39
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rheumatoid arthritis merupakan penyakit auto imun yang paling sering terjadi di masyarakat. Penyakit ini ditandai dengan peradangan pada lapisan sinovium sendi. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan sendi jangka panjang, rasa sakit yang berkepanjangan, kehilangan fungsi dan kecacatan (Singh et al., 2012). Pada rheumatoid arthritis fokus peradangan berada di sinovium yaitu jaringan yang melapisi sendi. Bahan kimia yang dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh menyebabkan peradangan yang dapat merusak tulang rawan dan tulang (Ruderman et al., 2012). Penyebab dari rheumatoid arthritis masih belum diketahui, ada yang menyebutkan faktor genetik dan faktor lingkungan dapat meningkatkan resiko penyakit rheumatoid arthritis (Firestein et al., 2005). Rheumatoid arthritis merupakan penyakit peradangan sendi kronis dan sistemik yang mempengaruhi 0,5 % - 1% populasi umum di Amerika. Meskipun dapat menyerang dari segala usia, tingkat prevalensi meningkat secara progresif dengan onset puncak pada dekade kelima dan tingkat insiden lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang memadai, rheumatoid arthritis akan menyebabkan kerusakan sendi permanen serta cacat fungsional yag berat dan mengarah pada penurunan kualitas hidup penderita (Bykerk et al., 2011). Penderita rheumatoid arthritis di seluruh dunia mencapai angka 355 juta jiwa di tahun 2009, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

  • Upload
    lamcong

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit auto imun yang paling sering

terjadi di masyarakat. Penyakit ini ditandai dengan peradangan pada lapisan

sinovium sendi. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan sendi jangka panjang, rasa

sakit yang berkepanjangan, kehilangan fungsi dan kecacatan (Singh et al., 2012).

Pada rheumatoid arthritis fokus peradangan berada di sinovium yaitu jaringan

yang melapisi sendi. Bahan kimia yang dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh

menyebabkan peradangan yang dapat merusak tulang rawan dan tulang

(Ruderman et al., 2012). Penyebab dari rheumatoid arthritis masih belum

diketahui, ada yang menyebutkan faktor genetik dan faktor lingkungan dapat

meningkatkan resiko penyakit rheumatoid arthritis (Firestein et al., 2005).

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit peradangan sendi kronis dan

sistemik yang mempengaruhi 0,5 % - 1% populasi umum di Amerika. Meskipun

dapat menyerang dari segala usia, tingkat prevalensi meningkat secara progresif

dengan onset puncak pada dekade kelima dan tingkat insiden lebih tinggi pada

wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang memadai,

rheumatoid arthritis akan menyebabkan kerusakan sendi permanen serta cacat

fungsional yag berat dan mengarah pada penurunan kualitas hidup penderita

(Bykerk et al., 2011). Penderita rheumatoid arthritis di seluruh dunia mencapai

angka 355 juta jiwa di tahun 2009, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

2

rheumatoid arthritis (Breedveld, 2003). Di Indonesia sendiri kejadian penyakit ini

lebih rendah dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika. Prevalensi kasus

rheumatoid arthritis di Indonesia berkisar 0,1 % sampai dengan 0,3 % sementara

di Amerika mencapai 3% (Nainggolan, 2009).

Penderita penyakit kronik seperti rheumatoid arthritis mengalami

berbagai macam gejala yang berdampak negatif terhadap kualitas hidup

mereka. Banyak usaha yang dilakukan agar pasien dengan rheumatoid

arthritis dapat merasa lebih baik dan dapat memperbaiki kualitas hidup

mereka. Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar

kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan

pasien. Kebanyakan penyakit rheumatoid arthritis berlangsung kronis yaitu

sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan

kerusakan sendi secara menetap. Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa

pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan (Gordon et al., 2002).

Masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak

hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup

sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan

kegagalan organ. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan masalah seperti rasa

nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur.

Dengan demikian hal yang paling buruk pada penderita rheumatoid arthritis

adalah pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidup (Gordon et al., 2002).

Nyeri yang dialami oleh pasien rheumatoid arthritis adalah nyeri sedang

atau skala nyeri rata-rata enam (National Institude of Nursing Research, 2005

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

3

dalam Dewi, 2009). Adanya nyeri sendi pada rheumatoid arthritis membuat

penderitanya seringkali takut untuk bergerak sehingga mengganggu aktivitas

sehari-harinya dan menurunkan produktivitasnya. Aktivitas sehari- hari yang

dimaksud seperti makan, minum, berjalan, tidur, mandi berpakaian, dan buang air

besar atau kecil (Hardywinoto and Toni, 2003). Bahkan kasus rheumatoid

arthritis yang tidak begitu parah pun dapat mengurangi bahkan

menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan melakukan

kegiatan fungsional sepenuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan

tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seutuhnya (Gordon et al., 2002).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes, dan Dinas Kesehatan DKI

Jakarta selama tahun 2006 menunjukkan angka kejadian gangguan nyeri

muskuloskeletal yang menggangu aktifitas, merupakan gangguan yang sering

dialami dalam kehidupan sehari-hari sebagian responden. Dari 1.645 responden

laki-laki dan perempuan yang diteliti, peneliti menjelaskan sebanyak 66,9%

diantaranya pernah mengalami nyeri sendi. Penyakit ini cenderung diderita oleh

wanita (tiga kali lebih sering dibanding pria). Hal ini dapat diakibatkan oleh stres,

merokok, faktor lingkungan dan dapat pula terjadi pada anak karena faktor

keturunan (Wiedya, 2013).

Tujuan dari pengobatan rheumatoid arthritis tidak hanya mengontrol gejala

penyakit, tetapi juga penekanan aktivitas penyakit untuk mencegah kerusakan

permanen. Pengobatan harus multi disipliner yang melibatkan dokter, fisioterapi,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

4

pasien dan anggota tim lainnya (British Columbia Guidelines, 2012). Pemberian

terapi rheumatoid arthritis dilakukan untuk mengurangi nyeri sendi dan bengkak,

meringankan kekakuan dan mencegah kerusakan sendi sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengobatan rheumatoid arthritis yang

dilakukan hanya akan mengurangi dampak penyakit, tidak dapat memulihkan

sepenuhnya. Rencana pengobatan sering mencakup kombinasi dari istirahat,

aktivitas fisik, perlindungan sendi, penggunaan panas atau dingin untuk

mengurangi rasa sakit dan terapi fisik atau pekerjaan.

Obat-obatan memainkan peran yang sangat penting dalam pengobatan

rheumatoid arthritis. Tidak ada pengobatan tunggal bekerja untuk semua pasien.

Banyak orang dengan rheumatoid arthritis harus mengubah pengobatan

setidaknya sekali dalam seumur hidup. Pasien dengan diagnosis rheumatoid

arthritis memulai pengobatan mereka dengan DMARDs (Disease modifying anti-

rheumatic drugs) seperti metotreksat, sulfasalazin dan leflunomid. Obat ini tidak

hanya meringankan gejala tetapi juga memperlambat kemajuan penyakit.

