21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak-hak asasi manusia (selanjutnya disebut HAM) merupakan hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia, kodrati dan alami sebagai mahluk Tuhan Yang Mahakuasa. 1 HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada diri setiap orang, karena statusnya sebagai manusia. Di Indonesia definisi dari HAM dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”. 2 Hal senada juga dikatakan oleh Plato yang telah meletakkan dasar-dasar hukum bagi perlindungan HAM yang dianggapnya merupakan kewajiban bagi pemerintah suatu negara, ketika ia mengatakan bahwa pemerintah harus mengupayakan kepentingan rakyatnya dan menjamin kebebasan warga negaranya. 3 Hal ini menegaskan bahwa salah satu dari kewajiban negara adalah memenuhi hak-hak asasi warga negaranya, termasuk hak atas kebebasan. 4 1 Madja El Muhtaj, 2013, Dimensi-dimensi HAM menguai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, RajaGrafindo, Jakarta, h. 87. (Selanjutnya disebut Madja El Muhtaj I) 2 Lihat Pasal 1 UU No.39 tahun 1999 tentang HAM. 3 Plato dalam OC Kaligis, 2009, Antologi Tulisan Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, h.2. 4 Ibid.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak-hak asasi manusia (selanjutnya disebut HAM) merupakan hak yang

melekat pada hakikat dan keberadaan manusia, kodrati dan alami sebagai mahluk

Tuhan Yang Mahakuasa.1 HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada diri

setiap orang, karena statusnya sebagai manusia. Di Indonesia definisi dari HAM

dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.39 Tahun 1999 tentang

HAM disebutkan bahwa “HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada

hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi

oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia”.2

Hal senada juga dikatakan oleh Plato yang telah meletakkan dasar-dasar

hukum bagi perlindungan HAM yang dianggapnya merupakan kewajiban bagi

pemerintah suatu negara, ketika ia mengatakan bahwa pemerintah harus

mengupayakan kepentingan rakyatnya dan menjamin kebebasan warga

negaranya.3 Hal ini menegaskan bahwa salah satu dari kewajiban negara adalah

memenuhi hak-hak asasi warga negaranya, termasuk hak atas kebebasan.4

1 Madja El Muhtaj, 2013, Dimensi-dimensi HAM menguai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya,

RajaGrafindo, Jakarta, h. 87. (Selanjutnya disebut Madja El Muhtaj I)

2 Lihat Pasal 1 UU No.39 tahun 1999 tentang HAM.

3 Plato dalam OC Kaligis, 2009, Antologi Tulisan Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, h.2.

4 Ibid.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

HAM juga menjadi kajian Hukum HAM internasional. Hukum HAM

internasional adalah hukum yang memberikan perlindungan internasional untuk

hak-hak asasi dan kebebasan pribadi dan kelompok pribadi atas penyalahgunaan

kekuasaan oleh pemerintah dan dalam hal tertentu juga atas kelakuan pribadi,

kelompok pribadi dan organisasi swasta lain dan mengusahakan serta menjamin

bagi mereka iklim hidup yang sesuai dengan martabat manusia.5

Secara historis HAM sebagaimana yang saat ini dikenal, memiliki riwayat

perjuangan panjang. Yamin bahkan melihat rujukannya lebih ke belakang lagi

yaitu Magna Carta (1215) dan Habeas Corpus (1676).6 Magna Carta yang

memiliki 63 pasal lahir sebagai akibat kesewenang-wenangan Raja John yang

memicu pemberontakan kaum bangsawan dan rakyat Inggris.7 Lebih dari empat

abad kemudian tepatnya tahun 1967, sebagai reaksi terhadap kesewenang-

wenangan militer Inggris yang melakukan penangkapan warga, rakyat Inggris

melakukan tekanan terhadap Parlemen Inggris agar memproklamirkan dokumen

yang bernama Habeas Corpus dimana dokumen yang tidak panjang ini

mempunyai dua pasal penting.8 Pasal 2 Habeas Corpus mengatur warga Negara

yang rentan terhadap kesewenang-wenangan agar selalu dilindungi.9 Pasal 3

5 Peter Baehr et. al., 2001, Instrumen Internasional Pokok Hak-Hak Asasi Manusia, Jakarta,

Yayasan Obor Indonesia, h.14.

