Upload
dinhdien
View
220
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kaitannya dengan pendidikan, menurut pendapat Tilaar yang
dikutip oleh Mulyasa (2002: 4) “pendidikan nasional dewasa ini sedang
dihadapkan pada empat krisis pokok, yang berkaitan dengan kuantitas, relevansi
atau efisiensi eksternal, elitisme, dan manajemen”. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa sedikitnya ada enam masalah pokok sistem pendidikan nasional, yaitu :
“menurunnya akhlak dan moral peserta didik, pemerataan kesempatan belajar,
masih rendahnya efisiensi internal system pendidikan, status kelembagaan,
manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, sumber
daya yang belum professional.” (Mulyasa, 2002, 4)
Untuk menghadapi masalah sistem pendidikan perlu dilakukan penataan
terhadap sistem pendidikan secara menyeluruh, terutama berkaitan dengan
kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia
kerja. Dengan perubahan sosial maka bisa memberi arahan bahwa pendidikan
merupakan salah satu pendekatan dasar yang dibutuhkan oleh setiap orang.
Sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, Sains (IPA) terutama
Fisika dengan visi dan misinya antara lain: berupa mendidik siswa yang berilmu
dan berketrampilan unggul serta memiliki etos kerja, melatih melakukan
penelitian sesuai proses / metode ilmiah, dan belajar dengan mengaplikasikan
pengetahuan terbaiknya, mempunyai sikap disiplin, jujur dan bertanggungjawab.
Selain itu juga bersikap peka, tanggap dan berperan aktif dalam menggunakan
Sains untuk memecahkan problem di lingkungannya. Melalui penguasaan mata
pelajaran Sains (IPA) terutama Fisika baik proses, produk, maupun sikap yang
baik, siswa diharapkan mampu mengembangkan ilmunya, bertenggangrasa,
mampu membina kerjasama yang sinergis demi tercapainya efisiensi dan
efektivitas, kualitas serta kesuksesan nyata bagi siswa. Seorang guru harus
mempunyai strategi dalam mengajar agar siswa dapat belajar secara efektif dan
1
2
efisien dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal. “The following categories
for teacher review and evaluation were proposed: Organization in preparing
and presenting instructional plans, Evaluation, Recognition of individual
differences, Cultural awareness, Understanding youth, Management,
Educational policies and procedures”. (Lee S. Shulman: 1986)
Sifat pengetahuan dan ketrampilan yang harus dikuasai oleh masyarakat
sangat beragam dan berkualitas, sehingga diperlukan kurikulum yang mendorong
meningkatnya keunggulan dalam kemampuan kognitif, kemampuan berpikir,
memilih, menilai pengetahuan dan mengatasi masalah mutu pendidikan di
Indonesia.
Salah satu faktor yang menentukan hasil belajar adalah pendekatan
pengajaran yang digunakan guru dalam proses belajar-mengajar. Pendekatan
dalam proses belajar-mengajar pada dasarnya adalah melakukan proses belajar
yang menekankan pada proses untuk memperoleh pengetahuan. Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya peningkatan proses belajar-
mengajar agar diperoleh prestasi belajar siswa yang baik adalah ketrampilan
proses. Ketrampilan proses mempunyai komponen mengamati (observasi),
menggolongkan (klasifikasi), menafsirkan (menginterpretasi), meramalkan
(memprediksi), menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan, yang
secara konseptual mempunyai ciri sebagai berikut: (1) menekankan pentingnya
keberartian belajar untuk mencapai hasil belajar yang memadai, (2) menekankan
pentingnya keterlibatan siswa dalam proses belajar, (3) bahwa belajar adalah
proses dua arah yang menekankan hasil belajar secara tuntas. (Depdikbud, 1986:
9-10)
Untuk menekankan keterlibatan siswa pada proses belajar aktif, metode
mengajar yang baik dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah metode
demonstrasi dan metode eksperimen. Dalam metode demonstrasi, siswa
diharapkan untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang hal-hal yang
berhubungan dengan proses pengaturan, pembuatan, cara kerja, penggunaan dan
untuk mengetahui atau melihat suatu kebenaran. Sedangkan metode eksperimen,
siswa dapat memperlihatkan suatu proses untuk nanti mengambil kesimpulan.
3
Dengan eksperimen siswa dapat menemukan bukti kebenaran sesuatu yang sedang
dipelajari.
Dalam pembelajaran Fisika di SMP siswa perlu memiliki kreativitas
yang dikembangkan melalui observasi dan eksperimen serta berpikir ilmiah.
Dalam pembelajaran Fisika didasari tujuan dalam mengamati, memahami, dan
memanfaatkan gejala-gejala alam yang melibatkan zat (materi) dan energi. Selain
mempelajari keterkaitan konsep-konsep Fisika dalam kehidupan nyata diperlukan
juga pengembangan sikap serta kesadaran terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi beserta dampaknya. Kemampuan dalam berobservasi
dan bereksperimen lebih ditekankan pada melatih kemampuan yang digunakan
dalam membentuk kreativitasnya dengan berbagai konsep dan prinsip Fisika. Hal
ini dimaksudkan siswa mampu melatih pikirannya dengan menggunakan
imajinasi, efisiensi sehingga pikirannya meningkat. Dengan cara seperti ini siswa
akan berhasrat dan memiliki bekal dalam mencetuskan ide-ide baru dengan
menyelami seluk beluk prosesnya.
Pembelajaran yang dilaksanakan dengan pendekatan serta metode yang
sesuai akan dapat mencapai tujuannya. Tujuan pembelajaran meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek ini saling berkaitan satu sama
lain. Aspek kognitif dipengaruhi oleh aspek afektif dan psikomotorik yang
dimiliki siswa. Dengan demikian pembelajaran yang dilaksanakan harus bisa
mencapai ketiga aspek tersebut (kognitif, afektif, dan psikomotorik). (Nana
Sudjana, 1990: 22)
Sesuai dengan Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP)
(Depdiknas, 2003) dan suplemennya berdasarkan sistem semester, sub pokok
bahasan Bunyi diberikan pada siswa SMP kelas VIII semester II. Dari pokok
bahasan tersebut akan dilakukan penelitian pembelajaran dengan pendekatan
ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari
kreativitas siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti mengajukan
judul penelitian:
4
”PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN
KETRAMPILAN PROSES MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN
EKSPERIMEN DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA DI SMP”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka, dapat diidentifikasi beberapa
masalah, antara lain :
1. Masalah pokok sistem pendidikan nasional.
2. Pelajaran Fisika merupakan suatu mata pelajaran yang meliputi karakteristik
proses, produk ilmiah, sikap ilmiah, mampu membina kerjasama yang sinergis
demi tercapainya efisiensi dan efektivitas, kualitas serta kesuksesan nyata bagi
siswa.
3. Pendekatan ketrampilan proses merupakan suatu pendekatan pembelajaran di
mana siswa mampu merencanakan penelitian, mengamati, mengklasifikasi,
menafsirkan, meramalkan, menerapkan, dan mengkomunikasikannya.
4. Pendekatan ketrampilan proses dapat diterapkan pada metode eksperimen dan
demonstrasi.
5. Kreativitas yang dimiliki setiap siswa saat berdemonstrasi maupun
bereksperimen akan mempermudah siswa dalam memahami konsep pada
pokok bahasan yang diajarkan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, penelitian
ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan ketrampilan proses.
2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dan
demonstrasi.
3. Ketrampilan siswa yang digunakan adalah kreativitas siswa saat melakukan
demonstrasi dan eksperimen.
5
4. Materi pelajaran yang diteliti adalah sub pokok bahasan Bunyi yang
merupakan salah satu pokok bahasan di SMP kelas VIII semester II.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan ketrampilan
proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar
Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi?
2. Adakah perbedaan pengaruh antara tingkat kreativitas siswa kategori tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi?
3. Adakah interaksi antara penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui
metode pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika
siswa pada pokok bahasan Bunyi?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara penggunaan
pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi
terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.
2. Mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara tingkat
kreativitas siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika
siswa pada pokok bahasan Bunyi.
3. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi antara pengaruh penggunaan
pendekatan ketrampilan proses melalui metode pembelajaran dan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang penting
dalam:
6
1. Memberi masukan bagi guru dan calon guru dalam rangka pemilihan
pendekatan pembelajaran dengan metode yang tepat untuk meningkatkan
kreativitas dan ketrampilan siswa.
2. Memberi masukan kepada mahasiswa sebagai peneliti selanjutnya diharapkan
dapat mengembangkan penelitiannya dalam memilih pendekatan
pembelajaran dan metode yang digunakan.
