Upload
vunhan
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, lembaga perbankan merupakan salah satu sarana yang
mempunyai peran strategis untuk membiayai kepentingan pelaksanaan
pembangunan nasional. Oleh sebab itu demi tercapainya keberhasilan tujuan
pembangunan tersebut, sangat diperlukan lembaga perbankan yang sehat, kuat dan
dipercaya sekaligus dikelola oleh tenaga-tenaga profesional dan berdedikasi
tinggi. Dalam peranannya sebagai salah satu pilar ekonomi, lembaga perbankan
dituntut untuk mampu mewujudkan tujuan perbankan nasional sebagaimana
terkandung dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 atas perubahan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yaitu menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak. Lembaga Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari
setiap negara.
Sebagai lembaga kepercayaan masyarakat, Perbankan dituntut dapat
bersaing secara global guna melindungi dana yang dititipkan masyarakat dalam
kerangka yang benar sehingga pembangunan ekonomi nasional yang dicanangkan
Pemerintah akan kukuh dan mandiri sebagai kesiapan suatu transformasi
kemampuan usaha nasional yang bermula dari usaha kecil, hingga usaha besar.
Persepsi ini, mengandung takaran untuk melibatkan aktivitas perbankan dalam
2
peraturan ekonomi sebagai pembawa misi yang mulia yakni mengelola dana
masyarakat sebagai penghimpun atau penyalur.
Bank adalah sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara, bahkan
pada era globalisasi sekarang ini, bank telah menjadi bagian sistem keuangan dan
sistem pembayaran dunia. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi
tempat bagi orang-perorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha
milik negara, bahkan lembaga lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang
dimilikinya.1
Dalam Black’s Law Dictionary, bank dirumuskan sebagai :
An institution, usually incopated, whose business to receive money on
deposit, cash, checks, or drafts, discount commercial paper, make loans,
and issue promissory notes payable to bearer known as bank notes. 2
Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
atas perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
menyatakan :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat banyak”.3
Dalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat
dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta nasional, bank
pembangunan daerah (milik pemerintah daerah), dan bank asing, sedangkan untuk
bank campuran sejak Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sudah ditiadakan,
1Hermansyah,2012, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, KencanaPrenada Media Group,
Jakarta, h.7 2Ibid
3Suyatno Thomas,1993, Kelembagaan Perbankan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h.1.
3
karena pada prinsipnya bank swasta nasional dapat dimiliki oleh pihak asing,
sehingga penggunanaan istilah bank campuran sudah tidak relevan lagi.
Penghapusan tersebut sekaligus menghilangkan perlakuan diskriminatif yang
dilakukan otoritas moneter antara bank nasional dan bank campuran selama ini.4
Mengenai jenis-jenis bank yang dikenal di Indonesia Menurut Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian disempurnakan
menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, jenis bank
meliputi :
a) Bank Umum
Bank Umum menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan-kegiatan usaha
yang dapat dilakukan oleh Bank Umum yaitu:
1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
2) Menerbitkan surat pengakuan utang.
3) Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga danmelakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga
4
Dahlan Siamat,2001,Manajemen Lembaga Keuangan,Fakultas Ekonomi Univesitas
Indonesia, Jakarta, h. 29
4
b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat menurut Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, yaitu sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha
konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Tugas dari
Bank Perkreditan Rakyat meliputi:
1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
2) Memberikan kredit kepada pengusaha kecil dan rumah tangga.
3) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi
hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah.
Sebagaimana dijelaskan salah satu fungsi bank yaitu selain menghimpun
dana dari masyarakat juga menyalurkan dana dalam bentuk kredit. Kredit
merupakan suatu fasilitas yang didapat oleh bank untuk memperoleh pinjaman
dana. Dari pinjaman tersebut kemudian lahirlah hutang, yang mana hutang
tersebut harus dibayar oleh debitur, sesuai kesepakatan atau perjanjian yang telah
dilakukan oleh kedua belah pihak, serta ditandangani oleh debitur dan kreditur
(bank) berdasarkan syarat-syarat yang telah diajukan oleh Bank atau Lembaga
Keuangan untuk melakukan pinjaman kredit.