6 Marianus kleden, 2009, Hak Asasi Manusia Dalam Masyarakat Komunal, Jakarta, Lamalera,

h. 20.

7 Ibid.

8 Ibid.

9 Ibid.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

Habeas Corpus mengatur bahwa aparat keamanan hanya boleh bertindak sesuai

dengan aturan yang berlaku.10

Perjuangan yang lebih nyata terlihat pula dalam Bill of Rights yang

ditandatangani oleh Raja Willem III pada tahun 1689 sebagai hasil dari

pergolakan politik yang dahsyat yang biasa disebut the Glorious Revoultion. 11

Glorious Revoultion tidak saja mencerminkan kemenangan parlemen atas raja,

akan tetapi juga menggambarkan rentetan kemenangan rakyat dalam pergolakan –

pergolakan yang menyertai perjuangan Bill of Rights yang berlangsung tak kurang

dari 60 tahun lamanya.12

Perkembangan selanjutnya dari HAM adalah dengan

ditanda tanganinya Petition of Rights pada tahun 1628 oleh Raja Charles I.13

Dalam hubungan ini Raja berhadapan dengan utusan rakyat (House of

Commons).14

Puncak perkembangan perjuangan HAM tersebut yaitu ketika „Human

Rights‟ itu untuk pertama kalinya dirumuskan secara resmi dalam „Declaration of

Independence’ Amerika Serikat pada tanggal 4 Juli tahun 1776 yang menyatakan

bahwa seluruh umat manusia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa beberapa hak

yang tetap dan melekat padanya.15

Perumusan HAM secara resmi kemudian

10 Ibid.

11

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, 2006, Sekretariat Jenderal dan

Kepaniteraan Mahkamah Konsitusi RI, Jakarta, h. 97.(Selanjutnya disebut Jimly Asshiddiqie I)

12

Ibid.

13

Moh.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1983, Hukum tata Negara Indonesia, Sinar Bakti,

Jakarta, h. 56.

14

Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, 2012, Paradigma, Jakarta,

h.99

15

Ibid.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

menjadi dasar pokok konstitusi Negara Amerika Serikat tahun 1787, yang mulai

berlaku 4 Maret 1789.16

Dalam rangka penegakan terhadap HAM yang mencakup bidang-bidang yang

lebih luas itu.17

Franklin Roosevelt, Presiden Amerika pada permulaan abad ke-20

memformulasikan empat macam hak-hak asasi yang kemudian dikenal dengan

„The Four Freedom’ itu adalah : (1) Freedom of speech, yaitu kebebasan untuk

berbicara dan mengemukakan pendapat. (2) Freedom of Religion, yaitu kebebasan

beragama, (3) Freedom from Fear, yaitu kebebasan dari rasa ketakutan, dan (4)

Freedom from Want, yaitu kebeasan dari kemelaratan.18

Hal inilah yang kemudian

menjadi inspirasi dari Universal Declaration of Human Right 1948 yang dibuat

oleh Perserikatan Bangsa-bangsa.19

Universal Declaration of Human Right 1948 (selanjutnya disebut sebagai

UDHR) antara lain mencantumkan, bahwa setiap orang mempunyai Hak :20

1. Hidup

2. Kemerdekaan dan keamanan badan

3. Diakui kepribadiannya dan memperoleh pengakuan yang sama

dengan orang lain menurut hukum untuk mendapat jaminan hukum

dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum, dianggap

tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah

4. Masuk dan keluar wilayah suatu negara

5. Mendapatkan suaka (hak untuk memberi kesempatan kepada suatu

Negara dalam memeberikan perlindungan kepada warga negara

asing yang melarikan diri)

6. Mendapatkan suatu kebangsaan

7. Mendapatkan hak milik atas benda

16 Ibid, h.101.

17

Ibid.

18

Ibid.

19

Ibid.