3. Meningkatkan interaksi antara siswa dan guru sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Meningkatkan kreativitas siswa dan ketrampilan siswa sehingga dapat
meningkatkan proses belajar siswa.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Belajar
a. Teori-teori Belajar
Ada beberapa macam teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli,
antara lain:
1) Teori Belajar menurut Bruner
Bruner mengemukakan empat tema pendidikan:
a) Struktur pengetahuan Dengan struktur pengetahuan dapat menolong para siswa untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain, dan pada informasi yang telah mereka miliki.
b) Kesiapan untuk belajar Kesiapan belajar menurut Bruner terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
c) Intuisi dalam proses pendidikan Dengan intuisi dimaksudkan bahwa proses pendidikan akan mencapai formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih atau tidak.
d) Motivasi untuk belajar Cara-cara yang dilakukan guru saat proses belajar mengajar dapat merangsang motivasi belajar siswa. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut para siswa akan berpartisipasi secara aktif. (Ratna Wilis Dahar, 1988: 98)
Jadi menurut Bruner setiap pengalaman belajar dapat dilakukan manusia
melalui pengalaman-pengalaman untuk memperoleh informasi dan bagaimana
manusia itu memilih informasi untuk dikembangkan, dipertahankan dan
ditransformasikan lewat ketrampilan dan kemampuan berpikirnya.
2) Teori Belajar menurut Gagne
Gagne mengemukakan lima macam kemampuan yang diharapkan untuk
memperoleh hasil belajar:
7
8
a) Ketrampilan intelektual Ketrampilan-ketrampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan, karena ketrampilan ini merupakan penampilan yang ditunjukkan oleh siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukan.
b) Strategi kognitif Dalam teori belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir.
c) Informasi verbal Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dan dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca, radio, televisi, dan media yang lainnya.
d) Sikap-sikap Sikap dapat ditunjukkan oleh perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan sains.
e) Ketrampilan motorik Ketrampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan ketrampilan intelektual. (Ratna Wilis Dahar, 1988: 135-140)
Penampilan-penampilan yang dapat diamati dari teori belajar Gagne
merupakan suatu kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat
berinteraksi dengan lingkungan melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-
gagasan, strategi-strategi kognitif, sikap dan ketrampilan motoriknya.
3) Teori Belajar menurut Piaget
Piaget's constructivist starting point is that knowledge does not exist
outside the cognitive system but that it is being constructed by individuals through
their interactions with the environment (e.g. Piaget & Garcia 1991). In this
respect, Piaget distinguishes cognitive processes as interpretations of the world
within the framework of existing cognitive structures (assimilation) from those
processes in which parts of the cognitive structures change (accommodation).
Piaget's term for these parts of the cognitive structure is schema.
Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan proses genetik,
artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yakni perkembangan
sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin
kompleks susunan sel syaraf dan makin meningkat pula pengetahuannya.
9
Menurut Piaget: setiap individu mengalami tingkat-tingkat
perkembangan intelektual:
a) Tingkat Sensori-motor (0-2 tahun) Selama periode ini anak mengatur alamnya dengan panca-inderanya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Periode ini bayi tidak mempunyai konsepsi.
b) Tingkat Pra-operasional (2-7 tahun) Pada tingkat pra-operasional terdiri atas dua sub tingkat. Sub-tingkat pertama antara 2-4 tahun yang disebut sub-tingkat pra-logis, sub-tingkat kedua ialah antara 4-7 tahun yang disebut tingkat berpikir intuitif. Pada sub-tingkat pra-logis penalaran anak adalah transduktif yaitu menalar dari umum ke khusus.
c) Tingkat Operasional Konkret (7-11 tahun) Tingkat ini merupakan permulaan berfikir rasional. Berarti, anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Jadi anak dalam periode operasional konkret memilih pengambilan keputusan logis, dan bukan keputusan perseptual.
d) Tingkat Operasional Formal (11 tahun keatas) Pada tingkat ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan anak pada periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa konkret tetapi dengan kemampuan untuk berpikir abstrak. (Ratna Wilis Dahar, 1988: 152-155)
Jadi menurut Piaget setiap individu mengalami tingkatan perkembangan
intelektual. Pada intelektual tingkat operasional formal yang terjadi pada anak usia
11 tahun keatas, sesuai dengan objek yang digunakan yaitu anak SMP yang
berumur rata-rata 14 tahun. Siswa tersebut memiliki kemampuan untuk berpikir
abstrak yang menunjang penelitian ini dalam hubungannya dengan kreativitas.
b. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan-
perubahan, pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, tingkah laku, baik potensial
maupun aktual seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan-perubahan itu
terbentuk kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama
(konstan). Serta perubahan-perubahan tersebut terjadi karena usaha yang
dilakukan oleh individu yang sedang belajar.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
10
informasi / materi pelajaran. Adapula yang memandang belajar sebagai latihan
belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.
Menurut Winkel dalam bukunya Psikologi Pengajaran (1987:36)
menyatakan: “Belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam
interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat
konstan dan berbekas”. Sedangkan pendapat Gagne yang dikutip oleh Ratna
Dahar Wilis (1988: 11): “Belajar didefinisikan sebagai suatu proses di mana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.”
Slameto (1995: 2) berpendapat bahwa : “Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi lingkungannya.” Jadi pengertian belajar dengan ketrampilan proses
adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah
laku dengan berpikir ilmiah sehingga dapat mengembangkan kemampuan
mengumpulkan fakta berupa mengamati, mengukur, mengklasifikasi, mencari
hubungan, menggambarkan, menghipotesis, meneliti, menentukan variabel,
menafsirkan data, menyimpulkan dan mengkomunikasikannya.
c. Tujuan Belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat
penting, sebab semua komponen dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas
dasar pencapaian tujuan belajar.
Dalam usaha pencapaian tujuan perlu diciptakan sistem lingkungan /
kondisi belajar yang baik. Sistem lingkungan yang baik terdiri dari komponen-
komponen pendukung: tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang
digunakan untuk mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta
memiliki hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan dan sarana / prasarana yang
tersedia.
Tujuan belajar bermacam-macam dan bervariasi, tetapi dapat
diklasifikasikan menjadi dua: yaitu pertama yang secara eksplisit diusahakan
untuk dicapai tindakan instruksional, lazim dinamakan instruksional efeks, yang
11
biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan yang kedua
merupakan hasil sampingan yang diperoleh misalnya: kemampuan berpikir kritis,
kreatif, dan sikap terbuka. Hasil sampingan ini disebut nurturant effect.
Menurut Bloom yang dikutip oleh Suwarni (1996: 19): “Tujuan belajar
dikelaskan menjadi tiga kelas yakni kognitif, afektif dan psikomotorik.”
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif meliputi : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif
Ranah afektif meliputi : kemampuan menerima, kemampuan menanggapi,
berkeyakinan, penerapan kerja, dan ketelitian.
3) Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik meliputi : gerak tubuh, koordinasi gerak, komunikasi non
verbal dan perilaku bicara.
“Seorang siswa dikatakan berhasil dalam belajar jika siswa mencapai
kriteria tingkat keberhasilan belajar yang meliputi hal-hal berikut: pengetahuan,
konsep, ketrampilan dan sikap. Sehingga tujuan belajar adalah untuk mendapatkan
pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan, serta pembentukan sikap”
(Sardiman A.M, 1990: 28).
Jadi tujuan belajar di sini adalah kesempatan untuk memperoleh
pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan-kemampuan
intelektual siswa, merangsang keingintahuan siswa dan memotivasinya untuk
belajar.
2. Hakikat Mengajar
a. Pengertian Mengajar
Salah satu pengertian mengajar bisa merupakan kegiatan menyampaikan
pesan berupa pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari
guru kepada peserta didik. Kegiatan mengajar sebenarnya bukan sekedar
menyangkut persoalan penyampaian pesan-pesan dari seorang guru kepada
peserta didik, tetapi menyangkut persoalan bagaimana guru membimbing dan
melatih peserta didik untuk belajar. Kegiatan membimbing dan melatih peserta
didik untuk belajar diperlukan kemampuan profesional dari guru.
12
Perbuatan mengajar merupakan perbuatan yang kompleks. Mengajar
menuntut ketrampilan tingkat tinggi karena harus dapat mengatur berbagai
komponen dan menyelaraskan untuk terjadinya proses belajar-mengajar yang
efektif. Menurut Tyson dan Caroll yang dikutip oleh Muhibin Syah (2004: 182):
“Mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara
siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan”.
Dalam hal ini, ada berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan
proses mengajar. Menurut Moh. Ali yang dikutip oleh Mulyani Sumantri (1989:
29-37) menyatakan azas-azas mengajar yang harus dipegang oleh guru adalah:
1) Mengajar sepatutnya mempertimbangkan pengalaman belajar (peserta didik) sebelumnya.
2) Proses pengajaran dimulai bila peserta didik dalam keadaan siap untuk melakukan kegiatan belajar.
3) Bahan pelajaran seharusnya menarik minat peserta didik untuk mempelajarinya.
4) Dalam melaksanakan pengajaran, guru seharusnya berusaha agar peserta didik terdorong untuk melakukan kegiatan belajar.
