48
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kaitannya dengan pendidikan, menurut pendapat Tilaar yang dikutip oleh Mulyasa (2002: 4) “pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada empat krisis pokok, yang berkaitan dengan kuantitas, relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme, dan manajemen”. Lebih lanjut dikemukakan bahwa sedikitnya ada enam masalah pokok sistem pendidikan nasional, yaitu : “menurunnya akhlak dan moral peserta didik, pemerataan kesempatan belajar, masih rendahnya efisiensi internal system pendidikan, status kelembagaan, manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, sumber daya yang belum professional.” (Mulyasa, 2002, 4) Untuk menghadapi masalah sistem pendidikan perlu dilakukan penataan terhadap sistem pendidikan secara menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Dengan perubahan sosial maka bisa memberi arahan bahwa pendidikan merupakan salah satu pendekatan dasar yang dibutuhkan oleh setiap orang. Sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, Sains (IPA) terutama Fisika dengan visi dan misinya antara lain: berupa mendidik siswa yang berilmu dan berketrampilan unggul serta memiliki etos kerja, melatih melakukan penelitian sesuai proses / metode ilmiah, dan belajar dengan mengaplikasikan pengetahuan terbaiknya, mempunyai sikap disiplin, jujur dan bertanggungjawab. Selain itu juga bersikap peka, tanggap dan berperan aktif dalam menggunakan Sains untuk memecahkan problem di lingkungannya. Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik proses, produk, maupun sikap yang baik, siswa diharapkan mampu mengembangkan ilmunya, bertenggangrasa, mampu membina kerjasama yang sinergis demi tercapainya efisiensi dan efektivitas, kualitas serta kesuksesan nyata bagi siswa. Seorang guru harus mempunyai strategi dalam mengajar agar siswa dapat belajar secara efektif dan 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kaitannya dengan pendidikan, menurut pendapat Tilaar yang

dikutip oleh Mulyasa (2002: 4) “pendidikan nasional dewasa ini sedang

dihadapkan pada empat krisis pokok, yang berkaitan dengan kuantitas, relevansi

atau efisiensi eksternal, elitisme, dan manajemen”. Lebih lanjut dikemukakan

bahwa sedikitnya ada enam masalah pokok sistem pendidikan nasional, yaitu :

“menurunnya akhlak dan moral peserta didik, pemerataan kesempatan belajar,

masih rendahnya efisiensi internal system pendidikan, status kelembagaan,

manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, sumber

daya yang belum professional.” (Mulyasa, 2002, 4)

Untuk menghadapi masalah sistem pendidikan perlu dilakukan penataan

terhadap sistem pendidikan secara menyeluruh, terutama berkaitan dengan

kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia

kerja. Dengan perubahan sosial maka bisa memberi arahan bahwa pendidikan

merupakan salah satu pendekatan dasar yang dibutuhkan oleh setiap orang.

Sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, Sains (IPA) terutama

Fisika dengan visi dan misinya antara lain: berupa mendidik siswa yang berilmu

dan berketrampilan unggul serta memiliki etos kerja, melatih melakukan

penelitian sesuai proses / metode ilmiah, dan belajar dengan mengaplikasikan

pengetahuan terbaiknya, mempunyai sikap disiplin, jujur dan bertanggungjawab.

Selain itu juga bersikap peka, tanggap dan berperan aktif dalam menggunakan

Sains untuk memecahkan problem di lingkungannya. Melalui penguasaan mata

pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik proses, produk, maupun sikap yang

baik, siswa diharapkan mampu mengembangkan ilmunya, bertenggangrasa,

mampu membina kerjasama yang sinergis demi tercapainya efisiensi dan

efektivitas, kualitas serta kesuksesan nyata bagi siswa. Seorang guru harus

mempunyai strategi dalam mengajar agar siswa dapat belajar secara efektif dan

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

2

efisien dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal. “The following categories

for teacher review and evaluation were proposed: Organization in preparing

and presenting instructional plans, Evaluation, Recognition of individual

differences, Cultural awareness, Understanding youth, Management,

Educational policies and procedures”. (Lee S. Shulman: 1986)

Sifat pengetahuan dan ketrampilan yang harus dikuasai oleh masyarakat

sangat beragam dan berkualitas, sehingga diperlukan kurikulum yang mendorong

meningkatnya keunggulan dalam kemampuan kognitif, kemampuan berpikir,

memilih, menilai pengetahuan dan mengatasi masalah mutu pendidikan di

Indonesia.

Salah satu faktor yang menentukan hasil belajar adalah pendekatan

pengajaran yang digunakan guru dalam proses belajar-mengajar. Pendekatan

dalam proses belajar-mengajar pada dasarnya adalah melakukan proses belajar

yang menekankan pada proses untuk memperoleh pengetahuan. Salah satu

pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya peningkatan proses belajar-

mengajar agar diperoleh prestasi belajar siswa yang baik adalah ketrampilan

proses. Ketrampilan proses mempunyai komponen mengamati (observasi),

menggolongkan (klasifikasi), menafsirkan (menginterpretasi), meramalkan

(memprediksi), menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan, yang

secara konseptual mempunyai ciri sebagai berikut: (1) menekankan pentingnya

keberartian belajar untuk mencapai hasil belajar yang memadai, (2) menekankan

pentingnya keterlibatan siswa dalam proses belajar, (3) bahwa belajar adalah

proses dua arah yang menekankan hasil belajar secara tuntas. (Depdikbud, 1986:

9-10)

Untuk menekankan keterlibatan siswa pada proses belajar aktif, metode

mengajar yang baik dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah metode

demonstrasi dan metode eksperimen. Dalam metode demonstrasi, siswa

diharapkan untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang hal-hal yang

berhubungan dengan proses pengaturan, pembuatan, cara kerja, penggunaan dan

untuk mengetahui atau melihat suatu kebenaran. Sedangkan metode eksperimen,

siswa dapat memperlihatkan suatu proses untuk nanti mengambil kesimpulan.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

3

Dengan eksperimen siswa dapat menemukan bukti kebenaran sesuatu yang sedang

dipelajari.

Dalam pembelajaran Fisika di SMP siswa perlu memiliki kreativitas

yang dikembangkan melalui observasi dan eksperimen serta berpikir ilmiah.

Dalam pembelajaran Fisika didasari tujuan dalam mengamati, memahami, dan

memanfaatkan gejala-gejala alam yang melibatkan zat (materi) dan energi. Selain

mempelajari keterkaitan konsep-konsep Fisika dalam kehidupan nyata diperlukan

juga pengembangan sikap serta kesadaran terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi beserta dampaknya. Kemampuan dalam berobservasi

dan bereksperimen lebih ditekankan pada melatih kemampuan yang digunakan

dalam membentuk kreativitasnya dengan berbagai konsep dan prinsip Fisika. Hal

ini dimaksudkan siswa mampu melatih pikirannya dengan menggunakan

imajinasi, efisiensi sehingga pikirannya meningkat. Dengan cara seperti ini siswa

akan berhasrat dan memiliki bekal dalam mencetuskan ide-ide baru dengan

menyelami seluk beluk prosesnya.

Pembelajaran yang dilaksanakan dengan pendekatan serta metode yang

sesuai akan dapat mencapai tujuannya. Tujuan pembelajaran meliputi aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek ini saling berkaitan satu sama

lain. Aspek kognitif dipengaruhi oleh aspek afektif dan psikomotorik yang

dimiliki siswa. Dengan demikian pembelajaran yang dilaksanakan harus bisa

mencapai ketiga aspek tersebut (kognitif, afektif, dan psikomotorik). (Nana

Sudjana, 1990: 22)

Sesuai dengan Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP)

(Depdiknas, 2003) dan suplemennya berdasarkan sistem semester, sub pokok

bahasan Bunyi diberikan pada siswa SMP kelas VIII semester II. Dari pokok

bahasan tersebut akan dilakukan penelitian pembelajaran dengan pendekatan

ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari

kreativitas siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti mengajukan

judul penelitian:

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

4

”PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN

KETRAMPILAN PROSES MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN

EKSPERIMEN DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA DI SMP”

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka, dapat diidentifikasi beberapa

masalah, antara lain :

1. Masalah pokok sistem pendidikan nasional.

2. Pelajaran Fisika merupakan suatu mata pelajaran yang meliputi karakteristik

proses, produk ilmiah, sikap ilmiah, mampu membina kerjasama yang sinergis

demi tercapainya efisiensi dan efektivitas, kualitas serta kesuksesan nyata bagi

siswa.

3. Pendekatan ketrampilan proses merupakan suatu pendekatan pembelajaran di

mana siswa mampu merencanakan penelitian, mengamati, mengklasifikasi,

menafsirkan, meramalkan, menerapkan, dan mengkomunikasikannya.

4. Pendekatan ketrampilan proses dapat diterapkan pada metode eksperimen dan

demonstrasi.

5. Kreativitas yang dimiliki setiap siswa saat berdemonstrasi maupun

bereksperimen akan mempermudah siswa dalam memahami konsep pada

pokok bahasan yang diajarkan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, penelitian

ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan ketrampilan proses.

2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dan

demonstrasi.

3. Ketrampilan siswa yang digunakan adalah kreativitas siswa saat melakukan

demonstrasi dan eksperimen.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

5

4. Materi pelajaran yang diteliti adalah sub pokok bahasan Bunyi yang

merupakan salah satu pokok bahasan di SMP kelas VIII semester II.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan ketrampilan

proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar

Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi?