20

Boer Mauna, 2011, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, PT Alumni, Bandung, h. 679.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

8. Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan

9. Bebas memeluk agama

10. Mengeluarkan pendapat

11. Berapat dan berkumpul

12. Mendapat jaminan sosial

13. Mendapatkan pekerjaan

14. Berdagang

15. Mendapatkan pendidikan

16. Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat

17. Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan

UDHR walaupun tidak memiliki kekuatan hukum mengikat, memiliki nilai-

nilai normatif serta seruan moral dan berisikan pernyataan sikap dari negara-

negara untuk menjaga dan melindungi nilai-nilai HAM dunia, sehingga memiliki

ikatan moral dan merupakan pedoman bagi negara-negara dalam menjalankan

kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada perlindungan HAM. Nilai-nilai yang

digariskan dalam UDHR juga telah dikristalisasikan dalam konstitusi dan undang-

undang berbagai negara, sehingga dapat dikatakan bahwa UDHR memiliki nilai-

nilai yang hidup, bersifat universal, dan esensial bagi pelaksanaan perlindungan

HAM global.

UDHR tersebut tidak mengikat bagi negara-negara yang ikut

menandatanganinya, diharapkan agar negara-negara anggota Persatuan Bangsa-

Bangsa (selanjutnya disebut PBB) dapat mencantumkannya dalam Undang-

undang Dasar masing-masing atau peraturan perundang-undangan lainnya

sehingga norma hukum yang terkandung di dalamnya dapat diberlakukan sebagai

hukum domestik di masing-masing negara anggota.21

21 Jimly Asshiddiqie I, op.cit, h.349.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

Dikukuhkannya naskah UDHR ini, ternyata tidak cukup mampu untuk

mencabut akar-akar penindasan disemua negara.22

Karena itu, tidaklah

mengherankan apabila PBB terus berupaya mencari beberapa landasan yuridis,

dengan maksud agar naskah tersebut dapat mengikat seluruh negara di dunia.23

18 Tahun kemudian, PBB berhasil juga melahirkan Covenant on Economic,

Social and Cultural Rights atau Perjanjian tentang hak-hak ekonomi, sosial, dan

budaya (selanjutnya disebut sebagai ICESCR) dan Covenant on Civil and

Political Rights atau Perjanjian tentang hak-hak sipil dan politik (selanjutnya

disebut sebagai ICCPR).24

Kedua kovenan tersebut dapat dipandang sebagai

peraturan pelaksanaan atas naskah UDHR. Secara yuridis meratifikasikan kedua

kovenan ini, bukan saja menyebabkan negara-negara anggota terikat secara

hukum, akan tetapi juga merupakan sumbangan terhadap perjuangan HAM di

dunia.25

Indonesia merupakan negara anggota PBB mempunyai tanggung jawab untuk

melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam deklarasi tersebut. Demi tegaknya

HAM setiap orang maka diatur pula kewajiban dasar manusia, antara lain

kewajiban untuk menghormati HAM orang lain dan konsekuensinya setiap orang

harus tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu juga

diatur kewajiban dan tanggung jawab pemerintah untuk menghormati,

melindungi, menegakkan serta memajukan HAM tersebut yang diatur dalam

22 Ibid.

23

Ibid .

24

Ibid.

25

Ibid.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

peraturan perundang-undangan dan hukum internasional yang diterima oleh

Negara Republik Indonesia.

Melalui Ketetapan MPR No.XVII/1998 tentang HAM dibentuknya Undang-

undang No.39 Tahun 1999 tentang HAM. Undang-undang 39 Tahun 1999

(selanjutnya disebut UU HAM) tersebut terdiri dari 105 Pasal yang meliputi

berbagai macam hukum tentang hak asasi, perlindungan hak asasi hingga

pembatasan terhadap kewenangan pemerintah.26

Indonesia telah meratifikasi

ICCPR melalui Undang-undang No.11 Tahun 2005 dan ICESCR melalui Undang-

undang No.12 Tahun 2005.27

Di Indonesia HAM dijunjung tinggi bila melihat kembali sejarah

pembentukan Undang-Undang Dasar 1945. Fakta sejarah menunjukkan bahwa

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah terlebih dahulu merumuskan HAM

dari pada Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB.28

Dimana bahwa

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 beserta pasal-pasalnya disahkan pada

tanggal 18 Agustus 1945, sedangkan UDHR pada tahun 1948.29

Sebagai bagian dari masyarakat Internasional yang menjunjung HAM

Indonesia memiliki UU HAM dan Undang-Undang No.26 Tahun 2000 tentang

Pengadilan HAM. Indonesia telah meratifikasi perjanjian-perjanjian internasional

lain tentang HAM, sehingga melahirkan konsekuensi bahwa ketentuan-ketentuan

yang dikandung dalam perjanjian-perjanjian tersebut telah terinkoporasi dalam

26 Oc Kaligis, op.cit, h.5.

27

Ibid.