Seringkali dokter meresepkan DMARDs bersama dengan obat anti-inflamasi atau

NSAID dan/atau kortikosteroid dosis rendah, untuk mengurangi pembengkakan,

nyeri dan demam (Arthritis Foundation, 2008).

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

pengaruh karakteristik pasien dan jenis obat yang digunakan terhadap kualitas

hidup dan intensitas nyeri pada pasien rheumaoid arthritis. Penelitian ini

dilakukan di instalasi rawat jalan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Pemilihan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta karena rumah sakit ini

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

5

telah mempunyai instalasi khusus untuk penyakit rheumatoid sehingga menjadi

rujukan pasien rheumatoid arthritis.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh karakteristik pasien terhadap kualitas hidup pasien

rheumatoid arthritis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

2. Bagaimana pengaruh jenis obat yang digunakan terhadap kualitas hidup

pasien rheumatoid arthritis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta?

3. Bagaimana pengaruh intensitas nyeri terhadap kualitas hidup pasien

rheumatoid arthritis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh karakteristik pasien, jenis obat yang digunakan dan

intensitas nyeri terhadap kualitas hidup pasien rheumatoid arthritis di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengaruh karakteristik pasien terhadap kualitas hidup pasien

rheumatoid arthritis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogykarta.

b. Mengetahui pengaruh jenis obat yang digunakan terhadap kualitas hidup

pasien rheumatoid arthritis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

6

c. Mengetahui pengaruh intensitas nyeri terhadap kualitas hidup pasien

rheumatoid arthritis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Farmasis

Dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik pasien dan

pengobatan yang berhubungan terhadap kualitas hidup pasien rheumatoid

arthritis sehingga dapat meningkatkan perannya sebagai konselor yang

mendukung meningkatnya kualitas hidup pasien.

2. Instalasi Rumah Sakit dan Profesi Kesehatan Lain

Sebagai sumber informasi bagi rumah sakit mengenai pengaruh

karakteristik pasien, jenis obat yang digunakan dan intensitas nyeri terhadap

kualitas hidup pasien rheumatoid arthritis khususnya pada pasien rawat jalan

sehingga dapat digunakan sebagai masukan dalam menyusun strategi tata

laksana terapi rheumatoid arthritis di rumah sakit dan dapat memberikan

motivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada pasien

rheumatoid arthritis.

3. Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman penelitian

tentang pelayanan kesehatan ksususnya pada penyakit rheumatoid arthritis

serta sebagai pembanding, pendukung dan pelengkap untuk penelitian

selanjutnya.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

7

E. Tinjauan Pustaka

1. Rheumatoid Arthritis

a. Definisi

Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang

menyebabkan nyeri, kekakuan gerak dan fungsi sendi terbatas dan

bengkak. Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi banyak sendi, sendi-

sendi kecil di tangan dan kaki cenderung yang paling sering terlibat.

Peradangan pada rheumatoid arthritis kadang-kadang bisa mempengaruhi

organ lain seperti mata dan paru-paru. Pada rheumatoid arthritis

kekakuan yang paling buruk sering terjadi pada pagi hari. Kekakuan ini

dapat berlangsung satu sampai dua jam (atau bahkan sepanjang hari).

Kekakuan pada pagi hari dalam waktu yang lama tersebut merupakan

petunjuk bahwa seseorang mungkin mengidap rheumatoid arthritis,

karena beberapa penyakit rematik lainnya berperilaku seperti ini.

Misalnya osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi

yang berkepanjangan (Ruderman et al., 2012).

b. Klasifikasi Rheumatoid Arthritis

Journal Of The Royal Society Of Medicine membagi 4 (empat)

onset, yaitu :

1) Polymyalgic Onset

Biasanya dialami oleh usia lanjut dan merupakan penyakit

akut. Dengan kekakuan disekitar bahu dan lingkar panggul. Tingkat

ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) biasanya tinggi. Pengobatan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

8

yang paling umum biasanya menggunakan kortikosteroid dosis

rendah (Prednisolon 15 – 20 mg per hari).

2) Palindromic Onset

Pasien mengalami nyeri berulang, pembengkakan dan

kemerahan yang mempengaruhi salah satu sendi atau lebih pada satu

waktu, masing-masing berlangsung hanya satu atau dua hari.

Kemudian pasien bisa mengalami gejala yang terus menerus.

3) Systemic Onset

Keluhan pertama biasanya non-focal seperti penurunan berat

badan, kelelahan, depresi, demam, atau bisa berhubungan dengan

fitur ekstra artikular seperti radang pada paru-paru (serositis) atau

radang pada pembuluh darah (vaskulitis).

4) Persistent Monoarthritis

Biasanya pasien megalami gejala arthritis persisten yang

mempengaruhi satu sendi besar seperti lutut, bahu, pergelangan kaki

atau pergelangan tangan (Suresh, 2004).

c. Etiologi

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit auto imun kronis yang

ditandai dengan peradangan, nyeri, kekakuan dan kerusakan sendi yang

progresif. Selain tingginya rasa sakit dan angka kematian, penderita

rheumatoid arthritis mengalami masalah dengan keuangan mereka dan

mengalami penurunan produktivitas, emosional dan keadaan sosial yang

mempengaruhi kualitas hidup mereka (Bykerk et al., 2011).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

9

Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang

menderita rheumatoid arthritis, yaitu :

1) Genetik

Pada penyakit rheumatoid arthritis faktor genetik sangat

berpengaruh. Gen-gen tertentu yag terletak di kompleks

histokompatibilitas utama (MHC) pada kromosom 6 telah terlibat

predisposisi dan tingkat keparahan rheumatoid arthritis. Penduduk

asli Amerika dengan gen polimorfik HLA-DR9 memiliki resiko 3,5

lebih besar terkena rheumatoid arthritis bawaan.

2) Infeksi

Agen penginfeksi yang terkait pada rheumatoid arthritis antara

lain mycoplasma, mycobacterium, parvovirus, virus Epstein-Barr,

dan retrovirus. Agen penginfeksi ini menginfeksi pasien melalui

infeksi sinovial langsung, mimikri molekul atau aktivasi kekealan

bawaan.

3) Usia dan jenis kelamin

Insidensi rheumatoid arthritis lebih banyak dialami oleh

wanita daripada laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaan

ini diasumsikan karena pengaruh dari hormon namun data ini

masih dalam penelitian. Wanita memiliki hormon estrogen sehingga

dapat memicu sistem imun. Onset rheumatoid arthritis terjadi pada

orang-orang usia sekitar 50 tahun.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

10

4) Obesitas

Secara statistik perempuan memiliki body mass index (BMI)

diatas rata-rata dimana kategori BMI pada perenmpuan Asia

menurut jurnal American Clinical Nutrition adalah antara 24 sampai

dengan 26,9kg/m2. BMI di atas rata-rata mengakibatkan terjadinya

penumpukan lemak pada sendi sehingga meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh, khususnya lutut.