Mengajar juga berarti membimbing para siswa, guru sebagai
pembimbingnya yaitu membimbing kegiatan belajar dan membimbing
pengalaman belajar siswa. Dalam membimbing kegiatan siswa guru memberi
contoh dan dorongan kepada siswa serta menata lingkungan sehingga
memungkinkan siswa belajar dengan mudah. Dalam membimbing
pengalaman belajar siswa, guru dituntut untuk menghubungkannya dengan
lingkungan, sebab dalam berinteraksi dengan lingkungan itulah sesungguhnya
siswa mengalami proses belajar. Oleh karena itu, guru dituntut merealisasikan
segenap upaya ranah psikologis siswa sehingga siswa mampu mengalami
proses belajarnya secara optimal.
b. Kegiatan Mengajar
Kegiatan mengajar pada umumnya dilakukan di sekolah-sekolah, ada
interaksi dan komunikasi antara siswa dan guru. Komunikasi yang digunakan
untuk mengembangkan interaksi antara guru dan siswa supaya suasana kelas
menjadi hidup adalah komunikasi sebagai interaksi banyak arah. Pada komunikasi
ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara siswa dan guru tetapi juga ada
13
interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Jadi dalam komunikasi
ini guru tidak hanya sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi siswa yang satu
dapat menjadi sumber belajar bagi siswa yang lain.
3. Pendekatan Ketrampilan Proses
Mengajar yang mengacu pada proses perubahan tingkah laku menuntut
pendekatan pembelajaran yang tepat, di mana pendekatan ini diupayakan
berfungsi sebagai ketrampilan fisik dan mental anak selama proses pembelajaran
dalam rangka memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Pendekatan tersebut
merupakan pendekatan ketrampilan proses yang dapat diartikan sebagai teknik
mengajar yang melibatkan siswa secara aktif, sehingga siswa dapat menemukan
fakta dan konsep Fisika dengan jalan mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan yang ada. Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
ketrampilan proses yaitu ketrampilan fisik dan mental yang pada dasarnya ada
dalam diri siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ketrampilan tersebut
misalnya ketrampilan mengamati, menghitung, mengukur, mengklasifikasi,
membuat hipotesis, bereksperimen, mengolah data, menyusun kesimpulan,
meramalkan, menerapkan dan mengkomunikasikan sesuai dengan konsep masalah
yang dihadapi. Dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses maka siswa
akan lebih mudah mengerti dan memahami pembelajaran Fisika yang terdapat
banyak rumus.
Ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan
ketrampilan proses dalam kegiatan belajar-mengajar sehari-hari.
a. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
b. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkret.
c. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak, penemuannya bersifat relatif, sehingga anak perlu dibina berpikir dan bertindak secara kreatif.
d. Dalam proses belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari diri siswa. (Margono, 1998: 40) Ada beberapa kelebihan dan kelemshsn dari pendekatan ketrampilan
proses yang dikemukakan oleh Margono (1998: 43) antara lain:
14
a. Memberi bekal bagaimana cara memperoleh pengetahuan sehingga dapat menerapkan pengetahuan yang dapat menyiapkan siswa untuk masa depan.
b. Merupakan pendekatan yang kreatif karena para siswa aktif melakukan kegiatan ilmiah sendiri sehingga dapat meningkatkan cara berfikir dan cara mendapatkan pengetahuan.
Sedangkan kelemahannya antara lain: a. Memerlukan waktu banyak. b. Memerlukan fasilitas yang cukup.
Kesulitan dalam merumuskan masalah, dalam menyusun hipotesis,
dalam menentukan data, dalam menarik kesimpulan dan dalam pengolahan data
yang tersedia.
4. Metode Mengajar
a. Prinsip Metode Mengajar
Metode adalah suatu cara khusus untuk mendapatkan sesuatu.
Sedangkan metode mengajar adalah cara yang teratur dipergunakan guru dalam
hubungan dengan siswa saat berlangsungnya pelajaran guna pencapaian tujuan
pelajaran seperti yang dikemukakan oleh Roestiyah NK (2001: 1) bahwa:
“metode mengajar merupakan suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
digunakan oleh guru atau instruksional”.
Prinsip metode mengajar sangat mempengaruhi proses belajar-mengajar,
sehingga seorang guru harus pandai-pandai memilih metode yang tepat untuk
menciptakan proses belajar-mengajar. Dengan metode mengajar yang tepat
sasaran dan mudah dipahami siswa tentunya akan membuat IPA/ Fisika menjadi
lebih menyenangkan.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan
mempertunjukan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu
yang sedang dipelajari menurut topik bahasan yang diajarkan.
Adapun tujuan penggunaan metode demonstrasi ini menurut Roestiyah NK (2001:
83) adalah :
1) Siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun suatu materi yang sedang dipelajari.
2) Siswa mengerti cara menggunakan alat yang dipercobakan. 3) Siswa mampu mengkonkretkan informasi atau penjelasan dari guru.
15
4) Siswa mampu mengembangkan kemampuan pengamatan dan ketrampilan menggunakan alat yang dipercobakan. Sebagai salah satu metode mengajar, metode demonstrasi memiliki
kelebihan dan kelemahan, yaitu:
Adapun kelebihan metode demonstrasi yang dikemukakan oleh Rini Budiharti
(1998: 33) antara lain:
b) Demonstrasi memberi gambaran dan pengertian yang lebih jelas daripada hanya dengan keterangan lisan
c) Demonstrasi menunjukkan dengan jelas langkah-langkah suatu proses atau ketrampilan.
d) Demonstrasi lebih mudah dan lebih efisien daripada membiarkan siswa melakukan eksperimen.
e) Demonstrasi memberikan kesempatan pada siswa untuk mengamati sesuatu yang cermat.
f) Pada akhir demonstrasi dapat dilakukan diskusi, dimana siswa mendapat kesempatan bertukar pikiran untuk memperbaiki atau mempertajam pengertian.
Sedangkan kelemahan metode demonstrasi adalah : a) Memerlukan keterampilan khusus b) Tidak semua siswa terlibat dalam kegiatan demonstrasi. c) Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan d) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus
dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu. e) Tidak dapat dikenakan untuk jumlah siswa yang cukup besar. f) Jika alatnya terlalu kecil / penempatan yang kurang tepat menyebabkan
demonstrasi tidak dapat dilihat dengan jelas. Dalam metode demonstrasi bila waktu tidak tersedia dengan cukup maka
demonstrasi akan berlangsung terputus-putus maka dalam metode ini waktu
sangat diperhatikan sehingga dalam berdemonstrasi tidak dijalankan tergesa-gesa
sehingga hasilnya bisa memuaskan. Dengan cara tersebut, siswa dapat mengamati
dan memperhatikan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran
berlangsung, sehingga siswa lebih paham tentang konsep yang disampaikan guru.
c. Metode Eksperimen
Metode eksperimen diartikan sebagai cara belajar-mengajar yang
melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan
hasil percobaan. Kegiatan eksperimen yang dilakukan peserta didik merupakan
kesempatan meneliti yang dapat mendorong mereka berpikir ilmiah dan rasional
serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang di masa datang.
16
Adapun tujuan dari penggunaan metode eksperimen :
1) Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data
yang diperoleh
2) Agar peserta didik mampu mencari, menemukan, merancang,
mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan dari berbagai
persoalan yang dihadapinya.
3) Melatih peserta didik dalam berpikir ilmiah untuk menarik kesimpulan
dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan
Adapun langkah-langkah dalam melakukan eksperimen yang
dikemukakan oleh Rini Budihari (1998: 34) antara lain :
1) Menyadari adanya suatu masalah yang dirasakan penting oleh siswa, yang timbul dari pengalaman siswa sehari-hari.
2) Merumuskan masalah sehingga diketahui tujuan eksperimen. 3) Mengumpulkan dan mengorganisasikan data. 4) Mengajukan hipotesis yaitu dugaan atau terkaan tentang penyelesaian
masalah. 5) Mengetes kebenaran hipotesis. 6) Menarik kesimpulan. 7) Menetapkan atau menerapkan hasil eksperimen.
Kelebihan metode eksperimen yang dikemukakan oleh Rini Budihari
(1998: 35) antara lain :
1) Siswa terlibat didalamnya, sehingga siswa merasa ikut menemukan serta mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dalam hidupnya.
2) Mendorong siswa menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah.
3) Menambah minat siswa dalam belajar. Sedangkan kelemahanya :
1) Memerlukan peralatan percobaan yang komplit. 2) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang
memerlukan waktu yang lama. 3) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada
kesalahan menyimpulkan. 4) Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang
berpengalaman dalam penelitian. Metode eksperimen termasuk metode yang efektif karena dapat
memberikan gambaran secara konkret dan siswa dapat terlibat langsung dalam
proses eksperimen. Dalam metode ini, ada yang perlu diperhatikan yaitu:
17
1) Siswa dalam bereksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu
diberi petunjuk yang jelas.
2) Memerlukan waktu yang banyak.
3) Guru mengawasi pekerjaan siswa bila perlu memberi saran atau pertanyaan
yang menunjang kesimpulan dari percobaan.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dengan metode eksperimen
akan lebih melibatkan siswa secara aktif, sebab siswa melakukan percobaan
tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaan.
Dalam metode ini, seorang siswa diarahkan untuk bekerja secara mandiri sesuai
dengan langkah-langkah yang sudah disebutkan dalam Lembar Kerja Siswa.
