93
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama seperti diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang menyatakan juga bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat, dalam undang- undang tersebut juga disebutkan Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan, sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan penyediaan, perdagangan, distribusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya beli mereka. Kecukupan pangan yang baik mendukung tercapainya status gizi yang baik sehingga akan menghasilkan generasi muda yang berkualitas. Disamping itu, untuk meningkatkan ketahanan pangan dilakukan diversivikasi pangan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal melalui peningkatan teknologi pengolahan dan produk pangan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi anekaragam pangan dengan gizi seimbang. Peraturan Pemerintah tentang ketahanan pangan juga menggarisbawahi untuk mewujudkan ketahanan pangan dilakukan pengembangan sumberdaya manusia yang meliputi pendidikan dan pelatihan dibidang pangan, penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pangan. Disamping itu, kerjasama internasional juga dilakukan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi

bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar

manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat

secara bersama-sama seperti diamanatkan dalam Undang-undang

Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang menyatakan juga

bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang

pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat, dalam undang-

undang tersebut juga disebutkan Pemerintah menyelenggarakan

pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan,

sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan

penyediaan, perdagangan, distribusi serta berperan sebagai

konsumen yang berhak memperoleh pangan yang cukup dalam

jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau

oleh daya beli mereka. Kecukupan pangan yang baik mendukung

tercapainya status gizi yang baik sehingga akan menghasilkan

generasi muda yang berkualitas.

Disamping itu, untuk meningkatkan ketahanan pangan

dilakukan diversivikasi pangan dengan memperhatikan

sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal melalui peningkatan

teknologi pengolahan dan produk pangan dan peningkatan

kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi anekaragam pangan

dengan gizi seimbang. Peraturan Pemerintah tentang ketahanan

pangan juga menggarisbawahi untuk mewujudkan ketahanan

pangan dilakukan pengembangan sumberdaya manusia yang

meliputi pendidikan dan pelatihan dibidang pangan,

penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pangan.

Disamping itu, kerjasama internasional juga dilakukan dalam bidang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

2

produksi, perdagangan dan distribusi pangan, cadangan pangan,

pencegahan dan penanggulangan masalah pangan serta riset dan

teknologi pangan. Dari uraian diatas terlihat ketahanan pangan

berdimensi sangat luas dan melibatkan banyak sektor

pembangunan. Keberhasilan pembangunan ketahanan pangan

sangat ditentukan tidak hanya oleh performa salah satu sektor saja

tetapi juga oleh sektor lainnya. Dengan demikian sinergi antar sektor,

sinergi pemerintah dan masyarakat (termasuk dunia usaha)

merupakan kunci keberhasilan pembangunan ketahanan pangan.

Masalah pangan dan gizi merupakan masalah pokok yang

mendasari seluruh kehidupan dan pembangunan bangsa.

Ketahanan pangan dan gizi bukan hanya mengenai jumlah bahan

makanan yang tersedia, tapi juga kandungan gizi di dalamnya.

Memperhatikan ketahanan pangan artinya mengubah pola pikir

dalam melihat definisi hidup yang sehat dan seimbang. Hal ini

senada dengan pendapat banyak ahli bahwa nutrisi perlu

diposisikan dalam sisi demand, dan ketahanan pangan dalam sisi

supply, agar kekurangan gizi dapat diatasi secara komprehensif.

Gizi merupakan pondasi yang sangat penting dan memiliki

peran besar dalam bebagai aspek yang pada akhirnya

memberikan kontribusi terhadap pembangunan suatu bangsa,

diantaranya: 1) Investasi gizi pada remaja perempuan dapat

meningkatkan statusnya kelak saat menjadi ibu dan bermanfaat

bagi keluarga kecilnya sebagai cikal bakal pencetakan sumber

daya manusia; 2) Perhatian khusus pada gizi berdampak langsung

pada keuntungan di bidang pertanian dengan peningkatan

produksi untuk penyediaan kebutuhan pangan bagi masyarakat,

dan menjaga keseimbangan lingkungan dengan mempertahankan

makan berbasis pangan lokal; 3) Perbaikan gizi merupakan langkah

awal dalam pengembangan SDM dan penurunan kemiskinan;

4) Gizi yang cukup dapat memperbaiki kondisi pasca konflik;

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

3

5) Program perbaikan gizi merupakan sebuah proses partisipasi

yang mengedepankan HAM; dan 6) Gizi yang cukup meningkatkan

imunitas dan berperan pada pencegahan penyakit tidak menular

(Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2015).

Masalah gizi di Indonesia dipengaruhi banyak faktor,

diantaranya kemiskinan, kesehatan, pangan, pendidikan, air bersih,

keluarga berencana, sanitasi dan faktor lainnya. Oleh karena itu

permasalahan perbaikan gizi masyarakat merupakan upaya dari

berbagai sektor yang membutuhkan sinergi dan harus terkoordinasi.

Rencana Aksi Pangan dan Gizi Kabupaten Simeulue Tahun 2016-

2022 disusun dengan mengedepankan partisipasi multisektor dan

diharapkan integrasi yang baik antar program, keleluasaan dalam

penganggaran, dan kapasitas kelembagaan yang kuat dapat

menjawab tantangan dalam upaya pencapaian ketahanan

pangan dan nutrisi. Penyusunan dokumen Rencana Aksi Pangan

dan Gizi Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022 melibatkan

berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun instansi

yaitu Dinas Kesehatan; Dinas Pendidikan; Dinas Pekerjaan Umum;

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan ; Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan; Dinas Kelautan dan Perikanan; Badan

Ketahanan Pangan dan Penyuluhan; Kantor Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Sejahtera; Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi; Badan Pemberdayaan Masyarakat; Dinas Kehutanan

dan Perkebunan; Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan

UKM; Dinas Syariat Islam, Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi

dan Telekomunikasi serta Majelis Pernusyawaratan Ulama

Kabupaten perlu terus memastikan agar pembangunan gizi tetap

menjadi titik sentral dalam program-program pembangunan

mendatang baik dalam Agenda Pembangunan Global Pasca-2015

(SDG’s) maupun dalam agenda pembangunan nasional.

Kekurangan gizi yang tidak ditangani secara mendasar dan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

4

komprehensif lambat laun akan menggerus capaian pembangunan

yang diperoleh dengan susah payah. Demikian pula, upaya kita

untuk dapat bersaing dengan bangsa -bangsa yang maju akan sulit

diwujudkan tanpa menjadikan gizi sebagai fokus sentral dalam

pembangunan kita (Kemenkes, 2015). Apabila semua penduduk

suatu bangsa memperoleh gizi yang cukup sehingga dapat tumbuh

dan berkembang secara optimal maka akan terlahir penduduk

yang memiliki kualitas yang baik, dan sumber daya manusia yang

berkualitas merupakan unsur utama dalam pembangunan suatu

bangsa.

1.2 Tujuan

Tujuan umum RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

adalah untuk menjadi panduan dan arahan serta acuan bagi

institusi pemerintah, organisasi non pemerintah, institusi

masyarakat dan pelaku lainnya baik pada tataran provinsi

maupun kabupaten dan kota untuk berperan serta

meningkatkan kontribusi yang optimal dalam upaya mewujudkan

ketahanan pangan dan gizi di Kabupaten Simeulue. Sedangkan

tujuan khususnya antara lain:

1. Menjadi panduan dan arahan bagi institusi pemerintah, Dewan

Perwakilan Rakyat Kabupaten, organisasi non pemerintah,

institusi swasta, masyarakat dan pelaku lainnya pada tingkat

Pemerintahan kabupaten Simeulue agar memahami

pentingnya pangan dan gizi sebagai investasi penting

pembangunan Sumber Daya Manusia Kabupaten SImeulue

2. Meningkatkan pemahaman seluruh stakeholder’s terkait dan

masyarakat dalam peran sertanya untuk mewujudkan

ketahanan pangan dan gizi.

3. Meningkatkan kemampuan menganalisis perkembangan situasi

pangan dan gizi di setiap wilayah agar: (a) mampu menetapkan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

5

prioritas penanganan masalah pangan dan gizi; (b) mampu

memilih intervensi yang tepat sesuai kebutuhan lokal; (c)

mampu membangun dan memfungsikan lembaga pangan dan

gizi; dan (d) mampu memantau dan mengevaluasi

pembangunan pangan dan gizi.

4. Meningkatkan koordinasi pembangunan ketahanan pangan

dan gizi secara terpadu untuk diimplementasikan secara terinci

dengan jelas untuk membangun sinergi, integrasi dan koordinasi

yang baik mulai dari perencanaan, implementasi dan evaluasi

atas pelaksanaan bidang tugas masing-masing dalam rangka

mencapai tujuan yaitu mewujudkan ketahanan pangan dan gizi

yang berkelanjutan yang berlandaskan kedaulatan pangan

dan kemandirian pangan di Kabupaten Simeulue.

5. Meningkatkan kontribusi yang optimal dalam upaya

mewujudkan ketahanan pangan dan perbaikan gizi multi sektor

di Kabupaten Simeulue.

1.3 Dasar Hukum

Dasar hukum yang mendasari di susunnya pedoman Rencana Aksi

Daerah Pangan dan Gizi Kabupaten Simeulue adalah:

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

khususnya Pasal 142 ayat (5) yang menyebutkan Pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat melakukan upaya untuk

mencapai status gizi yang baik;

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan,

khususnya Pasal 63 (ayat 3) yang menyebutkan Pemerintah dan

Pemerintah Daerah menyusun Rencana Aksi Pangan dan Gizi

setiap 5 (lima) tahun.

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

6

Pangan dan Gizi, khususnya pasal 1 ayat (1) yang mengatur

ketahanan pangan dan gizi serta Pasal 37 (ayat 1) yang

mengatur tentang perbaikan Status Gizi masyarakat.

5. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan

Nasional Percepatan Perbaikan Gizi;

6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

7. Rencana Strategis Kementerian/Lembaga

8. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2015-2019

9. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Aceh Tahun 2016-2022

10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten

Simeulue 2012-2017.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

7

BAB II

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI

INTERVENSI PEMBANGUNAN

2.1. Situasi Pangan dan Gizi

Pencapaian pembangunan bidang pangan dan gizi di

Kabupaten Simeulue dapat dilihat dari indikator-indikator baik

indikator gizi maupun pangan. Permasalahan gizi meliputi gizi buruk

dan kurang pada balita, prevalensi anak pendek (stunting) dan

permasalahan kesehatan ibu dan wanita yang ditandai dengan

prevalensi kurang energi kronis (KEK) dan prevalensi anemia pada

balita dan ibu hamil. Dari beberapa permasalahan gizi yang ada

sebagian sudah menunjukkan perbaikan antara lain terjadi

penurunan prevalensi gizi buruk dan kurang, penurunan prevalensi

anak kurus (wasting) dan prevalensi anak pendek.

Sementara itu derajat kesehatan masyarakat masih

memerlukan perhatian, hal ini dapat dilihat masih tingginya Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi

salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI

menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu

penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)

selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari

setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per

100.000 kelahiran hidup. Kabupaten Simeulue dengan jumlah

penduduk sebesar 89.117 jiwa terdapat jumlah AKI pada tahun 2011

sebanyak 7 kematian ibu, pada tahun 2012 sebanyak 7 kematian

ibu, tahun 2013 jumlah kematian ibu tidak ada atau nihil (Akino),

tahun 2014 sebanyak 2 kematian ibu dan tahun 2015 di Kabupaten

Simeulue jumlah angka kematian ibu sebanyak 7 kematian ibu.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

8

Dalam bidang pangan secara produksi/ketersediaan pangan

di Kabupaten Simeulue memperlihatkan peningkatan yang signifikan

dari tahun ke tahun. Defisit produksi padi terus mengalami

perbaikan, pada Tahun 2010 kemampuan produksi padi khususnya

padi lokal mencapai 8.282.80 yang terus meningkat sehingga pada

tahun 2014 telah mencapai 16.909.00. Di samping padi/beras, di

Kabupaten Simeulue juga terdapat sumber karbohidrat/pangan

pengganti beras seperti Sagu yang saat ini luas areal tanamannya

mencapai 1.999 Ha.

Sektor Pertanian mempunyai peranan besar (36,17%) dalam

struktur ekonomi Kabupaten Simeulue. Sektor ini ditopang oleh

sumberdaya lahan baku sawah seluas 10.927 Ha dan 17.955 Ha

lahan tegalan/kebun/ladang dan lahan pekarangan sebagai

pendukung pada subsektor tanaman bahan makanan.

Pada sub sektor perkebunanan terdapat 2.386 Ha perkebunan

karet rakyat, 7.715 Ha perkebunan kelapa dalam, 7.708 Ha

perkebunan kelapa sawit yang terdiri atas 3.202 Ha perkebunan

kelapa sawit rakyat dan 4.506 Ha perkebunan kelapa sawit PDKS,

14.238 Ha perkebunan cengkeh rakyat, 1.806 Ha perkebunan kakao

rakyat, 1.540 Ha perkebunan pala rakyat, dan 1.942 Ha perkebunan

pinang rakyat.

Pada sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya terdapat 35.364

ekor kerbau, 2.205 ekor sapi. Produksi daging (ternak besar) yang

terdiri dari Kerbau 216.535.22 kg, Sapi 9.200.40 kg, Kambing 17.001.60

kg, unggas yang berasal dari Ayam Buras 8.507.73 kg, Ayam Ras

98.695.30 kg, produksi telur mencapai 133.869.96 kg dan ikan

mencapai 12.696.00 ton pada tahun 2014 (Dinkeswannak

Kabupaten Simeulue dan DKP Kabupaten Simeulue, 2014).

Penduduk Simeulue mayoritas bekerja pada sektor pertanian

dalam arti luas, perikanan, perdagangan dan jasa.Penduduk pada

Kabupaten Simeulue memiliki kecenderungan subsistensi pekerjaan,

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

9

sampai saat ini belum bisa dipastikan berapa penduduk yang

bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Dilihat dari

kondisi geogarafis Simeulue yang merupakan kepulauan maka

mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan,

namun nelayan tersebut juga melakukan pekerjaan sebagai petani

sawah dan kebun ketika musim badai datang.

Situasi pangan dan gizi kabupaten Simeulue menunjukkan

kearah yang positif ini dapat dilihat dari pencapaian pembangunan

bidang pangan dan gizi di Kabupaten Simeulue yang juga dapat

dilihat dari indikator-indikator baik indikator gizi maupun pangan.

Permasalahan gizi meliputi gizi buruk dan kurang pada balita,

prevalensi anak pendek (stunting), prevalensi anak kurus (wasting),

kegemukan (obesitas) dan permasalahan kesehatan ibu dan

wanita yang ditandai dengan prevalensi kurang energi kronis (KEK)

dan prevalensi anemia pada balita dan ibu hamil dan wanita. Dari

beberapa permasalahan gizi yang ada sebagian sudah

menunjukkan perbaikan antara lain terjadi penurunan prevalensi gizi

buruk dan kurang, penurunan prevalensi anak kurus (wasting) dan

prevalensi anak pendek

2.1.1 Ketersediaan Pangan Kabupaten Simeulue

a. Produksi Padi

Produksi padi

Kabupaten Simeulue,

selama 5 tahun

terakhir, menunjukkan

hasil yang relatif

menurun ini disebabkan karena sistim pengairan di Kabupaten

Simeuleu yang masih menggunakan tadah hujan, sarana prasarana

yang dibangun seperti irigasi dan linning belum dapat berfungsi

secara maksimal serta sudut pandang masyarakat tentang

bersawah yang hanya untuk kebutuhan makan saja, tidak untuk

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

10

penambahan penghasilan. Dapat dilihat dari tahun 2011 produksi

padi sebesar 27.078,64 Ton, terus mengalami pengurangan produksi

hingga tahun 2015 hanya sebesar 21.913,10 Ton. Upaya yang

dilakukan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan produksi antara

lain melalui pengoptimalan dan penambahan sarana prasarana

yang sudah tersedia, peningkatan pendampingan teknis dan

diseminasi teknologi budidaya untuk meminimalkan dampak

perubahan iklim ekstrim. Produksi padi secara rinci dapat dilihat

pada grafik berikut :

Grafik 2.1

Produksi padi unggul

Sumber Data: Data Diolah (Bappeda P2EK) Th. 2015

b. Produksi Jagung

Produksi jagung selama periode 2011–

2015 mengalami penurunan dari produksi

awal ditahun 2011 sebesar 395.500 Kg

menurun signifikan hingga 0 Kg pada

tahun 2015 hal ini disebabkan karena

animo masyarakat yang berkurang

dalam penanaman jagung dikarenakan kurangnya minat pembeli

dan alih fungsi lahan. Produksi jagung dapat dilihat pada grafik

berikut:

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

LOKAL

UNGGUL

JML TOTAL

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

11

395.000 kg

8.750 kg 0 kg28.000 kg

00 kg

2011 2012 2013 2014 2015

Grafik 2.2

Produksi jagung

Sumber Data : Buku Statistik Kabupaten SImeulue Tahun 2016

c. Produksi Ubi Kayu dan Ubi Jalar

Ubi kayu dan ubi jalar masih sangat di minati di Kabupaten

simeulue, hal ini dapat dilihat pada grafik peningkatan produksi

padi dan ubi jalar yang terus meningkat dar awal tahun 2011

terus meningkat hingga tahun 2014 walaupun mengalami

penurunan pada tahun 2015 dikarenakan kawasan tanaman ubi

jalar dan ubi kayu mengalami perbaikan/pengolahan tanah.