28

Kaelan dan Achmad zubaidi, op.cit, h.102.

29

Ibid.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

sistem hukum nasional Indonesia dan menimbulkan kewajiban bagi Indonesia

untuk melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.30

Melihat kebakaran hutan dan lahan terjadi di Indonesia setiap tahun dengan

luas cakupan dan jumlah titik api yang bervariasi. Bencana asap dari kebakaran

hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan, Jambi dan Riau pada

tahun 2015, bahkan kebakaran hutan di Indonesia pada tahun 2015 semakin

menarik perhatian dunia Internasional sebagai isu lingkungan dan ekonomi.

Dapat dikatakan melanggar prinsip yang terkandung didalam Deklarasi Rio

yang merupakan penindaklanjutan dari Deklarasi Stockholm sebagai cikal bakal

dari tumbuh dan perkembangan hukum lingkungan internasional.31

Indonesia

merupakan negara pihak dari 113 Negara peserta Konferensi Stockholm 1972.32

Setelah berlangsungnya Deklarasi Stockholm, Pemerintah Republik Indonesia

telah mengambil langkah-langkah lebih lanjut di bidang pengelolaan lingkungan

hidup dengan menghasilkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kini menjadi

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.33

Dampak kebakaran hutan dan lahan yang paling menonjol adalah terjadinya

kabut asap yang sangat menggangu kesehatan masyarakat dan sistem transportasi

sungai, darat, laut dan udara. Secara sektoral dampak kebakaran ini mencakup

30 Oc Kaligis, op.cit, h.6.

31 Takdir Rahmadi, 2013, Hukum Lingkungan Di Indonesia, RajaGrafindo, Jakarta, h.48.

32

Ibid.

33

Ibid.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

sektor perhubungan, kesehatan, ekonomi, termasuk citra bangsa di mata negara

tetangga dan dunia bahkan sudah mempengaruhi hubungan politik antar negara

tetangga.

Dalam negeri, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan kabut asap bisa

berakibat fatal terhadap kesehatan tubuh. Sekalipun memang risiko kematian

akibat kabut asap relatif kecil. Tjandra menjelaskan, ada tiga kemungkinan

gangguan kesehatan yang bisa muncul dan berakibat fatal bagi penderitanya, salah

satunya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)."Infeksi yang memburuk, ISPA,

misalnya, yang kemudian memburuk menjadi pneumonia, yang bila tidak

tertangani dengan baik dan pada mereka yang rendah daya tahan tubuhnya dapat

fatal akibatnya," tuturnya. Dia menambahkan, kemungkinan kedua adalah

penyakit paru-paru dan jantung kronis, terutama pada orang lanjut usia. Ketiga,

kematian yang timbul bukan karena penyakit, melainkan lantaran kecelakaan

akibat kebakaran yang luas, baik langsung karena api kebakaran, kerusakan

bangunan, atau asap yang menghalangi pandangan pengendara sehingga

menimbulkan kecelakaan.34

Kabut asap yang mengganggu penerbangan membuat Bandara Sultan Syarif

Kasiem II Pekanbaru rugi hingga Rp 1,5 miliar, bagaimana tidak Dinas

perhubungan mencatat penerbangan yang tertunda (delay) mencapai 201

penerbangan, dialihkan (divert) sebanyak 26 penerbangan, kembali ke bandara

34 Tempo.com, Darurat Kabut Asap Apa Dampaknya Buat Kesehatan, 2015, URL :

http://gaya.tempo.co/read/news/2015/09/14/060700293/darurat-kabut-asap-apa-dampaknya-buat-

kesehatan, diakses pada tanggal 2 Oktober 2015.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

