orang cakap untuk membuat perikatan-perikatan,
jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap. Jadi pada
dasarnya setiap orang cakap untuk membuat suatu perjanjian”. Namun
ketentuan pasal ini dibatasi oleh Pasal 1330 KUH Perdata yang
merumuskan:
Tak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah:
1) Orang-orang yang belum dewasa;
2) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;
3) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-
undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang
telah melarang membuat perkjanjian-perjanjian tertentu.
Orang yang belum dewasa kemudian ditentukan batasan oleh Pasal 330
KUH Perdata yang merumuskan: “Belum dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu kawin”. Jadi
dalam KUH Perdata kecakapan bertindak para pihak diukur dari usia dan status
perkawinan yaitu harus berusia dua puluh satu tahun atau telah pernah melakukan
23
perkawinan walaupun belum berusia dua puluh satu tahun. Orang yang berada
dibawah pengampuan atau disebut juga Cuatele adalah orang yang yang dianggap
tidka cakap untuk bertindak dalam bidang hukum dikarenakan sakit yang diderita
baik sejak lahir maupun yang diakibatkan oleh kepribadiannya.
a. Suatu Hal Tertentu
Suatu hal tertentu merupakan obyek perjanjian tersebut. Obyek
perjanjian ini diatur dalam Pasal 1332 dan 1333 KUH Perdata. Dalam
Pasal 1332 KUH Perdata merumuskan: “Hanya barang-barang yang dapat
diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu perjanjian”. Pasal 1333
KUH Perdata merumuskan: “Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai
pokok sutau barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya”. Tidaklah
menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu
kemudian dapat ditentukan atau dihitung.
b. Suatu Sebab Yang Halal
Suatu sebab yang halal berarti isi perjanjian tersebut tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundangan, kesusilaan dan ketertiban
umum. Kontrak itu mengikat atau Pacta Sun Servanda, yang berarti suatu
kontrak yang tidak dibuat secara ilegal dan tidak berasal dari penipuan
harus sepenuhnya diikuti.17
Perjanjian mengikat pihak-pihak yang
mengadakannya atau setiap perjanjian harus ditaati dan ditepati. Semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi
mereka yang membuatnya dan perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik
17
Munir Fuady, 2013, Teori Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana
Predana Group, Jakarta, (selanjutnya disebut Munir Fuady I), hal. 210.
24
kembali selain dengan kesepakatan para pihak atau karena alasan-alasan
yang telah ditetapkan oleh undang-undang, sehingga perjanjian modal
ventura ini haruslah ditaati dan ditepati bagi para pihak, yakni antara
perusahaan pasangan usaha maupun pada pihak perusahaan modal ventura,
dan perjanjian yang sudah disepakati tersebut tidak boleh ditarik kembali
kecuali sudah terdapat kesepakatan dari para pihak tersebut sebelumnya.
Perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik. Suatu hal yang penting
yang patut diperhatikan bahwa, perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal
yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-
undang. Asas hukum ini, telah meletakkan posisi perjanjian yang dibuat oleh
masyarakat menjadi undang-undang baginya sehingga Negara tidak berwenang
lagi ikut campur dalam perjanjian. Kebebasan berkontrak bukanlah kebebasan
yang tak terbatas, karena tetap ada batasannya dan akan ada akibat hukum yang
timbul terhadap kebebasan yang tak terbatas itu. Adanya batas-batas kebebasan
berkontrak, yaitu bila suatu kontrak melanggar peraturan perundang-undangan
atau suatu public policy, maka kontrak tersebut menjadi illegal. Apa yang
dimaksud dengan public policy amat tergantung kepada nilai-nilai yang ada
dalam suatu masyarakat.