5
Menurut pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
menyatakan bahwa pengertian kredit sebagai berikut:
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga”.
Dalam bukunya yang berjudul Hukum Kredit dan Bank Garansi H.R.
Daeng Naja menyatakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kredit yaitu :
1) Kepercayaan, berarti bahwa setiap pelepasan kredit dilandasi dengan
adanya keyakinan oleh bank bahwa kredit tersebut akan dapat dibayar
kembali oleh Debiturnya sesuai dengan jangka waktu yang telah
diperjanjikan.
2) Waktu, disini berarti bahwa antara pelepasan kredit oleh bank dan
pembayaran kembali oleh Debitur tidak dilakukan pada waktu yang
bersamaan, tetapi dipisahkan oleh tenggang waktu.
3) Risiko, disini berarti bahwa setiap pelepasan kredit jenis apapun akan
terkandung risiko didalamnya, yaitu risiko yang terkandung dalam jangka
waktu anatara pelepasan kredit dan pembayaran kembali. Hal ini berarti
semakin panjang waktu kredit semakin tinggi pula risiko kredit tersebut.
4) Prestasi, disini berarti bahwa setiap kesepakatan terjadi antara bank dan
Debiturnya mengenai suatu pemeberian kredit, maka pada saat itu pula
akanterjadi prestasi dan kontra prestasi. 5
Pengertian kredit telah diartikan secara khusus yang telah meliputi
perjanjian peminjaman uang. Jadi obyeknya adalah berupa uang, tidak dalam
bentuk obyek lain seperti barang atau jasa. Sebagaimana dimaklumi, pembayaran
kredit selalu terjadi di masa yang akan datang, maka bank sebagai pemberi
pinjaman harus menilai apakah harapan debitur tentang kesanggupannya untuk
membayar kembali adalah cukup wajar.
5H.R. Daeng Naja,2005,Hukum Kredit dan Bank Garansi,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
h. 124-125
6
Salah satu hal terpenting dalam perjanjian kredit antara bank dengan Debitur
adalah adanya jaminan dari debitur atas kredit yang diberikan oleh bank. Jaminan
merupakan salah satu instrumen yang penting dan sangat dibutuhkan bank sebagai
salah satu syarat untuk menentukan setuju atau tidaknya kredit yang akan
dicairkan, disamping syarat-syarat lain yang harus dilengkapi. Jaminan ini pula
sebagai perlindungan keamanan bagi kreditur, apabila terjadi wanprestasi atau
cidera janji. Wanprestasi yaitu suatu keadaan dimana seseorang tidak memenuhi
kewajibannya yang didasarkan pada suatu perjanjian kontrak. Wanprestasi dapat
berarti tidak memenuhi prestasi sama sekali, atau terlambat memenuhi prestasi,
atau memenuhi prestasi secara tidak baik. Salah satu jaminan yang biasanya
dipakai yaitu jaminan yang berupa benda tidak bergerak dalam hal ini adalah
Tanah. Jaminan tanah tersebut harus dibuktikan dengan adanya dokumen paling
kuat dan akurat yaitu berupa Sertifikat Hak Milik. Kemudian, Sertifikat Hak Milik
tersebut diserahkan kepada kreditur sebagai bukti jaminan sertifikat atas tanah
yang dijaminkan. Agar tanah yang menjadi jaminan kredit mempunyai kepastian
hukum bagi kreditur, maka diperlukan adanya lembaga jaminan, dimana Lembaga
Jaminan yang dimaksud adalah Hak Tanggungan, yang mana nantinya akan
mampu memberi jaminan perlindungan hukum baik kepada debitur maupun
kreditur. Hak Tanggungan, menurut ketentuan pasal 1 butir 1 Undang-Undang
No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta benda-benda
yang berkaitan atas tanah adalah : “Hak Jaminan yang dibebankan pada hak atas
tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-
7
benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang
tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu
terhadap kredtur-kreditur lain”. Dari ketentuan diatas, maka Hak Tanggungan
pada dasarnya hanya dibebankan kepada hak atas tanah dan juga sering kali
terdapat benda-benda diatasnya bisa berupa bangunan, tanaman, dan hasil-hasil
lainnya yang secara tetap merupakan satu kesatuan dengan tanah yang dijadikan
jaminan. Hak Tanggungan sebagai salah satu lembaga hak jaminan atas tanah
untuk pelunasan utang tertentu sebagaimana diuraikan dalam penjelasan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996 alenia ke 3 mempunyai cirri-ciri antara lain:
a) Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada
pemegangnya.
b) Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapapun obyek
itu berada.
c) Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat
pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
d) Mudah dan pasti pelaksaan eksekusinya,
Dengan ciri-ciri tersebut diatas diharapkan Hak Tanggungan atas tanah yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 menjadi kuat kedudukannya
dalam hukum jaminan mengenai tanah. Dengan demikian apabila debitur tidak
dapat memenuhi prestasinya dan terjadi wanprestasi, maka pihak bank atau
kreditur akan melakukan antisipasi pencegahan agar pihak bank pun tidak
mengalami kerugian.
8
Bertitik tolak dari latar belakang diatas, tentang pelaksanaan perjanjian
kredit perbankan, maka penulis mengangkat judul yaitu “ PENYELESAIAN
WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK
TANGGUNGAN PADA PT. BANK BUKOPIN, Tbk CABANG DENPASAR”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan
rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut:
1. Kriteria apakah yang dipakai pihak bank untuk menentukan debiturnya
telah melakukan wanprestasi?
2. Upaya apakah yang ditempuh pihak bank untuk menyelesaikan kredit
dengan jaminan hak tanggungan apabila debitur wanprestasi, khususnya
pada PT. Bank Bukopin, Tbk. Cabang Denpasar?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian yang
menggambarkan batas-batas permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah serta tidak menyimpang dari pokok
permasalahan yang sebenarnya dan tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Maka
diberikan batasan-batasan terhadap masalah yang akanditeliti. Adapun ruang
lingkup masalah pada skripsi ini adalah: Pada permasalahan pertama yang akan
dibahas adalah mengenai kriteria yang dipakai pihak bank untuk menentukan
debiturnya telah mengalami wanprestasidan selanjutnya pada permasalah yang
9
kedua akan dibahas tentang upaya yang ditempuh pihak bank untuk
menyelesaikan kredit dengan jaminan hak tanggungan apabila debitur
wanprestasi, khususnya pada PT. Bank Bukopin, Tbk. Cabang Denpasar.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian adapun dalam penelitian
kali ini peneliti menampilkan tiga skripsi sebagai perbandingan. Ini dimaksudkan
dalam rangka menumbuhkan semangat anti plagiat di dalam dunia pendidikan
Indonesia, maka mahasiswa diwajibkan untuk mampu menunjukkan orisinalitas
dari penelitian yang sedang ditulis dengan menampilkan beberapa judul penelitian
skripsi terdahulu sebagai pembanding. Adapun judul skripsi tersebut adalah :
No Judul skripsi Penulis Rumusan masalah
1 Kredit Macet dan
Penyelesaiannya pada BPR
Saraswati Ekabumi Denpasar
I Nyoman
Sutanegara
(Mahasiswa
Fakultas Hukum
Universitas
Udayana,
Denpasar,
Tahun) 2006.
1. Bagaimana upaya
penanggulangan
kredit macet oleh
BPR Saraswati
Ekabumi?
2. Bagaimana bentuk
penyelesaian
terhadap kredit
macet oleh BPR
Saraswati?