5) Lingkungan

Banyak faktor lingkungan yang berkontribusi terhadap

keparahan rheumatoid arthritis, meskipun tidak ada objek spesifik

yang diidentifikasikan sebagai masalah utama. Merokok adalah salah

satu faktor resiko dari keparahan rheumatoid arthritis pada populasi

tertentu. Tetapi alasan pengaruh rokok terhadap sinovitis belum

sepenuhnya didefinisikan, tapi rokok mempengaruhi sistem

kekebalan bawaan di jalan nafas (Firestein et al., 2005).

d. Patofisiologi

Rheumatoid arthritis sering disebut radang selaput sinovial.

Penyebab dari rheumatoid arthritis masih belum jelas, tetapi produksi

faktor rheumatoid (RFS) oleh sel-sel plasma dalam sinovium dan

pembentukan lokal kompleks imun sering berperan dalam peradangan.

Sinovium normal tipis dan terdiri dari lapisan-lapisan fibroblast

synoviocytes dan makrofag. Pada penderita rheumatoid arthritis sinovium

menjadi sangat tebal dan terasa sebagai pembengkakan di sekitar sendi

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

11

dan tendon. Sinovium berproliferasi ke dalam lipatan, lipatan ini

kemudian disusupi oleh berbagai sel inflamasi diantaranya polimorf yang

transit melalui jaringan ke dalam sel sendi, limfosit dan plasma sel.

Lapisan sel sinovium menjadi menebal dan hiperplastik, kejadian ini

adalah tanda proliferasi vaskuler awal rheumatoid arthritis. Peningkatan

permeabilitas pembuluh darah dan lapisan sinovial menyebabkan efusi

sendi yang mengandung limfosit dan polimorf yang hampir mati (Kumar

and Clark, 2009).

Sinovium hiperplastik menyebar dari daerah sendi ke permukaan

tulang rawan. Penyebaran ini menyebabkan kerusakan pada sinovium

dan tulang rawan mengalami peradangan, kejadian ini menghalangi

masuknya gizi ke dalam sendi sehingga tulang rawan menjadi menipis.

Fibroblast dari sinovium berkembang biak dan tumbuh di sepanjang

pembuluh darah antara margin sinovial dan rongga tulang epifis dan

merusak tulang (Kumar and Clark, 2009).

Sistem kekebalan tubuh memiliki dua fungsi yaitu fungsi humoral

dan sel dimediasi. Komponen humoral diperlukan untuk pembentukan

antibodi. Antibodi ini diproduksi oleh sel-sel plasma yang berasal dari

limfosit B. Faktor rheumatoid sendiri belum diidentifikasikan sebagai

patogen, jumlah antibodi yang beredar selalu berkolerasi dengan aktivitas

penyakit. Pasien seropositif cenderung lebih agresif dari pasien

seronegatif. Imunoglobulin dapat mengaktifkan sistem komplemen.

Sistem komplemen menguatkan respon imun dengan mendorong

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

12

kemotaksis, fagositosis, dan pelepasan limfokin oleh sel mononuklear,

yang kemudian dijabarkan ke dalam T limfosit (Dipiro et al., 2008)

Proses awalnya, antigen (bakteri, mikroplasma atau virus)

menginfeksi sendi akibatnya terjadi kerusakan lapisan sendi yaitu pada

membran sinovial dan terjadi peradangan yang berlangsung terus-

menerus. Peradangan ini akan menyebar ke tulang rawan kapsul fibroma

ligament tendon. Kemudian terjadi penimbunan sel darah putih dan

pembentukan pada jaringan parut sehingga membran sinovium menjadi

hiperatropi dan menebal. Terjadinya hiperatropi dan penebalan ini

menyebabkan aliran darah yang masuk ke dalam sendi menjadi

terhambat. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan terjadinya nekrosis

(rusaknya jaringan sendi), nyeri hebat dan deformitas (perubahan bentuk)

(Dipiro et al., 2008).

Sendi yang paling sering terkena rheumatoid arthritis adalah sendi

tangan, pergelangan tangan dan kaki. Selain itu, siku, bahu, pinggung,

lutut dan pergelangan kaki mungkin terlibat. Peradangan kronis dengan

kurangnya program latihan yang memadai bisa berpengaruh pada

hilangnya rentang gerak, atrofi otot, kelemahan dan deformitas.

Keterlibatan tangan dan perelangan tangan adalah umum pada pasien

rheumatoid arthritis. Keterlibatan tangan dimanifestasikan dengan nyeri,

pembengkakan, ketidakstabilan, dan atrofi dalam fase kronis. Kesulitan

fungsional ditandai dengan berkurangnya gerakan motorik halus.

Deformitas tangan dapat dilihat dengan peradangan kronis, perubahan ini

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

13

dapat mengubah mekanisme fungsi tangan dan mengurangi kekuatan

pegangan hal ini membuat sulit melakukan aktivitas sehari-hari (Dipiro et

al., 2008).

e. Diagnosa

Faktor rheumatoid (RF) merupakan auto antibodi yang ditujukan

dari bagian Fc dari IgG. Faktor rheumatoid adalah tes diagnostik dan

prognostik dalam rheumatoid arthritis. Titer tinggi IgM RF relatif

spesifik untuk diagnosa rhematoid arthritis dalam konteks polyarthritis

kronis, dan selama beberapa dekade kriteria serolosis tunggal banyak

digunakan dalam diagnosis rheumatoid arthritis. Rheumatoid arthritis

merupakan penyakit variabel yang berkaitan dengan ukuran hasil seperti

status fungsional atau penilaian radiologis kerusakan sendi (Eustice,

2007). Untuk menegakkan diagnosa, dilakukan beberapa tes diantaranya:

1) Tes Hitung Darah.

Anemia biasanya terjadi pada penderita rheumatoid arthritis.

Jumlah ESR (Erytrocyte Sedimentation Rate) dan atau CRP (C-

Reaktive Protein) sebanding dengan aktivitas proses inflamasi dan

berguna dalam pemantauan pengobatan (Kumar and Clark, 2009).

2) Serologi

Anti-CCP (Cyclic Citrullinated Peptides) positif pada awal

terjadinya rheumatoid arthritis, dan pada awal arthritis proses

inflamasi menunjukkan kemungkinan berkembangnya rheumatoid

arthritis. Faktor rheumatoid arthritis mempengaruhi sekitar 70%

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

14

kasus dan ANA (Anti Nuklear Antibodi) mempengaruhi sekitar 30%

kasus (Kumar and Clark, 2009).

3) Sinar X

Sinar X berguna untk menetapkan data dasar. Hanya

pembengkakan jaringan lunak yang terlihat pada awal penyakit dan

biaanya dilakukan pada 3 bulan pertama. MRI menunjukkan erosi

awal tetapi jarang diperlukan (Kumar and Clark, 2009).

