Upload
vantram
View
217
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Dalam dunia pendidikan matematika merupakan salah satu mata pelajaran
di sekolah yang mendapatkan porsi perhatian terbesar baik dari kalangan
pendidik, orangtua maupun siswa. Banyak di antara orangtua yang memiliki
persepsi bahwa matematika merupakan pengetahuan terpenting yang harus
dikuasai siswa. Sayangnya, tidak semua siswa memiliki kemampuan cemerlang di
bidang matematika. Bahkan banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit dan menjadi hal yang paling menyeramkan.
Salah satu tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar
dan menengah, tercantum dalam permen nomor 22 tahun 2006 pada butir ke
empat yaitu “agar siswa mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah”.
Kalimat tersebut bermakna bahwa komunikasi matematis merupakan salah
satu kemampuan penting yang harus dikembangkan dalam diri siswa, sejalan
dengan kalimat yang terdapat dalam NCTM (2000: 60), bahwa: “Communication
is an essential part of mathematics and mathematics education”. Ini bermakna
bahwa kemampuan komunikasi matematika menjadi hal yang fundamental yang
harus dikembangkan dalam pembelajaran dan pendidikan matematika.
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
Lebih lanjut dalam NCTM (2000: 29) dijelaskan bahwa: “The process
standards problem solving, Reasoning and Proof, communication, connections,
and representation highlight ways of acquiring and using content knowledge”.
Maksudnya bahwa komunikasi merupakan salah satu dari lima standar
proses yang ditekankan dalam NCTM, sehingga komunikasi menjadi hal yang
sangat penting dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika, karena
melalui komunikasi inilah siswa dapat menyampaikan ide-idenya kepada guru dan
kepada siswa lainnya. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi mutlak
diperlukan bagi siswa dalam setiap proses pembelajaran, karena tanpa didukung
kemampuan berkomunikasi proses pembelajaran tidak dapat berlangsung baik.
Brenner (1998: 107) mengemukakan bahwa:
Penekanan atas komunikasi dalam pergerakan reformasi matematika
berasal dari suatu konsensus bahwa hasil pembelajaran sangat efektif di
dalam suatu konteks sosial. Melalui konteks sosial yang dirancang dalam
pembelajaran matematika, siswa dapat mengkomunikasikan berbagai ide
yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah matematika.
Dengan demikian jelas sekali bahwa melalui komunikasilah siswa dapat
menyampaikan ide-idenya dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul
dalam proses pembelajaran, sehingga tercipta aktivitas siswa yang menjadi tujuan
utama dalam proses pembelajaran.
Lebih lanjut Brenner (1998: 104), menyatakan bahwa: “Peningkatan
kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan matematika adalah satu dari tujuan
utama pergerakan reformasi matematika”. Menurut Hulukati (2005: 18)
“Kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan masalah matematika pada
umumnya ditunjang oleh pemahaman mereka terhadap bahasa”.
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
Bahkan menurut Barody yang dikemukakan oleh Hulukati, (2005: 17), ada dua
alasan mengapa kemampuan berbahasa itu sangat penting dibutuhkan dalam
berkomunikasi, yaitu:
Mathematics as language; matematika tidak hanya sekedar alat bantu
berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau
menyelesaikan masalah, namun matematika juga adalah alat yang tak
terhingga nilainya untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas,
tepat, dan ringkas, dan Mathematics learning as social activity, sebagai
aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, interaksi antar siswa,
misalnya komunikasi antara guru dan siswa yang merupakan bagian
penting untuk memelihara dan mengembangkan potensi matematika siswa.
Dari ketiga pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat
hubungan yang erat antara kemampuan komunikasi matematis, bahasa dan
pemecahan masalah. Dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika, siswa membutuhkan kemampuan komunikasi
matematis yang ditunjang dengan pemahaman terhadap bahasa.
Oleh karena adanya hubungan antara bahasa dan matematika, maka guru
sebagai tenaga profesional di lapangan harus mampu membuat suatu hubungan
yang membantu siswa mengekspresikan masalah matematika ke dalam bahasa
simbol atau model matematika.