Grafik 2.3

Produksi Ubi Kayu dan Ubi Jalar Tahun 2011-2015

Sumber Data: Buku Statistik Kabupaten SImeulue Tahun 2016

63.600 kg85.500 kg

110.000 kg

170.000 kg

30.000 kg

1.400 kg 3.000 kg22.800 kg

56.000 kg

20.000 kg

2011 2012* 2013* 2014 2015

Ubi Kayu Ubi Jalar

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

12

87.750 kg

179.400 kg

277.138,56 kg

216.535,22 kg250.777,50 kg

Produksi Daging Kerbau

2011 2012 2013 2014 2015

d. Produksi Daging

1. Kerbau

Dalam rangka meningkatkan

ketersediaan sumber protein,

berbagai upaya telah dilakukan

untuk meningkatkan produksi daging

terutama daging kerbau. Untuk

jumlah pemotongan kerbau tahun

2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya,

penurunannya sebesar 21,86 % atau sebanyak 274 ekor. Hal ini

disebabkan Undang-undang no 18 tahun 2009 tentang

Peternakan dan Kesehatan Hewan, bahwa ternak ruminansia

betina produktif dilarang disembelih. Selain itu, ada juga Surat

Edaran Bupati Simuelue no 524/1821/2014 tanggal 23 April 2014

perihal larangan penyembelihan dan pengeluaran ternak sapi/

kerbau betina produktif dan jantan bibit ke luar daerah.

Pada tahun terakhir yaitu pada tahun 2014 produksi daging

kerbau yaitu sebanyak 216.535.22 kg, tahun 2013 sebanyak

277.138.56 kg, tahun 2012 sebanyak 179.400.00 kg, tahun 2011

sebanyak 87.750 Kg. Produksi daging kerbau dapat dilihat pada

grafik berikut:

Grafik 2.4

Produksi Daging Kerbau

Sumber Data: Buku Statistik Kabupaten SImeulue Tahun 2016

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

13

900 kg

6.768 kg

7.405 kg

9.200,40 kg7.578,75 kg

1

Produksi Daging Sapi

2011 2012 2013 2014 2015

2. Sapi

Produksi daging sapi di Kabupaten

Simeulue pada tahun 2015 sebesar

7.578,75 kg, menurun dibandingkan tahun

2014 sebesar 9.200,40 Kg, Namun pada

tahun-tahun sebelumnya mengalami

peningkatan, hal ini dikarenakan daging untuk konsumsi rumah

tangga maupun usaha kecil dan menegah lebih mengarah ke

daging kerbau, daging sapi belum diminati di dalam daerah

namun sapi-sapi tersebut diminati diluar Kabupaten Simeulue,

untuk produksi daging sapi dapat di lihat dalam grafik berikut:

Grafik 2.5

Produksi Daging Sapi

Sumber Data: Buku Statistik Kabupaten SImeulue Tahun 2016

3. Kambing

Produksi kambing tercatat 242.737,22 kg daging ternak (kerbau,

sapi, kambing dan domba) Untuk produksi daging kambing di

Kabupaten Simeulue pada tahun 2014 sebanyak 17.001.60 kg,

tahun 2013 sebanyak 13.446.95 kg, tahun 2012 sebanyak 9.130.00

kg, tahun 2011 5.352.00 kg dan tahun 2010 sebanyak 15.996.00 kg

seperti terlihat dalam grafik berikut :

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

14

5.352 kg

9.130 kg

13.446,95 kg

17.001,6018.537,50 kg

2011 2012 2013 2014 2015

Produksi Daging Kambing

Grafik 2.6

Produksi Daging Kambing

Sumber Data: Buku Statistik Kabupaten SImeulue Tahun 2016

4. Ayam Buras dan Ayam Ras

Untuk Produksi daging ayam buras pada tahun 2014 sebanyak

8.507.73 kg, tahun 2013 sebanyak 26.293.19 kg, tahun 2012

sebanyak 40.021.00 kg, tahun 2011 sebanyak 16.288.00 kg dan

tahun 2010 sebanyak 107.058.00 seperti terlihat dalam grafik

berikut :

Grafik 2.7

Produksi Daging Ayam Buras dan Ayam Ras

Sumber Data: Buku Statistik Kabupaten SImeulue Tahun 2016

16.288 40.021

26.293

8.508 8.074

37.320 71.140

87.854

98.695 113.616

Ayam Buras Ayam Ras

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

15

2.1.2 Konsumsi Energi dan Protein Kabupaten Simeulue

Dari penjabaran hasil produksi diatas menunjukkan sumber daya

pangan pada Kabupaten Simeulue sekaligus menggambarkan

kemampuan masyarakat dalam menghasilkan pangan untuk

dikonsumsi sehari-hari, berikut grafik konsumsi energi masyarakat:

Grafik 2.8

Konsumsi Energi 2009 – 2014

Sumber data: Susenas 2009-2014, BPS, diolah oleh BKP

Di sektor konsumsi energi masyarakat pada tahun 2009 jauh

dibawah standar konsumsi energy pada umumnya namun terjadi

kenaikan pada tahun 2010 dan 2011, ini terjadi karena sudah ada

peningkatan produksi pangan masyaraka, pada tahun 2012 hingga

tahun 2014 masyarakat kembali dihadapkan pada penurunan

angka produksi komoditi pangan hal tersebut berdampak pada

turunnya standar konsumsi energi pada masyarakat.

Untuk konsumsi protein pada Kabupaten Simeulue angkanya

diatas angka standar dalam konsumsi daging pada umumnya,

dapat dilihat pada grafik dibawah sejak tahun 2009 hingga 2014

naik secara positif dan selalu di atas standar konsumsi protein pada

umumnya.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

16

Grafik 2.9

Konsumsi Protein 2009 – 2014

Sumber data: Susenas 2009-2014, BPS, diolah oleh BKP

Konsumsi protein terdapat pada jenis makanan seperti: Tempe, telur

ayam ras, tahu, daging broiler, ikan, dan yang paling mahal adalah

protein yang berasal dari daging kerbau dan sapi.

Pemenuhan konsumsi pangan secara kualitas ditunjukkan

dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang merupakan

gambaran keragaman dan keseimbangan gizi. Perkembangan

kualitas konsumsi pangan (skor PPH) selama tahun 2009-2014,

berfluktuatif. Hal ini, mengindikasikan adanya perubahan pola

konsumsi pangan masyarakat ke arah pola konsumsi yang beragam.

Skor PPH tahun 2014, baru mencapai skor 83,4 dari target skor tahun

2014 sebesar 93,3. Belum tercapainya kualitas konsumsi pangan ke

arah ideal ini disebabkan oleh pola konsumsi pangan masyarakat

yang didominasi oleh konsumsi kelompok pangan sumber

karbohidrat terutama padi-padian, serta masih kurangnya konsumsi

pangan sumber protein (kacang-kacangan serta pangan hewani).

Hal ini dapat dilihat pada grafik dibawah:

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

17

Grafik 2.10

Konsumsi Pangan 2009 – 2014

Sumber data: Susenas 2009-2014, BPS, diolah oleh BKP

2.2 Status Kesehatan Masyarakat

2.2.1 Status Gizi Balita

Berbagai upaya untuk mengatasi masalah gizi telah dilakukan

pemerintah antara lain melalui program Upaya Perbaikan Gizi

Keluarga (UPGK), pemberian Kapsul vitamin A untuk anak 1-4 tahun.

Distribusi Kapsul Yodium untuk penduduk pada daerah rawan

gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).

Pemberian tablet Fe untuk ibu hamil dan upaya pemantauan

tingkat konsumsi gizi penduduk secara berkala (SKG), serta

pemantauan status gizi (PSG) anak balita. Disamping upaya yang

lain yang berhubungan dengan peningkatan produksi pangan dan

pendapatan masyarakat pada dasarnya upaya tersebut dilakukan

secara terpadu antar lintas sektor dan lintas program.

Peningkatan status gizi masyarakat merupakan salah satu

upaya penting untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil,

menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak balita,

meningkatkan kemampuan tumbuh kembang fisik, mental dan sosial

anak, untuk meningkatkan produktivitas kerja serta prestasi

akademik maupun prestasi olah raga. Oleh karena keadaan gizi

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

18

masyarakat merupakan salah satu indikator penting dari kualitas

sumber daya manusia, upaya perbaikan gizi masyarakat tidak

mungkin dilaksanakan oleh sektor kesehatan saja, tetapi harus

ditanggulangi secara bersama dengan sektor yang terkait.

Program PSG pada anak Balita yang dilakukan melalui

Posyandu merupakan suatu upaya penyediaan data, informasi serta

pemantauan status gizi anak balita. Kegiatan ini dilakukan setiap

tahun untuk pemantauan perkembangan perubahan status gizi

balita di Kabupaten Simeulue.

Gambar 2.1

Negara dengan Beban Masalah Gizi Tertinggi

Sumber: The Lancet, Executive summary of Maternal and Children Nutrition

Series. 2013

2.2.2 KEP Balita

Untuk mengukur keadaan gizi anak balita saat ini digunakan

standar NCHS-WHO untuk indeks BB menurut umur, sedangkan

Kekurangan Energi Protein (KEP) pada balita dibagi menjadi dua

kategori yaitu Kategori I yang disebut dengan KEP nayata (BB/U

<70% terhadap median baku WHO-NCHS) dan ketgori II (BB/U 70-79%

terhadap median baku WHO-NCHS) sedangkan KEP total adalah

kategori I dan kategori II.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

19

Persentase tertinggi gizi buruk berada di Kecamatan Simeulue

Timur sebanyak 3 kasus dan mendapat perawatan semuanya

pada tahun 2015 sedangkan Kecamatan Alafan tidak ada kasus Gizi

buruk. Secara rinci Pesentase gizi buruk, gizi kurang dan gizi baik

pada balita dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

GRAFIK 2.11

STATUS GIZI ANAK BALITA MENURUT PUSKESMAS TAHUN 2015

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue Tahun 2015

Dari Grafik di atas status gizi buruk yang paling banyak di wilayah

Kecamatan Simeulue Timur yang merupakan Ibu Kota Kabupaten

yakni sebanyak 3 orang, dimana tingkat pendapatan ekonomi

masyarakatnya lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan lain,

dan tertinggi kedua Puskemas Teupah Barat sebanyak 2 kasus,

sedangkan Puskesmas Teluk Dalam dan Salang sebanyak 1 kasus. Ini

disebabkan antara lain pola asuh orang tua, sosial budaya serta

faktor pengetahuan.

Gambaran keadaan gizi masyarakat Kabupaten Simeulue

pada tahun 2015 adalah masih tingginya prevalensi balita kurang

gizi yaitu sebesar 6.4% (KEP total), walau terjadi peningkatan

dibanding tahun 2014 sebesar 3.64.%. Prevalensi balita kurang gizi di

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

20

Kep

.Ria

u

DIY

DK

I

Kal

tim

abel

Bal

i

Ban

ten

Sul

ut

Jaba

r

Jatim

Sum

sel

Jate

ng

Ria

u

Indo

nesi

a

Jam

bi

Kal

bar

Gor

onta

l

o S

umba

r

Ben

gkul

u

Pap

ua

Mal

uku

Sul

sel

Mal

ut

Sul

teng

Kal

teng

Ace

h

Sum

ut

Sul

tra

Lam

pung

Kal

sel

Pab

ar

NT

B

Sul

bar

NT

T

7,2

6,8

Keterangan = 2007; = 2010; dan = 2013

Kabupaten Simeulue ini sudah berada di bawah 10%, yang artinya

sudah di bawah ambang batas universal masalah kesehatan

masyarakat. Sedangkan prevalensi status gizi baik pada balita tahun

2015 sebesar 79.7%. Puskesmas tertinggi berada di Puskesmas

Simeulue Tengah sebesar 97.40% dan Puskesmas terendah adalah

Puskesmas Alafan sebesar 18.14%.

Pada tingkat nasional terlihat angka balita gizi berkurang,

kurus, dan pendek masih tinggi, namun jika dilihat lebih rinci

berdasarkan provinsi, ditemukan bahwa terdapat 20 provinsi

dengan angka balita pendek yang berada di atas 37,2%. Jika

mengacu pada kategorisasi permasalahan stunting yang

ditetapkan WHO, sejumlah 14 provinsi termasuk dalam kategori

berat, yaitu prevalensinya sebesar 30-39% dan 15 provinsi termasuk

dalam kategori serius, yaitu prevalensinya ≥ 40%.

Grafik 2.12

Presentase Anak Balita Pendek Berdasarkan Propinsi

Sumber:Riskesdas 2007, 2010, 2013

Kondisi gizi wanita usia subur (WUS) dan cakupan intervensi gizi

di Indonesia tidak kalah memprihatinkan. Diketahui bahwa angka

prevalensi anemia pada WUS dan Overweight pada usia dewasa

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

21

tergolong tinggi. Indonesia termasuk dalam 47 negara dari 122

negara yang mempunyai masalah stunting pada balita dan

anemia pada WUS. Pada Nutrition Global Report disebutkan bahwa

Indonesia termasuk dalam negara dengan cakupan 5 intervensi gizi

spesifik (inisiasi menyusui dini/IMD, pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan,

meneruskan ASI sampai 12 bulan, suplementasi vitamin A, dan

pemberian tablet tambah darah/TTD untuk ibu hamil) yang rendah.

Di antara 37 negara lainya, Indonesia merupakan 1 dari 3 negara

dengan proporsi IMD terendah.

Diketahui pada tahun 2013 sejumlah 21,7% WUS di Indonesia

menderita anemia dan terjadi peningkatan persentase ibu hamil

yang menderita anemia sejak tahun 2007, yaitu 24,5% menjadi 37,1%

pada tahun 2013 789. Bukan hanya anemia, status gizi WUS, yang

diketahui melalui indeks massa tubuh (IMT) atau lingkar lengan atas

(LiLA), juga memprihatinkan. Data Riskesdas menunjukkan 14% WUS

menderita kurang energi kronis (KEK).

Apabila sebagian besar WUS ini memasuki usia kehamilan

dengan kondisi anemia dan KEK maka janinnya akan mengalami

hambatan pertumbuhan dan 1/3 dari generasi yang dilahirkan

berisiko tumbuh menjadi generasi yang stunting. Tingginya prevalensi

anemia pada ibu hamil dapat menjadi faktor penyebab rendahnya

progres penurunan angka kematian bayi, sebuah studi

menyebutkan 20% kematian neonatal di Indonesia disebabkan oleh

kekurangan suplementasi zat besi dan folat selama dalam

kandungan 10. Terlepas dari potensi adanya 1/3 bayi yang akan

berisiko tumbuh menjadi anak yang stunting, data Riskesdas tahun

2013 menunjukkan terdapat 10,2% kasus BBLR yang berisiko

mengalami stunting pada usia selanjutnya. Kondisi ini diperburuk

dengan cakupan ASI eksklusif yang masih jauh dari target yang

ditetapkan yaitu sebesar 80%, diketahui cakupan ASI eksklusif <6

bulan sejumlah 38%, padahal ASI eksklusif merupakan makanan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

22

terbaik bagi bayi untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih

buruk pada masa yang akan datang.

Untuk perkembangan angka harapan hidup di Kabupaten

Simeulue pada tahun 2011 sebesar 63,05, pada tahun 2012 UHH

sebesar 63,12 dan pada tahun 2013 UHH sebesar 63,32,. Pada ada

tahun 2014 sebesar 64,24 dan tahun 2015 masih mengacu pada

umur harapan hidup tahun 2014.

Angka kematian ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator

penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan

jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian

terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak

termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,

melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa

memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

GRAFIK 2.13

JUMLAH ANGKA KEMATIAN IBU TAHUN 2011 - 2015

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue Tahun 2015

Di Kabupaten Simeulue dengan jumlah penduduk sebesar

89.117 jiwa terdapat jumlah AKI pada tahun 2011 sebanyak 7

kematian ibu, pada tahun 2012 sebanyak 7 kematian ibu, tahun

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

23

2013 jumlah kematian ibu tidak ada atau nihil (Akino), tahun 2014

kematian ibu sebanyak 2 kematian ibu dan tahun 2015 di

Kabupaten Simeulue jumlah angka kematian ibu sebanyak 7

kematian ibu.

Grafik 2.14

PENYEBAB KEMATIAN IBU DI KABUPATEN SIMEULUE TAHUN 2015

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue Tahun 2015

Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa

penyebab kematian ibu di Kabupaten Simeulue pada Tahun 2015

adalah pre eklampsia sebanyak 28.57 % (2 kasus), invertio

uteri/Pendarahan sebesar 28.57% (2 kasus), dan 14 % akibat pre

eklamsi + Kelainan katup jantung + Edema paru (1 kasus), Infeksi +

Steven Jhonson Syndrome sebanyak 14 % (1 kasus) dan infeksi paru +

jantung 14% (1 kasus).

2.2.3 Analisis Kausalitas

Gambar 15 mengilustrasikan konsep terjadinya masalah gizi

secara umum, dengan penekanan pada balita. Kerangka tersebut

memperlihatkan jalur terjadinya suatu keadaan salah

gizi/malnutrition.Dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi

adalah kecukupan konsumsi dan status kesehatan/kejadian infeksi.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

24

Keduanya saling mempengaruhi dan berinteraksi, yaitu pada anak

yang kekurangan gizi maka daya tahannya akan turun sehingga

akan mudah menderita penyakit infeksi, selanjutnya jatuh pada

kondisi malnutrition, sebaliknya seorang anak yang menderita

penyakit infeksi akan mengalami kekurangan asupan karena nafsu

makan yang rendah dan meningkatnya kebutuhan zat gizi akibat

penyakit pada keadaan malnutrition. Tidak ada kuatnya asupan

makanan dan terjadinya penyakit infeksi sangat dipengaruhi oleh

pola asuh yang diberikan ibu atau pengasuh anak. Pola asuh ibu

atau pengasuh sangat dipengaruhi oleh pendidikan ibu karena

menentukan pemahaman ibu terhadap pola asuh anak yang baik.

