13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai hamba Allah yang hidup di bumi-Nya sangat membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Al-Qur’an banyak membicarakan tentang pendidikan yakni pendidikan keluarga, pendidikan anak, dan pendidikan untuk masyarakat. Pendidikan itu bersifat dinamis yang menuntut suatu perubahan atau perbaikan secara terus-menerus dalam upaya menjadikan manusia berkualitas sehingga mampu memajukan bangsa, negara, dan agamanya. Pendidikan yang memajukan bangsa, negara dan agama di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik. Pelaksanaan Pendidikan pada dasarnya dilaksanakan untuk meningkatkan kehidupan bangsa yang bermutu baik, sebagaimana yang disebutkan dalam Undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang Sintem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I (ayat I) yang menjelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan memang menciptakan perubahan, karena berkenaan dengan penanaman nilai-nilai kebenaran, kesucian, dan kebaikan hidup bagi manusia . Dalam 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.iainkendari.ac.id/1919/6/bab 1.pdf · 2019. 9. 25. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai hamba Allah yang hidup di bumi-Nya

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Manusia sebagai hamba Allah yang hidup di bumi-Nya sangat membutuhkan

    pendidikan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Al-Qur’an

    banyak membicarakan tentang pendidikan yakni pendidikan keluarga, pendidikan

    anak, dan pendidikan untuk masyarakat. Pendidikan itu bersifat dinamis yang

    menuntut suatu perubahan atau perbaikan secara terus-menerus dalam upaya

    menjadikan manusia berkualitas sehingga mampu memajukan bangsa, negara, dan

    agamanya. Pendidikan yang memajukan bangsa, negara dan agama di masa

    mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik.

    Pelaksanaan Pendidikan pada dasarnya dilaksanakan untuk meningkatkan

    kehidupan bangsa yang bermutu baik, sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-

    undang No. 20 tahun 2003 tentang Sintem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I (ayat I)

    yang menjelaskan bahwa:

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

    Pendidikan memang menciptakan perubahan, karena berkenaan dengan

    penanaman nilai-nilai kebenaran, kesucian, dan kebaikan hidup bagi manusia . Dalam

    1Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

    Nasional (SISDIKNAS). (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 3.

  • 2

    perspektif individu, proses pendidikan menghasilkan perubahan tingkah laku anak

    didik melalui pembinaan atau bimbingan terhadap potensi.2

    Maju perubahan suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas dan kompetensi

    pendidikan yang dibangun oleh negara tersebut. Sebagaimna firman Allah SWT

    dalam Q.S Ar-rad, 13: 11 yang berbunyi:

    َ َال یَُغیُِّر َما بَِقۡوٍم َحتّٰی یَُغیُِّرۡوا ّٰJَما بِاَۡنفُِسِہمۡ اِنَّ ا

    Terjemahnya:

    “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

    merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.3

    Potensi anak bangsa yang mampu merubah arah pendidikan di Indonesia ini

    menjadi lebih baik. Oleh karena itu kita harus mengetahui permasalahan pendidikan

    sekarang ini. Diantaranya adalah permasalahan yang ada pada guru dan siswa. Siswa

    yang bersikap tidak peduli dengan pelajaran dan guru yang masih kurang tepat dalam

    memilih model pembelajaran.

    Di dalam setiap sekolah, proses pembelajaran meliputi beberapa bidang ilmu

    pengetahuan diantaranya ilmu-ilmu science, sosial dan bahasa. Ada sebuah bidang

    keilmuan yang menjadi jembatan dari berbagai ilmu pengetahuan, yaitu matematika.

    Matematika merupakan pelajaran yang dipelajari mulai dari taman kanak-kanak

    2Syafaruddin Dan Nurmawati, Pengelolaan Pendidikan Mengembangkan Keerampilan

    Manajemen Pendidikan Menuju Sekolah Efektif, (Medan : Perdana Publishing, 2011), h. 69. 3Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro 2005), h.