5. Pengajaran Fisika Di SMP
a. Hakikat Fisika
Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) adalah ilmu yang mempelajari alam
dengan segala isinya. IPA di SMP mempunyai beberapa cabang, salah satunya
adalah Fisika. Menurut Brakhous (1972), yang dikutip oleh Druxes (1986: 3):
“Fisika adalah kejadian alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan,
pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis dan berdasarkan
peraturan-peraturan umum.” Berdasarkan kutipan ini Fisika merupakan ilmu yang
mempelajari gejala-gejala alam, yang hasilnya dirumuskan dalam bentuk definisi
ilmiah dan persamaan matematika berdasarkan hasil pengamatan dan
penyelidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Fisika adalah salah satu cabang dari ilmu
pengetahuan alam yang berusaha menguraikan dan menjelaskan gejala-gejala
alam serta interaksinya dan menerangkan bagaimana gejala tersebut diukur
melalui pengalaman dan penyelidikan, prediksi dan proses yang dapat dipelajari
dengan teori.
b. Tujuan Pengajaran Fisika
Tujuan pengajaran Fisika di SMP menurut GBBP Fisika SMP (2004: 2)
adalah ”Agar siswa menguasai konsep-konsep Fisika dan saling keterkaitannya
serta menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan
18
masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari kebesaran dan
kekuasaan penciptanya”.
Berdasar tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran
Fisika adalah memperoleh wawasan dan menguasai konsep Fisika dan saling
keterkaitannya dengan sikap ilmiah, kritis, dan obyektif.
6. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Konsep kreativitas termasuk konsep yang luas dan kompleks sehingga
sulit merumuskan secara tepat apa yang dimaksud dengan kreativitas tersebut,
berikut dikemukakan definisi kreativitas dari para ahli atau peneliti yang pernah
membahas masalah tersebut.
Pendapat Freedman (1982) yang dikutip oleh Sri Suwarsi dkk (2000: 44)
mengemukakan: ”Kreativitas sebagai kemampuan untuk memahami dunia,
menginterpretasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara yang baru
dan asli”. Sedang Woolfolk (1984: 53) memberi batasan: ”Kreativitas merupakan
kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu (hasil) yang baru atau asli atau
pemecahan suatu masalah”.
Pendapat Utami Munandar yang dikutip Alisyahbana (1983: 53):
“kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru yang
memungkinkannya untuk mengubah dan memperkaya dunianya dengan
penemuan-penemuan di bidang ilmu, teknologi, seni maupun bidang yang lain.”
Jadi kreativitas merupakan proses mental yang kompleks dari berbagai
jenis keterampilan khas manusia yang dapat melahirkan ungkapan yang unik,
berbeda, orisinil, sama sekali baru.
Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa dalam kreativitas
ada unsur-unsur: (1) menciptakan gagasan baru, (2) memodifikasi, (3)
menciptakan produk baru, (4) pengungkapan yang unik, (5) menghubungkan ide,
(6) membuat kombinasi-kombinasi baru. Dengan demikian jelas bahwa
kemampuan tersebut di atas tidak dimiliki oleh semua orang, melainkan hanya
orang-orang tertentu yang dikatakan sebagai orang kreatif. Siswa yang kreatif
akan berpengaruh pada sikap mental atau kepribadian seseorang. Pengembangan
19
kemampuan kreatif akan berpengaruh pada sikap mental atau kepribadian
seseorang.
Menurut Moor yang dikutip oleh Shodik A.Kuntoro (1992:16)
menjelaskan empat ciri utama kreativitas berfikir sebagai berikut:
1) Sensitifitas terhadap masalah (problem sensitivity), menunjukkan pada kemampuan untuk melihat masalah secara tajam.
2) Kelancaran ide (idea fluency), menunjukkan pada kemampuan untuk menciptakan ide-ide sebagai alternatif pemecahan masalah.
3) Kelenturan berfikir (idea flexibility), menunjuk pada kemampuan siswa memindahkan ide (pemikiran), meninggalkan satu kerangka berfikir yang lain untuk mengganti pendekatan yang satu dengan yang lain.
4) Keaslian berfikir (idea originality) , menunjuk pada kemampuan siswa untuk menciptakan ide-ide asli dari dirinya.
Perilaku kreatif tersebut di atas sangat diinginkan oleh pendidik
terhadap para siswa dalam proses belajar-mengajar untuk meningkatkan prestasi
belajar.
b. Cara Mengukur Kreativitas
Untuk mengetahui kreativitas seseorang bukanlah cara yang mudah
dilakukan, karena cara untuk mengukur suatu kemampuan psikologis,
memerlukan pengetahuan tentang evaluasi yang lebih rumit, lebih-lebih
pengukuran terhadap aspek kreativitas.
Untuk mengetahui tingkat kreativitas seseorang menurut Dedi Supriadi
(1994) yang dikutip oleh Sri Suwarsi dkk (2000: 66) dapat dilakukan dengan
lima macam pendekatan, yaitu :
1) Pendekatan Analisis Obyektif Pendekatan ini berusaha untuk mengetahui kreativitas seseorang
dengan mengukur secara langsung ( melihat ) hasil dari proses pemikiran kreatif dari seseorang yang menghasilkan karya-karya yang dapat dilihat wujud fisiknya.
2) Pendekatan Pertimbangan Subyektif Pendekatan ini menekankan pada pertimbangan-pertimbangan
subyektif dari peneliti terhadap individu atau hasil kreatif yang telah dicapai oleh seseorang.
3) Menggunakan inventory Kepribadian Inventory adalah suatu alat berbentuk pernyataan atau pertanyaan yang
harus dijawab atau direspon oleh individu, sehingga dari hasil jawaban atau respon dari individu tersebut dapat diketahui apa yang dikehendaki dari inventory tersebut. Dalam hal pengukuran kreativitas ini, inventory
20
berguna untuk mengetahui jenis kepribadian kreatif seseorang yang meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berfikir dan kebiasan berperilaku.
Untuk mengungkap kepribadian yang kreatif dipergunakan skala sikap kreatif, skala kepribadian kreatif, dan lain-lain. Dengan alat-alat tersebut dapat diidentifikasi perbedaan karakteristik orang-orang yang kreativitasnya tinggi dan orang-orang yang kreativitasnya rendah Bentuk dari inventory ini dapat berupa pertanyaan yang dijawab dengan ya atau tidak atau dijawab seperti skala Likert yaitu : sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
4) Menggunakan riwayat hidup atau biografi Inventory biografi ini berusaha mengungkap tentang minat, hobby,
kehidupan masa kecil serta pengalaman-pengalaman yang bermakna dari yang bersangkutan.
5) Dengan menggunakan tes kreativitas Tes kreativitas menekankan ada tidaknya jawaban benar dan salah,
tetapi pada keunikan dan perbedaannya dengan orang lain serta keaslian, keluasan, kelancaran, kerincian jawaban. Pada umumnya tes kreativitas ini terdiri dari tes yang berbentuk verbal dan figural.
Menurut Utami Munandar (1983: 85) “Alat ukur kreativitas siswa
berupa angket, indikator yang digunakan diambil dari ciri-ciri pribadi kreatif”.
Adapun ciri pribadi kreatif adalah “Mandiri dalam berpikir, imajinatif, penuh
energi, ingin mencari pengalaman baru, mempunyai prakarsa, bebas
berpendapat, mempunyai minat luas, percaya pada diri sendiri, tidak mau
menerima pendapat begitu saja, bersedia mengambil resiko dan tidak pernah
bosan” (Utami Munandar 1983: 85). Dari sepuluh ciri pribadi kreatif hanya
enam yang digunakan sebagai indikator, yaitu imajinatif, mempunyai
prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berpikir, bersedia mengambil
resiko dan penuh energi. Indikator tersebut dijabarkan dalam instrumen
dengan menggunakan alternatif jawaban berupa skala sikap yang
dikemukakan oleh Likert. Skala ini disusun dalam bentuk pernyataan dan
diikuti oleh lima respon yang menunjukkan tingkatan yaitu: sangat setuju,
setuju, kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Masing-masing
item dibuat pernyataan positif dan negatif untuk mengetahui keajekan dalam
bersikap.
Dalam model Likert pernyataan pilihan terdiri dari lima kategori, yang
skala penilaiannya ada yang positif (+) dan negatif (-). Skala positif (+)
21
mengandung pernyataan yang sesuai misalnya dimulai dari hampir selalu,
sampai dengan tidak pernah dengan skor jawaban 5,4,3,2 dan 1. Skala
penilaian yang negatif (-) mengandung pernyataan yang tidak sesuai misalnya
dimulai dari hampir selalu, sampai dengan tidak pernah dengan skor 1,2,3,4
dan 5. Nilai akhir setiap responden merupakan angka komulatif yang
diperoleh dari setiap pernyataan.
Sebelum diujicobakan, instrumen yang disusun telah mengalami
penyempurnaan melalui serangkaian diskusi dan telah dikonsultasikan serta
dikomparasikan dengan instrumen yang telah digunakan oleh para peneliti
terdahulu.
7. Tes dan Pengukuran
a. Tes
Dilihat dari wujud fisiknya, suatu tes tidak lain daripada sekumpulan
pertanyaan yang harus dijawab dan atau tugas yang harus dikerjakan sehingga
akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan atau cara dan hasil subyek dalam
melakukan tugas-tugas tersebut.