Dengan demikian ada faktor-faktor lain diluar faktor kesehatan yang

berpengaruh terhadap kedua faktor penyebab langsung salah gizi,

yang dikategorikan sebagai faktor penyebab tidak langsung dan

faktor dasar.

2.2.4 Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang

meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam

1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan

kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. AKB

dapat dihitung dari Laporan bulanan Puskesmas Kecamatan dalam

tahun 2015. AKB pada tahun 2010 sebesar 40/1000 KH, 2011 sebesar

41/1000 KH dan pada tahun 2012 terjadi penurunan menjadi sebesar

22/1000 KH. Pada tahun 2013 kembali terjadi peningkatan sebesar

29/1000 KH dan AKB pada tahun 2014 juga terjadi peningkatan

sebesar 32/1000 KH, sedangkan pada tahun 2015 terjadi penurunan

sebesar 22/1000 KH dari jumlah kematian sebanyak 36 Angka

Kematian Bayi.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

25

Grafik 2.15

JUMLAH ANGKA KEMATIAN BAYI TAHUN 2011 - 2015

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue Tahun 2015

2.2.5 Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang

meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan

sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. AKABA merepresentasikan

risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum

umur 5 tahun yakni jumlah kematian bayi dan jumlah kematian

anak balita. AKABA 2011 sebanyak 10/1000 Sedangkan Angka

kematian balita pada tahun 2012 yang tercatat sebanyak 3/1000

Balita dan pada tahun 2013 terjadi penurunan kasus yaitu sebanyak

33/1000 KH, Pada tahun 2014 AKABA sebanyak 36/1000 KH,

sedangkan pada tahun 2015 AKABA sebanyak 5/1000 KH.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

26

Grafik 2.16

JUMLAH ANGKA KEMATIAN BALITA TAHUN 2011 - 2015

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue Tahun 2015

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa angka kematian balita

pada tahun 2011 sebanyak 64 kasus, dan tahun 2012 terjadi

penurunan sebanyak 47 kasus. Sedangkan pada tahun 2013

sebanyak 53 kasus dan tahun 2014 sebanyak 59 kasus. Namun pada

tahun 2015 angka kematian balita terjadi penurunan drastis

sebanyak 8 kasus.

Faktor penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status

gizi, adalah: 1) Ketahanan pangan keluarga yang menentukan

kecukupan konsumsi setiap anggota keluarga; 2) pola asuh yang

menentukan kecukupan zat gizi yang antara lain terdiri dari

pemberian ASI eksklusif pada anak 0-6 bulan, pemberian makanan

pendamping ASI pada anak 6 bulan-2 tahun, dan penyiapan

makanan secara higienis; serta 3) pemanfaatan pelayanan

kesehatan saat sakit dan akses terhadap lingkungan yang bersih.

Kecukupan konsumsi dipengaruhi oleh ketahanan pangan di

tingkat keluarga dan pola asuh, sementara itu penyakit infeksi

dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan seperti imunisasi, kualitas

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

27

lingkungan hidup, ketersediaan air bersih, sanitasi, dan perilaku

hidup bersih dan sehat. Sementara itu, faktor yang mendasari faktor

langsung dipengaruhi oleh akar masalah, adalah pendidikan,

kelembagaan, politik dan ideologi, kebijakan ekonomi, sumber daya

lingkungan, teknologi, dan penduduk.

Gambar 2.2

Faktor yang mempengaruhi status gizi.

Sumber: Unicef, 1990

Di Indonesia sanitasi yang buruk merupakan isu penting yang

berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit infeksi yang

dapat mengakibatkan stunting. Hasil Riskesdas tahun 2013

menunjukkan terdapat 12,9% rumah tangga yang tidak memiliki

fasilitas buang air besar (BAB) dan melakukan BAB sembarangan

dan perilaku ini berhubungan erat dengan indeks kepemilikan,

semakin rendah kuintil indeks kepemilikan proporsi rumah tangga

yang melakukan BAB sembarangan lebih tinggi 13 Spears 14

melakukan perhitungan bahwa BAB di tempat terbuka dapat

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

28

memjelaskan hingga 54% variasi tinggi badan anak dan

menjelaskan variasi GDP hanya sebesar 29%. Pentingnya mencuci

tangan dan perilaku BAB yang benar merupakan bagian dari praktik

pola asuh yang baik yang juga penting.

Analisis lebih lanjut terhadap data Riskesdas disajikan dalam

dokumen background study health sector review (tahun 2014) yang

menunjukkan adanya hubungan antara sanitasi yang buruk dengan

stunting (Gambar 16). Terdapat kecenderungan bahwa provinsi

yang memiliki proporsi rumah tangga dengan akses sanitasi yang

lebih baik memiliki persentase stunting yang lebih rendah (R2=66%) 15.

Gambar 2.3

Estimasi Provinsi dengan Persentase Rumah Tangga dengan Akses

Sanitasi yang Baik dan Prevalensi Stunting pada Balita

Sumber: Bappenas, Nutrition Background Study,Health Sector Review, 2014

2.2.6 Pembuangan Kotoran (BAB/Jamban)

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak

dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat

– zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

29

dan air seni. Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja

terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus

dikelola dengan baik, pembuangan kotoran harus di suatu tempat

tertentu atau jamban yang sehat. Pembuangan tinja layak sesuai

dengan MDGs adalah penggunaan jamban sendiri/bersama, jenis

kloset leher angsa/latrine dan pembuangan akhir tinjanya adalah

tangki septik atau Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya

dengan kondisi lingkungan dan risiko penularan penyakit khususnya

saluran pencernaan. Klasifikasi pembuangan kotoran dilakukan

berdasarkan atas tingkat risiko pencemaran yang mungkin

ditimbulkan.

Dalam hal ini sistem pembuangan air besar digolongkan

menjadi 4 kategori yaitu leher angsa, cemplung, Komunal dan

plengsengan. Adapun jumlah KK dengan tempat BAB/Jamban yang

memiliki jamban sanitasi yang layak sebanyak 28.753 dengan

persentase jamban memenuhi syarat (sehat) sebesar 32.3% dan

selebihnya tidak memenuhi syarat & masih menggunakan sungai,

pantai, kebun/semak-semak dan tempat-tempat lain sebagai

tempat pembuangan kotoran.

Pada tahun 2015 penduduk dengan akses sanitasi jamban

yang layak tertinggi berada di Kecamatan Simeulue Barat yakni

sebanyak 4805 penduduk atau sebesar 71,2%, kemudian disusul

Kecamatan Simeulue Cut sebanyak 1879 penduduk atau sebesar

59.7% dan sanitasi jamban terendah berada di Kecamatan

Sanggiran sebanyak 200 penduduk atau sebesar 5,0 %. Dalam hal

pengadaan tempat pembuangan kotoran (BAB/Jamban), Dinas

Kesehatan dan jajarannya tidak dapat mengadakan

pembangunannya karena terbentur dengan tupoksi yang ada.

Dinas Kesehatan hanya dapat melakukan pemicuan dan

perubahan Mindset masyarakat.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

30

Grafik 2.17

JUMLAH KELUARGA MEMILIKI JAMBAN SEHAT

Selain penyakit infeksi, faktor yang secara langsung

mempengaruhi status gizi adalah kecukupan konsumsi. Pembahasan

lebih lanjut terkait akses pangan dan konsumsi dibahas pada bagian

Sistem Pangan.

2.3 Sistem Pangan (Food System)

Sistem pangan merupakan segala aktivitas yang

berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi pangan

yang mempengaruhi gizi dan kesehatan manusia. Pada tahap

produksi pangan penggunaan tanah, tanur, manajemen tanah,

bibit, dan waktu panen sangat berpengaruh. Pada tahap distribusi

mencakup aktivitas pasca panen yang terdiri dari proses,

transportasi, penyimpanan, pengemasan, serta pemasaran yang

berkaitan dengan daya beli juga tradisi terhadap makanan

(termasuk cara pemberian makan bayi). Aktivitas yang

berhubungan dengan pemanfaatan makanan dan konsumsi

mencakup persiapan, pengolahan dan proses memasak makanan

1.7

34

0

194

0

2658

0 0 0

6.6

34

1.2

95

1.3

30

0

429

0 0 0

778

0

597

0

1772

53

48

0

2.5

10

0 0 0

2.5

95

50

0 0

3160

35

1610

0

175

0 25

0

899

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

Leher Angsa Cemplung Komunal Plengsengan

Tp.SELATAN TP.TENGAH SIM.TIMUR TP.BARAT SIM.TENGAH SIM. CUT

TLK.DALAM SALANG SIM.BARAT SANGGIRAN ALAFAN

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

31

pada tingkat rumah tangga dan masyarakat, juga keputusan rumah

tangga dalam memilih makanan serta distribusi hingga tingkat

rumah tangga, pilihan makanan yang ditentukan oleh kebudayaan

atau individu, akses terhadap layanan kesehatan, sanitasi, dan

pengetahuan. Diantara komponen sistem pangan, ditemukan

adanya keterkaitan pada tahap pengolahan, komunikasi dan

edukasi. Seperti keputusan terkait konsumsi rumah tangga

dipengaruhi oleh pengetahuan gizi, kebudayaan dan

keterjangkauan, yang mencakup akses lokasi, daya beli mayarakat,

dan harga.

Makanan termasuk minuman, merupakan kebutuhan pokok

dan sumber utama bagi kehidupan manusia, namun makanan yang

tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi media yang sangat

efektif didalam penularan penyakit saluran pencernaan (Food Borne

Diseases). Terjadi peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut

yang sering membawa kematian bersumber dari makanan yang

berasal dari Tempat Pengolahan Makanan (TPM) khususnya

jasaboga, rumah makan dan makanan jajanan yang

pengelolaannya tidak memenuhi syarat kesehatan atau sanitasi

lingkungan. Sehingga upaya pengawasan terhadap sanitasi

makanan amat penting untuk menjaga kesehatan konsumen atau

masyarakat, akan tetapi di Kabupaten Simeulue belum

dilaksanakan pengawasan secara maksimal terhadap TUPM yang

ada karena kurangnya Sumber daya yang ada. Di Kabupaten

Simeulue pada tahun 2015 yang ada TTU sebanyak 195, sedangkan

jumlah Tempat Pengolahan Makanan yang ada sebanyak 167 atau

sebesar 21.2 % yang memenuhi syarat kesehatan.

Pada tingkat makro, angka konsumsi energi dan protein,

memperlihatkan ketahanan pangan Indonesia termasuk dalam

kondisi cukup atau baik. Namun perlu diingat bahwa gambaran

yang diperlihatkan oleh rata-rata konsumsi energi belum

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

32

memperlihatkan adanya pemerataan untuk mengakses pangan,

hal tersebut ditunjukkan dengan masih tingginya jumlah penduduk

sangat rawan pangan.

Salah satu target Kementerian Pertanian tahun 2010 – 2014

adalah melakukan peningkatan diversifikasi pangan, terutama untuk

mengurangi konsumsi beras dan terigu. Selama tahun 2010 – 2014,

konsumsi beras ditargetkan turun 1,5% per tahun yang diimbangi

dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani,

buah-buahan dan sayuran. Untuk mengetahui tercapainya pola

konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman digunakan

skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebagai indikator pencapaian. Skor

PPH berkaitan erat dengan upaya penganekaragaman pangan

untuk memenuhi pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang

digalakkan dalam program perbaikan gizi.

Dengan demikian dalam Rencana strategis Kementerian

Pertanian Tahun 2010-2014 ditetapkan target skor PPH dari 86,4 pada

tahun 2010 menjadi 93,3 pada tahun 2014, skor target meningkat

sejumlah 0,7 poin setiap tahunnya. Namun skor PPH yang dicapai

belum memenuhi target yang ditetapkan. Terlihat pada Gambar II.3

bahwa skor PPH dalam lima tahun terakhir cenderung menurun dan

semakin jauh dari target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan

diperlukan adanya evaluasi dan pengkajian ulang terkait dengan

program penganekaragaman pangan untuk meningkatkan pola

konsumsi gizi seimbang. Berdasarkan Global Hunger Report (2014)

Indonesia termasuk negara yang berhasil menurunkan indeks

kelaparan sejak tahun 1990 (Gambar II.5), namun indeks yang

diperoleh masih menempatkan Indonesia di antara negara-negara

yang memiliki permasalahan kelaparan yang serius (skor 10.0–19.9).

Meski terjadi perkembangan ke arah lebih baik jika melihat

skor indeks kelaparan, jumlah penduduk yang tergolong sangat

rawan pangan dilihat dari konsumsinya yang kurang dari 70% AKG,

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

33

sejak tahun 2009 mengalami fluktuasi. Gambar 19 memperlihatkan

adanya kecenderungan kenaikan jumlah penduduk sangat rawan

pangan sejak tahun 2009 hingga tahun 2012, persentasenya

menurun sedikit pada tahun 2013 dan kembali mencapai angka

17,4% seperti tahun 2011.

Jumlah penduduk yang rawan pangan serta jumlah daerah rawan

bencana masih cukup tinggi, terutama pada berbagai daerah yang

terisolir dan pada waktu-waktu tertentu terkena musim kering, musim

ombak besar, dan sebagainya 18. Kondisi tersebut perlu ditangani

secara komprehensif melalui upaya antisipatif dan hal ini perlu

diperhatikan saat melihat capaian indikator ketahanan pangan

lainnya.

Gambar 2.4

Indeks Kelaparan Indonesia

Sumber: IFPRI, Global Hunger Index, 2014

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

34

Grafik 2.18

Persentase Penduduk Sangat Rawan Pangan Tahun 2009-2014

Sumber: BPS diolah oleh Pusat Ketersedian dan Kerawanan Pangan , BKP.

Kondisi ketahanan pangan dapat dilihat dari berbagai aspek,

bukan hanya dari aspek ketersediaannya, namun juga

ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatannya. Keterbatasan

pemahaman ketahanan pangan sebagai ketersediaan pangan

pada tingkat nasional dan global mendapatkan perhatian ketika

terjadi krisis pangan, yang terjadi di Afrika pada pertengahan tahun

1980an, dimana secara global ketersediaan pangan cukup untuk

memenuhi seluruh penduduk dunia. Hal ini menunjukkan bahwa

kondisi ketersediaan pangan yang cukup pada tingkat nasional dan

global tidak secara otomatis menunjukkan kondisi ketahanan

pangan pada tingkat individu maupun rumah tangga. Para pakar

dan praktisi pembangunan kemudian menyadari bahwa kerawanan

pangan dapat terjadi dalam kondisi dimana ketersediaan pangan

cukup tetapi kemampuan memperoleh pangannya tidak cukup.

Meningkatkan status gizi masyarakat dengan memprioritaskan

pada penurunan prevalensi balita gizi buruk menjadi 0,5 persen, dan

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

35

penurunan prevalensi gizi kurang menjadi 5,37 persen, serta

menurunkan kerawanan pangan masyarakat menjadi 20 persen

pada tahun 2015.

1. Mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan berbasis

kemandirian untuk menyediakan ketersedian energi perkapita

minimal 2,200 kilo kalori/hari dan penyediaan protein perkapita

minimal 57 gram/hari.

2. Meningkatkan keragaman konsumsi pangan perkapita untuk

mencapai gizi seimbang dengan kecukupan energi minimal

2,000 kkal/hari dan protein sebesar 52 gram/hari dan cukup zat

gizi mikro, serta meningkatkan keragaman konsumsi pangan

dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) menjadi 58,2 % pada

tahun 2015.

3. Meningkatkan keamanan, mutu dan higienis pangan yang

dikonsumsi masyarakat dengan menekan dan meminimalkan

pelanggaran terhadap ketentuan keamanan pangan menjadi

10 % pada tahun 2015.

4. Tercapainya perilaku hidup sehat dan bersih dengan indikator

persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat

mencapai 10 % dari penduduk.

Diketahui terdapat hubungan yang erat antara kemiskinan

dan kerawanan pangan. Gambar 20 memperlihatkan persentase

penduduk miskin pada tahun 2010-2014. BPS menjadikan garis

kemiskinan makanan (GKM) sebagai salah satu kriteria untuk

menentukan garis kemiskinan. GKM merupakan nilai pengeluaran

kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100

kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar

makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian,

ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-

buahan, minyak dan lemak, dll) konsumsi <2100 kkal/hari. Terlihat

adanya tren penurunan persentase penduduk miskin, namun kondisi

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

36

ini belum mampu menurunkan jumlah penduduk yang sangat rawan

pangan secara signifkan.

Grafik 2.19

Persentase Penduduk Miskin Nasional Tahun 2010 – 2014

Sumber: Susenas, 2015

Perubahan pada pola aktivitas dan konsumsi merupakan

bagian dari “transisi gizi” yang menjadi tantangan dalam

menghadapi beban gizi ganda yang terjadi. Adanya kebijakan

untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak,

mengkampanyekan pedoman gizi seimbang, serta mengedukasi

untuk melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu

upaya pencegahan yang penting untuk dilakukan.