    199.

  • 3

    sampai perguruan tinggi, hal ini menunjukan betapa pentingnya matematika dalam

    kehidupan. Ilmu matematika itu sendiri dapat diterapkan dari hal yang paling

    sederhana seperti perhitungan jual beli sampai kepada hal yang bersifat kompleks

    seperti penggunaan program komputer. Mengingat pentingnya ilmu ini, maka sudah

    seharusnya peserta didik dapat menguasai bidang ini dan menerapkannya dalam

    kehidupan sehari-hari.

    Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang memang selama ini menjadi induk

    dari segala ilmu pengetahuan di dunia ini. Semua kemajuan zaman, perkembangan

    kebudayaan dan peradaban manusia tidak terlepas dari unsur matematika. Tanpa ada

    matematika, tentu saja peradaban manusia tidak akan pernah mencapai kemajuan

    seperti sekarang ini.4 Senada dengan pendapat di atas Jannah mengemukakan bahwa:

    Matematika merupakan dasar bagi ilmu-ilmu lain, terutama ilmu yang berkutat dengan angka dan hitung-hitungan. Sehingga mempelajari matematika secara tidak langsung juga membuka pintu bagi ilmu-ilmu eksak lainnya untuk dipelajari.5

    Ilmu matematika sebagai ilmu hitung pada dasarnya adalah ilmu yang

    memiliki fungsi luas dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, baik orang bodoh maupun

    orang pandai secara akademik, tanpa sadar selalu menggunakan ilmu matematika

    dalam kehidupan sehari-hari meski dalam konsep yang sederhana.6

    4Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009),

    h. 5. 5Raodatul Jannah, Membuat Anak Cinta Matematika dan Eksas Lainnya, (Jogjakarta: Diva

    Press, 2011), h. 52. 6Ibid, h. 21.

  • 4

    Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada

    jenjang sekolah dasar. Berkaitan dengan hal tersebut, Daryanto dan Rahardjo

    menyatakan bahwa “Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua

    peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan

    berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama”.7

    Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke

    jenjang berikutnya, Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar

    secara kritis, kreatif dan aktif”.8

    Harus diakui, selama ini memang tidak mudah mengajarkan matematika

    kepada siswa. Dalam realita di lapangan matematika menjadi momok yang

    menakutkan bagi sebagian siswa. Dalam ruang lingkup matematika terdapat

    perhitungan, rumus-rumus dan angka yang merupakan hal yang membuat kepala

    pusing, membosankan, menguras pikiran dan sangat tidak disukai oleh siswa. Dalam

    hal ini, Jannah berpendapat bahwa “Yang membuat matematika kelihatan susah dan

    menjadi momok menakutkan dikalangan siswa adalah adanya faktor lain dari

    matematika itu sendiri, seperti lingkungan, metode pembelajaran, guru, dan lain

    sebagainya”.9

    Memang tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini penggunaan metode yang

    kurang bervariasi dan cenderung bersifat monoton dengan menggunakan metode

    7Daryanto & Muljo Raharjo, Model Pembelajaran Inovatif, (Yogyakarta: Gava Media, 2012), h. 240.

    8Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 83.

    9 Raodatul Jannah, Op.cit., h. 25.

  • 5

    konvensional ceramah masih menjadi permasalahan klasik dalam proses kegiatan

    belajar mengajar di sekolah. Hal ini diungkapkan oleh Ahmadi dan Amri bahwa :

    Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan, prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.10