asal sebanyak 4 penerbangan, dan 178 dibatalkan. Terganggunya penerbangan

tersebut membuat pengusaha merugi miliaran rupiah dan membuat anjloknya

perekonomian Riau.35

Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini

menimbulkan pencemaran di negara-negara tetangga. Propinsi Riau yang letaknya

berdekatan dengan Malaysia dan Singapura menjadi sumber pencemaran bagi

kedua negara tersebut. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

menyatakan angin membawa asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera

dan Kalimantan masuk ke Singapura dan sebagian wilayah Serawak, Malaysia.36

Badan Lingkungan Nasional (National Environment Agency) Singapura

menyatakan kualitas udara di negeri itu dari tanggal 2 oktober 2015 hingga 3

oktober 2015 telah berada pada kisaran tak sehat. Buruknya udara di Negeri Singa

diakibatkan „kiriman‟ asap kebakaran hutan dari Sumatera, Indonesia.37

Dapat

dikatakan bahwa Indonesia telah menciderai HAM secara Internasional.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk menelusuri HAM

yang dilanggar oleh Indonesia dalam bentuk Skripsi dengan Judul “ ANALISIS

PELANGGARAN HAM TERHADAP KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA

DARI PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL“

35 Tempo.com, Kabut Asap Bandara pekanbaru rugi Rp 15 Miliar, 2015, URL :

http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/09/22/090702840/kabut-asap-bandara-pekanbaru-rugi-rp-1-

5-miliar, diakses pada tanggal 2 Oktober 2015.

36

Antaranews.com, Kabut Asap Masuki Singapura dan sebagian Malaysia, 2015, URL :

http://www.antaranews.com/berita/517630/kabut-asap-masuki-singapura-dan-sebagian-malaysia,

diakses pada tanggal 2 Oktober 2015.

37

Cnn Indonesia.com, Singapura sesak dikepung asap kebakaran hutan RI, 2015, URL :

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150913102353-106-78374/singapura-sesak-

dikepung-asap-kebakaran-hutan-ri/, diakses pada tanggal 2 Oktober 2015.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik

suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Hak Asasi Manusia (HAM) apa saja yang dilanggar oleh Indonesia

terkait kebakaran hutan di Indonesia ditinjau dari Instrumen HAM

Internasional ?

2. Bagaimana pertanggungjawaban Indonesia di Pengadilan Internasional

atas pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap warga

negaranya dan warga negara lain yang terkena dampak dari

kebakaran?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam penulisan karya tulis ilmiah, perlu ditegaskan materi yang diatur

didalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pembahasan materi yang

terlalu melebar dan pada akhirnya menyimpang dari pokok permasalahan yang

telah dirumuskan. Karenanya, ruang lingkup masalah yang akan dikaji dalam

karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Akan dibahas mengenai bentuk-bentuk pelanggaran HAM yang

mengakibatkan kebakaran hutan di Indonesia. Adapun bentuk

pelanggaran yang dimaksud adalah ketentuan-ketentuan yang

dituangkan di dalam instrumen International Covenant on Civil and

Political Right (ICCPR) dan International Covenant on Economic,

Social and Cultural Right (ICESCR) dan instrumen yang relevan.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

2. Akan dibahas mengenai penyelesaian terhadap pelanggaran HAM oleh

Indonesia di pengadilan internasional oleh beberapa pihak yang

dirugikan akibat dampak dari kebakaran hutan di Indonesia.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penulisan skripsi ini yaitu :

1. Sebagai pelaksanaan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya

di bidang penulisan ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa.

2. Untuk lebih memahami dan memperdalam pemahaman mengenai

pengaturan HAM dalam hukum internasional dan sebagai

sumbangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat tentang

perlindungan HAM dalam hukum internasional.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan skripsi ini, yaitu :

1. Untuk menganalisa pelanggaran-pelanggaran HAM yang telah

terjadi diakibatkan kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia.

