Upload
vuhuong
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Media massa saat ini tidak bisa dilepaskan oleh kehidupan manusia dan telah
menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi sebagai bagian dari media massa elektronik
telah mengambil bagian dan mendominasi komunikasi dalam masyarakat. Kekuatan
media televisi sebagai media penyampai pesan sudah diakui pengaruhnya terhadap
masyarakat oleh berbagai penelitian komunikasi yang pernah dilakukan. Daya
jangkau yang luas dan kemampuan penyampaian pesan secara audio visual, membuat
hal-hal yang ditampilkan dalam televisi memiliki pengaruh yang besar dalam dimensi
kognisi dan afeksi khalayak.
Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula pemikiran
masyarakat. Hal ini yang menjadi pemicu stasiun-stasiun televisi untuk melakukan
perubahan dan menyesuaikan diri dengan keinginan masyarakat. Dinamika yang
terjadi di dalam media penyiaran tidak bisa dihindari. Apapun dilakukan agar pesan
tetap dapat tersalurkan dengan baik.
Salah satu bentuk dari pesan adalah kritik. Kritik muncul akibat adanya
tindakan sosial yang menyimpang dari nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.
Tindakan kritik sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti aksi demonstrasi
di jalan, pertunjukan seni, membuat karya tulis, lirik lagu, hingga membuat program
acara di media elektronik.
Kekuatan penyampaian pesan melalui televisi sangat baik, dan masyarakat
dengan pemikiran kritis semakin banyak di Indonesia. Melihat hal ini, sejak
September 2011 stasiun televisi swasta berbasis news yang menampilkan tayangan
berita sepanjang harinya yaitu Metro TV dengan berani mengangkat Stand Up
Comedy Show sebagai salah satu program acara hiburan namun juga berisi kritik
terhadap isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Stand Up
Comedy Show tidak seperti acara lawak yang sudah ada lebih dulu, yang
2
berpenampilan konyol untuk memancing tawa, cenderung slapstick atau
mengintimidasi lawan main. Stand Up Comedy adalah sebuah genre komedi yang
menampilkan pelawak tunggal di atas panggung yang melakukan monolog.
Pelakunya dinamakan stand up comedian, atau biasa disebut comic.
Seni komedi ini dikatakan cerdas tanpa bermaksud mendiskreditkan yang lain,
karena memuat hal-hal lucu dari lingkungan sekitar yang luput dari pengamatan.
Humor didapat dengan mengamati fenomena sosial, menganalisa, menyusun, lalu
menyampaikannya lewat humor. Materi yang disampaikan cenderung berisi tentang
kritik terhadap masalah yang sedang terjadi saat itu. Stand Up Comedy memerlukan
banyak referensi sebagai bahan canda. Teknik dan persiapan terstruktur benar-benar
mutlak diperlukan sebelum beraksi. 1
Stand Up Comedy merupakan bagian dari pertunjukan seni tunggal yang
berakar dari pertunjukan komedi namun mengangkat tema kritik sosial di dalamnya.
Hal tersebut menjadikan Stand Up Comedy Show di Metro TV layak menjadi kajian
dalam penelitian ini untuk melihat bagaimana pesan kritik sosial dibangun dalam
sebuah pertunjukan komedi untuk masyarakat.
Umumnya khalayak yang menikmati acara ini berasal dari kalangan
mahasiswa. Hal ini juga didukung oleh banyaknya komunitas-komunitas Stand Up
Comedy yang terbentuk di beberapa universitas di Indonesia.2 Mengingat mahasiswa
merupakan generasi penerus bangsa maka tak heran jika tema seperti politik,
pemerintah, korupsi, narkoba, cinta, homosexual, hingga film sangat digemari, karena
mereka dituntut untuk lebih peka terhadap masalah-masalah di sekitarnya.