4) Aspirasi Sendi

Aspirasi tampak berawaan karena adanya sel darah putih. Jika

sendi tiba-tiba menyakitkan, bisa saja pasien terkena arthritis (Kumar

and Clark, 2009).

5) Analisis Cairan Synovial

Peradangan yang mengarah pada rheumatoid arthritis ditandai

dengan cairan synovial abnormal dalam hal kualitas dan jumlahnya

yang meningkat drastis. Sampel cairan ini biasanya diambil dari

sendi (lutut), untuk kemudian diperiksa dan dianalisis tanda-tanda

peradangannya (Shiel Jr., 2011).

6) USG (Ultrasonografi)

Dapat digunakan untuk memeriksa dan mendeteksi adanya

cairan abnormal di jaringan lunak sekitar sendi (Shiel Jr., 2011).

7) Scan Tulang

Tes ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya inflamasi

pada tulang (Shiel Jr., 2011).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

15

8) Densitometri

Dapat mendeteksi adanya perubahan kepadatan tulang yang

mengindikasikan terjadinya osteoporosis (Shiel Jr., 2011).

9) Tes Antinuklear Antibodi (ANA)

Berguna untuk membedakan diagnosis rheumatoid arthritis

dari penyakit lupus. Pasien rheumatoid arthritis memiliki hasil ANA

positif (Shiel Jr., 2011).

f. Prognosis

Pada kasus rheumatoid arthritis gejala cukup bervariasi dan sulit

diprediksi pada setiap individu. Pendekatan terapi pada awal-awal

diagnosa dapat mengurangi gejala seperti peradangan sendi, cacat,

kerusakan sendi dan kematian. Secara klasik, kabanyakan pasien

mengalami kerusakan sendi tetapi berfluktuasi, disertai dengan tingkat

kerusakan sendi dan gangguan fungsional. Pada usia 10-20 tahun, <20%

pasien tidak mengalami kecacatan dan kelainan sendi. Harapan hidup

rata-rata orang dengan rheumatoid arthritis diperpendek 3-7 tahun. Pasien

dengan rheumatoid arthritis mengalami peningkatan angka kematian 2,5

kali lebih tinggi. Angka kematian meningkat dikarenakan infeksi dan

pendarahan pada gastrointestinal dan resiko penyakit kardiovaskuler.

Faktor terkait dengan kematian dini termasuk cacat, durasi penyakit atau

keparahan, peradangan persisten, penggunaan glukokortikoid, usia, dan

status sosial ekonomi atau pendidikan yang rendah (Daud, 2001).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

16

g. Komplikasi

Komplikasi penyakit dapat mempersingkat hidup beberapa tahun

pada beberapa individu, meskipun rheumatoid arthritis itu sendiri tidak

fatal. Secara umum, rheumatoid arthritis bersifat progresif dan tidak

dapat disembuhkan, tetapi pada beberapa pasien penyakit ini secara

bertahap menjadi kurang agresif dan gejala bahkan dapat meningkat. Jika

terjadi kerusakan tulang dan ligament serta perubahan bentuk, maka

efeknya akan permanen. Efek ini meliputi :

1) Anemia

Anemia pada penderita rheumatoid arthritis dapat disebabkan

oleh adanya peradangan kronis yang terjadi atau efek samping dari

penggunaan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS) jangka

panjang seperti pendarahan internal atau tukak lambung.

2) Infeksi

Pasien dengan rheumatoid arthritis memiliki resiko lebih besar

untuk infeksi. Obat imunosupresif akan lebih meningkatkan resiko.

3) Masalah Gastro Intestinal

Pasien dengan rheumatoid arthritis mungkin mengalami

gangguan perut dan usus, kanker perut dan kolorektal dalam tingkat

yang rendah telah dilaporkan pada pasien rheumatoid arthritis.

4) Osteoporosis

Kondisi ini lebih umum dari pada rata-rata pada wanita post

menopause dengan rheumatoid arthritis, pinggul yang sangat

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

17

terpengaruh. Resiko osteoporosis tampaknya lebih tinggi dari pada

rata-rata pada pria dengan rheumatoid arthritis yang lebih tua dari 60

tahun.

5) Penyakit Paru-Paru

Sebuah studi kecil menemukan prevalensi tinggi peradangan

paru dan fibrosis pada pasien yang baru didiagnosis rheumatoid

arthritis, namun temuan ini dapat dikaitkan dengan merokok.

6) Penyakit Jantung

Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi pembuluh darah dan

meningkatkan resiko penyakit jantung iskemik koroner.

7) Sindrom Felty

Kondisi ini ditandai dengan pembesaran kelenjar limfa, jumlah

sel darah putih rendah dan infeksi bakteri berulang. Ini mungkin

merespon Disease Modifying Antirheumatic Drugs (DMARDs).

8) Limfoma dan Kanker Lainnya

Rheumatoid arthritis terkait perubahan sistem kekebalan tubuh

mungkin memainkan peran. Pengobatan yang agresif untuk

rheumatoid arthritis dapat membantu mencegah kanker tersebut

(Shiel Jr., 2011).

h. Sendi-sendi Yang Terkena Rheumatoid Arthritis

Beberapa sendi yang sering terkena pada pasien rheumatoid

arthritis adalah sebagai berikut :

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

18

a. Tangan dan Pergelangan Tangan

Dampak rheumatoid arthritis pada tangan sangat parah. Pada

awal gejala jari menjadi bengkak, nyeri dan kaku. Radang pada

selubung tendon fleksor dapat meningkatkan gangguan fungsional.

b. Bahu

Rheumatoid arthritis juga mempengarui bahu. Awal gejala

meniru manset rotator tendonosis dengan sindrom busur

menyakitkan dan nyeri pada lengan atas dimalam hari. Sebagian

sendi menjadi rusak, kaku menyeluruh. Hal ini bisa mengganggu

pada saat berpakaian, makan dan di toilet.

c. Siku

Sinovitis pada siku menyebabkan pembengkakan dan

deformitas fleksi yang menyakitkan. Pasien juga mengalami

kesulitan makan jika dikombinasikan dengan bahu, tangan dan

pergelangan tangan yang cacat.

d. Kaki

Salah satu manifestasi awal rheumatoid arthritis adalah

pembengkakan. Kaki menjadi lebih luas dan deformitas hammer-toe

berkembang. Paparan dari kepala metatarsal, tekanan oleh migrasi

fibrofatty pada pelindung menyebabkan rasa sakit.

e. Lutut

Sebagian besar sinovitis dan efusi terjadi di lutut.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

19

f. Pinggul

Pinggul jarang terkena pada awal rheumatoid arthritis. Nyeri

dan kekauan yang disertai dengan hilangnya radiologi dari ruang

sendi dan juxta-artikular osteoporosis.

g. Tulang Belakang Pada Leher

Kekauan dan nyeri di leher pada rheumatoid arthritis bisa

karena otot leher (Kumar and Clark, 2009).

i. Tujuan Terapi

a. Tujuan Terapi Rheumatoid Arthritis

Pengobatan penderita rheumatoid arthritis bertujuan untuk :

a) Menghilangkan gejala peradangan/inflamasi yang aktif baik

lokal maupun sistemik.

b) Mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan.

c) Mencegah terjadinya deformitas atau kelainan bentuk sendi dan

menjaga fungsi persendian agar tetap dalam keadaan baik.

d) Mengembalikan kelainan fungsi organ dan persendian yang

mengalami rheumatoid arthritis agar sedapat mungkin menjadi

normal kembali (Rizasyah, 1997).

j. Strategi Terapi

Pada pengobatan rheumatoid arthritis yang perlu dilakukan antara

lain:

a) Mengendalikan peradangan sendi dan mencegah kerusakan

sendi.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

20

b) Mencegah atau mengobati rheumatoid arthritis terkait dengan

komorbiditas.

c) Meminimalkan terapi terkait dengan efek samping dengan

menggunakan obat yang bermutu.

d) Mendidik pasien dan melibatkan mereka dalam menejemen

penyakit (Geofrey, 2005).

k. Tata Laksana Terapi

Diagnosa rheumatoid arthritis pasti menyebabkan kekhawatiran

dan ketakutan pada pasien dan membutuhkan banyak penjelasan dan

kepastian. Diagnosis dini sangatlah penting, dokter dan terapis harus

mempertahankan pendekatan yang positif dan mengingatkan pasien

bahwa kepatuhan pasien akan berdampak pada kualitas hidup pasien.

Tahun-tahun awal adalah tahun yang paling sulit dan orang-orang harus

dibantu atau didorong untuk tetap bekerja sama selama fase ini (Kumar

and Clark, 2009).

1) Terapi Non Farmakologi

a) Latihan

Rheumatoid arthritis dapat mengurangi aktivitas fisik

karena sakit atau disfungsi sendi. Sebuah studi baru-baru ini

telah mengidentifikasi bahwa peningkatan latihan aerobik

(intensitas sedang sampai tinggi, 3 kali seminggu selama 30

sampai 60 menit) memperkuat latihan (moderat untuk ketahan

keras melatih 2 sampai 3 kali seminggu) akan menghasilkan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

21

hasil yang lebih baik bagi pasien dengan rheumatoid arthritis

(Geoffrey, 2005).

b) Diet

Peran diet masih kontroversial tetapi bukti terbaru

menunjukkan bahwa beberapa modifikasi diet dapat mengurangi

aktivitas penyakit. Yang menarik adalah penelitian kecil

menunjukkan bahwa diet mediterania (konsumsi banyak buah-

buahan, sayuran, sereal, kacang-kacangan, daging merah kecil,

lebih banyak ikan, minyak zaitun, asupan anggur) dapat

mengurangi aktivitas penyakit pada pasien rheumatoid arthritis

(Geoffrey, 2005).

c) Pendidikan

Pasien dengan rheumatoid arthritis yang memiliki tingkat

ketidakberdayaan yang berkaitan dengan penyakit mereka

memiliki hasil yang lebih buruk bila dibandingkan dengan

mereka yang mampu mengatasi informasi ini adalah dasar untuk

mengembangkan berbagai program pendidikan yang dirancang

untuk mengurangi ketidakberdayaan dengan meningkatkan

pengetahuan pasien (Geoffrey, 2005).

d) Istirahat

Istirahat merupakan komponen esensial pada terapi

nonfarmakologi rheumatoid arthritis. Istirahat dapat

menyembuhkan stres dari sendi yang mengalami peradangan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

22

dan mencegah kerusakan sendi yang lebih parah. Akan tetapi,

terlalu banyak istirahat (berdiam diri) juga dapat menyebabkan

imobilitas, sehingga dapat menurunkan rentang gerak dan

menimbulkan atrofi otot. Pasien hendaknya tetap menjaga

gerakan dan tidak berdiam diri terlalu lama. Dalam kondisi yang

mengharuskan pasien duduk lama, pasien mungkin dapat

beristirahat sejenak setiap jam, berjalan-jalan sambil

meregangkan dan melenturkan sendi (Schuna et al., 2008).

e) Pembedahan

Jika terapi obat gagal mencegah atau memperlambat

kerusakan sendi, tindakan pembedahan mungkin dapat

dipertimbangkan untuk memperbaiki sendi yang rusak.

Pembedahan dapat membantu mengembalikan kemampuan

penggunaan sendi, mengurangi rasa sakit, dan mengurangi

kecacatan (Geoffrey, 2005).

2) Terapi Farmakologi

Tujuan dari terapi farmakologi adalah untuk memberantas

peradangan sendi dan dengan demikian mencegah kerusakan

jaringan dan memaksimalkan kualitas hidup. Pada kasus pasien usia

lanjut, penerapan terapi farmakologi harus dimodifikasi untuk

mempertimbangkan usia dan komordibitas (Geoffrey, 2005).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

23

a) Obat Antirematik Pemodifikasi Penyakit (Disease-Modifying

Anti Rheumatic Drug (DMARDS))

Pengobatan dengan DMARDs sebaiknya dimulai selama 3

bulan pertama sejak diagnosis rheumatoid arthritis ditegakkan.

Kombinasi dengan NSAID dan/atau kortikosteroid dapat

diberikan untuk mengurangi gejala. Pengobatan dengan

DMARDs sejak dini dapat mengurangi mortalitas. DMARDs

yang paling sering digunakan adalah metotreksat,

hidroksiklorokuin, sulfasalazin, dan leflunomid. (Schuna et al.,

2008).

i. Metotreksat

Metotreksat saat ini dianggap sebagai DMARD

pilihan pertama untuk mengobati rheumatoid arthritis dan

digunakan sekitar 60% pasien. Efek samping yang sering

terjadi adalah mual dan ulkus mukosa.

ii. Klorambusil

Klorambusil, mungkin melalui metabolitnya yakni

asam enilasetat, menaut silang DNA sehingga mencegah

replikasi sel. Efek samping yang sering terjadi adalah

supresi sumsum tulang yang berhubungan dengan dosis.

iii. Siklofosfamid

Obat ini menekan fungsi sel T dan sel B sebesar 30-

40%, supresi sel T berkolerasi dengan respon klinis dalam

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

24

penyakit rematik. Siklofosfamid menyebabkan infertilitas

bermakna terkait dosis pada laki-laki dan perempuan.

iv. Siklosporin

Melalui pengaturan transkripsi gen, siklosporin

menghambat produksi reseptor interleukin-1 dan

interleukin-2 dan secara sekunder menghambat nteraksi

makrofag-sel T dan resposivitas sel T. Siklosporin jelas

memiliki nefrooksisitas, kreatinin serum harus dimonitor

secara ketat. Toksisitas lainnya meliputi hipertensi,

hiperkalemia, dan hepatotoksik.

v. Azatioprin

Azatioprin bekerja melalui metabolit utamanya yakni

6-tioguanin. 6-tioguanin menekan sintesis asam inosinat,

fungsi sel B dan sel T, produksi imunoglobulin dan sekresi

interleukin-2. Efek sampingnya meliputi supresi sumsum

tulang, gangguan saluran cerna, dan sejumlah peningkatan

resiko infeksi.

vi. Mikofenolat Mofetil

Mikrofenolat mofetil (MMF) diubah menjadi asam

mikofenilat, bentuk aktif obat ini. Produk aktifnya

menghambat sitosin monofosfat dehidrogenase dan

kemudian menghambat proliferasi limfosit sel T.