2. Adakah perbedaan pengaruh antara tingkat kreativitas siswa kategori tinggi

dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi?

3. Adakah interaksi antara penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui

metode pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika

siswa pada pokok bahasan Bunyi?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara penggunaan

pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi

terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.

2. Mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara tingkat

kreativitas siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika

siswa pada pokok bahasan Bunyi.

3. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi antara pengaruh penggunaan

pendekatan ketrampilan proses melalui metode pembelajaran dan kreativitas

siswa terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang penting

dalam:

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

6

1. Memberi masukan bagi guru dan calon guru dalam rangka pemilihan

pendekatan pembelajaran dengan metode yang tepat untuk meningkatkan

kreativitas dan ketrampilan siswa.

2. Memberi masukan kepada mahasiswa sebagai peneliti selanjutnya diharapkan

dapat mengembangkan penelitiannya dalam memilih pendekatan

pembelajaran dan metode yang digunakan.

3. Meningkatkan interaksi antara siswa dan guru sehingga diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Meningkatkan kreativitas siswa dan ketrampilan siswa sehingga dapat

meningkatkan proses belajar siswa.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Belajar

a. Teori-teori Belajar

Ada beberapa macam teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli,

antara lain:

1) Teori Belajar menurut Bruner

Bruner mengemukakan empat tema pendidikan:

a) Struktur pengetahuan Dengan struktur pengetahuan dapat menolong para siswa untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain, dan pada informasi yang telah mereka miliki.

b) Kesiapan untuk belajar Kesiapan belajar menurut Bruner terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.

c) Intuisi dalam proses pendidikan Dengan intuisi dimaksudkan bahwa proses pendidikan akan mencapai formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih atau tidak.

d) Motivasi untuk belajar Cara-cara yang dilakukan guru saat proses belajar mengajar dapat merangsang motivasi belajar siswa. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut para siswa akan berpartisipasi secara aktif. (Ratna Wilis Dahar, 1988: 98)

Jadi menurut Bruner setiap pengalaman belajar dapat dilakukan manusia

melalui pengalaman-pengalaman untuk memperoleh informasi dan bagaimana

manusia itu memilih informasi untuk dikembangkan, dipertahankan dan

ditransformasikan lewat ketrampilan dan kemampuan berpikirnya.

2) Teori Belajar menurut Gagne

Gagne mengemukakan lima macam kemampuan yang diharapkan untuk

memperoleh hasil belajar:

7

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

8

a) Ketrampilan intelektual Ketrampilan-ketrampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan, karena ketrampilan ini merupakan penampilan yang ditunjukkan oleh siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukan.

b) Strategi kognitif Dalam teori belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir.

c) Informasi verbal Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dan dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca, radio, televisi, dan media yang lainnya.

d) Sikap-sikap Sikap dapat ditunjukkan oleh perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan sains.

e) Ketrampilan motorik Ketrampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan ketrampilan intelektual. (Ratna Wilis Dahar, 1988: 135-140)

Penampilan-penampilan yang dapat diamati dari teori belajar Gagne

merupakan suatu kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat

berinteraksi dengan lingkungan melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-

gagasan, strategi-strategi kognitif, sikap dan ketrampilan motoriknya.

3) Teori Belajar menurut Piaget

Piaget's constructivist starting point is that knowledge does not exist

outside the cognitive system but that it is being constructed by individuals through

their interactions with the environment (e.g. Piaget & Garcia 1991). In this

respect, Piaget distinguishes cognitive processes as interpretations of the world

within the framework of existing cognitive structures (assimilation) from those

processes in which parts of the cognitive structures change (accommodation).

Piaget's term for these parts of the cognitive structure is schema.

Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan proses genetik,

artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yakni perkembangan

sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin

kompleks susunan sel syaraf dan makin meningkat pula pengetahuannya.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

9

Menurut Piaget: setiap individu mengalami tingkat-tingkat

perkembangan intelektual:

a) Tingkat Sensori-motor (0-2 tahun) Selama periode ini anak mengatur alamnya dengan panca-inderanya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Periode ini bayi tidak mempunyai konsepsi.

b) Tingkat Pra-operasional (2-7 tahun) Pada tingkat pra-operasional terdiri atas dua sub tingkat. Sub-tingkat pertama antara 2-4 tahun yang disebut sub-tingkat pra-logis, sub-tingkat kedua ialah antara 4-7 tahun yang disebut tingkat berpikir intuitif. Pada sub-tingkat pra-logis penalaran anak adalah transduktif yaitu menalar dari umum ke khusus.

c) Tingkat Operasional Konkret (7-11 tahun) Tingkat ini merupakan permulaan berfikir rasional. Berarti, anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Jadi anak dalam periode operasional konkret memilih pengambilan keputusan logis, dan bukan keputusan perseptual.

d) Tingkat Operasional Formal (11 tahun keatas) Pada tingkat ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan anak pada periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa konkret tetapi dengan kemampuan untuk berpikir abstrak. (Ratna Wilis Dahar, 1988: 152-155)

Jadi menurut Piaget setiap individu mengalami tingkatan perkembangan

intelektual. Pada intelektual tingkat operasional formal yang terjadi pada anak usia

11 tahun keatas, sesuai dengan objek yang digunakan yaitu anak SMP yang

berumur rata-rata 14 tahun. Siswa tersebut memiliki kemampuan untuk berpikir

abstrak yang menunjang penelitian ini dalam hubungannya dengan kreativitas.

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan-

perubahan, pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, tingkah laku, baik potensial

maupun aktual seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan-perubahan itu

terbentuk kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama

(konstan). Serta perubahan-perubahan tersebut terjadi karena usaha yang

dilakukan oleh individu yang sedang belajar.

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata

mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

10

informasi / materi pelajaran. Adapula yang memandang belajar sebagai latihan

belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.

Menurut Winkel dalam bukunya Psikologi Pengajaran (1987:36)

menyatakan: “Belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam

interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan

pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat

konstan dan berbekas”. Sedangkan pendapat Gagne yang dikutip oleh Ratna

Dahar Wilis (1988: 11): “Belajar didefinisikan sebagai suatu proses di mana

suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.”

Slameto (1995: 2) berpendapat bahwa : “Belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi lingkungannya.” Jadi pengertian belajar dengan ketrampilan proses

adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah

laku dengan berpikir ilmiah sehingga dapat mengembangkan kemampuan

mengumpulkan fakta berupa mengamati, mengukur, mengklasifikasi, mencari

hubungan, menggambarkan, menghipotesis, meneliti, menentukan variabel,

menafsirkan data, menyimpulkan dan mengkomunikasikannya.

c. Tujuan Belajar

Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat

penting, sebab semua komponen dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas

dasar pencapaian tujuan belajar.

Dalam usaha pencapaian tujuan perlu diciptakan sistem lingkungan /

kondisi belajar yang baik. Sistem lingkungan yang baik terdiri dari komponen-

komponen pendukung: tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang

digunakan untuk mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta

memiliki hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan dan sarana / prasarana yang

tersedia.

Tujuan belajar bermacam-macam dan bervariasi, tetapi dapat

diklasifikasikan menjadi dua: yaitu pertama yang secara eksplisit diusahakan

untuk dicapai tindakan instruksional, lazim dinamakan instruksional efeks, yang

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

11

biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan yang kedua

merupakan hasil sampingan yang diperoleh misalnya: kemampuan berpikir kritis,

kreatif, dan sikap terbuka. Hasil sampingan ini disebut nurturant effect.

Menurut Bloom yang dikutip oleh Suwarni (1996: 19): “Tujuan belajar

dikelaskan menjadi tiga kelas yakni kognitif, afektif dan psikomotorik.”

1) Ranah kognitif

Ranah kognitif meliputi : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

2) Ranah afektif

Ranah afektif meliputi : kemampuan menerima, kemampuan menanggapi,

berkeyakinan, penerapan kerja, dan ketelitian.

3) Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik meliputi : gerak tubuh, koordinasi gerak, komunikasi non

verbal dan perilaku bicara.

“Seorang siswa dikatakan berhasil dalam belajar jika siswa mencapai

kriteria tingkat keberhasilan belajar yang meliputi hal-hal berikut: pengetahuan,

konsep, ketrampilan dan sikap. Sehingga tujuan belajar adalah untuk mendapatkan

pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan, serta pembentukan sikap”

(Sardiman A.M, 1990: 28).

Jadi tujuan belajar di sini adalah kesempatan untuk memperoleh

pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan-kemampuan

intelektual siswa, merangsang keingintahuan siswa dan memotivasinya untuk

belajar.

2. Hakikat Mengajar

a. Pengertian Mengajar

Salah satu pengertian mengajar bisa merupakan kegiatan menyampaikan

pesan berupa pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari

guru kepada peserta didik. Kegiatan mengajar sebenarnya bukan sekedar

menyangkut persoalan penyampaian pesan-pesan dari seorang guru kepada

peserta didik, tetapi menyangkut persoalan bagaimana guru membimbing dan

melatih peserta didik untuk belajar. Kegiatan membimbing dan melatih peserta

didik untuk belajar diperlukan kemampuan profesional dari guru.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

12

Perbuatan mengajar merupakan perbuatan yang kompleks. Mengajar

menuntut ketrampilan tingkat tinggi karena harus dapat mengatur berbagai

komponen dan menyelaraskan untuk terjadinya proses belajar-mengajar yang

efektif. Menurut Tyson dan Caroll yang dikutip oleh Muhibin Syah (2004: 182):

“Mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara

siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan”.

