86
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan kembali tentang pentingnya kebijakan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance yang selanjutnya disebut GCG), GCG mensyaratkan peningkatan kemampuan dan pengetahuan pembangunan. 1 Isu Good Corporate Governance sudah menjalar kemana-mana dan telah menjadi salah satu pegangan bagi para regulator untuk menilai apakah suatu perusahaan itu sudah dianggap amanah atau tidak. Penerapan Good Corporate Governance di lembaga perbankan syari’ah menjadi sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan. Bahkan bank-bank syariah harus tampil sebagai perintis terdepan dalam mengimplementasikan GCG tersebut. Dalam kerangka itulah IFSB (Islamic Financial Service Board), sebuah badan penetapan standar internasional untuk regulasi lembaga keuangan Islam yang berpusat di Kuala Lumpur, 2 baru-baru ini memaparkan draft GCG untuk Lembaga keuangan Syariah. Saat ini kita sering mendengar berita korupsi di berbagai lembaga perbankan, baik bank BUMN maupun bank swasta. Berbagai kejadian korupsi tersebut, harus menjadi 1 Imam Samroni, Rakyat Dalam Good Corporate Governance: Posisi, Hubungan dan Skema Keadaban. artikel diterbitkan pada 1 agustus 2007 2 http://www.investopedia.com/terms/i/ifsb.asp

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan kembali tentang pentingnya kebijakan

tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance yang selanjutnya

disebut GCG), GCG mensyaratkan peningkatan kemampuan dan pengetahuan

pembangunan.1

Isu Good Corporate Governance sudah menjalar kemana-mana dan telah menjadi

salah satu pegangan bagi para regulator untuk menilai apakah suatu perusahaan itu

sudah dianggap amanah atau tidak. Penerapan Good Corporate Governance di

lembaga perbankan syari’ah menjadi sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan.

Bahkan bank-bank syariah harus tampil sebagai perintis terdepan dalam

mengimplementasikan GCG tersebut. Dalam kerangka itulah IFSB (Islamic

Financial Service Board), sebuah badan penetapan standar internasional untuk

regulasi lembaga keuangan Islam yang berpusat di Kuala Lumpur,2 baru-baru ini

memaparkan draft GCG untuk Lembaga keuangan Syariah.

Saat ini kita sering mendengar berita korupsi di berbagai lembaga perbankan, baik

bank BUMN maupun bank swasta. Berbagai kejadian korupsi tersebut, harus menjadi

1 Imam Samroni, Rakyat Dalam Good Corporate Governance: Posisi, Hubungan dan Skema

Keadaban. artikel diterbitkan pada 1 agustus 2007

2 http://www.investopedia.com/terms/i/ifsb.asp

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

2

perhatian serius bagi para stakeholders bank syari’ah, baik pemilik/ pemegang saham,

komisaris, direksi, karyawan, Dewan Pengawas Syari’ah, nasabah dan para akademisi

ekonomi syari’ah lainnya. Hal ini perlu menjadi perhatian penting, sebab saat ini

lembaga perbankan syari’ah sedang menjadi idola dan berkembang sangat pesat di

tanah air.

Di masa depan, tidak menutup kemungkinan akan terjadinya korupsi dan

penyimpangan di bank syari’ah, meskipun ada Dewan Pengawas Syari’ah. Apalagi

sekarang ini perbankan syari’ah semakin banyak, maka para bankir syari’ah pun

semakin bertambah banyak pula. Sehubungan dengan itu para jajaran eksekutif dan

pejabat bank, bahkan termasuk komisaris harus ekstra hati-hati dalam mengelola

lembaga perbankan syariah yang selalu dinilai suci, karena berasal dari prinsip

ilahiyah.3

Harus dimaklumi, bahwa simbol agama tidak menjamin sebuah lembaga menjadi

bersih dari perilaku korupsi. Karena oknum seringkali tergoda oleh harta dunia.

Sebelum terjadinya kasus yang bisa mencoreng lembaga syariah, maka sejak dini

perlu diingatkan kepada pihak-pihak terkait agar berkomitmen menjauhi setiap

penyimpangan di bank syari’ah melalui penerapan GCG yang berlandaskan Syariat

Islam. Dalam konteks penerapan GCG di bank syari’ah, para bankir syari’ah, harus

benar-benar merujuk kepada prinsip-prinsip dan nilai-nilai ekonomi dan bisnis Islam

yang telah diterapkan oleh Rasulullah.

3 Agustianto, Good Corporate Governance di Bank Syari’ah. artikel di akses pada 5 januari

2008. dari http://agustianto.wordpress.com

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

3

Mantan deputi gubernur BI Maulana Ibrahim saat mengisi sebuah seminar di salah

satu perguruan tinggi di Bogor, beliau menjabarkan perlu adanya GCG berbasis

syari’ah karena keunikan lembaga keuangan syariah seperti bank syari’ah. Perbedaan

antara GCG konvensional dan syariah adalah pada bank konvensional, sistem

governance yang baik antara lain dikembangkan dengan membentuk unsur

governance yang lengkap baik itu struktur, proses dan hasil. Dari sisi struktur

governance, konsep GCG memperjelas fungsi, kewenangan dan pola hubungan

antara Pemegang Saham, Dewan Komisaris, berbagi komite dan manajemen bank.

Sedangkan pada perbankan syari’ah, selain hal – hal yang telah tercakup dalam

sistem konvensional, struktur governance akan melibatkan lebih banyak pihak karena

adanya karakteristik khusus dari perbankan syari’ah terutama kewajiban pemenuhan

prinsip syari’ah dan perbedaan posisi nasabah yang lebih tepat disebut investment

account holders.4

Nabi Muhammad adalah pelopor penegakan moral dalam setiap aspek kehidupan.

Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.

Prinsip-prinsip dan nilai-nilai bisnis yang diajarkan dan dipraktekan Nabi

Muhammad SAW tersebut sangat identik dengan semangat GCG yang dikembangkan

saat ini.

Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem Tata

Kelola Perusahaan (TKP) harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi,

4 http://tazkia.ac.id. Good Corporate Governance dalam pandangan Islam. artikel diterbitkan

pada 14 april 2008

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

4

dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain

yang merupakan subjek dari TKP, seperti sudut pandang pemangku kepentingan,

yang menuntut perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain

pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan. Dengan demikian kalau

semua pelaku dan hubungan antarkomponen TKP berproses dan berhasil dengan baik

maka itu disebut sebagai TKP yang baik atau good coorporate governance (GCG).

Prinsip-prinsip dalam melaksanakan GCG yang baik meliputi keadilan; transparansi;

akuntabilitas; tanggung jawab dan etika serta budaya kerja5

Dalam ajaran Islam, point-point tersebut menjadi prinsip penting dalam aktivitas

dan kehidupan seorang muslim. Namun lebih dari itu Islam sangat intens

mengajarkan diterapkannya prinsip ‘adalah (keadilan), tawazun (keseimbangan),

mas’uliyah (akuntabilitas), akhlaq (moral), shiddiq (kejujuran), amanah (pemenuhan

kepercayaan), fathanah (kecerdasan), tabligh (transparansi, keterbukaan), hurriyah

(independensi dan kebebasan yang bertanggungjawab), ihsan (profesional), wasathan

(kewajaran), ghirah (militansi syari’ah), idarah (pengelolaan), khilafah

(kepemimpinan), aqidah (keimanan), ijabiyah (berfikir positif), raqabah

(pengawasan), qira’ah dan ishlah (organisasi yang terus belajar dan selalu melakukan

perbaikan).6 Berdasarkan uraian di atas dapat dipastikan bahwa Islam jauh

mendahului kelahiran GCG (Good Coorporate Governance) yang menjadi acuan

5 Sjafri Mangkuprawira, Rumitnya Tata Kelola Perusahaan. artikel diakses pada 13 fabruari

2010. dari http://ronawajah.wordpress.com

6 Agustianto, Good Corporate Governance di Bank Syari’ah. Dari http://agustianto.wordpress.com

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

5

bagi tata kelola perusahaan yang baik di dunia. Prinsip-prinsip itu diharapkan dapat

menjaga pengelolaan institusi ekonomi dan keuangan syari’ah secara profesional dan

menjaga interaksi ekonomi, bisnis dan sosial berjalan sesuai dengan aturan permainan

dan Best Practice yang berlaku.

Namun, Good Corporate Governance yang pada saat ini lebih terarah pada GCG

yang diterapkan oleh negara-negara barat. Sehingga nilai-nilai dalam prinsip syariat

Islam tidak tercantum didalamnya, meskipun prinsip-prinsip GCG yang saat ini

diterapkan sudah cukup baik dan mengarah pada syariat Islam. Oleh karena itu perlu

adanya perbedaan dalam hal konsep GCG ini, sehingga kejadian-kejadian yang tidak

diinginkan dan merugikan negara tidak terjadi lagi di dunia perbankan khususnya

perbankan syariah. Seperti halnya kasus yang menimpa salah satu dari bank

konvensional, yaitu bank Century. Yang mana dalam kasus ini mencoreng citra baik

dunia perbankan dimata masyarakat. Bahkan negara harus terlibat dan dirugikan

dalam hal kasus ini. Maka dari itu untuk menjaga agar kejadian yang terjadi pada

bank konvensional tidak terjadi lagi pada bank syariah, untuk itu perlu adanya

perbedaan konsep dan penerapan dalam menjaga dan mengelola perusahaan.

Seperti yang kita ketahui pertumbuhan ekonomi syari’ah khususnya perbankan

syari’ah sangatlah pesat, dan sangat disayangkan jika bank-bank syariah yang ada

saat ini tidak atau kurang mengetahui nilai-nilai syariat Islam yang sesungguhnya.

untuk itu, pelaksanaan peraturan dan kode praktek tata kelola perusahaan dalam

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

6

industri perbankan syariah akan memberikan peranan penting dalam memastikan

praktek bisnis yang sehat di industri perbankan syariah.7

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan meneliti “Konsep Good

Corporate Governance (GCG)” (Studi komparatif antara konsep GCG Bank

Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan Negara).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang masalah, yaitu

mengenai Good Corporate Governance yang ada pada saat ini. Penulis ingin

menelaah kembali mengenai konsep dan penerapan GCG pada lembaga keuangan

syari’ah. Oleh karena itu GCG yang dibahas dalam skripsi ini yaitu dibatasi pada

prinsip-prinsip GCG serta konsep penerapannya pada lembaga keuangan syari’ah.

Maka dalam hal ini penulis ingin merumuskan beberapa hal yang terkait dalam

pembahasan skripsi ini sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep GCG dirumuskan di Bank Tabungan Negara dan Bank

Muamalat Indonesia?

2. Bagaimana konsep GCG pada Bank Muamalat Indonesia yang

membedakannya dengan konsep GCG pada Bank Tabungan Negara ?

7 Sigit Pramono, Corporate Governance In Islamic Bank: Critikal Issues And Suitability Of

Conventional Corporate Governance Mechanism, SEBI no.1 (Juli 2008), h.113

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana konsep Good Corporate Governance serta

penerapannya pada bank syari’ah

b. Untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa (akademisi) agar lebih

memahami mengenai Good Corporate Governance.

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan wacana dalam

khazanah ilmu ekonomi dan sekaligus dapat memberikan penjelasan tentang

konsep dan penerapan Good Corporate Governance. Serta dapat memberikan

kontribusi berupa bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya di fakultas Syari’ah dan Hukum pada program

studi Mu’amalat.

D. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk mencapai tujuan dari pembahasan skripsi ini, maka penulis menggunakan

dua tahap dalam membahasnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah:

1. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga

merupakan sebuah pemikiran kritis (critikal thinking), penelitian meliputi

pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis

atas jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya hipotesis

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

8

atas jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya

mengadakan pengujian yang hati-hati atas hipotesis.8

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yakni penelitian yang mengungkapkan

suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya penyingkapan

fakta,9 yang menggambarkan data informasi yang berdasarkan pada fakta yang

diperoleh di lapangan.