Melalui Stand Up Comedy Show, Metro TV memberikan kesadaran kepada
masyarakat untuk lebih peka terhadap masalah yang terjadi di sekitarnya. Isu yang
diangkat berkaitan erat dengan situasi yang sedang terjadi di Indonesia saat itu, dan
isu politik yang berkaitan dengan pemerintah adalah yang paling menonjol pada
1 Kurniawan, Arif. Dalam artikel: Stand-up Comedy Menghibur dengan Cerdas, (Part 1). Terarsip di:
http://the-marketeers.com/archives/standup-comedy-menghibur-dengan-cerdas-part-1.html 2 Pragiwaksono, Pandji. Merdeka Dalam Bercanda. 2012. Bentang. Hal. 184
3
rentang waktu September 2011 hingga April 2012. Hal ini membuat beberapa comic
mengangkatnya sebagai materi untuk pertunjukan Stand Up Comedy Show, dengan
begitu Metro TV telah memberikan wadah bagi para pelaku untuk bisa menyalurkan
kritik dan pemikiran mereka kepada penonton melalui saluran televisi.
Cara penyampaian pesan yang berbeda, dengan muatan kritik dan sindiran
terhadap pemerintah ini telah membuktikan bahwa Stand Up Comedy Show berani
mengambil resiko dan menjunjung nilai demokrasi yang ada di Indonesia. Hal ini
menjadi daya tarik tersendiri bagi Stand Up Comedy Show karena memiliki konsep
berbeda dari tayangan lain di Metro TV maupun di stasiun televisi lainnya.
Berangkat dari ketertarikan peneliti melihat keterkaitan antara pesan kritik
yang disuguhkan dengan komedi di televisi ini membuat peneliti kemudian berusaha
mencari tahu bagaimana cara Metro TV menyampaikan pesan kritik dalam program
acara Stand Up Comedy Show.
B. RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana Metro TV mempresentasikan pesan
kritik mengenai isu politik dalam Stand Up Comedy Show?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk melihat bagaimana Stand Up Comedy Show di Metro TV menyampaikan
pesan kritik mengenai isu politik.
2. Untuk melihat isi pesan kritik dalam Stand Up Comedy Show di Metro TV.
D. KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian yang menitikberatkan pembahasan pada pemaparan pesan kritik
melalui program acara Stand Up Comedy Show ini akan berhubungan juga dengan
aspek-aspek lain dari suatu media. Kerangka pemikiran yang menjadi bayangan untuk
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
4
Ideologi Media
Media Televisi
Konstruksi Media
Pesan Kritik di Media
Penampang I.1 : Kerangka Pemikiran Peneliti
Dari penampang kerangka pemikiran di atas, peneliti memberikan pandangan
secara umum ke khusus untuk menganalisa pesan kritik yang dipaparkan melalui
Stand Up Comedy Show. Lebih mendalam mengenai kerangka pemikiran ini akan
dijelaskan melalui beberapa poin di bawah ini.
1. Media Massa: Televisi sebagai Media Penyebaran Pesan
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai media massa dan televisi, peneliti
akan membahas sedikit mengenai komunikasi massa sebagai bagian dari media
massa. Menurut John Bittner, komunikasi massa secara sederhana dirumuskan
sebagai pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
Stand Up Comedy Show sebagai Penyalur Pesan Kritik
Analisis Isi Kualitatif Pesan Kritik mengenai Isu Politik dalam Stand Up Comedy
Show
Muatan Isu Politik dalam Pesan Kritik
Ideologi Media
Media Televisi
Konstruksi Media
Pesan Kritik di Media
5
orang.3 Sementara itu, Pool mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi
yang berlangsung dalam situasi di mana antara sumber dan penerima tidak terjadi
kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui
saluran-saluran media massa seperti surat kabar, majalah, radio, film, atau televisi.4
Komunikasi massa juga dapat mempengaruhi masyarakat, hal ini dinyatakan
oleh Gurevitch dan Blumer sebagai berikut: ”(mass) communication influences on
people‟s political opinions and attitudes”.5 Dengan kata lain, pesan-pesan yang
disampaikan oleh komunikator melalui media massa cenderung bersifat persuasif
karena tujuannya untuk mempengaruhi opini dan perilaku publik dalam jumlah besar.
