Upload
vananh
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan di
masyarakat, baik secara global, regional, nasional, maupun secara lokal. Menurut
Global status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010, bahwa 60%
penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. Salah satu PTM yang
menyita banyak perhatian adalah Diabetes Melitus (Depkes, 2013).
Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014). Diabetes melitus sering dikaitkan
dengan gangguan sistem mikrovaskular dan makrovaskular, gangguan neuropatik,
dan lesi dermopatik (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2009 : 85). DM menduduki
peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat
diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Menurut Mihardja (2009 : 418),
berdasarkan Riskesdas 2007 didapat prevalensi DM yaitu 5,7% dan angka ini
meningkat pada tahun 2013. Menurut Pusat data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI (2014 : 2), bahwa proporsi diabetes melitus di Indonesia sebanyak
6,9% dan untuk prevalensi penderita diabetes di kota Malang sebanyak 2,3%.
Diabetes melitus di Indonesia merupakan ancaman serius bagi pembangunan
kesehatan karena dapat menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gangrene)
yang harus diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Depkes, 2013). Pada komplikasi
akut, pasien bisa mengalami mual, muntah-muntah, memberatnya masalah cairan dan
2
elektrolit bisa dengan cepat berkembang ke diabetic ketoacidosis. Diabetic ketoacidosis
adalah akibat dari defisit insulin yang berat pada jaringan adiposa, otot skeletal, dan
hepar. Sedangkan komplikasi kronis dapat terjadi secara mikrovaskular dan
makrovaskular. Komplikasi ini terjadi akibat lama dan beratnya hiperglikemia. Hal ini
akan menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang akan mengakibatkan
retinopati diabetik, nefropati diabetik, neuropati perifer dan autonomik, penyakit vaskular
perifer, penyakit serebrovaskular (stroke), serta penyakit arteri koroner (Baradero, Dayrit, &
Siswadi, 2009 : 92, 106).
Sehubungan dengan meningkatnya harapan hidup, komplikasi kronis pada
diabetes melitus mengarah ke penyakit yang serius dan memiliki dampak kematian
yang besar pada setiap pasien (Quah, et al. 2011 : 276). Sehingga tindak lanjut secara
rutin pada pasien diabetes dengan penyedia layanan kesehatan sangat penting dalam
mencegah komplikasi jangka panjang. Studi lain melaporkan bahwa kontrol
metabolik yang ketat dapat menunda atau mencegah perkembangan komplikasi yang
terkait dengan diabetes (Shrivastava, Shrivastava, & Ramasamy, 2013 : 1).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2016 di
Puskesmas Dinoyo, ditemukan jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 selama bulan
Maret 2016 sebanyak 126 penderita. Jumlah penderita laki-laki sebanyak 36 orang dan
perempuan sebanyak 90 orang. Studi pendahuluan dilakukan dengan menggunakan
metode wawancara dan observasi. Peneliti melakukan observasi dengan melihat data
penderita diabetes melitus tipe 2 pada bulan Maret 2016 dan melakukan wawancara
dengan salah satu perawat di Puskesmas Dinoyo. Berdasarkan hasil wawancara,
bahwa 40% dari total jumlah penderita DM tipe 2 tidak patuh dalam menjalani
penatalaksanaan DM sesuai dengan anjuran dokter. Penderita dianjurkan untuk
kembali melakukan pemeriksaan apabila obat yang diberikan sudah habis atau setiap
3
14 hari sekali, namun sebagian besar dari penderita kembali melakukan pemeriksaan
setelah 1 bulan kemudian. Menurut perawat di puskesmas tersebut, bahwa penderita
lebih memilih untuk membeli obat sendiri di luar puskesmas (apotek) dari pada
kembali ke puskesmas dengan alasan malas mengantri. Hal ini sesuai dengan hasil
observasi 20 rekam medis pasien. Dari hasil observasi tersebut ditemukan bahwa 19
dari 20 penderita DM kembali melakukan pemeriksaan setelah 1 bulan atau lebih, 11
diantaranya mempunyai nilai Gula Darah Puasa (GDP) 130-297 mg/dl dan 3
penderita lainnya mempunyai penyakit penyerta seperti dislipidemia, glaukoma,
kardiomiopati, hipertensi, dan CAD. Hasil dari wawancara dari 6 penderita diabetes
melitus yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Dinoyo, 3 diantaranya
mengatakan tidak melakukan olahraga dengan alasan tidak mempunyai waktu luang
dan merasa cepat lelah, 3 diantaranya mengatakan tidak mengontrol makanan mereka
dengan alasan jika memilih-milih makanan akan mengeluarkan tambahan biaya.
