22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentuk usaha adalah organisasi usaha atau badan usaha yang menjadi wadah penggerak setiap jenis kegiatan usaha, yang disebut bentuk hukum perusahaan. 1 Bentuk hukum perusahaan perseorangan belum ada pengaturannya dalam undang-undang tetapi berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengusaha, dalam prakteknya dibuat tertulis dimuka notaris berupa akta pendirian perusahaan perseorangan. 2 Bentuk-bentuk perusahaan atau badan usaha (business organization) yang dapat dijumpai di Indonesia sekarang ini demikian beragam jumlahnya. Sebagian besar dari bentuk-bentuk badan usaha tersebut merupakan peninggalan masa lalu (Pemerintah Belanda), di antaranya ada yang telah diganti dengan sebutan dalam bahasa Indonesia, tetapi masih ada juga sebagian yang tetap mempergunakan nama aslinya. Nama-nama masih terus digunakan dan belum diubah pemakaiannya misalnya, Burgelijk Maatschap/Maatschap, Vennootschap onder Firma atau Firma (Fa), dan Commanditaire Vennootschap (CV). Selain itu, ada pula yang sudah di Indonesiakan, seperti perseroan terbatas atau PT, yang sebenarnya berasal dari Naamloze Vennootschap (NV). Kata "vennootschap" diartikan menjadi kata "perseroan", sehingga dapat dijumpai sebutan Perseroan Firma, Perseroan Komanditer (CV) dan Perseroan Terbatas bersamaan dengan itu, 1 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan Keempat Revisi, Citra Aditya Bakti, Bandung 2010, hal.1. 2 Ibid, hal. 1-2. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentuk usaha adalah

  • Upload
    hahanh

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bentuk usaha adalah organisasi usaha atau badan usaha yang menjadi

wadah penggerak setiap jenis kegiatan usaha, yang disebut bentuk hukum

perusahaan.1 Bentuk hukum perusahaan perseorangan belum ada pengaturannya

dalam undang-undang tetapi berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

pengusaha, dalam prakteknya dibuat tertulis dimuka notaris berupa akta pendirian

perusahaan perseorangan.2

Bentuk-bentuk perusahaan atau badan usaha (business organization) yang

dapat dijumpai di Indonesia sekarang ini demikian beragam jumlahnya. Sebagian

besar dari bentuk-bentuk badan usaha tersebut merupakan peninggalan masa lalu

(Pemerintah Belanda), di antaranya ada yang telah diganti dengan sebutan dalam

bahasa Indonesia, tetapi masih ada juga sebagian yang tetap mempergunakan

nama aslinya. Nama-nama masih terus digunakan dan belum diubah

pemakaiannya misalnya, Burgelijk Maatschap/Maatschap, Vennootschap onder

Firma atau Firma (Fa), dan Commanditaire Vennootschap (CV). Selain itu, ada

pula yang sudah di Indonesiakan, seperti perseroan terbatas atau PT, yang

sebenarnya berasal dari Naamloze Vennootschap (NV). Kata "vennootschap"

diartikan menjadi kata "perseroan", sehingga dapat dijumpai sebutan Perseroan

Firma, Perseroan Komanditer (CV) dan Perseroan Terbatas bersamaan dengan itu,

1 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan Keempat Revisi, CitraAditya Bakti, Bandung 2010, hal.1.

2 Ibid, hal. 1-2.

1

Universitas Sumatera Utara

2

ada juga yang menggunakan kata perseroan dalam arti luas, yaitu sebagai sebutan

perusahaan pada umumnya.3

Pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usaha selalu dihadapan pada

dua kondisi yakni kondisi usaha berhasil mendapat keuntungan dan kondisi usaha

mengalami kerugian. Kondisi kedua risiko dalam usaha, oleh karena setiap pelaku

usaha dalam memulai usaha harus telah mengantisipasi risiko dengan aturan-

aturan hukum.

Risiko usaha dapat dibagi kepada para pihak yang menjalankan usaha, hal

ini disepakati para pihak ketika mereka bersepakatan memilih badan usaha apa

yang akan mereka gunakan dalam menjalankan usaha tersebut. Salah satu

pertimbangan adalah masalah tanggungjawab utang piutang perusahaan terhadap

harta pribadi dalam hal pengembanan wewenang dan tanggung jawab, pemilih

biasanya memikirkan faktor risiko yang akan dihadapi. Pada perusahaan yang

jenis badan usahanya memiliki tanggungjawab tidak terbatas, apabila perusahaan

mengalami risiko kerugian, maka harta pribadi jadi jaminan atas

hutang/kewajibannya. Badan usaha adalah organisasi usaha yang didirikan oleh

lebih dari satu individu untuk melaksanakan tujuan usaha yaitu meraih

keuntungan.4

Baik secara teoritis maupun ditinjau dari status hukumnya, bentuk usaha

atau perusahaan memiliki dua bentuk :

a. Bentuk usaha atau perusahaan bukan badan hukum

3 Mulhadi, Hukum Perusahaan (Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia), GhaliaIndonesia, Anggota IKAPI, Bogor, 2010, hal. 22.

