3
1 Peringkat Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan Indonesia ( Land and Forest Fire Danger Rating System ) Kelompok Kerja Sistem Informasi Geografi, SIG-BMG dan Penginderaan Jauh, PJ-BMG PENGOLAHAN DATA DAN TELEKOMUNIKASI P U S A T M E T E O R O L O G I BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA JAKARTA 2003 A. PENDAHULUAN Pemanfaatan dari seluruh sumberdaya yang melimpah di Indonesia haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dan kemajuan dalam proses pembangunan yang sedang berjalan. Untuk itu selalu diupayakan berbagai cara untuk memelihara sumberdaya alam yang ada dengan menerapkan dan melaksanakan berbagai metoda dan teknologi yang ada, yang penerapanya disesuaikan dengan kondisi wilayah alam di Indonesia. Dalam periode tahun 1990-2002 bencana asap dan kabut asap yang bersumber dari kebakaran hutan dan lahan, khususnya di daerah Kalimantan dan Sumatera telah menjadi issue regional. Peristiwa ini banyak menimbulkan kerugian baik dari segi ekonomi maupun segi kesehatan di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1999 telah bekerjasama dengan pemerintah Kanada melalui BPPT yang didukung instansi terkait lainya (LAPAN, BMG, DEPHUT, BAPEDAL, dll) guna mengimplementasikan sistem FDRS tersebut untuk mengatasi kebakaran lahan dan hutan di Indonesia. Pada tanggal 30 Oktober 2003 telah ditanda tangani perjanjian kerjasama di tingkat nasional antara BPPT, Departemen Kehutanan dan Badan Meteorologi & Geofisika tentang PENERAPAN TEKNOLOGI SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN (SPBK) DALAM PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN DI INDONESIA” yang bertempat di Gedung Manggala Wanabhakti – Departemen Kehutanan. Dengan pengembangan Early Warning System melalui FDRS, upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan dapat dilaksanakan sedini mungkin. FDRS yang merupakan nilai indikasi yang dihitung berdasarkan input utama parameter cuaca digunakan untuk menilai kemungkinan resiko terjadinya dan meluasnya kebakaran. Proses pengolahan parameter cuaca menjadi peta peringatan dini kebakaran hutan dan lahan menggunakan Sistem Informasi Geografi. BMG sebagai institusi yang melaksanakan pengamatan cuaca di seluruh Indonesia mempunyai peranan penting dalam kegiatan FDRS, karena berfungsi sebagai penyedia data cuaca dan berfungsi sebagai operator FDRS secara harian. Oleh karena itu dukungan sarana operasional bagi BMG perlu disiapkan. B. MAKSUD DAN TUJUAN Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran yang dikembangkan di Indonesia dimaksudkan untuk menjadi dasar penyusunan keputusan penting yang harus dilaksanakan oleh para pengelola kebakaran. Keputusan-keputusan tersebut berkaitan dengan peraturan dan kegiatan penggunaan lahan, perencanaan sumber dan pengalokasian pemadam kebakaran, tanggapan kejadian harian, serta penyiaran rencana pembakaran dan perizinan. Sedangkan tujuan pengadaan sarana operasional FDRS adalah untuk mempersiapkan pelaksanaan operasional FDRS di BMG.

Peringkat Bahaya Kebakaran 2003 Hutan dan Lahan A ... · PDF fileDalam periode tahun 1990-2002 bencana asap dan kabut asap yang bersumber dari kebakaran hutan dan lahan,

  • Upload
    dangdan

  • View
    243

  • Download
    11

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Peringkat Bahaya Kebakaran 2003 Hutan dan Lahan A ... · PDF fileDalam periode tahun 1990-2002 bencana asap dan kabut asap yang bersumber dari kebakaran hutan dan lahan,

1

Peringkat Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan Indonesia

( Land and Forest Fire Danger Rating System )

Kelompok Kerja Sistem Informasi Geografi, SIG-BMG

dan Penginderaan Jauh, PJ-BMG

PENGOLAHAN DATA DAN TELEKOMUNIKASI

P U S A T M E T E O R O L O G I BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA

JAKARTA

2003 A. PENDAHULUAN

Pemanfaatan dari seluruh sumberdaya yang melimpah di Indonesia haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dan kemajuan dalam proses pembangunan yang sedang berjalan. Untuk itu selalu diupayakan berbagai cara untuk memelihara sumberdaya alam yang ada dengan menerapkan dan melaksanakan berbagai metoda dan teknologi yang ada, yang penerapanya disesuaikan dengan kondisi wilayah alam di Indonesia.

Dalam periode tahun 1990-2002 bencana asap dan kabut asap yang bersumber dari kebakaran hutan dan lahan, khususnya di daerah Kalimantan dan Sumatera telah menjadi issue regional. Peristiwa ini banyak menimbulkan kerugian baik dari segi ekonomi maupun segi kesehatan di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Pemerintah Indonesia sejak tahun 1999 telah bekerjasama dengan pemerintah Kanada melalui BPPT yang didukung instansi terkait lainya (LAPAN, BMG, DEPHUT, BAPEDAL, dll) guna mengimplementasikan sistem FDRS tersebut untuk mengatasi kebakaran lahan dan hutan di Indonesia.

Pada tanggal 30 Oktober 2003 telah ditanda tangani

perjanjian kerjasama di tingkat nasional antara BPPT, Departemen Kehutanan dan Badan Meteorologi & Geofisika tentang “PENERAPAN TEKNOLOGI SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARA N (SPBK) DALAM PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN DI INDONESIA” yang

bertempat di Gedung Manggala Wanabhakti – Departemen Kehutanan.