Dalam hal ini, ada berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan

proses mengajar. Menurut Moh. Ali yang dikutip oleh Mulyani Sumantri (1989:

29-37) menyatakan azas-azas mengajar yang harus dipegang oleh guru adalah:

1) Mengajar sepatutnya mempertimbangkan pengalaman belajar (peserta didik) sebelumnya.

2) Proses pengajaran dimulai bila peserta didik dalam keadaan siap untuk melakukan kegiatan belajar.

3) Bahan pelajaran seharusnya menarik minat peserta didik untuk mempelajarinya.

4) Dalam melaksanakan pengajaran, guru seharusnya berusaha agar peserta didik terdorong untuk melakukan kegiatan belajar.

Mengajar juga berarti membimbing para siswa, guru sebagai

pembimbingnya yaitu membimbing kegiatan belajar dan membimbing

pengalaman belajar siswa. Dalam membimbing kegiatan siswa guru memberi

contoh dan dorongan kepada siswa serta menata lingkungan sehingga

memungkinkan siswa belajar dengan mudah. Dalam membimbing

pengalaman belajar siswa, guru dituntut untuk menghubungkannya dengan

lingkungan, sebab dalam berinteraksi dengan lingkungan itulah sesungguhnya

siswa mengalami proses belajar. Oleh karena itu, guru dituntut merealisasikan

segenap upaya ranah psikologis siswa sehingga siswa mampu mengalami

proses belajarnya secara optimal.

b. Kegiatan Mengajar

Kegiatan mengajar pada umumnya dilakukan di sekolah-sekolah, ada

interaksi dan komunikasi antara siswa dan guru. Komunikasi yang digunakan

untuk mengembangkan interaksi antara guru dan siswa supaya suasana kelas

menjadi hidup adalah komunikasi sebagai interaksi banyak arah. Pada komunikasi

ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara siswa dan guru tetapi juga ada

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

13

interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Jadi dalam komunikasi

ini guru tidak hanya sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi siswa yang satu

dapat menjadi sumber belajar bagi siswa yang lain.

3. Pendekatan Ketrampilan Proses

Mengajar yang mengacu pada proses perubahan tingkah laku menuntut

pendekatan pembelajaran yang tepat, di mana pendekatan ini diupayakan

berfungsi sebagai ketrampilan fisik dan mental anak selama proses pembelajaran

dalam rangka memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Pendekatan tersebut

merupakan pendekatan ketrampilan proses yang dapat diartikan sebagai teknik

mengajar yang melibatkan siswa secara aktif, sehingga siswa dapat menemukan

fakta dan konsep Fisika dengan jalan mengembangkan ketrampilan dan

kemampuan yang ada. Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

ketrampilan proses yaitu ketrampilan fisik dan mental yang pada dasarnya ada

dalam diri siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ketrampilan tersebut

misalnya ketrampilan mengamati, menghitung, mengukur, mengklasifikasi,

membuat hipotesis, bereksperimen, mengolah data, menyusun kesimpulan,

meramalkan, menerapkan dan mengkomunikasikan sesuai dengan konsep masalah

yang dihadapi. Dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses maka siswa

akan lebih mudah mengerti dan memahami pembelajaran Fisika yang terdapat

banyak rumus.

Ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan

ketrampilan proses dalam kegiatan belajar-mengajar sehari-hari.

a. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.

b. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkret.

c. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak, penemuannya bersifat relatif, sehingga anak perlu dibina berpikir dan bertindak secara kreatif.

d. Dalam proses belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari diri siswa. (Margono, 1998: 40) Ada beberapa kelebihan dan kelemshsn dari pendekatan ketrampilan

proses yang dikemukakan oleh Margono (1998: 43) antara lain:

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

14

a. Memberi bekal bagaimana cara memperoleh pengetahuan sehingga dapat menerapkan pengetahuan yang dapat menyiapkan siswa untuk masa depan.

b. Merupakan pendekatan yang kreatif karena para siswa aktif melakukan kegiatan ilmiah sendiri sehingga dapat meningkatkan cara berfikir dan cara mendapatkan pengetahuan.

Sedangkan kelemahannya antara lain: a. Memerlukan waktu banyak. b. Memerlukan fasilitas yang cukup.

Kesulitan dalam merumuskan masalah, dalam menyusun hipotesis,

dalam menentukan data, dalam menarik kesimpulan dan dalam pengolahan data

yang tersedia.

4. Metode Mengajar

a. Prinsip Metode Mengajar

Metode adalah suatu cara khusus untuk mendapatkan sesuatu.

Sedangkan metode mengajar adalah cara yang teratur dipergunakan guru dalam

hubungan dengan siswa saat berlangsungnya pelajaran guna pencapaian tujuan

pelajaran seperti yang dikemukakan oleh Roestiyah NK (2001: 1) bahwa:

“metode mengajar merupakan suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang

digunakan oleh guru atau instruksional”.

Prinsip metode mengajar sangat mempengaruhi proses belajar-mengajar,

sehingga seorang guru harus pandai-pandai memilih metode yang tepat untuk

menciptakan proses belajar-mengajar. Dengan metode mengajar yang tepat

sasaran dan mudah dipahami siswa tentunya akan membuat IPA/ Fisika menjadi

lebih menyenangkan.

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan

mempertunjukan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu

yang sedang dipelajari menurut topik bahasan yang diajarkan.

Adapun tujuan penggunaan metode demonstrasi ini menurut Roestiyah NK (2001:

83) adalah :

1) Siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun suatu materi yang sedang dipelajari.

2) Siswa mengerti cara menggunakan alat yang dipercobakan. 3) Siswa mampu mengkonkretkan informasi atau penjelasan dari guru.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

15

4) Siswa mampu mengembangkan kemampuan pengamatan dan ketrampilan menggunakan alat yang dipercobakan. Sebagai salah satu metode mengajar, metode demonstrasi memiliki

kelebihan dan kelemahan, yaitu:

Adapun kelebihan metode demonstrasi yang dikemukakan oleh Rini Budiharti

(1998: 33) antara lain:

b) Demonstrasi memberi gambaran dan pengertian yang lebih jelas daripada hanya dengan keterangan lisan

c) Demonstrasi menunjukkan dengan jelas langkah-langkah suatu proses atau ketrampilan.

d) Demonstrasi lebih mudah dan lebih efisien daripada membiarkan siswa melakukan eksperimen.

e) Demonstrasi memberikan kesempatan pada siswa untuk mengamati sesuatu yang cermat.

f) Pada akhir demonstrasi dapat dilakukan diskusi, dimana siswa mendapat kesempatan bertukar pikiran untuk memperbaiki atau mempertajam pengertian.

Sedangkan kelemahan metode demonstrasi adalah : a) Memerlukan keterampilan khusus b) Tidak semua siswa terlibat dalam kegiatan demonstrasi. c) Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan d) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus

dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu. e) Tidak dapat dikenakan untuk jumlah siswa yang cukup besar. f) Jika alatnya terlalu kecil / penempatan yang kurang tepat menyebabkan

demonstrasi tidak dapat dilihat dengan jelas. Dalam metode demonstrasi bila waktu tidak tersedia dengan cukup maka

demonstrasi akan berlangsung terputus-putus maka dalam metode ini waktu

sangat diperhatikan sehingga dalam berdemonstrasi tidak dijalankan tergesa-gesa

sehingga hasilnya bisa memuaskan. Dengan cara tersebut, siswa dapat mengamati

dan memperhatikan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran

berlangsung, sehingga siswa lebih paham tentang konsep yang disampaikan guru.

c. Metode Eksperimen

Metode eksperimen diartikan sebagai cara belajar-mengajar yang

melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan

hasil percobaan. Kegiatan eksperimen yang dilakukan peserta didik merupakan

kesempatan meneliti yang dapat mendorong mereka berpikir ilmiah dan rasional

serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang di masa datang.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

16

Adapun tujuan dari penggunaan metode eksperimen :

1) Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data

yang diperoleh

2) Agar peserta didik mampu mencari, menemukan, merancang,

mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan dari berbagai

persoalan yang dihadapinya.

3) Melatih peserta didik dalam berpikir ilmiah untuk menarik kesimpulan

dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan

Adapun langkah-langkah dalam melakukan eksperimen yang

dikemukakan oleh Rini Budihari (1998: 34) antara lain :

1) Menyadari adanya suatu masalah yang dirasakan penting oleh siswa, yang timbul dari pengalaman siswa sehari-hari.

2) Merumuskan masalah sehingga diketahui tujuan eksperimen. 3) Mengumpulkan dan mengorganisasikan data. 4) Mengajukan hipotesis yaitu dugaan atau terkaan tentang penyelesaian

masalah. 5) Mengetes kebenaran hipotesis. 6) Menarik kesimpulan. 7) Menetapkan atau menerapkan hasil eksperimen.

Kelebihan metode eksperimen yang dikemukakan oleh Rini Budihari

(1998: 35) antara lain :

1) Siswa terlibat didalamnya, sehingga siswa merasa ikut menemukan serta mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dalam hidupnya.

2) Mendorong siswa menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah.

3) Menambah minat siswa dalam belajar. Sedangkan kelemahanya :

1) Memerlukan peralatan percobaan yang komplit. 2) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang

memerlukan waktu yang lama. 3) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada

kesalahan menyimpulkan. 4) Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang

berpengalaman dalam penelitian. Metode eksperimen termasuk metode yang efektif karena dapat

memberikan gambaran secara konkret dan siswa dapat terlibat langsung dalam

proses eksperimen. Dalam metode ini, ada yang perlu diperhatikan yaitu:

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

17

1) Siswa dalam bereksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu

diberi petunjuk yang jelas.