Asas ini tercantum dalam pasal yang sama dengan pasal yang berisi asas
kebebasan berkontrak, yaitu Pasal 1338 KUH Perdata, yang merumuskan: “Semua
kontrak yang dibuat secara sah akan mengikat sebagai undang undang bagi para
pihak dalam kontrak tersebut”. Asas bahwa para pihak harus memenuhi apa yang
25
mereka terima sebagai kewajiban masing-masing karena persetujuan merupakan
undang-undang bagi pihak-pihak yang mengadakannya dan kekuatan
mengikatnya dianggap sama dengan kekuatan undang-undang, sehingga istilah
Pacta Sun Servanda berarti “janji itu mengikat”. Terikatnya para pihak pada
perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikan, akan tetapi
juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan
kepatutan secara moral.18
1.5.4 Konsep Modal Ventura
Untuk memahami tentang Perusahaan Modal Ventura, maka akan
dijelaskan Konsep Modal Ventura.
a. Pengertian Modal Ventura
Modal ventura merupakan suatu investasi yang bersifat jangka panjang
dalam bentuk pemberian modal yang mengandung resiko dimana penyedia
dana mengharapkan memperoleh capital gain bukan pendapatan bunga atau
deviden. Adapun menurut Clinton, modal ventura adalah dana yang
diinvestasikan pada perusahaan atau individu yang memiliki resiko tinggi.19
Definisi lain diberikan oleh Robert White sebagaimana disitir oleh Dahlan
Siamat yang menyatakan bahwa modal ventura adalah bisnis pembiayaan
untuk memungkinkan pembentukan dan pengembangan usaha-usaha baru di
bidang teknologi dan/atau non teknologi.20
Menurut Handowo Dipo yang
dimaksud dengan modal ventura dapat diartikan dana usaha dalam bentuk
18
Mariam Darus Badrulzaman dkk, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Adytis
Bakti, Bandung, hal. 88. 19
Martono, 2002, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yogyakarta, hal. 127. 20
Dahlan Siamat, 2001, Manajemen Lembaga Keuangan (Edisi Ketiga), Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 333.
26
saham atau pinjaman yang dapat dialihkan menjadi saham.21
Dalam Black‟s
Law Dictionary menyebutkan bahwa:
Venture Capital is funding for new companies or others embarking on
new or turnaround ventures that entails some investment risk but
offers the potential for above average future profits. Ventura Capital is
often provided by firm that specialize in financing new ventures with
capital supplied by investors interested in speculative or high risk
investment22
. (Terjemahan bebas Modal Ventura mendanai perusahaan
baru atau lainnya yang memulai usaha baru atau perputaran yang
memerlukan beberapa risiko investasi tetapi menawarkan untuk
potensi keuntungan rata-rata atas di masa depan. Modal Ventura sering
disediakan oleh perusahaan yang mengkhususkan diri dalam
pembiayaan usaha baru dengan modal yang diberikan oleh investor
yang tertarik dalam spekulasi atau investasi resiko tinggi).
b. Pengaturan Modal Ventura
Modal ventura merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang
keberadaannya masih relatif baru. Secara institusional dan formal usaha modal
ventura ini baru ada setelah keluarnya Keppres Nomor 61 Tahun 1988 tentang
Lembaga Pembiayaan, dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor . 1251 /
KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan. Kedua pengaturan ini merupakan tonggak sejarah perkembangan
hukum modal ventura.23
. Pengaturan Modal Ventura saat ini diatur dalam
Perpres Nomor 9 Tahun 2009 dan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal
Ventura (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2012,
selanjuntnya disebut Permenkeu Nomor 18/PMK.010/2012)
21
Handawan Dipo, 1995, Sukses Memperoleh Dana Usaha Dengan Tinjauan Khusus
Modal Ventura, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, hal. 10. 22
Henry Campbell Black, 1990, Black‟s Law Dictionary, West Publishing Co, St. Paul,
USA, hal. 1556. 23
Sunaryo, Op.Cit, hal. 20.
27
Pembiayaan Modal Ventura di samping berorientasi untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi, dengan resiko yang tinggi pula, juga
bertujuan antara lain24
:
1) Memungkinkan dan mempermudah pendirian suatu perusahaan baru;
2) Membantu membiayai perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dana
dalam pengembangan usahanya, terutama pada tahap-tahap awal;
3) Membantu perusahaan baik dalam tahap pengembangan suatu produk
maupun pada tahap mengalami kemunduran;
4) Membantu terwujudnya dari hanya suatu gagasan menjadi produk jadi
yang siap dipasarkan;
5) Memperlancar mekanisme investasi dalam dan luar negeri.