2.4 Konsekuensi Pangan dan Gizi dalam Pembangunan

a. Pergeseran Tren Penyakit

Pola penyakit berubah selama 2 dekade terakhir, dan

menyebabkan beban kesehatan ganda. Di satu sisi terdapat

permasalahan penyakit menular yang belum tertangani dengan

baik, seperti TB, malaria, dan HIV, kusta, filariasis, dan sindrom

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

37

pernafasan akut. Namun pada saat yang sama terjadi pergeseran

peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung,

diabetes, dan demensia sebagaimana diperlihatkan pada gambar

berikut.

Gambar 2.5

Distribusi Penyakit di Indonesia Berdasarkan Penyebab 1990 – 2010.

Sumber: The Global Burden of Disease, 2012dalam Bappenas, Health Sector

Review, 2014.

Gambar 22 memperlihatkan pergeseran penyebab kematian di

Indonesia pada 15 tahun terakhir. Terlihat adanya pergeseran

peringkat, saat ini ISPA dan penyakit menular lainnya tidak lagi

menduduki peringkat teratas beban penyakit dan digantikan oleh

penyakit tidak menular (PTM). Peningkatan prevalensi PTM yang

berhubungan dengan gizi perlu menjadi perhatian. Risiko penyakit

jantung koroner meningkat 2-3 kali lipat pada orang yang

mengalami "sindrom metabolik" yang meliputi obesitas abdominal,

dislipidemia, hipertensi, dan gangguan toleransi glukosa.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

38

Gambar 2.6

Pergeseran Penyebab Kematian di Indonesia tahun 1990, 2010 dan

2015

Sumber: The Global Burden of Disease, 2010 dan Health Sector Review, 2014 dalam

Kemenkes, 2015

Sementara itu, prevalensi diabetes, hipertensi, stroke, dan berat

badan lebih/obesitas di Indonesia dari hasil survei Riskesdas tahun

2007 dan 2013 Pengambilan data penyakit dilakukan dengan

metode wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan klinis.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

39

Tabel 2.1

Tren terakhir PTM/Penyakit Kronis dan Kelebihan Gizi di Indonesia

PTM dan Kelebihan Gizi

(proporsi dan kelompok umur)

Riskesdas Metode

2007 2013

Stroke (per mil ≥15 tahun) 8.3 12.1 Wawancara

Hipertensi (≥18 tahun) 7.6 9.5 Wawancara

31.7 25.8 Pengukuran

klinis

Diabetes (% ≥15 tahun) 1.1 2.1 Wawancara

5.7 6.9 Pengukuran

klinis

Pre-diabetes (% ≥15 tahun) 10.2 36.3 Pengukuran

klinis

Kolesterol tinggi(% ≥15 tahun) 35.9 Pengukuran

klinis

Low High Density Lipoproteins (%

≥15 tahun)

22.9 Pengukuran

klinis

High Low Density Lipoproteins (%

≥15 tahun)

15.9 Pengukuran

klinis

High triglycerides (% ≥15 tahun) 11.9 Pengukuran

klinis

Overweight dan obesitas (%≥18

tahun)

19.1 26.0 Pengukuran

Overweight dan obesitas (%<5

tahun)

12.2 11.9 Pengukuran

Obesitas sentral (%≥18 tahun) 18.8 26.6 Pengukuran

Diabetes merupakan penyakit yang tidak terdiagnosis dan

prevalensinya meningkat pesat. Riskesdas 2007 menyatakan bahwa

5,7% orang Indonesia berusia ≥15 tahun menderita diabetes dan

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

40

pada tahun 2013 angkanya meningkat menjadi 6,9%. Sementara itu,

pada tahun 2007 diketahui10,2% usia ≥15 tahun menderita pra-

diabetes dengan gangguan toleransi glukosa berdasarkan

pengecekan sampel darah pagi hari. Pada tahun 2013 terjadi

peningkatan 259% hingga prevalensinya menjadi 36,6%. Pada survei

yang dilakukan di tahun 2013 sejumlah 1/3 dari orang yang dites

toleransi glukosa gagal tes. Kedua tes tersebut menunjukkan bahwa

sekitar 1/3 dari populasi orang dewasa mengalami pra-diabetes dan

memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi diabetes tipe

2. Risiko kematian dini akibat diabetes meningkat dari 1,8% pada

tahun 1990 menjadi 4,1% dari Year of Life Lost pada tahun 2010,

peningkatannya sejumlah 86%.

Prevalensi hipertensi menurun, meski jumlahnya masih tinggi.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi orang dewasa

yang mengalami hipertensi menurun dari 1/3 pada tahun 2007.

Orang dewasa yang mengetahui menderita hipertensi saat

wawancara meningkat 25% pada tahun 2013 dibandingkan tahun

2007. Namun persentase orang dewasa yang menderita hipertensi

menurun 19%. Dengan demikian persentase hipertensi yang tidak

terdiagnosis menurun dari 76% menjadi 63%, hal ini menunjukkan

bahwa pengetahuan tentang hipertensi dan langkah-langkah yang

diambil untuk mengontrolnya cenderung meningkat. Di sisi lain,

diketahui pula bahwa 2/3 orang dewasa dengan hipertensi tidak

menyadari bahwa mereka memiliki kondisi tersebut dan masih harus

menjadi perhatian.

Hal ini tidak hanya terkait dengan lemak tubuh pada orang

dewasa yang mengalami obesitas, distribusi lemak dalam tubuh

juga berhubungan dengan risiko kesehatan. Kelainan sindrom

metabolik berhubungan erat dengan peradangan kronik sistemik

tingkat awal yang mengakibatkan timbunan lemak sebagai

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

41

pendorong patologis penting 24. Lingkar pinggang merupakan

pengukuran klinis sederhana untuk mengukur lemak abdominal dan

indikator yang direkomendasikan untuk pengukuran risiko PJK akibat

obesitas.

Grafik 2.20

Prevalensi Penyakit Stroke berdasarkan Status Sosio-ekonomi

Sumber: Riskesdas, 2013

Lebih jauh lagi, ternyata orang dewasa yang bertubuh

pendek saat berusia dua tahun cenderung tumbuh sebagai orang

dewasa yang pendek, dan apabila hal tersebut terjadi pada wanita

yang akan memasuki masa kehamilan, ditambah dengan

lingkungan gizi yang buruk, akan mengulang permasalahan yang

sama. Gambar tersebut juga memperlihatkan penyebab terjadinya

beban gizi ganda (double burden) dimana terjadi kondisi

kekurangan dan kelebihan gizi pada satu populasi, yaitu kurang gizi

pada fase awal kehidupan yang memicu kelebihan gizi pada usia

dewasa.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

42

Gambar 2.7

Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Akibat Gangguan Gizi

pada Masa Janin.

Gambar II.7 menunjukkan dampak jangka pendek dan jangka

panjang yang berakibat pada menurunnya kualitas SDM.

Gangguan jangka pendek berupa gangguan tumbuh kembang

pada jangka panjang dapat menurunkan kualitas hidup

dikarenakan penurunan kemampuan kognitif, peningkatan risiko

penyakit degeneratif, hingga malnutrisi antar generasi dikarenakan

stunting. Dampak yang dirasakan tentu dapat mengakibatkan

konsekuensi ekonomi berupa kerugian akibat biaya kesehatan yang

harus ditanggung dan penurunan produktivitas masyarakat.

Penelitian terakhir mengungkapkan adanya hubungan antara

stunting dengan kemampuan kognitif. Disebutkan bahwa anak

yang pendek memiliki IQ yang lebih rendah 5-10 poin dibandingkan

dengan anak dengan status gizi baik. Diketahui pada daerah

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

43

endemis GAKI di Indonesia, anak yang stunting 9 kali lebih berisiko

memiliki IQ dibawah rata-rata.

b. Konteks Kebijakan

Komitmen Indonesia untuk memperbaiki permasalahan pangan

dan gizi dituangkan dalam berbagai kebijakan yang berorientasi

pada ketahanan pangan dan perbaikan gizi. Landasan kebijakan

program pangan dan gizi dalam jangka panjang dirumuskan dalam

UU No 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Ketahanan pangan dan

kesehatan termasuk dalam prioritas pembangunan di antara

sebelas prioritas pembangunan nasional. Pendekatan multisektor

dalam pembangunan pangan dan gizi meliputi produksi,

pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan, dengan

kandungan gizi yang cukup, seimbang, dan terjamin keamanannya.

Tahapan RPJPN dilaksanakan selama lima tahunan yang

perencanaannya dirumuskan pada RPJMN. RPJMN 2015-2019 yang

ditetapkan dalam Peraturan Presiden No 2 Tahun 2015 telah dapat

menjadi landasan yang kuat untuk melaksanakan program pangan

dan perbaikan gizi. Lebih operasional lagi, RPJMN dituangkangkan

dalam Rencana Strategis Kementerian Lembaga (Renstra K/L) yang

dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan di tingkat

daerah dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD).

Pemerintah Daerah berusaha menciptakan proses

pembangunan yang berkeadilan, sebagaimana diamanatkan

dalam Rencana pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Simeulue 2012-2017.

RPJMD Kabupaten Simeulue telah meletakkan pembangunan

pangan, kesehatan, dan pendidikan sebagai prioritas seperti terlihat

pada visi dan misi tersebut yang telah dijabarkan dalam rencana

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

44

strategis daerah. Kemudian ditindak lanjuti dengan rencana strategis

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai upaya konkrit

melaksanakan misi daerah untuk mewujudkan visi.

Dalam rangka menjabarkan kebijakan dan langkah terpadu di

bidang pangan dan gizi serta dalam rangka mendukung

pembangunan SDM berkualitas, perlu disusun Rencana Aksi Daerah

Pangan dan Gizi Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022 yang

responsif gender. RAD-PG yang responsif gender harus dilakukan

untuk menjamin pelaksanaan pembangunan yang lebih fokus,

berkesinambungan, berkeadilan dan mencapai tingkat

kemungkinan keberhasilan yang tinggi (optimal), dengan

mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan, aspirasi, dan

permasalahan target sasaran (perempuan dan laki-laki)

Upaya dan tanggung jawab pemerintah dalam perbaikan gizi

dicantumkan pada UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. UU

tersebut mendasari upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh

Kementerian Kesehatan RI, yang juga berkaitan dengan prioritas

umur, dan dijelaskan diperlukan adanya upaya lintas sektor dalam

upaya penyediaan bahan makanan. Sementara itu, regulasi terkait

pangan terdapat pada UU Pangan No 7 tahun 1996 juga telah

diperbaharui melalui UU No 18 tahun 2012 yang tidak hanya

memperkuat ketahanan pangan, tapi juga berfokus untuk

memenuhi kecukupan dan kedaulatan pangan dalam rangka

mencapai ketahanan pangan dan gizi nasional yang lebih baik

pada tingkat komunitas, rumah tangga, dan individu. Lebih jauh,

operasionalisasi dari UU No 18 tahun 2012 dijelaskan pada Peraturan

Pemerintah No 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.

Sebagai komitmen internasional pada panel tingkat tinggi untuk

agenda pembangunan pasca 2015, pemerintah Indonesian telah

menyepakati beberapa aturan seperti Kebijakan Umum Ketahanan

Pangan (KUKP) serta Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

45

yang dapat menjadi acuan atau referensi bagi perumus dan

pelaksana kebijakan pangan.

Selain itu, disusun Rencana Aksi Nasional dan Rencana Aksi

Daerah Pangan dan Gizi (RAN/RAD-PG) untuk mewujudkan

outcome dari ketahanan pangan itu sendiri, yaitu status gizi yang

baik.

Indonesia telah bergabung sebagai anggota SUN Movement

sejak Desember 2011, dan gerakan tersebut dikenal dengan istilah

Gerakan Nasional 1000 HPK. Sebagai tindak lanjut untuk

mengoperasionalisasikan gerakan 1000 HPK, diterbitkan Peraturan

Presiden No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan

Perbaikan Gizi yang mencantumkan kementerian lembaga yang

terlibat, kelompok kerja (Pokja), serta mekanisme monitoring dan

evaluasi yang dilaksanakan dalam rangka percepatan perbaikan

gizi pada 1000 hari pertama kehidupan. Operasionalisasi

pelaksanaan kegiatan Pokja Gernas 1000 HPK dituangkan melalui

Keputusan Monkokesra No 11 tahun 2014 yang anggotanya

ditetapkan melalui SK Deputi bidang Sumber Daya Manusia dan

Kebudayaan Bappenas No 37/DI/06/2014.

Perubahan pemahaman ketahanan pangan yang

menekankan aspek aksesibilitas pada tingkatan rumah tangga

mendapatkan legitimasinya pada Konferensi Pangan Tingkat Tinggi

tahun 1996, yang diselenggarakan oleh badan PBB – FAO, dengan

memberikan pengertian baru tentang ketahanan pangan, yaitu

Keamanan pangan akan terjadi ketika semua orang, pada semua

waktu, memiliki akses fisik dan ekonomi terhadap makanan yang

bergizi, aman, dan mencukupi kebutuhan gizinya dan preferensi

makanan untuk hidup dengan aktif dan sehat.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

46

2.5 Kebijakan terkait Akses Pangan

Masalah gizi sangat berkaitan dengan ketahanan pangan.

Ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya

pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya

pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata

dan terjangkau. Ketahanan pangan mempunyai 3 dimensi yaitu

ketersediaan pangan di daerah, aksesibilitas pangan oleh rumah

tangga, dan pemanfaatan pangan oleh individu. Sedangkan

kerawanan pangan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhan pangan minimum. Hasil Susenas 2009 menunjukkan

bahwa angka penduduk rawan pangan di Kabupaten Simeulue

adalah 39,7%persen yang berada di atas angka nasional yaitu 14,47

persen dari jumlah penduduk sebesar 87.143 jiwa.

Dilihat Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten

Simeulue 2010 atau hasil dari Food Security and Vulnerability Atlas

(FSVA) 2010) yang merupakan kelanjutan dari Peta Kerawanan

Pangan Indonesia 2005 (Food Insecurity Atlas = FIA 2005) dan Peta

Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2009 (FSVA 2009)

yang menggunakan Indeks Ketahanan Pangan Komposit yang

berdasarkan pada komposit 9 indikator, yaitu: 1) Rasio konsumsi

normatif per kapita terhadap ketersediaan bersih padi+jagung+ubi

kayu+ubi jalar, 2) Persentase penduduk hidup di bawah garis

kemiskinan, 3) Persentase desa yang tidak memiliki akses

penghubung yang memadai, 4) Persentase rumah tangga tanpa

akses listrik, 5) Persentase desa yang tinggal lebih dari 5 km dari

fasilitas kesehatan, 6) Persentase rumah tangga tanpa akses ke air

bersih, 7) Persentase perempuan buta huruf, 8) Berat badan balita di

bawah standar (underweight), dan 9) Angka harapan hidup bayi

pada saat lahir. Berdasarkan indikator tersebut, kerawanan pangan

wilayah-wilayah dikelompokkan dalam 6 prioritas, yaitu dari Prioritas

1 sampai Prioritas 6. Prioritas 1 merupakan prioritas utama yang

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

47

menggambarkan tingkat kerentanan paling tinggi, sedangkan

prioritas 6 merupakan prioritas yang lebih tahan pangan.

Sementara itu untuk meningkatkan akses pangan, kebijakan

yang telah diimplementasikan adalah penerapan SKPG, program

penganekaragaman pangan, penanaman tanaman pangan di

pekarangan, serta stimulus bantuan langsung melalui program

keluarga harapan (PKH). Peningkatan akses pangan rumah tangga

dilakukan dengan berbagai kebijakan, yaitu melalui diversifikasi

pangan dengan mempromosikan sumber karbohidrat selain beras,

menanam bahan makanan di pekarangan melalui program

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan pemberlakuan sistem

kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG). Diperlukan adanya upaya

untuk mendorong pemerintah daerah untuk memperbaharui atlas

ketahanan dan kerawanan pangan di daerahnya, sehingga SKPG

berjalan sebagai sistem yang mampu mencegah terjadinya

kerawanan pangan di masa yang akan datang.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan akses terhdap

pangan adalah pemberian stimulus yang dikenal dengan Program

Keluarga Harapan (PKH). Program perlindungan sosial yang

memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin

(RTSM) dan bagi anggota keluarga RTSM diwajibkan melaksanakan

persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Program ini

secara internasional dikenal sebagai program conditional cash

transfers (CCT) atau Program Bantuan Tunai Bersyarat. Persyaratan

tersebut dapat berupa kehadiran di fasilitas pendidikan (misalnya

bagi anak usia sekolah), ataupun kehadiran di fasilitas kesehatan

(misalnya bagi anak balita, atau bagi ibu hamil). Program ini dapat

meningkatkan akses terhadap makanan dan memaksa masyarakat

untuk melakukan hal yang dapat meningkatkan kualitas

kehidupannya. Diketahui terdapat peningkatan penggunaan fasilitas

kesehatan oleh keluarga yang menerima PKH dibandingkan dengan

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

48

sebelum menerima PKH, namun hal ini tidak serta merta

meningkatkan outcome gizi dan kesehatan, dikarenakan kualitas

pelayanan kesehatan yang masih tidak adekuat dan program ini

tidak berhubungan langsung dengan pilihan makanan yang

dikonsumsi oleh keluarga. Namun PKH dapat dimanfaatkan sebagai

platform untuk menyampaikan pesan gizi dan pangan.