Selain data diperoleh dari lapangan, penelitian ini juga termasuk jenis penelitian

kepustakaan (library research) dengan teknik pengambilan data melalui

dokumentasi terhadap sumber-sumber buku yang dapat dijadikan acuan dalam

menelaah penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyusun penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, yaitu:

a. Dokumentasi tentang konsep dan penerapan GCG, serta data-data yang

terkait didalamnya.

b. Wawancara (interview), dimana percakapan itu dilakukan oleh dua pihak

yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.10 Penulis mengadakan tanya jawab

8 Moh Nazir, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003, cet.ke-5, h.13.

9 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993, h.10.

10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002, h.135.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

9

dengan pihak bank syari’ah maupun bank konvensional yang berkompeten

dibidangnya.

E. Review Studi Terdahulu

Untuk mendukung materi dalam penelitian ini, penulis membandingkan dengan

beberapa penelitian terdahulu seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1 Review Studi Terdahulu

No. Judul, Penulis,

Tahun

Hasil Kajian Penelitian Perbedaan dengan

Kajian Skripsi Penulis

1. Penerapan Good

Corporate

Governance pada

PT Bank Mega

Syariah Indonesia

(analisis self

assessment

berdasarkan SEBI

no. 9/12/DPNP

tanggal 30 mei

2007), Rica Aulia,

2009

Dalam skripsi ini penulis

menjelaskan secara umum

tentang pengertian GCG dan

implementasi nya pada PT

BSMI dengan menganalisis

dengan menggunakan analisis

self assessment. Dan hasilnya,

secara umum nilai rata-rata

keseluruhan terhadap

penerapan praktek GCG pada

PT BSMI memperoleh nilai

komposit 1.63 dengan

Dalam skripsi ini penulis

membahas mengenai

konsep dan penerapan

Good Corporate

Governance yang ada

pada Bank Muamalat

Indonesia, dan

membandingkannya

dengan konsep yang ada

pada Bank Tabungan

Negara. Sehingga tidak

menilai bagaimana

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

10

predikat “BAIK”. Yang

artinya, penerapan GCG pada

PT BSMI secara keseluruhan

telah dilakukan dengan baik,

dan telah memenuhi criteria

PBI NO. 8/4/PBI/2006

tentang pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi

bank umum.

penerapan GCG pada

kedua bank tersebut.

2. Urgensi Audit

Internal Dalam

Mewujudkan Good

Corporate

Governance pada

Bank Syariah

(studi penelitian

pada PT Bank DKI

Syariah Jakarta

cabang Tanah

Abang), Ahmad

Busyaeri, 2009

Dalam skripsi ini penulis

membahas akan pentingnya

peran audit internal dalam

mewujudkan GCG. mulai

dari proses dan tahapan audit

internal sampai dengan

tanggung jawab audit internal

pada Bank DKI Syariah

cabang tanah abang.

Dalam skripsi ini penulis

membahas mengenai

perbandingan konsep

Good Corporate

Governance yang ada

pada BMI dan BTN, serta

menjelaskan bagaimana

konsep GCG dikedua

bank tersebut

dirumuskan. Sehingga

dari konsep dan rumusan

tersebut maka

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

11

terbentuklah tugas dan

tanggung jawab untuk

tiap-tiap bagian, baik itu

organ utama maupun

organ pendukung pada

kedua bank tersebut.

3. Pengaruh Audit

Intern dan

Pengendalian

Intern Terhadap

Penerapan Good

Corporate

Governance

(studi kasus pada

salah satu BUMN

di Jakarta),

Resa Dewitasari,

2007

Dalam skripsi ini penulis

menjelaskan mengenai

seberapa besar pengaruh audit

intern dan pengendalian

intern terhadap penerapan

GCG pada auditor intern.

Variable yang menjadi focus

penelitian ini adalah audit

intern (X1) dan pengendalian

intern (X2) Terhadap

penerapan GCG (Y) sebagai

variable terikat). Studi ini

menggunakan tekhnik analisi

jalur untuk menguji hipotesis.

Dan hasil penelitian

Dalam skripsi ini penulis

menjelaskan bagaimana

tugas dan tanggung

jawab bagian audit

internal dan pengendalian

internal terhadap

penerapan GCG, serta

menjelaskan tugas dan

tanggung jawab dari tiap-

tiap bagian yang lainnya,

baik itu organ utama

maupun organ

pendukung. Sehingga

GCG akan terwujud jika

tiap-tiap bagian konsisten

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

12

menunjukan bahwa koefisien

lintasan antara audit intern

(X1) terhadap penerapan

GCG (y) adalah 0.202,

tingkat signifikan 0.170.>0.05

sehingga hipotesa observasi

(Ho) diterima yang artinya

bahwa tidak ada pengaruh

yang signifikan . koefisien

lintasan pengendalian intern

(X2) terhadap penerapan

GCG (Y) sebesar 0.567,

tingkat signifikan 0.000<0.05

sehingga hipotesa observasi

(Ho) ditolak dan Ha

terdukung artinya bahwa

terdapat pengaruh yang

signifikan. Dari table

ANOVA diperoleh nilai F

sebesar 20.810 dengan nilai

profitabilitas (sig)<0.05,

untuk tetap menjalankan

prinsip-prinsip GCG

serta tugas dan tanggung

jawabnya.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

13

maka keputusannya adalah

Ho ditolak dan Ha terdukung

artinya bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka sistematika penulisannya dibagi

kedalam lima bab oleh penulis. Adapun rangkaian dari setiap bab tersebut adalah

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, di dalam bab ini berisi latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

metode dan teknik penulisan, review studi terdahulu dan rancangan

outline.

BAB II

Berisi mengenai, pengertian tentang Good Corporate Governance

secara umum, mulai dari istilah, tujuan, manfaat, prinsip-prinsip dari

GCG, tugas dan tanggungjawab organ perusahaan dalam menerapkan

Good Corporate Governance, serta konsep dasar dari GCG.

BAB III

Berisi mengenai gambaran umum Bank Muamalat Indonesia dan Bank

Tabungan Negara. Mulai dari sejarah pendirian hingga pertumbuhan,

serta visi dan misi dari kedua bank tersebut.

BAB IV Pembahasan mengenai analisis komparatif konsep Good Corporate

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

14

Governance pada bank konvensional terhadap konsep Good Corporate

Governance pada bank syari’ah.

BAB V

Merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dari seluruh hasil

penelitian yang dilakukan penulis serta saran-saran.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

15

BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS GOOD CORPORATE GOVERNANCE

A. Pengertian Good Corporate Governance

Secara teoritis, praktek Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai

(value) perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi

resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang

menguntungkan diri sendiri, dan umumnya corporate governance dapat

meningkatkan kepercayaan investor. Sebaliknya corporate governance yang buruk

dapat menurunkan tingkat kepercayaan para investor.1 Corporate governance

berkaitan dengan masalah-masalah fundamental yang menyangkut pengelolaan

perusahaan, pengawasan, dan cara tata kelola itu mempengaruhi kepentingan dari

berbagai stakeholders.2

Sampai saat ini para ahli tetap menghadapi kesulitan dalam mendefinisikan Good

Corporate Governance yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan. GCG

dapat didekati dengan berbagai disiplin ilmu antara lain ilmu ekonomi makro, teori

1 Independent Research & Publication For Business Development , Good Corporate

Governance (GCG): Revitalisasi Dan Strategi Aksi Korporasi BUMN-BUMD Indonesia Serta Tinjauan Model Restrukrisasi Dan Privatisasi. (CeBIIS)

2 Sutan Remy Sjahdeini, Menuju Perbankan Yang Sehat Dan Credible Melalui Good

Corporate Governance, dalam seminar tahun 2004, Bahana securities, Jakarta 28 januari 2004, h. 2.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

16

organisasi, teori informasi, akuntansi, keuangan, manajemen, psikologi, sosiologi dan

politik.3

Menurut Mas Achmad Daniri, ada dua teori utama yang terkait dengan Corporate

Governance yaitu stewardship theory dan agency theory.4 Stewardship dibangun di

atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakikatnya

dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki

integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain.

Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Jhonson, seorang

profesor dari Hardvard, memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai ‘agents’

bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi

kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil

terhadap pemegang saham sebagaimana diasumsikan dalam stewardship model.

Bertentangan dengan stewardship theory, agency theory memandang bahwa

manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi

kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada khususnya. Oleh

karena itu dibentuklah sebuah corporate governance.

Menurut Bank Dunia Good Corporate Governance adalah aturan, standar dan

organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur

3 Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah. Artikel di

akses pada tanggal 26 Januari 2008 dari http://www.tazkiaonline.com 4 Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia,

h. 2.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

17

dan manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta pertanggung

jawabannya kepada investor dan kreditor.

Sementara Syakhroza mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai suatu

mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam melakukan sumber daya

organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun produktif dengan prinsip-prinsip

terbuka, akuntabilitas, pertanggung jawaban, independent dan adil dalam rangka

mencapai tujuan organisasi, tata kelola organisasi yang baik apakah dilihat dalam

konteks mekanisme internal organisasi ataupun mekanisme eksternal organisasi.

Mekanisme internal lebih fokus kepada bagaimana pimpinan suatu organisasi

mengatur jalannya organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip di atas, sedangkan

mekanisme eksternal lebih menekankan kepada bagaimana interaksi organisasi

dengan pihak eksternal berjalan secara harmoni tanpa mengabaikan pencapaian

tujuan organisasi.5

Sedangkan menurut Tjager et. al., GCG merupakan suatu sistem, proses, dan

seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang

berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara Pemegang

Saham, Dewan Komisaris, dan Dewan Direksi demi tercapainya tujuan organisasi.6

5 Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah. 6 Ririn Handayani, Good Corporate Governance Perbankan Syari’ah: Sebuah Akselerasi,

Dalam lomba karya tulis perbankan syari’ah milad ke-4 BNI Syari’ah, ed. Prospek bank syari’ah pasca fatwa MUI. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, h.185.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

18

Organization for Economics Corporation and Development (OECD) yaitu

merupakan organisasi internasional yang secara khusus membidangi kegiatan

ekonomi, bisnis dan keuangan secara bersama-sama dan juga menyusun prinsip-

prinsip umum yang ditujukan bagi kepentingan negara atau anggotanya.7 OECD

mendefinisikan Good Corporate Governance yaitu sebagai, suatu perangkat dari

hubungan suatu manajemen perseroan, pengurus, para pemegang saham dan

penunjang lainnya. Itu membentuk struktur keberhasilan suatu sistem check and

balance dibawah kontrol dari suatu perseroan dengan mengurangi kesempatan dari

kesalahan manajemen dan kesalahan pengguna dari aset perseroan sementara

membuat membuat sebuah struktur pendorong pimpinan untuk memaksimalkan nilai

perseroan.8

Pengertian Good Corporate Governance menurut Forum for Corporate

Governance in Indonesia (FCGI) yaitu organisasi yang didirikan untuk meningkatkan

kesadaran dan mensosialisasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance untuk

masyarakat bisnis Indonesia,9 menurutnya GCG merupakan seperangkat peraturan

yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya

7 http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.oecd.org/home/&ei 8 Viraguna Bagoes Oka, GCG Pada Perbankan Dalam Prosiding: PT dan GCG, Jakarta:

Pusat Pengkajian Hukum, 2006, h.74. 9 http://www.fcgi.or.id/

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

19

sehubungan dengan hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang

mengarahkan dan mengendalikan perseroan.10

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Good corporate

Governance merupakan:

1. Suatu tatanan yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran Dewan

Komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan para Stakeholders lainnya.

2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian

perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang yang tidak di

harapkan, yaitu pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.

3. Proses transparan dalam menentukan arah dan tujuan serta pencapaian kinerja

perusahaan tersebut.

B. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Penerapan prinsip GCG oleh perusahaan merupakan sebuah pilihan dalam

menjalankan kegiatan ekonomi. Karena GCG lebih merupakan suatu etika bisnis

dibandingkan suatu keharusan dalam penerapannya.11

10 Misahadi Wilamarta, Penerapan Prinsip GCG dalam PT, Jakarta: Center of Education and

Legal Studies, 2007, h.7. 11Indra Surya & Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance

Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, Jakarta: Kencana, 2006, h.109.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

20

Prinsip tentang Good Corporate Governance yang disusun oleh OECD ini menjadi

salah satu acuan universal yang menjadi pijakan dalam pengembangan dibanyak

negara yaitu:12

1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham.

2. Perlakuan adil bagi seluruh pemegang saham.

3. Peranan stakeholders yang terkait dengan perseroan.

4. Keterbukaan dan transparansi.

5. Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris.

Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan

Good Corporate Governance bagi Bank Umum menjabarkan prinsip-prinsip dasar

GCG yang terdiri dari:13

1. Transparan (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi

yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan pengambilan

keputusan. Pedoman pokok pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:14

a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai,

jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku

kepentingan sesuai dengan haknya.

12 Hindarmojo Hinuri, The Essence of Good Corporate Governance: Konsep dan

Implementasi pada Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia, Jakarta:Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergi Communication, 2002, h. 29.

13 Direktorat Perbankan Syari’ah Bank Indonesia, Good Corporate Governance Bagi Bank

Umum Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah, Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009. 14 Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), “Pedoman Umum Good Corporate

Governance Indonesia”, dikeluarkan oleh: Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006, h.5.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

21

b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi,

misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan

kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh

anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya

dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem dan pelaksanaan GCG

serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi

kondisi perusahaan.

c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi

kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proposional dikomunikasikan

kepada pemangku kepentingan.

Perbincangan mengenai prinsip ini sendiri sangatlah menarik. Pasalnya, isu

yang sering mencuat adalah pertentangan dalam menjalankan prinsip ini.

Semisal, adanya kekhawatiran perusahaan bahwa jika ia terlalu terbuka, maka

strateginya akan diketahui oleh para pesaing sehingga akan membahayakan

kelangsungan usahanya.15

15 Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks

Indonesia, h. 9.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

22

2. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan

pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan efektif.16

Masalah yang sering ditemukan di perusahaan-perusahaan Indonesia adalah

mandulnya fungsi pengawasan dewan komisaris. Atau justru sebaliknya,

komisaris utama mengambil peran berikut berwenang. Pedoman pokok

pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:17

a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-

masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras

dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi

perusahaan.

b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua

karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab,

dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang

efektif dalam pengelolaan perusahaan.

d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan

yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem

penghargaan dan sanksi.

16 Ekonomi Islam Online Friday, Dari Good Corporate Governance Menjadi Holistic Good

Corporate Governance dan Holistic Good Govern, artikel diakses pada tanggal 12 November 2010 dari http://ekisonline.com/component/content/article/39-sumber-daya-manusia.

17 KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, h.6.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

23

e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap perusahaan dan

semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku

yang telah disepakati.

3. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

pengelolaan yang sehat. Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mematuhi

hukum dan ketentuan/peraturan yang berlaku, termasuk tanggap lingkungan

dimana perusahaan berada. Pedoman pokok pelaksanaannya antara lain sebagai

berikut:18

a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan

memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran

dasar dan peraturan perusahaan.

b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain

peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar

perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

4. Independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara professional dan

tanpa pengaruh atau tekanan dari pihak manapun. Pedoman pokok

pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:

a. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi

oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari

18 KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, h.6.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

24

benturan kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga

pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

b. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya

sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak

saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan

yang lain.

5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pedoman pokok pelaksanaannya antara lain sebagai

berikut:19

a. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan

untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan

perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip

transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.

b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada

pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan

kepada perusahaan.

c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan

karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa

membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.

19 KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, h.7.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

25

C. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Dasar corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui

pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap

pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang

berlaku. Seberapa jauh perusahaan memperhatikan prinsip-prinsip dasar GCG telah

semakin menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi. Terutama

sekali hubungan antara praktik corporate governance dengan karakter investasi

internasional saat ini.

1. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance

Berikut adalah beberapa tujuan dari penerapan Good Corporate Governance

dalam sebuah perusahaan:20

a. Memastikan adanya basis yang efektif untuk kerangka kerja corporate

governance, yaitu kerangka kerja yang mendukung terciptanya pasar yang

transparan dan efisien sejalan dengan ketentuan perundangan.

b. Melindungi hak-hak pemegang saham serta memfasilitasinya.

c. Perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham

minoritas dan pemegang saham asing harus diperlakukan setara.

d. Terbentuknya budaya baru perusahaan yang mendukung peningkatan kinerja

perusahaan secara keseluruhan.

20 Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks

Indonesia, h.13.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

26

e. Terbangunnya citra perusahaan yang baik, dimata stakeholders, masyarakat dan

pihak luar perusahaan lainnya.

f. Terhindarnya praktik-praktek KKN yang sangat merugikan perusahaan.

2. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Berikut adalah beberapa manfaat dari penerapan Good Corporate Governance

dalam sebuah perusahaan:21

a. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang

saham sebagai akibat pengalihan wewenang kepada pihak manajemen yang

disebabkan oleh penyalahgunaan wewenang.

b. Mengurangi biaya modal, yaitu sebagai dampak dari pengelolaan perusahaan

yang baik menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang

dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat risiko

perusahaan.

c. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra

perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.

d. Menciptakan dukungan para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam

lingkungan perusahaan terhadap berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh

perusahaan, karena mereka mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat

manfaat maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam

menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.

21 Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks

Indonesia, h.14.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

27

e. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.

f. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi

perusahaan.

g. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari shareholders dan stakeholders

terhadap perusahaan.

D. Konsep Dasar Good Corporate Governance

GCG adalah suatu proses dan struktur yang digunakan untuk meningkatkan

keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan untuk meningkatkan nilai

perusahaan (corporate value) dalam jangka panjang dengan memperhatikan

kepentingan stakeholders berlandaskan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

moral dan etika bisnis.

Konsep GCG telah muncul di Amerika Serikat sejak tahun 1980-an dan

mengalami perkembangan cukup pesat akhir abad 20. Beberapa waktu yang lalu

muncul dua skandal kebangkrutan perusahaan di Amerika Serikat yang

menghebohkan kalangan dunia usaha. yaitu kasus Enron dan Worldcom. Hal tersebut

mengingatkan kepada kita bahwa praktek bisnis yang melanggar etika ternyata terjadi

di negara yang sangat mengagungkan prinsip GCG. Skandal tersebut terjadi karena

diabaikannya aspek moral yang terkandung dalam prinsip GCG, terutama prinsip

keterbukaan (transparency) & pengungkapan serta prinsip akuntabilitas

(accountability) dalam pengelolaan perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi karena

dalam penerapan GCG hanya mengandalkan kepercayaan terhadap manusia sebagai

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

28

pelaku bisnis dengan mengesampingkan aspek dimensi moral yang bersumber dari

ajaran agama. Pada hal sebagus apapun sistem yang berlaku di perusahaan, apabila

karyawan atau manajemen berperilaku menyimpang dan melanggar etika bisnis maka

dapat terjadi praktek kecurangan yang sangat merugikan perusahaan yang berakhir

dengan kebangkrutan.

Pada dasarnya konsep Good Corporate Governance itu adalah suatu konsep yang

menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan

pembagian beban tanggung jawab dari masing-masing unsur yang membentuk

struktur perseroan dan mekanisme yang ditempuh oleh masing-masing unsur dari

struktur perseroan tersebut serta hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari struktur

perseroan dimulai dari Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS, Direksi, Dewan

Komisaris serta juga mengatur hubungan-hubungan antara unsur dari struktur

perseroan dengan unsur-unsur diluar perseroan.22

Berbicara mengenai corporate governance tak lepas mengenai tiga aspek, yaitu

Governance Structure, Governance Process dan Governance System pada suatu

perusahaan.23 Sebagai struktur, Corporate Governance mengatur hubungan antara

Dewan Komisaris, pemegang saham dan Stakeholder lainnya. Struktur Corporate

22 Sutan Rami Syahdeni, Peranan Fungsi Pengawasan Bagi Pelaksana Good Corporate

Governance, editor R.M Thalib Puspokusumo, (Jakarta: Tim Pakar Hukum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2000), hlm.84

23 Three Agust Deddy Kurniawan, Pengukuran Penerapan Good Corporate Governance

(studi kasus pada PT Pupuk Sriwidjaja persero), Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Depok, 2007, h.19.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

29

Governance pada suatu korporasi dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama teori

korporsi yang dianut, budaya dan sistem hukum yang berlaku.

Sebagai sistem, Corporate Governance menjadi dasar pengecekan dan

perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi

pengelolaan yang salah, dan peluang penyalahgunaan aset perusahaan.

Sebagai proses, Corporate Governance memastikan transparansi dalam

perusahaan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian dan pengukuran

kinerjanya.

Dalam rangka pengembangan Good Corporate Governance, United Nations

Development Programme (UNDP) menjelaskan sebagai berikut:24

1. Participation yang menerangkan setiap warga negara mempunyai suara dalam

pembuatan baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi

legitimasi yang mewakili kepentingannya yang dibangun atas kebebasan dan

berbicara secara berpartisipasi.

2. Rule of law menerangkan bahwa hukum itu antara lain harus adil dan semua

orang adalah sama dalam hukum yang berlaku terutama untuk hak-hak asasi

manusia.

3. Transparancy yang menerangkan bahwa transparansi dibangun atas dasar

kebebasan arus informasi, lembaga dan informasi dapat langsung diterima oleh

pihak-pihak yang membutuhkan informasi harus dapat dipahami dan dimonitor.

24 Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan,

Akuntabilitas Dan Good Corporate Governance, jakarta: lembaga administrasi negara, 2000, h. 7.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

30

4. Responsiveness yang menerangkan bahwa proses dan lembaga harus dapat

melayani setiap stakeholders.

5. Concensus Orientation yang menerangkan bahwa Good Governance menjadi

perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan yang terbaik

untuk kepentingan yang lebih luas dalam hal kebijakan maupun prosedur.

6. Equity yang menerangkan bahwa semua warga negara mempunyai kesempatan

untuk meningkatkan dan menjaga kesejahteraannya.

7. Effectiveness and Efficiency yang menerangkan bahwa proses dan lembaga

yang menghasilkan sesuatu sesuai dengan program yang telah digariskan

dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia.

8. Accountability yang menerangkan bahwa para pembuat keputusan dalam

pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat bertanggungjawab dan lembaga

stakeholders.

9. Strategic Vision yang menerangkan bahwa para pemimpin dan publik harus

mempunyai perspektif Good Governance dan pengembangan manusia yang

luas serta jauh kedepan sejalan dengan program yang diperlukan untuk

pembangunan.