4 H.M. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Hukum PersekutuanPerdata), Jilid I, Jakarta: Djambatan, 1982, hal. 23.

Universitas Sumatera Utara

3

b. Bentuk usaha atau perusahaan badan hukum

Sepintas lalu kedua badan usaha yang disebut terakhir tidak ada

perbedaan. Namun jika dilihat dari perspektif hukum perusahaan, ada perbedaan

yang cukup mendasar, yakni masalah tanggung jawab.5

Bahwa tidak semua badan usaha merupakan suatu badan hukum, disinikami akan sedikit memberikan penjelasan secara singkatmengenai perbedaan antara badan usaha yang telah berbadan hukumdengan badan usaha yang tidak berbadan hukum, sebagai berikut: Badanusaha yang berbadan hukum:1. Subjek hukumnya adalah badan usaha itu sendiri, karena ia telah

menjadi badan hukum yang juga termasuk subyek hukum di sampingmanusia. ,

2. Harta kekayaan perusahaan terpisah dari harta kekayaan pribadi parapengurus/anggotanya Akibatnya kalau perusahaannya pailit, yangterkena sita hanyalah harta perusahaan saja (harta pribadipengurus/anggotanya tetap bebas dari sitaan)

3. Badan usaha yang termasuk badan hukum yaitu Perseroan Terbatas,Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, Koperasi, Perum, Perjan,Persero dan Yayasan.

Badan usaha yang bukan badan hukum :1. Subjek hukumnya adalah orang-orang yang menjadi pengurusnya, jadi

bukan badan itu sendiri karena ia bukanlah badan hukum sehinggatidak dapat menjadi subjek hukum.

2. Harta perusahaan bersatu dengan harta pribadi parapengurus/anggotanya. Akibatnya kalau perusahaannya pailit, makaharta pengurus/anggotanya ikut tersita juga.

3. Badan usaha yang bukan badan hukum adalah BurgelijkMaatschap/Maatschap, Vennootschap onder Firma atau Firma (Fa),dan Commanditaire Vennootschap (CV).6

Perusahaan bukan badan hukum adalah perusahaan swasta yang didirikan

dan dimiliki oleh beberapa orang pengusaha secara kerjasama. Bentuk perusahaan

ini merupakan perusahaan persekutuan yang dapat menjalankan usaha dalam

bidang perekonomian, yaitu bidang perindustrian, perdagangan, dan perjasaan.

5 Mulhadi., op.cit., hal. 236 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, Aneka Cipta, Jakarta, 2007,

hal.10.

Universitas Sumatera Utara

4

Perusahaan persekutuan dapat mempunyai bentuk hukum firma dan Perseroan

Komanditer (CV).7

Perseroan Komanditer (CV) atau sering kali disebut dengan

Commanditaire Vennootschap (untuk selanjutnya disebut CV) adalah suatu

Perusahaan yang didirikan oleh satu atau beberapa orang secara tanggung

menanggung, bertanggung jawab secara seluruhnya atau secara solider, dengan

satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam

KUHD.8

Keberadaan Perseroan Komanditer (CV) (selanjutnya disebut CV) dalam

lalu lintas bisnis telah dikenal masyarakat, terutama masyarakat pengusaha,

sebagai salah satu bentuk badan usaha. Dasar pengaturan Perseroan Komanditer

(CV) dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD)

tidak diatur secara khusus/tersendiri sebagaimana persekutuan firma dan

persekutuan perdata (Maatschap), namun beberapa kalangan ahli hukum

berpendapat bahwa bagi Perseroan Komanditer (CV) dapat diberlakukan terhadap

pasal-pasal mengenai persekutuan firma maupun persekutuan perdata. Ketentuan

Perseroan Komanditer (CV) terdapat pada pasal 19, 20, 21 dan pasal 32 KUHD.9

Pengaturan hukum atas CV sama dengan persekutuan firma dimana diatur

secara tegas pada Pasal 19 sampai dengan Pasal 35 KUHD. Akan tetapi yang

membedakan pengaturan antara Perseroan Komanditer (CV) dengan persekutuan

firma adalah adanya pengaturan sekutu pelepas-uang yang diatur menurut

7 Abdulkadir Muhammad, Op., Cit, hal. 848 I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, cet. 7, Kesaint Blanc, Bekasi, 2007, hal. 51.9 I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan (Undang-Undang dan Peraturan Pelaksana

Undang-Undang di Bidang Usaha), Mega Poin, Divisi dari Kesain Blanc, 2005, Bekasi Indonesia,hal.1.