2. Untuk menganalisis sanksi hukum internasional yang dapat

dikenakan kepada Indonesia sebagai akibat dari kelalaian

Indonesia melindungi HAM secara universal.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

1.5. Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai

Hukum HAM internasional. Selain itu diharapkan dapat dijadikan

referensi tambahan untuk pengembangan Ilmu Hukum secara Umum,

khususnya di bidang hukum internasional.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan

sumbangan penelitian sebagai bahan acuan, pertimbangan, perbandingan,

dan penyempurnaan bagi penelitian selanjutnya dalam rangka

meningkatkan perhatian di kalangan HAM Internasional dan menjadi

pedoman praktek dalam menegakan hukum internasional sehingga negara

dan individu selaku subyek hukum internasional dapat menghormati dan

ikut menjaga HAM guna mewujudkan perdamaian dunia.

1.6. Landasan Teoritis

Dalam skripsi ini penulis menggunakan beberapa landasan teori sebagai dasar

untuk mengembangkan informasi yang didapat, diantaranya :

1. Teori Common Consent dan Teori Pacta Sunt Servada

Teori common consent berpendapat bahwa dasar mengikatnya hukum

internasional adalah persetujuan bersama dari negara-negara yang berdaulat untuk

mengikatkan diri pada kaidah-kaidah hukum internasional.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

Teori Pacta Sunt Servada, Teori ini bertolak dari ajaran Mazhab Wina yang

mengembalikan segala sesuatunya kepada suatu kaidah dasar, memang dapat

menerangkan secara logis darimana kaidah hukum internasional itu memperoleh

kekuatan mengikatnya.38

Asas pacta sunt servanda pada mulanya dikenal di

dalam hukum gereja, di adakan hukum gereja itu disebutkan bahwa terjadinya

suatu perjanjian apabila ada kesepakatan kedua belah pihak dan dikuatkan dengan

sumpah dengan artian mengandung makna bahwa setiap perjanjian yang diadakan

oleh kedua belah pihak merupakan perbuatan yang sakral dan dikaitkan dengan

unsur keagamaan.39

Dalam perkembangannya asas pacta sunt servada diberi arti

pactum, yang berarti sepakat tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan tindakan

formalitas lainnya.40

2. Prinsip Universalitas Hak Asasi Manusia

HAM pada prinsipnya bersifat universal, artinya berlaku sama disemua

tempat, baik secara teori maupun praktik.41

Hak asasi manusia yang

diformulasikan dalam Deklarasi UDHR diyakini memiliki sifat universal;

dimanapun dan kapan saja dapat diberlakukan.42

Deklarasi yang diadopsi pada 10

Desember 1948 ini dielaborasi dalam berbagai perjanjian internasional, yang

38 T.May Rudy, 2002, Hukum Internasional 1, Refika Aditama, Jakarta, h.41.

39

Salim HS, Abdullah, dan Wiwiek Wahyuningsih, 2008, Perancangan Kontrak dan

Memorandum Of Understanding, Sinar Grafika, Jakarta, h2.

40

Ibid.

41

Asep Mulyana, Perkembangan Pemikiran HAM, 2015, URL:

http://referensi.elsam.or.id/2015/01/perkembangan-pemikiran-ham/, diakses pada tanggal 29

November 2015.

42

Anton Pradjasto, Aplikabilitas Hak Asasi Manusia Secara Universal, 2014, URL:

http://referensi.elsam.or.id/2014/12/aplikabilitas-hak-asasi-manusia-secara-universal/, diakses

pada tanggal 29 November 2015.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

kemudian menjadi standar dasar tentang perilaku terutama antara negara terhadap

warganya.43

3. Prinsip Hak Asasi Manuisa yang bersifat Inheren

Prinsip ini mengatakan bahwa HAM adalah hak yang melekat di dalam diri

pribadi, dan hak ini merupakan yang paling mendasar bagi setiap individu untuk

berdiri dan hidup secara merdeka dalam komunitas-komunitas masyarakat.

Dengan arti bahwa sejak lahir, sehingga tidak bisa digugat dengan kepentingan

kekuasaan, ambisi dan hasrat.44

4. Hubungan Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional dengan Hukum

Internasional

Hukum HAM internasional merupakan salah satu bidang cakupan hukum

internasional publik yang mulai berkembang pada abad 20. Hukum HAM

internasional berkembang melalui lahirnya sejumlah instrumen hukum

internasional baik yang bersifat mengikat seperti misalnya ICCPR dan ICESCR

maupun yang tidak bersifat mengikat seperti misalnya UDHR.