Kesembilan karakteristik tersebut saling memperkuat yang tidak bisa untuk saling

berdiri sendiri. Oleh karena itu, Peran bank dalam melaksanakan GCG ada tiga

yaitu:25

25 Ariflawyer, GCG dalam hukum positif, artikel di akses pada tanggal 26 juni 2008 dari

http://ariflawyer.multiply.com/journal/item/5

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

31

1. Lembaga intermediasi dengan berbagai inovasi produk

2. Penyedia jasa perbankan pembayaran dengan berbagai mekanisme

3. Mediasi pelaksanaan kebijaksanaan moneter.

E. Tugas dan Tanggung Jawab Organ Perusahaan dalam Menerapkan Good

Corporate Governance

1. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

a. Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan atas terselenggaranya

pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha bank pada seluruh tingkatan

atau jenjang organisasi.

b. Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi.

c. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris wajib memantau dan

mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis bank.

d. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris dilarang terlibat dalam

pengambilan keputusan kegiatan operasional bank, kecuali pengambilan

keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada Direksi sepanjang

kewenangan Dewan Komisaris tersebut ditetapkan dalam Anggaran Dasar

bank atau Rapat Umum Pemegang Saham.26

26 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate

Governance Bagi Bank Umum Syari’ah Dan Unit Usaha Syari’ah, pasal 8 ayat 1- 4, h.8.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

32

e. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menindak lanjuti

temuan audit dan/ atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia,

auditor intern dan/ atau auditor ekstern. 27

f. Dewan Komisaris wajib memberitahukan secara tertulis kepada Bank

Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya pelanggaran

peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perbankan serta

suatu kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.28

g. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung

jawabnya, Dewan komisaris wajib membentuk Komite Pemantau Resiko,

Komite Remunerasi dan Nominasi serta Komite Audit.

h. Anggota Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

a. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan bank

berdasarkan prinsip kehati-hatian.

b. Direksi wajib mengelola bank sesuai dengan kewenangan dan tanggung

jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Bank dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

c. Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usaha bank pada

seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

27 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009, pasal 9, h.9. 28 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009, pasal 10, h.9.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

33

d. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit atau rekomendasi dari hasil

pengawasan Bank Indonesia, auditor intern dan auditor ekstern.

e. Direksi wajib memiliki fungsi paling kurang sebagai audit intern,

Manajemen Resiko dan Komite Manajemen Resiko serta Kepatuhan.

f. Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada

pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

g. Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang

mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi.

h. Setiap keputusan Direksi bersifat mengikat dan menjadi tanggung jawab

seluruh anggota Direksi.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Komite-Komite

a. Komite Pemantau Risiko

1) Melakukan evaluasi tentang kebijakan manajemen risiko.

2) Melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen

risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut.

3) Melakukan evaluasi pelaksanaan tugas komite manajemen risiko dan

satuan kerja manajemen risiko.

b. Komite Remunerasi dan Nominasi.

1) Melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi

2) Melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara kebijakan tersebut dengan

pelaksanaan kebijakan tersebut.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

34

3) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat

Eksekutif dan pegawai secara keseluruhan.

4) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai sistem

serta prosedur pemilihan atau pergantian anggota Dewan Komisaris dan

Direksi.

5) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai calon

anggota Dewan Komisaris dan Direksi.

6) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai calon

pihak independen yang akan menjadi anggota Komite.

c. Komite Audit.

1) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh

fungsi audit intern.

2) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi, atas

hasil temuan audit atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank

Indonesia dan Auditor Ekstern.

3) Komite Audit memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan

Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris.

Good Corporate Governance adalah suatu praktik pengelolaan perusahaan secara

amanah dan bijaksana dengan mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan

kepentingan seluruh stakeholders.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

35

Dengan implementasi GCG, maka pengelolaan sumberdaya Perusahaan

diharapkan menjadi efisien, efektif, ekonomis dan produktif dengan selalu

berorientasi pada tujuan Perusahaan.29

Secara umum krisis moneter terjadi di akibatkan dari lemahnya kualitas corporate

governance khususnya dalam pengelolaan perbankan. Rendahnya kualitas perbankan

antara lain tercermin dari lemahnya kondisi internal sektor perbankan, terutama

sebagai dampak dari pemberian kredit yang berlebihan, lemahnya menejemen bank,

kurangnya transparansi, lemahnya sistem pembukuan, lemahnya pengendalian

internal. Hal ini merupakan dampak terjadinya krisis moneter di Indonesia yang

terjadi pada tahun 1998 silam.

Oleh karena itu, industri perbankan harus menerapkan standar penerapan GCG

yang lebih ketat selain karena adanya aturan dari Bank Indonesia yang harus dipatuhi

juga dengan penerapan GCG yang baik diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan

masyarakat terhadap bank yang bersangkutan yang untuk selanjutnya akan dapat

meningkatkan nilai perusahaan.

29 http://www.informasi-training.com/good-corporate-governance-gcg-challenges-for-banking-

industrie.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

36

BAB III

Gambaran Umum Bank BTN dan Bank Muamalat Indonesia

A. Bank Tabungan Negara

1. Sejarah bank BTN1

1 http://www.btn.co.id/Tentang-Kami/Sejarah-Bank-BTN.aspx

Pada tahun 1897 perseroan didirikan dengan nama “POSTSPAAR BANK”

Pada tahun 1897 juga, Jepang membekukan kegiatan “POSTSPAAR

BANK” dan menggantinya dengan nama “CHOKIN KYOKU”

Pada tahun 1963 terjadi perubahan nama bank menjadi

“Bank Tabungan Negara” (BTN)

Pada tahun 1950 di ubah lagi namanya menjadi “BANK TABUNGAN

POS” dengan UU Darurat No.9 tahun 1950

Pada tahun 1994

perseroan mendapat

ijin sebagai bank devisa

Pada tahun 1989 bank BTN

beroperasi sebagai Bank Umum dan

mulai menerbitkan obligasi

pada tahun 1974 bank BTN ditugaskan

memberikan pelayanan KPR

sesuai surat menkeu No. 8-49/MK/1974

Pada tahun 1992 Status hukum bank

BTN berubah menjadi

perusahaan perseroan (persero)

Pada tahun 1968 bank BTN sebagai Bank Milik

Negara (UU No. 20 tahun 1968

Pada tahun 2002 bank BTN sebagai

bank umum dengan fokus

pinjaman tanpa subsidi untuk perumahan

Pada tahun 2003 Restrukturisasi

perusahaan secara menyeluruh yang

tertuang dalam persetujuan RJP tahun

2003-2007

Pada tahun 2008 bank BTN menjadi bank pertama di Indonesia yang melakukan pendaftaran transaksi kontrak investasi Kolektif

Efektif Beragun Aset (KIK EBA) di Bapepam yang kemudian dilakukan dengan pencatatan perdana dan listing transaksi tersebut

di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009

Pada tahun 2000 bank BTN ikut dalam program Rekapitalisasi

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

37

2. Visi dan Misi

a) Visi Bank BTN2

Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan.

b) Misi Bank BTN

1) Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan

industri terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah.

2) Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan

produk, jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.

3) Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas,

profesional dan memiliki integritas tinggi.

4) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-

hatian dan Good Corporate Governance untuk meningkatkan

Shareholder Value

5) Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.

B. Bank Muamalat Indonesia

1. Sejarah Pendirian dan Pertumbuhan Bank Muamalat Indonesia3

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H

atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal

2 http://www.btn.co.id/Tentang-Kami/Visi---Misi.aspx 3 http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/profile

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

38

1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan

Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim,

pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari

komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat

penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara

silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan

komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp

106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank

Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini

semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan

terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus

dikembangkan.

Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang

memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor

perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank

Muamalat pun terimbas dampak krisis. Dalam upaya memperkuat

permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan

ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang

berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB

secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

39

Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan

masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank

Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil

membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap

Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi

pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan

perbankan syariah secara murni.

Hingga tahun 2009 Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5

juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia.

Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos

Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant

debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah

membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk

meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan

jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI

dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia.

Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk

menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah,

namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok

nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa,

lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70

award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

40

Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia

2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic

Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta

sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South

East Asia (Hong Kong).

2 Visi dan Misi Bank Muamalat4

a) Visi Bank Muamalat Indonesia

Visi Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,

dikagumi di pasar rasional.

b) Misi Bank Muamalat Indonesia

Misi Menjadi panutan Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan

penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan

orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi

stakeholder.

4 http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/visi_misi

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

41

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN

A. Perumusan Konsep GCG di Bank Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan

Negara

Untuk perumusan konsep GCG pada industri perbankan itu sama, baik itu bank

konvensional maupun bank syariah karena telah diatur oleh Bank Indonesia.

Dimana perumusan konsep GCG berawal dari sebuah visi dan misi di setiap

perusahaan, yang selanjutnya disesuaikan dengan hukum dan peraturan yang

berlaku, baik itu Peraturan Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia, dan

segala peraturan yang berkaitan dengan dunia perbankan yang pada akhirnya

terbentuklah sebuah pedoman umum GCG.

Dari kesemuanya itu, maka lahirlah sebuah kebijakan tata kelola perusahaan.

Kebijakan yang ada diperusahaan dapat mencontoh kebijakan yang telah ada pada

perusahaan lain. Jika kebijakan tersebut cocok dan sesuai dengan visi dan misi

perusahaan maka kebijakan tersebut dapat dibakukan dalam kebijakan perusahaan,

dan inilah yang dimaksud dengan Internal Best Practise. Dari konsep GCG ini,

maka terbentuklah sebuah corporate culture (budaya perusahaan) yang mana setiap

perusahaan memiliki corporate culture yang berbeda-beda tergantung dari

kebutuhan dan tentunya kesesuaian dari visi dan misi perusahaan.

Berikut dibawah ini merupakan siklus perumusan dan penerapan GCG.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

42

Tujuan Perumusan GCG

Implementasi GCG di Perusahaan antara lain bertujuan untuk :1

1. Mencapai visi dan misi perusahaan.

2. Memberikan keyakinan kepada pemegang saham bahwa perusahaan dikelola

secara bijaksana dan profesional dengan tujuan agar memberikan keuntungan

yang wajar dan bernilai tinggi.

3. Mendorong dan mendukung pengembangan, pengelolaan sumberdaya dan

pengelolaan risiko perusahaan secara lebih hati-hati dan bertanggung jawab

sejalan dengan prinsip-prinsip GCG.

4. Menciptakan nilai tambah bagi semua pihak. 1 Panduan Good Corporate Governance Bank Muamalat, h.3

Pedoman Umum GCG

Hukum & Peraturan

yang berlaku

Visi & Misi Nilai-nilai Korporasi

Corporate Industry Best

Practise

Internal Best Practise

Corporate Governance Policy

Peraturan Teknis

Sosialisasi

Implementasi

Corporate Culture

REV I E W

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

43

5. Mendorong terciptanya budaya kerja perusahaan ke arah yang lebih baik.

6. Mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan.

7. Menciptakan pencitraan yang semakin baik di masyarakat.

Yang selanjutnya yang menjadi acuan untuk panduan GCG adalah:2

1. Undang-Undang Republik Indonesia, diantaranya adalah:

a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang

perbankan sebagaimana yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 10

tahun 1998.

b) Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah beserta

peraturan pelaksanaan yang akan dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas.

d) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

e) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 25 tahun 2003.

2. Peraturan Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia, Peraturan

BAPEPAM, Ketentuan-Ketentuan Menteri Keuangan dan Pusat Pelaporan

dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) seperti:

a) PBI Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah.

2 Panduan GCG Bank Muamalat, h.3

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

44

b) PBI Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum.

c) PBI Nomor 1/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan

Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank Umum.

d) PBI Nomor 2/1/pbi 2000 tanggal 14 Januari 2000 tentang Penilaian

Kemampuan dan Kepatuhan.

e) Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-389/MK.16/1997 tanggal 10

Oktober 1997 tentang Standar Anggaran Dasar Persero.

B. Penerapan Konsep Good Corporate Governance pada Bank BTN

Good Corporate Governance adalah sistem dan struktur untuk mengelola

perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham (stakeholders

value), serta mengalokasikan berbagai pihak yang berkepentingan dengan

perusahaan.

Good Corporate Governance (GCG) merupakan unsur penting diindustri

perbankan mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi semakin meningkat.

Penerapan GCG secara konsisten akan memperkuat posisi daya saing perusahaan,

memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola sumberdaya dan risiko secara lebih

efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan memperkokoh kepercayaan pemegang

saham dan stakeholders, sehingga bank dapat beroperasi dan tumbuh secara terus

menerus dalam jangka panjang.