    Berdasarkan hasil observasi awal di SDN 3 Tinanggea Kabupaten Konawe

    Selatan khususnya kelas IV dalam proses pembelajaran Matematika, guru masih

    kurang menerapkan model pembelajaran aktif , inovatif dan menyenangkan dalam

    proses pembelajaran. sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung masih

    ditemukan siswa yang tengah mengantuk terutama siswa yang duduk dibarisan paling

    belakang, mengerjakan tugas lain, bermain, mengobrol dengan temannya, keluar

    masuk dalam ruangan, dan berceloteh sendiri. Peneliti juga menemukan bahwa siswa

    sangat pasif sekali dan merasa enggan bila dimintai oleh guru untuk maju ke depan

    mengerjakan tugas yang telah diberikan. Selain itu, guru belum menerapkan model

    pembelajaran yang bervariasi yang tepat untuk membantu kesulitan belajar siswa,

    sehingga memperkuat anggapan siswa bahwa matematika itu sulit. Kondisi seperti ini

    mengakibatkan kurangnya perhatian dan aktivitas siswa dalam pembelajaran

    sehingga dapat mengakibatkan rendahnya daya serap siswa terhadap materi yang

    10Ahmadi Lif Khoiru, & Sofan Amri, Paikem Gembrot,Mengembangkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot, (Sebuah Analisis Teoritis,

    Konseptual dan Praktik), (Jakarta: PT Prestasi Pustaka Karya, 2011), h. 95.

  • 6

    diajarkan dan dapat mempengaruhi hasil belajar yang belum sesuai dengan KKM

    yang diharapkan.

    Dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika di kelas IV SDN

    3 Tinanggea membuat peneliti merasa prihatin. Karena pembelajaran matematika di

    SD merupakan dasar untuk jenjang pendidikan berikutnya. Sehingga perlu dilakukan

    suatu cara agar hasil belajar matematika siswa dapat meningkat dan siswa dapat

    menyukai pembelajaran matematika. Salah satu model yang sesuai dan dapat

    meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran matematika ialah menggunakan model

    pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

    Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada hari Selasa

    tanggal 9 Oktober 2018 di SDN Tinanggea diperoleh keterangan bahwa:

    “Dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih belum sepenuhnya menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajarannya di kelas. Namun pada saat guru menerapkan model pembelajaran kooperatif itu hanya sebatas pembagian kelompok, memberikan penjelasan, dan mengajukan pertanyaan. Terlebih lagi penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), guru sama sekali belum pernah menerapkan model pembelajaran ini dalam proses pembelajaran di kelas terlebih lagi pada mata pelajaran matematika. Sehingga memungkinkan hal inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa pembelajaran pada mata pelajaran Matematika terasa membosankan bagi siswa, dan menjadikan pembelajaran kurang menarik perhatian siswa, akibatnya banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran atau materi yang disampaikan oleh guru”.11

    Penelusuran dokumen hasil belajar Matematika siswa kelas IV diperoleh

    ketuntasan hasil belajar siswa rendah, nilai ulangan semester ganjil siswa pada mata

    pelajaran matematika kelas IV diperoleh data bahwa nilai ulangan harian pada

    11Ni Nyoman Suastini, S.Pd, Guru Wali Kelas IV, Wawancara, Pukul 10.45 Wita. Tanggal 9

    Oktober 2018

  • 7

    semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 cukup rendah hanya mencapai nilai rata-rata

    60,65 dari jumlah siswa sebanyak 23 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa nilai siswa

    belum mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu ≥ 65. Siswa yang

    memperoleh nilai standar KKM 65 sebanyak 8 siswa atau sekitar 34.78% dan yang

    memperoleh nilai di bawah standar KKM 65 atau tidak tuntas sebanyak 15 siswa atau

    sekitar 65.21%. (lampiran 3)

    Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu cara untuk meningkatkan hasil

    belajar siswa hingga tercapainya kriteria ketuntasan belajar siswa tersebut yaitu

    dengan menerapkan berbagai model pembelajaran aktif, salah satunya adalah Model

    pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran Numbered

    Head Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang memiliki

    banyak kelebihan salah satunya yaitu dapat melatih siswa untuk bekerja sama dalam

    menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru sesuai dengan nomor kepala yang

    ada pada siswa. Dengan menggunakan Model pembelajaran Numbered Head

    Together (NHT) sehingga membuat proses pembelajaran akan lebih menarik dan

    menyenangkan.

    Dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

    ini, diharapkan bisa memberikan motivasi bagi siswa untuk tetap semangat dalam

    mengikuti proses pembelajaran, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

    memahami materi pelajaran, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan

    orang lain serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuangkan ide yang

  • 8

    dia pikirkan. Siswa tidak hanya berdiam diri, akan tetapi ikut aktif dalam kegiatan

    pembelajaran.

    Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) atau penomoran

    berfikir bersama merupakan varian dari model pembelajaran kooperatif. Menurut

    Trianto, bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dirancang

    untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam

    suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.12

    Ciri khasnya adalah guru menunjuk salah satu nomor (siswa) secara acak untuk

    mempresentasikan hasil kegiatan berfikir bersama kelompoknya. Pemanggilan siswa

    secara acak akan menjamin keterlibatan total semua siswa, karena dengan

    pemanggilan secara acak siswa menjadi siap semua . Model pembelajaran Numbered

    Head Together (NHT) juga dapat meningkatkan tanggung jawab dan kerjasama

    diantara anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok selain bertanggung

    jawab atas pembelajarannya juga bertanggung jawab atas pembelajaran anggota

    kelompokknya. Tanggung jawab tersebut dapat diwujudkan dengan memberikan

    bantuan berupa penjelasan dari siswa yang lebih mampu kepada siswa yang kurang

    mampu.

    Berpijak dari permasalahan dan fakta yang terjadi pada pembelajaran

    matematika di SDN 3 Tinanggea, peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini

    untuk menjadi suatu penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar

    12Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada

    Media Group, 2009), h. 82.

  • 9

    Matematika Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

    Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan”.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan identifikasi

    masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika

    2. Guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif

    3. Siswa tidak fokus dalam pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran

    matematika

    4. Rendanya hasil belajar siswa tidak mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh

    sekolah tersebut.

    C. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran

    Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas IV SDN 3 Tinanggea?

    2. Apakah model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat

    meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SDN 3 Tinanggea?

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematika melalui model

    pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas IV SDN 3

    Tinanggea.

  • 10

    b. Untuk mengetahui hasil belajar matematika melalui model pembelajaran

    Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas IV SDN 3 Tinanggea.

    2. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian dapat dibedakan atas manfaat teoritis dan praktis.

    a. Manfaat teoritis

    1) Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada

    mata pelajaran Matematika di SDN 3 Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan

    dengan penerapan model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

    2) Sebagai sebuah pijakan untuk mengembangkan pendekatan kepada siswa

    dengan penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

    3) Sebagai dasar pemikiran untuk penelitian selanjutnya, baik oleh peneliti sendiri,

    maupun peneliti-peneliti lainnya.

    4) Sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan

    selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Diharapkan melalui

    penelitian ini akan ikut memberikan sumbangan ilmiah terhadap perkembangan

    tersebut, terutama dalam proses pembelajaran agar lebih inovatif.

    5) Penelitian ini merupakan karya ilmiah bagi perkembangan pendidikan di

    Indonesia, melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

    karya ilmiah dalam memperbaiki dan mengembangkan kualitas pendidikan atau

    pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran matematika.

  • 11

    b. Manfaat Praktis

    1) Bagi peneliti, sebagai latihan dalam melakukan penelitian secara ilmiah dalam

    hal ini melakukan penelitian tindakan kelas guna mengatasi permasalahan-

    permasalahan yang dialami oleh guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas,

    serta mendapatkan wawasan dan pengalaman dalam menerapkan model

    pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

    2) Bagi siswa

    a) Meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

    b) Meningkatkan semangat belajar dan kerjasama siswa melalui model

    pembelajaran NHT yang telah dilaksanakan.

    c) Menumbuhkan minat belajar yang besar karena proses pembelajaran tidak

    jenuh.

    d) Berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar.