1. Penyelesaian Kredit Macet
Pada Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) Desa Adat Bukih
Kecamatan Kintamani
I Gede Bukih
Aryananda
(Mahasiswa
Fakultas Hukum
Universitas
Udayana
Denpasar,
Tahun 2008)
1. Faktor-faktor apa
saja yang
menyebabkan kredit
macet pada
Lembaga
Perkreditan Desa
(LPD) Desa Adat
Bukih?
2. Bagaimana upaya
Penyelesaian
terhadap kredit
macet pada
Lembaga
10
Perkreditan Desa
Adat Bukih?
2. Penyelesaian Wanprestasi
Dalam Perjanjian Kredit
Kepemilikan Rumah (KPR)
Dengan Jaminan Hak
Tanggungan
Ida Ayu Nila
Risna Dewi,
(Mahasiswa
Fakultas Hukum
Universitas
Udayana, Tahun
2010)
1. Bagaimana realisasi
kredit pemilikan
rumah dengan
jaminan hak
tanggungan?
2. Bagaimana akibat
hukum terhadap
perjanjian kredit
pemilikan rumah
dalam hal debitur
wanprestasi?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu :
1.5.1 Tujuan Umum
a. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya
bidang penelitian
b. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam Hukum
Perbankan
c. Sebagai wahana untuk menyatukan pikiran ilmiah secara tertulis
1.5.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kriteria yang dipakai pihak bank untuk
menentukan debiturnya telah mengalami wanprestasi.
b. Untuk mengetahui upaya yang ditempuh pihak bank untuk
menyelesaikan kredit dengan jaminan hak tanggungan apabila
debitur wanprestasi, khususnya pada PT. Bank Bukopin, Tbk,
Cabang Denpasar.
11
1.6 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian di lapangan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sisi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :
1.6.1 Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang
Hukum Perdata dan Jaminan sehingga dapat memberikan bahan
masukan bagi penelitian yang dilakukan selanjutnya.
b. Sebagai bahan menambah refrensi bagi institusi pendidikan
terhadap pengkajian akademis khususnya terkait dalam Hukum
Perdata dan Jaminan.
1.6.2 Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
jelas kepada para pembaca skrispsi mengenai penyelesaian
wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak
tanggungan pada PT. Bank Bukopin, Tbk. Cabang Denpasar.
b. Untuk dapat dijadikan masukan bagi masyarakat dan pihak-pihak
yang akan terlibat dalam perjanjian kredit dengan menggunakan
jaminan hak tanggungan melalui kredit perbankan agar dalam
pelaksanaanya kelak tidak menimbulkan suatu kesulitan yang
dapat merugikan kepentingan para pihak.
12
1.7 Landasan Teoritis
Sebelum mengemukakan asumsi terhadap permasalahan yang diangkat,
maka terlebih dahulu diperlukan landasan teori atau kerangka teori, sebagai
arahan untuk mendapatkan suatu kebenaran ilmiah sesuai dengan konsep-konsep
dan aturan hukumnya.
Landasan teoritis atau kerangka teori adalah upaya untuk
mengidentifikasikasi teori hukum/teori khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas
hukum, aturan hukum, norma-norma hukum, dan lain-lain yang akan dipakai
sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian penelitian. Dalam
setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiranyang teoritis, oleh
karena itu ada hubungan timbale balik yang erat antara teori dengan kegiatan
pengumpulan dan pengolahan data, analisa, serta konstruksi data.6
Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi
buruk. Adapun yang dimaksud wanprestasi merupakan suatu tindakan dimana si
debitur (penerima kredit) tidak melakukan apa yang dijanjikannya atau lalai atau
ingkar janji. Atau juga ia melanggar perjanjian bila ia melakukan atau berbuat
sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.7 Ada macam-macam wanprestasi yang
kita kenal selama ini yaitu :
a. Debitur tidak melakukan sama sekali apa yang telah diperjanjikan.
b. Debitur melaksanakan sebagian apa yang telah diperjanjikan.
c. Debitur terlambat melaksanakan apa yang telah diperjanjikan.