Dengan pengembangan Early Warning System melalui FDRS, upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan dapat dilaksanakan sedini mungkin. FDRS yang merupakan nilai indikasi yang dihitung berdasarkan input utama parameter cuaca digunakan untuk menilai kemungkinan resiko terjadinya dan meluasnya kebakaran. Proses pengolahan parameter cuaca menjadi peta peringatan dini kebakaran hutan dan lahan menggunakan Sistem Informasi Geografi.

BMG sebagai institusi yang melaksanakan pengamatan cuaca di seluruh Indonesia mempunyai peranan penting dalam kegiatan FDRS, karena berfungsi sebagai penyedia data cuaca dan berfungsi sebagai operator FDRS secara harian. Oleh karena itu dukungan sarana operasional bagi BMG perlu disiapkan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran yang dikembangkan di Indonesia dimaksudkan untuk menjadi dasar penyusunan keputusan penting yang harus dilaksanakan oleh para pengelola kebakaran. Keputusan-keputusan tersebut berkaitan dengan peraturan dan kegiatan penggunaan lahan, perencanaan sumber dan pengalokasian pemadam kebakaran, tanggapan kejadian harian, serta penyiaran rencana pembakaran dan perizinan.

Sedangkan tujuan pengadaan sarana operasional FDRS adalah untuk mempersiapkan pelaksanaan operasional FDRS di BMG.

Page 2: Peringkat Bahaya Kebakaran 2003 Hutan dan Lahan A ... · PDF fileDalam periode tahun 1990-2002 bencana asap dan kabut asap yang bersumber dari kebakaran hutan dan lahan,

2

C. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan Pengadaan Sarana Operasional FDRS ini meliputi kegiatan dan pengadaan di tingkat pusat dan daerah sebagai berikut :

1. TINGKAT PUSAT

Untuk mendukung terwujudnya sistem FDRS yang operasional secara baik, stabil dan berkesinambungan diperlukan : a. Pengadaan 2 buah komputer khusus FDRS

§ Komputer Graphic untuk proses pembuatan peta harian FDRS dengan metode GIS.

§ Komputer Database untuk proses reformat dan persiapan data cuaca realtime harian sebagai input pembuatan peta FDRS.

b. Pengadaan peta dasar digital seluruh wilayah Indonesia yang memuat batas administrasi Desa, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, Garis pantai, Jalan utama dan Sungai besar.

c. Installasi software aplikasi FDRS (ArcView, Excell Sheet Calculator dan FWIInput database)

d. Training Operator FDRS tingkat pusat dengan modul dasar GIS, Remote Sensing, Analisa spasial, pemograman dengan Software ArcView dan Sistem Koneksi Database Terbuka dari data sinoptik harian.

2. TINGKAT DAERAH Untuk mendukung kegiatan operasional FDRS di tingkat

daerah (Pekanbaru-Riau), maka diperlukan kegiatan dan pengadaan alat sebagai berikut :

a. Komputer Database untuk proses input data cuaca harian dan perhitungan indek-indek FDRS secara single weather station.

b. Installasi sistem perhitungan indek-indek FDRS (XLFWI Calculator) secara single weather station.

c. Training Operator FDRS tingkat daerah dengan modul Dasar-dasar konsep FDRS, GIS, Database, SQL query, perhitungan indek-indek FDRS dan Sistem Koneksi Database Terbuka dari data sinoptik harian.

D. OUTPUT KEGIATAN a. Terbangunya Sistem Operasional FDRS dengan

metoda GIS di kantor pusat BMG. b. Terbangunya Sistem Database cuaca realtime (Data

sinoptik) sebagai input pembuatan peta harian FDRS.

c. Terbangunya fasilitas untuk membuat Website FDRS di Website BMG.

d. Terbangunya Sistem Operasional Perhitungan FDRS secara single weather station di Stasion Meteorologi Pekanbaru-Riau dan adanya kemampuan untuk mengoperasikanya.

e. Terbangunya Sistem Pemetaan dengan metoda GIS secara harian, yaitu : § Pemetaan parameter cuaca, seperti suhu,

kelembaban relatif, kecepatan angin dan curah hujan.

§ Pemetaan indek-indek FDRS, seperti DMC, DC, FFMC, ISI, BUI dan FWI.

E. MANFAAT DARI KEGIATAN PENGADAAN SARANA OPERASIONAL FDRS Terbangunya Sistem Operasional FDRS di BMG

diharapkan dapat memberikan informasi, sebagai berikut : a. Informasi harian peta distribusi parameter cuaca

(Suhu, kelembaban relatif, arah dan kecepatan angin serta curah hujan) sebagai input perhitungan peta FDRS.

b. Informasi harian peta indek kekeringan seluruh wilayah indonesia.

c. Informasi harian peta potensi kemudahan penyulutan api kemungkinan menjadi kebakaran hutan dan lahan.

d. Informasi harian peta kesulitan pengendalian dan penanggulangan jika terjadi kebakaran hutan dan lahan.

e. Informasi secara berkala tentang kejadian cuaca ekstrim seperti El Nino dan sebaran daerah rawan kekeringan.

f. Adanya evaluasi kerapatan jaringan stasion cuaca di indonesia dan kualitas data cuaca BMG menurut akurasi output FDRS.

Page 3: Peringkat Bahaya Kebakaran 2003 Hutan dan Lahan A ... · PDF fileDalam periode tahun 1990-2002 bencana asap dan kabut asap yang bersumber dari kebakaran hutan dan lahan,

3

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PENGOLAHAN DATA DAN TELEKOMUNIKASI

BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA

Gedung operasional BMG, lantai 5 JL. Angkasa I No. 2, Kemayoran Jakarta Pusat - Indonesia, 10720 Telp. + 62-21-6546311 Ext. 5523

Fax. + 62-21-6546317