Universitas Sumatera Utara

5

ketentuan Pasal 19, 20 dan 21 KUHD. Dalam hal ini dapat dikatakan juga

Perseroan Komanditer (CV) adalah persekutuan firma yang mempunyai satu atau

beberapa orang sekutu komanditer. Karena dalam persekutuan firma hanya

terdapat sekutu kerja firmant, sedangkan dalam Perseroan Komanditer (CV)

selain sekutu kerja terdapat juga sekutu komanditer, yaitu sekutu diam yang hanya

memberikan pemasukannya saja dan tidak mengurus perusahaan.10

Sebagaimana yang disebutkan didalam pasal 19 KUHD,Ayat (1) : Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang ataudisebut juga perseroan komanditer, didirikan antara seseorang atau antarabeberapa orang persero yang bertanggung jawab secara tanggung- rentenguntuk keseluruhannya dan satu orang atau lebih sebagai pemberi pinjamanuang.Ayat (2) Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud firma terhadap persero-persero firma di dalamnya dan perseroan komanditer terhadap pemberipinjaman uang. (KUHD. 16,20,22 dan seterusnya)

Perseroan komanditer atau juga disebut perseroan dengan penanaman

modal diadakan antara seseorang pesero yang mempunyai beheer atau beberapa

pesero yang bertanggung jawab secara sendiri-sendiri untuk seluruhnya (solider)

dengan seorang Peseroan Komanditer (CV) atau beberapa orang lain yang hanya

bertanggung jawab sampai dengan uangnya yang ditanam dalam usaha itu.

Persero-persero yang bertindak sebagai penanam modal tidak ikut bertanggung

jawab secara solider. Pertanggunggan jawab hanya meliputi sampai jumlah uang

yang ditanamkan itu. Dalam perseroan itu persero komanditer tidak bertindak

keluar. Struktur dari Perseroan Komanditer (CV) itu tergantung dari pada

persetujuan yang diadakan antara pihak-pihak yang bersangkutan.11

10 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, BentukPerusahaan, Jilid 2, cet. 12, Djambatan, Jakarta, 2008, hal.75.

11 Ahmad Ichsan, Hukum Dagang (Lembaga Perserikatan, Surat-Surat Berharga, AturanAngkutan, Pradnya Paramita, cetakan kelima, Jakarta, 1993, hal. 129.

Universitas Sumatera Utara

6

Cara mendirikan Perseroan Komanditer (CV) Dalam KUHD tidak ada

pengaturan secara khusus mengenai cara mendirikan Perseroan Komanditer (CV).

karena Perseroan Komanditer (CV) adalah firma, Pasal 22 KUHD dapat

diberlakukan. Dengan demikian, Perseroan Komanditer (CV) didirikan dengan

pembuatan anggaran dasar yang dituangkan dalam akta pendirian yang dibuat di

muka notaris. Akta kemudian didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri

setempat. Akta yang sudah didaftarkan itu diumumkan dalam Berita Negara.12

Sama halnya dengan firma, syarat pengesahan dari Menteri Hukum dan

HAM diperlukan karena persekutuan komanditer bukan badan hukum. Praktik

perusahaan yang berbentuk persekutuan komanditer di Indonesia membuktikan

hal ini. Pada Perseroan Komanditer (CV) tidak ada pemisahan antara harta

kekayaan persekutuan dan harta kekayaan pribadi para sekutu komplementer.

Karena Perseroan Komanditer (CV) adalah firma yang lebih sempurna atau

khusus, maka tanggung jawab sekutu komplementer secara pribadi untuk

keseluruhan.13

Perseroan Komanditer (CV) mengenal dua macam pesero yaitu bagi

pesero yang hanya memasukkan uang atau barang kedalam perseroan disebutkan

sebagai pesero komandit-diam, sedangkan pesero yang selain memasukkan uang

atau barang juga melakukan pengurusan perseroan yang disebut pesero pengurus

dan mereka inilah yang menjalahkan perusahaan dan bertindak keluar atas nama

perseroan, dan menyelenggarakan pemeliharaan, pengurusan perseroan sehari-

hari.14

12 Abdulkadir Muhammad, op.cit, hal.94.13 Ibid14 M.Nadzir Said, Hukum Perusahaan di Indonesia I, Alumni, Bandung, 1987, hal. 191.