6 Universitas Udayana,2009,Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana,
Denpasar, h.64. 7
Subekti,1990,Hukum Perjanjian,Cet. XII, PT. Intermasa,Jakarta,(selanjutnya disebut
Subekti I), h. 45.
13
d. Debitur menyerahkan sesuatu yang tidak diperjanjikan.
e. Debitur melakukan perbuatan yang dilarang oleh perjanjian yang telah
diperbuatnya.8
Menurut Subekti,9 wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur
dapat berupa empat jenis yaitu :
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan.
c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Menurut M. Yahya Harahap10
secara umum wanprestasi yaitu :
“Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan
tidak menurut selayaknya”.Debitur disebutkan dan berada dalam keadaan
wanprestasi, apabila dia dalam melakukan pelaksanaan prestasi dalam perjanjian
telah lalai , sehingga “terlambat” dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam
melaksanakan suatu prestasi tidak menurut “sepatutnya atau selayaknya”.
Dalam membicarakan wanprestasi tidak bisa terlepas dari masalah
“pernyataan lalai” (ingebrekke stelling) dan kelalaian (verzuim). Akibat yang
timbul dari wanprestasi ialah keharusan bagi debitur membayar ganti atau dengan
8Gatot Supramono,1996, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Cet II,
Djambatan, Jakarta,h.131. 9Subekti, loc.cit.
10M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni,Bandung, h. 60.
14
adanya wanprestasi salah satu pihak, maka pihak yang lainnya dapat menuntut
“pembatalan kontrak/perjanjian”.11
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling
berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh dua
pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam
persetujuan itu. Dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) dijelaskan bahwa ada 4 syarat yang menentukan sahnya suatu
perjanjian yaitu :
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3) Suatu hal tertentu.
4) Suatu sebab yang halal.
Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifat riil.
Sebagai perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya. Ada
dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil
ialah bahwa terjanjianya perjanjian kredit dtentukan oleh penyerahan uang oleh
bank kepada nasabah debitur.12
Dilihat dari bentuknya, umumnya perjanjian kredit perbankan
menggunakan bentuk perjanjian baku (standard contract). Berkaitan dengan itu,
memang dalam praktiknya bentuk perjanjiannya telah disediakan oleh pihak bank
sebagai kreditur sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan
baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian baku (standard
11
Ibid. 12
Hermansyah,op.cit, h.71.
15
contract), dimana dalam perjanjian tersebut pihak debitur hanya dalam posisi
menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk melakukan negosiasi atau
tawar-menawar.
Apabila debitur menerima semua ketentuan dan persyaratan yang
ditentukan oleh bank, maka ia berkewajiban untuk menandatangani perjanjian
kredit tersebut, tetapi jika debitur menolak ia tidak perlu untuk menandatangani
perjanjian kredit tersebut. Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian yang
khusus baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur,
karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian,
pengelolaan, dan penatalaksanaan kredit tersebut.
Menurut Ch. Gatot Wardoyo perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi
sebagai berikut :
1) Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.
2) Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan
hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur.
3) Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring
kredit.
Dalam perjalanannya perjanjian kredit yang dilakukan antara kreditur dan
debitur tidak selalu berjalan mulus, tidak sedikit pula mengalami kredit
bermasalah atau nonperforming loan yang merupakan risiko yang terkandung
dalam setiap pemberian kredit oleh bank. Risiko tersebut berupa keadaan keadaan
di mana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Kredit bermasalah atau
nonperforming loan di perbankan itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
16
misalnya ada kesengajaan dari pihak pihak yang terlibat dalam proses kredit,
kesalahan prosedur pemberian kredit, atau disebabkan oleh faktor lain.
Kredit yang dikategorikan sebagai kredit bermasalah (nonperforming loan)
adalah apabila kualitas kredit tersebut tergolong pada tingkat kolektibilitas kurang
lancar, diragukan, atau macet. Untuk menyelesaikan kredit bermasalah itu dapat
ditempuh dengan dua cara yaitu penyelamatan kredit dan penyelesaian kredit.