    3) Bagi guru

    a) Guru memperoleh inovasi baru dalam memperbaiki proses pembelajaran

    sehingga menjadi pembelajaran yang lebih bermakna dan mengaktifkan

    siswa.

    b) Meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar melalui penerapan

    model pembelajaran NHT secara tidak langsung telah membantu guru dalam

    meningkatkan profesionalisme karena guru telah mengembangkan

    pembelajaran yang inovatif.

  • 12

    4) Bagi sekolah

    a) Adanya peningkatan sekolah dalam hal kualitas, baik dari segi guru maupun

    siswanya.

    b) Meningkatkan mutu proses pembelajaran dan prestasi belajar.

    5) Bagi pihak IAIN Kendari, sebagai bahan referensi kepustakaan yang dapat

    dijadikan acuan bagi peneliti yang berkeinginan menindaklanjuti penelitian ini.

    E. Definisi Operasional

    Untuk menghindari kesalah pahaman maka penulis mengemukakan definisi

    operasional sebagai berikut:

    1. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah model

    pembelajaran dimana siswa di kelompokkan menjadi 3-5 orang dalam satu

    kelompok yang heterogen, dengan setiap kelompok memiliki nomor kepala

    yang berbeda-beda tiap anggotanya untuk menyelesaikan masalah atau tugas-

    tugas dan saling membantu teman kelompok memahami bahan pelajaran dalam

    rangka mencapai ketuntasan materi dan hasil belajar yang optimal.

    2. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa kelas IV SDN 3 Tinanggea

    setelah mengikuti proses pembelajaran yang diajar melalui model

    pembelajaran Numbered Head Together (NHT) diukur melalui tes hasil

    belajar.

    3. Matematika adalah suatu ilmu tentang bilangan, himpunan dan ukuran yang

    menggunakan cara bernalar deduktif tetapi juga tidak melupakan cara berfikir

    induktif. Matematika merupakan ilmu yang mempelajari logika, bentuk,

  • 13

    susunan, besaran, konsep-konsep aljabar, geometri, kalkulasi penalaran logika

    dan berhubungan dengan bilangan yang memiliki aturan-aturan yang ketat dan

    berdiri sendiri tanpa bergantung pada bidang studi lain. Materi yang peneliti

    ajarkan pada penelitian ini adalah Tema FPB dan KPK.

    F. Hipotesis Tindakan

    Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran matematika dapat ditingkatkan melalui model

    pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas IV SDN 3

    Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan.