Karakteristik matematika yang abstrak, sarat dengan istilah dan simbol,
mengakibatkan banyak siswa yang hanya menelan mentah saja semua materi
tanpa mencoba untuk memahami informasi yang terkandung di dalamnya,
sehingga penomena yang terjadi di lapangan adalah kebanyakan siswa menerapkan
metode menghafal rumus untuk belajar matematika. Padahal esensi dari
pembelajaran matematika bukanlah untuk menghafal, melainkan lima standar
proses yang ditekankan dalam NCTM yaitu kemampuan pemecahan masalah,
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
penalaran dan bukti, komunikasi, koneksi dan representasi. Artinya bahwa lima
kemampuan tersebut harus dikembangkan dalam setiap pembelajaran matematika.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis di Indonesia masih kurang baik. Survei yang dilakukakan Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa:
“Penekanan pembelajaran matematika di Indonesia lebih banyak pada penguasaan
keterampilan dasar, hanya sedikit sekali penekanan penerapan matematika dalam
konteks kehidupan sehari-hari, berkomunikasi secara matematis, dan bernalar
secara matematis” (Herman, 2006: 5).
Selanjutnya hasil penelitian Tim Pusat Pengembangan Penataran Guru
Matematika juga mengungkapkan bahwa: “Di beberapa wilayah Indonesia yang
berbeda, sebagian besar siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan
masalah dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam model
matematika” (Shadiq, 2007: 2-3). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa Indonesia masih kurang baik.
Hal-hal yang mengindikasikan masih rendahnya kemampuan komunikasi
matematika siswa dalam pembelajaran adalah: Siswa kurang percaya diri dalam
mengomunikasikan gagasannya dan masih ragu-ragu dalam mengemukakan
jawabannya ketika ditanya guru; ketika ada masalah dalam bentuk soal cerita
siswa bingung bagaimana menyelesaikannya, siswa kesulitan membuat model
matematika dari soal cerita tersebut, dan belum mampu untuk mengomunikasikan
ide atau pendapatnya dengan baik, pendapat yang disampaikan oleh siswa sering
kurang terstruktur sehingga sulit dipahami oleh guru maupun temannya.
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
Kondisi di atas terjadi karena dalam pembelajaran matematika
konvensional siswa jarang sekali diminta untuk mengkomunikasikan ide-idenya.
Hal ini dikemukakan oleh Silver (Turmudi, 2008) bahwa:
Aktivitas siswa sehari-hari terdiri dari menonton gurunya menyelesaikan
soal-soal di papan tulis, kemudian meminta siswa bekerja sendiri dalam
buku teks atau LKS yang disediakan. Konsekuensinya kalau siswa diberi
soal yang berbeda dengan soal latihan mereka membuat kesalahan atau
mengalami kesulitan dalam mencari penyelesaiannya.
Ini menunjukkan bahwa siswa hanya menghapalkan prosedur penyelesaian
sehingga kemampuan komunikasi siswa tidak akan berkembang. Pendapat ini
didukung oleh Undang (1998: 1) yang mengatakan bahwa: “Guru sebagai subjek
dan siswa sebagai objek masih tetap mendominasi dunia pendidikan”. Guru sama
sekali tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat mengungkapkan rasa
ingin tahunya, melalui pertanyaan atau pemberian tanggapan terhadap konsep
yang sedang dipelajari, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan dan
kebebasan untuk dapat berbuat, mencari tahu dan membangun pengetahuannya
sendiri. Akibatnya siswa menjadi pasif, tidak memiliki motivasi untuk belajar,
kurang bergairah, dan kurang kreatif. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan
komunikasi matematis siswa rendah, demikian pula tujuan pendidikan tidak dapat
dicapai secara optimal. Pendapat yang senada disampaikan oleh Marpaung (2000:
264) bahwa: ”Problem yang muncul pada pembelajaran konvensional adalah
apabila ditanya suatu konsep atau proses siswa tidak menjawab dengan penuh
keyakinan atau malah diam”.
Semua ini merupakan problematika yang harus segera dicari solusinya sehingga
tujuan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud.
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
Terdapat beberapa alasan pentingnya kemampuan komunikasi matematis
siswa dikembangkan dalam pembelajaran matematika: Pertama, kemampuan
komunikasi diperlukan untuk mempelajari bahasa dan simbol-simbol matematika
serta mengekspresikan ide-ide matematika. Selanjutnya komunikasi juga
bermanfaat untuk melatih siswa dalam mengemukakan gagasan secara jujur
berdasarkan fakta, rasional, serta meyakinkan orang lain dalam rangka
memperoleh pemahaman bersama.