Adapun yang dimaksud dengan konsep GCG yaitu, suatu konsep untuk

meningkatkan kinerja perusahaan dimana dalam pelaksanaannya memisahkan

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

45

antara pemilik bank dengan pelaksana atau pengelola bank itu sendiri. Sehingga

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan juga sesuai dengan best practise. Best

practise adalah batas minimal kebagusan atau kebaikan yang harus diterapkan oleh

perusahaan dari Bank Indonesia.3

Jadi intinya bagaimana cara membangun suatu struktur GCG, mulai dari

infrastruktur kemudian mekanisme serta outcome nya. Jadi formatnya sesuai dengan

best practise. Yang mana tujuan akhir dari GCG yaitu mencapai balance

(keseimbangan) antara stakeholders.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 8/ 4/ 2006 tentang pelaksanaan

Good Corporate Governance pada bank umum, disana menjelaskan mengenai

prinsip-prinsip yang harus ada dalam penerapan GCG, yaitu:4

1. Keterbukaan (transparancy)

2. Akuntabilitas (akuntability)

3. Pertanggungjawaban (responsibility)

4. Independensi (independency)

5. Kewajaran (fainess)

Dalam menjalankan prinsip-prinsip GCG dilaksanakan dengan 4 pilar, yaitu:5

1. Komitmen on governance

3 Wawancara Pribadi dengan Corporate Secretary Division Head, Wilson Arafat, Jakarta, 5

Oktober 2010 4 Wawancara Pribadi dengan Corporate Secretary Division Head, Wilson Arafat

5 Wawancara Pribadi dengan Corporate Secretary Division Head, Wilson Arafat

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

46

2. Governance structure

3. Mekanisme

4. Out come

Yang mana tiga diantaranya (1-3) dapat dilakukan dengan GCG soft structure

dan GCG infrastructure. Adapun yang dimaksud dengan GCG soft structure yaitu

menulis apa yang dikerjakan dan mengerjakan apa yang ditulis, jadi menjadi sebuah

kebijakan yang tertulis. Sedangkan yang dimaksud dengan GCG infrastructure

yaitu para pelakunya, jadi setiap kebijakan butuh orang-orangnya sesuai dengan

kebutuhan perusahaan.

Didalam infrastructure governance terdiri dari dua organ yaitu organ utama dan

organ pendukung, yang mana kedua organ tersebut menjadi sebuah struktur dalam

perusahaan. Yang termasuk dalam organ utama yaitu terdiri dari:

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

2. Dewan Komisaris,

3. Dewan Direksi

Dan ketiga organ utama ini baku bagi perusahaan dimana setiap perusahaan

harus memilikinya karena mengikuti ketentuan hukum yang berlaku. Sedangkan

yang termasuk organ pendukung yaitu corporate secretary, risk management,

compliance, audit internal dan eksternal, dan ini hanya sesuai dengan kebutuhan

perusahaan.

Dewan Komisaris memiliki komite yang akan membantu Dewan Komisaris.

Kalau di bank yang wajib itu ada tiga diantaranya yaitu, komite pemantau resiko,

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

47

komite audit, dan komite remunerasi dan nominasi. Dan dibawah Dewan Direksi pun

memiliki komite-komite yang akan membantu Dewan Direksi, yaitu terdiri dari

komite produk, komite IT, komite Human Capital, komite asuransi sesuai dengan

kebutuhan perusahaan.

Untuk strategi, bank BTN mempunyai 4 prosedur dalam mewujudkan GCG

yaitu:6

a. Awarness (kesadaran): Seperti training, sosialisasi, e-learning, brosur,

banner dan majalah.

b. Institusionalisasi internalisasi: Soft structure yang tadi dibuatkan

kebijakan resmi perusahaan, mengerjakan apa yang ditulis dan menulis

apa yang dikerjakan, seperti peraturan direksi, surat edaran direksi.

Sedangkan yang dinamakan dengan internalisasi yaitu di budayakan

(corporate culture) yang nanti dibuatkan peraturan direksi, dibuatkan

program kerja untuk masing-masing unit, peraturan kerja untuk semua

unit kerja, KPI(Key Performance indikator) yang dimaksud dengan KPI

yaitu, misalkan saya melakukan atau mengerjakan a, b, c maka saya

akan mendapatkan nilai A. Yang mana dari kesemuanya itu menjadi

kebiasaan dan akhirnya menjadi budaya kerja perusahaan.

c. Assessment program: Yaitu yang pertama dengan self assessment

contohnya, unit kerja pemasaran, lalu menyerahkan hasil laporan

6 Wawancara Pribadi dengan Corporate Secretary Division Head, Wilson Arafat

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

48

kerjanya setelah itu dinilai oleh corporate secretary. Yang kedua yaitu

Third Parti Assessment Center for Corporate Governance, yaitu dari

pihak perusahaan mengundang pihak luar atau yang disebut dengan

pihak independen untuk menilai kinerja perusahaan. Seperti BPKP,

konsultan dan lain-lain. Yang ketiga kita mengikuti GCG award yang

diadakan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance

(IICG) dan SWA, dalam hal ini Bank BTN telah memperoleh

penghargaan dikategori Annual Report.

d. Eksternalisasi: Membicarakan ke pihak luar, seperti halnya

mempublikasikan ke masyarakat luas seperti surat kabar, media

elektronik dan lain-lain.

e. Pengembangan berkelanjutan: yang dimaksud adalah mengevaluasi

semua yang telah dikerjakan selama 1 tahun, dan berubah pada tiap

tahunnya.

Seperti yang telah dijelaskan bahwa perbedaan konsep GCG pada BTN dan BMI

selain pada strukur organisasinya, ada perbedaan lain yaitu pada corporate culture.

Dalam corporate culture pada BTN dikenal dengan istilah POLA PRIMA,7 yang

mana kepanjangan dari POLA PRIMA itu adalah Pelayanan prima, inOvasi,

7 Wawancara Pribadi dengan Corporate Secretary Division Head, Wilson Arafat

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

49

keteLAdanan, Profesionalisme, Integritas dan kerja saMA. Berikut ini penjelasan

mengenai pola prima:8

1. Pelayanan prima (service excellence)

a) Ramah, sopan dan bersahabat

b) Peduli, pro aktif dan cepat tanggap

2. Inovasi (innovation)

a) Berinisiatif melakukan penyempurnaan

b) Berorientasi menciptakan nilai tambah

3. Keteladanan (role model)

a) Menjadi contoh dalam berperilaku baik dan benar

b) Memotivasi penerapan nilai-nilai budaya kerja

4. Profesionalisme (professionalism)

a) Kompeten dan bertanggungjawab

b) Bekerja cerdas dan tuntas

5. Integritas (integrity)

a) Konsisten dan disiplin

b) Jujur dan berdedikasi

6. Kerjasama(teamwork)

a) Tulus dan terbuka

b) Saling percaya dan menghargai

8 http://www.btn.co.id/Tentang-Kami/Budaya-Kerja.aspx

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

50

C. Penerapan Konsep Good Corporate Governance pada Bank Muamalat

Indonesia.

Bank Muamalat sebagai pelopor bank syariah di Indonesia, sejak awal berdirinya

hingga saat ini, terus berupaya untuk menjadi salah satu pelopor dalam implementasi

Good Corporate Governance (GCG) di perbankan syariah. Sebagai bank yang

sebagian besar sahamnya dimiliki oleh lembaga keuangan/bank yang berasal dari

Timur Tengah, maka Bank Muamalat sejak awal tahun 2008 telah melakukan

kerjasama dengan Islamic International Rating Agency (IIRA) untuk melakukan

penilaian dan pengkajian serta pemeringkatan atas pelaksanaan GCG di Bank

Muamalat. Hal ini sebagai wujud komitmen bank dalam melaksanakan ketentuan BI

No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Penerapan Good Corporate

Governance pada Bank Umum dan PBI No.8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006

tentang Perubahan atas PBI No.8/4/PBI/2006 serta Surat Edaran Bank Indonesia

(SEBI) No.9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007, khususnya Pasal 62 dan Pasal 63

mengenai kewajiban Bank menyampaikan laporan.9

Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang baik (GCG) di Bank Muamalat

merupakan bagian tak terpisahkan dari Muamalat Spirit, yang intinya adalah

semangat tanggung jawab, kewajiban, keterbukaan dan keadilan melalui pengabdian

serta ketundukan kepada Allah SWT dan melalui pemerataan kemampuan,

pengetahuan, informasi dan penghargaan. Semangat inilah yang menjadi dasar bagi

9 PT Bank Muamalat Tbk, Laporan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Bank Muamalat Tahun 2009, Jakarta, 2009. h. 9

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

51

tata kelola usaha/bisnis dan kode etik Bank Muamalat.Prinsip-prinsip mengenai tata

kelola perusahaan secara islami dan sesuai dengan praktek-praktek terbaik yang

berlaku baik diperbankan nasional maupun internasional serta nilai-nilai yang ada di

Bank Muamalat, merupakan suatu dasar bagi Bank Muamalat untuk terus berupaya

menjadi bank terbaik dalam penerapan GCG selama ini.

Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,

benar, tertib dan teratur. Yang mana suatu pekerjaan itu tidak boleh dikerjakan secara

asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam. Rasulullah

bersabda,

Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan suatu

pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tuntas). H.R Thabrani

Secara umum, konsep dan prinsip GCG pada bank konvensional dapat menjadi

acuan teoritis GCG bank syari’ah. Akan tetapi GCG tersebut harus distandarisasikan

dengan nilai-nilai Islam. GCG bank syari’ah merupakan sebuah kesatuan antara

ibadah dan muamalah yang bersandar pada nilai-nilai Illahiah.. Mekanisme semacam

ini sama sekali tidak tersentuh pada bank konvensional, yang mana mengatur

hubungan dan pertanggungjawabannya secara horizontal berlandaskan nilai-nilai

etika.

Menurut hemat saya, konsep GCG sebenarnya ingin meningkatkan kinerja dari

pada perusahaan kemudian memisahkan antara pemilik bank dengan pelaksana atau

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

52

pengelola bank sendiri. Maka diaturlah susunan tugas, kewajiban, struktur dari pada

masing-masing organ bank itu. Yang membedakannya dengan bank konvensional,

bahwa distruktur organisasi. Pertama, bahwa di bank syari’ah ada yang namanya

Dewan Pengawas Syari’ah (DPS). Jadi kita mengimplementasikan yang namanya

GCG maka dibagilah kewajiban, dibagilah tugas, dibagilah wewenang dan

sebagainya dimasing-masing organ perusahaan.10

Islam mengandung akidah, syariah (fikih), dan akhlak. Ketiga unsur di atas tidak

boleh dipisahkan oleh praktisi perbankan syari’ah. Aplikasi syari’ah (fikih

muamalah) dalam perbankan, merupakan realisasi dari aqidah (tauhid).

Pada bank konvensional prinsip GCG terdiri dari TARIF yaitu, Transparency

(transparansi), Accountability (akuntabilitas), Responsibility (tanggung jawab),

Independency (independensi), Fairness (kewajaran). Tapi yang berada di bank

syari’ah itu ada satu lagi, dimana prinsip Independensi itu diganti dengan

professional (profesional).11

Oleh karena itu, dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009

Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah yaitu

sebagai berikut:12

10 Wawancara pribadi dengan Senior Officer Compliance, Sjahril Bakri, Jakarta, 18 Oktober 2010

11 Wawancara pribadi dengan Senior Officer Compliance, Sjahril Bakri

12 Peraturan Bank Indonesia 11/33/2009, pasal 1, h. 5

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

53

1. Transparansi yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi serta

keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan.hal ini dijelaskan dalam

al- Qur’an surat an-Nahl ayat 116:

Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut

oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan Ini haram", untuk mengada-adakan

kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-

adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.”

2. Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban

organ bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Nabi

Muhammad SAW bersabda, yang artinya: “Ketahuilah bahwa tiap kalian

adalah penanggung jawab dan tiap kalian akan ditanyai terhadap apa yang

menjadi tanggung jawabnya.”

3. Tanggung jawab yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang

sehat.

4. Profesional yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif serta

memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan bank syariah.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

54

5. Kewajaran yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

stakeholders berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Karena itu, Allah sering menekankan sikap adil ini ketika berbicara

mengenai muamalah, demikian pula dalam haditsNabi. Nasihat mengenai

keadilan ini telah sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari, yang

artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat

kebajikan, dan memberi kepada kerabat, dan Allah melarang akan perbuatan

keji dan munkar, dan permusuhan.”