Yang dimaksud dengan penyelamatan kredit adalah suatu langkah di mana pihak
bank atau kreditur dan nasabah atau debitur melakukan perundingan guna
penyelesaian masalah, sedangkan penyelesaian kredit adalah suatu langkah
penyelesaian melalui lembaga hukum.
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/4/BPP tanggal 29 Mei
1993 mengatur mengenai penyelamatan kredit bermasalah yaitu melalaui13
:
1) Rescheduling (penjadwalan kembali), yaitu upaya hukum untuk
melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang
berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/jangka waktu kredit
termasuk tenggang (grace period), termasuk perubahan jumlah
angsuran. Bila perlu dengan penambahan kredit.
2) Reconditioning (persyaratan kembali), yaitu melakukan peruban atas
sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya
kepada perubahan jadwal angsuran, dan/ atau jangka waktu kredit saja
3) Restructuring (penataan kembali), yaitu berupa melakukan perubahan
syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit, atau
13
Ibid, h.76.
17
melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi
perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling dan atau
reconditioning.
Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian
Kredit, bahwa yang dimaksud dengan Jaminan adalah suatu keyakinan bank atas
kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.
Adapun menurut ketentuan pasal 1 butir 23 yang dimaksud dengan agunan adalah
jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada dalam rangka
pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. 14
Adapun macam-macam jaminan yaitu :
1) Personal guaranty (jaminan perorangan).
2) Jaminan kebendaan.
Jaminan yang digunakan biasanya berupa jaminan atas tanah. Undang-
Undang Pokok Agraria mengenal hak jaminan atas tanah, yang dinamakan dengan
Hak Tanggungan. Menurut Undang-Undang Pokok Agraria, Hak Tanggungan itu
dapat dibebankan diatas tanah hak milik (Pasal 25), Hak Guna Usaha (Pasal 33),
dan Hak Guna Bangunan (Pasal 39). Menurut Pasal 51 UUPA, Hak Tanggungan
akan diatur akan diatur dengan undang-undang, yakni Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang
14
Ibid, h.63.
18
berkaitan dengan tanah, hal tersebut terwujudlah suatu hukum jaminan nasional,
seperti yang diamanatkan di dalam Pasal 51 UUPA tersebut.15
a) Objek hukum hak tanggungan
Berdasarkan Undang-Undang Hak Tanggungan, objek yang
dapat dibebani dengan Hak Tanggungan adalah hak-hak atas tanah
beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Dalam Pasal 4
Undang-Undang Hak Tanggungan tersebut dijelaskan bahwa hak atas
tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan adalah sebagai berikut:
1) Hak Milik.
2) Hak Guna Usaha.
3) Hak Guna Bangunan.
4) Hak Pakai atas Tanah Negara, yang menurut ketentuan yang berlaku
wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan.
5) Hak-hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang
telah ada tau aka nada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah
tersebut, dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah.16
Dalam hal ini pembebanannya harus dengan tegas dinyatakan didalam
Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan.
b) Subjek hukum hak tanggungan
Dalam Hak Tanggunngan juga terdapat subjek hukum yang
menjadi hak tanggungan yang terkait dengan perjanjian pemberi Hak
15
Adrian Sutedi,2012, Hukum Hak Tanggungan,Cet. II, Sinar Grafika, Jakarta, h.51. 16
Ibid.
19
Tanggungan. Di dalam suatu perjanjian Hak Tanggungan ada dua pihak
yang mengikatkan diri, yaitu sebagai berikut:
1) Pemberi Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menjaminkan
objek Hak Tanggungan.
2) Pemegang Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menerima
Hak Tanggungan sebagai jaminan dari piutang yang diberikannya.
1.8 Metode Penelitian
Untuk menjamin adanya kebenaran ilmiah dalam skripsi ini maka
dipergunakan metodelogi sebagai satu cara yang dapat membantu dalam
penelitian sehingga dapat diperoleh suatu tujuan yang diharapkan, maka salah satu
cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh kebenaran dalam penelitian secara
ilmiah dengan cara mempelajari satu atau beberapa gejala dengan jalan
menganalisa terhadap beberapa fakta tersebut.