Dengan demikian kondisi pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai
subjek pasif, atau objek dalam pembelajaran jelas sangat tidak menguntungkan
terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator, mediator dan
motivator dalam proses pembelajaran benar-benar dituntut harus dapat
mengakomondasi dan memfasilitasi ide siswa. Siswa harus dapat
mengilustrasikan dan menginterprestasikan berbagai masalah dalam bahasa dan
pernyataan-pernyataan matematika serta dapat menyelesaikan masalah tersebut
menurut aturan atau kaidah matematika.
Kemampuan siswa mengilustrasikan dan menginterprestasikan berbagai
masalah dalam bahasa dan pernyataan-pernyataan matematika, serta dapat
menyelesaikan masalah tersebut menurut aturan atau kaidah matematika,
merupakan karakteristik siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi
matematis. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam Principles and
Standards for School Mathematics dari NCTM (Yonandi, 2010: 276) bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari beberapa indikator
berikut:
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
Kemampuan menyatakan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, serta
menggambarkan secara visual, kemampuan menginterpretasikan dan
mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan maupun tertulis, dan
kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, simbol-simbol
matematika, dan struktur-strukturnya untuk memodelkan situasi atau
permasalahan matematika.
Untuk mencapai indikator di atas, guru sebagai ujung tombak di lapangan
memiliki peran sentral, guru perlu menemukan cara bagaimana menyampaikan
berbagai konsep yang diajarkan agar dapat bermakna bagi siswa serta dapat dipahami
dan diingat lebih lama oleh siswa, bagaimana guru dapat berkomunikasi secara
efektif, serta bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari
siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu
mengkaitkannya dengan kehidupan nyata yang mereka lihat dan mereka alami.
Dari gambaran tersebut jelas diperlukan sistem pembelajaran di samping
mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis juga dapat melibatkan
siswa secara aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya, serta mampu
menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan konteks situasi
kehidupan nyata, agar pembelajaran menjadi bermakna. Hal ini sejalan dengan
pernyataan yang tercantum dalam kurikulum (Depdiknas, 2006:1), bahwa:
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai
dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual
problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara
bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.
SD Laboratorium UPI yang beralamat di Desa Cibiru Wetan Kecamatan
Cilenyi Kabupaten Bandung merupakan salah satu SD yang berada di bawah
naungan UPI yang telah menerapkan berbagai model/pendekatan pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif sebagai subjek dalam proses pembelajaran.
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
Di antaranya adalah pembelajaran matematika realistik (PMRI) dan pelaksanaaan
model pembelajaran matematika melalui pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah Laboratorium
UPI pada tanggal 24 April 2012 diperoleh gambaran bahwa model/pendekatan
tersebut diterapkan dan dikembangkan dengan asumsi bahwa model/pendekatan
tersebut fokus pada siswa sebagai pembelajar yang aktif, dan dipandang tepat
dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa, karena
belajar dengan model tersebut bukan hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi
melibatkan proses pengalaman secara langsung, sehingga diharapkan siswa
berkembang secara utuh, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya.
Dengan demikian visi SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru dalam
menciptakan generasi yang unggul, kompetitif dan berbudaya dapat dicapai
melalui misi SD tersebut yaitu mengembangkan program pembelajaran yang
mampu membina kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional sesuai dengan
kebutuhan perkembangan individu peserta didik serta melalui penciptaan
lingkungan yang kondusif dan demokratis dalam upaya membantu perkembangan
bakat, minat, nilai dan kompetensi peserta didik secara optimal.
Tujuan lain yang diharapkan oleh SD laboratorium UPI dalam menerapkan
model pembelajaran tersebut adalah dicapainya harapan pemerintah seperti yang
tercantum dalam kurikulum (Depdiknas, 2006: 1) bahwa:
Standar kompetensi matematika disusun agar siswa dapat berfikir secara
sistematis logis, berfikir abstrak, dapat menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan komunikasi menggunakan simbol dan diagram
yang dikembangkan melalui pembelajaran yang bertahap dan
berkesinambungan.