Dari kelima prinsip tersebut, Bank Muamalat Indonesia sendiri memiliki 1

tambahan prinsip lagi yaitu social awareness (sikap kepedulian). Maksudnya adalah

bentuk kepedulian dan perhatian BMI terhadap masyarakat kecil, baik dalam bentuk

bantuan pendidikan, kesehatan maupun bantuan korban bencana alam dan lain-lain.13

Dalam ajaran Islam, point-point tersebut menjadi prinsip penting dalam aktivitas

dan kehidupan seorang muslim. Namun lebih dari itu Islam sangat intens

mengajarkan diterapkannya prinsip ‘adalah (keadilan), tawazun (keseimbangan),

mas’uliyah (akuntabilitas), akhlaq (moral), shiddiq (kejujuran), amanah (pemenuhan

kepercayaan), fathanah (kecerdasan), tabligh (transparansi, keterbukaan), hurriyah

(independensi dan kebebasan yang bertanggungjawab), ihsan (profesional), wasathan

(kewajaran), ghirah (militansi syari’ah, militansi), idarah (pengelolaan), khilafah

(kepemimpinan), aqidah (keimanan), ijabiyah (berfikir positif), raqabah

13 Wawancara pribadi dengan Senior Officer Compliance, Sjahril Bakri

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

55

(pengawasan), qira’ah dan ishlah (organisasi yang terus belajar dan selalu melakukan

perbaikan).14

Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan mengenai perumusan GCG, yang

membedakan konsep GCG pada bank syari’ah tak lepas dari dibentuknya sistem

nilai-nilai Corporate Culture, yang tentunya nilai-nilai corporate culture tersebut

haruslah yang memiliki nilai-nilai yang Islami. Corporate Culture berperan penting

dalam mewujudkan GCG pada bank syari’ah.

Pada bank Muamalat dalam corporate culturenya terdapat istilah Celestial

Management, yang intinya, membagi kehidupan manusia dalam 3 (tiga) tahapan

utama.15 Masing-masing akan menjadi pendorong bagi terciptanya tahapan lainnya.

Pertama adalah bahwa kehidupan ini merupakan a place of Worship. Kehidupan

dengan segala pernik aktivitas dan kerja yang kita lakukan merupakan tempat

penyembahan atau tempat beribadah bagi manusia. Dan tak ada satupun alasan bagi

kita untuk melakukan sesuatu yang berada di luar konteks ini. Kita melakukan

segalanya sebagai bagian pengabdian kepada suatu cita-cita atau tujuan yang jauh

lebih besar dari hidup itu sendiri.

Kedua adalah bahwa kehidupan ini sebagai a place of Wealth. Kita ditugasi oleh

Sang Pencipta untuk menciptakan, memelihara, dan mendistribusikan kemakmuran

atas nama keadilan dan kemanusiaan. Eksplorasi sumber-sumber kemakmuran

14Agustianto, Good Corporate Governance di Bank Syari’ah. Dari http://agustianto.wordpress.com 15 http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/budaya_korporasi

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

56

hendaknya ditujukan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan yang semakin

efektif. Jika kita tak mampu melakukannya, maka kita akan masuk pada tahapan

ketiga, yaitu kehidupan sebagai a place of Warfare. Dalam hidup keseharian, warfare

merupakan sebuah keniscayaan. Setiap saat manusia berhadapan dengan musuh-

musuh yang harus ditundukkan. Kalaulah ia tidak memerangi orang lain, paling tidak,

setiap waktu manusia berupaya untuk memerangi dan menundukkan dirinya sendiri.

Berusaha mengatasi kemalasan, kurangnya pengetahuan, tingkat kompetitif yang

rendah, dan sebagainya merupakan contoh kongkrit atas penaklukan tak pernah henti.

1. A Place of Worship

Manusia diciptakan untuk ibadah. Inilah sendi paling pokok yang menjadi

dasar manusia menjalankan misi sebagai wakil Allah di muka bumi.

Artinya: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk

Allah, Tuhan semesta alam" (QS Al-An’am:162)

Misi ini menempati tahapan pertama hidup. Di mana dan kapanpun berada,

mereka dituntut untuk menghamba hanya kepada Allah SWT. Praktis tempat

ibadah tak lagi dibatasi oleh masjid, mushalla, atau surau. Di manapun mereka

beraktifitas, di situ hati ditambatkan kepada Allah. Inilah perwujudan dari a

place of Worship. Ia bisa saja sedang bekerja di kantor, berdagang di pasar,

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

57

menuai padi di sawah, atau bahkan di medan pertempuran, tapi hatinya selalu

terpaut dengan Al-khaliq. Hatinya tak berhenti berdzikir kepada-Nya

Zikr berarti mengingat atau memelihara ingatan. Dalam khasanah Islam,

berzikir adalah mengingat Allah di setiap saat. Memelihara fikiran kita,

menfokuskan fikiran pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai, tidak menyia-

nyiakan hidup untuk hal-hal yang tidak signifikan juga merupakan zikr

terhadap kehidupan yang sedang dijalani sebagai penyembahan kepadaNya.

Worship disimbolkan dalam bentuk segi empat yang mencakup nilai-nilai

yang terkumpul dalam akronim ZIKR (Zero Base, Iman, Konsisten, dan

Result Oriented ). Mengapa segi empat, bukan segi lima misalnya, yang

dipilih sebagai sabuk luar Worship? Karena segi empat menempati posisi

yang khusus sebagai simbol agama.

Segi empat menggambarkan empat arah mata angin utama (Timur, Barat,

Selatan, dan Utara). Setidaknya, al-quran menyebutkan dua kali arah (Timur-

Barat) sebagai penunjuk penjuru yang menyiratkan cakupan kekuasaan,

wilayah, batas teritorial.

Artinya: "Musa berkata:'Tuhan yang menguasai Timur dan Barat dan apa yang ada

di antara keduanya. (Itulah Tuhanmu bila kamu mempergunakan akal.”

(QS Asy-Syura:28)

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

58

Selain penjuru mata angin, segi empat juga menyimbolkan Ka'bah (secara

bahasa berarti bangunan yang bersisi empat). Ka'bah menjadi kiblat bagi

seluruh pemeluk agama tauhid. Bahkan, Mekkah, sebagai kota di mana

Ka'bah dibangun, dalam Al-quran disebut dua kali, sebagai pusatnya peta

dunia (world map).

Artinya:"Dan ini (Al-quran) adalah kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan

agar kamu memberikan kitab-kitab yang (diturunkan) Ummul Qura (Mekah)

dan orang-orang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada

adanya kehidupan dunia-akhirat tentu beriman kepada (Al-quran), dan

mereka selalu memelihara shalatnya" (QS Al-An’am:92)

Mereka yang berkiblat ke Ka'bah dalam pusaran kekhusu'an shalat, akan

meraih pencerahan hati dan pikiran, ketenangan dan kedamaian. Kebeningan

hati ketika zikr terus dilantunkan berbuah pada fitrah kalbu yang suci.

Kejernihan hati inilah yang menjadi dasar pertama bagi pembentukan insan

unggul. Dari beningnya jiwa akan melahirkan cara pandang yang bersih, apa

adanya, tidak ditambah, tidak dikurang.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

59

Ia merespon sesuatu dengan menempatkannya pada titik nol, sehingga

tanggapan panca indra bebas dari prasangka (Zero Base).

Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyak dari prasangka

..." (QS Al-Hujurat:12).

Di atas kejernihan pandangan itulah Iman dikokohkan. Iman bermakna

keyakinan utuh terhadap sesuatu, yang tiada sedikitpun keraguan di dalamnya.

Keyakinan itu, tentu saja, diwujudkan dalam aktivitas yang senantiasa

dipertahankan dalam arah dan cakupan seraya mempertahankan keselarasan

setiap potensi hidup yang dimiliki (Konsisten) menuju pencapaian tujuan:

jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang (Result oriented).

2. A Place of Wealth

Keberhasilan menuangkan atribut Zero Base, Iman, Konsisten, dan Result

oriented pada citra diri seseorang akan menjadi modal dasar bagi kesuksesan

manusia menjalankan misi kedua: menciptakan dan mendistribusikan

kemakmuran di muka bumi. Wujud dari misi ini adalah membangun dan

membagi kemakmuran secara lebih adil dalam lingkup komunitasnya. Inilah

implementasi dari a place of Wealth.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

60

Wealth tercakup dalam empat atribut yang terkumpul dalam akronim PIKR

(Power, Information, Knowledge, dan Rewards). Keempat atribut inilah,

dalam peradaban umat manusia, senantiasa menjadi simbol kemakmuran.

Penguasaan dan kewewenangan untuk mengambil keputusan (Power) sangat

menentukan kredibilitas dan rentang kemakmuran yang dimiliki. Keterpusatan

terhadap atribut ini akan melahirkan ketimpangan dan kelambatan bergerak

sebuah institusi. Bahkan, dalam skala global, ketiadaan keseimbangan Power

di antara negeri-negeri telah menciptakan penindasan atas nama keadilan.

Begitupun dengan dua atribut berikutnya. Pepatah mengatakan, siapa

menguasai informasi dan pengetahuan, ialah penguasa dunia. Dua jenis

kemakmuran ini telah teruji kontribusinya dalam penciptakan kemakmuran

dan begitu pula sebaliknya.

Keempat sumber kemakmuran tersebut harus didistribusikan ke semua

pihak secara adil, demi menjamin pemerataan dan peningkatan kemakmuran.

Wilayah pengaruh dari Wealth digambarkan dalam sebuah lingkaran, di mana

masing-masing atribut bisa menggelinding bebas dalam sebuah bola yang

semakin membesar sehingga menjangkau semua lini organisasi. Sedangkan

orbit lingkar dari Wealth menyimbolkan gerak dinamis dalam pelaksanaan

thawaf mengelilingi Ka'bah. Labbaik Allahumma Labbaik (Aku penuhi

panggilan-Mu, ya Allah). Gerak orbit ini (juga di semua tahapan hidup)

berlawanan dengan arah jarum jam, sebagaimana arah bumi berputar. Pilihan

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

61

gerak dari kanan merujuk pada golongan yang dalam al-quran dinisbatkan

sebagai ashabul yamin.

Artinya: "Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan

itu". (QS Al-Waqi’ah:27)

Ketika dahaga ruhani individu dituntaskan pada ranah pertama, giliran

pribadi-pribadi yang terlahir sebagai manusia baru itu, bahu membahu

membangun organisasi unggul dengan berbagi dan memberi untuk

menciptakan kemakmuran (Wealth). Masing-masing atribut secara bebas

berputar menyiratkan bahwa semua lini berhak mendapatkan pemenuhan

informasi, meningkatkan ilmu dan skill, dan kewenangan untuk mengeksekusi

power yang dimiliki, dan akhirnya berhak mendapatkan rewards yang patut.

3. A Place of Warfare

Aktivasi pada tahapan kedua, akan membangkitkan kesiapan dari

komunitas itu untuk menjadi the best community. Komunitas yang siap

memperjuangkan, memenangkan dan menaklukkan setiap tantangan yang

dihadapinya. Penaklukan itu, bukan untuk meraih kemegahan, tapi untuk

membebaskan dan memakmurkan. Inilah terminal terakhir ranah hidup atau

disebut sebagai a place of Warfare.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

62

Artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkr, dan beriman

kepada Allah" (QS Al-Imran: 110).

Nilai yang terimplementasi dalam ranah ini termaktub dalam empat atribut

yang terangkum dalam MIKR (Militan, Intelek, Kompetitif, dan Regeneratif).

Militansi bukan berarti terorism. Lebih dalam, ia bermakna adanya sebuah

dorongan yang sangat kuat untuk mencapai cita-cita, spirit perjuangan yang

terus menyala dalam meraih harapan. Ini adalah sebuah komunitas yang

sangat didambakan. Yaitu komunitas pejuang yang senantiasa siaga untuk

bertempur di mana dan kapanpun diperlukan.