Universitas Sumatera Utara

7

Hubungan intern diantara sekutu biasa atau pengurus (gewone vennooten)

dengan Perseroan Komanditer (CV) terdapat perbedaan, dimana sekutu biasa atau

pengurus (gewone vennooten), selain memasukkan uang atau benda kedalam

persekutuan, juga memasukkan tenaga, dalam rangka mengurus dan menjalankan

persekutuan. Disamping itu, sekutu biasa atau pengurus juga memikul tanggung

jawab tidak terbatas ada kerugian yang diderita persekutuan dalam usahanya,

kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian persekutuan. Sedangkan sekutu

komanditer, tidak terbebani kerugian yang lebih dari jumlah modal yang

dimasukkannya.15

Dapat dilihat, pada persekutuan komanditer terdiri dari dua macam sekutu:

1. Sekutu pengurus atau sekutu komplementer (complimentaris) yang bertindak

sebagai pesero pengurus dalam persekutuan komanditer. Selain dia sekutu

komanditer yang juga ikut memberi pemasukan modal, sekutu

komplementaris sekaligus menjadi pengurus Perseroan Komanditer (CV).

2. Perseroan Komanditer (CV) yang disebut juga sekutu tidak kerja, yang

statusnya hanya sebagai pemberi modal atau pemberi pinjaman. Oleh karena

sekutu komanditer tidak ikut mengurus persekutuan komanditer dia tidak ikut

bertindak keluar.16

Dalam soal pengurusan persekutuan, sekutu komanditer dilarang

melakukan pengurusan meskipun dengan surat kuasa. Dia hanya boleh mengawasi

pengurusan jika ditentukan dalam anggaran dasar persekutuan. Apabila ketentuan

ini dilanggar, Pasal 21 KUHD memberi sanksi bahwa tanggung jawab sekutu

15 Mulhadi, Op., Cit. Hal 61-62.16 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Cetakan ketiga,

Jakarta, 201 l, hal. 17-18.

Universitas Sumatera Utara

8

komanditer disamakan dengan tanggung jawab sekutu komplementer secara

pribadi untuk keseluruhan. Untuk menjalankan, perusahaan, persekutuan

komanditer dapat menempatkan sejumlah modal atau barang sebagai harta

kekayaan persekutuan, dan ini dianggap sebagai harta kekayaan yang dipisahkan,

dari harta kekayaan pribadi sekutu komplementer. Hal ini dibolehkan berdasarkan

rumusan Pasal 33 KUHD mengenai pemberesan firma. Kekayaan terpisah ini

dapat diperjanjikan dalam anggaran dasar (akta pendirian) walaupun bukan badan

hukum.17

Hanya sekutu komplementer yang dapat mengadakan hubungan hukum

dengan pihak ketiga. Pihak ketiga hanya dapat menagih sekutu komplementer

sebab sekutu inilah yang bertanggung jawab penuh. Sekutu komanditer hanya

bertanggung jawab kepada sekutu komplementer dengan menyerahkan sejumlah

pemasukan (Pasal 19 ayat (1) KUHD), sedangkan yang bertanggung jawab

kepada pihak ketiga hanya sekutu komplementer. Dengan kata lain, sekutu

komanditer hanya bertanggung jawab ke dalam, sedangkan sekutu komplementer

bertanggung jawab ke luar dan ke dalam.18

Pendirian persekutuan komanditer pada dasarnya tidak jauh berbeda

dengan persekutuan firma, yaitu umumnya dengan akta notaris kemudian

didaftarkan di kepaniteraan PN di mana persekutuan komanditer tersebut

berkedudukan dan kemudian mengumumkan ikhtisar akta pendirian dalam Berita

Negara RI. Adapun isi akta pendirian :

1. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para pendiri.

17 Abdulkadir Muhammad, op.cit, hal. 95.18 Ibid, hal. 95-96

Universitas Sumatera Utara

9

2. Penetapan nama Perseroan Komanditer (CV) dan kedudukanhukumnya.

3. Keterangan mengenai Perseroan Komanditer (CV) yang menyatakansifat CV itu di kemudian harinya akan bersifat khusus atau terbatasuntuk menjalankan sebuah perusahaan cabang secara khusus.

4. Nama sekutu yang tidak berkuasa untuk menandatangani perjanjianatas nama persekutuan.

5. Mulai dan berakhirnya Perseroan Komanditer (CV).6. Klausul-klausul lain yang penting berkaitan dengan pihak ketiga

terhadap sekutu pendiri.7. Pendaftaraan akta pendirian ke PN harus diberi tanggal.8. Pembentukan kas atau uang dari Perseroan Komanditer (CV) yang

khusus disediakan bagi penagih dari pihak ketiga yang jika sudahkosong maka berlakulah tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan.