Dengan menekankan syarat kualitas utama, pendapat Anne Anastasia
yang dikutip oleh Saifudin Azwar (1998: 3) mengatakan bahwa:” tes pada
dasarnya merupakan suatu pengukuran yang obyektif dan standar terhadap
sampel perilaku”. Sedangkan Frederick G. Brown (1976: 3) mengatakan
bahwa “tes adalah prosedur yang sistematik guna mengukur sampel perilaku
seseorang”.
Dari berbagai macam batasan mengenai tes dapat ditarik kesimpulan,
bahwa pengertian tes adalah prosedur yang sistematik berisi sampel perilaku
untuk mengukur perilaku subyek.
b. Pengukuran
Pada sisi lain, pengukuran (measurement) mempunyai arti sering
dipertukarkan dengan pengertian tes. Hal demikian adalah lazim dikarenakan
pemakaian istilah tes dan istilah pengukuran seringkali tidak mengandung arti
yang berbeda dalam situasi-situasi tertentu. Pendapat Tyler (1971) yang
22
dikutip oleh Saifudin Azwar (1998: 4) : “pengukuran adalah “…assignment of
numerals according to rules”. Jadi pemberian angka angka seperti dilakukan
dalam tes memang merupakan suatu bentuk pengukuran.
Tes dapat digunakan sebagai pengukur prestasi, sebagaimana
ditunjukkan oleh namanya, tes prestasi belajar yang bertujuan untuk mengukur
prestasi atau hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.
8. Prestasi Belajar Fisika Siswa
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai selama proses belajar.
Menurut Zainal Arifin (1990: 2) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu
“prestatie” . Prestatie dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil
usaha. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984: 43): “Prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak
dalam periode tertentu.”
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah suatu
hasil atau bukti dari usaha optimal yang telah dilakukan sehingga dapat
menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang. Prestasi belajar yang
dicapai setiap siswa berbeda-beda.
Fungsi prestasi belajar menurut Mulyati Arifin (1990: 3-4) antara lain :
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. e. Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak
didik. Menurut Surya (1982; 150 pada prinsipnya, pengungkapan hasil
belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Indikator prestasi belajar) kunci pokok untuk memperoleh
23
ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
9. Pokok Bahasan Bunyi
Pada pokok bahasan sebelumnya telah dipelajari Getaran dan Gelombang.
Salah satu aplikasi yang berhubungan dengan Getaran dan Gelombang adalah
bunyi. Bunyi ialah gelombang longitudinal yang disebabkan oleh benda yang
bergetar. Getaran benda tersebut bergerak bolak-balik secara periodik di sekitar
titik keseimbangan karena pengaruh gaya pulih. Gelombang longitudinal adalah
gelombang yang arah getarannya searah dengan arah perambatan gelombang.
Syarat terjadi proses terdengarnya bunyi, ada tiga :
a. Ada sumber bunyi dengan frekuensi antara 20-20.000 Hz
b. Ada media perantara
c. Ada pendengar
Cepat rambat bunyi :
1) Hubungan antara panjang gelombang dengan cepat rambat bunyi
Tv
l= fv l=
dengan : v = cepat rambat bunyi (m/s)
l = panjang gelombang (m)
T = periode
F = frekuensi (Hz)
2) Hubungan antara jarak dan waktu dengan cepat rambat bunyi
ts
v =
dengan : v = cepat rambat bunyi (m/s)
s = jarak antara sumber bunyi dengan pendengar (m)
t = waktu (sekon)
24
Cepat Rambat Bunyi Dalam Berbagai Zat
Tabel 2.1. Cepat Rambat Bunyi Dalam Berbagai Zat :
Zat Cepat rambat bunyi (m/s)
Udara
Helium
Air
Marmer
Kayu
Alumunium
Besi
340
977
1500
3810
3850
5000
5120
Bunyi mempunyai dua sifat khas :
a. Cepat rambat bunyi tidak bergantung pada tekanan udara.
b. Cepat rambat bunyi bergantung pada suhu. Makin tinggi suhu, semakin cepat
rambatnya. Udara terdiri dari atom Hydrogen (H), Oksigen (O) dan atom-atom
lain semakin banyak/rapat sehingga mempengaruhi cepat rambat bunyi,
begitupun sebaliknya.
Tiga batas daerah frekuensi bunyi terbagi atas :
a. Frekuensi < 20 Hz disebut daerah Infrasonik. Menurut penelitian bahwa
daerah Infrasonik mampu dijangkau oleh pendengaran binatang seperti
jangkrik, anjing dll.
b. Frekuensi 20 Hz – 20 KHz disebut daerah Audiosonik. Daerah frekuensi ini
mampu didengar manusia. Menurut penelitian daerah ini mampu dijangkau
oleh pendengaran binatang seperti kambing, kerbau dll.
c. Frekuensi > 20 KHz disebut daerah Ultrasonik. Menurut penelitian bahwa
daerah Ultrasonik mampu dijangkau oleh pendengaran binatang seperti ikan
lumba-lumba, kelelawar dll.
Penggunaan Ultrasonik oleh manusia :
a. Kacamata tuna netra, prinsip kerjanya dengan pengiriman dan penerimaan
pulsa ultrasonik
b. Mengukur kedalaman laut. Pulsa ultrasonik yang dipancarkan oleh fathometer
akan mengenai dasar laut dan memantulkan gelombang sehingga akan
25
diketahui kedalaman laut, selain itu juga untuk mengetahui keberadaan ikan
dalam laut.
c. Dalam bidang kedokteran. Gelombang ultrasonik dipergunakan untuk
mengetahui keberadaan bayi dalam kandungan dan untuk mengetahui jenis
kelamin bayi. Alat ini disebut USG (ultrasonografi).
Faktor yang mempengaruhi nada, kuat bunyi dan warna nada adalah :
a. Nada dan frekuensi nada
Ada dua jenis bunyi, yaitu desah ialah bunyi yang frekuensinya tidak
teratur, dan nada ialah bunyi yang frekuensinya teratur. Nada bunyi tergantung
pada frekuansi sumber bunyi, makin tinggi frekuensi sumber bunyi makin tinggi
nada yang dihasilkan.
1. Tangga nada
Nama nada 1 2 3 4 5 6 7 i
Do re mi fa so la si do
Jarak nada 1 1 ½ 1 1 1 ½
Gambar 2.1. Tangga Nada 1 Oktaf
2. Perbandingan frekuensi atau interval nada
c d e f g a b c’
24 27 30 32 36 40 45 48
prime secunde terst kuart kuint sext septime oktaf
b. Kuat dan Amplitudo Bunyi
Kuat bunyi tergantung pada amplitudo, semakin besar amplitudo semakin
kuat atau keras bunyi, makin kecil amplitudonya, makin lemah bunyi.
c. Warna bunyi atau Timbre
Warna bunyi atau timbre adalah dua bunyi yang mempunyai frekuensi yang sama
tetapi terdengar berbeda.
Hukum pemantulan bunyi :
a. Bunyi datang (AP), garis normal (QP), dan bunyi pantul (PB) terletak pada
satu bidang datar, dan ketiganya berpotongan pada satu titik (P).
b. Sudut pantul sama dengan sudut datang (r = i)
26
A B
r i
q q
P
Gambar 2.1 Hukum Pemantulan Gelombang
Manfaat pemantulan bunyi :
a. Menentukan cepat rambat bunyi di udara.
b. Melakukan survei GeoFisika.
c. Mendeteksi cacah dan retak pada logam.
d. Mengukur ketebalan plat logam.
Macam-macam bunyi pantul :
a. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli. Bunyi pantul dapat memperkuat
bunyi asli jika jarak antara sumber bunyi dan bidang memantul sangat dekat.
Dapat dianggap bunyi pantul bersamaan waktunya dengan bunyi asli.
b. Gaung atau kerdam yaitu bunyi pantul yang sebagian bersamaan dengan bunyi
aslinya sehingga bunyi menjadi tidak jelas. Urutan antara bunyi asli, bunyi pantul
dan bunyi yang terdengar.
Contoh : Bunyi asli : Mer – de – ka
Bunyi pantul : - Mer – de – ka
Terdengar : Mer - …- … - ..ka
Peristiwa gaung terjadi karena suku kata yang ditimbulkan oleh sumber bunyi de
dan ka bertumbukan dengan bunyi pantul suku kata mer dan de menimbulkan
interferensi bunyi sehingga bunyi-bunyi terdengar tidak sama dan tidak jelas,
hanya yang terdengar mer dan ka yang tidak mengalami interferensi. Untuk
menghindarkan terjadi gaung dinding-dinding dilapisi oleh peredam suara.
c. Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai diucapkan.
27
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan tinjauan pustaka dan argumentasi dari peneliti, maka dapat
disusun kerangka berfikir bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh
pendekatan ketrampilan proses melebihi metode pembelajaran dan ditinjau dari
kreativitas siswa.
1. Pengaruh Antara Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode
Eksperimen dan Demonstrasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya adalah cara penyajian materi pelajaran. Dengan pemilihan cara
penyajian materi yang tepat dapat tercipta proses pembelajaran yang menarik,
efektif dan efisien.
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
ketrampilan proses. Metode mengajar yang digunakan adalah metode
eksperimen dan metode demonstrasi. Metode eksperimen siswa yang
melakukan percobaan. Terdapat kerjasama dalam kelas. Siswa lebih aktif
daripada guru yang mengajar. Siswa terlibat langsung dalam percobaan.