Dengan bantuan penambahan dana sekaligus bantuan manajemen yang
memiliki tenaga-tenaga profesional dan berpengalaman maka kegiatan produksi
dan pemasaran akan lebih efektif dan efisien.25
Jika dilihat dari sisi Perusahaan
Pasangan Usaha, maka manfaat yang diperoleh di antaranya:
a. Dengan adanya pembiayaan modal ventura, maka perusahaan kecil dan
masih dalam awal perkembangan dapat menjadi perusahaan pasangan
usaha sehingga dapat memperoleh bantuan dana untuk meningkatkan
kegiatan usahanya;
b. Tingkat keberhasilan dari perusahaan pasangan usaha akan menjadi lebih
besar karena perusahaan modal ventura yang memiliki kemampuan
24
Dahlan Siamat, Op.Cit, hal. 337. 25
Martono, Op.Cit, hal. 129.
28
manajemen bisnis yang kuat dan juga dapat meningkatkan efisiensi
pemasaran produknya;
c. Pembiayaan oleh modal ventura dengan cara penyertaan modal tidak perlu
membayar beban bunga dan angsuran utang.
1.6 Kerangka Penelitian
Persyaratan Jaminan Terhadap Perusahaan
Pasangan Usaha Di Dalam Perjanjian Modal
Ventura
Apakah
persyaratan
jaminan antara
PMV dengan PPU
diperlukan di
dalam perjanjian
modal ventura?
Bagaimana
konsekuensi
perjanjian modal
ventura antara PMV
dengan PPU yang
mensyaratkan
adanya jaminan?
Teori Jaminan
Teori Perjanjian
PMVyang melenceng dari awal didirikannya yakni
sebagai lembaga pembiayaan alternatif, namun
yang terjadi bahwa PMV tidak ada bedanya dengan
lembaga bank yang mensyaratkan jaminan di dalam
setiap perjanjiannya
Peraturan Presiden
Nomor 9 Tahun 2009
tentang Lembaga
Pembiayaan
29
2
3
4
5
1.7. Metode Penelitian
1.7.1. Jenis Penelitian
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris karena untuk
mendekati masalah dari peraturan yang berlaku dan kenyataan yang terjadi pada
Perusahaan Modal Ventura. Dari tataran norma (das sollen) berdasarkan Pasal 1
angka 3 Perpres Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan
merumuskan:
“Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan
usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal kedalam suatu
perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk
jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui
pembeliaan obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian sisa
hasil usaha”.
Rumusan pasal tersebut memberikan pembatasan kegiatan usaha
perusahaan modal ventura haruslah berupa penyertaan modal kedalam suatu
Teori
Kehendak
Ya, diperlukan jaminan untuk
meyakinkan PMV jika terjadi
wanprestasi pada PPU
Perjanjian tetap dianggap sah dan tetap
dapat dijalankan selama memenuhi syarat
pasal 1320 KUHPer
PMV tidak ada bedanya dengan bank
karena sama-sama mempersyaratkan
jaminan di dalam perjanjiannya
Pemerintah harus tegas di dalam
membuat peraturan, karena PMV yang
diharapkan menjadi alternatif dari bank,
menjadi tidak ada bedanya dengan bank
Konsep Modal
Ventura
30
perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan. Namun pada tataran prakteknya
(das sein), terdapat perbedaan kegiatan usaha yakni di dalam perjanjian modal
ventura yang mensyaratkan adanya jaminan.
1.7.2 Sifat Penelitian
Penelitian tesis ini bersifat deskriptif karena ingin menggambarkan secara
tepat sifat-sifat suatu individu, gejala, keadaan, atau kelompok tertentu, tentang
kenyataan yang terjadi pada praktek perjanjian modal ventura antara perusahaan
modal ventura dengan perusahaan pasangan usaha.