2) Memerlukan waktu yang banyak.

3) Guru mengawasi pekerjaan siswa bila perlu memberi saran atau pertanyaan

yang menunjang kesimpulan dari percobaan.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dengan metode eksperimen

akan lebih melibatkan siswa secara aktif, sebab siswa melakukan percobaan

tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaan.

Dalam metode ini, seorang siswa diarahkan untuk bekerja secara mandiri sesuai

dengan langkah-langkah yang sudah disebutkan dalam Lembar Kerja Siswa.

5. Pengajaran Fisika Di SMP

a. Hakikat Fisika

Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) adalah ilmu yang mempelajari alam

dengan segala isinya. IPA di SMP mempunyai beberapa cabang, salah satunya

adalah Fisika. Menurut Brakhous (1972), yang dikutip oleh Druxes (1986: 3):

“Fisika adalah kejadian alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan,

pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis dan berdasarkan

peraturan-peraturan umum.” Berdasarkan kutipan ini Fisika merupakan ilmu yang

mempelajari gejala-gejala alam, yang hasilnya dirumuskan dalam bentuk definisi

ilmiah dan persamaan matematika berdasarkan hasil pengamatan dan

penyelidikan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Fisika adalah salah satu cabang dari ilmu

pengetahuan alam yang berusaha menguraikan dan menjelaskan gejala-gejala

alam serta interaksinya dan menerangkan bagaimana gejala tersebut diukur

melalui pengalaman dan penyelidikan, prediksi dan proses yang dapat dipelajari

dengan teori.

b. Tujuan Pengajaran Fisika

Tujuan pengajaran Fisika di SMP menurut GBBP Fisika SMP (2004: 2)

adalah ”Agar siswa menguasai konsep-konsep Fisika dan saling keterkaitannya

serta menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

18

masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari kebesaran dan

kekuasaan penciptanya”.

Berdasar tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran

Fisika adalah memperoleh wawasan dan menguasai konsep Fisika dan saling

keterkaitannya dengan sikap ilmiah, kritis, dan obyektif.

6. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Konsep kreativitas termasuk konsep yang luas dan kompleks sehingga

sulit merumuskan secara tepat apa yang dimaksud dengan kreativitas tersebut,

berikut dikemukakan definisi kreativitas dari para ahli atau peneliti yang pernah

membahas masalah tersebut.

Pendapat Freedman (1982) yang dikutip oleh Sri Suwarsi dkk (2000: 44)

mengemukakan: ”Kreativitas sebagai kemampuan untuk memahami dunia,

menginterpretasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara yang baru

dan asli”. Sedang Woolfolk (1984: 53) memberi batasan: ”Kreativitas merupakan

kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu (hasil) yang baru atau asli atau

pemecahan suatu masalah”.

Pendapat Utami Munandar yang dikutip Alisyahbana (1983: 53):

“kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru yang

memungkinkannya untuk mengubah dan memperkaya dunianya dengan

penemuan-penemuan di bidang ilmu, teknologi, seni maupun bidang yang lain.”

Jadi kreativitas merupakan proses mental yang kompleks dari berbagai

jenis keterampilan khas manusia yang dapat melahirkan ungkapan yang unik,

berbeda, orisinil, sama sekali baru.

Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa dalam kreativitas

ada unsur-unsur: (1) menciptakan gagasan baru, (2) memodifikasi, (3)

menciptakan produk baru, (4) pengungkapan yang unik, (5) menghubungkan ide,

(6) membuat kombinasi-kombinasi baru. Dengan demikian jelas bahwa

kemampuan tersebut di atas tidak dimiliki oleh semua orang, melainkan hanya

orang-orang tertentu yang dikatakan sebagai orang kreatif. Siswa yang kreatif

akan berpengaruh pada sikap mental atau kepribadian seseorang. Pengembangan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

19

kemampuan kreatif akan berpengaruh pada sikap mental atau kepribadian

seseorang.

Menurut Moor yang dikutip oleh Shodik A.Kuntoro (1992:16)

menjelaskan empat ciri utama kreativitas berfikir sebagai berikut:

1) Sensitifitas terhadap masalah (problem sensitivity), menunjukkan pada kemampuan untuk melihat masalah secara tajam.

2) Kelancaran ide (idea fluency), menunjukkan pada kemampuan untuk menciptakan ide-ide sebagai alternatif pemecahan masalah.

3) Kelenturan berfikir (idea flexibility), menunjuk pada kemampuan siswa memindahkan ide (pemikiran), meninggalkan satu kerangka berfikir yang lain untuk mengganti pendekatan yang satu dengan yang lain.

4) Keaslian berfikir (idea originality) , menunjuk pada kemampuan siswa untuk menciptakan ide-ide asli dari dirinya.

Perilaku kreatif tersebut di atas sangat diinginkan oleh pendidik

terhadap para siswa dalam proses belajar-mengajar untuk meningkatkan prestasi

belajar.

b. Cara Mengukur Kreativitas

Untuk mengetahui kreativitas seseorang bukanlah cara yang mudah

dilakukan, karena cara untuk mengukur suatu kemampuan psikologis,

memerlukan pengetahuan tentang evaluasi yang lebih rumit, lebih-lebih

pengukuran terhadap aspek kreativitas.

Untuk mengetahui tingkat kreativitas seseorang menurut Dedi Supriadi

(1994) yang dikutip oleh Sri Suwarsi dkk (2000: 66) dapat dilakukan dengan

lima macam pendekatan, yaitu :

1) Pendekatan Analisis Obyektif Pendekatan ini berusaha untuk mengetahui kreativitas seseorang

dengan mengukur secara langsung ( melihat ) hasil dari proses pemikiran kreatif dari seseorang yang menghasilkan karya-karya yang dapat dilihat wujud fisiknya.

2) Pendekatan Pertimbangan Subyektif Pendekatan ini menekankan pada pertimbangan-pertimbangan

subyektif dari peneliti terhadap individu atau hasil kreatif yang telah dicapai oleh seseorang.

3) Menggunakan inventory Kepribadian Inventory adalah suatu alat berbentuk pernyataan atau pertanyaan yang

harus dijawab atau direspon oleh individu, sehingga dari hasil jawaban atau respon dari individu tersebut dapat diketahui apa yang dikehendaki dari inventory tersebut. Dalam hal pengukuran kreativitas ini, inventory

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

20

berguna untuk mengetahui jenis kepribadian kreatif seseorang yang meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berfikir dan kebiasan berperilaku.

Untuk mengungkap kepribadian yang kreatif dipergunakan skala sikap kreatif, skala kepribadian kreatif, dan lain-lain. Dengan alat-alat tersebut dapat diidentifikasi perbedaan karakteristik orang-orang yang kreativitasnya tinggi dan orang-orang yang kreativitasnya rendah Bentuk dari inventory ini dapat berupa pertanyaan yang dijawab dengan ya atau tidak atau dijawab seperti skala Likert yaitu : sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

4) Menggunakan riwayat hidup atau biografi Inventory biografi ini berusaha mengungkap tentang minat, hobby,

kehidupan masa kecil serta pengalaman-pengalaman yang bermakna dari yang bersangkutan.

5) Dengan menggunakan tes kreativitas Tes kreativitas menekankan ada tidaknya jawaban benar dan salah,

tetapi pada keunikan dan perbedaannya dengan orang lain serta keaslian, keluasan, kelancaran, kerincian jawaban. Pada umumnya tes kreativitas ini terdiri dari tes yang berbentuk verbal dan figural.

Menurut Utami Munandar (1983: 85) “Alat ukur kreativitas siswa

berupa angket, indikator yang digunakan diambil dari ciri-ciri pribadi kreatif”.

Adapun ciri pribadi kreatif adalah “Mandiri dalam berpikir, imajinatif, penuh

energi, ingin mencari pengalaman baru, mempunyai prakarsa, bebas

berpendapat, mempunyai minat luas, percaya pada diri sendiri, tidak mau

menerima pendapat begitu saja, bersedia mengambil resiko dan tidak pernah

bosan” (Utami Munandar 1983: 85). Dari sepuluh ciri pribadi kreatif hanya

enam yang digunakan sebagai indikator, yaitu imajinatif, mempunyai

prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berpikir, bersedia mengambil

resiko dan penuh energi. Indikator tersebut dijabarkan dalam instrumen

dengan menggunakan alternatif jawaban berupa skala sikap yang

dikemukakan oleh Likert. Skala ini disusun dalam bentuk pernyataan dan

diikuti oleh lima respon yang menunjukkan tingkatan yaitu: sangat setuju,

setuju, kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Masing-masing

item dibuat pernyataan positif dan negatif untuk mengetahui keajekan dalam

bersikap.

Dalam model Likert pernyataan pilihan terdiri dari lima kategori, yang

skala penilaiannya ada yang positif (+) dan negatif (-). Skala positif (+)

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

21

mengandung pernyataan yang sesuai misalnya dimulai dari hampir selalu,

sampai dengan tidak pernah dengan skor jawaban 5,4,3,2 dan 1. Skala

penilaian yang negatif (-) mengandung pernyataan yang tidak sesuai misalnya

dimulai dari hampir selalu, sampai dengan tidak pernah dengan skor 1,2,3,4

dan 5. Nilai akhir setiap responden merupakan angka komulatif yang

diperoleh dari setiap pernyataan.