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
Studi ini akan mencoba menganalisis kemampuan komunikasi matematis
siswa kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Analisis
kemampuan komunikasi matematis siswa ini dilakukan secara kualitatif dengan
berbagai alasan, di antaranya:
Pertama, analisis kualitatif jarang sekali dilakukan, selama ini analisis
hanya terfokus pada analisis kuantitatif, padahal pendidikan tidak hanya berkaitan
dengan persoalan angka melainkan dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang
visioner yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Asmani (2011: 151) bahwa :
Pendidikan tidak hanya berkaitan dengan persoalan angka dan statistik,
tetapi juga pemikiran-pemikiran progresif yang menjadi ruh pendidikan.
Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian kualitatif untuk membangkitkan
pemikiran-pemikiran kreatif dan visioner dalam dunia pendidikan agar
cepat berkembang pesat.
Kedua, pendidikan sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi pada
hasil melainkan juga pada proses untuk meraih hasil yang optimal. Hal ini sesuai
dengan esensi dari pendekatan kualitatif yang lebih mementingkan proses
dibanding hasil.
Ketiga, permasalahan yang ada dalam penelitian ini lebih tepat dicarikan
jawabannya dengan metode kualitatif karena dengan metode kualitatif diharapkan
data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna
sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.
B. Fokus Penelitian/Batasan Masalah
Agar permasalahan di dalam penelitian ini tidak meluas, maka penelitian
ini dibatasi pada hal-hal berikut:
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
1. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah analisis terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa yang belajar melalui model PMRI (Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia)
2. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas IV sekolah dasar laboratorium UPI
Kampus Cibiru yang berjumlah 23 orang.
C. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang diuraikan di atas,
secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana kemampuan
komunikasi matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru?”
Permasalahan tersebut dijabarkan lebih khusus ke dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kemampuan komunikasi matematika siswa kelas IV SD
Laboratorium UPI selama proses pembelajaran berlangsung?
2. Masalah apa saja yang dihadapi siswa dan guru dalam mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis selama proses pembelajaran berlangsung?
3. Bagaimanakah upaya guru dalam mengembangkan kemampuan komunikasi
matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI selama proses pembelajaran
berlangsung?
D. Tujuan Penelitian.
Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum
penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis tentang kemampuan komunikasi
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
matematis siswa kelas IV sekolah dasar, secara khusus penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Memperoleh gambaran kemampuan komunikasi matematika siswa kelas IV
SD Laboratorium UPI selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Memperoleh gambaran masalah yang dihadapi siswa dan guru dalam proses
pengembangan kemampuan komunikasi selama proses pembelajaran
berlangsung.
3. Memperoleh gambaran upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI
dalam proses pembelajaran?
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
mendalam dan komprehensif terhadap peneliti khususnya dan instansi-instansi
pendidikan yang sedang dan akan mengembangkan kemampuan komunikasi
matematis di sekolah. Dan secara ideal, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi beberapa aspek, di antaranya:
1. Secara Teoritis
a. Memberikan sumbangan keilmuan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
terutama berkenaan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.
b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan melakukan
penelitian yang serupa pada masa yang akan datang.
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
2. Secara Praktis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam
pembelajaran matematika di sekolah dasar, dan secara khusus diharapkan
bermanfaat bagi berbagai pihak di antaranya:
a. Bagi institusi yang diteliti, sebagai masukan yang konstruktif dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
b. Menjadi bahan masukan dan sekaligus referensi bagi kepala sekolah, beserta
wakil kepala sekolah, guru, komite sekolah dan seluruh warga sekolah dalam
memahami dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
c. Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis dalam setiap pembelajaran matematika.
d. Bagi para pengambil kebijakan, sebagai salah satu acuan dalam
mengambil keputusan dan kebijakan tentang pengembangan kemampuan
komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran di sekolah.
F. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan proses analisis terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa sekolah dasar (Studi Kualitatif Pada Siswa Kelas IV Sekolah
Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru). Berdasarkan hasil eksplorasi peneliti,
terdapat beberapa hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini,
di antaranya:
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
Penelitian Agustyaningrum (2010), dengan judul “Implementasi Model
Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri Sleman”.
Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman tahun ajaran 2010-2011.
Adapun hasil temuan menunjukkan tahap-tahap pembelajaran Learning Cycle
yang meliputi tahap engagement, eksploration, explanation, elaboration dan tahap
evaluation dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX
B SMP Negeri 2 Sleman.