1.7.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di kota Denpasar, karena ditentukan berdasarkan
data yang diperoleh pada Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusra tahun 2014
menyebutkan bahwa proporsi penyaluran kredit produktif terbesar adalah di kota
Denpasar sebesar 58,55 persen dari total kredit produktif UMKM yang disalurkan
di seluruh Bali.26
Kota Denpasar terletak di tengah-tengah dari Pulau Bali, selain
merupakan Ibukota Daerah Tingkat II, juga merupakan Ibukota Propinsi Bali
sekaligus sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, perekonomian. Letak yang
sangat strategis ini sangatlah menguntungkan, baik dari segi ekonomis maupun
dari kepariwisataan karena merupakan titik sentral berbagai kegiatan sekaligus
sebagai penghubung dengan kabupaten lainnya. Kota Denpasar terletak diantara
08° 35" 31'-08° 44" 49' lintang selatan dan 115° 10" 23'-115° 16" 27' Bujur timur,
Luas wilayah Kota Denpasar 127,98 km2 atau 127,98 Ha, yang merupakan
tambahan dari reklamasi pantai serangan seluas 380 Ha, atau 2,27 persen dari
26
http://www.bi/kredit/umkmbali/2014.co.id, diakses pada tanggal 21 Pebruari 2015
Pukul 20.15 Wita
31
seluruh luas daratan Propinsi Bali. Sedangkan luas daratan Propinsi Bali
seluruhnya 5.632,86 Km2.Batas Wilayah Kota Denpasar di sebelah Utara dan
Barat berbatasan dengan Kabupaten Badung (Kecamatan Mengwi, Abiansemal
dan Kuta Utara), sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar
(Kecamatan Sukawati dan Selat Badung dan di sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Badung (Kecamatan Kuta) dan Selat Badung. Sebagian besar (59,1%)
berada pada ketinggian antara 0 - 75 M dari permukaan laut.27
1.7.4 Teknik Penentuan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari obyek pengamatan atau obyek penelitian.
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap
mewakili populasinya. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah teknik non probability sampling. Teknik non probability
sampling memberikan peran yang sangat besar pada peneliti untuk menentukan
pengambilan sampelnya. Teknik non probalility sampling yang digunakan adalah
teknik snowball sampling, yaitu teknik yang dipilih berdasarkan penunjukkan atau
rekomendasi dari sampel sebelumnya. Dengan bentuk snowball sampling
penarikan sampel dipilih dan ditentukan sendiri oleh peneliti yang mana
penunjukan dan pemilihan sampel harus berdasarkan pertimbangan bahwa
sampel telah memenuhi kriteria dan karakteristik tertentu yang merupakan ciri
27
www.denpasarkota.go.id/index.php/selayang.../2/Kondisi-Geografi diakses pada
tanggal 05 Nopember 2015 pada pukul 12.25 Wita
32
utama populasinya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri oleh peneliti
yaitu dengan menarik key informan ( Informan kunci) ataupun responden kunci
yang dianggap tahu tentang penelitian yang sedang dilakukan. Responden atau
informan berikutnya yang akan dijadikan sampel tergantung dari rekomendasi
yang diberikan oleh key informan.
Sampel penelitian ditentukan pada PT. Sarana Bali Ventura yang
beralamat di Jalan. Diponegoro, No. 150, Komplek IDT/Ruko Genteng Biru Blok
B 23-24 Denpasar yang kemudian dilanjutkan pada PT. Swadana Mitra Binaan
Balisari Rejeki Ventura yang beralamat di Jl. Bedahulu. No. 8, Kompleks Gatot
Subroto Denpasar.
1.7.5 Sumber Data
Dalam penelitian hukum empiris sumber data dapat dibedakan menjadi
(dua) yaitu meliputi data primer dan data sekunder.
1. Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber pertama
atau sumber asal dari lapangan. Untuk memperoleh data-data tersebut
harus ditentukan wilayah dan subyek penelitiannya. Data Primer dalam
penelitian ini diperoleh dengan melakukan penelitian di Perusahaan Modal
Ventura yang ada di Bali khususnya Denpasar, dan terdaftar resmi pada
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK).