Media massa bekerja di dunia yang menjadikan bahasa, ekspresi non-verbal,
ilustrasi, gambar gerak, foto, ikon grafis, audio sebagai materi utama untuk
menghasilkan produk-produknya. Media massa merupakan agen konstruksi realitas
melalui ekspresi bahasa verbal maupun non-verbal yang ia gambarkan tersebut.6
Ibnu Hamad (2004) menguraikan beberapa aspek dari media massa yang
membuatnya penting dalam kehidupan politik. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Daya jangkaunya (coverage) yang sangat luas dalam menyebar-luaskan
informasi politik; yang mampu melewati batas wilayah (geografis),
kelompok umur, jenis kelamin dan sosial-ekonomi-status (demografis)
dan perbedaan paham dan orientasi (psikografis).
b. Kemampuannya melipat-gandakan pesan (multiplier of message) yang
luar biasa.
3 Bittner, John R. 1986. Mass Communication: An Introduction, 4
th Edition. New Jersey: Prentice-Hall.
Hal. 12. 4 Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo. Hal. 3.
5 Curran, James. et. al. Mass Communication and Society. 1977. California: Sage. Hal: 270
6 Parahita, Gilang Desti. 2007. Konstruksi Pembaruan Etnis Cina-Yogya dalam Suplemen Komunitas
Jogja Harian Umum Bernas. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Komunikasi UGM, Skripsi S-1, Hal. 5
6
c. Setiap media bisa mewacanakan sebuah peristiwa politik sesuai
pandangannya masing-masing. Kebijakan redaksional yang dimilikinya
menentukan penampilan isi peristiwa politik yang diberitakan.
d. Tentu saja dengan fungsi agenda setting yang dimilikinya, media
memiliki kesempatan yang sangat luas (bahkan hampir tanpa batas) untuk
memberitakan sebuah peristiwa politik.
e. Pemberitaan peristiwa politik oleh suatu media lazimnya berkaitan dengan
media lainnya sehingga membentuk rantai informasi (media as links in
other chains). Hal ini akan menambah kekuatan tersendiri pada
penyebaran informasi politik dan dampaknya terhadap publik.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat di dunia ini berdampak besar pada
ilmu komunikasi dan kehidupan manusia. Perkembangan teknologi telah melahirkan
televisi sebagai salah satu alat untuk berkomunikasi. Televisi merupakan bagian dari
media massa yang tergolong dalam media elektronik yang bersifat audio visual,
direct, dan dapat membentuk sikap tertentu. Kata televisi berasal dari kata tele yang
berarti jauh dan vision yang berarti tampak. Jadi televisi berarti dapat tampak dari
jarak jauh. Sebagai bagian dari media massa, televisi merupakan alat penyampai
pesan yang paling ampuh saat ini. Hal ini sesuai dengan prinsip komunikasi massa
yang dinyatakan oleh McQuail:
“The term „mass media‟ is shorthand to describe means of communication
that operate on large scale, reaching and involving virtually everyone in
society to a greater and lesser degree. It refers to a number of media that are
now long-established and familiar, such as newspaper, magazines, film, radio,
television, and the phonograph (recorded music)”. (McQuail, 2000:4)
Televisi sebagai media massa selain sebagai penyampai informasi ternyata
memiliki banyak fungsi, Anton Mabruri (2010) menyebutkan ada 4 poin utama fungsi
siaran televisi yaitu:
a. Menginformasikan (information), televisi memiliki fungsi sebagai
penyampai informasi kepada masyarakat. Kegiatan jurnalistik dalam
7
siaran televisi memiliki peran yang besar karena tugas jurnalistik sendiri
yang mencari, mengumpulkan, mengedit dan menyiarkan informasi
kepada khalayak.