9. Pengeluaran satu atau beberapa sekutu dari wewenangnya untukbertindak atas nama persekutuan.

10. Maksud dan tujuan persekutuan komanditer.11. Modal persekutuan komanditer.12. Penunjukan siapa sekutu biasa dan sekutu komanditer.13. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing sekutu.14. Pembagian keuntungan dan kerugian sekutu.19

Sama halnya dengan firma, tata cara pendirian Perseroan Komanditer

(CV) tidak ada ketentuan yang tegas dalam ketentuan Kitab Undang-undang

Hukum Dagang, tetapi dalam praktek diabuat secara Autentik (akta notaris).

Perseroan Komanditer (CV) didirikan dengan pembuatan Anggaran dasar yang

dituangkan dalam akta pendirian yang dibuat dimuka notaris. Akta pendirian

kemudian didaftarkan di kapaniteraan Pengadilan Negeri setempat. Akta pendirian

yang sudah didaftarkan itu diumumkan dalam Berita Negara.20

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 perubahan dari Undang-Undang

Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, pada Pasal 1 ayat (1) menerangkan

bahwa :

19 Handri Raharjo, Hukum Perusahaan (Step By Step Prosedur Pendirian Perusahaan),Pustaka Yustisia, Cetakan pertama, Yogyakarta, 2013, hal. 56-59.

20 Farida Hasyim, Hukum Dagang, Sinar Grafika, cetakan pertama, Jakarta, 2009,hal.146.

Universitas Sumatera Utara

10

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta autentik dan

memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini

atau berdasarkan undang-undang lainnya.

Kewenangan tersebut dispesifik pada pasal-pasal berikutnya yaitu pada

Pasal 15 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dijelaskan kewenangan notaris yaitu :

(1) Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan,perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untukmenyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanyaitu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikankepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), notaris berwenangpula:a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat

dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku klepper.b. Membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku

khusus.c. Membuat copy dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang

memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yangbersangkutan

d. Melakukan pengesahan kecocokan photo copy dengan surat aslinya.e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan aktaf. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; ataug. Membuat akta risalah lelang.

(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturanperundang-undangan

Di dalam Pasal 28 KUHD "selain dari pada itu para pesero diwajibkan

pula menyelenggarakan pengumuman dan petikan akta sebagaimana termaksud

dalam ketentuan Pasal 26 dalam Berita Negara". Selama ini pada umumnya yang

dipenuhi hanya pasal 27 KUHD yang menyebutkan "pendaftaran itu harus

ditanggali pada hari akta atau petikannya dibawa di ke paniteraan. Pada umumnya

Akta pendirian CV hanya sebatas didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri

setempat, sedangkan untuk pengumuman di Berita Negara jarang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

11

Selama ini walaupun Akta pendirian CV belum ada diumumkan di dalam Berita

Negara akan tetapi dapat melakukan dan atau menjalankan kegiatan usaha,

meskipun didalam Undang-undang secara tegas diwajibkan untuk

diumumkan dalam Berita Negara.

Dari uraian diatas, Perlu penelitian lebih lanjut mengenai Akta Pendirian

Perseroan Komanditer (Commanditaire Vennootschap), yang dituangkan dalam

judul tesis "Kepastian Hukum Akta Pendirian Perseroan Komanditer

(Commanditaire Vennootschap) yang tidak diumumkan dalam berita Negara

ditinjau dari Kitab Undang-undang Hukum Dagang"

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas, maka agar lebih jelasnya perlu

dirumuskan pokok masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana kedudukan hukum Perseroan Komanditer (Commanditaire

Vennootschap) yang tidak diumumkan dalam berita Negara menurut Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang?

2. Bagaimana tanggung jawab para pengurus Perseroan Komanditer

(Commanditaire Vennootschap) yang Akta pendirian tidak diumumkan dalam

berita Negara ?

3. Apa yang menjadi persoalan dalam pendirian Perseroan Komanditer (CV)

(Commanditaire Vennootschap) dalam praktek notaris sehari-hari ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

12

1. Untuk mengetahui kedudukan hukum Perseroan Komanditer (Commanditaire

Vennootschap) yang tidak diumumkan dalam berita Negara menurut Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab para pengurus Perseroan Komanditer

(Commanditaire Vennootschap) yang Akta pendirian tidak diumumkan dalam

berita Negara

3. Untuk mengetahui yang menjadi persoalan dalam pendirian Perseroan

Komanditer (Commanditaire Vennootschap) dalam praktek notaris sehari-

hari.

D. Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian dan manfaat penelitian merupakan satu rangkaian yang

hendak dicapai bersama, dengan demikian dari penelitian ini diharapkan dapat

memberi manfaat sebagai berikut :

1. Secara akademis-teoritis, penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi ilmu

pengetahuan, khususnya ketentuan tentang Akta pendirian Perseroan

Komanditer (Commanditaire Vennootschap) yang tidak diumumkan dalam

berita Negara sebagaimana diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum

2. Secara sosial praktis, adalah memberikan sumbangan pemikiran terhadap

mahasiswa-mahasiswa atau praktisi-praktisi hukum dalam melaksanakan

ketentuan hukum yang mengatur Akta pendirian Perseroan Komanditer

(Commanditaire Vennootschap) yang tidak diumumkan dalam berita Negara

sebagaimana diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

Universitas Sumatera Utara

13

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan

yang ada di lingkungan Universitas Sumatra Utara, khususnya di lingkungan

Magister Kenotariatan dan Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatra Utara

Medan, belum ada penelitian sebelumnya yang berjudul "Kepastian Hukum Akta

Pendirian CV yang tidak diumumkan dalam berita Negara ditinjau dari Kitab

Undang-undang Hukum Dagang". Akan tetapi ada beberapa penelitian yang

menyangkut masalah CV antara lain penelitian yang dilakukan oleh :

1. Saudari Lusiana (NIM. 002111030), Mahasiswi Magister Kenotariatan

Universitas Sumatra Utara, dengan judul penelitian "Kreteria Perseroan

Komanditer (Commanditaire Vennootschap) Sebagai Subjek Hak Atas Tanah

Penelitian Di Kota. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini

adalah :

a. Apakah Peseroan Komanditer dapat dimasukan sebagai Badan Hukum ?

b. Apakah Perseroan Komanditer dapat mempunyai Hak Atas Tanah ?

c. Bagaimana penerapan peraturan perundang-undangan terhadap Perseroan

Komanditer sebgai Subjek Hak Atas Tanah ?

2. Saudara Asrul (NIM. 017011006), Mahasiswa Magister Kenotariatan

Universitas Sumatra Utara, dengan judul penelitian "Perseroan Komanditer

(Commanditaire Vennootschap) Dalam Kedudukannya Sebagai Pemberi Hak

Tanggungan Pada Pengikatan Hak Tanggungan). Adapun permasalahan

penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

14

a. Bagaimana kewenangan yuridis Peseroan Komanditer untuk melakukan

pembuatan hukum sebagai pemberi Hak Tanggungan.

b. Bagaimana melaksanakan kendala Peseroan Komanditer dalam

pelaksanaan pengikat Hak Tanggungan.

c. Bagaimana upaya yang dilakukan agar pengikat Hak Tanggungan tetap

terlaksana

3. Saudara Muhammad Reza (NIM. 107011092), Mahasiswa Magister

Kenotariatan Universitas Sumatra Utara, dengan judul penelitian "Analisis

Terhadap Kepailitan Perseroan Komanditer (Commanditaire Vennootschap)

dan akibat hukumnya (studi kasus putusan Pengadilan Niaga Medan Nomor :

01/Pailit/2006/PN.Niaga.Mdn ). Adapun yang permasalahan dalam penelitian

ini adalah :

a. Bagaimana analisis permohonan Kepailitan yang dilakukan oleh Debitor

sendiri yaitu CV. Widya Mandiri dikaitkan dengan Pasal 5 Undang-

Undang No.37 Tahun 2004 ?

b. Bagaimana akibat hukum kepailitan Persekutuan Komanditer terhadap

harta kekayaan para sekutu menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2004 dalam Putusan Pengadilan Niaga Medan nomor :

01/Pailit/2006/Pn.niaga Mdn atas Kepailitan CV. Widya Mandiri ?

c. Bagaimana pelaksanaan pemberesan harta pailit para sekutu dalam

Kepailitan CV. Widya Mandiri ?

Universitas Sumatera Utara

15

Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah,

karena senantiasa memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang

harus dijunjung tinggi sebagai peneliti ataupun akademisi.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran

teoritis, teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk

proses tertentu.21 Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan

teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang

dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir

pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.22

Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah

teori kepastian hukum, guna mendapatkan kepastian hukum akta pendirian

Perseroan Komanditer (CV) yang tidak diumumkan dalam Berita Negara.