2.6 Kebijakan terkait Pelayanan Kesehatan

Untuk mencegah dan mengatasi penyakit infeksi terdapat

beberapa program untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

dengan peningkatan akses layanan kesehatan melalui program

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan peningkatan sanitasi melalui

PHBS dan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Pada tahun 2014

pemerintah Indonesia mulai menerapkan trobosan dalam upaya

pemberian jaminan kesehatan, dimana mulai diimplementasikan

JKN yang merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme

asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)

berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang

telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Adanya JKN meningkatkan kunjungan ke fasilitas kesehatan secara

signifikan, pasien di rumah sakit pemerintah atau rumah sakit yang

menerima pasien JKN meningkat dibandingkan sebelum

pemberlakukan JKN. Hal ini menunjukkan peningkatan akses

penggunaan fasilitas kesehatan, yang seharusnya dapat

meningkatkan angka pengobatan penyakit infeksi yang

berhubungan langsung dengan status gizi. Namun kesiapan fasilitas

kesehatan dalam memberikan kualitas pelayanan yang adekuat

kembali menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Sementara itu untuk meningkatkan sanitasi terdapat berbagai

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

49

kebijakan yang telah dilakukan, diantaranya adalah edukasi kepada

masyarakat terkait 10 pesan PHBS yang berisi tentang anjuran untuk

menerapkan hidup bersih dan sehat, terdapat sejumlah pesan yang

terkait dengan gizi, yaitu pemberian ASI eksklusif pada 0 -6 bulan

pertama, menimbang balita setiap bulan, serta mengkonsumsi buah

dan sayur. Selain itu terdapat pesan untuk buang air besar di WC,

mencuci tangan, juga tidak merokok di dalam rumah yang terkait

dengan pola hidup bersih. Namun implementasi program PHBS yang

dilaksanakan lebih berfokus pada pengumpulan data, belum terlihat

adanya fokus yang cukup pada implementasi PHBS di tingkat

masyarakat. Upaya lainnya yang telah dimulai untuk meningkatkan

sanitasi adalah program STBM yang merupakan pendekatan untuk

merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan

masyarakat dengan metode pemicuan. Pendekatan ini

membutuhkan adanya dukungan dari program lainnya untuk

mengadakan sarana air bersih dan WC, dikarenakan pendanaan

pada program ini tidak boleh digunakan untuk membangun sarana

dan prasarana. Partisipasi aktif dari masyarakat khususnya tokoh

masyarakat untuk menggerakkan warganya dan ketersediaan dana

pendamping untuk membangun sarana dan prasarana merupakan

tantangan yang dihadapi.

2.7 Program spesifik Gizi

1. Masalah gizi bersifat antar-generasi dan akibat yang

ditimbulkannya bersifat trans-generasi. Artinya status gizi pada

umur tertentu dipengaruhi oleh pada umur sebelumnya, artinya

status gizi anak berusia 5 tahun dipengaruhi oleh status gizi pada

umur yang lebih muda, yang selanjutnya dipengaruhi oleh

pertumbuhan dan perkembangannya didalam kandungan.

Pertumbuhan dan perkembangan bayi didalam kandungan

ibunya dipengaruhi oleh status gizi ibu sebelum dan selama

masa kehamilannya. Dengan demikian status gizi anak berusia 5

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

50

tahun merupakan hasil dari proses pertumbuhan dan

perkembangan sebelumnya, yang dipengaruhi oleh status gizi

ibu pra-hamil, selama hamil dan usia dini bayi pasca lahir. Oleh

karena itu, mengatasi stunting pada anak balita, tidak cukup

pada hanya pada priode stelah periode 1000 HPK, tetapi harus

secara komprehensif, termasuk remaja puteri sebagai calon ibu.

Oleh karena masalah gizi berkesinambungan dan lintas generasi,

maka penanganannya tidak bias terfragmantasi, memerlukan

sinergitas dan koordinasi yang memadai, yang selama ini masih

merupakan masalah di Indonesia.

2. Indonesia sudah dihadapkan pada beban ganda masalah gizi

sebagaimana data yang ditampilkan pada Bab II, yaitu gizi

kurang dan stunting yang prevalensinya masih tinggi, dan gizi

lebih yang prevalensinya semakin tinggi. Beban ganda tersebut

tidak hanya berimplikasi pada status gizi tetapi juga terhadap

beban akibat penyakit. Penyebab kematian utama di Indonesia

telah bergeser dari penyakit infeksi ke panyakit tidak menular

(PTM) seperti Hipertensi, Penyakit Jantung, Stroke dan Diabetes.

Selain itu, masalah PTM tidak hanya tinggi pada kelompok sosial-

ekonomi tinggi tetapi hampir tidak berbeda dengan kelompok

ekonomi rendah. Hal ini mengindifikasikan bahwa masalah ini

tidak hanya akibat dari masalah gaya hidup, tetapi merupakan

akibat dari salah gizi pada usia 1000 HPK dan pra-kehamilan.

Oleh karenanya, penanganannya semakin kompleks.

3. Masih rendahnya pengetahuan, dan kesadaran gizi masyarakat

akan pentingnya gizi, meyebabkan kurang adekuatnya pola

asuh keluarga. Hal ini dikarenakan tidak memadainya cakupan

komunikasi dan edukasi gizi secara berkelanjutan untuk

memperomosikan perilaku gizi dan kesehatan yang benar.

Kurangnya pengetahuan ibu mengenai perawatan bayi dan

anak balita yang baik, tercermin dari masih rendahnya praktik

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

51

pemberian ASI ekslusif untuk bayi 0-6 bulan (38%) dan masih

kurang kuatnya pola pemberian MPASI pada bayi dan anak usia

dini. Dipihak lain, pendidikan dan penyuluhan kesehatan dan gizi

perlu dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan yang

memerlukan peran aktif berbagai pemangku kepentingan.

4. Rendahnya konsumsi buah dan sayur, tingginya konsumsi garam

dan meningkatnya konsumsi makananan yang tinggi lemak serta

berkurangnya aktivitas olah raga pada sebagian masyarakat,

terutama di perkotaan, yang meningkatkan angka berat badan

lebih dan obesitas. Diketahui 93,5% masyarakat Indonesia

kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Sementara itu, sebagian

besar masyarakat berperilaku konsumsi berisiko yaitu

mengkonsumsi bumbu penyedap (77,3%), makanan dan

minuman manis (53,1%), dan makanan berlemak (40,7%). Masih

kurang optimalnya akses terhadap sumber air minum dan air

bersih, dan lingkungan yang sehat. Penyakit infeksi merupakan

salah satu penyhebab langsung gizi kurang, selain asupan

makanan yang tidak adekuat. Penyakit infeksi, terutama pada

anak-anak, sangat dipengaruhi oleh pola hidup bersih dan

sehat, antara lain cuci tangan dengan sabun dan air bersih

mengalir, dan tidak buang air besar sembarangan. Rendahnya

sanitasi akibat keterbatasan fasilitas serta sarana prasarana

untuk mengakses air bersih dan perilaku buang air di sungai

mengakibatkan kesehatan lingkungan belum terpenuhi secara

merata terutama di daerah perdesaan. Keadaan ini

menyebabkan masih tingginya prevalensi penyakit infeksi

sehingga mendorong timbulnya masalah gizi. Telah terbukti

bahwa di Indonesia daerah-daerah yang sanitasi dan

lingkungannya kurang baik mempunyai prevalensi stunting pada

balita yang lebih tinggi.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

52

2.8 Program Sensitif Gizi

1. Kendala dalam diversifikasi konsumsi pangan terutama adalah

masih rendahnya pendapatan dan daya beli sebagian

masyarakat.Selain itu masih terbatasnya ragam komoditas

pangan selain beras ditunjukkan dengan sumber karbohidrat

masyarakat yang masih didominasi oleh beras hingga

Indonesia menjadi salah satu dari tiga negara dengan

konsumsi beras tertinggi. Akses pangan yang rendah akibat

menurunnya daya beli masyarakat yang disebabkan oleh

kemiskinan dan stabilitas harga pangan yang seringkali

terganggu baik oleh kondisi alam maupun pasar.

Keterjangkauan rumah tangga terhadap pangan

ditentukan oleh daya beli masyarakat, masih cukup besarnya

jumlah penduduk yang tergolong miskin memerlukan adanya

kebijaksanaan harga dan sistem distribusi pangan yang efektif

dan efisien.

2. Kendala lainnya adalah masih melembaganya sikap dan

kebiasaan konsumen, yang belum mengutamakan segi gizi

dalam memilih pangan yang dikonsumsi, yang mungkin

disebabkan oleh rendahnya pendidikan masyarakat

terutama ibu atau pengasuh anak dan usia menikah yang

terlalu muda, diketahui 55 dari 100 remaja kelompok umur 10-

14 tahun ternyata ada yang sudah kawin, 1 dari 100 remaja umur

10 – 14 tahun pernah melahirkan hidup antara 1-2 anak, serta 10

dari 1000 remaja umur 10 – 14 berstatus cerai hidup.

3. Sumber daya alam yang sesuai, terutama di Jawa, semakin

terbatas dan produksi yang bersifat tradisional sehingga

mengancam terpenuhinya ketersediaan pangan dan berpotensi

dilakukannya impor.Data luas baku lahan sawah untuk seluruh

Indonesia menunjukan bahwa sekitar 41% terdapat di Jawa, dan

sekitar 59% terdapat di luar Jawa, terjadi penyusutan

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

53

lahanpertanian dari sekitar 8,3 juta ha pada tahun 1990 menjadi

sekitar 7,8 juta ha pada tahun 2005. Produksi pangan di

Indonesia masih didominasi oleh kelembagaan usaha tani yang

bersifat tradisional dengan skala usaha tani relatif kecil dan

modal terbatas. Kemampuan petani, nelayan, dan pelaku

ekonomi masih terbatas untuk memanfaatkan sumber daya

alam secara optimal. Sumber daya alam tersebut, antara lain

sumber daya alam lahan kering, rawa dan pasang surut, serta

sumber daya pantai dan sumber daya laut. Rendahnya

penguasaan teknologi pemuliaan dan makanan ternak serta

iptek budi daya perikanan laut dan darat menyebabkan biaya

produksi pangan sumber protein masih tinggi. Peningkatan

produksi hortikultura dan kacang-kacangan terhambat oleh

kurang tersedianya bibit unggul dan masih rendahnya pengua-

saan budi daya tanaman kedelai. Hal ini juga disebabkan oleh

masih terbatasnya kemampuan petani untuk mencegah dan

memberantas hama penyakit secara biologis. Ketersediaan

sumber makanan kaya protein lainnya, seperti ikan, belum

dipromosikan secara luas, demikian pula dengan

ketersediannya di tingkat masyarakat belum dilaksanakan

secara sistematis.

4. Kebijakan dan program terkait perbaikan gizi masih

terfragmentasi akibat kurangnya koordinasi dan belum

dilaksanakannya pendekatan multi-sektor. Banyak intervensi

spesifik yang berdampak langsung, serta intervensi sensitif dan

faktor pemungkin di luar sektor gizi yang mendukung

percepatan perbaikan gizi, namun setiap sektor melaksanakan

program masing-masing tanpa adanya pembagian kerja,

tanggung jawab, dan wewenang yang jelas untuktindakangizidi

semua sektoryang relevan. Hal ini salah satunya dikarenakan

sangat terbatasnya forum yang memfasilitasi koordinasi

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

54

berkelanjutan dan terstruktur untuk peningkatan perbaikan gizi.

Didalam the Lancet (2013) ditekankan pentingnya pendekatan

multisektor sebagai pendekatan yang dianggap efektif untuk

mengurangi permasalahan gizi. Pernyataan ini dikemukakan

berdasarkan pada hasil telaah secara mendalam dari

pengalaman pelaksanaan program penangulangan masalah

gizi di banyak negara di dunia, sehingga merupakan pendapat

yang dapat dipertanggungjawabkan. Diketahui bahwa

intervensi gizi spesifik saja tidak dapat menyelesaikan masalah

gizi tanpa adanya intervensi gizi sensitif dan dukungan

lingkungan yang menjadi faktor pemungkin tercapainya

perbaikan gizi.

2.9 Tantangan dan Hambatan Kunci yang terkait dengan

Pelaksanaan Program spesifik dan Sensitif Gizi secara Tidak

Langsung

1. Desentralisasi menuntut peran daerah untuk menyelesaikan

permasalahannya secara mandiri. Kebijakan pemerintah pusat

dalam melaksanakan perbaikan gizi sudah cukup baik, dapat

dilihat dengan adanya kebijakan yang mendukung pencapaian

program tersebut pada tingkat pusat. Namun komitmen di

tingkat pusat belum diterjemahkan di tingkat daerah, khususnya

kabupaten sebagai pelaksana program. Meski seluruh provinsi

(33) telah memiliki RAD-PG (dasar hukum Peraturan Gubernur),

namun hanya 15% kabupaten/kota (60 diantara 511 Kabupaten

dan Kota) yang telah memiliki RAD-PG (dasar hukum Peraturan

Bupati/Walikota) sebagai pedoman pelaksanaan program

percepatan gizi di tingkat daerah. Sebagaimana kita ketahui,

Indonesia telah memasuki masa desentralisasi sejak tahun 1999,

saat ini daerah, khususnya kabupaten dan kota memiliki

kewenangan lebih untuk mengatur rumah tangganya sendiri,

dengan demikian mendaratkan kebijakan yang disusun di

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

55

tingkat pusat ke tingkat daerah merupakan pekerjaan rumah

yang harus diselesaikan.

2. Kesenjangan antar wilayah yang tinggi. Indonesia merupakan

negara yang sangat luas dengan kekhasan dan pencapaian

pembangunan yang sangat beragam. Hasil Riskesdas tahun

2013 memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat jauh

antara capaian gizi di perkotaan dan pedesaan, begitupun

dengan distribusi jumlah penduduk sangat rawan pangan.

Prevalensi permasalahan pangan dan gizi yang ditemukan

antara daerah yang satu dan lainnya dapat berkali-kali lipat

lebih tinggi. Adanya perbedaan karakteristik demografis,

geografis, serta sosio-ekonomi yang berbeda antar wilayah satu

dengan lainnya memerlukan adanya perlakuan atau

penyesuaian implementasi intervensi yang sesuai dengan

karakteristik wilayah, tidak dapat dilakukan penyamarataan

intervensi yang dilakukan di Papua dan di Yogyakarta.

Pendekatan penyelesaian masalah dengan pendekatan ‘lokal’

perlu menjadi perhatian. Adanya RAD PG sampai tingkat

kabupaten memungkinkan adanya pemecahan permasalahan

dengan pendekatan ‘lokal’.

3. Adanya kesenjangan antara kebijakan yang ditetapkan,

implementasi yang dilaksanakan, dan lemahnya monitoring dan

evaluasi terhadap pelaksanaan program yang telah

direncanakan. Indikator input dalam pelaksanaan perbaikan gizi

di tingkat pusat relatif tercapai, namun outcome yang

ditemukan di lapangan adalah sebaliknya, permasalahan gizi

cenderung meningkat.

4. Struktur wilayah Indonesia yang berupa kepulauan meng-

gambarkan adanya masalah untuk menyalurkan pangan secara

efektif ke seluruh pelosok tanah air dan pemantauan

permasalahan gizi yang terjadi. Biaya yang dikeluarkan untuk

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

56

mendistribusikan barang ke Jakarta dan kota besar lainnya tentu

berbeda dengan biaya ke Papua dan daerah terpencil lainnya,

akses jalan dan transportasi yang sulit merupakan permasalahan

yang kerap ditemui. Di samping permasalahan jarak spasial,

distribusi pangan mencakup juga masalah ketepatan waktu

karena adanya unsur musim dalam produksi pangan. Dengan

demikian meningkatkan ketahanan pangan pada tingkat rumah

tangga sesuai dengan keadaan dan pola pangan setempat

yang berbasis lokal perlu dilakukan.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

57

BAB III

RENCANA AKSI MULTI SEKTOR

3.1. Outcome Utama dan Output

Intervensi gizi spesifik dan sensitif harus dilaksanakan dengan

baik oleh semua sektor yang terlibat agar mencapai gizi dan

perkembangan optimal pada anak yang dapat menurunkan

angka kesakitan dan kematian bayi, meningkatkan perkembangan

kognitif, sosio-emosional, meningkatkan prestasi dan kapasitas

belajar, sehingga anak tumbuh menjadi manusia yang berkualitas

pada usia dewasa, menurunkan risiko obesitas dan penyakit tidak

menular, serta meningkatkan kapasitas kerja dan produktivitas.

Manfaat yang dicapai pada siklus kehidupan tersebut muaranya

adalah pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Pemerintah Dearah dalam hal ini SKPK/Instansi terkait

bertanggung jawab untuk mencapai indikator kinerja yang telah

ditetapkan, namun dalam melaksanakan usaha untuk mencapai

target tersebut komponen non pemerintah, yaitu pelaku usaha,

media, mitra pembangunan, dan masyarakat harus turut

mengambil peran. Adanya koordinasi dan kolaborasi yang baik

antara pemerintah dan non pemerintah dengan tujuan yang

sama akan meningkatkan kapasitas dan meningkatkan

efektivitas pekerjaan yang dilakukan.

Untuk mencapai output yang ditetapkan perlu dilakukan

intervensi melalu i program kesehatan maupun non kesehatan

yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan. Intervensi yang

dilakukan mencakup intervensi gizi spesifik dan sensitif yang

didukung oleh faktor pemungkin.

