16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem aturan, hukum bukanlah seperti yang terkadang dikatakan sebuah peraturan, melainkan hukum adalah seperangkat aturan yang mengandung semacam kesatuan yang kita pahami melalui sebuah sistem. Sehingga mustahil untuk menangkap hakikat hukum jika kita membatasi pemahaman kita pada satu peraturan yang tersendiri 1 . Sebelum penulis memaparkan pokok permasalahan dalam tulisan ini, penulis akan terlebih dahulu menjelaskan mengenai problematika kaidah tentang syarat calon kepala daerah dan wakil kepala daerah mantan terpidana dalam mengikuti pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah baik pada tataran undang-undang, peraturan dibawah undang-undang, serta beberapa putusan mahkamah kostitusi terkait, dimana telah beberapakali dilakukan uji materiil. Awalnya, problematika mengenai syarat calon kepala daerah dan wakil kepala daerah mantan narapidana untuk ikut dalam pilkada, dimulai ketika mucul Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (selanjutnya disebut Putusan MKRI) 1 Hans Kelsen, General Theory of Law and State (New York: Russel and Russel, 1971) terjemahan Indonesia Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Penerbit Nusa Media, Bandung, 2016, h. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem

aturan, hukum bukanlah seperti yang terkadang dikatakan sebuah peraturan,

melainkan hukum adalah seperangkat aturan yang mengandung semacam kesatuan

yang kita pahami melalui sebuah sistem. Sehingga mustahil untuk menangkap

hakikat hukum jika kita membatasi pemahaman kita pada satu peraturan yang

tersendiri1.

Sebelum penulis memaparkan pokok permasalahan dalam tulisan ini, penulis

akan terlebih dahulu menjelaskan mengenai problematika kaidah tentang syarat calon

kepala daerah dan wakil kepala daerah mantan terpidana dalam mengikuti pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah baik pada tataran undang-undang, peraturan

dibawah undang-undang, serta beberapa putusan mahkamah kostitusi terkait, dimana

telah beberapakali dilakukan uji materiil.

Awalnya, problematika mengenai syarat calon kepala daerah dan wakil kepala

daerah mantan narapidana untuk ikut dalam pilkada, dimulai ketika mucul Putusan

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (selanjutnya disebut Putusan MKRI)

1 Hans Kelsen, General Theory of Law and State (New York: Russel and Russel, 1971)

terjemahan Indonesia Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Penerbit Nusa Media, Bandung, 2016,

h. 3.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

2

Nomor.14-17/PUU-V/20072. Dalam perkara ini, H. Muhlis Matu sebagai pemohon I,

ingin mengajukan diri sebagai calon Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah,

khususnya untuk menjadi Wakil Bupati Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Pemohon I di masa lalunya (sekitar 25 tahun yang lalu) pernah menjalani hukuman

penjara karena dianggap/dinyatakan oleh pengadilan telah melakukan tindak pidana

dengan ancaman hukuman lebih dari 5 (lima) tahun dan sudah selesai menjalani

hukumannya tersebut pada tahun 1987. Selanjutnya, Henry Yosodiningrat S.H.,

Budiman Sudjatmiko, M.Sc., M.Phil., dan Ahmad Taufik sebagai pemohon II,

dimana substansi dari pemohon I dan II adalah sama.

Dalil pemohon I adalah Pasal 58 huruf f Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pemohon II adalah Pasal 6 huruf t Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Pasal

16 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung,

Pasal 58 huruf f Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, dan Pasal 13 huruf g Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

Pemeriksa Keuangan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, dengan surat permohonannya bertanggal 19 Juni 2007 yang diterima di

Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia pada tanggal 21 Juni 2007

(selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah) dan diregistrasi dengan Nomor

17/PUU-V/2007, yang diperbaiki pada bulan Juli 2007 dan diterima di Kepaniteraan

2 Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor.14-17/PUU-V/2007.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

3

Mahkamah pada tanggal 24 Juli 2007, kemudian diperbaiki kembali pada tanggal 10

Agustus 2007 dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 10 Agustus

2007. Perbaikan permohonan dimaksud telah melewati jangka waktu yang telah

ditentukan oleh Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi, sehingga yang berlaku perbaikan permohonannya yang

diserahkan di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 24 Juli 2007.