Penelitian lain adalah penelitian yang ditulis oleh Sofyan (2008) yang
diberi judul: “Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah
Pertama”. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah model pembelajaran yang lebih
baik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Adapun hasil temuan dari penelitiannya
menyimpulkan bahwa: terdapat kaitan yang signifikan antara kemampuan
pemecahan masalah matematika dengan kemampuan komunikasi matematis pada
siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah terbuka daripada siswa yang
mengikuti pembelajaran berbasis masalah terstruktur dan pembelajaran
konvensional.
Berbeda dengan dua penelitian yang telah disebutkan di atas, penelitian
yang akan peneliti laksanakan ini difokuskan pada Sekolah Dasar. Selain itu
penelitian ini difokuskan pada analisis kemampuan komunikasi matematika siswa
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Penelitian ini
bertujuan mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa yang meliputi:
kemampuan komunikasi matematis siswa selama proses pembelajaran
berlangsung, kesulitan yang dihadapi siswa dan guru dalam mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis, dan upaya yang dilakukan guru dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
Untuk memperjelas posisi penelitian ini, maka peneliti akan menjabarkan
tabel persamaan dan perbedaan dengan beberapa penelitian yang dibahas
sebelumnya. Hal ini menjadi penting agar dapat mengungkapkan celah yang
menjadi perbedaan dan persamaan dari beberapa penelitian tersebut. Secara rinci
tebel perbedaan dan persamaan penelitian dapat dilihat pada halaman berikut:
Tabel 1.1
Perbedaan dan Persamaan Beberapa Penelitian
No. Nama/Tahun dan Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian yang peneliti laksanakan
1 Nina Agustyaningrum, S.Pd.Si Mahasiswi pada
Jurusan Pendidikan Matematika, Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B
SMP Negeri Sleman”
Sama-sama mengkaji masalah
kemampuan komunikasi matematis siswa
Lebih menekankan pada implementasi
tahapan Learning Cycle dalam meningkatkan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa
Kajian difokuskan pada analisis
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Penelitian bersifat grounded theory
2
Deddy Sofyan dengan judul : “Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan masalah dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah
Menengah Pertama
Sama-sama mengkaji tentang kemampuan komunikasi matematis siswa
Fokus pada menelaah model pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis.
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
G. Definisi Istilah
Definisi istilah merupakan penjelasan atas konsep penelitian yang ada
dalam judul penelitian. Definisi istilah sangat berguna dalam memberikan
pemahaman dan batasan yang jelas agar penelitian ini tetap terfokus pada kajian
yang diinginkan peneliti. Adapun beberapa istilah yang perlu di definisikan antara
lain:
“Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam
bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah
dimengerti” (Yulaelawati, 2007: 72).
“Komunikasi matematis merupakan kesanggupan atau kecakapan siswa
untuk menyatakan dan menafsirkan gagasan matematis secara lisan, tertulis, atau
mendemonstrasikan apa yang ada dalam persoalan matematika”. (Depdiknas,
2004: 24). Fokus dalam penelitian ini adalah pada kemampuan komunikasi
matematis siswa dalam menyelesaikan suatu butir soal, sesuai dengan indikator
kemampuan komunikasi yang ingin dicapai dan akan diteliti.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan tesis tentang “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar (Studi Kualitatif pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Laboratorium UPI Kampus Cibiru Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung),
secara keseluruhan terdiri dari lima bab, masing-masing bab disusun secara rinci
dan sistematis. Adapun sistematika penulisan dan pembahasannya diuaraikan
sebagai berikut:
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
BAB I : Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, fokus
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
originalitas penelitian, definisi istilah dan sitematika penulisan.
BAB II : Merupakan kajian teori yang berfungsi sebagai acuan teoritik dalam
melakukan penelitian ini. Pada bab ini dijelaskan tentang
pengertian komunikasi matematis, aspek-aspek komunikasi,
indikator komunikasi, pembelajaran matematika, dan pentingnya
komunikasi dalam pembelajaran matematika.
BAB III : Bab ini mengemukakan metode penelitian yang berisi tentang
metode, lokasi dan subjek penelitian, jenis data penelitian,
instrumen penelitaian, sampel sumber data, tekhnik pengumpulan
data, analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap
penelitiaan.
BAB IV : Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi
gambaran umum subjek penelitian, penyajian data, temuan
penelitian, dan pembahasan.
BAB V : Merupakan bab terakhir, yang berisi kesimpulan dan rekomendasi.