Perbandingannya dengan azatioprin dalam literatur

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

25

transplantasi ginjal menunjukkan bahwa MMF dan

azatioprin memiliki profil toksisitas terhadap saluran cerna,

hematopoetik, dan hati yang serupa dengan kemungkinan

adanya penurunan insiden infeksi jamur pada pasien yang

diobati dengan MMF.

vii. Klorokuin dan Hidroksiklorokuin

Klorokuin dan hidroksiklorokuin digunakan terutama

dalam malaria dan pada penyakit rematik. Mekanisme efek

anti-inflamasi obat-obat ini pada penyakit rematik masih

belum jelas. Meskipun toksisitas okular dapat terjadi pada

dosis yang lebih besar dari 250mg/hari untuk klorokuin dan

lebih besar dari 6,4 mg/kg/hari untuk hidroksiklorokuin,

toksisitas ini jarang terjadi pada dosis yang lebih rendah.

viii. Emas

Emas mengubah morfologi dan kemampuan

fungsional makrofag manusia, hal ini kemungkinan

merupakan kerja utama mereka. Akibatnya terjadi inhibisi

pada produksi monocyte chemotactic factor-1, interleukin-

8, interleukin-1β serta faktor pertumbuhan endotel vaskular.

Senyawa emas intramuskular juga mengubah aktivitas

enzim lisosom, menurunkan pelepasan histamindari sel

mast, menginaktivasi komponen pertama koplemen, dan

menekan aktivitas fagositik milik leukosit

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

26

polimorfonuklear. Ruam kulit yang gatal terjadi 15-20%

penderita, beberapa terkait dengan eosinofilia. Kira-kira 8-

10% penderita menderita proteinuria yang dapat berlanjut

menjadi sindrom nefrotik. Efek samping emas ini

menyebabkan 30-40% pasien menghentikan terapi emasnya

dalam waktu setahun.

ix. Rituximab

Rituximab adalah antibodi monoklonal kimerik yang

menjadikan limfosit B CD20 sebagai sasarannya. Obat ini

bermanfaat dalam terapi rheumatoid arthritis yang refrakter

terhadap agen anti TNF. Rituximab telah disetujui

penggunaannya untuk terapi rheumatoid arthritis aktif jika

dikombinasi dengan metotrexate. Kombinasi ini diberikan

dalam bentuk infus IV sebanyak 2 kali yang diberikan

berselang 2 minggu (Katzung, 2007).

b) Obat Anti-inflamasi Nonsteroid

Salisilat dan obat serupa lainnya yang digunakan untuk

mengobati penyakit rematik mempunyai kemampuan untuk

menekan tanda dan gejala peradangan. Obat-obat ini juga

mempunyai efek antipiretik dan analgesik, tetapi efek

inflamasinyalah yang membuat obat-obat ini paling bermanfaat

dalam tata laksana kelainan disertai nyeri yang berhubungan

dengan intensitas proses peradangan.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

27

i. Aspirin

Merupakan penghambat nonselektif untuk kedua

isoform COX, tapi salisilat lebih tidak efektif dalam

mengambat kedua isoform tersebut. Salisilat nonterasetilasi

dapat bekerja sebagai penangkap radikal oksigen. Aspirin

secara irreversibel menghambat COX dan menghambat

agregrasi trombosit, sementara salisilat nonterasetilasi tidak.

Pada dosis biasa, efek samping aspirin utama adalah

gangguan lambung (intoleransi) dan ulkus lambung serta

duodenum, hepatotoksisitas, asma, ruam, dan toksisitas

ginjal lebih jarang terjadi.

ii. Celecoxib

Celecoxib merupakan penghambat COX-2 selektif,

sekitar 10-20 kali lebih selektif untuk COX-2 dari pada

COX-1. Meskipun celecoxib memiliki efek samping pada

saluran cerna separuh dari OAINS non selektif. Frekuensi

efek samping lainnya hampir sama dengan OAINS lain.

Efek yang telah terbukti adalah terjadinya edema dan

hipertensi.

iii. Meloksikam

Meloksikam adalah suatu enolkarboksamida yang

berkaitan dengan piroxikam dan terbukti lebih menghambat

COX-2 dari pada COX-1, khususnya pada dosis rendah

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

28

yakni 7,5 mg/hari. Meloksikam menyebabkan lebih sedikit

gejala dan komplikasi pada saluran cerna.

iv. Diklofenak

Diklofenak adalah suatu turunan asam fenilasetat yang

relatif tidak selektif sebagai penghambat COX. Efek

samping terjadi 20% pasien dan meliputi gangguan saluran

cerna, pendarahan samar saluran cerna, dan ulkus lambung,

meskipun ulkus lebih jarang terjadi daripada OAINS

lainnya.

v. Ibuprofen

Merupakan turunan sederhana asam fenilpropioat.

Pada dosis sekitar 2.400 mg per hari efek inflamasi

ibuprofen setara dengan 4 gram aspirin. Pemberian

ibuprofen mengantagoniskan inhibisi trombosit irreversibel

yang dipicu oleh aspirin. Oleh karena itu, terapi dengan

ibuprofen pada pasien dengan peningkatan resiko

kardiovaskuler dapat membatasi efek kardioprotektifmilik

aspirin.

vi. Indometasin

Indometasin merupakan turunan indol, penghambat

COX nonselektif yang poten dan dapat juga menghambat

fosfolipase A dan C, menurunkan migrasi neutrofil, dan

menurunkan proliferasi sel T dan sel B. Pada dosis yang

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

29

lebih tinggi, paling tidak sepertiga penderita bereaksi

terhadap indometasin sehingga membuat penggunaannya

harus dihentikan. Efek terhadap saluran cerna meliputi nyeri

abdomen, diare, perdarahan saluran cerna dan pankreatitis.

Nyeri kepala dialami oleh 15-25% penderita dan mungkin

disertai pusing, bingung dan depresi.

vii. Piroxicam

Merupakan penghambat COX nonselektif yang pada

konsentrasi tinggi juga menghambat migrasi leukoit

polimorfonuklear, menurunkan produksi radikal oksigen dan

menghambat fungsi limfosit. Toksisitasnya meliputi gejala-

gejala pada saluran cerna (20% pasien), pusing, telinga

berdenging, nyeri kepala, dan ruam. Ketika piroxicam

digunakan dalam dosis yang lebih tinggi dari 20 mg/hari

terjadi peningkatan insidens ulkus peptikum dan perdarahan

(Katzung, 2007).

c) Glukokortikoid

Glukokortikoid mempuyai efek yang sangat luas karena

memperngaruhi fungsi kebanyakan sel dalam tubuh.