Dengan berdasarkan berbagai pertimbangan serta fakta hukum yang ada, maka

MKRI dalam putusanya menyatakan permohonan pemohon I dan II ditolak dengan

dalil bahwa, ketentuan yang mempersyaratkan “tidak pernah dijatuhi pidana

penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)

tahun atau lebih”, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 huruf t UU Pilpres, Pasal 16

ayat (1) huruf d UU MKRI, Pasal 7 ayat (2) huruf d UU MARI, dan Pasal 13 huruf g

UU BPK tidak bertentangan dengan UUD 1945, sepanjang ketentuan dimaksud

diartikan tidak mencakup tindak pidana yang lahir karena kealpaan ringan (culpa

levis) dan tindak pidana karena alasan politik tertentu serta dengan

mempertimbangkan sifat jabatan tertentu yang memerlukan persyaratan berbeda

sebagaimana diuraikan di atas, sehingga permohonan a quo tidak cukup beralasan dan

karenanya dinyatakan ditolak.

Selanjutnya, Putusan MKRI Nomor.4/PUU-VII/20093, dengan pemohon adalah

Robertus, yang mengajukan permohonan uji materiil terhadap Pasal 12 huruf g dan

Pasal 50 ayat (1) huruf g UU Pemilu, dan Pasal 58 huruf f UU Pemda dimana

3 Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor.4/PUU-VII/2009.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

4

mengatur salah satu persyaratan untuk dapat berpartisipasi secara formal dalam

pemerintahan mensyaratkan ”tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan

putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan

tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih”,

Sedangkan pemohon pernah dinyatakan bersalah dan terbukti melakukan tindak

pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 365, Pasal 351 ayat (3) Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana dan Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 12/Drt/1951 dan dijatuhi

pidana penjara selama 9 (sembilan) tahun dan 8 (delapan) bulan.

Dengan berbagai pertimbangan dan fakta hukum yang telah diuraikan, maka

MKRI mengeluarkan putusan yang menyatakan mengabulkan permohonan pemohon

untuk sebagian dengan konklusi bahwa Pasal 12 huruf g dan Pasal 50 ayat (1) huruf g

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah serta Pasal 58 huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 secara bersyarat (conditionally unconstitutional), dan menyatakan Pasal

a quo tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak memenuhi syarat-

syarat: (i) tidak berlaku untuk jabatan publik yang dipilih (elected officials); (ii)

berlaku terbatas jangka waktunya hanya selama 5 (lima) tahun sejak terpidana selesai

menjalani hukumannya; (iii) dikecualikan bagi mantan terpidana yang secara terbuka

dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana;

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

5

(iv) bukan sebagai pelaku kejahatan yang berulang-ulang. Hal serupa, dipertegas

dengan Putusan MKRI Nomor 120/PUU/VII/2009.

Terakhir adalah, Putusan MKRI Nomor 42/PUU-XIII/20154, dengan pemohon

adalah Jumanto dan Fathor Rasyid. Pemohon pada faktanya adalah warga negara

yang pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang

memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

dengan pidana penjara lebih dari 5 (lima) tahun yang mana pada amar putusan

pegadilan, keduanya tidak dijatuhi hukuman tambahan berupa larangan terhadap

pemohon untuk aktif dalam kegiatan politik, dipilih atau memilih dalam suatu

pemilihan kepala daerah (gubernur, bupati dan walikota) serta telah bebas

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Ham dimana masing-masing

bermaksud untuk mencalonkan diri sebagai Bupati di Kabupaten Probolinggo

(Jumanto) dan sebagai calon Bupati di Kabupaten Situbondo (Farhor Rasyid). Kaidah

yang dimohonkan adalah pengujian Pasal 7 huruf h dan Pasal 4 ayat (2) huruf k

Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

Menjadi Undang-Undang. Dengan adanya aturan yang terdapat dalam undang-

undang yang diuji tersebut menjadi mustahi tehadap para pemohon untuk turut serta

dalam Pilkada.