Sebelum diujicobakan, instrumen yang disusun telah mengalami

penyempurnaan melalui serangkaian diskusi dan telah dikonsultasikan serta

dikomparasikan dengan instrumen yang telah digunakan oleh para peneliti

terdahulu.

7. Tes dan Pengukuran

a. Tes

Dilihat dari wujud fisiknya, suatu tes tidak lain daripada sekumpulan

pertanyaan yang harus dijawab dan atau tugas yang harus dikerjakan sehingga

akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan

jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan atau cara dan hasil subyek dalam

melakukan tugas-tugas tersebut.

Dengan menekankan syarat kualitas utama, pendapat Anne Anastasia

yang dikutip oleh Saifudin Azwar (1998: 3) mengatakan bahwa:” tes pada

dasarnya merupakan suatu pengukuran yang obyektif dan standar terhadap

sampel perilaku”. Sedangkan Frederick G. Brown (1976: 3) mengatakan

bahwa “tes adalah prosedur yang sistematik guna mengukur sampel perilaku

seseorang”.

Dari berbagai macam batasan mengenai tes dapat ditarik kesimpulan,

bahwa pengertian tes adalah prosedur yang sistematik berisi sampel perilaku

untuk mengukur perilaku subyek.

b. Pengukuran

Pada sisi lain, pengukuran (measurement) mempunyai arti sering

dipertukarkan dengan pengertian tes. Hal demikian adalah lazim dikarenakan

pemakaian istilah tes dan istilah pengukuran seringkali tidak mengandung arti

yang berbeda dalam situasi-situasi tertentu. Pendapat Tyler (1971) yang

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

22

dikutip oleh Saifudin Azwar (1998: 4) : “pengukuran adalah “…assignment of

numerals according to rules”. Jadi pemberian angka angka seperti dilakukan

dalam tes memang merupakan suatu bentuk pengukuran.

Tes dapat digunakan sebagai pengukur prestasi, sebagaimana

ditunjukkan oleh namanya, tes prestasi belajar yang bertujuan untuk mengukur

prestasi atau hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.

8. Prestasi Belajar Fisika Siswa

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai selama proses belajar.

Menurut Zainal Arifin (1990: 2) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu

“prestatie” . Prestatie dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil

usaha. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984: 43): “Prestasi belajar adalah

penilaian hasil usaha yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun

kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak

dalam periode tertentu.”

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah suatu

hasil atau bukti dari usaha optimal yang telah dilakukan sehingga dapat

menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang. Prestasi belajar yang

dicapai setiap siswa berbeda-beda.

Fungsi prestasi belajar menurut Mulyati Arifin (1990: 3-4) antara lain :

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan. e. Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak

didik. Menurut Surya (1982; 150 pada prinsipnya, pengungkapan hasil

belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Indikator prestasi belajar) kunci pokok untuk memperoleh

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

23

ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.

9. Pokok Bahasan Bunyi

Pada pokok bahasan sebelumnya telah dipelajari Getaran dan Gelombang.

Salah satu aplikasi yang berhubungan dengan Getaran dan Gelombang adalah

bunyi. Bunyi ialah gelombang longitudinal yang disebabkan oleh benda yang

bergetar. Getaran benda tersebut bergerak bolak-balik secara periodik di sekitar

titik keseimbangan karena pengaruh gaya pulih. Gelombang longitudinal adalah

gelombang yang arah getarannya searah dengan arah perambatan gelombang.

Syarat terjadi proses terdengarnya bunyi, ada tiga :

a. Ada sumber bunyi dengan frekuensi antara 20-20.000 Hz

b. Ada media perantara

c. Ada pendengar

Cepat rambat bunyi :

1) Hubungan antara panjang gelombang dengan cepat rambat bunyi

Tv

l= fv l=

dengan : v = cepat rambat bunyi (m/s)

l = panjang gelombang (m)

T = periode

F = frekuensi (Hz)

2) Hubungan antara jarak dan waktu dengan cepat rambat bunyi

ts

v =

dengan : v = cepat rambat bunyi (m/s)

s = jarak antara sumber bunyi dengan pendengar (m)

t = waktu (sekon)

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

24

Cepat Rambat Bunyi Dalam Berbagai Zat

Tabel 2.1. Cepat Rambat Bunyi Dalam Berbagai Zat :

Zat Cepat rambat bunyi (m/s)

Udara

Helium

Air

Marmer

Kayu

Alumunium

Besi

340

977

1500

3810

3850

5000

5120

Bunyi mempunyai dua sifat khas :

a. Cepat rambat bunyi tidak bergantung pada tekanan udara.

b. Cepat rambat bunyi bergantung pada suhu. Makin tinggi suhu, semakin cepat

rambatnya. Udara terdiri dari atom Hydrogen (H), Oksigen (O) dan atom-atom

lain semakin banyak/rapat sehingga mempengaruhi cepat rambat bunyi,

begitupun sebaliknya.

Tiga batas daerah frekuensi bunyi terbagi atas :

a. Frekuensi < 20 Hz disebut daerah Infrasonik. Menurut penelitian bahwa

daerah Infrasonik mampu dijangkau oleh pendengaran binatang seperti

jangkrik, anjing dll.

b. Frekuensi 20 Hz – 20 KHz disebut daerah Audiosonik. Daerah frekuensi ini

mampu didengar manusia. Menurut penelitian daerah ini mampu dijangkau

oleh pendengaran binatang seperti kambing, kerbau dll.

c. Frekuensi > 20 KHz disebut daerah Ultrasonik. Menurut penelitian bahwa

daerah Ultrasonik mampu dijangkau oleh pendengaran binatang seperti ikan

lumba-lumba, kelelawar dll.

Penggunaan Ultrasonik oleh manusia :

a. Kacamata tuna netra, prinsip kerjanya dengan pengiriman dan penerimaan

pulsa ultrasonik

b. Mengukur kedalaman laut. Pulsa ultrasonik yang dipancarkan oleh fathometer

akan mengenai dasar laut dan memantulkan gelombang sehingga akan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

25

diketahui kedalaman laut, selain itu juga untuk mengetahui keberadaan ikan

dalam laut.

c. Dalam bidang kedokteran. Gelombang ultrasonik dipergunakan untuk

mengetahui keberadaan bayi dalam kandungan dan untuk mengetahui jenis

kelamin bayi. Alat ini disebut USG (ultrasonografi).

Faktor yang mempengaruhi nada, kuat bunyi dan warna nada adalah :

a. Nada dan frekuensi nada

Ada dua jenis bunyi, yaitu desah ialah bunyi yang frekuensinya tidak

teratur, dan nada ialah bunyi yang frekuensinya teratur. Nada bunyi tergantung

pada frekuansi sumber bunyi, makin tinggi frekuensi sumber bunyi makin tinggi

nada yang dihasilkan.

1. Tangga nada

Nama nada 1 2 3 4 5 6 7 i

Do re mi fa so la si do

Jarak nada 1 1 ½ 1 1 1 ½

Gambar 2.1. Tangga Nada 1 Oktaf

2. Perbandingan frekuensi atau interval nada

c d e f g a b c’

24 27 30 32 36 40 45 48

prime secunde terst kuart kuint sext septime oktaf

b. Kuat dan Amplitudo Bunyi

Kuat bunyi tergantung pada amplitudo, semakin besar amplitudo semakin

kuat atau keras bunyi, makin kecil amplitudonya, makin lemah bunyi.

c. Warna bunyi atau Timbre

Warna bunyi atau timbre adalah dua bunyi yang mempunyai frekuensi yang sama

tetapi terdengar berbeda.

Hukum pemantulan bunyi :

a. Bunyi datang (AP), garis normal (QP), dan bunyi pantul (PB) terletak pada

satu bidang datar, dan ketiganya berpotongan pada satu titik (P).

b. Sudut pantul sama dengan sudut datang (r = i)

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

26

A B

r i

q q

P

Gambar 2.1 Hukum Pemantulan Gelombang

Manfaat pemantulan bunyi :

a. Menentukan cepat rambat bunyi di udara.

b. Melakukan survei GeoFisika.

c. Mendeteksi cacah dan retak pada logam.

d. Mengukur ketebalan plat logam.

Macam-macam bunyi pantul :

a. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli. Bunyi pantul dapat memperkuat

bunyi asli jika jarak antara sumber bunyi dan bidang memantul sangat dekat.

Dapat dianggap bunyi pantul bersamaan waktunya dengan bunyi asli.

b. Gaung atau kerdam yaitu bunyi pantul yang sebagian bersamaan dengan bunyi

aslinya sehingga bunyi menjadi tidak jelas. Urutan antara bunyi asli, bunyi pantul

dan bunyi yang terdengar.

Contoh : Bunyi asli : Mer – de – ka

Bunyi pantul : - Mer – de – ka

Terdengar : Mer - …- … - ..ka

Peristiwa gaung terjadi karena suku kata yang ditimbulkan oleh sumber bunyi de

dan ka bertumbukan dengan bunyi pantul suku kata mer dan de menimbulkan

interferensi bunyi sehingga bunyi-bunyi terdengar tidak sama dan tidak jelas,

hanya yang terdengar mer dan ka yang tidak mengalami interferensi. Untuk

menghindarkan terjadi gaung dinding-dinding dilapisi oleh peredam suara.

c. Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai diucapkan.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

27

B. Kerangka Berfikir

Berdasarkan tinjauan pustaka dan argumentasi dari peneliti, maka dapat

disusun kerangka berfikir bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh

pendekatan ketrampilan proses melebihi metode pembelajaran dan ditinjau dari

kreativitas siswa.