Tujuan utama yang ingin diwujudkan dengan adanya

perbaikan pangan dan gizi dengan pendekatan multi-sektor

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

58

adalah terbentuknya sumber daya manusia yang cerdas, sehat,

produktif secara berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi.

Sedangkan outcome yang ingin dicapai dari upaya perbaikan

pangan dan gizi khususnya dalam bidang pangan dan gizi

tercantum pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Indikator Outcome Perbaikan Pangan dan Gizi

No Indikator Status awal

( 2015)

Target

2022

1 Produksi padi (ton) 21.240 31.388

2 Produksi jagung (ton) 28 2.640

3 Produksi kedelai (ton) 0 120

4 Produksi daging sapi (ton) 9,2 13,578

5 Produksi daging kerbau (ton) 217 400,778

6 Produksi ikan (ton) diluar rumput laut 13,965,6 25,000

7 Skor PPH 58 100

8 Tingkat konsumsi energi

(kkal/kapita/hari)

0,3 0,4

9 Konsumsi ikan (kg/kap/tahun) 108 144

10 Prevalensi anemia pada ibu hamil 8,7 4,3

11 Persentase bayi dengan berat badan

lahir rendah (BBLR) (persen)

2,9 1,5

12 Persentase bayi dengan usia kurang

dari 6 bulan yang mendapatkan ASI

eksklusif (persen)

89 95

13 Prevalensi kekurangan gizi

(underweight) balita (persen)

4,6 2,3

14 Prevalensi kurus (wasting) pada anak

balita (persen)

4,4 2,2

15 Prevalensi pendek dan sangat pendek

(stunting) pada anak baduta (bayi di

bawah 2 tahun) (persen)

2,7 1,35

16 Prevalensi berat badan lebih dan

obesitas pada penduduk usia >18

tahun (persen)

0 0

Untuk mencapai indikator tersebut tentunya diperlukan

peran aktif dari lintas sektor. Sedangkan penjabaran lebih rinci

terkait peran lintas sektor ditampilkan pada Tabel 3 yang

didalamnya terdapat alur pikir (logical framework) dari peranan

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

59

setiap stakeholder dan tabel ini merupakan modifikasi dari

kegiatan yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis SKPK/Instansi

lingkup Pemerintah Kabupaten Simeulue.

Tabel 3.2 Logical Framework RAD-PG Kabupaten Simeulue

Tahun 2016-2022

Impact

Peningkatan Kualitas SDM

Outcome

1. Produksi padi mencapai 31.388 ton

2. Produksi jagung mencapai 2.640 ton

3. Produksi kedelai mencapai 120 ton

4. Produksi daging sapi 13,578 ton

5. Produksi daging kerbau mencapai 400,778 ton

6. Produksi ikan (diluar rumput laut) mencapai 25.000 ton

7. Skor pola pangan harapan (PPH) mencapai 100

8. Konsumsi energi mencapai 0,4 kkal/kapita/hari

9. Konsumsi ikan mencapai 144 kg/kap/tahun

10. Prevalensi anemia pada ibu hamil mencapai 4,3 %

11. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

mencapai 1,5 %

12. Persentase bayi dengan usiakurang dari 6 bulan yang

mendapat ASI eksklusif mencapai 95 %

13. Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita

mencapai 2,3 %

14. Prevalensi kurus (wasting) pada anak balita mencapai 2,2 %

15. Prevalensi pendek dan sangat pendek (stunting) pada anak

baduta (bayi di bawah 2 tahun) mencapai 1,35 %

16. Prevalensi berat badan lebih dan obesitas pada penduduk

usia >18 tahun mencapai 0

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

60

PELAKSANA INPUT OUPUT

DINKES Persentase angka gizi

buruk

-Peningkatan

pengetahuan gizi

masyarakat

-Peningkatan

kesadaran Hidup Sehat

-Peningkatan tenaga

kesehatan yang

handal

Persentase angka bayi

gizi kurang

Persentase Angka

kematian Ibu (AKI)

Persentase Angka

Kematian Bayi (AKB)

Persentase kesakitan

penyakit tidak menular

Persentase Desa Siaga

Eliminasi Malaria

Tenaga kesehatan

handal

Persentase indeks

kepuasan masyarakat

Distan Produksi Padi (ton) -Ketersediaan Pangan

dan sarana prasarana

pendukung lainnya

-Petani dan Penyuluh

handal dalam

peningkatan pangan

dan upaya

penanggulangan

rawan pangan

-Akses pangan dan

Ekonomi

-Pemanfaatan Pangan

Produksi Jagung (Ton)

Produksi Ubi Kayu (Ton)

Produksi Ubi Jalar (Ton)

Persentase petani

handal

Persentase penyuluh

handal

Keswannak Populasi Ternak Kerbau

(ekor)

Populasi Ternak Sapi

(ekor)

Populasi Ternak

Kambing (ekor)

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

61

Populasi Ternak Ayam

(ekor)

-Pengembangan dan

peningkatan produksi

jenis tanaman jangka

panjang, menengah

dan pendek

-Peningkatan nilai gizi

dan pemanfaatan

sumber lainnya

Produksi Ternak Kerbau

(Ton)

Produksi Ternak Sapi

(Kg)

Produksi Ternak

Kambing (Kg)

Produksi Ternak Ayam

(Kg)

Persentase ternak Sakit

Persentase Keberhasilan

Inseminasi Buatan

Dishutbun Pemanfaatan

Pekarangan

Penanaman tanaman

jangka panjang

Penanaman tanaman

jangka menengah

Penanaman tanaman

jangka pendek

Pengembangan

produksi diversifikasi

makanan

Produksi Kelapa Dalam

(Ton)

Produksi Sagu (Ton)

Produksi Sawit (Ton)

DKP Produksi Perikanan

Tangkap (Ton)

Produksi Perikanan

Budidaya (Ton)

Pengembangan sarana

prasarana perikanan

tangkap

Pengembangan Sarana

dan Prasarana

perikanan Budidaya

Nelayan Handal

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

62

Persentase illegal Fishing

Persentase Nelayan

Produktif

Produksi Rumput laut

(Ton)

Produksi Kepiting (Ton)

Produksi Lobster (Ton)

Produksi Teripang (Ton)

Disperindagkop Harga Pangan Peningkatan daya

saing pelaku UMKM Ketersediaan Pasar

Pelatihan Pelaku UMKM

Penegembangan

Koperasi

Pemodalan bagi Pelaku

Usaha

BPM Persentase Desa

Mandiri

Meningkatnya Peran

PKK di Perdesaan dan

Terbinanya kelompok

UEPG di kab/kota Pemberdayaan Usaha

Ekonomi Produktif

Gampong

Dinsos Persentase Keluarga

Miskin

Penurunan Persentase

Kemiskinan

Persentase Masyarakat

Rawan Sosial

Terampilnya wanita

rawan sosial dalam

dalam meningkatkan

ekonomi keluarga

Persentase

Pengangguran

Terciptanya Tenaga

kerja Terampil serta

dapat membuka

lapangan kerja

Peningkatan Kualitas

SDM Kesejahteraan

Sosial Masyarakat

Terdatanya

Masyarakat PMKS

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

63

Peningkatan

Profesionalisme Tenaga

Kepelatihan dan

Instruktur

Terciptanya Tenaga

kerja Terampil dan

instruktur kompeten

Peningkatan Kualitas

SDM Kesejahteraan

Sosial Masyarakat

Padat karya Infrastruktur

PU Jaringan Air Bersih/Air

Minum

-Tersedianya Air

Bersih/Air Minum dan

air untuk produksi

-Pengolahan Limbah

Rumah Tangga

-Meningkatkan

Produksi Pertanian

-Tersedianya MCK dan

Sarana Air Bersih

Lainnya

-Tersedianya MCK dan

Sarana Air Bersih

Lainnya

Rehabilitasi/Pemelihara

an Jaringan Air

Bersih/Air Minum

Rehabilitasi/Pemelihara

an Jaringan Irigasi

Pembangunan

Jaringan Air Bersih/Air

Minum (Sanitasi)

Pembangunan Irigasi

(DAK)

Penataan Lingkungan

Pemukiman Penduduk

Pedesaan

Pebangunan Sarana

Dan Prasarana Air Bersih

Pedesaan

PPKS Fasilitasi

Pengembangan Pusat

Pelayanan Terpadu

Pemberdayaan

Perempuan ( P2TP2 )

Tersedianya fasilitas

P2TP2

Pelaksanaan Tim

Keluarga Berencana

Keliling (TKBK )

Terlaksananya

pelayanan TKBK

kepada masyarakat

Pembinaan Organisasi

Perempuan

Terlaksananya

pelatihan bagi

Organisasi Perempuan

Pelaksanaan Kegiatan

Pembinaan kelompok

Usaha Peningkatan

Perekonomian Keluarga

Sejahtera (UPPKS)

Terbinanya kelompok

Usaha Peningkatan

Perekonomian

Keluarga Sejahtera

(UPPKS) di Kabupaten

Simeulue

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

64

Pembinaan kader

Kelompok : Bina

Keluarga Balita (BKB),

Bina Keluarga Remaja

(BKR), Bina Keluarga

Remaja (BKR), Bina

Keluarga Lansia (BKL),

Bina Lingkungan

Keluarga (BLK)

Meningkatnya SDM

kader kelompok : Bina

Keluarga Balita (BKB),

Bina Keluarga Remaja

(BKR), Bina Kelompok

Lansia (BKL), Bina

Lingkunga Keluarga

(BLK)

Disdik Wajib belajar 12 Tahun Pengembangan

Pendidikan anak-anak

dan tenaga pengajar

Persentase Angka

Partisipasi Kasar (APK)

Persentase Guru

Bersertifikasi

Persentase Angka anak

Putus sekolah

Dinas

perhubungan

Persentase pengunjung

web simeulue

Informasi akurat dan

ketersediaan

pelayanan transportasi

darat laut dan udara Pembangunan sarana

dan prasarana

perhubungan laut,

darat dan udara

3.2. Prinsip dan Pendekatan Kunci

3.2.1. Pendekatan Multi Sektor

Meningkatkan intervensi sensitif gizi melalui beberapa sektor

sangat diperlukan untuk mencapai target RAD-PG. Meskipun

belum ada bukti yang menghitung estimasi secara tepat kontribusi

intervensi gizi sensitif terhadap pengurangan stunting, indikasi

awal menunjukkan bahwa perlindungan sosial, penguatan

pertanian, serta perbaikan air dan sanitasi lingkungan berkontribusi

terhadap percepatan perbaikan gizi (Franzo, 2014).

Dalam rangka mengatasi permasalahan gizi diketahui bahwa

intervensi gizi spesifik yang sebagian besar dilaksanakan oleh sektor

kesehatan dan berpengaruh secara langsung merupakan yang

paling efektif (Bhutta, 2013). Keberlanjutan intervensi ini

bergantung pada pelaksanaan intervensi gizi sensitif, yang

merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi status gizi,

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

65

intervensi sensitif dilaksanakan oleh sektor lain seperti pendidikan,

pertanian, pekerjaan umum/infrastruktur, dan kesejahteraan sosial

(WHO, 2012).

Gambar 3.1 berikut ini mengilustrasikan keterkaitan program

spesifik dan sensitif gizi serta peran masing-masing sektor terkait.

Pada prinsipnya peran setiap sektor dikaitkan dengan upaya untuk

mengatasi penyebab langsung masalah gizi, yaitu konsumsi

makanan yang cukup serta pencegahan dan penanganan infeksi.

Selanjutnya ada tiga faktor yang mempengaruhi kedua faktor

langsung tersebut yaitu akses terhadap pangan, pola asuh serta

akses terhadap air bersih, sanitasi lingkungan yang baik, dan

pelayanan kesehatan. Sementara peran sektor kesehatan terutama

adalah pada penyebab langsung, peran sektor non-kesehatan

muncul pada ketiga faktor langsung tersebut.

Gambar 3.1

Kerangka Pendekatan Multi-Sektor

Sumber : Modifikasi Lancet 2013 “Executive Summary of The Maternal and Child

Nutrition”

Page 66: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

66

Pola asuh. Pola asuh diperlukan peran dari Dinas Pendidikan , Dinas

Kesehatan, Departemen Agama Kabupaten, Dinas Perindustrian,

Perdagangan, Koperasi dan UKM, Kantor Pemberdayaan

Perempuan dan Kesejahteraan Sosial, Dinas Kebudayaan,

Pariwisata dan Pemuda dan Olahraga.

Akses terhadap air bersih, sanitasi lingkungan yang baik dan akses

terhadap pelayanan kesehatan. Ketersediaan air bersih dan sanitasi

lingkungan yang baik memerlukan peran Dinas Pekerjaan Umum.

Gambar 3.2 menyajikan logical framework logframe) RAD-PG

dengan peran SKPK terkait secara lebih rinci. Semua SKPK terkait

mempunyai goal atau dampak program multi-sektor yang sama

yaitu menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang

berkualitas. Semua kegiatan SKPK ini diharapkan dapat mencapai

semua Outcome yang telah ditentukan. Seluruh outcome akan

dapat dicapai setidaknya apabila 1) terjadi peningkatan

pengetahuan gizi dan kesehatan pada remaja, wanita usia subur

dan ibu; 2) konsumsi makanan yang berpedoman pada gizi

seimbang terutama pada kelompok rentan yaitu kelompok 1000

HPK, remaja perempuan, ibu menyusui, dan balita; 3)

pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang; 4) pencegahan dan

manajemen penyakit infeksi; 5) penanggulangan gizi buruk akut; 6)

ketersediaan pangan, akses ekonomi dan pemanfaatan pangan

yang adekuat; 7) Jaminan terhadap akses kesehatan dan sosial; 8)

Peningkatan sanitasi dan air bersih; 9) Akses terhadap pelayanan

kesehatan dan KB; 10) Pendidikan dan pemberdayaan perempuan,

serta perkembangan anak usia dini; 11) Peningkatan

pemahaman dan pelaksanaan advokasi yang strategis; 12)

koordinasi vertikal dan horizontal; 13) Akuntab ilitas, regulasi insentif,

peraturan perundang-undangan; 14) investasi dan mobilisasi

kapasitas; 15) Monitoring dan evaluasi tepat guna. Peran setiap

Page 67: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

67

SKPK terkait dapat dijabarkan melalui pencapaian indikator output,

seperti yang dicantumkan pada indikator input didalam logframe

RAD-PG 2016-2022.

Pemihakan Upaya Multi-Sektor Kepada Kelompok Miskin dan Hampir

Miskin. Situasi di Kabupaten Simeulue menunjukkan bahwa

permasalahan gizi dan implikasinya cenderung lebih besar pada

kelompok miskin dan hampir miskin. Prevelensi stunting pada Balita

dan permasalahan gizi lainnya lebih tinggi pada kelompok miskin

dan hampir miskin. Penyakit tidak menular, yang muara utamanya

adalah pada 1000 HPK menunjukkan bahwa masalah pada

kelompok miskin dan hampir miskin sama dengan pada kelompok

kaya, sehingga anggapan bahwa PTM merupakan akibat gaya

hidup semata menjadi gugur. Akibatnya beban masalah gizi da

beban PTM pada kelompok miskin, baik pada tataran individu,

keluarga maupun daerah menjadi lebih kompleks, karena

produktivitas dan penghasilan yang rendah terjadi bersamaan

dengan beban pengeluaran yang tinggi untuk pelayanan

kesehatan.

Penyebab kemiskinan lekat pada kerakteristik lain yang

mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Mereka yang miskin

umumnya mempunyai pendidikan yang lebih rendah, kurang

terpapar dan atau kurang tepat memahami pesan - pesan

kesehatan yang baik, pangan yang aman, rendahnya akses

terhadap air bersih dan lingkungan yang sehat, rendahnya akses

terhadap promosi dan pelayanan kesehatan serta keluarga

berencana. Oleh karena itu, agar upaya multi sektor dapat

memberikan hasil yang optimal, upaya-upaya tersebut perlu

difokuskan pada kelompok miskin dan hampir miskin, dengan tidak

melupakan upaya untuk kelompok masyarakat lainnya.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

68

Gambar 3.2

Contoh Peran Multi-sektor dalam Kerangka Perbaikan Gizi

Sumber: Endang L.Achadi, 2015 Keterangan : *) Peran Utama dari setiap

Sektor

Sensitif Gender, Penyelesaian pendidikan hingga tingkat menengah

oleh anak perempuan telah terbukti menjadi salah satu kontributor

terbesar untuk menurunkan stunting di Bangladesh, Indonesia

(Semba, 2008) dan Nepal (Crum, 2012). Produksi pangan lokal

dan pengolahan, terutama oleh petani kecil dan keluarga petani

harus diperkuat dan memberikan perhatian khusus untuk

pemberdayaan perempuan, sesuai dengan rekomendasi ICN2

nomor 9, Usia legal untuk menikah bagi perempuan juga perlu

ditingkatkan menjadi 18 tahun.

Kesetaraan, Dengan menargetkan kegiatan penanggulangan

kemiskinan dan mempertemukan upaya untuk mengkolaborasikan

berbagai sektor di rumah tangga termiskin di kabupaten termiskin

akan berkontribusi untuk mengurangi kesenjangan. Hal ini dapat

Page 69: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

69

dicapai dengan mengarahkan program-program yang ada untuk

mengurangi jumlah keluarga miskin, seperti Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Generasi, PKH, dan berbagai

program terkait lainnya.

Keberlanjutan, Menerapkan produksi pangan yang berkelanjutan

melalui pengolahan sumber daya alam dengan promosi diversifikasi

tanaman, termasuk tanaman tradisional yang kurang dimanfaatkan,

memproduksi lebih banyak buah dan sayuran, dan memproduksi

produk hewan dengan tepat sesuai dengan yang diperlukan.