Sehingga berdasarkan berbagai pertimbangan maka MKRI dalam putusanya

menyatakan bahwa mengabulkan permohona pemohon untuk sebagian terhadap Pasal

4 Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor. 42/PUU-XIII/2015.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

6

7 huruf g Undang-Undang a quo bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai dikecualikan bagi

mantan terpidana yang secara terbuka di dan dujur mengemukakan kepada publik

bahwa yang bersangkutan mantan terpidana, serta Pasal 45 ayat (2) huruf k Undang-

Undang a quo, Bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia serta tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Berdasarkan putusan a quo, terdapat tiga pendapat berbeda (dissenting opinion)

oleh hakim konstitusi Maria Farida Indrati yang menyatakan bahwa mengenai

ketentuan “syarat tidak pernah di pidana” MKRI telah memutusnya dalam berbagai

putusan diantaranya Putusan MKRI Nomor 14-17/PUU-V2007, Putusan MKRI

Nomor 4/PUU-VII/2009 yang diperkuat kembali dengan Putusan MKRI Nomor

120/PUU-VII/2009 yang menyatakan bahwa tentang mantan narapidana yang boleh

menjadi calon kepala daerah menurut Putusan MKRI Nomor 14-17/PUU-V2007

juncto Putusan MKRI Nomor 4/PUU-VII/2009. Norma baru yang lahir karena tafsir

baru tersebut bersifat erga omnes.5

Pendapat berbeda oleh Hakim Konstitusi I Dewa Gede Palguna dan Suhartoyo

adalah “terhadap norma undang-undang yang materi muatannya serupa dengan norma

yang terkandung dalam Pasal 7 huruf g Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015

mahkamah telah berkali-kali menegaskan pendiriannya. Dimulai dari Putusan Nomor

14-17/PUU-V/2007 yang kemudian ditegaskan kembali dalam Putusan Nomor

4/PUU-VII/2009, Putusan Nomor 120/PUU-VII/2009, dan Putusan Nomor 79/PUU-

5 Dissenting Opinion, oleh Hakim Konstitusi Maria Farida Indrati (dalam Putusan MKRI

Nomor 42/PUU-XIII/2015, h. 77-80.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

7

X/2012”6. Inti pendapat Mahkamah dalam putusan-putusannya tersebut adalah bahwa

norma Undang-Undang yang materi muatannya seperti yang termuat dalam Pasal 7

huruf g UU 8/15 adalah inkonstitusional bersyarat (conditionally unconstitutional).

Syaratnya ialah (1) berlaku bukan untuk jabatan-jabatan publik yang dipilih (elected

officials); (2) berlaku terbatas untuk jangka waktu 5 (lima) tahun setelah mantan

terpidana selesai menjalani pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap; (3) kejujuran atau keterbukaan mengenai latar

belakang jati dirinya sebagai mantan terpidana; dan (4) bukan sebagai pelaku

kejahatan berulang-ulang. Sehingga, keempat syarat tersebut bersifat komulatif.7

Berdasarkan beberapa Putusan MKRI di atas, maka secara garis besar ketentuan

mengenai syarat calon kepala daerah dan wakil kepala daerah mantan terpidana untuk

mengajukan diri dalam pemilihan kepala daerah telah ditentukan dalam Pasal 7 ayat

(2) huruf g Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur,

Bupati dan Walikota, dan telah diberlakukan saat ini berdasarkan konstitusi serta

putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Selanjutnya, berkenaan dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu)