Artinya: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang

kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

63

dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan

orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya." (QS Al-

Anfaal:60)

Bagi komunitas yang unggul, kekuatan militansi senantiasa dibarengi

dengan kecerdasan mengatur taktik dan strategi. Perhitungan, kalkulasi,

analisis, dan pertimbangan rasionalitas turut pula memperkaya komunitas ini.

Dengan bekal informasi dan pengetahuan yang senantiasa up date, mereka

bergerak dalam keragaman derap langkah para Intelek.

Kekuatan mental yang ditunjang kekuatan intelektual menjadikan mereka

sebuah komunitas yang memiliki tingkat daya saing tinggi (Kompetitif).

Komunitas yang siap berjuang dan siap menang dalam spirit menang-menang.

Kolaborasi kekuatan ZIKR dan PIKR secara seimbang menjadikan mereka tak

tertandingi. Bahkan, menjadi panutan bagi komunitas lainnya.

Tentunya, keunggulan yang ada tidak berhenti di satu masa saja, namun

terus berkelanjutan. Membangun mimpi-mimpi untuk mewujudkan realitas

baru di masa depan merupakan pekerjaan penting yang juga menjadi prioritas.

Tak ingin membatasi kejayaan di satu generasi saja, namun turut

berkepentingan untuk melahirkan generasi-generasi baru, dalam tatanan

sistem yang semakin matang dan mantap (Regeneratif). Mereka pemangku

gelar visioner yang tak pernah berhenti memproduksi agen-agen pemenang

masa depan.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

64

Artinya:"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah..." (QS An-Nisa: 9)

Oleh karena itu, dalam membangun serta terciptanya Corporate Culture yang

Islami hendaklah perusahaan tersebut dipimpin oleh pemimpin yang memahami akan

nilai-nilai yang Islami juga. Karena tidak akan tercipta sebuah Corporate Culture

yang Islami dalam suatu perusahaan jika pimpinannya sendiri tidak memahami dan

menjalankan syari’at Islam.

Selanjutnya yang membedakan antara konsep GCG pada bank Syari’ah yaitu

dibentuknya Dewan Syari’ah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syari’ah atau

yang lebih sering didengar dengan sebutan DPS. Sedangkan yang dimaksud dengan

Dewan Pengawas Syari’ah yaitu, badan yang berada di lembaga kauangan syari’ah

dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan Syari’ah Nasional (DSN) di

lembaga keuangan syari’ah tersebut serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai

dengan prinsip syari’ah. Oleh karena itu DSN memiliki fungsi sebagai berikut:16

1. Mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan

syariah.

16 Muhammad Firdaus, dkk, Konsep Implementasi Bank Syariah, h. 79

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

65

2. Meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh

lembaga keuangan syariah.

3. Memberikan rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan sebagai Dewan

Pengawas Syariah pada suatu lembaga keuangan syariah.

4. Memberikan teguran kepada lembaga keuangan syariah jika lembaga yang

bersangkutan menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya fungsi Dewan Pengawas Syariah pada sebuah lembaga keuangan,

yaitu sebagai berikut:17

1. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan Unit Usaha

Syariah dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang terkait

dengan aspek syariah.

2. Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan

saran pengembangan produk dan jasa dari bank yang memerlukan kajian dan

fatwa dari DSN serta merumuskan permasalahan-permasalahan yang

memerlukan pembahasan-pembahasan DSN.

3. Sebagai perwakilan DSN yang ditmpatkan pada bank syariah.

Adapun tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah yaitu:18

1. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syari’ah atas pedoman

operasional dan produk yang dikeluarkan bank.

17 Ahmad Rodoni, Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, h. 202

18 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/2009

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

66

2. Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai dengan fatwa

Dewan Syari’ah Nasional – Majelis Ulama Indonesia.

3. Meminta fatwa kepada Deawan Syari’ah Nasional untuk produk baru yang

belum ada fatwanya.

4. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syari’ah terhadap

mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa

bank.

5. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syari’ah dari satuan kerja

bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

6. Dewan Pengawas Syari’ah wajib menyampaikan laporan hasil pengawasan

Dewan Pengawas Syari’ah secara semesteran.

Berdasarkan Undang-Undang perbankan, yang ditindak lanjuti dengan Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR dan Surat Keputusan Direksi

Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR pengawasan terhadap bank syari’ah dilakukan

secara rangkap, berupa:

1. Pengawasan Umum

Pengawasan umum terhadap bank syari’ah dilakukan oleh Bank Indonesia

(BI), sama seperti bank konvensional pada umumnya. BI bertindak

mengawasi bank syari’ah selaku pemegang otoritas pembina dan pengawas

bank.

2. Pengawasan Khusus

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

67

Pengawasan khusus terhadap bank syari’ah dilakukan oleh Dewan Syari’ah

Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang ada pada setiap

bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syari’ah.

Berikut struktur pengawasan pada bank syari’ah:19

Dengan demikian, sebagai sebuah lembaga keuangan baru di masyarakat, maka

keberadaan dan pelaksanaan bank syari’ah di Indonesia masih perlu di sosialisasikan

kepada masyarakat. Sosialisasi tersebut bukan hanya bagi masyarakat umum, namun

juga kalangan perbankan bahkan seperti Bank Indonesia sekalipun. Oleh karena itu,

19 Muhammad Firdaus NH, dkk, Konsep &Implementasi Bank Syariah, Jakarta:renaisan, cet1 2005,

h. 81

STRUKTUR PENGAWASAN

BANK SYARI’AH

PENGAWAS UMUM PENGAWAS KHUSUS

BANK INDONESIA (BI)

Pembina&Pengawas Bank

Dewan Syari’ah Nasional

(DSN)

Dewan Pengawas

Syari’ah (DPS)

BANK SYARI’AH

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

68

keterlibatan para ulama baik sebagai Dewan Syari’ah Nasional maupun Dewan

Pengawas Syari’ah merupakan sebuah strategi yang paling efektif, karena ulama

memiliki pengaruh yang cukup besar bagi umat Islam.

Pada bank muamalat ada beberapa strategi yang dilakukan untuk mewujudkan

GCG pada perusahaan,yaitu:20

1. melakukan sosialisasi, pendalaman-pendalaman, pemahaman yang terus

menerus terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip syariah melalui fatwa-fatwa

dari DSN.

2. membuat board manual. Yang dimaksud dengan board manual adalah sebuah

rangkuman yang berisikan mengenai tugas dan tanggung jawab, wewenang,

kewajiban DPS, komisaris dan direksi. Dan rangkuman tersebut bersumber

dari PBI, dari anggaran dasar perusahaan, dan dari ketentuan-ketentuan lain.

Sehingga dengan adanya board manual menjadi pedoman bagi komisaris,

DPS, dan direksi.

3. Membentuk Sistem Operasi Prosedur (SOP), dimana dalam SOP tersebut

selalu dicantumkan dan disampaikan bahwa harus sesuai dengan prinsip-

prinsip syari’ah dan praktek-praktek tata kelola perbankan yang baik.

Perlu diketahui bahwa keberhasilan dengan pengembangan perbankan syariah

bukan hanya ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan yang pesat atau keberhasilan

penyebarluasan informasi, penyusunan atau penyempurnaan perangkat ketentuan

hukum, atau banyaknya pembukaan jaringan kantor, tetapi juga sangat ditentukan

20 Wawancara pribadi dengan Senior Officer Compliance, Sjahril Bakri

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

69

oleh kualitas sumber daya insani para pelaku/praktisi perbankan syariah itu sendiri,

sehingga bank syari’ah bisa berjalan sesuai prinsip syari’ah dan dapat dimanfaatkan

masyarakat luas sebagai bagian dari sistem keuangan yang rahmatan lil alamin.

Dengan demikian, praktisi perbankan syari’ah tidak hanya terfokus pada

pengejaran target yang ditetapkan demi kepentingan shareholders, tetapi juga

berkomitmen pada penerapan syari’ah. Menurut UU Bank Indonesia No. 23 Tahun

1999, untuk mewujudkan sistem dan tatanan perbankan syariah yang sehat dan

istiqomah dalam penerapan prinsip syariah dibutuhkan Sumber Daya Insani (SDI)

yang mampu menguasai syari’ah dan teknis perbankan.21

21 http://www.bi.go.id/biweb/html/uu231999_id/index.html

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Melihat perkembangan perbankan syariah yang pesat dalam kurun waktu yang

relatif singkat, sambutan dan respon masyarakat serta potensi umat yang amat besar,

memberikan indikasi akan cerahnya prospek perbankan syariah dimasa yang akan

datang. Belajar dari kesalahan masa lalu, terbentuknya Good Corporate Governance

(GCG) dalam perbankan syari’ah merupakan strategi yang sangat efektif. Lebih dari

itu, GCG merupakan syarat bagi tercapainya profesionalisme perbankan yang selama

ini masih menjadi permasalahan bagi perbankan syari’ah.

Setelah menganalisis permasalahan yang diteliti, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dapat diketahui bahwa perumusan konsep GCG pada industri perbankan

itu sama, baik itu bank konvensional maupun bank syariah karena telah

diatur oleh Bank Indonesia. Dimana perumusan konsep GCG berawal dari

sebuah visi dan misi di setiap perusahaan, yang selanjutnya disesuaikan

dengan hukum dan peraturan yang berlaku yang pada akhirnya

terbentuklah sebuah pedoman umum GCG yang nantinya menjadi acuan

bagi para stakeholders.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

68

2. Yang membedakan antara konsep GCG pada bank syariah dan

konvensional yaitu terletak pada struktur organisasinya, dimana selain

RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi bank syariah memiliki Dewan

Pengawas Syariah yang kedudukannya setara dengan Dewan Komisaris,

selain itu letak perbedaannya juga terdapat pada corporate culture.

Dimana pada Bank Tabungan Negara dikenal dengan istilah POLA

PRIMA, sedangkan pada Bank Muamalat Indonesia ada celestial

Management dimana terdapat tiga tahapan dalam kehidupan itu yaitu, a

place of worship, a place of wealth, dan a place of warfare

B. Saran-saran

Dari penelitian ini, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Demi terciptanya GCG pada bank syari’ah perlu adanya suatu sumber daya

manusia yang benar-benar memahami akan prinsip syari’ah, sehingga bank

syari’ah benar-benar menjadi perintis dalam penerapan GCG dalam industri

perbankan.

2. Perlu ditingkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga kegiatan

operasional bank syari’ah tidak menyimpang dari prinsip syari’ah.

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

KONSEP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

(Studi komparatif antara konsep GCG Bank Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan Negara)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (SE. Sy)

Oleh:

Ahmad Rikza Nur NIM 106046101558

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... LEMBAR PERNYATAAN............................................................................... ABSTRAK.......................................................................................................... KATA PENGANTAR....................................................................................... DAFTAR ISI...................................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...............................................................

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................

D. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data....................

E. Review Studi Terdahulu...............................................................

F. Sistematika Penulisan..................................................................

1

6 7 7 9 13

BAB II PERSPEKTIF TEORITIS GOOD CORPORATE

GOVERNANCE (GCG)

A. Pengertian Good Corporate Governance....................................

B. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance.............................

C. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance...

D. Konsep Dasar Good Corporate Governance...............................

E. Tugas dan Tanggung Jawab Organ Perusahaan dalam

Menerapkan Good Corporate Governance..................................

15

19 25 27 31

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

BAB III GAMBARAN UMUM BANK TABUNGAN NEGARA (BTN)

DAN BANK MUAMALAT INDONESIA (BMI)

A. Gambaran umum Bank Tabungan Negara

1. Sejarah bank BTN...................................................................

2. Visi dan Misi bank BTN.........................................................

B. Gambaran Bank Muamalat Indonesia

1. Sejarah Pendirian Bank Muamalat Indonesia.........................

2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia................................