b. Menghibur (entertainment), fungsi televisi sebagai hiburan mungkin
menjadi fungsi utama saat ini, dimana masyarakat memilih untuk
menonton televisi sebagai sarana untuk refreshing.
c. Mendidik (education), fungsi selanjutnya adalah sebagai sarana untuk
mendidik masyarakat melalui program acara yang disiarkan. Televisi
harusnya mengedukasi penonton melalui program acaranya dengan penuh
tanggung jawab, sayangnya saat ini fungsi mendidik masih kurang
diperhatikan oleh pihak televisi.
d. Ruang kontrol masyarakat, televisi secara nyata telah mengontrol
masyarakat melalui pemberitaan yang disiarkan, dan dapat mempengaruhi
cara berpikir masyarakat atas suatu fenomena.
Antonio Gramci, menilai media merupakan suatu ruang dimana ideologi
disampaikan, hal ini menunjukkan bahwa di sisi lain, media dapat menjadi sarana
penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik (Sobur,
2006). Tidak dapat dipungkiri apabila media juga menjadi sumber kekuatan bagi
beberapa pihak, karena peran media yang cukup signifikan bagi masyarakat.
Demikian pula halnya dengan televisi yang lebih berpengaruh bagi masyarakat.
Ideologi media ini juga yang kemudian berusaha disampaikan kepada masyarakat
dengan cara media masing-masing. Kekuatan media televisi dalam menyampaikan
pesan kepada masyarakat memberikan peluang bagi pihak-pihak terkait di suatu
media untuk bisa menyelipkan ideologi-ideologi yang dianut oleh media tersebut.
Kekuatan dan teknik penyampaian televisi juga dirasa lebih efektif dan efisien
dibandingkan dengan media-media lain. Karena itulah, pengaruh yang disampaikan
oleh televisi kepada masyarakat jauh lebih cepat dan mendominan. Hanya dengan
menonton televisi saja, pemikiran masyarakat dapat terdistorsi untuk kemudian
memiliki ideologi yang sama dengan apa yang disampaikan oleh televisi.
8
Selain mempengaruhi sistem idealisme penonton, tingkat kebutuhan
masyarakat akan televisi juga semakin meninggi. Seiring dengan kemajuan pemikiran
masyarakat, televisi dianggap menjadi suatu media yang sempurna dalam
penyampaian informasi dan hiburan. George Gerbner, dalam teori kultivasinya
menyatakan bahwa televisi membangun suatu ideologi kebutuhan bagi masyarakat.
Teori Kultivasi adalah teori yang populer sejak tahun 1960-an. Menurut teori
ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi itu belajar
tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang
terbangun di benak kita tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh
televisi.7
Hal ini menunjukkan bahwa, televisi mampu memberikan efek dramatisasi
yang lebih maksimal kepada masyarakat. Visualisasi yang menarik ditambah dengan
audio yang mencukupi, menjadi satu paket media yang berhasil membawa
masyarakat kepada “dunia” yang dibawa oleh televisi, sehingga mampu mencetak
pemikiran masyarakat berdasarkan dari pola penyampaian komunikasi televisi.
Jurnalisme televisi menjadi hal yang penting ketika masyarakat mulai
mempercayakan televisi sebagai media informasi yang akurat. Kebenaran akan
sebuah pesan dan informasi menjadi tuntutan bagi pihak televisi dan juga media
lainnya. Sebagai media yang memberikan banyak pengaruh bagi masyarakat,
tentunya perhatian dalam penyampaian pesan dan informasi di televisi haruslah
benar-benar sesuai dengan peraturan, sehingga tidak menimbulkan pengertian yang
salah di mata masyarakat dalam melihat pesan dan informasi yang disampaikan
tersebut.