Sedangkan metode demonstrasi guru yang melakukan percobaan.
Keterbatasan dalam sumber belajar dan alat percobaan, terkadang hanya
berupa gambar yang disajikan. Apabila alatnya terlalu kecil, menyebabkan
percobaan tidak dapat dilihat dengan jelas oleh siswa. Guru lebih aktif
melakukan percobaan dan siswa hanya mengamati. Proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode
eksperimen diharapkan hasil prestasi belajar Fisika akan lebih baik daripada
proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses
melalui metode demonstrasi. Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka
dapat dikemukakan hipotesis yakni ”Ada perbedaan pengaruh antara
penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan
demonstrasi terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan
Bunyi”.
28
2. Pengaruh Antara Tingkat Kreativitas Siswa Kategori Tinggi dan Rendah
Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Dalam pelajaran IPA khususnya Fisika diperlukan suatu metode
mengajar yang melibatkan siswa dalam menemukan atau mengembangkan
konsep Fisika. Dalam menemukan suatu konsep Fisika yang tidak diberikan
oleh pengajar, dibutuhkan kreativitas. Kreativitas sendiri merupakan proses
mental yang kompleks dari berbagai jenis ketrampilan khas manusia yang
dapat melahirkan pengungkapan yang unik tidak ada duanya, berbeda dari
yang lain, orisinil ciptaan manusia sendiri dan tidak mencontoh, sama sekali
baru belum ada yang membuat sebelumnya. Sikap kreatif siswa pada proses
belajar-mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa adanya kreativitas siswa
akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kreativitas siswa kategori tinggi
menghasilkan prestasi belajar baik. Sedangkan, kreativitas siswa kategori
rendah akan menghasilkan prestasi belajar yang kurang baik. Sebab semakin
tinggi kreativitas maka pemikiran siswa juga lebih luas maka akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Sehingga dapat dikemukakan hipotesis
yakni ”Ada perbedaan pengaruh antara tingkat kreativitas siswa kategori
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan
Bunyi”.
3. Interaksi Antara Pengaruh Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses
Melalui Metode Pembelajaran dan Kreativitas Siswa
Ada keterkaitan antara metode pembelajaran dengan menggunakan
metode demonstrasi dan pendekatan ketrampilan proses dilihat dari kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar. Ada keterkaitan metode mengajar dengan
menggunakan metode eksperimen dan pendekatan ketrampilan proses ditinjau
dari kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
Tingkat kreativitas tiap individu berbeda. Jadi apabila tingkat
kreativitas siswa kategori tinggi dengan metode mengajar dan pendekatan
ketrampilan proses maka prestasi belajar siswa juga tinggi dan apabila tingkat
kreativitas siswa kategori rendah dengan metode pembelajaran dan
29
pendekatan ketrampilan proses maka prestasi belajar siswa juga rendah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada interaksi antara tingkat
kreativitas siswa dan pendekatan ketrampilan proses melalui metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa sehingga dapat dikemukakan
hipotesis yakni ”Ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan
ketrampilan proses melalui metode pembelajaran dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi”.
Untuk lebih jelasnya maksud dari penelitian ini dapat dilihat pada
paradigma penelitian berikut:
Gambar 2.2. Paradigma penelitian
Sampel
Pendekatan ketrampilan
proses melalui metode
demonstrasi
Tes awal
Kelas Kontrol
Kelas eksperimen
Tingkat Kreativitas
siswa
Pendekatan ketrampilan
proses melalui metode
eksperimen
Tingkat Kreativitas
siswa
Prestasi belajar
Tes Prestasi belajar
Tes Prestasi belajar
30
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis alternatif sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan ketrampilan proses
melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar Fisika
siswa pada pokok bahasan Bunyi.
2. Ada perbedaan pengaruh antara tingkat kreativitas siswa kategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.
3. Ada interaksi antara penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui
metode pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika
siswa pada pokok bahasan Bunyi.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sragen Tahun Ajaran
2007/2008 yang berlokasi di Jl. Raya Sukowati No 162 Sragen
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini pada semester II Tahun Ajaran 2007/2008.
B. Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di depan maka
untuk mencapainya dilakukan penelitian dengan metode eksperimen yaitu
memberikan suatu treatment berbeda pada dua kelas berbeda saat mengajar. Kelas
eksperimen diberi perlakuan pembelajaran metode eksperimen, sedangkan kelas
kontrol dengan metode demonstrasi. Desain penelitian yang digunakan adalah
desain factorial 2 x 2 (A x B), dengan A adalah pembelajaran Fisika dengan
pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi.
Faktor B adalah tingkat kreativitas siswa. Pada waktu penelitian kedua kelas
diukur dengan instrumen/ alat test yang sama. Hasil kedua test pengukuran
digunakan sebagai data eksperimen yang kemudian diolah dengan uji statistik.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Sragen semester II Tahun Ajaran 2007 / 2008 yang terdiri dari 6 kelas, yaitu dari
kelas VIII A sampai dengan kelas VIII F.
2. Sampel
Dari populasi penelitian diambil sampel dua kelas sebagai kelas subyek
penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random
sampling, sampel diambil secara acak dengan peluang yang sama dari populasi
yang ada. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIIIA dan satu kelas
sebagai kelas kontrol yaitu kelas VIIIB.
31
32
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi, angket dan teknik tes.
1. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui kesamaan keadaan
awal siswa sebelum siswa diberi perlakuan, teknik ini dilakukan dengan
mengumpulkan nilai siswa sebelumnya yaitu nilai semester 1 (satu) pada pokok
bahasan Bunyi.
2. Angket
Teknik angket kreativitas digunakan untuk mengukur tingkat kreativitas
siswa yang dilihat dari dimensi afektif.
Langkah-langkah dalam pembuatan angket:
1) Membuat kisi-kisi skala sikap kreatif, yaitu dengan:
a) Menentukan kemampuan yang akan diukur
b) Menentukan indikator dari kemampuan yang akan diukur
c) Menentukan ruang lingkup dan banyaknya pernyataan untuk masing-
masing sub variabel
2) Menyusun item pernyataan skala sikap sesuai dengan indikator
3) Mengujicobakan soal skala sikap kreatif
3. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar Fisika yang
dilakukan dengan memberikan sejumlah soal tes prestasi belajar siswa. Teknik tes
ini menggunakan tes yang dibuat oleh peneliti yang berupa tes obyektif.
Langkah-langkah pembuatan tes objektif adalah:
a. Menentukan tujuan mengadakan tes.
b. Membuat kisi-kisi soal tes untuk pokok bahasan Bunyi.
c. Menuliskan butir-butir soal.
d. Uji coba
e. Analisis Tes
Langkah pertama ialah menentukan tujuan mengadakan tes, yakni untuk
memperoleh item soal yang reliabel dan valid, kemudian dilanjtukan dengan
33
membuat kisi-kisi soal tes untuk pokok bahasan Bunyi, dan diteruskan dengan
menulis butir-butir soal. Setelah persiapan tersebut, dilanjutkan dengan menguji
cobakan kepada kelas siswa dan kemudian dianalisis, apakah soal tersebut
berkualitas atau tidak. Soal yang berkualitas adalah soal yang memenuhi
persyaratan, yaitu soal yang valid, reliabel, dapat membedakan antara siswa kelas
rendah dengan siswa kelas tinggi, dan mempunyai tingkat kesulitan soal yang
sedang.
E. Teknik Pengambilan Data Ada aspek-aspek penting dalam suatu penelitian, yaitu variabel
penelitian, data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik pengumpulannya.
Pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah atau eksperimen dengan
pemberian item soal tes prestasi belajar, angket kreativitas dan dokumentasi
dimaksudkan untuk memperoleh bahan–bahan yang diperlukan dalam pengolahan
suatu ilmu pengetahuan dalam eksperimen tersebut, guna memperoleh bahan yang
relevan dan reliabel.
Penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu:
1.Variabel bebas
a.Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode Pembelajaran
Fisika.
1) Definisi operasional : Pendekatan ketrampilan proses adalah pendekatan
yang melibatkan siswa secara aktif, sehingga siswa dapat menemukan fakta
dan konsep Fisika dengan jalan mengembangkan ketrampilan dan kemampuan
yang ada.
2) Skala pengukuran : Nominal dengan 2 kategori, yaitu:
a) Pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen
b) Pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi
3) Indikator : Proses pembelajaran sesuai dengan metode pembelajaran yang
diterapkan.
b. Kreativitas siswa
34
1) Definisi operasional : Kreativitas adalah proses mental yang kompleks dari
berbagai jenis keterampilan khas manusia yang dapat melahirkan ungkapan
yang unik, berbeda, orisinil, sama sekali baru.
2) Skala pengukuran : interval dengan dua kategori, yaitu:
a) Kreativitas siswa kategori tinggi
b) Kreativitas siswa kategori rendah
3) Indikator: Nilai kreativitas siswa saat menjawab butir-butir angket kreativitas.
2. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar Fisika.
a. Definisi operasional : Prestasi belajar adalah kemampuan untuk mengemukakan
atau mengungkapkan kembali dari apa yang telah dipelajari seseorang setelah
mengikuti didikan atau latihan dan bisa berwujud nilai atau angka.
b. Skala pengukuran : interval
c. Indikator : Nilai tes prestasi belajar Fisika pada pokok bahasan Bunyi.
F. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini digunakan instrumen penelitian yang berupa
instrumen saat penelitian dan instrumen pengambilan data:
1. Instrumen saat penelitian, meliputi Satuan Pelajaran (SP), Rencana
Pembelajaran (RP), Lembar kerja Siswa (LKS).
Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS adalah lembaran yang berisi uraian singkat materi dan soal yang
disusun langkah demi langkah secara teratur dan sistematis yang harus
dikerjakan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga mempermudah
pemahaman terhadap materi yang didapat. Http://www.peran-lembar-kerja-
siswa-lks.html.com.
LKS merupakan salah satu alat untuk membuat peran aktif siswa dalam
kegiatan proses belajar-mengajar. Dengan LKS diharapkan siswa dapat
termotivasi untuk belajar lebih giat.
LKS berisi petunjuk kegiatan dan pertanyaan yang harus diisi oleh siswa
setelah melakukan kegiatan eksperimen maupun demonstrasi bersama guru.
LKS dapat digolongkan dua macam:
35
1) Lembar Kerja Berstruktur
Lembar kerja ini dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu
program kerja atau pelajaran dengan sedikit atau tanpa bantuan guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam lembar kerja ini terdapat petunjuk
dan pengarahan guru. Namun demikian, guru tetap mengawasi,
memotivasi serta membimbing.
2) Lembar Kerja Tidak Berstruktur
Lembar kerja ini merupakan lembaran berisi sarana untuk menunjang mata
pelajaran tertentu, sebagai alat bantu siswa yang digunakan guru dalam
pembelajaran. Lembar kerja ini berfungsi sebagai alat bantu belajar siswa.
2. Instrumen pengambilan data, yaitu soal tes prestasi belajar berbentuk pilihan
ganda dengan 4 pilihan jawaban sebanyak 30 butir soal, dan angket kreativitas
siswa sebanyak 30 butir soal. Soal tes dan angket kreativitas dibuat sama
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menjaga kualitas instrumen
penelitian dilakukan konsultasi dan uji coba.
1. Instrumen Tes Prestasi Belajar Siswa
a) Validitas
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal
yang dibuat sudah valid ataukah belum. Artinya apakah soal yang sudah dibuat
dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur atau belum. Uji validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas item. Validitas item adalah
sebuah item yang dikatakan valid apabila koefisien korelasi point biserial lebih
besar atau sama dengan r harga kritik. Oleh karena itu, untuk mengetahui
validitas item dapat digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
rpbi = qp
S
MM
t
tp -
(Suharsimi Arikunto, 2001 : 79)
dengan :
rpbi : koefisien korelasi point biserial
Mp : mean skor dari subyek-subyek yang menjawab betul item yang dicari
korelasinya dengan tes.
36
Mt : mean skor total ( skor rata-rata dari seluruh pengikut tes )
St : standar deviasi dari skor total
P : proporsi siswa yang menjawab benar
( p = banyaknya siswa yang menjawab benar/jumlah seluruh siswa )
q : proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1-p )
Kriteria validitas soal adalah sebagai berikut :
rpbi ³ r harga kritik : item soal valid
rpbi < r harga kritik : item soal invalid
Tingkat hubungan dinyatakan sebagai koefisien-koefisien yang dihitung
berdasarkan dua kelas nilai. Hasil selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel
validitas untuk mengetahui apakah butir soal tersebut valid atau tidak.
b) Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang dibuat
sudah dapat dipercaya atau belum. Artinya soal itu dapat memberikan hasil yang
tetap apabila diteskan berkali-kali atau tidak. “Sebuah tes dikatakan reliabel
apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan” ( Suharsimi Arikunto,
1986 : 58 ). Atau seandainya terjadi perubahan maka perubahannya sangat kecil,
sehingga perubahan tersebut tidak berarti. Untuk mengetahui ketetapan ini dapat
dilihat dari kesejajaran hasil, yaitu dengan korelasi. Oleh karena itu, untuk
menghitung reliabilitas tes yang skornya 1 dan 0 digunakan rumus Kudher
Richardon 20 ( KR-20 ).
r11 = ÷÷ø
öççè
æ -÷øö
çèæ
-å2
2
S
pqS
1nn
( Suharsimi Arikunto, 2001 : 100 )
Keterangan :
r11 : reliabilitas tes
n : banyaknya item pertanyaan
p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah ( q = 1-p )
S : standar deviasi dari tes ( standar deviasi adalah akar varians )
37
Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
Kriteria reliabilitas : jika tabelrr ³11 maka soal dikatakan reliabel
c. Tingkat kesukaran
Soal yang baik untuk alat ukur prestasi belajar adalah soal yang
mempunyai taraf kesukaran yang memadai, dalam arti item soal tidak terlalu
sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk mengetahui taraf kesukaran dari masing-
masing item soal digunakan rumus:
P = sJ
B
(Suharsimi Arikunto, 2001 :207)
dengan :
P : Derajat kesukaran
B : jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi derajat kesukaran item soal tes adalah sebagai berikut :
1) Jika P0,00 £ < 0,30 maka Item soal dikategorikan sukar
2) Jika 0,30 £ P < 0,70 maka Item soal dikategorikan sedang
3) Jika 0,70 £ P £ 1,00 maka Item soal dikategorikan mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai, dari masing-masing
item tes digunakan rumus :
D = BAB
B
A
A PPJ
B
J
B-=-
(Suharsimi Arikunto, 2001 :211)
di mana :
D : Daya pembeda
JA : Banyaknya peserta kelas pandai
JB : Banyaknya peserta kelas kurang pandai
BA : Banyaknya peserta kelas pandai yang menjawab soal dengan benar
38
BB : Banyaknya peserta kelas kurang pandai yang menjawab soal itu
dengan benar.
A
AA J
BP = : proporsi peserta atas yang menjawab benar (P sebagai indeks
kesukaran)
B
BB J
BP = : proporsi peserta kelas bawah yang menjawab benar
Penggolongan daya pembeda :
1) 0,00 £ DP< 0,20 item soal mempunyai daya pembeda jelek
2) 0,20 £ DP < 0,40 item soal mempunyai daya pembeda cukup
3) 0,40 £ DP < 0,70 item soal mempunyai daya pembeda baik
4) 0,70 £ DP £ 1,00 item soal mempunyai daya pembeda baik sekali
2. Instrumen Kreativitas Siswa
Pengambilan data kreativitas siswa dilakukan dengan angket kreativitas
untuk mengukur tingkat kreativitas siswa yang dilihat dari kekreativitasannya saat
menjawab butir-butir soal kreativitas tentang pokok bahasan Tekanan Hidrostatik.
Langkah- langkah pembuatan angket kreativitas :
a. Membuat kisi – kisi skala sikap kreatif, yaitu:
1) Menentukan kemampuan yang akan diukur.
2) Menentukan indikator dari kemampuan yang akan diukur.
3) Menentukan ruang lingkup dan banyaknya pernyataan untuk masing-
masing sub variabel.
b. Menyusun item pernyataan skala sikap sesuai dengan indikator.
Validitas dan reliabilitas item soal skala sikap dapat diketahui dengan
rumus-rumus berikut :
a. Validitas
Untuk menghitung validitas item sikap kreatif digunakan uji korelasi
product moment :
( )( )( ){ } ( ){ }å åå å
å åå--
-=
2222 YYNXXN
YXXYNrXY
39
di mana:
XYr : koefisien relasi antara variabel X dan Y
N : Banyaknya subyek
X : Jumlah skor item tiap nomer soal yang dijawab benar
Y : Jumlah skor item seluruh nomer soal yang dijawab
Item soal dianggap valid bila XYr > XYr tabel.
b. Reliabilitas
Skor pada pengukuran sikap kreatif ini merupakan rentangan, maka
digunakan rumus Alpha, yaitu :
÷÷ø
öççè
æ-÷
øö
çèæ
-= å
2
2
11 11
t
b
kk
rs
s
dengan :
11r : Reliabilitas tes
k : Banyaknya pertanyaan atau butir soal
å 2bs : jumlah varians butir
2ts : varians total
( )
NN
XX b
b
b
å å-=
2
2
2s
( )
NN
XX t
t
t
å å-=
2
2
2s
Kriteria instrumen: instrumen dikatakan reliabel jika 11r > r tabel.
Rumus alpha digunakan karena instrumen tingkat kreativitas tidak memiliki
skor 0 dan 1 melainkan berbentuk skala Likert yang memiliki rentangan skor 1
sampai 5.