2. Data Sekunder, yakni suatu data yang bersumber dari penelitian
kepustakaan yaitu data yang diperoleh dari data yang terdokumenkan
dalam bentuk bahan-bahan hukum. Bahan-bahan hukum tersebut terdiri
33
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier.
a. Bahan hukum primer adalah bahan- bahan hukum yang mengikat.28
Bahan hukum primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Burgerlijk Wetboek voor Indonesie (Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, Staatsblad 1847 Nomor 23), terjemahan
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio.
2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Juncto
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182 Tahun 1998)
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3473).
3) Undang-Undang Nomor. 30 Tahun 2004 Juncto Undang Undang
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 117 Tahun 2004, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5491)
4) Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756).
5) Undang-Undang Nomor 21Tahun 2011tentang Otoritas Jasa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 111
28
Bambang Sunggono, 2010, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hal.
113.
34
Tahun 2011,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5253)
6) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1995 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan Perusahaan Modal Ventura dari
Transaksi Penjualan Saham atau Pengalihan Penyertaan Modal Pada
Perusahaan Pasangan Usahanya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 1995, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3585).
7) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan.
8) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
18/PMK.010/2012 tentang Perusahan Modal Ventura (Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2012)
9) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan.
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer.29
Yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah berupa buku-buku hukum serta makalah- makalah
yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam tesis ini.
c. Bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk
serta penjelasan yang menunjang bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder. Bahan hukum tertier dapat berupa kamus hukum dan
ensiklopedia.30
1.7.6 Teknik Pengumpulan Data
29
Ibid, hal. 114. 30
Amirudin dan Zainal Asikin, op.cit, hal.32.
35
Pengertian dari pengumpulan data adalah suatu kegiatan merapikan data
dari hasil pengumpulan data di lapangan sehingga siap dipakai untuk dianalisa.31
Dalam rangka untuk mendapatkan data praktis digunakan dua cara
pengumpulan data, yakni :
1. Teknik Wawancara
Untuk mengumpulkan data lapangan yaitu data primer dengan cara
mengadakan wawancara langsung kepada informan dan pihak-pihak
terkait dengan penulisan tesis ini. Teknik Wawancara merupakan teknik
yang digunakan dalam penelitian hukum empiris dengan cara mengadakan
wawancara langsung kepada pihak responden serta pihak informan pada
Perusahaan Modal Ventura. Responden dalam penelitian ini adalah Lisa
Endraswari, SH., staff Legal Officer PT. Sarana Bali Ventura. Alasan
milih responden ini adalah karena responden merupakan legal Officer
dalam PMV yang ikut menandatangani perjanjian modal ventura antara
PMV dengan PPU. Informan dalam penelitian ini adalah Ida Bagus
Amunika, Staff Marketing PT. Sarana Bali Ventura dan Ni Luh Putu
Indrawati, Manajer Operasional PT. Swadana Mitra Binaan Balisari Rejeki
Ventura. Pemilihan informan ini karena informasi yang diberikan oleh
informan tersebut relevan dengan penelitian tesis ini.
2. Teknik Studi Dokumen
Untuk mengumpulkan data kepustakaan digunakan teknik membaca,
mencatat dari buku literatur yang ada kaitanya dengan masalah. Teknik
31
Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, hal.
72.
36
pengumpulan data sekunder dengan teknik studi dokumen adalah dari
bahan hukum primer yaitu dari peraturan perundang-undangan, dan bahan
hukum sekunder kepustakaan yang berkaitan dengan modal ventura dan
hukum jaminan.
1.7.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul berupa produk peraturan perundang-undangan, dan
hasil observasi di lapangan penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis
„deskriptif kualitatif. Data yang telah dikumpulkan kemudian diedit dan dianalisa
kualitas data tersebut dengan memeriksa kembali kelengkapan jawaban yang
diterima, kejelasan, konsistensi jawaban atau informasi, relevansinya terhadap
pokok persoalan yang diteliti.