2. Pesan Kritik di Media Massa
Media massa pada umumnya memberitakan peristiwa-peristiwa yang dapat
mempengaruhi perilaku khalayak. Oleh karena itu, intensitas pesan dalam media
7 Hadi, Ido Prijana. 2007. Jurnal Ilmiah Cultivation Theory: Sebuah Perpektif Teoritik dalam Analisis
Televisi. ISSN 1978-385X Vol. 1 No.1. Hal.8.
9
massa memiliki pengaruh yang sangat besar. Berikut ini tiga karakteristik pesan
media massa yang ditulis Shirley Biagi. (1) A message is sent out using some form of
mass media (such as newspapers or television); (2) The message is delivered rapidly;
(3) The message reaches large groups of different kinds of people simultaneously or
within a short period of time.8
Pesan atau informasi dalam media massa biasanya berupa berita, menurut
Teun Adrianus van Dijk, istilah „berita‟ mengandung ambiguitas, ia bisa bermakna,
(1) informasi baru tentang peristiwa, benda, atau orang, (2) tipe program
televisi/radio dimana di dalamnya berita-berita tersebut dipresentasikan, (3) artikel
berita atau laporan berita, contohnya teks atau wacana dalam radio, televisi, atau surat
kabar, yang memberikan informasi baru tentang peristiwa terkini.9
Berita sendiri menurut Abrar disebut sebagai salah satu laporan yang
mengkonstruksi realitas. Selanjutnya Abrar juga mendefinisikan bahwa berita adalah
hasil rekonstruksi tertulis dari realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan. Itulah
sebabnya ada orang yang beranggapan bahwa penulisan berita lebih merupakan
pekerjaan merekonstruksi sosial ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri.10
Adapun peran media massa dalam mengkonstruksi sebuah realitas dijelaskan
oleh Jalaluddin Rakhmat. Pertama, menampilkan realitas kedua. Informasi atau
realitas yang ditampilkan media massa pada dasarnya sudah diselesaikan oleh
lembaga media yang bersangkutan sehingga menghasilkan realitas kedua. Hal ini
mengakibatkan khalayak membentuk citra tentang lingkungannya berdasar realitas
kedua yang ditampilkan media massa. Kedua, memberikan status. Di sisi lain, media
juga memberikan status (status conferral). Seseorang atau kelompok bisa mendadak
terkenal karena diliput secara besar-besaran oleh media. Sebaliknya, orang terkenal
mulai dilupakan karena tidak pernah diliput media. Ketiga, menciptakan stereotip.
Adanya proses seleksi informasi dalam media, maka media massa turut
8 Biagi, Shirley. 1990. Media Impact. Wadsworth, California. Hal. 13
9 Van Dijk, Teun A. 1988. News as Discourse. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Hal.4.
10 Abrar, Ana Nadhya. 2005. Penulisan Berita. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta. Hal. 2.
10
mempengaruhi pembentukan citra yang bias dan tidak cermat sehingga menimbulkan
stereotip. Secara singkat stereotip diartikan sebagai gambaran umum tentang
individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise
dan seringkali timpang dan tidak benar.11
Berkaitan dengan pesan, ada dua jenis pesan yang paling umum yaitu pesan
verbal yang menggunakan kata-kata sehingga dapat dipahami maksudnya oleh
penerima dengan cara melihat atau mendengarnya, dan pesan non-verbal adalah jenis
pesan yang tidak menggunakan kata-kata secara langsung, penerima memahami
pesan mengandalkan penglihatannya melalui gerak-gerik, mimik wajah, tingkah laku,
dan ekspresi muka pembuat pesan. Pesan yang dibuat oleh manusia sangatlah
beragam, dalam penelitian ini fokus utama adalah pesan kritik yang termasuk ke
dalam jenis pesan verbal.