Sejalan dengan RPJMN, RAN-PG, RAD-PG dan Regulasi Pemerintah

Lainnya, Berbagai aspek gizi dan komponen sektor lainnya seperti

pertanian, air dan sanitasi, dan kebutuhan perlindungan sosial pada

RAD-PG Kabupaten Simeulue perlu mengacu apa yang telah

ditetapkan dalam RPJMN, RAN-PG, RPJMD Kabupaten Simeulue

dan peraturan pemerintah lainnya. Pelaksanaan peraturan yang

ditetapkan harus fokus pada kelompok yang rentan dan termiskin,

sehingga dapat meningkatkan pencapaian target yang telah

ditetapkan.

Scaling up Rencana Aksi Integrasi Multi-Sektor, Pengembangan

pendekatan multi-sektor yang terintegrasi untuk intervensi diperlukan

melalui pendekatan dari bawah ke atas (bottom up) yang dapat

dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di

provinsi dan kabupaten.

Peningkatan Kapasitas, Melakukan pendekatan desentralisasi

memerlukan kapasitas Pemerintah Kabupaten Simeulue untuk

melaksanakan RAD-PG. Agar hal ini terwujud diperlukan kapasitas

pusat untuk mendukung kapasitas pemerintah Kabupaten Simeulue

Page 70: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

70

melalui pelatihan di berbagai tingkat untuk memahami dan mampu

melaksanakan intervensi spesifik dan sensitif. Selanjutnya untuk

peningkatan kapasitas juga diperlukan pelaksanaan monitoring dan

evaluasi secara baik termasuk adanya umpan balik.

Umpan Balik dari Hasil Evaluasi, Kegiatan pengumpulan data dan

informasi harus dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan hasil

yang diperoleh disampaikan kepada perangkat daerah dan

kecamatan di kabupaten tersebut sebagai bahan umpan balik.

Akuntanbilitas di Daerah, Untuk mewujudkan hal ini diperlukan sistem

yang lebih baik untuk menghasilkan, menganalisa, dan

menggunakan data yang diperlukan.

Partisipasi Masyarakat, Partisipasi masyarakat merupakan hal

terpenting untuk memperluas cakupan intervensi gizi baik di

masyarakat, keluarga bahkan mendukung lembaga pangan dan

gizi lain. Hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan peranan

posyandu termasuk dukungan dari PKK. Di samping posyandu, peran

masyarakat seperti pada PAUD dan BKB, sebagai komponen yang

paling dekat dengan masyarakat perlu terus dikembangkan.

Kemitraan, Kemitraan dilakukan dengan satu platform, sehingga

setiap pemangku kepentingan memiliki pemahaman yang sama

terhadap tujuan dari kegiatan yang dilakukan.

Pengurangan risiko bencana, Kegiatan ini dapat dikoordinasikan

Bappeda dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota oleh

perangkat daerah terkait, sehingga pangan dan gizi kelompok

rawan dapat diberikan.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

71

Menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk

perubahan perilaku, Pendekatan sektoral memerlukan perubahan

perilaku oleh individu di tingkat masyarakat, dan ini dapat difasilitasi

dengan berbagai cara antara lain dengan mengendalikan iklan

makanan. Selain itu dapat dilakukan dengan memastikan pelabelan

yang memadai pada semua produk makanan olahan untuk

memberikan pilihan kepada konsumen yang akan dilaksanakan

oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM.

Penggunaan pajak dan/atau penghapusan subsidi juga dapat

digunakan untuk mencegah konsumsi makanan yang tidak sehat.

3.2.2. Kaitan Dengan RPJMD

RAD-PG 2016-2022 merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Simeulue 2012-2017 karena misi RPJMD Kabupaten

Simeulue yang terdiri dari 7 misi merupakan prioritas

pembangunan Kabupaten Simeulue lima tahun ke depan dan

semuanya berkaitan dengan peningkatan pangan dan gizi.

Ketujuh misi tersebut adalah:

1. Meningkatnya kualitas pendidikan untuk menghasilkan sumber

daya manusia yang berkualitas, terampil, menguasai teknologi

serta memiliki kepribadian yang terpuji bertakwa kepada Allah

SWT.

2. Mewujutkan pelayanan kesehatan yang baik dan menyeluruh

3. Mewujutkan sarana dan prasarana infrasruktur daerah dalam

rangka pemenuhan layanan umum dengan memperhatikan

aspek lingkungan hidup dan tanggap bencana

4. Mewujutkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan

berwibawa serta mendapat kepercayaan dari masyarakat.

5. Mendorong terlaksananya pembangunan mental spritual

masyarakat melalui kegiatan sosial, keagamaan, pelaksanaan

Page 72: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

72

syariat islam secara kaffah serta mendorong agar sarana

keagamaan sekaligus berfungsi sebagai tempat pembinaan

umat.

6. Menggali dan mengelola potensi sumber daya alam melalui

hubungan kemitraan dalam berbagai sektor dengan semua

pihak.

7. Melaksanakan pembangunan ekonomi kerakyatan secara

terpadu di bidang pertanian, perdagangan, perindustrian dan

pariwisata dalam rangka memperluas lapangan usaha.

Berdasarkan misi RPJMD Kabupaten Simeulue 2012-2017

tersebut maka strategi pembangunan daerah yang terkait dengan

upaya peningkatan pangan dan gizi adalah:

1. Meningkatkan kesadaran pentingnya pendidikan

2. Meningkatkan akses pendidikan bagi penduduk usia sekolah

dan masyarakat buta huruf

3. Meningkatkan, menggalakkan dan menumbuhkembangkan

pendidikan keislaman di satuan pendidikan dasar dan

menengah

4. Meningkatkan fungsi balai latihan kerja

5. Meningkatkan sarana dan prasarana olahraga di setiap

kecamatan

6. Meningkatkan kesadaran olahraga prestasi masyarakat

7. Meningkatkan penangganan masalah gizi masyarakat

terutama gizi balita dan mengurangi prevalensi gizi buruk

balita dengan memperkuat institusi puskesmas dan posyandu

8. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

pemeliharaankesehatan mandiri masyarakat dalam

pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

9. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan yang berkualitas

Page 73: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

73

10. Meningkatkan tenaga dokter spesialis sesuai standar RS

11. Meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara optimal

12. Meningkatkan upaya promotif dalam penanggulangan

penyakit tidak menular

13. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang memenuhi standar

14. Meningkatkan sarana dan prasarana pemerintahan,

transportasi, energi, sumber daya air dan telekomunikasi

15. Meningkatkan pemahaman sadar lingkungan dan

meminimalisir dampak kerusakan lingkungan

16. Meningkatkan sarana dan prasarana dasar pemukiman yang

memenuhi standar kesehatan

17. Meningkatkan investasi yang mampu mengembangkan

potensi produk unggulan daerah

18. Meningkatkan peran koperasi dan UKM dalam

pembanguanan ekonomi kerakyatan

19. Meningkatkan produksi dan daya saing sektor pertanian dan

perkebunan

20. Meningkatkan ketahanan pangan

21. Meningkatkan produksi dan daya saing peternakan

22. Meningkatkan produksi dan daya saing hasil perikanan

23. Meningkatkan tumbuh dan berkembangnya sektor industri

berbasis pertanian

24. Meningkatkan kinerja perdagangan pemenuhan kebutuhan

pokok Simeulue

Sejalan dengan strategi pembangunan dalam RPJMD

Kabupaten Simeulue 2012-2017 maka disusun arah kebijakan

RPJMD yang mendukung RAD- PG yaitu:

1) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

pendidikan, terutama bagi anak perempuan dan

memperkenalkan sekolah kejuruan

Page 74: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

74

2) Peningkatan akses pendidikan bagi masyarakat dan

mengembangkan pendidikan luar sekolah dan

menyelenggarakan pendidikan satu atap

3) Penambahan jam belajar untuk materi keagamaan sesuai

jenjang pendidikan

4) Peningkatan fungsi balai latihan kerja

5) Peningkatan sarana dan prasarana olahraga di setiap

kecamatan

6) Peningkatan kesadaran olah raga prestasi masyarakat melalui

sosialisasi manfaat olah raga

7) Peningkatan kualitas penangganan gizi masyarakat

8) Peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan

pengendalian penyakit menular

9) Peningkatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat

10) Peningkatan jumlah dokter spesialis definitif

11) Peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan secara optimal

12) Peningkatan pola hidup sehat masyarakat

13) Penyusunan standar pelayanan kesehatan

14) Penyediaan sarana dan prasarana perkantoran pemerintah,

transportasi laut, udara dan darat, perluasan cakupan layanan

listrik,penyediaan irigasi, jalan, jembatan dan jaringan

telekomunikasi.

15) Peningkatan kegiatan penghijauan, pemantauan lingkungan

serta perlindungan sumber daya alam.

16) Penyediaan sarana jalan/ jembatan, air bersih, serta

pengelolaan persampahan dan limbah pemukiman yang baik

17) Peningkatan promosi kerjasama dan pelayanan investasi/

penanaman modal

18) Peningkatan pembinaan koperasi dan UKM, terutama yang

berbasis pemberdayaan permepuan

Page 75: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

75

19) Peningkatan produksi dan daya saing sektor pertanian dan

perkebunan

20) Peningkatan ketahanan pangan

21) Peningkatan produksi dan daya saing peternakan

22) Peningkatan produksi dan daya saing hasil perikanan

23) Peningkatan penumbuhkan dan pengembangkan sektor

industri berbasis pertanian

24) Peningkatan penjagaan stabilitas suplai bahan-bahan

kebutuhan pokok Simeulue

Untuk mengimplementasikan arah kebijakan RPJMD

ditetapkan pula program-program pembangunan yang

dilaksanakan oleh SKPK Multi-Sektor di Kabupaten Simeulue untuk

mendukung tercapainya tujuan RAD-PG 2016-2022 yaitu:

a) Program Pendidikan Anak Usia Dini

b) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

c) Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

d) Program Upaya Kesehatan Masyarakat

e) Program Perbaikan Gizi Masyarakat

f) Program Sumber daya Kesehatan

g) Program Obat dan Perbekalan

h) Program Pengembangan Lingkungan Sehat

i) Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

j) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat

k) Program Pengadaan, Peningkatan sarana dan prasarana

Rumah Sakit Umum

l) Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak

m) Program Peningkatan Penerapan Teknologi

Pertanian/Perkebunan

n) Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

o) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak

p) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

Page 76: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

76

q) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan

r) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan

s) Program Pengembangan Bibit Unggul Pertanian /Perkabunan

t) Program Pengembangan Sarana dan Prasana Teknologi

Pertanian dan Perkebunan Tepat Guna

u) Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan

kecakapan hidup pemuda

v) Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga

w) Program Peningkatan Peran serta Kepemudaaan

x) Program Penataan Administrasi Kependudukan

y) Program Penguatan Kelembagaaan Pengarustamaan Gender

dan Anak

z) Program Pelayanan Kontrasepsi

aa) Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender

dalam Pembangunan

bb) Pendataan Perempuan dan Anak

cc) Program UPPKS (Usaha Peningkatan Perekonomian Keluarga

Sejahtera)

dd) Program Pembinaan Keluarga

ee) Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigas,i Rawa dan

Pengairan lainnya

ff) Program Pembangunan Infrastruktur Pendesaan

gg) Program Pemberdayaan fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil

(KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS

Lainnya)

hh) Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

ii) Pengembangan SDM Kesejahteraan Sosial

jj) Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja

kk) Prog. Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja

ll) program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif

Page 77: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

77

mm) program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha

mikro kecil menengah

nn) program peningkatan kapasitas IPTEK sistem produksi

oo) program pengembangan industri kecil menengah

pp) Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam

Pembangunan Desa

qq) Program Penanggulangan Kemiskinan

rr) Pogram Peningkatan Pelayanan Angkutan

ss) Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan

Sementara itu, Rancangan RPJMD Kabupaten Simeulue

belum ada mengingat pemilihan Bupati dan wakil Bupati Simeulue

direncanakan tahun 2017, maka dalam hal ini untuk rancangan

RPJMD Kabupaten Simeulue Tahun 2018 – 2022 berpedoman

kepada RPJP Kabupaten Simeulue Tahun 2007 – 2027 didalamnya

dirumuskan visi pembangunan Kabupaten Simeulue yaitu

“Terwujudnya Masyarakat Simeulue Yang Maju, Mandiri, Sejahtera

dan Islami ”. Pencapaian visi tersebut akan diwujudkan melalui 6 Misi

yaitu:

1) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan Syariat Islam

secara benar dan kaffah di seluruh sendi kehidupan

bermasyarakat;

2) Memperkuat perekonomian daerah dan memberdayakan

ekonomi rakyat dengan mengembangkan pertanian berbasis

agribisnis dan agroindustri (industri pengolahan) guna

meningkatkan nilai tambah bagi petani dan mendorong

pengembangan ekonomi di wilayah perdesaan.

3) Mewujudkan pemerintahan daerah yang bersih dan

berwibawa (good governance), menyediakan prasarana dan

sarana pemerintahan yang layak, dan meningkatkan

profesionalisme aparatur guna mendorong pelayanan publik

yang berkualitas, efektif, dan efisien.

Page 78: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

78

4) Mewujudkan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas dan

berdaya saing tinggi melalui pemerataan kualitas layanan

pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan layanan sosial

budaya lainnya serta penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek) yang sesuai dengan dinamika dan

perkembangan zaman.

5) Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur di seluruh

sektor pembangunan dalam rangka pemerataan

pembangunan antardesa dan kota, mendorong percepatan

perekonomian wilayah, dan menumbuh kembangkan

kawasan/daerah dari ketertinggalan dan keterisolasian.

6) Mengupayakan kestabilan politik, keamanan dan ketertiban

serta pelaksanaan hukum yang menjunjung tinggi keadilan dan

kebenaran.

3.2.3. Penguatan RAD-PG

RAD-PG Kabupaten Simeulue merupakan pengejawantahan

RAN- PG yang selanjutnya akan diimplementasikan oleh semua SKPD

di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dan pemangku kepentingan

lainnya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota melalui berbagai

program dan kegiatan pembangunan.Penguatan RAD-PG

merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan

RAD- PG. Tahapan pelaksanaan perbaikan gizi dilakukan melalui

beberapa tahapan yang dimulai dari tingkat pusat, provinsi, dan

kabupaten/kota tercantum pada tabel berikut:

Page 79: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

79

Tabel 3.3 Penguatan RAD-PG

Pelaksanaan

di

Kegiatan

Kabupaten 1. Memperkuat legal aspek RAD-PG

• Membentuk tim koordinasi di tingkat

Kabupaten yang terdiri dari lintas sektor.

• Menetapkan dasar hukum RAD-PG

melalui Peraturan Daerah atau

Peraturan Bupati.

2. Perencanaan dan penganggaran

• Penyusunan RAD-PG di tingkat

Kabupaten

• Sosialisasi RAD-PG kepada pemangku

kepentingan di tingkat Kabupaten.

• Menyertakan program terkait intervensi

gizi sensitif dan spesifik dalam APBK dan

memastikan intervensi tersebut

memperoleh pendanaan yang

memadai setiap tahunnya.

3. Implementasi

• Melaksanakan intervensi gizi sensitif dan

spesifik oleh SKPK dan pemangku

kepentingan lainnya dengan

memperhatikan pendekatan multi

sektor dan pendekatan lain yang tepat.

• Membuat laporan tahunan pelaksanaan

RAD-PG di tingkat kabupaten

4. Monitoring dan Evaluasi

• Melakukan pencatatan atau

pengumpulan data terkait

• Target indikator utama yang harus

dicapai, dapat berupa data rutin

maupun survei.

• Melaksanakan pertemuan atau

forum dalam rangka koordinasi dan

evaluasi rutin lintas sektor.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

80

BAB IV

KERANGKA PELAKSANAAN

RENCANA AKSI

Kerangka pelaksanaan rencana aksi disusun menyangkut

siapa dan bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Pada

kerangka pelaksanaan diatur kerangka kelembagaan, manajemen

keuangan dan aliran dana, anggaran indikatif, strategi

pengembangan kapasitas, strategi advokasi dan komunikasi,

dan strategi monitoring dan evaluasi.