( Suharsimi arikunto, 2001 : 109)
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa Antara Kedua Kelas
40
Uji kesamaan keadaan awal siswa antara kedua kelas menggunakan uji-t
dua ekor. Uji t - 2 ekor digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya
perbedaan keadaan awal siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Untuk uji kesamaan keadaan awal siswa digunakan rumus sebagai berikut :
( ) ( )2
11 222
-+
-+-=
yx
yyxx
nn
SnSnS
yx nnS
yxt
11+
-=
(Sudjana, 1996: 239)
Keterangan :
t : harga t
x : mean perubahan kelas eksperimen
y : mean perubahan kelas control
S : harga simpangan baku gabungan
2S : harga variansi gabungan
2xS : harga variansi kelas eksperimen
2yS : harga variansi kelas kontrol
xn : jumlah peserta kelas eksperimen
yn : jumlah peserta kelas kontrol
Kriteria pengujian:
Jika aa 2/112/11 -- ££- ttt hitung maka siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen
mempunyai keadaan awal yang sama untuk taraf signifikan α = 5%
2. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum sampel diuji kesamaannya terlebih dahulu dilaksanakan uji
prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
41
Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah sampel penelitian
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal, dilakukan
dengan uji Lilliefors.
Langkah-langkah :
1) Pengamatan x1, x2, x3,……., xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,……, Zn
menggunakan rumus berdasarkan ubahan x dan SD merupakan rata-rata
( x ) dan simpangan baku (SD) maka Z dirumuskan :
Z1 = SD
xx -1
2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai
skor tertinggi.
3) Untuk tiap bilangan baku dengan menggunakan daftar distribusi normal
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z£Zi ).
4) Menghitung perbandingan antara nomer subyek 1 dengan subyek n yaitu :
S(Z1) = ni
i : cacah Z dimana Z<Zi
n : cacah semua observasi n.
5) Statistik uji
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus sebagai berikut :
Lo = Maks │F(Z1)- S(Z1) │, i = 1, 2, 3, ….
F(Zi) : bilangan baku yang menggunakan daftar distribusi normal
S(Zi) : perbandingan nomor subyek dengan jumlah subyek
Zi : skor standar atau Z1 = SD
xx -1
(X dan SD masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)
6) Daerah kritik
nLLo ,a³
α :Taraf signifikansi
7) Keputusan uji
42
Lo tabL£ : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Lo tabL> : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
( Sudjana, 1996: 466 )
b. Uji Homogenitas
Untuk pengujian homogenitas digunakan uji Barttlet.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Menghitung komputasi
j
2j
j2
j n
)X(XSS
å-å=
1n
SSS
j
jj
2
-=
2
jer I
SSMS å=
2) Statistik Uji
[ ]å-= 2jjer
2 logSFFlogMSC
2,303X
÷÷ø
öççè
æ-
-+= å F
1F1
1)3(k1
1Cj
1nF jj -=
(Budiyono, 2000: 176)
di mana :
nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j
F : derajat bebas untuk Mserror = N – k
J : 1, 2, 3, …..,k
Fj : nj – 1 = derajat bebas untuk 2jS
k : cacah populasi
3) Hipotesis
Ho : 222
21 .... ksss ===
H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
43
4) Daerah Kritik
Dk = { }1;222
-> kaccc
5) Keputusan Uji
Jika tabelkhit 1;22
-< acc maka sampel berasal dari populasi yang homogen
3. Uji Hipotesis
a. Uji Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Frekuensi Sel Tak Sama.
Dalam penelitian ini digunakan analisis variansi dua jalan dengan
frekuensi sel tak sama. Tujuan Analisis variansi dua jalan dengan jalan dengan
frekuensi sel tak sama untuk menguji perbedaan efek baris, efek kolom dan
kombinasi efek baris dan efek kolom terhadap variabel terikat.
1) Asumsi Dasar:
a). Populasi-populasi berdistribusi normal dengan variansi sama.
b). Sampel dipilih secara acak dari populasi penelitian yaitu sebanyak dua
kelas.
c). Variabel terikat berskala pengukuran interval
d) Variabel bebas berskala pengukuran nominal
2) Model:
Xijk = m ...+a i+ b j+a b ij+e ijk
Xijk = observasi pada subyek ke-k di bawah faktor 1 kategori ke 1 dan
faktor 2 kategori j
i = 1, 2, 3,...,p
j = 1, 2, 3, ...,q
k = 1, 2, 3, ...., n, n³2
1a = efek faktor 1 kategori 1 terhadap Xijk
m = grand mean ( konstan )
jb = efek faktor 2 kategori j terhadap Xijk
jjab = kombinasi efek faktor 1 dan 2 terhadap Xijk
ijke = kesalahan pada Xijk
44
3) Hipotesis
H01 : Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan
ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi
terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.
H11 : Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan ketrampilan
proses melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap
prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.
H02 : Tidak ada perbedaan pengaruh antara tingkat kreativitas siswa
kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa
pada pokok bahasan Bunyi.
H12 : Ada perbedaan pengaruh antara tingkat kreativitas siswa kategori
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok
bahasan Bunyi.
H03 : Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan
ketrampilan proses melalui metode pembelajaran dan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan
Bunyi.
H13 : Ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan
proses melalui metode pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.
4) Komputasi
a). Tabel 3.1.data AB
B
A B 1 B 2
A 1 A 1 B 1 A 1 B 2
A 2 A 2 B 1 A 2 B 2
Keterangan :
A : Pendekatan ketrampilan proses
A1 : Pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen
A2 : Pendekatan ketrampilan proses melalui metode demontrasi
B : Kreativitas siswa
45
B1 : Kreativitas siswa kategori tinggi
B2 : Kreativitas siswa kategori rendah
b).Tabel 3.2.Tabel Rerata Sel AB
B
A B 1 B 2 Total
A 1 11BA 2BAI A1’
A 2 12BA 22BA A2’
Total B1’ B2’ G
11BA = 11
11
nBAå
21BA = 12
21
n
BAå
BA2 = 21
12
n
BAå
22BA = 22
22
nBAå
A1’ = 11BA + 21BA
A2’ = 12BA + 22BA
B1 = 11BA + 12BA
B2 = 21BA + 22BA
G = å=
=+p
1ii21 A'A'A ’
c). Rerata Harmonik
pq1211ijij n
1....
n1
n1
pq
n1
n
pqhn
++==
å
d). Komponen Jumlah Kuadrat
46
(1) = pqn
G2
(2) = åji
ijSS,
(3) = p
i
nA2
(4) = q
j
n
B2
(5) = n
AB2
e). Jumlah Kuadrat
SSa = nh (3) – (1)
SSb = nh (4) – (1)
SSab = nh (5) – (4) + (1)
SSer = åji
ijSS,
å+-=ji
ijtot SSnhSS,
)}1()4{(
f). Derajat Kebebasan
dfa = p – 1
dfb = q – 1
dfab = (p – 1) (q – 1 )
dferr = pq (n – 1 ) = N – pq
dftot = N – 1
g). Rerata Kuadrat
MSa = SSa / dfa
MSb = SSb / dfb
MSab= SSab / dfab
MSerr= SSerr / dferr
h). Statistik Uji
Fa = MSa / MSerr
47
Fb = MSb / MSerr
Fab = MSab / MSerr
i). Daerah Kritik
Fa > pqNpF -- ,1;a
Fb > pqNpF -- ,1;a
Fab > pqNqpF --- ),1)(1(;a
j). Keputusan Uji
Jika Fa > pqNpF -- ,1;a maka H01 ditolak
Jika Fb > pqNpF -- ,1;a maka H02 ditolak
Jika Fab > pqNqpF --- ),1)(1(;a maka H03 ditolak
k). Rangkuman Uji
Tabel 3.3 Rangkuman Analisis
Sumber variansi SS df MS F P
Efek Utama
A (baris)
B (kolom)
SSa
SSb
dfa
dfb
MSa
MSb
Fa
Fb
< a atau > a
< a atau > a
Interaksi (AB) SSab Dfab MSab Fab < a atau >a
Kesalahan SSerr Dferr MSerr - -
Kesalahan Total SStot Dftot - - -
b. Uji Komparasi Ganda
Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasang baris, setiap pasang
kolom dan Setiap pasang sel diadakan uji komparansi ganda dengan
menggunakan metode Scheffe, karena metode tersebut akan menghasilkan
perbedaan pengaruh secara signifikan
Komparansi rerata antar baris:
( )
úúû
ù
êêë
é+
-=
··
··
jierr
jiA
nnMS
XXF
11
2
Komparasi rerata antar kolom
48
( )
úúû
ù
êêë
é+
-=
··
··
jierr
jiB
nnMS
XXF
11
2
Komparasi rerata antar sel
( )
úúû
ù
êêë
é+
-=
klijerr
klijAB
nnMS
XXF
11
2
di mana
·iX = rerata pada baris ke i
·jX = rerata pada baris ke j
iX · = rerata pada kolom ke i
jX · = rerata pada kolom ke j
ijX = rerata pada sel ke ij
klX = rerata pada sel ke kl
ni = cacah observasi pada baris ke i
nj = cacah observasi pada baris ke j
n.i = cacah observasi pada kolom ke i
n.j = cacah observasi pada kolom ke j
n ij = cacah observasi pada sel ke ij.
nkl = cacah observasi pada sel ke kl
* Daerah Kritik
Komparasi antar baris
DKA: FA| FA pqN1,p;1)F(p ---> a
Komparasi antar kolom
DKB: FB| FB pqN1,pα;1)F(q --->
Kompara si antar sel
DK AB: F AB| F AB pqNqpFqp -----> ),1)(1(;)1)(1( a
(Budiyono, 2000: 208)