Dalam buku berjudul Manusia dan Kritik, R.C. Kwant menuliskan bahwa
kritik menentukan nilai suatu kenyataan yang dihadapinya.12
Dalam melontarkan
kritik, tidak cukup hanya mengetahui kenyataan yang ada, namun orang yang
melancarkan kritik harus berusaha menentukan apakah yang dihadapinya itu benar-
benar seperti yang seharusnya. Oleh karenanya, orang tersebut harus mengetahui
sebelumnya bagaimana seharusnya.13
3. Produksi Pesan dalam Televisi
Televisi dapat mengkomunikasi pesan-pesan yang dikandungnya, termasuk
mengenai suatu isu politik dengan cara yang sangat sederhana. Sifat televisi yang
demikian, disebut sebagai penyampaian pesan sepintas atau transitory, karena itulah
maka pesan pun dapat mudah dipahami dalam sekilas.14
Tujuan akhir dari
11
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 224-227 12
Kwant, R.C. 1975. Manusia dan Kritik. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Hal. 12 13
Ibid. Hal. 90 14
Tabrani, Primadi. 1992. Semiotika dan Bahasa Rupa Gambar. Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya LPUI dan Lingkaran Peminat Semiotika.
11
penyampaian pesan media televisi bisa menghibur, mendidik, kontrol sosial,
menghubungkan atau sebagai bahan informasi.
Melihat perkembangan pemikiran dan persaingan yang semakin ketat antar
pelaku media, televisi dituntut untuk lebih kreatif dan atraktif untuk menarik hati
masyarakat. Faktor kepentingan ekonomi juga tidak bisa dilepaskan dari media,
orientasi bisnis terkait dinamika dan logika komersial memang lebih didahulukan
industri media saat ini tidak terkecuali televisi. Apalagi bisnis penyiaran televisi
adalah bisnis yang padat modal.
Lewat berbagai macam program acara yang disuguhkan, mulai dari berita
hingga hiburan, televisi menyalurkan pesan kepada audiens. Naratama (dalam
Mabruri, 2010) mendeskripsikan format acara televisi sebagai sebuah perencanaan
dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan
desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan
dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Format acara televisi dibagi menjadi
tiga kategori yaitu drama (fiksi), non drama (non fiksi), dan berita.
Dalam merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser
professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran
mendalam, yaitu meteri produksi, sarana produksi, (equipment), biaya produksi
(financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.
Berpikir tentang produksi program televisi, bagi seorang produser professional,
berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu selain menghibur,
dapat menjadi suatu sajian yang bernilai dan memiliki makna.15
Program acara yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah Stand Up
Comedy Show. Melihat dari format dan isi tayangan, program acara ini termasuk
kedalam kategori non drama (non fiksi). Dikatakan demikian karena semua materi
yang disampaikan diproduksi melalui proses pengolahan imaji kreatif dan
berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari tanpa dibuat-buat. Format program acara
15
Wibowo, Fred. 2009. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher
12
non drama merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur
hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik. Contoh: Talk show, Konser
Musik, dan Variety show.16
Produksi pesan merupakan cara penyampaian pesan dalam konteks interaksi
dan kultural. Elemen ini menjelaskan bagaimana seseorang menciptakan tulisan,
ucapan dan ekspresi kepada orang lain. Selain itu, tujuan dari produksi pesan juga
menjadi hal yang penting, karena di balik produksi pesan biasanya ada kepentingan-
kepentingan (politis) yang mempengaruhinya. John Fiske (2004:10) juga menegaskan
bahwa tujuan (intention) merupakan faktor yang krusial dalam memutuskan apa yang
membentuk sebuah pesan. Ia juga menambahkan tujuan pengirim mungkin
dinyatakan atau tidak dinyatakan, disadari atau tidak disadari. Tujuan ini bisa bersifat
informatif, persuasif, kontrol, dan lain-lain tergantung kepentingan apa yang
melatarbelakanginya.