1. Pengaruh Antara Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode

Eksperimen dan Demonstrasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa.

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah

satunya adalah cara penyajian materi pelajaran. Dengan pemilihan cara

penyajian materi yang tepat dapat tercipta proses pembelajaran yang menarik,

efektif dan efisien.

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

ketrampilan proses. Metode mengajar yang digunakan adalah metode

eksperimen dan metode demonstrasi. Metode eksperimen siswa yang

melakukan percobaan. Terdapat kerjasama dalam kelas. Siswa lebih aktif

daripada guru yang mengajar. Siswa terlibat langsung dalam percobaan.

Sedangkan metode demonstrasi guru yang melakukan percobaan.

Keterbatasan dalam sumber belajar dan alat percobaan, terkadang hanya

berupa gambar yang disajikan. Apabila alatnya terlalu kecil, menyebabkan

percobaan tidak dapat dilihat dengan jelas oleh siswa. Guru lebih aktif

melakukan percobaan dan siswa hanya mengamati. Proses pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode

eksperimen diharapkan hasil prestasi belajar Fisika akan lebih baik daripada

proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses

melalui metode demonstrasi. Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka

dapat dikemukakan hipotesis yakni ”Ada perbedaan pengaruh antara

penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan

demonstrasi terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan

Bunyi”.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

28

2. Pengaruh Antara Tingkat Kreativitas Siswa Kategori Tinggi dan Rendah

Terhadap Prestasi Belajar Siswa.

Dalam pelajaran IPA khususnya Fisika diperlukan suatu metode

mengajar yang melibatkan siswa dalam menemukan atau mengembangkan

konsep Fisika. Dalam menemukan suatu konsep Fisika yang tidak diberikan

oleh pengajar, dibutuhkan kreativitas. Kreativitas sendiri merupakan proses

mental yang kompleks dari berbagai jenis ketrampilan khas manusia yang

dapat melahirkan pengungkapan yang unik tidak ada duanya, berbeda dari

yang lain, orisinil ciptaan manusia sendiri dan tidak mencontoh, sama sekali

baru belum ada yang membuat sebelumnya. Sikap kreatif siswa pada proses

belajar-mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa adanya kreativitas siswa

akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kreativitas siswa kategori tinggi

menghasilkan prestasi belajar baik. Sedangkan, kreativitas siswa kategori

rendah akan menghasilkan prestasi belajar yang kurang baik. Sebab semakin

tinggi kreativitas maka pemikiran siswa juga lebih luas maka akan

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Sehingga dapat dikemukakan hipotesis

yakni ”Ada perbedaan pengaruh antara tingkat kreativitas siswa kategori

tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan

Bunyi”.

3. Interaksi Antara Pengaruh Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses

Melalui Metode Pembelajaran dan Kreativitas Siswa

Ada keterkaitan antara metode pembelajaran dengan menggunakan

metode demonstrasi dan pendekatan ketrampilan proses dilihat dari kreativitas

siswa terhadap prestasi belajar. Ada keterkaitan metode mengajar dengan

menggunakan metode eksperimen dan pendekatan ketrampilan proses ditinjau

dari kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.

Tingkat kreativitas tiap individu berbeda. Jadi apabila tingkat

kreativitas siswa kategori tinggi dengan metode mengajar dan pendekatan

ketrampilan proses maka prestasi belajar siswa juga tinggi dan apabila tingkat

kreativitas siswa kategori rendah dengan metode pembelajaran dan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

29

pendekatan ketrampilan proses maka prestasi belajar siswa juga rendah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada interaksi antara tingkat

kreativitas siswa dan pendekatan ketrampilan proses melalui metode

pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa sehingga dapat dikemukakan

hipotesis yakni ”Ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan

ketrampilan proses melalui metode pembelajaran dan kreativitas siswa

terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi”.

Untuk lebih jelasnya maksud dari penelitian ini dapat dilihat pada

paradigma penelitian berikut:

Gambar 2.2. Paradigma penelitian

Sampel

Pendekatan ketrampilan

proses melalui metode

demonstrasi

Tes awal

Kelas Kontrol

Kelas eksperimen

Tingkat Kreativitas

siswa

Pendekatan ketrampilan

proses melalui metode

eksperimen

Tingkat Kreativitas

siswa

Prestasi belajar

Tes Prestasi belajar

Tes Prestasi belajar

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

30

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis alternatif sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan ketrampilan proses

melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar Fisika

siswa pada pokok bahasan Bunyi.

2. Ada perbedaan pengaruh antara tingkat kreativitas siswa kategori tinggi dan

rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.

3. Ada interaksi antara penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui

metode pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika

siswa pada pokok bahasan Bunyi.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sragen Tahun Ajaran

2007/2008 yang berlokasi di Jl. Raya Sukowati No 162 Sragen

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini pada semester II Tahun Ajaran 2007/2008.

B. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di depan maka

untuk mencapainya dilakukan penelitian dengan metode eksperimen yaitu

memberikan suatu treatment berbeda pada dua kelas berbeda saat mengajar. Kelas

eksperimen diberi perlakuan pembelajaran metode eksperimen, sedangkan kelas

kontrol dengan metode demonstrasi. Desain penelitian yang digunakan adalah

desain factorial 2 x 2 (A x B), dengan A adalah pembelajaran Fisika dengan

pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi.

Faktor B adalah tingkat kreativitas siswa. Pada waktu penelitian kedua kelas

diukur dengan instrumen/ alat test yang sama. Hasil kedua test pengukuran

digunakan sebagai data eksperimen yang kemudian diolah dengan uji statistik.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Sragen semester II Tahun Ajaran 2007 / 2008 yang terdiri dari 6 kelas, yaitu dari

kelas VIII A sampai dengan kelas VIII F.

2. Sampel

Dari populasi penelitian diambil sampel dua kelas sebagai kelas subyek

penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random

sampling, sampel diambil secara acak dengan peluang yang sama dari populasi

yang ada. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIIIA dan satu kelas

sebagai kelas kontrol yaitu kelas VIIIB.

31

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

32

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

dokumentasi, angket dan teknik tes.

1. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui kesamaan keadaan

awal siswa sebelum siswa diberi perlakuan, teknik ini dilakukan dengan

mengumpulkan nilai siswa sebelumnya yaitu nilai semester 1 (satu) pada pokok

bahasan Bunyi.

2. Angket

Teknik angket kreativitas digunakan untuk mengukur tingkat kreativitas

siswa yang dilihat dari dimensi afektif.

Langkah-langkah dalam pembuatan angket:

1) Membuat kisi-kisi skala sikap kreatif, yaitu dengan:

a) Menentukan kemampuan yang akan diukur

b) Menentukan indikator dari kemampuan yang akan diukur

c) Menentukan ruang lingkup dan banyaknya pernyataan untuk masing-

masing sub variabel

2) Menyusun item pernyataan skala sikap sesuai dengan indikator

3) Mengujicobakan soal skala sikap kreatif

3. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar Fisika yang

dilakukan dengan memberikan sejumlah soal tes prestasi belajar siswa. Teknik tes

ini menggunakan tes yang dibuat oleh peneliti yang berupa tes obyektif.

Langkah-langkah pembuatan tes objektif adalah:

a. Menentukan tujuan mengadakan tes.

b. Membuat kisi-kisi soal tes untuk pokok bahasan Bunyi.

c. Menuliskan butir-butir soal.

d. Uji coba

e. Analisis Tes

Langkah pertama ialah menentukan tujuan mengadakan tes, yakni untuk

memperoleh item soal yang reliabel dan valid, kemudian dilanjtukan dengan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

33

membuat kisi-kisi soal tes untuk pokok bahasan Bunyi, dan diteruskan dengan

menulis butir-butir soal. Setelah persiapan tersebut, dilanjutkan dengan menguji

cobakan kepada kelas siswa dan kemudian dianalisis, apakah soal tersebut

berkualitas atau tidak. Soal yang berkualitas adalah soal yang memenuhi

persyaratan, yaitu soal yang valid, reliabel, dapat membedakan antara siswa kelas

rendah dengan siswa kelas tinggi, dan mempunyai tingkat kesulitan soal yang

sedang.

E. Teknik Pengambilan Data Ada aspek-aspek penting dalam suatu penelitian, yaitu variabel

penelitian, data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik pengumpulannya.

Pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah atau eksperimen dengan

pemberian item soal tes prestasi belajar, angket kreativitas dan dokumentasi

dimaksudkan untuk memperoleh bahan–bahan yang diperlukan dalam pengolahan

suatu ilmu pengetahuan dalam eksperimen tersebut, guna memperoleh bahan yang

relevan dan reliabel.

Penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu:

1.Variabel bebas

a.Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode Pembelajaran

Fisika.

1) Definisi operasional : Pendekatan ketrampilan proses adalah pendekatan

yang melibatkan siswa secara aktif, sehingga siswa dapat menemukan fakta

dan konsep Fisika dengan jalan mengembangkan ketrampilan dan kemampuan

yang ada.

2) Skala pengukuran : Nominal dengan 2 kategori, yaitu:

a) Pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen

b) Pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi

3) Indikator : Proses pembelajaran sesuai dengan metode pembelajaran yang

diterapkan.

b. Kreativitas siswa

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

34

1) Definisi operasional : Kreativitas adalah proses mental yang kompleks dari

berbagai jenis keterampilan khas manusia yang dapat melahirkan ungkapan

yang unik, berbeda, orisinil, sama sekali baru.