Menurut hasil penelitian Khan, et al. (2012 : 28) tentang ketidakpatuhan pada
pasien diabetes melitus, bahwa dari 468 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian
ini didapatkan hasil 7,9% (n=37) secara reguler melakukan pemeriksaan di klinik
dalam 1 tahun terakhir, sementara hampir setengah dari responden (49,4%) tidak
secara reguler melakukan pemeriksaan dengan melewatkan satu sampai dua kali
kunjungan, dan 41% (n=191) tidak secara reguler melakukan pemeriksaan dengan
melewatkan lebih dari dua kali kunjungan. Beberapa dari mereka menyebutkan alasan
mereka untuk tidak melakukan pemeriksaan karena tidak tersedianya transportasi dan
menganggap tidak perlu karena mereka meminum obat dari sumber lain. Lebih dari
setengah peserta (57,5%, n=289) tidak mematuhi obat antidiabetes seperti yang
disarankan oleh dokter umum. Hal yang sama juga diperoleh pada saran untuk
olahraga/aktivitas fisik, dimana 62,6% (n=293) tidak mengikuti instruksi yang
4
diberikan oleh dokter umum. Namun, pada petunjuk diet yang diberikan diikuti oleh
64,7% (n=303) dari peserta. Hal ini juga didukung oleh penelitian Mandewo, et al.
(2014 : 66), yang menunjukkan bahwa prevalensi ketidakpatuhan penderita diabetes
melitus terhadap pengobatan adalah 38,9%, diet 43,3% dan berolahraga 26%. Hasil
analisis bivariat menunjukkan alasan penderita tidak mematuhi pengobatan karena
kelupaan, mengonsumsi obat-obatan terlalu banyak setiap hari, bepergian jauh dari
rumah (misalnya menghadiri pemakaman, perjalanan kerja, pertemuan) dan kendala
keuangan yang secara signifikan berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap
rekomendasi pengobatan. Sementara itu, alasan penderita untuk tidak mengikuti
rekomendasi diet karena alasan makan di pertemuan sosial, rumah teman dan
restoran, kekurangan makanan, dan kendala keuangan. Beberapa alasan juga
diidentifikasi dalam hal ketidakpatuhan pada latihan yang direkomendasikan yaitu
karena kurangnya informasi/instruksi tertulis yang rinci tentang bagaimana latihan
harus dilakukan, nyeri badan, kelemahan fisik, sakit, penuaan, jadwal yang terlalu
sibuk, olahraga memperburuk penyakit, kurangnya motivasi dan lupa untuk
berolahraga.
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dengan dampak yang signifikan
pada kesehatan masyarakat, namun ketidakpatuhan terhadap pengobatan dan tindak
lanjut akan mengarah ke kontrol yang kurang optimal (Quah, et al. 2011 : 277).
Tingkat kepatuhan biasanya menurun pada pasien dengan kondisi kronis
dibandingkan dengan kondisi akut. Menurut WHO, tingkat ketidakpatuhan pada
pasien penyakit kronis dengan pengobatan jangka panjang di negara maju sekitar 50%
dan dapat lebih tinggi di negara berkembang. Hal ini berhubungan dengan sifat
jangka panjang dari penyakit kronis karena penurunan kepatuhan yang paling cepat
adalah setelah 6 bulan pertama menjalani terapi. Kepatuhan yang menurun tidak
5
hanya menghasilkan hasil kesehatan yang buruk tetapi juga memiliki dampak
signifikan pada biaya kesehatan dan mortalitas yang tinggi (Perez, et al. 2013 : 176;
Al-Qazaz, et al. 2011 : 1029)
Faktor-faktor yang berkaitan dengan ketidakpatuhan pasien meliputi faktor
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status pernikahan. Faktor lain yang juga
berterkaitan dengan ketidakpatuhan pasien adalah faktor psikologis (keyakinan dan
motivasi pasien terhadap terapi, sikap negatif terhadap terapi, hubungan pasien
dengan penyedia layanan kesehatan, pemahaman tentang isu-isu kesehatan, dan
pengetahuan pasien). Faktor-faktor yang berhubungan dengan terapi termasuk rute
minum obat, durasi pengobatan, kompleksitas pengobatan, dan efek samping dari
obat-obatan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem kesehatan termasuk
ketersediaan, aksesibilitas, dan dokter (Khan, et al. 2012 : 27).