4. Kemasan Pesan Kritik di Televisi
Konstruksi konten media menjadi hal yang diperhatikan dalam
menyampaikan pesan. Tidak hanya untuk melakukan pembingkaian informasi,
melainkan juga menunjukkan perspektif media dalam melihat suatu isu, informasi
dan berita. Pengkonstruksian yang terjadi sedikit banyak tentu saja juga dipengaruhi
dengan idealisme dan ideologi media itu sendiri.
Televisi menjadi salah satu bentuk media yang efektif dan efisien dalam
menyampaikan pesan. Berita televisi merupakan laporan tentang fakta peristiwa atau
pendapat manusia, atau kedua-duanya yang disertai audio-visual, gambar yang
menarik, aktual, berguna dan disiarkan melalui media massa televisi secara periodik.
Penyampaian konteks berita di televisi cenderung lebih khusus. Berita yang
disampaikan melalui televisi tentunya akan lebih ekspresif karena masyarakat tidak
16
Mabruri, Anton. 2010. Manajemen Produksi Program Acara Televisi: Program Acara Televisi Nondrama, News & Sport. Depok: Mind 8 Publishing House. Hal.32.
13
hanya mendengar tetapi juga melihat ekspresi pembawa berita dalam menyampaikan
berita yang dibawanya.
Semua kemajuan lahir dari kritik, karena tanpa kritik, bangsa manusia tidak
akan mungkin bisa mencapai hasil yang kini telah dicapainya itu. (Kwant dalam
Sobur, 2001:193). Pesan kritik mengenai politik di pemerintahan, menjadi suatu
informasi yang paling berpengaruh bagi keadaan masyarakat suatu negara.
Pemerintah dan segala yang berhubungan dengan Negara menjadi suatu bahan
pemberitaan yang banyak disorot oleh media-media di Indonesia, karena kasus-kasus
politik tidak pernah ada habisnya seiring dengan dinamika yang terjadi di dalam
Negara tersebut.
Kejenuhan akan pemberitaan seperti ini mungkin saja terjadi dan dirasakan
oleh masyarakat. Berita yang tiada habisnya tentang keburukan yang dilakukan oleh
pemerintah menjadikan masyarakat jengah. Sebagian dari mereka melihat hal ini dan
memanfaatkan media televisi untuk melakukan kritik terhadap apa yang menjadi
keresahan mereka. Kritik adalah sesuatu bentuk kebebasan yang mesti „disesuaikan
dengan situasi dan kondisi‟ pada masa kebudayaan transisi ini. Sementara itu, Muladi
menilai, “Dinegara berkembang, kritik sering dilihat sebagai sesuatu yang tidak
loyal (disloyality). Padahal, masyarakat yang maju, kritik justru merupakan sesuatu
yang penting, sebagai masukan agar system politik menjadi lebih baik.“17
Stasiun televisi melihat fenomena ini dan membentuk suatu wadah yang
dapat menampung opini masyarakat melalui sebuah program acara. Dengan begitu,
televisi tidak hanya menyiarkan informasi namun dapat juga sebagai media penyalur
pesan kritik kepada khalayak.
Sebagai media penyalur pesan kritik, televisi tentunya juga memiliki
kemampuan untuk membentuk opini publik. Dalam kerangka pembentukan opini
publik, media massa umumnya melakukan tiga kegiatan sekaligus. Pertama,
17
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 194.
14
menggunakan simbol-simbol politik (language of politic). Kedua, melaksanakan
strategi pengemasan pesan (framing strategies). Ketiga, melakukan fungsi-fungsi
agenda media (agenda setting function). Ketika melakukan tiga tindakan tersebut,
boleh jadi sebuah media dipengaruhi oleh berbagai faktor internal berupa kebijakan
redaksional tertentu mengenai suatu kekuatan politik, kepentingan politik para
pengelola media, relasi media dengan sebuah kekuatan politik tertentu, dan faktor
eksternal seperti tekanan pasar pembaca atau pemirsa, sistem politik yang berlaku,
dan kekuasaan-kekuasaan luar lainnya. Dengan demikian, boleh jadi satu peristiwa
politik bisa menimbulkan opini publik yang berbeda-beda tergantung dari cara
masing-masing media melaksanakan tiga tindakan tersebut. 18
Media massa dalam menjalankan fungsinya sebagai pembentuk opini publik,
selalu dikaitkan dengan fungsi agenda setting. Teori yang dikemukakan oleh
Maxwell Mc Combs dan Donald Shaw ini menyebutkan bahwa “mass media have
the ability to transfer the salience of items on their news agendas to the public
agenda.”19
Dengan kata lain, jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka
media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.