Tahun 2019 dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tahun 2018, Komisi Pemilihan

Umum (KPU) sebagai lembaga penyelanggara pemilu yang bersifat nasional, tetap,

dan mandiri memiliki tugas dan kewenangan yang telah ditentukan oleh undang-

undang. Salah satu tugas KPU adalah menyusun Peraturan Komisi Pemilihan Umum

6 Dissenting Opinion, oleh Hakim Konstitusi I Dewa Gede Palguna dan Suhartoyo (dalam

Putusan MKRI Nomor 42/PUU-XIII/2015, h 81. 7 Ibid.,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

8

dalam setiap tahapan pemilu, dengan tujuan untuk menjamin penyelanggaraan pemilu

sesuai dengan visi dan misinya.

Dalam rangka menyikapi pesta pilkada tahun 2018, maka pada tanggal 7 (tujuh)

November 2017, KPU Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pencalonan

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau

Walikota dan Wakil Walikota, dan telah di undangkan pada tanggal 9 (Sembilan)

November 2017. Kaidah yang paling siknifikan dari Peraturan KPU tersebut adalah

kaidah atau ketentuan yang tertuang dalam Pasal 4 huruf (g) yang menyatakan bahwa

“bagi mantan terpidana yang telah selesai menjalani masa pemidanaannya, secara

kumulatif, wajib memenuhi syarat secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada

publik dan bukan sebagai pelaku kejahatan yang berulang, kecuali bagi Mantan

Terpidana yang telah selesai menjalani masa pidananya paling singkat 5 (Lima)

tahun sebelum jadwal pendaftaran”.

Berdasarkan fakta hukum, kaidah tersebut menimbulkan banyak pertentangan

khususnya bagi setiap calon maupun pasangan calon yang pernah berstatus mantan

terpidana yang telah menjalankan hukumannya. Sebab, kaidah mengenai syarat untuk

mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah khusus

bagi mantan terpidana, telah di tentukan dalam Undang-Undang Pilkada dan Putusan

MKRI yang mana isi dari keduanya berbeda dengan kaidah dalam Peraturan KPU

tersebut. Sehingga Peraturan KPU terseubut patut di pertanyakan apakah

keberadaanya sesuai dengan hukum atau bertentangan dengan hukum.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

9

Selanjutnya, pada pemilu 2019 khusunya pemilihan umum anggota Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Presiden dan Wakil

Presiden. Sehingga, tanggal 30 (tiga puluh) Juni 2018 ditetapkanlah Peraturan KPU

Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten/Kota8. Inti dari Peraturan KPU ini, sama halnya dengan Peraturan KPU

yang sebelumya yaitu secara spesifik menegaskan mengenai larangan kepada calon

legislatif yang berstatus mantan terpidana. Hal tersebut secara spesifik ditentukan

dalam Pasal 7 ayat (1) huruf g yang menyatakan bahwa “tidak pernah sebagai

terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap; Kaidah tersebut pun

menjadi sorotan dan menimbulkan banyak pertentangan, khususnya kekawatiran bagi

calon legislatif yang pernah berstatus mantan terpidana.

Terkait dengan kaidah larangan bagi mantan terpidana untuk ikut dalam pemilu

2019, Mahkamah Agung Republik Indonesia (selanjutnya disebut MARI) telah

menerima 13 (tiga belas) permohonan pencabutan hak uji materiil Peraturan KPU

Nomor 20 Tahun 2018. Adapun pemohon atara lain Gubernur Aceh Abdullah Puteh

dan mantan anggota DPR Wa Ode Nurhayati. Wa Ode Nurhayati sebagai warga

negara yang merasa hak politiknya dirugikan dan sekaligus pemohon, mengajukan

permohonan pencabutan hak uji materiil atas Peraturan KPU Nomor 20 Tahun 2018

8 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pencalonan Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dan Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Kota.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