    1 HALAMAN JUDUL FIX.pdf (p.1)2 PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.pdf (p.2)3 PENGESAHAN SKRIPSI FIX.pdf (p.3)4 KATA PENGANTAR.pdf (p.4-6)5 DAFTAR ISI FIX.pdf (p.7-10)6 DAFTAR LAMPIRAN.pdf (p.11)7 ABSTRAK.pdf (p.12)8 BAB I FIX.pdf (p.13-25)9 BAB II FIX.pdf (p.26-50)10 BAB III FIX.pdf (p.51-62)11 BAB IV FIX.pdf (p.63-124)12 BAB V FIX.pdf (p.125-126)13 DAFTAR PUSTAK FIX.pdf (p.127-131)LAMPIRAN 1 DATA KEPALA SEKOLAH DAN GURU SDN 3 TINANGGEA.pdf (p.132)LAMPIRAN 2 DATA JUMLAH SISWA SDN 3 TINANGGEA.pdf (p.133)LAMPIRAN 3 DAFTAR NILAI AWAL TINDAKAN.pdf (p.134)LAMPIRAN 4 PEDOMAN WAWANCARA GURU.pdf (p.135-136)LAMPIRAN 5 SILABUS.pdf (p.137-140)LAMPIRAN 6 MATERI PERTEMUAN 1 SIKLUS I.pdf (p.141-143)LAMPIRAN 7 RPP PERTEMUAN I SIKLUS I.pdf (p.144-150)LAMPIRAN 8 LKk PERTEMUAN I SIKLUS I.pdf (p.151)LAMPIRAN 9 KUNCI JAWABAN LKK PERTEMUAN 1 SIKLUS 1.pdf (p.152)LAMPIRAN 10 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU PERTEMUAN 1 siklus 1.pdf (p.153-156)LAMPIRAN 11 LEMBAR AKTIVITAS SISWA PERTEMUAN I SIKLUS I.pdf (p.157-159)LAMPIRAN 12 MATERI PERTEMUAN 2 SIKLUS I.pdf (p.160-162)LAMPIRAN 13 RPP PERTEMUAN 2 SIKLUS I.pdf (p.163-169)LAMPIRAN 14 LKK PERTEMUAN 2 SIKLUS I.pdf (p.170)LAMPIRAN 15 KUNCI JAWABAN LKK PERTEMUAN 2 SIKLUS 1.pdf (p.171)LAMPIRAN 16 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU PERTEMUAN 2 SIKLUS I.pdf (p.172-175)LAMPIRAN 17 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA PERTEMUAN 2 SIKLUS 1.pdf (p.176-178)LAMPIRAN 18 SOAL EVALUASI SIKLUS I.pdf (p.179)LAMPIRAN 19 KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI SIKLUS I.pdf (p.180)LAMPIRAN 20 NILAI HASIL TES SISWA KELAS IV SDN 3 TINANGGEA SIKLUS I.pdf (p.181)LAMPIRAN 21 MATERI PERTEMUAN I SIKLUS 2.pdf (p.182-184)LAMPIRAN 22 RPP SIKLUS 2 PERTEMUAN I.pdf (p.185-191)LAMPIRAN 23 LKK PERTEMUAN I SIKLUS 2.pdf (p.192)LAMPIRAN 24 KUNCI JAWABAN LKK PERTEMUAN 1 SIKLUS II.pdf (p.193)LAMPIRAN 25 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU PERTEMUAN I SIKLUS 2.pdf (p.194-197)LAMPIRAN 26 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA PERTEMUAN I SIKLUS 2.pdf (p.198-201)LAMPIRAN 27 MATERI PERTEMUAN 2 SIKLUS 2.pdf (p.202-204)LAMPIRAN 28 RPP PERTEMUAN 2 SIKLUS 2.pdf (p.205-211)LAMPIRAN 29 LKK PERTEMUAN 2 SIKLUS 2.pdf (p.212)LAMPIRAN 30 KUNCI JAWABAN LKK PERTEMUAN 2 SIKLUS II.pdf (p.213)LAMPIRAN 31 LEMBAR OBSERVAS AKTIVITAS GURU PERTEMUAN 2 SIKLUS 2.pdf (p.214-217)LAMPIRAN 32 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA PERTEMUAN 2 SIKLUS 2.pdf (p.218-220)LAMPIRAN 33 SOAL EVALUASI SIKLUS 2.pdf (p.221)LAMPIRAN 34 KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI SIKLUS 2.pdf (p.222)LAMPIRAN 35 NILAI HASIL TES HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS 2 KELAS IV SDN 3 TINANGGEA.pdf (p.223)LAMPIRAN 36 DATA PEROLEHAN NILAI SISWA HASIL BELAJAR DARI SIKLUS KE SIKLUS.pdf (p.224)LAMPIRAN 37 PENSEKORAN.pdf (p.225)LAMPIRAN 38 MEDIA MODEL PEMBELAJARAN NHT.pdf (p.226)LAMPIRAN 39 DOKUMENTASI PROSES BELAJAR MENGAJAR.pdf (p.227-235)SURAT IZIN PENELITIAN DARI KAMPUS.pdf (p.236)SURAT IZIN PENELITIAN DARI BALIT BANK.pdf (p.237)SURAT IZIN PENELITIAN DARI SEKOLAH.pdf (p.238)DAFTAR RIWAYAT HIDUP.pdf (p.239)