Konsekuensi metabolik utama dari sekresi ata pemberian

glukokortikoid disebabkan oleh kerja langsung hormon ini

dalam sel. Glukokortikoid secara dramatis mengurangi

manifestasi peradangan. Hal ini disebabkan oleh efeknya yang

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

30

nyata terhadap kadar, distribusi, dan fungsi leukosit periferserta

oleh efek supresifnya terhadap sitokin dan kemokin peradangan

serta terhadap perantara peradangan lainnya. Peradangan tanpa

melihat penyebabnya, ditandai dengan ektravasasi dan infiltrasi

leukosit ke dalam jaringan yang terpengaruh. Setelah pemberian

glukokortikoid kerja singkat dosis tunggal, kadar neutrofil

dalam peredaran meningkat sedangkan jumlah limfosit (sel T

dan B), monofil, eosinofil,dan basofil menurun. Peningkatan

neitrofil disebabkan oleh peningkatan influks ke arah dari

sumsum tulang dan penurunan migrasi dari pembuluh darah,

yang menyebabkan pengurangan jumlah sel pada daerah

peradangan. Pengurangan limfosit, monosit, eosinofil dan

basofil dalam sirkulasi terutama terjadi akibat perpindahannya

dari bantalan vaskular ke jaringan limfoit. Penggunaan obat ini

harus dipertimbangkan secara matang pada tiap penderita

terhadap efeknya yang luas pada tiap bagian organisme. Efek

utama yang tidak diinginkan dari glukotirkoid adalah akibat

kerja hormonalnya, yang memunculkan gambaran klinis

sindrom cushing iatrogenik. Jika glukotirkoid digunakan untuk

waktu yang singkat (kurang dari dua minggu) jarang terlihat

efek samping yang serius walaupun dosis yang cukup besar.

Akan tetapi, kadang dijumpai adanya insomnia, perubahan

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

31

perilaku (terutama hipomania) dan ulkus peptikum akut setelah

beberapa hari pengobatan (Katzung, 2007).

Gambar 1. Algoritma terapi rheumatoid arthritis (Dipiro et al., 2008).

l. Monitoring Terapi

Evaluasi terapi meliputi :

1) Ciri klinis mengalami perbaikan seperti reduksi pembengkakan

sendi, pengurangan rasa sakit pada sendi yang aktif terkait, dan

penurunan urat sampai ke palpasi sendi.

2) Perbaikan gejala meliputi pengurangan rasa sakit sendi dan

kekakuan di pagi hari, onset dengan waktu yang panjang untuk

DMARD lain monoterapi

(Metotreksat jika tidak

digunakan diatas)

Metotreksat, atau DMARD lain ±

NSAID ± Prednison dalam 3 bulan

pertama

DMARD biologis

mono atau kombinasi

dengan DMARD

Kombinasi

DMARD

Respon buruk

Coba kombinasi lain, 3 jenis obat (DMARD + biologi, tambahkan prednisone

dosis rendah jangka panjang, pertimbangkan lini kedua DMARD

Respon buruk

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

32

kelelahan di sore hari dan perbaikan kemampuan dalam penampilan

aktivitas harian.

3) Radiograf sendi bisa menjadi penilaian dalam menaksir proses

penyakit (Sukandar et al., 2008).

m. Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berhubungan dengan adanya (aktual) atau potensi

kerusakan jaringan atau keadaan yang menggambarkan kerusakan

tersebut. Berdasarkan patofisiologinya nyeri dibedakan menjadi dua

yaitu:

1) Nyeri Nosiseptif

Nyeri nosisepseptif (akut) meliputi nyeri somatik (sumber

nyeri berasal dari kulit, tulang, sendi, otot atau jaringan penghubung)

atau viseral (berasal dari organ dalam seperti usus besar atau

penkreas).

2) Nyeri Neuropatik

Nyeri neuropatik (kronis) terjadi akibat pemrosesan input

sensorik yang abnormal oleh sistem saraf pusat atau perifer.

Terdapat sejumlah besar sindrom nyeri neuropatik yang sering kali

sulit diatasi (misal : nyeri punggung bawah, neuropati diabetik, nyeri

akibat kanker, luka pada sumsum tulang belakang) (Sukandar et al.,

2008).

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

33

Skala analog visual (Visual Analog Scale/VAS) adalah cara

yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini

menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin

dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis yang

umumnya sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap

sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka

atau peryataan deskriptif. Ujung angka 0 mewakili tidak ada nyeri,

sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang

mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. Manfaat

utama VAS adalah penggunaannya yang sangat mudah dan

sederhana. Farmasis dapat segera menggunakannya sebagai

penilaian cepat pada hampir semua situasi praktek farmasi (Breivik

et al.,2008).

Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas nyeri

ringan pada skala 1 sampai 3, intensitas nyeri sedang pada skala 4

sampai 6, intensitas nyeri berat pada skala 7 sampai 9 intensitas

nyeri sangat berat pada skala 10 nyeri tidak terkontrol (Potter and

Perry, 2005). Williamson and Hoggart (2005) juga melakukan

kajian pustaka atas tiga skala ukur nyeri dan menarik kesimpulan

bahwa VAS secara statistik paling kuat rasionya karena dapat

menyajikan data dalam bentuk rasio. Melakukan kajian pustaka

atas tiga skala ukur nyeri dan menarik kesimpulan bahwa VAS

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

34

secara statistik paling kuat rasionya karena dapat menyajikan data

dalam bentuk rasio.

Gambar 2. Visual Analog Scale

2. Kualitas Hidup

Kualitas hidup didefinisikan dengan cara yang berbeda oleh para

peneliti. Hal ini karena istilah tersebut merupakan istilah multi disipliner yang

tidak hanya digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, tetapi dalam konteks

penelitian dihubungkan dengan berbagai macam bidang khusus. Istilah

kualitas hidup (quality of life) yang lebih spesifik disebut Health Related

Quality of Life (HRQOL) merupakan domain kesehatan fisik, psikologi,

kepercayaan, harapan dan persepsi seseorang. Oleh karena itu, dua orang

dengan status kesehatan yang sama mungkin bisa mempunyai kualitas hidup

yang berbeda (Testa and Simonson, 1996).

Menurut WHOQOL-BREF (dalam Rapley, 2003) terdapat empat

dimensi mengenai kualitas hidup yang meliputi:

1) Dimensi kesehatan fisik, mencakup aktivitas sehari-hari; ketergantungan

pada obat-obatan; energi dan kelelahan; mobilitas; sakit; dan

ketidaknyamanan; tidur dan istirahat; kapasitas kerja.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

35

2) Dimensi kesejahteraan psikologis, mencangkup bodily image dan

appearance; perasaan negatif; perasaan positif; self esteem;

spiritual/agama/ keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori dan

konsentrasi.

3) Dimensi hubungan sosial, mencakup relasi personal, dukungan sosial,

aktivitas seksual.