10

tentang Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota kepada

Mahkamah Agung Republik Indonesia terhadap Undang-Undang Nomor 39 Tahun

1999 tentang HAM, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Dalam perkara Nomor 45 P/HUM/20189 MARI menetapkan, mengabulkan

permohonan pencabutan permohonan hak uji materiil dari pemohon Wa Ode

Nurhayati dengan dalil bahwa Peraturan KPU tersebut Bertentangan dengan hak

politik setiap warga negara serta bertentangan dengan Undang-undang Pemilu.

dengan implikasi bahwa MARI membolehkan mantan narapidana untuk ikut dalam

pemilu 2019.

Penelitian ini hendak mengkritisi kaidah yang tertuang dalam Pasal 4 ayat (1)

huruf h Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2017 tentang

Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017 tentang

Pencalonan Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati,

Dan/Atau Walikota Dan Wakil Walikota10 (selanjutnya disingkat Peraturan KPU),

dimana pada materinya memuat syarat calon kepala daerah dan wakil kepala daerah

mantan terpidana.

Pasal 4 ayat (1) Peraturan KPU menentukan bahwa: Warga Negara Indonesia

dapat menjadi Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati atau

9 Putusan MARI Nomor 45 P/HUM/2018. 10 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas

Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pe ncalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota (Berita Negara Tahun

2017 Nomor 1586).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

11

Walikota dan Wakil Walikota dengan memenuhi syarat sebagai berikut: huruf (h)

bukan mantan terpidana Bandar narkoba atau Mantan Terpidana kejahatan seksual

terhadap anak.

Kaidah mengenai syarat calon kepala daerah dan wakil kepala daerah mantan

terpidana dalam Peraturan KPU sebagaimana telah dikemukakan diatas, dalam

perkembangannya dianggap melanggar prinsip hirarki peraturan perundang-undangan

yang mana prinsip ini mengharuskan bahwa peraturan perundang-undangan yang

lebih rendah tingkatannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi atau peraturan yang berada di bawah undang-undang

tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. Sebab, larangan mengenai syarat

calon kepala daerah dan wakil kepala daerah mantan terpidana telah spasifik

ditentukan dalam Pasal 7 ayat (2) huruf g Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016

tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang

(selanjutnya di sebut UU Pilkada)11 yang menentukan bahwa “…(g) tidak pernah

sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara terbuka dan jujur

mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana.”12

11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5898). 12Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

12

Artinya, kaidah dalam Pasal 7 ayat (2) huruf g telah secara sah mentukan legalitas

syarat calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam mengikuti Pilkada.

Selanjutnya, kaidah tersebut sejalan dengan isi Putusan MKRI Nomor 42/PUU-

XII/2015 yang menegaskan bahwa: mantan terpidana memenuhi syarat sebagai calon

kepala daerah sepanjang telah secara terbuka dan jujur di depan umum menyatakan

diri bahwa yang bersangkutan mantan terpidana13. Artinya, Peraturan KPU

Khususnya Pasal 4 ayat (1) huruf h pada faktanya menambah kaidah yang mana

ketentuan tersebut tidak sesuai dengan materi muatan yang telah ditentukan oleh

undang-undang (delegans), sehingga ketentuan a quo dianggap tidak sesuai atau

bertentangan dengan hukum. Sebab, ketentuan tersebut apabila di terapkan akan

berdampak pada pelanggaran terhadap hak konstitusional warga negara khususnya

hak untuk turut serta dalam pemerintahan.