2) Skala pengukuran : interval dengan dua kategori, yaitu:

a) Kreativitas siswa kategori tinggi

b) Kreativitas siswa kategori rendah

3) Indikator: Nilai kreativitas siswa saat menjawab butir-butir angket kreativitas.

2. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar Fisika.

a. Definisi operasional : Prestasi belajar adalah kemampuan untuk mengemukakan

atau mengungkapkan kembali dari apa yang telah dipelajari seseorang setelah

mengikuti didikan atau latihan dan bisa berwujud nilai atau angka.

b. Skala pengukuran : interval

c. Indikator : Nilai tes prestasi belajar Fisika pada pokok bahasan Bunyi.

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini digunakan instrumen penelitian yang berupa

instrumen saat penelitian dan instrumen pengambilan data:

1. Instrumen saat penelitian, meliputi Satuan Pelajaran (SP), Rencana

Pembelajaran (RP), Lembar kerja Siswa (LKS).

Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS adalah lembaran yang berisi uraian singkat materi dan soal yang

disusun langkah demi langkah secara teratur dan sistematis yang harus

dikerjakan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga mempermudah

pemahaman terhadap materi yang didapat. Http://www.peran-lembar-kerja-

siswa-lks.html.com.

LKS merupakan salah satu alat untuk membuat peran aktif siswa dalam

kegiatan proses belajar-mengajar. Dengan LKS diharapkan siswa dapat

termotivasi untuk belajar lebih giat.

LKS berisi petunjuk kegiatan dan pertanyaan yang harus diisi oleh siswa

setelah melakukan kegiatan eksperimen maupun demonstrasi bersama guru.

LKS dapat digolongkan dua macam:

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

35

1) Lembar Kerja Berstruktur

Lembar kerja ini dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu

program kerja atau pelajaran dengan sedikit atau tanpa bantuan guru dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Dalam lembar kerja ini terdapat petunjuk

dan pengarahan guru. Namun demikian, guru tetap mengawasi,

memotivasi serta membimbing.

2) Lembar Kerja Tidak Berstruktur

Lembar kerja ini merupakan lembaran berisi sarana untuk menunjang mata

pelajaran tertentu, sebagai alat bantu siswa yang digunakan guru dalam

pembelajaran. Lembar kerja ini berfungsi sebagai alat bantu belajar siswa.

2. Instrumen pengambilan data, yaitu soal tes prestasi belajar berbentuk pilihan

ganda dengan 4 pilihan jawaban sebanyak 30 butir soal, dan angket kreativitas

siswa sebanyak 30 butir soal. Soal tes dan angket kreativitas dibuat sama

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menjaga kualitas instrumen

penelitian dilakukan konsultasi dan uji coba.

1. Instrumen Tes Prestasi Belajar Siswa

a) Validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal

yang dibuat sudah valid ataukah belum. Artinya apakah soal yang sudah dibuat

dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur atau belum. Uji validitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas item. Validitas item adalah

sebuah item yang dikatakan valid apabila koefisien korelasi point biserial lebih

besar atau sama dengan r harga kritik. Oleh karena itu, untuk mengetahui

validitas item dapat digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

rpbi = qp

S

MM

t

tp -

(Suharsimi Arikunto, 2001 : 79)

dengan :

rpbi : koefisien korelasi point biserial

Mp : mean skor dari subyek-subyek yang menjawab betul item yang dicari

korelasinya dengan tes.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

36

Mt : mean skor total ( skor rata-rata dari seluruh pengikut tes )

St : standar deviasi dari skor total

P : proporsi siswa yang menjawab benar

( p = banyaknya siswa yang menjawab benar/jumlah seluruh siswa )

q : proporsi siswa yang menjawab salah

( q = 1-p )

Kriteria validitas soal adalah sebagai berikut :

rpbi ³ r harga kritik : item soal valid

rpbi < r harga kritik : item soal invalid

Tingkat hubungan dinyatakan sebagai koefisien-koefisien yang dihitung

berdasarkan dua kelas nilai. Hasil selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel

validitas untuk mengetahui apakah butir soal tersebut valid atau tidak.

b) Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang dibuat

sudah dapat dipercaya atau belum. Artinya soal itu dapat memberikan hasil yang

tetap apabila diteskan berkali-kali atau tidak. “Sebuah tes dikatakan reliabel

apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan” ( Suharsimi Arikunto,

1986 : 58 ). Atau seandainya terjadi perubahan maka perubahannya sangat kecil,

sehingga perubahan tersebut tidak berarti. Untuk mengetahui ketetapan ini dapat

dilihat dari kesejajaran hasil, yaitu dengan korelasi. Oleh karena itu, untuk

menghitung reliabilitas tes yang skornya 1 dan 0 digunakan rumus Kudher

Richardon 20 ( KR-20 ).

r11 = ÷÷ø

öççè

æ -÷øö

çèæ

-å2

2

S

pqS

1nn

( Suharsimi Arikunto, 2001 : 100 )

Keterangan :

r11 : reliabilitas tes

n : banyaknya item pertanyaan

p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah ( q = 1-p )

S : standar deviasi dari tes ( standar deviasi adalah akar varians )

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

37

Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

Kriteria reliabilitas : jika tabelrr ³11 maka soal dikatakan reliabel

c. Tingkat kesukaran

Soal yang baik untuk alat ukur prestasi belajar adalah soal yang

mempunyai taraf kesukaran yang memadai, dalam arti item soal tidak terlalu

sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk mengetahui taraf kesukaran dari masing-

masing item soal digunakan rumus:

P = sJ

B

(Suharsimi Arikunto, 2001 :207)

dengan :

P : Derajat kesukaran

B : jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar

JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi derajat kesukaran item soal tes adalah sebagai berikut :

1) Jika P0,00 £ < 0,30 maka Item soal dikategorikan sukar

2) Jika 0,30 £ P < 0,70 maka Item soal dikategorikan sedang

3) Jika 0,70 £ P £ 1,00 maka Item soal dikategorikan mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai, dari masing-masing

item tes digunakan rumus :

D = BAB

B

A

A PPJ

B

J

B-=-

(Suharsimi Arikunto, 2001 :211)

di mana :

D : Daya pembeda

JA : Banyaknya peserta kelas pandai

JB : Banyaknya peserta kelas kurang pandai

BA : Banyaknya peserta kelas pandai yang menjawab soal dengan benar

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

38

BB : Banyaknya peserta kelas kurang pandai yang menjawab soal itu

dengan benar.

A

AA J

BP = : proporsi peserta atas yang menjawab benar (P sebagai indeks

kesukaran)

B

BB J

BP = : proporsi peserta kelas bawah yang menjawab benar

Penggolongan daya pembeda :

1) 0,00 £ DP< 0,20 item soal mempunyai daya pembeda jelek

2) 0,20 £ DP < 0,40 item soal mempunyai daya pembeda cukup

3) 0,40 £ DP < 0,70 item soal mempunyai daya pembeda baik

4) 0,70 £ DP £ 1,00 item soal mempunyai daya pembeda baik sekali

2. Instrumen Kreativitas Siswa

Pengambilan data kreativitas siswa dilakukan dengan angket kreativitas

untuk mengukur tingkat kreativitas siswa yang dilihat dari kekreativitasannya saat

menjawab butir-butir soal kreativitas tentang pokok bahasan Tekanan Hidrostatik.

Langkah- langkah pembuatan angket kreativitas :

a. Membuat kisi – kisi skala sikap kreatif, yaitu:

1) Menentukan kemampuan yang akan diukur.

2) Menentukan indikator dari kemampuan yang akan diukur.

3) Menentukan ruang lingkup dan banyaknya pernyataan untuk masing-

masing sub variabel.

b. Menyusun item pernyataan skala sikap sesuai dengan indikator.

Validitas dan reliabilitas item soal skala sikap dapat diketahui dengan

rumus-rumus berikut :

a. Validitas

Untuk menghitung validitas item sikap kreatif digunakan uji korelasi

product moment :

( )( )( ){ } ( ){ }å åå å

å åå--

-=

2222 YYNXXN

YXXYNrXY

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

39

di mana:

XYr : koefisien relasi antara variabel X dan Y

N : Banyaknya subyek

X : Jumlah skor item tiap nomer soal yang dijawab benar

Y : Jumlah skor item seluruh nomer soal yang dijawab

Item soal dianggap valid bila XYr > XYr tabel.

b. Reliabilitas

Skor pada pengukuran sikap kreatif ini merupakan rentangan, maka

digunakan rumus Alpha, yaitu :

÷÷ø

öççè

æ-÷

øö

çèæ

-= å

2

2

11 11

t

b

kk

rs

s

dengan :

11r : Reliabilitas tes

k : Banyaknya pertanyaan atau butir soal

å 2bs : jumlah varians butir

2ts : varians total

( )

NN

XX b

b

b

å å-=

2

2

2s

( )

NN

XX t

t

t

å å-=

2

2

2s

Kriteria instrumen: instrumen dikatakan reliabel jika 11r > r tabel.

Rumus alpha digunakan karena instrumen tingkat kreativitas tidak memiliki

skor 0 dan 1 melainkan berbentuk skala Likert yang memiliki rentangan skor 1

sampai 5.