Menurat Kalsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah

pernyataan yang menekankan aspek "seharusnya" atau das sollen, dengan

menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma

adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-undang yang berisi

aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku

dalam aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku

dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesame maupun dalam

21 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press,Jakarta, 1986, hal.122

22 M. Solly Lubis, Filsqfat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80.

Universitas Sumatera Utara

16

hubunganya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi

masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu.

Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian

hukum.23

Tujuan hukum yang mendekati realitis adalah kepastian hukum dan

kemanfaatan hukum. Kaum Positivisme lebih menekankan pada kepastian hukum,

sedangkan Kaum Fungsionalis mengutamakan kemanfaatan hukum, dan sekiranya

dapat ditemukan bahwa "summum ins, summa injuria, summa lex, summa crux"

yang artinya, hukum yang keras dapat melukai, kecuali keadilan yang dapat

menolongnya, dengan demikian kendatipun keadilan bukan merupakan tujuan

hukum satu-satunya akan tetapi tujuan hukum yang paling substantif adalah

keadilan.24

Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan.

Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut : 25

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta;

b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;

c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.

Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya

mendudukan masalah penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis

yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. Adapun kerangka teori

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum

23 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jekarta, 2008, hal 158.24 Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: memahami dan Memahami Hukum,

Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2010, hal. 59.25 Soerjono Soekanto, op.cit, hal.121.

Universitas Sumatera Utara

17

Menurut Utrecht, hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum

(rechtzekerheit) dalam pergaulan manusia dan hubungan-hubungannya dalam

pergaulan kemasyarakatan. Hukum menjamin kepastian pada pihak yang satu

terhadap pihak lain.26

Untuk menjamin keteraturan dan menciptakan hubungan dalam pergaulan

didalam masyarakat dan untuk mehilangkan, kebimbangan keracunan, dan

kekeliruan maka diperlukan kepastian hukum untuk menjamin hal tersebut.

Menurut Radbruch, hubungan antara keadilan dan kepastian hukum perlu

diperhatikan. Oleh karena kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dalam

negara, maka hukum positif selalu harus ditaati, walaupun isinya kurang adil atau

juga kurang sesuai dengan tujuan hukum. Tetapi dapat kekecualian yakni

bilamana pertentangan antara isi tata hukum dengan keadilan begitu besar,

sehingga tata hukum itu tampak tidak adil pada saat itu tata hukum boleh

dilepaskan.27

Tanpa kepastian hukum orang tidak tau apa yang harus diperbuatnya, dan

akhirnya timbulnya keresahan. Tetapi terlalu menitikberatkan kepada kepastian

hukum, terlalu ketat menaati peraturan hukum, akibatnya kaku dan akan

menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturannya adalah demikian

dan harus ditaati atau dilaksanakan. Undang-undang itu sering terasa kejam

apabila dilaksanakan secara ketat" Lex dura, set tamen scripta (Undang-undang

itu kejam tetapi demikianlah bunyinya). 28

26 M. Solly Lubis, Beberapa Pengertian Umum Tentang Hukum (Program Studi IlmuHukum Sekolah Pasca Sarjana USU), hal. 17.

27 Theo Huijbers, Filsafat Dalam Lintas Sejarah, Yogyakarta: Kanisius, 1982), hal. 16328 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty,

1998), hal. 58.

Universitas Sumatera Utara

18

2. Konsepsi

a. Kepastian Hukum Menurut Sudikno Mertokusumo adalah kepastian

hukum merupakan sebuah jaminan bahwa hukum tersebut harus

dijalankan dengan cara yang baik.29

b. Akta pendirian adalah dokumen hukum yang menjelaskan tujuan

perusahaan, dan memuat anggaran dasar serta pengurus yang dibuat

dihadapan notaris dan pada intinya merupakan perjanjian diantara

sekutu.30

c. Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan,

perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-

undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk

dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan

Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta,

semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau

dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh

undang-undang.

d. Pesero adalah pemegang saham atau andil.31

e. Persekutuan Komanditer (CV) adalah persekutuan Firma yang memiliki

satu atau beberapa orang sekutu komanditer. Sekutu komanditer adalah

sekutu yang hanya menyerahkan uang, barang, atau tenaga sebagai

pemasukan pada persekutuan (sebagai modal), namun ia tidak ikut campur

dalam pengurusan atau penguasaan persekutuan, dan tanggung jawabnya

29Pengertian Asas Kepastian Hukum Menurut Para Ahli,http://tesishukum.com/pengertian-asas-kepastian-hukum-menurut-para-ahli/, 15April, 2015