Dalam rangka mengurangi jumlah komplikasi diabetes melitus, kontrol
glikemik secara rutin diperlukan untuk mencapai tingkat gula darah yang ditargetkan
(Park, et al. 2010 : 55). Menurut Shrivastava, Shrivastava, dan Ramasamy (2013 : 1),
bahwa kontrol metabolik yang teratur dapat menunda atau mencegah perkembangan
komplikasi dari penyakit diabetes. Hal ini dapat dicapai dengan mendorong
kepatuhan terapi, sehingga pasien mematuhi rekomendasi medis, mengkonsumsi
obat dan mengubah gaya hidup mereka (Park, et al. 2010 : 56)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien
dalam mengikuti penatalaksanaan diabetes melitus yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan mengupayakan
agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Agar upaya pendidikan kesehatan
atau promosi kesehatan dapat mencapai tujuannya maka, sebelum dilakukan
6
intervensi perlu dilakukan diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku pada
sasaran yang akan diberikan intervensi berdasarkan model-model yang sudah
dikonsepkan, kemudian intervensi diarahkan sesuai dengan hasil dari diagnosis atau
analisis tersebut (Notoatmodjo, 2012 : 18-20). Dengan cara ini maka intervensi dapat
dirancang tidak didasarkan pada spekulasi, tetapi lebih pada pemahaman yang jelas
tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi masalah kesehatan dan kualitas hidup
pada sebuah populasi (Kholid, 2012 : 35-36).
Ada beberapa model pendidikan kesehatan yang dapat digunakan untuk
mencari penyebab, menganalisis, dan menginterpretasi perilaku kesehatan (Arefi, et
al. 2015 : 102). Basnef adalah salah satu model tersebut. Model basnef diusulkan oleh
John Hubley (1988) (Akbarzadeh, et al. 2014 : 19). Model basnef ini membahas
komponen-komponen yang terdiri dari keyakinan (beliefs), sikap (attitudes), norma
subjektif (subjective norms), dan faktor-faktor pendukung (enabling factors). Sikap
merupakan evaluasi positif atau negatif dari melakukan perilaku, norma subjektif
merupakan persepsi seseorang tentang pendapat orang lain mengenai perilaku dan
faktor-faktor pendukung adalah kemampuan dan sumber-sumber yang
memungkinkan atau mendukung tujuan atau niat seseorang dalam mengubah
perilaku (Kakaei, et al. 2014 : 57). Model ini tidak hanya berfokus pada pengaruh
pengetahuan dan sikap terhadap kinerja perilaku, tetapi juga mempertimbangkan
faktor-faktor lain, seperti faktor-faktor pendukung dan norma subjektif (Akbarzadeh,
et al. 2014 : 19).
Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Klien Pada
Penatalaksanaan Diabetes Melitus di Puskesmas Dinoyo, Malang”.
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah ada pengaruh faktor-faktor (sikap, norma subjektif, dan faktor
pendukung) terhadap kepatuhan klien pada penatalaksanaan diabetes melitus di
Puskesmas Dinoyo, Malang?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor sikap
dan norma subjektif terhadap kepatuhan klien pada penatalaksanaan diabetes
melitus di Puskesmas Dinoyo, Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor sikap klien penderita diabetes pada
penatalaksanaan diabetes melitus di Puskesmas Dinoyo, Malang
2. Mengidentifikasi faktor norma subjektif klien penderita diabetes
pada penatalaksanaan diabetes melitus di Puskesmas Dinoyo,
Malang
3. Mengidentifikasi faktor pendukung klien penderita diabetes pada
penatalaksanaan diabetes melitus di Puskesmas Dinoyo, Malang
4. Menganalisis pengaruh sikap terhadap kepatuhan klien penderita
diabetes pada penatalaksanaan diabetes melitus di Puskesmas
Dinoyo, Malang
8
5. Menganalisis pengaruh norma subjektif terhadap kepatuhan klien
penderita diabetes pada penatalaksanaan diabetes melitus di
Puskesmas Dinoyo, Malang
6. Menganalisis faktor paling dominan yang mempengaruhi
kepatuhan klien penderita diabetes pada penatalaksanaan diabetes
melitus di Puskesmas Dinoyo, Malang
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait
dengan pelayanan kesehatan.
1.4.1 Manfaat Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi
pendidikan sebagai bahan pertimbangan dalam referensi, menambah wawasan
dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan
pada pasien diabetes dalam mengikuti penatalaksanaan yang disediakan oleh
pelayanan kesehatan.
1.4.2 Manfaat Bagi Keperawatan
Sebagai sarana pembelajaran dalam memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku klien terutama perilaku kepatuhan di dalam
masyarakat.
1.4.3 Manfaat Bagi Puskesmas Dinoyo
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk
merencanakan program pendidikan kesehatan dalam meningkatkan
kepatuhan klien pada penatalaksanaan diabetes melitus sesuai dengan
masalah-masalah yang ada di masyarakat.
9
1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan kajian atau rujukan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut yang berkesinambungan mengenai ketidakpatuhan klien pada
penatalaksanaan diabetes melitus.