Melihat kasus diatas, seharusnya legislatif dalam melegislasi peraturan

perundang-undangan, hendak memperhatikan adanya asas hukum yang menjadi salah

satu dasar pertimbangan dalam membuat suatu peraturan perundang-undangan. Ada 3

(tiga) asas yang harus diperhatikan yaitu asas keseimbangan, asas keserasian, dan

asas keselarasan, yang termuat dalam penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf j Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan yang menjelaskan bahwa, setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-

Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-

Undang (Lembaran Negara Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5898). 13 Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor. 42/PUU-XII/2015.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

13

undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara

kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan Negara.14

Sehingga pada akhirnya menjadi menarik jika isu ini dijadikan suatu karya tulis

yang nantinya bermanfaat untuk membantu memberikan kajian terhadap efektifitas

serta legalitas penerapan Pilkada di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan penelitian adalah:

Apakah kaidah dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h terkait syarat bukan mantan terpidana

bandar narkoba atau mantan terpidana kejahatan seksual terhadap anak dalam

Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2017 konstitusional atau tidak?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kaidah dalam Pasal 4 ayat (1)

huruf h terkait syarat calon kepala daerah dan wakil kepala daerah mantan terpidana

dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2017 yang pada

prinsipnya bertentangan dengan teori hierarki peraturan perundang-undangan

(stufenbau theory), teori pendelegasian kewenangan (delegated legislation), teori hak

konstitusional warga negara khususnya hak politik (political rights) dan teori

hukuman ganda (double jeopardy).

14 Pasal 6 ayat (1) huruf j Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

14

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Dari segi manfaat teoritik hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

ilmu dan memberikan sumbangsi pemikiran kepada seluruh masyarakat dan para ahli

hukum dalam praktik di bidang hukum tata negara.

2. Manfaat Praktik

Pada tataran praktisi, hasil penelitian ini diperuntukkan sebagai bahan masukan

bagi para legislator khususnya pembuat Peraturan KPU, sehingga dalam melegislasi

suatu peraturan perundang-undangan, asas-asas dalam pembentukan perundang-

undangan serta memperhatikan kaidah dalam hukum positif sehingga tidak

menimbulkan contradiktion in terminis pada penerapanya dalam sistem hukum di

Indonesia.

E. Metode Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka untuk menganalisa

kaidah dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h Peraturan KPU, maka metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum. Adapun pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statute

approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan perbandingan

(comparative approach), dan pendekatan konseptual (conseptual approach).15

15 Bambang Sugondo, Op., Cit., h. 33.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

15

Pendekatan perundang-undangan atau (statute approach) di terapkan karena

bahan hukum yang digunakan adalah berupa peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan pilkada. Kemudian pendekatan konsep atau (conseptual approach)

digunakan karena penulis akan menggunakan doktrin hukum dan pendapat ahli

hukum. Sedangkan pendekatan kasus atau (case approach) digunakan karena penulis

akan mendasarkan pendiriannya pada beberapa putusan MKRI dalam kasus yang

isinya berkaitan dengan sengketa Pilkada. Pendekatan perbandingan atau

(comparative approach) pendekatan ini dugunakan penulis karena tulisan ini akan

merujuk pada perlindungan terhadap hak konstitusional warga negara khususnya hak

politik sebagai revolusi dari hak alamiah atau hak asasi manusia yang fundamental.

Dalam hal sumber data dan teknik pengumpulan data dalam tulisan ini

meliputi:

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri dari peraturan

perundang-undangan dan Putusan MKRI yang berkaitan dengan penelitian, yaitu

meliputi: UUD NRI 1945, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang, Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Peraturan

Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan

Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pencalonan Pemilihan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · A. Latar Belakang . Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. Tatanan adalah suatu sistem ... Konstitusi, Pasal 7 ayat (2) huruf d

16

Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Walikota Dan

Wakil Walikota, buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum,

pendapat para sarjana, Ketetapan MPR RI No.II/MPR/2000, Putusan MKRI Nomor

14-17/PUU-V/2007, Putusan MKRI Nomor.4/PUU-VII/2009, dan Putusan MKRI

Nomor 42/PUU-XII/2015.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri dari beberapa buku-

buku teks yang ditulis oleh para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum, serta pendapat

sarjana dan hasil symposium yang relevan dengan isu dalam penelitian ini.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan arahan, petunjuk

atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.