4) Dimensi hubungan dengan lingkungan, mencakup sumber finansial,

kebebasan, keamanan, dan keselamatan fisik; perawatan kesehatan dan

sosial termasuk aksesbilitas dan kualitas; lingkungan rumah, kesempatan

untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun ketrampilan;

partisipasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan

kegiatan yang menyenangkan di waktu luang; lingkungan fisik terutama

polusi/ kebisingan/ lalu lintas/ iklim; serta transportasi.

Brief Pain Inventory (BPI) merupakan instrumen yang dicatat sendiri

dan telah dikembangkan dalam penelitian dan berbagai keadaan klinis serta

diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan memiliki tingkat validitas dan

kepercayaan yang tinggi. Alat ini dikembangkan untuk memberikan metode

yang cepat dan mudah untuk menghitung intensitas nyeri. BPI terdiri dari 11

pertanyaan terkait nyeri yang menanyakan mengenai aspek pengalaman nyeri

yang dirasakan pasien dalam periode 24 jam, seperti dimana lokasi nyeri dan

intensitasnya, dampak nyeri tersebut terhadap kualitas hidup pasien, serta

efektifitas dari pengalaman nyeri yang diberikan. Sebuah gambar diberikan

agar pasien dapat menunjukkan lokasi nyerinya (Mendoza et al., 2005).

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

36

BPI juga merupakan salah satu instrumen yang dapat menilai nyeri

maupun pengaruh subjektif terhadap nyeri, aktivitas dan kemampuan

fungsional pasien. Instrument dalam BPI termasuk empat skala nyeri (paling

buruk, paling ringan, rata-rata dan nyeri sekarang) serta 7 skala dalam menilai

dampak sakit pada kegiatan umum, suasana hati, kemampuan berjalan,

bekerja, menjalin hubungan dengan orang lain, tidur dan menikmati hidup.

Masing-masing bagian dinilai pada skala numerik 0 – 10, untuk skor 0 tidak

mengganggu dan skor 10 sangat mengganggu. Hasil dari penilaian

menggunakan kuesioner ini menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik pada

skor paling rendah (Mendoza et al., 2005).

F. Landasan Teori

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit yang masih belum diketahui

penyebabnya dan penyakit rheumatoid arthritis berlangsung kronis yaitu sembuh

dan kambuh secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi yang

menetap. Rheumatoid arthritis biasanya menyerang sendi pada pergelangan

tangan, tangan dan kaki sehingga mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Pasien

dengan rheumatoid arthritis merasa kurang nyaman dan pergerakan sendi

sangatlah terbatas. Keadaan ini mengakibatkan aktivitas sehari-hari pasien

berkurang, efek lain yang timbul adalah rasa nyeri, mudah lelah, perubahan citra

diri serta gangguan tidur (Nainggolan, 2009).

Resiko penyakit rheumatik arthritis paling tinggi adalah pada usia 65 tahun.

Hal ini dikarenakan setiap persendian tulang memiliki lapisan pelindung sendi

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

37

yang menghalangi teradinya gesekan antara tulang dan di dalam sendi

terdapat cairan yang berfungsi sebagai pelumas sehingga tulang dapat

digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang sudah berusia lanjut lapisan

pelindung persendian mulai menipis dan cairan tulang mulai mengental,

menyebabkan tubuh menjadi kaku dan sakit saat digerakkan (Drisckel, 2006).

Karakteristik pasien seperti Body Mass Index mempengaruhi kualitas hidup

pasien rheumatoid arthritis. Pada penelitian yag dilakukan silman and Hochberg

(1993) menyatakan bahwa kenaikan Body Mass Index diikuti dengan

meningkatnya risiko teradinya rhematoid arthritis. Penyakit sendi atau rematik

bukanlah jenis penyakit yang muncul seketika. Prosesnya melalui beberapa

tahap dan bila sudah terkena biasanya menjadi kronis. Radang sendi bisa

bermula dari tubuh yang kegemukan. Berat badan yang berlebih memberikan

beban yang besar pada tulang sehingga mempengaruhi kesehatan sendi

(Nainggolan, 2009).

Pengobatan rheumatoid arthritis merupakan pengobatan jangka panjang

sehingga pola pengobatan yang tepat dan terkontrol sangat dibutuhkan.

Dengan pengukuran kualitas hidup dapat diketahui pola pengobatan yang

efektif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien (Chen and Kochen, 2005).

Pada penelitian yang dilakukan Westhovens et al (2009) mengatakan

bahwa di Filipina, pasien yang mendapat obat DMARDS kurang lebih satu tahun

memiliki kualitas hidup yang baik karena DMARDS memiliki keamanan obat

yang baik. Terapi tunggal atau terapi kombinasi secara signifikan lebih superior

mengurangi tanda atau akibat dari rheumatoid arthritis. Penelitian lain

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

38

menyebutkan bahwa OAINS umumnya diterima sebagai terapi pertama untuk

perawatan simtom rheumatoid arthritis ringan. OAINS digunakan sebagai terapi

primer dan tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal selama lebih dari 3 bulan

kecuali pasien memberikan respon yang baik. OAINS COX-2 selektif

memberikan efek aman terhadap saluran cerna Gouze (2001).

Secara umum kualitas hidup menggambarkan kemampuan individu

untuk berperan dalam lingkungannya dan memperoleh kepuasan dari yang

dilakukannya. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan

menggambarkan pandangan individu terhadap kebahagiaan dan kepuasan

terhadap kehidupan yang mempengaruhi kesehatan mereka (American

Thoracic Society, 2007). Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, antara lain karakteristik pasien, karakteristik penyakit dan tingkat nyeri

yang dialami pasien (Asmadi, 2008). Nyeri yang dialami oleh pasien rheumatoid

arthritis adalah nyeri sedang atau skala nyeri rata-rata enam (National Institude of

Nursing Research, 2005 dalam Dewi, 2009). Adanya nyeri sendi pada rheumatoid

arthritis membuat penderitanya seringkali takut untuk bergerak sehingga

mengganggu aktivitas sehari-harinya dan menurunkan produktivitasnya. Selain

itu, pengobatan atau terapi, seperti jenis obat atau terapi juga ikut berperan

dalam kualitas hidup pasien (Chen et al., 2005).

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78418/potongan/S1-2015... · wanita dibandingkan pada pria. Tanpa pengobatan dini yang ... dapat pula

39

G. Kerangka Konsep

Gambar 3. Skema Kerangka Konsep Penelitian

H. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara karakteristik pasien dengan kualitas

hidup pasien rheumatoid arthritis.

2. Terdapat hubungan antara pola pengobatan dengan kualitas hidup

pasien rhematoid arthritis.

3. Terdapat hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas hidup

pasien rheumatoid arthritis.

Karakteristik pasien

a. Jenis kelamin

b. Usia

c. BMI

d. Lokasi nyeri

Jenis obat yang digunakan Kualitas hidup

Intensitas Nyeri