30 Rudi Prasetya, Maatschap, Firma dan Perseroan Komanditer, Citra Aditya Bakti,Bandung, 2002, hal.26.

31 Mulhadi, op.cit, hal. 22.

Universitas Sumatera Utara

19

terbatas sampai pada sejumlah uang yang dimasukkannya. Artinya, sekutu

komanditer tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap Perseroan

Komanditer (CV), sebab hanya sekutu komplementer yang diserahi tugas

untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga (pasal 19

KUHDagang).32

f. Lembaran Negara adalah suatu Lembaran (kertas) tempat mengundang

atau mengumumkan suatu peraturan-peraturan negara dan pemerintah agar

sah berlaku. Penjelasan daripada suatu undang-undang dimuat dalam

Tambahan Lembaran Negara, yang mempunyai nomor berurut. Lembaran

Negara diterbitkan oleh Departemen kehakiman (sekarang Secretariat

Negara), yang disebut dengan tahun pemberitahuan dan nomor berurut.33

Misalnya: L.N. tahun 1962 No. 1 (L.N. 1962/1), L.N. tahun 1962 No. 2

(L.N. No. 2 tahun 1962).

g. Berita Negara adalah suatu penerbitan resmi Menteri Kehakiman

(Sekretariat Negara) yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan

peraturan-peraturan negara dan pemerintah dan memuat surat-surat yang

dianggap perlu. Seperti : Akta pendirian P.T., Firma, CV, Koperasi, nama-

nama orang dinaturalisasi menjadi Warga Negara Indonesia, dan lain-lain.

G. Metodologi Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian.

Sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitis, bersifat analisis

deskrptif maksunya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci

dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan

32 Abdul R. Saliman et al, Hukum bisnis untuk perusahaan, Prenada Media, Edisi KeduaCetakan Ke-1, Jakarta hal. 95

33 Dwisetiati.Wordpress.Com/2012/06/05/Lembaran-Negara-Dan-Berita-Negara/ (diaksestanggal 7 Juni 2015). Pukul 18.00 Wib

Universitas Sumatera Utara

20

berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat

untuk menjawab permasalahan.34

Mengingat bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum

dengan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum doktriner

yang mengacu kepada norma-norma hukum,35 yang terdapat Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang maka penelitian ini menekankan kepada sumber-sumber

bahan sekunder, baik berupa peraturan-peraturan maupun teori-teori hukum,

disamping menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat, sehingga

ditemukan suatu asas-asas hukum yang berupa dogma atau doktrin hukum yang

bersifat teoritis ilmiah serta dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan

yang dibahas,36 yang dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan pokok

permasalahan dalam penulisan tesis ini, yaitu mengenai Akta Pendirian Perseroan

Komanditer (Commanditaire Vennootschap) dikaitkan ketentuan Kitab Undang-

undang Hukum Dagang.

2. Sumber Data

Berdasarkan sifat penelitian tersebut diatas, maka data yang dikumpulkan

berasal dari data sekunder. Data sekunder dimaksud antara lain meliputi bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier berupa Norma

Dasar, perundang-undangan, hasil penelitian ilmiah, buku-buku dan lain

sebagainya.37

34 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Alumni,Bandung, 1994, hal. 101

35 Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Semarang, 1996,hal.13.

36 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu TinjauanSingkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 13

37 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2004, hal. 30

Universitas Sumatera Utara

21

a. Bahan hukum primer.38

Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan

utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini adalah Kitab Undang-undang

Hukum Dagang.

Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Kitab Undang-Undang Perdata dan

Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014.

b. Bahan hukum sekunder.39

Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan

dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti

hasil-hasil penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum, serta

dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan Akta Pendirian Perseroan

Komanditer (Commanditaire Vennootschap) yang tidak diumumkan dalam

berita Negara.

c. Bahan hukum tertier.40

Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan

lain-lain.

3. Alat Pengumpul Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti

maka dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik studi pustaka,

sedangkan alat pengumpulan data adalah studi dokumen, studi dokumen

38Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, GhaliaIndonesia, Jakarta, 1990, hal. 53

39 Ibid40 Ibid

Universitas Sumatera Utara

22

dilakukan dengan membaca, mempelajari, dan menganalisis literarur buku-buku,

peraturan peraturan perundang-undangan, dan sumber lainnya yang berkaitan

dengan penulisan tesis.

4. Analisa Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna

untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan

menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau

fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Adanya terdapat regularitas

atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).41

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.42

Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berapa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.43

41 Bungi Burhan, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis danMetodologis Kearah Penguasaan Midal Aplikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal.53.

42 Lexy J.Moleong, Metode Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 103.43 Ibid, hal.3

Universitas Sumatera Utara