Dalam perkembangannya hukum internasional juga berkembang melalui

kiprah sejumlah lembaga HAM internasional. Lembaga-lembaga tersebut dapat

dibentuk melalui konvensi, seperti komite-komite HAM ataupun dibentuk sebagai

organ suatu organisasi internasional seperti contohnya Dewan HAM PBB (UN

Human Rights Council) dan AICHR (Intergovernmental Commission on Human

Rights).

43 Ibid.

44

Harifin A. Tumpa, 2010, Peluang Dan Tantangan Eksistensi Pengadilan HAM di

Indonesia, Prenada Media, Jakarta, h.1.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

5. Teori hak-hak alami (natural rights)

Teori ini berpandangan bahwa HAM adalah hak yang dimiliki seluruh umat

manusia pada segala waktu dan tempat berdasarkan takdirnya sebagai manusia

(human rights are rights that belong to all human being at all times and in all

places by virtue of being born as human beings).45

6. Teori Kehendak Negara (Voluntaris)

Teori ini menyatakan bahwa mengikatnya hukum internasional bukan karena

kehendak negara-negara secara sendiri-sendiri, melainkan karena kehendak

negara secara bersama-sama atas dasar kepentingan bersama negara-negara.

Berdasarkan teori voluntaris disebutkan bahwa kekuatan mengikat suatu hukum

internasional itu terbatas pada kehendak negara yang bersangkutan dan negara

tersebut tidak dapat melepaskan dirinya secara sepihak dari perjanjian

internasional yang telah dibuatnya dikarenakan kehendak negara itu adalah juga

kehendak bersama dari negara-negara peserta lain.46

7. Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara (sovereignty and state

responsibility )

Prinsip sovereignty and state responsibility ini dirumuskan dalam Prinsip ke-

2 Deklarasi Rio yang lengkapnya berbunyi :47

States have, in accordance with the Charter of the United Nations and the

principles of international law, the sovereign right to exploit their own resources

pursuant to their own environmental and development policies, and the

responsibility to ensure that activites within their jurisdiction or control do not

45 Madja El Muhtaj I, op.cit, h. 5.

46

Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, h.24.

47

Lihat Principle 2 Rio Declaration on Environment and Development.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

cause damage to the environment of other states or of areas beyond the limits of

national jurisdiction.

Prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara mengandung makna, bahwa

tiap negara diakui kedaulatannya untuk memanfaatkan sumber daya alam dan

lingkungan hidup yang berada dalam batas-batas territorial atau yurisdiksi negara

yang bersangkutan.48

Kedaulatan atau hak pemanfaatan itu harus disertai dengan

tanggung jawab, yaitu pemanfaatan itu tidak boleh menimbulkan kerugian

terhadap negara-negara lain atau wilayah-wilayah di luar batas yurisdiksi Negara

itu.49

8. Yurisdiksi Negara

Kata yurisdiksi (jurisdiction) berasal dari kata yurisdictio. Kata yurisdictio

berasal dari dua kata yaitu kata Yuris dan Diction. Yuris berarti kepunyaan hukum

atau kepunyaan menurut hukum. Adapun Dictio berarti ucapan, sabda atau

sebutan. Dengan demikian dilihat dari asal katanya Nampak bahwa yurisdiksi

berkaitan dengan masalah hukum, kepunyaan menurut hukum atau kewenangan

menurut hukum.50

Yurisdiksi negara dalam hukum Internasional merupakan Hak dari suatu

negara untuk mengatur dan mempengaruhi dengan langkah-langkah atau tindakan

yang bersifat legislatif, yudikatif dan eksekutif atas hak-hak individu, milik atau

48 Takdir Rahmadi, op.cit, h.14.

49

Ibid.