4.1. Kerangka Kelembagaan

4.1.1. Struktur organisasi

Struktur organisasi dalam rangka tercapainya Rencana Aksi Daerah

pangan dan Gizi Kabupaten Simeulue yang terintegrasi dengan

SKPD/instansi terkait, untuk itu dibentuk Tim Rencana Aksi Daerah

Pangan dan Gizi Kabupaten Simeulue yang terdiri dari Tim

Pengarah, Tim Teknis dan Tim Sekretariat dengan susunan

keanggotaan masing-masing sebagai berikut

A. Tim Pengarah

Susunan Tim Pengarah adalah sebagai berikut:

Penanggung Jawab : Bupati Simeulue

Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten Simeulue

Sekretaris : Kepala Bappeda Simeulue

Anggota : (Kepala SKPK terkait)

1. Bidang Perekonomian dan

Sumberdaya Alam

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue

3. Dinas Pertaniagn dan Tanaman

Pangan Kabupaten Simeulue

Page 81: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

81

4. Dinas Kesehatan Hewan dan

Peternakan Kabupaten Simeulue

5. Badan Ketahanan Pangan Kabupaten

Simeulue

6. Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Simeulue

7. Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Simeulue

8. Dinas Perindustrian, Perdagangan,

Koperasi dan UKM Kabupaten

Simeulue

9. Dinas Pendidikan Kabupaten Simeulue

10. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Simeulue

11. Badan Pemberdayaan Masyarakat

Kabupaten Simeulue

12. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Simeulue

13. Dinas Syariat Islam Kabupaten

Simeulue

14. Majelis Permusyawaratan Ulama

Kabupaten Simeulue

15. Kantor Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Sejahtera Kabupaten

SimeulueDinas Kesehatan Kabupaten

SimeulueKepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Simeulue

Page 82: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

82

B. Tim Teknis

Tim Teknis terdiri dari;

Ketua : Kepala Bappeda Kabupaten Simeulue

Sekretaris I : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Simeulue

Sekretaris II : Kepala Badan Ketahanan Pangan dan

Penyuluhan Kabupaten Simeulue

Anggota : Kepala Bidang Teknis pada

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue

2. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan

Kabupaten Simeulue

3. Dinas Kesehatan Hewan dan

Peternakan Kabupaten Simeulue

4. Badan Ketahanan Pangan Kabupaten

Simeulue

5. Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Simeulue

6. Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Simeulue

7. Dinas Perindustrian, Perdagangan,

Koperasi dan UKM Kabupaten

Simeulue

8. Dinas Pendidikan Kabupaten Simeulue

9. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Simeulue

10. Badan Pemberdayaan Masyarakat

Kabupaten Simeulue

11. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Simeulue

Page 83: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

83

12. Dinas Syariat Islam Kabupaten

Simeulue

13. Majelis Permusyawaratan Ulama

Kabupaten Simeulue

14. Kantor Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Sejahtera Kabupaten

Simeulue

4.1.2. Tugas dan Tanggung Jawab

Tim Pengarah:

1. Memberikan arahan dalam penyusunan RAD-PG antara

lain koordinasi penyusunan, kebijakan yang perlu dimasukkan

dalam RAD-PG, serta kegiatan prioritas yang diperlukan;

2. Menyampaikan laporan penyusunan RAD-PG kepada

Menteri PPN/Kepala Bappenas;

3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan RAD-PG

termasuk kebijakan pelaksanaan dan strategi melaksanakan

kegiatan prioritas.

4. Memberikan arahan kebijakan pemantauan dan evaluasi

5. Menyampaikan laporan hasil evaluasi kepada

MenteriPPN/Kepala Bappenas.

Tim Teknis:

1. Bertanggung jawab terhadap kegiatan penyusunan RAD-PG;

2. Melakukan penyusunan RAD-PG mulai dari membuat jadwal

dan rencana kerja, mencari dan mengumpulkan bahan yang

diperlukan, melakukan penyusunan sampai menghasilkan draft

untuk disampaikan kepada Tim Pengarah;

3. Menyampaikan draft RAD-PG kepada tim pengarah untuk proses

lebih lanjut;

Page 84: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

84

4. Mensosialisasi RAD-PG kepada seluruh pemangku

kepentingan di daerah

5. Mengkoordinasikan pelaksanaan RAD-PG;

6. Menjalankan strategi untuk peningkatan efektifitas

pelaksanaan sesuai masukan Tim Pengarah.

7. Mengordinasikan dan melaksanakan pemantauan dan

evaluasi.

8. Menyiapkan laporan hasil pemantauan dan evaluasi

4.1.3. Keterlibatan Pemangku Kepentingan

Dalam Penyusunan RAD-PG Simeulue 2016-2022, semua sektor

yang terkait terlibat secara aktif untuk menentukan program/

kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan untuk mencapai target

indikator output dan outcome yang telah ditetapkan. Untuk

mengimplementasikan rencana aksi ini, terdapat pelaksana dari

pihak SKPK Pemerintah Kabupaten Simeulue. Dalam

mempermudah pelaksanaan di lapangan, SKPK dapat

dikelompokkan ke dalam pilar, yaitu;

1. Perbaikan Gizi Masyarakat, melibatkan SKPK Dinas

Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Badan

Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan

Transmigrasi serta Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Sejahtera.

2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang Beragam, melibatkan

SKPK Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas

Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Badan Ketahanan Pangan

dan Penyuluhan.

3. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan,

melibatkan SKPK Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan

UKM, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi

dan Telematika serta Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.

Page 85: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

85

4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, melibatkan

S K P K Dinas Kesehatan, Dinas Syariat Islam serta Dinas Pekerjaan

Umum.

5. Kelembagaan Pangan dan Gizi, melibatkan SKPK Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah serta Badan Ketahanan

Pangan dan Penyuluhan serta dunia usaha (melalui program

Corporate Social Responsibility), Organisasi Masyarakat Sipil,

universitas, ulama, organisasi profesi, mitra pembangunan, dan

sebagainya.

4.2. Manajemen Keuangan dan Pendanaan

Dalam mewujudkan RAD-PG KAbupaten Simeulue ini

diperlukan dukungan dan pengelolaan dana yang dapat

berasal dari berbagai sumber. Sumber pendanaan utama

berasal dari APBN dari pemerintah pusat, APBA dar i

Pem er in tah Aceh dan APBK dari pemerintah daerah. Dana

APBK diatur secara mandiri oleh pemerintah daerah, untuk Dana

APBA pembiayaan diperuntukkan pada program dan kegiatan

yang sinergi dengan skala provinsi sedangkan Dana APBN

pembiayaannya diperuntukkan bagi belanja kegiatan di tingkat

pusat dan dapat digunakan di kabupaten dalam berbagai

skema yang ada.

4.3. Strategi Pengembangan Kapasitas

Untuk melaksanakan program yang telah direncanakan,

diperlukan adanya peningkatan kapasitas organisasi, sumberdaya

manusia, dan panduan pelaksanaan program atau kegiatan.

Strategi pengembangan kapasitas yang dapat dilakukan adalah

dengan cara berikut:

Page 86: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

86

1) Pelatihan

Pelatihan merupakan upaya peningkatan kapasitas sumber daya

manusia sehingga program yang direncanakan dapat terlaksana

sesuai dengan yang diharapkan.Pelatihan yang diberikan harus

menunjang kompetensi SDM

2) Pedoman Teknis

Pemerintah sebagai regulator salah satu tugas umumnya

adalah menetapkan standar, termasuk standard untuk

pelaksanaan program perbaikan pangan dan gizi multi sektor.

Informasi mengenai pedoman yang digunakan sangat penting

untuk dijadikan panduan dalam pelaksanaan program merupakan

pedoman teknis yang dimiliki K/L dalam melaksanakan program.

4.4. Strategi Advokasi dan Komunikasi

Advokasi adalah kombinasi dari desain dukungan individu

dan social untuk meningkatkan komitmen politik, dukungan

kebijakan, penerimaan social, dan dukungan sistem untuk tujuan

program kesehatan tertentu (WHO, 1998). Advokasi merupakan

strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan khususnya

saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber daya dan

mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut khalayak

masyarakat. Agar mencapai target yang telah ditetapkan,

diperlukan pemenuhan kondisi dan asumsi, sehingga target yang

telah ditetapkan dapat tecapai. Untuk memenuhi asumsi

pengambil kebijakan, dan stakeholder yang terlibat sehingga

diperoleh pendanaan, sumber daya manusia yang cukup,

metode intervensi yang tepat, dan peningkatan cakupan serta

keberlanjutan intervensi yang dilakukan, koordinasi antar

pemerintah pusat dan daerah serta koordinasi lintas sektor

berjalan dengan baik.

RAD-PG harus menjadi pedoman dan mainstream dalam

semua dokumen perencanaan pembangunan, baik jangka

Page 87: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

87

menengah maupun jangka pendek, seperti; RPJMD, RKPD,

KUA/PPAS, RKA/DPA, RAPBD, dan APBD. Penyusunan RAD-PG saat

ini mendapatkan momen yang sangat penting dimana Pemerintah

Kabupaten Simeulue pada tahun 2017 akan melaksanakan

Pemilihan Kepala Daerah. Pelantikan Kepala Daerah terpilih

nantinya akan menjadi pertanda dimulainya penyusunan dokumen

perencanaan untuk lima tahun mendatang.

4.5. Pendanaan Indikatif

Penting untuk mengetahui anggaran yang tersedia untuk

pelaksanaan program. Dengan demikian dapat diketahui jumlah

dana yang diperlukan dan ketersediaan dana sehingga apabila

terjadi kekurangan dapat diketahui lebih awal dan

direncanakan untuk mencari alternatif pendanaan dari sumber

lainnya. Besar dana indikatif untuk program dan kegiatan terdapat

pada RPJMD dan Renstra SKPD Kabupaten Simeulue.

4.6 Strategi Monitoring dan Evaluasi

Pencapaian RAD-PG dan akan terus dipantau

pencapaiannya dalam kurun waktu tertentu dilaksanakan dengan

dengan monitoring dan evaluasi. Indikator diperoleh dengan

memilih indikator kinerjanya yang berasal dari RPJMD maupun

Renstra SKPD atau kegiatan lainnya yang relevan terhadap upaya

perbaikan gizi dan berkaitan dengan output dan outcome yang

ingin dicapai. Indikator ini akan terus dipantau dan dievaluasi

sehingga dapat mendorong tercapainya output dan outcome dari

RAD-PG 2016-2022.

Page 88: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

88

BAB V

PELAKSANAAN, PEMANTAUAN

DAN EVALUASI

Dalam rangka menjamin pencapaian RAD-PG 2016-2022,

maka perlu dilakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi.

Pemantauan difokuskan pada kegiatan yang sedang dilaksanakan

agar kelemahannya diketahui secara cepat dan bisa segera

diantisipasi. Sedangkan evaluasi dilakukan untuk melihat hasil yang

dicapai dengan rencana target atau standar yang telah

ditentukan.

Tujuan Monitoring dan Evaluasi Internal adalah:

1. Memberikan masukan terhadap pelaksana untuk mengatasi

hambatan yang dihadapi oleh pelaksana kegiatan;

2. Menyediakan sumber informasi tentang pelaksanaan

pencapaian target pembangunan pangan dan gizi

3. Sebagai salah satu dasar dalam perumusan kebijakan di

bidang pangan dan gizi di Kabupaten Simeulue;

A. Tim Pelaksana

Tim pelaksana, pemantauan, dan evaluasi RAD-PG

Kabupaten Simeulue ditunjuk oleh Bupati melalui Surat Keputusan

Bupati Tim ini mempunyai kewenangan melakukan pemantauan

dan evaluasi di provinsi Kabupaten Simeulue. Susunan Tim Monev

RAD-PG adalah sebagai berikut:

Page 89: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

89

Penanggung Jawab : Bupati

Ketua : Kepala Bappeda

Anggota :

Pokja I. Gizi Masyarakat (Koordinator

Dinas Kesehatan)

Pokja II. Aksesibilitas Pangan

(Koordinator Badan Ketahanan Pangan

dan Penyuluh, Dinas Pertanian Tanaman

Pangan, Dinas Peternakan dan Kesehatan

Hewan, Dinas Kelautan dan Perikanan,

Dinas Kehutanan dan Perkebunan)

Pokja III. Mutu dan Keamanan

Pangan (Koordinator Badan Ketahanan

Pangan dan Penyuluh)

Pokja IV. Perilaku Hidup Sehat dan

Bersih (PHBS) (Koordinator Dinas

Kesehatan)

Pokja V. Kelembagaan pangan

dan Gizi (Koordinator Badan Perencanan

Pembangunan Daerah dan Koordinator

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh).

B. Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi merupakan suatu kaidah dalam

pelaksanaan suatu program kebijakan. Oleh sebab itu,

pemantauan dan evaluasi mutlak diperlukan sebagai bagian dari

keseluruhan paket program untuk mengendalikan seluruh program

agar tidak menyimpang dari petunjuk dan ketentuan yang ada

Untuk mendukung tercapainya tujuan dan sasaran serta arah

kebijakan ini, maka masing-masing stakeholder agar senantiasa

Page 90: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

90

melakukan pemantauan/monitoring dan evaluasi terhadap

keseluruhan strategi dan rencana aksi yang telah ditetapkan.

Mekanisme pemantauan dan evaluasi RAD-PG dilakukan dengan

menggunakan indikator berbasiskan pada pencapaian target

berdasarkan pada 5 pilar RAD-PG. Pemantauan dan evaluasi

dilakukan secara berkala, dengan memperhatikan indikator input,

proses, output, serta indikator dampak. Program dan kegiatan yang

dilakukan pada setiap tahun dimonitor dan dievaluasi dengan

mekanisme sebagaiamana Tabel berikut ini:

Tabel 5.1

Pelaksana dan indikator Monotoring dan Evaluasi RAD-PG

KABUPATEN SIMEULUE

Pilar/kegiatan Indikator yang dimonitor Penanggung

Jawab

Frekuensi

Monev

A. Perbaikan

Gizi

Masyarakat

1) Kegiatan Pencegahan

gizi buruk dan kurang

Balita

2) Penanganan Gizi Buruk

Balita

3) Kegiatan layanan

kelembagaan

penanganan Gizi

4) Kegiatan edukasi

/penyuluhan gizi

Pokja I. Gizi

Masyarakat

(Kord. Dinkes)

6 bln

Page 91: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

91

B. Peningkatan

Aksesibilitas

Pangan

1) Kegiatan

Pengembangan

sarana prasarana

2) Ketersediaan pangan

3) Kegiatan

Pengembangan

sistem distribusi dan

stabilitas harga

pangan

4) Kegiatan

Pengembangan

penganekaraman

konsumsi pangan

5) Kegiatan Peningkatan

produksi pangan

6) Pemantauan dan

analisis akses pangan

7) Pengembangan Desa

Mandiri Pangan

8) Penanganan Daerah

Rawan Pangan

9) Diversivikasi Pangan

10) Peningkatan

Penerapan teknologi

pertanian

11) Peningkatan

Produksi Ternak

12) Pengembangan

Budi Daya Perikanan

Pokja II.

Aksesibilitas

Pangan

(Koordinator

Badan

Ketahanan

Pangan dan

Penyuluh, Dinas

Pertanian

Tanaman

Pangan, Dinas

Peternakan dan

Kesehatan

Hewan, Dinas

Kelautan dan

Perikanan, Dinas

Kehutanan dan

Perkebunan)

6

bulanan

Page 92: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

92

C. Pengawasan

Mutu dan

Keamanan

Pangan

1) Pengembangan

Penganekaragaman

konsumsi pangan

2) Uji Keamanan Pangan

3) Sosialisasi Mutu dan

Keamanan Pangan

4) Peningkatan Mutu

dan Keamanan

Pangan

Pokja III. Mutu

dan Keamanan

Pangan

(Koordinator

Badan

Ketahanan

Pangan dan

Penyuluh)

6

bulanan

D. Perilaku

Hidup Sehat

dan Bersih

(PHBS)

1) Pembinaan PHBS

2) Pembentukan dan

pengembangan

Desa siaga aktif

3) Pelatihan Dokter Kecil

4) Penyuluhan Keliling

5) Promosi Kesehatan

Pokja IV.

Perilaku Hidup

Sehat dan

Bersih (PHBS)

(Kord. Dinkes)

6

bulanan

E. Penguatan

Kelembagaa

n Pangan

dan Gizi

1) Pendidikan dan

Pelatihan penyuluh

2) Penguatan

Kelembagaan

Penyuluh

3) Penyuluhan Penerapan

Teknologi Pertanian

4) Peningatan

kesejahteraan petani

Pokja V.

Kelembagaan

Pangan dan

Gizi.(Bappeda

dan BKPP)

6

bulanan

Di samping pemantauan dan evaluasi terhadap

program/kegiatan, juga dilakukan evaluasi pencapaian target RAD-

PG. Hasil monitoring akan ditindak-lanjuti berupa perbaikan

rencana maupun pelaksanaan.

Page 93: BAB I PENDAHULUAN - simeuluekab.go.idsimeuluekab.go.id/uploads/RAD_PG_SML_FINAL_GABUNG(1).pdfRAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-20 22 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan

RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022

93

BAB VI

PENUTUP

Dokumen ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan

dalam penyusunan Buku Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi

2016 hingga 2022 agar tujuan memperkuat ketahanan pangan dan

gizi Kabupaten Simeulue sekaligus mendukung tercapainya target

MDGs dan RAN-PG. Dokumen RAD-PG Kabupaten Simeulue ini

digunakan oleh stakeholder (pemangku kepentingan) untuk

meningkatkan kemampuan menganalisis perkembangan situasi,

perencanaan program serta kegiatan pangan dan gizi di

Kabupaten Simeulue agar: (i) mampu menetapkan prioritas

penanganan masalah pangan dan gizi, (ii) mampu memilih

intervensi yang tepat sesuai kebutuhan lokal, dan (iii) mampu

membangun dan memfungsikan lembaga pangan dan gizi, dan (iv)

mampu memantau dan mengevaluasi pembangunan pangan dan

gizi.

Mengingat masalah pangan dan gizi dalam pembangunan

ketahanan pangan dan gizi bersifat lintas sektor, maka dalam

rencana dan implementasi RAD-PG semangat koordinasi dan

integrasi serta sinergitas antar kegiatan harus diutamakan. Kemitraan

antar pemerintah dengan masyarakat dan swasta merupakan salah

satu faktor kunci dalam pembangunan ketahanan pangan di

Kabupaten Simeulue. Rencana aksi ini merupakan dokumen

operasional yang secara terpadu menyatukan pembangunan

ketahanan pangan dan gizi yang stabil dan merata bagi seluruh

masyarakat Kabupaten Simeulue.