36 37 37 40

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN

A. Perumusan Konsep GCG di Bank Muamalat Indonesia dan

Bank Tabungan Negara................................................................

B. Penerapan Konsep Good Corporate Governance pada Bank

Tabungan Negara.........................................................................

C. Penerapan Konsep Good Corporate Governance pada Bank

Muamalat Indonesia.....................................................................

41

44

50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................

B. Saran-saran ..................................................................................

67

68

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

KONSEP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

(Studi komparatif antara konsep GCG Bank Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan Negara)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy)

Oleh:

Ahmad Rikza Nur

NIM: 106046101558

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. J.M. Muslimin, MA. Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM.

NIP : 150295489 NIP : 195406181981031005

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

PENGESAHAN TIM

PEMBIMBING SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

Tim Pembimbing Seminar Proposal Skripsi Program Studi Muamalat mengesahkan proposal skripsi:

Nama : Ahmad Rikza Nur

Nim : 106046101558

Konsentrasi : Perbankan Syariah

Judul : Good Corporate Governance Dalam Perspektif Syariah

Jakarta, 3 Mei 2010

Disahkan oleh TIM Pembimbing Seminar Proposal Skripsi:

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag

(……………………)

Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag

(……………………)

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

Pembimbing I : Dr. Euis Amalia, M.Ag

(……………………)

Pembimbing II : Drs. Zainul Arifin, MPd

(……………………)

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 06 September 2010

Ahmad Rikza Nur

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

ABSTRAK

Bisnis adalah sebuah situasi di mana orang-orang harus mempertimbangkan

manfaat dan longgar dalam kegiatan mereka. Sebagai activitiy bisnis, bank Islam atau

syari'at Jika ingin mendapatkan kembali tinggi di masa depan seperti laba tinggi,

kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan dan pangsa pasar yang tinggi, mereka dapat

menerapkan Good Corporate Governance (GCG) yang meliputi transparansi,

akuntabilitas, merespon, profesional, kewajaran. Isu tata kelola perusahaan telah

menjadi yang menonjol besar selama dua dekade terakhir. meskipun tata kelola

perusahaan telah menjadi unsur dunia bisnis untuk waktu yang lama, hanya dalam

beberapa tahun terakhir ini menjadi lebih di wilayah kepentingan publik sejak

terjadinya beberapa skandal korporasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar

di dunia. selama 25 tahun terakhir, kita menyaksikan bahwa sejumlah besar institusi

keuangan Islam telah didirikan di seluruh dunia. ada lebih dari 180 institusi keuangan

di seluruh dunia yang sesuai dengan perbankan syariah dan prinsip-prinsip

pembiayaan. lembaga-lembaga keuangan telah dikembangkan di lebih dari 45 negara

di seluruh dunia. sayangnya, meskipun fakta bahwa ada banyak literatur tata kelola

perusahaan, studi tentang tata kelola perusahaan sebagian besar telah dibahas dalam

konteks perbankan konvensional. Namun, isu tata kelola perusahaan bank syariah

sangat berbeda dibandingkan dengan bank konvensional. Oleh karena itu, kepatuhan

syariah dalam bank syariah akan menyebabkan perbedaan dalam mekanisme

pemerintahan di bank Islam. mereka berpendapat lebih lanjut bahwa pusat kerangka

tata kelola perusahaan untuk bank syariah adalah dewan pengawas syariah (DPS) dan

kontrol internal yang mendukungnya. keberangkatan dasar isu tata kelola perusahaan

di bank Islam adalah disebabkan oleh pengembangan dan pelaksanaan model

pembiayaan Islam yang harus sesuai dengan aturan syariah. demikian, kegiatan bank

Islam itu harus didasarkan pada pandangan dunia Islam dan harus tetap berada dalam

batasan syariah.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya,

shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya,

Muhammad SAW. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Konsep Good Corporate Governance (studi komparatif antara konsep GCG Bank

Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan Negara)”, maka penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag., MH,

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat.

3. Bapak Dr. J.M Muslimin, MA dan Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM.

selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya di

tengah-tengah kesibukan beliau untuk membimbing dan membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen khususnya pak Edy Setiadi serta segenap Civitas Akademika

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Pihak PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk khususnya pak Sjahril Bakrie, mba

Tika dan pak Imad serta PT. Bank Tabungan Negara, Tbk khususnya pak Wilson

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

Arafat dan Mba Yunita yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh

data dan informasi yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tuaku, Ayahanda H. Muhammad Nur dan Ibunda Hj. Siti Aisyah,

melalui setiap pesan dan nasihat yang pernah disampaikan selalu memberikan

cahaya inspirasi dalam melewati setiap langkah kehidupanku. Tak lupa kakakku

mpo Uun yang selalu mengingatkan aku dan adik-adikku Udan, Uni, Ubay serta

Enya dan Abi, Ncing-ncingku semua yang selalu mendoakan penulis dalam

pembuatan skripsi ini, berkat kalianlah penulis termotivasi untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

7. Seseorang yang selalu menemaniku, menyediakan waktu, tenaga dan fikiran

untuk membantuku serta memberikan motivasi dan perhatian penuh bagi penulis,

Lina Nurul Yama. Sahabat-sahabatku 5 kepala besi Utha, Gunawan, Sahrul,

khususnya Ochim (where are u?). temen-temenku satu perjuangan, Abdul

Badruddin, Ismail, Zulfikar Fauzi, Fauzan, Nova, Ntul, Ecy, Defri, Mumu. .

Sahabat-sahabatku, Abdul Hafidz, Rico, Iksan, Zacky, Dede, Eva, Nisa, Sony

yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dan Teman-

teman mahasiswa Perbankan Syariah Angkatan 2006, khususnya keluarga besar

PS A yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

8. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini

dan tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua masukan dan bantuannya

kepada penulis. Semoga diberkahi dan semoga kiranya skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semuanya.

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

Jakarta, 03 September 2010

Ahmad Rikza nur

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

DAFTAR PUSTAKA Agustianto, good corporate govenance di bank syari’ah, artikel diakses pada 5

januari 2008. Dari http://agustianto.wordpress.com Amin, Ma’ruf, Prospek Cerah Perbankan Islam, Jakarta: Lembaga Kajian Agama &

Sosial , 2007. Antonio, Muhammad Syafi’i,”Bank Syari’ah dari Teor ke Praktik”,Cet.I.-Jakarta:

Gema Insani Press, 2001 Amin, Riawan, Menata Perbankan Syariah di Indonesia, Cet. Ke-1, Jakarta: UIN

Press, 2009. Bab 1, Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 Tentang

Perbankan Syariah. Daniri, mas achmad, good corporate governance: konsep dan penerapannya dalam

konteks Indonesia, Jakarta: Ray Indonesia, 2005 Direktorat perbankan syaria’ah bank indonesia, good corporate governance bagi

bank umum syari’ah dan unit usaha syari’ah, peraturan bank indonesia nomor 11/33/2009.

E-Syari’ah,”Perkembangan Bank Syari’ah di Indonesia”,artikel diakses pada 25

februari 2010 dari http://cintasyariah.wordpress.com/2010/02/25/perkembangan-bank-syariah-di-indonesia/

Endri, penerapan good corporate governance dalam perbankan syariah, artikel

diakses pada 26 januari 2008. Dari http://tazkiaonline.com Handayani, ririn, good corporate governance perbankan syari’ah: sebuah akselerasi,

dalam lomba karya tulis perbankan syari’ah milad ke-4 BNI Syari’ah, ed. Prospek bank syari’ah pasca fatwa MUI, Yogyakarta:Suara Muhammadiyah, 2005.

Hinuri, hindarmojo, the essence of good corporate governance: konsep dan

implementasi pada perusahaan publik dan korporasi indonesia, Jakarta: yayasan pendidikan pasar modal indonesia & sinergi communication, 2002.

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

Hosen, M. Nadratuzzzaman, Dkk, lembaga bisnis syari’ah, Jakarta: pkes, 2006. Independent research & publication for business development , “Good Corporate

Governance (GCG): Revitalisasi Dan Strategi Aksi Korporasi Bumn-Bumd Indonesia Serta Tinjauan Model Restrukrisasi Dan Privatisasi”. (CeBIIS)

ISM, “Bank Muamalat Harus Ganti Nama”, artikel diakses pada 16 Februari 2010

dari http://www.niriah.com/berita/keuangan/1id401.html Junaedi, Ahyar, “Memahami Bank Syari’ah Melalui Fungsinya”, artikel diakses pada

13 agustus 2009 dari http://ibbloggercompetition.kompasiana.com/2009/08/13/memahami-bank syariah-melalui-fungsinya/

Komite Nasional Kebijakan Governance, pedoman umum good corporate

governance indonesia, diterbitkan oleh komite nasional kebijakan governance, 2006.

Kurniawan, three agus deddy, pengukuran penetapan good corporate governance

(studi kasus pada PT. Pupuk Sriwidjaya Perser, tesis fakultas ekonomi universitas Indonesia, Depok: 2007.

Lembaga administrasi negara dan badan pengawas keuangan dan pembangunan, akuntabilitas dan good corporate governance, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2007.

Mangkuprawira, sjafri, rumitnya tata kelola perusahaan, artikel diakses pada 13

februari 2010. Dari http://ronawajah.wordpress.com/2010/02/13. Moleong, lexy j, metodologi penelitian kuantitatif, bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2002. Muhlizar, Adietya . “Perbankan Syariah di Indonesia, Kemarin, Hari Ini, dan Masa

Yang Akan Datang”, Disampaikan pada Sharia Economics Training, Forum Silahturahmi Studi Ekonomi Islam Lampung (FOSSEIL), Bandar Lampung, 4 Mei 2008

Nazir, moh, metode penelitian, jakarta: Ghalia Indonesia, 2003. NH, Muhammad Firdaus, Dkk, ”konsep & implementasi Bank Syariah”, Cet.I.-

Jakarta: Renaisan,2005

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

Oka, viraguna bagoes, GCG pada perbankan dalam prosiding:PT dan GCG, Jakarta: pusat pengkajian hukum, 2006.

Pramono, sigit, corporate governance in islamic bank: critikal issues and suitability

of conventional corporate governance mechanism, jurnal SEBI, ed. Keuangan publik islam, STEI SEBI, no 1, 2008.

Rodoni, Ahmad - Hamid, Abdul, “lembaga keuangan syari’ah”, Cet.I.- Jakarta:

Zikrul Hakim, 2008 Samroni, imam, rakyat dalam good corporate governance: posisi, hubungan dan

skema keadaban, artikel diterbitkan pada 1 agustus 2007.

Setiawan, Muhammad Budi, “Tinjauan Politik Hukum Perbankan Syariah di Indonesia”, artikel diakses pada 10 November 2007 dari http://www.nggersik.com/tinjauan-politik-hukum-perbankan-syariah-di-indonesia.htm

Sjahdeini, Sutan Remy,”Menuju Perbankan Yang Sehat Dan Credible Melalui Good

Corporate Governance”, dalam seminar tahun 2004 Bahana securities, Jakarta 28 januari 2004.

, peranan fungsi pengawasan bagi pelaksanaan good

corporate governance,editor R.M Thalib Puspokusumo, Jakarta: tim pakar hukum departemen kehakiman dan hak asasi manusia republik indonesia, 2000.

Surya, indra dan yustiavandana, ivan, penerapan good corporate governance

mengesampingkan hak-hak istimewa demi kelangsungan usaha, jakarta: kencana, 2006.

STEI Tazkia, good corporate governance dalam pandangan islam, artikel diakses

pada 14 April 2008. Dari http://tazkia.ac.id/index.php?option=com. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Warsito, hermawan, pengantar metodologi, jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

1993.

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6054/1/Ahmad... · A. Latar Belakang Masalah Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan

Wilamarta, misahadi, penerapan prinsip GCG dalam PT, Jakarta: center of education and legal studies, 2007.

Wirdyaningsih, dkk, “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”, (Jakarta: Kencana

Prenada Media, 2007)