1.5 Keaslian Penelitian
1) Penelitian Novitasari (2015), yang melakukan penelitian tentang
“Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Diit Diabetes
Melitus (DM) Pada Lanjut Usia (Lansia) di Kelurahan Gayam Kecamatan
Sukoharjo”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan diet diabetes melitus
pada lansia di Kelurahan Gayam. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh lansia yang menderita penyakit diabetes melitus berjumlah 77
penderita di Kelurahan Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo. Penelitian ini mengambil sampel 100% dari jumlah populasi
yang ada. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan
kepatuhan diet diabetes melitus. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional dengan
menggunakan alat ukur berupa kuesioner pengetahuan, sikap, dan
kepatuhan diet diabetes melitus. Tujuan dari penelitian ini berbeda
dengan tujuan yang ingin dilakukan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan klien pada
penatalaksanaan diabetes melitus. Persamaan yang terdapat dalam
penelitian ini dengan penelitian yang ingin dilakukan oleh peneliti
terdapat pada sasaran penelitian yaitu penderita diabetes melitus.
10
2) Penelitian Aini, Fatmaningrum, dan Yusuf (2011 : 1-10), yang melakukan
penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien dalam Tatalaksana
Diabetes Mellitus Dengan Pendekatan Teori Model Behavioral System Dorothy E.
Johnson”. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis perbedaan
pengetahuan, sikap, praktik pasien dalam tatalaksana DM akibat
pemberian motivasi dan edukasi. Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien diabetes mellitus di Poli Diabet Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
sejumlah 40 orang pada bulan Mei 2010. Sampel diperoleh melalui teknik
simple random sampling didapatkan sebanyak 13 orang untuk masing
kelompok perlakuan dan kontrol. Variabel intervensi dalam penelitian ini
adalah pemberian motivasi dan edukasi. Sedangkan variabel outputnya
adalah pengetahuan, sikap, praktik pasien dalam tatalaksana DM serta
gula darah puasa dan 2 jam post prandial. Jenis penelitian yang digunakan
adalah eksperimen dengan rancangan randomized control group pretest posttest
design dengan instrumen penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan,
sikap, dan praktik serta alat pemeriksaan gula darah, memberikan
intervensi berupa pemberian motivasi dan edukasi pada kelompok
perlakuan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang ingin
dilakukan oleh peneliti terletak pada tujuan dan tempat penelitian.
Sedangkan kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang ingin
dilakukan oleh peneliti adalah sasaran penelitian yaitu pasien diabetes
melitus.
3) Penelitian Kakaei, et al. (2014 : 56-59), yang melakukan penelitian
tentang “Factors Related to Personal Protective Equipment Use between Factory
Cement Employ in Ilam, The West of Iran: Application of Basnef Model”. Tujuan
11
dari penelitian ini adalah untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan
dengan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja pabrik semen di
Ilam, Barat Iran berdasarkan model basnef. Populasi dalam penelitian ini
adalah pekerja pabrik semen di Ilam, Iran usia 22-53 tahun, selama 2012.
Dari populasi 205, 191 yang menandatangani formulir persetujuan dan
secara sukarela setuju untuk berpartisipasi. Variabel dalam penelitian ini
adalah sikap, norma subjektif, faktor-faktor pendukung, niat dan
penggunaan alat pelindung diri. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian cross sectional dengan mengumpulkan data menggunakan
kuesioner terdiri dari kuesioner untuk faktor demografi, penggunaan alat
pelindung diri, dan variabel basnef. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang ingin dilakukan oleh peneliti terdapat pada sasaran dan
tempat penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang ingin
dilakukan oleh peneliti adalah tujuan untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi dan sama-sama menggunakan model basnef.
4) Penelitian Hazavehei, et al (2010 : 81-90), yang melakukan penelitian
tentang “The Effect of Educational Program Based on Basnef Model for Eye Care
in Non-insulin Dependent Diabetic Patients”. Tujuan dari penelitian ini yaitu
menentukan pengaruh program pendidikan berdasarkan model Basnef
(keyakinan, sikap, norma subjektif dan faktor pendukung) tentang
perawatan mata pada pasien dengan insulin independent diabetes mellitus
(NIDDM) di Kota Shiraz, Provinsi Fars, Iran. Populasi dalam penelitian
ini adalah pasien NIDDM berusia 40-60 tahun yang memiliki diabetes
selama lebih dari 5 tahun, terkena bahaya komplikasi mata dan dirujuk ke
Klinik Nader Kazemi di Kota Shiraz, Provinsi Fars, Iran tengah. Sampel
12
dalam penelitian ini sebanyak 100 orang yang memenuhi kriteria.
Variabel dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan berdasarkan
model basnef dan perilaku perawatan mata. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah penelitian experimental dengan memberikan intervensi
pendidikan kesehatan tentang perawatan mata pada kelompok intervensi
berdasarkan model basnef. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang ingin dilakukan oleh peneliti terdapat pada jenis penelitian dan
tempat penelitian. Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian
yang ingin dilakukan oleh peneliti terdapat pada sasaran dan sama-sama
menggunakan model Basnef.