( Suharsimi arikunto, 2001 : 109)

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa Antara Kedua Kelas

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

40

Uji kesamaan keadaan awal siswa antara kedua kelas menggunakan uji-t

dua ekor. Uji t - 2 ekor digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya

perbedaan keadaan awal siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Untuk uji kesamaan keadaan awal siswa digunakan rumus sebagai berikut :

( ) ( )2

11 222

-+

-+-=

yx

yyxx

nn

SnSnS

yx nnS

yxt

11+

-=

(Sudjana, 1996: 239)

Keterangan :

t : harga t

x : mean perubahan kelas eksperimen

y : mean perubahan kelas control

S : harga simpangan baku gabungan

2S : harga variansi gabungan

2xS : harga variansi kelas eksperimen

2yS : harga variansi kelas kontrol

xn : jumlah peserta kelas eksperimen

yn : jumlah peserta kelas kontrol

Kriteria pengujian:

Jika aa 2/112/11 -- ££- ttt hitung maka siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen

mempunyai keadaan awal yang sama untuk taraf signifikan α = 5%

2. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum sampel diuji kesamaannya terlebih dahulu dilaksanakan uji

prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas.

a. Uji Normalitas

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

41

Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah sampel penelitian

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal, dilakukan

dengan uji Lilliefors.

Langkah-langkah :

1) Pengamatan x1, x2, x3,……., xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,……, Zn

menggunakan rumus berdasarkan ubahan x dan SD merupakan rata-rata

( x ) dan simpangan baku (SD) maka Z dirumuskan :

Z1 = SD

xx -1

2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai

skor tertinggi.

3) Untuk tiap bilangan baku dengan menggunakan daftar distribusi normal

kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z£Zi ).

4) Menghitung perbandingan antara nomer subyek 1 dengan subyek n yaitu :

S(Z1) = ni

i : cacah Z dimana Z<Zi

n : cacah semua observasi n.

5) Statistik uji

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus sebagai berikut :

Lo = Maks │F(Z1)- S(Z1) │, i = 1, 2, 3, ….

F(Zi) : bilangan baku yang menggunakan daftar distribusi normal

S(Zi) : perbandingan nomor subyek dengan jumlah subyek

Zi : skor standar atau Z1 = SD

xx -1

(X dan SD masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)

6) Daerah kritik

nLLo ,a³

α :Taraf signifikansi

7) Keputusan uji

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

42

Lo tabL£ : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Lo tabL> : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

( Sudjana, 1996: 466 )

b. Uji Homogenitas

Untuk pengujian homogenitas digunakan uji Barttlet.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1) Menghitung komputasi

j

2j

j2

j n

)X(XSS

å-å=

1n

SSS

j

jj

2

-=

2

jer I

SSMS å=

2) Statistik Uji

[ ]å-= 2jjer

2 logSFFlogMSC

2,303X

÷÷ø

öççè

æ-

-+= å F

1F1

1)3(k1

1Cj

1nF jj -=

(Budiyono, 2000: 176)

di mana :

nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j

F : derajat bebas untuk Mserror = N – k

J : 1, 2, 3, …..,k

Fj : nj – 1 = derajat bebas untuk 2jS

k : cacah populasi

3) Hipotesis

Ho : 222

21 .... ksss ===

H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

43

4) Daerah Kritik

Dk = { }1;222

-> kaccc

5) Keputusan Uji

Jika tabelkhit 1;22

-< acc maka sampel berasal dari populasi yang homogen

3. Uji Hipotesis

a. Uji Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Frekuensi Sel Tak Sama.

Dalam penelitian ini digunakan analisis variansi dua jalan dengan

frekuensi sel tak sama. Tujuan Analisis variansi dua jalan dengan jalan dengan

frekuensi sel tak sama untuk menguji perbedaan efek baris, efek kolom dan

kombinasi efek baris dan efek kolom terhadap variabel terikat.

1) Asumsi Dasar:

a). Populasi-populasi berdistribusi normal dengan variansi sama.

b). Sampel dipilih secara acak dari populasi penelitian yaitu sebanyak dua

kelas.

c). Variabel terikat berskala pengukuran interval

d) Variabel bebas berskala pengukuran nominal

2) Model:

Xijk = m ...+a i+ b j+a b ij+e ijk

Xijk = observasi pada subyek ke-k di bawah faktor 1 kategori ke 1 dan

faktor 2 kategori j

i = 1, 2, 3,...,p

j = 1, 2, 3, ...,q

k = 1, 2, 3, ...., n, n³2

1a = efek faktor 1 kategori 1 terhadap Xijk

m = grand mean ( konstan )

jb = efek faktor 2 kategori j terhadap Xijk

jjab = kombinasi efek faktor 1 dan 2 terhadap Xijk

ijke = kesalahan pada Xijk

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

44

3) Hipotesis

H01 : Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan

ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi

terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.

H11 : Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan ketrampilan

proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap

prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.

H02 : Tidak ada perbedaan pengaruh antara tingkat kreativitas siswa

kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa

pada pokok bahasan Bunyi.

H12 : Ada perbedaan pengaruh antara tingkat kreativitas siswa kategori

tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok

bahasan Bunyi.

H03 : Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan

ketrampilan proses melalui metode pembelajaran dan kreativitas

siswa terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan

Bunyi.

H13 : Ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan

proses melalui metode pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap

prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.

4) Komputasi

a). Tabel 3.1.data AB

B

A B 1 B 2

A 1 A 1 B 1 A 1 B 2

A 2 A 2 B 1 A 2 B 2

Keterangan :

A : Pendekatan ketrampilan proses

A1 : Pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen

A2 : Pendekatan ketrampilan proses melalui metode demontrasi

B : Kreativitas siswa

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

45

B1 : Kreativitas siswa kategori tinggi

B2 : Kreativitas siswa kategori rendah

b).Tabel 3.2.Tabel Rerata Sel AB

B

A B 1 B 2 Total

A 1 11BA 2BAI A1’

A 2 12BA 22BA A2’

Total B1’ B2’ G

11BA = 11

11

nBAå

21BA = 12

21

n

BAå

BA2 = 21

12

n

BAå

22BA = 22

22

nBAå

A1’ = 11BA + 21BA

A2’ = 12BA + 22BA

B1 = 11BA + 12BA

B2 = 21BA + 22BA

G = å=

=+p

1ii21 A'A'A ’

c). Rerata Harmonik

pq1211ijij n

1....

n1

n1

pq

n1

n

pqhn

++==

å

d). Komponen Jumlah Kuadrat

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

46

(1) = pqn

G2

(2) = åji

ijSS,

(3) = p

i

nA2

(4) = q

j

n

B2

(5) = n

AB2

e). Jumlah Kuadrat

SSa = nh (3) – (1)

SSb = nh (4) – (1)

SSab = nh (5) – (4) + (1)

SSer = åji

ijSS,

å+-=ji

ijtot SSnhSS,

)}1()4{(

f). Derajat Kebebasan

dfa = p – 1

dfb = q – 1

dfab = (p – 1) (q – 1 )

dferr = pq (n – 1 ) = N – pq

dftot = N – 1

g). Rerata Kuadrat

MSa = SSa / dfa

MSb = SSb / dfb

MSab= SSab / dfab

MSerr= SSerr / dferr

h). Statistik Uji

Fa = MSa / MSerr

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

47

Fb = MSb / MSerr

Fab = MSab / MSerr

i). Daerah Kritik

Fa > pqNpF -- ,1;a

Fb > pqNpF -- ,1;a

Fab > pqNqpF --- ),1)(1(;a

j). Keputusan Uji

Jika Fa > pqNpF -- ,1;a maka H01 ditolak

Jika Fb > pqNpF -- ,1;a maka H02 ditolak

Jika Fab > pqNqpF --- ),1)(1(;a maka H03 ditolak

k). Rangkuman Uji

Tabel 3.3 Rangkuman Analisis

Sumber variansi SS df MS F P

Efek Utama

A (baris)

B (kolom)

SSa

SSb

dfa

dfb

MSa

MSb

Fa

Fb

< a atau > a

< a atau > a

Interaksi (AB) SSab Dfab MSab Fab < a atau >a

Kesalahan SSerr Dferr MSerr - -

Kesalahan Total SStot Dftot - - -

b. Uji Komparasi Ganda

Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasang baris, setiap pasang

kolom dan Setiap pasang sel diadakan uji komparansi ganda dengan

menggunakan metode Scheffe, karena metode tersebut akan menghasilkan

perbedaan pengaruh secara signifikan

Komparansi rerata antar baris:

( )

úúû

ù

êêë

é+

-=

··

··

jierr

jiA

nnMS

XXF

11

2

Komparasi rerata antar kolom

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Selain itu juga bersikap peka, ... Melalui penguasaan mata pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik

48

( )

úúû

ù

êêë

é+

-=

··

··

jierr

jiB

nnMS

XXF

11

2

Komparasi rerata antar sel

( )

úúû

ù

êêë

é+

-=

klijerr

klijAB

nnMS

XXF

11

2

di mana

·iX = rerata pada baris ke i

·jX = rerata pada baris ke j

iX · = rerata pada kolom ke i

jX · = rerata pada kolom ke j

ijX = rerata pada sel ke ij

klX = rerata pada sel ke kl

ni = cacah observasi pada baris ke i

nj = cacah observasi pada baris ke j

n.i = cacah observasi pada kolom ke i

n.j = cacah observasi pada kolom ke j

n ij = cacah observasi pada sel ke ij.

nkl = cacah observasi pada sel ke kl

* Daerah Kritik

Komparasi antar baris

DKA: FA| FA pqN1,p;1)F(p ---> a

Komparasi antar kolom

DKB: FB| FB pqN1,pα;1)F(q --->

Kompara si antar sel

DK AB: F AB| F AB pqNqpFqp -----> ),1)(1(;)1)(1( a

(Budiyono, 2000: 208)