Istilah metodelogi berasal dari kata metode yang berarti jalan. Oleh karena
itu yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah suatu prosedur atau cara untuk
mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis atau prosedur
hukum. Istilah pentingnya arti kata metodelogi dalam memperoleh kebenaran
maka tanpa metodelogi seorang penulis tidak mungkin akan mampu untuk
merumuskan, menganalisa dan memecahkan permasalahannya. Oleh karena itu
dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan suatu
metode untuk mendapatkan data guna menunjang dalam penulisan ini antara lain :
20
1.8.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakandalam skripsi ini adalah jenis penelitian
hukum empiris, karena mendekati masalah dari peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
Penelitian hukum empiris adalah mengenai permberlakuan atau
implementasi ketentuan hukum normative secara in action pada setiap
peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.17
1.8.2 Sifat Penelitian
Penelitian skripsi ini bersifat penelitian deskriptif, karena bertujuan
menggambarkan secara tepat mengenai hubungan antara suatu gejala
dengan gejala lain dalam kenyataan yang terjadi pada PT. Bank Bukopin,
Tbk. Cabang Denpasar.
1.8.3 Sumber Data
Dalam penelitian ini data diperoleh dari sumber data yang erat kaitannya
dengan judul penelitian ini yaitu:
1. Data Primer adalah berupa data empiris yang diperoleh dari hasil
penelitian lapangan (Field Research). sumber pertama penelitian ini
dilakukan yaitu di PT.BankBukopin, Tbk Cabang Denpasar.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan
berupa buku-buku yang ada kaitannya dengan permasalahan terdiri
dari :
a. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan ini yaitu:
17
Abdulkadir Muhammad,2004, Hukum dan Penelitian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
(selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad I), h.134.
21
- Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
- Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan atas
perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan.
- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria.
- Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan.
b. Bahan hukum sekunder dalam penulisan ini bersumber dari
penelitian kepustakaan (Library Reseach) data ini diperoleh melalui
membaca atau meneliti beberapa buku atau literatur hukum, serta
menelaah pendapat dari para pakar hukum yang ada hubungannya
dan ada relevansinya dengan permasalahan yang dibahas, penelitian
kepustakaan ini diharapkan menghasilkan kesimpulan yang teoritis.
c. Bahan HukumTersier adalah bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
seperti kamus-kamus hukum
1.8.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian skripsi ini, teknik pengumpulan datanya
dilakukan dengan jalan:
22
a. Untuk mendapatkan data primer diperlukan tehnik wawancara yaitu
Tanya jawab secara lisan antara penulis dengan pihak-pihak yang
terkait di PT. Bank Bukopin,Tbk Cabang Denpasar guna memperoleh
keterangan yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini. Sistem
wawancara yang digunakan adalah wawancara berencana, yaitu
wawancara yang disertai dengan daftar pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya.
b. Sedangkan untuk mendapatkan data sekunder dipergunakan tehnik
studi dokumen yaitu dengan menelaah bahan-bahan bacaan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan relevan dengan
permasalahan yang timbul.
1.8.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data yang diperoleh terkumpul selanjutnya data tersebut
diolah dan dianalisa. Untuk menganalisis data, tergantung pada sifat data
yang dikumpulkan oleh peneliti (tahap pengumpulan data).18
Tehnik pengolahan dan analisa data baik terhadap data primer
maupun data sekunder dilakukan analisa secara kualitatif dan untuk
penyajiannya dilakukan dengan cara deskriptif analisis yaitu dengan jalan
menyusun secara sistematis serta dapat menggambarkan atau melukiskan
sesuai dengan kejadiannya sehingga permasalahan yang timbul dalam
skripsi ini dapat terjawab.
18
Amiruddin dan ZainalAsikin, 2004,Pengantar Metode Penelitian Hukum,Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h.167.