50

Isma Haneen, Yurisdiksi Negara Dalam Hukum Internasional, URL : http://ishma-

alhamid.blogspot.co.id/2013/05/yurisdiksi-negara-dalam-hukum.html, diakses pada tanggal 24

Maret 2016.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

harta kekayaannya, perilaku-perilaku atau peristiwa-peristiwa yang tidak semata-

mata merupakan masalah dalam negeri.51

1.7. Metode Penelitian

Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebenaran adalah

dengan penelitian secara ilmiah, hal tersebut berarti suatu metode yang bertujuan

untuk mempelajari satu atau beberapa permasalahan dengan jalan menganalisanya

dan dengan mengadakan pemeriksaan yang mendalam untuk kemudian

mengusahakan suatu pemecahan atas masalah-masalah yang timbul.52

Untuk

dapat dinyatakan sebagai skripsi, maka diperlukan suatu metodologi yang

tentunya bertujuan untuk mengadakan pendekatan atau penyelidikan ilmiah yang

bersahaja. Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi

adalah sebagai berikut :

1.7.1 Jenis Penelitian

Tulisan ini merupakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum

doktriner karena penelitian ini dilakukan dan ditujukan hanya pada peraturan–

peraturan yang tertulis atau bahan–bahan hukum yang lain disebabkan

penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder

yang ada di perpustakaan, yang termasuk pada data sekunder meliputi buku–

51 Hadi R Purnama, Yurisdiksi Negara, URL :

https://am8ara.wordpress.com/2012/05/01/yurisdiksi-negara/, diakses pada tanggal 24 Maret 2016.

52

Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas hukum

Universitas Udayana, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h.74.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

buku, buku–buku harian, surat–surat pribadi dan dokumen–dokumen resmi

dari pemerintah.53

1.7.2 Jenis Pendekatan

Dalam penelitian Hukum terdapat beberapa jenis pendekatan, antara lain :

1. Pendekatan Kasus (The Case Approach).

2. Pendekatan perundang-undangan (The statutory approach).

3. Pendekatan Fakta (the fact approachi).

4. Pendekatan analisis konsep hukum (analytical and conceptual

approach).

5. Pendekatan Frasa (word and phrase approach).

6. Pendekatan Sejarah (Historical Approach).

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Pendekatan Perundang-undangan (the statutory approach)

2. Pendekatan Kasus (The Case Approach)

1.7.3 Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum dalam suatu penelitian yang bersifat normatif, haruslah

berdasar pada studi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.54

Sumber

bahan hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan tiga

sumber bahan hukum primer dan sumber bahan hukum sekunder.

53 Philips Dillah dan Suratman, 2013, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Jakarta, Hal.51.

54

Hadin Muhjad, 2012, Penelitian Hukum Indonesia Kontemporer, Genta Publishing,

Jogjakarta.H.51.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

1. Sumber bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang

digunakan sifatnya mengikat terutama berpusat pada peraturan

perundang-undangan. Bahan hukum primer yang digunakan, yaitu :

Universal Declaration of Human Rights 1948 (Deklarasi

Universal tentang Hak Asasi Manusia).

International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan

Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik).

Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan

Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya).

Rio Declaration on Environment and Development (Deklarasi

Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan).

Statute of The International Court Of Justice (Statuta

International Court of Justice).

2. Sumber bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti, rancangan Undang-undang,

hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan

seterusnya.55

3. Bahan Hukum Tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder;

contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan

seterusnya.56

55 Soerjono Soekanto, 2013, Penelitian Hukum Normatif, RajaGrafindo, Jakarta. h. 13.

56

Ibid.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · Di Indonesia definisi dari HAM ... Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan

1.7.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan-bahan hukum yang dipergunakan dalam

penulisan ini adalah teknik studi dokumen. Studi Dokumen merupakan suatu

langkah awal dari setiap penelitian hukum.57

Teknik studi dokumen dilakukan

dengan mengumpulkan bahwan hukum terhadap sumber kepustakaan yang

sesuai dan berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.

Pengumpulan bahan-bahan hukum dalam penulisan skripsi ini diperoleh

melalui :

1. Pengumpulan bahan hukum primer dilakukan dengan cara

mengumpulkan peraturan yang berkaitan dengan masalah dibahas

dalam skripsi ini.

2. Pengumpulan bahan hukum sekunder dilakukan dengan cara penelitian

kepustakaan.

1.7.5 Teknik Analisis Bahan Hukum

Adapun teknik analisis pada karya ilmiah ini, yaitu setelah bahan hukum

terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik deskripsi yaitu dengan

memaparkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan dibantu

bahan hukum tersier.58

57 Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, h.68.

58

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,

cetakan I, Pustaka Pelajar Yogyakarta, h.153.