5. Muatan Isu Politik dalam Pesan Kritik di Televisi
Informasi politik menjadi suatu informasi yang paling berpengaruh bagi
keadaan masyarakat suatu negara. Politik menjadi suatu bahan pemberitaan yang
cukup banyak disorot oleh media-media di Indonesia, karena keadaan politik
Indonesia yang tidak pernah “tidur” dari kasus-kasus yang berkaitan dengan dunia
politik.
Peristiwa politik selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan liputan.
Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan. Pertama, dewasa ini
politik berada di era mediasi yakni media massa, sehingga hampir mustahil
18
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Yayasan Obor Indonesia. Hal. 2. 19
Griffin, EM. 2003. A First Look At Communication Theory (Fifth Edition). Singapura: McGraw-Hill Co. Inc. Hal. 390.
15
kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Kedua, peristiwa politik
dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor politik lazimnya selalu
mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu belangsung rutin
belaka.20
Pemberitaan ataupun penginformasian politik di berbagai media di Indonesia
pun semakin banyak dan semakin mengembangkan program-program di medianya.
Tayangan-tayangan seputar informasi politik yang disampaikan di media pun
dilakukan dengan cara dan teknik penyampaian yang berbeda-beda sehingga masing-
masing media memiliki identitas masing-masing. Demikian pula halnya dengan
media televisi yang semakin banyak dan semakin memperluas jaringan penontonnya
dengan berbagai program penyampaian informasi yang dibuat semenarik mungkin.
Program-program informasi yang mayoritas dikemas dengan konsep berita ini
disampaikan dengan memperhatikan banyak hal sehingga dapat memperluas jaringan
dan antusiasme masyarakat untuk menonton program acara mereka.
Melihat hal tersebut, maka kemunculan Stand Up Comedy Show tentu
merupakan cara Metro TV untuk mencuri perhatian masyarakat dan sebagai
penyeimbang program acara lainnya yang cenderung bersifat lebih formal dan serius.
Walaupun format acara termasuk dalam genre komedi namun tidak menghilangkan
nilai berita yang terkandung di dalamnya. Pesan kritik yang disampaikan oleh Stand
Up Comedy Show menjadi wadah yang baik bagi isu politik yang kemudian
digunakan oleh Metro TV untuk menyebarkan informasi kepada khalayak.
E. KERANGKA KONSEP
Setelah melakukan penjabaran atas kerangka pemikiran untuk penelitian ini,
selanjutnya akan lebih dikerucutkan dalam sebuah kerangka konsep yang berakitan
dengan objek penelitian yaitu pesan kritik mengenai isu politik pada Stand Up
Comedy Show di Metro TV. Hal ini agar menjadi pedoman bagi peneliti untuk
20
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit. Hal. 1.
16
melakukan penelitian. Adapun kerangka konsep dari penelitian ini akan dijelaskan
pada poin-poin berikut:
1. Media Massa
Media massa memiliki peranan yang sangat penting dalam menyalurkan pesan
kepada khalayak. Dalam penelitian ini, bentuk media massa yang dimaksud adalah
televisi. Televisi diyakini sebagai media massa yang paling besar dampaknya dalam
kehidupan. Kemampuan televisi dalam menyampaikan pesan secara audio dan visual
lebih menarik perhatian khalayak. Selain itu, daya jangkau siaran yang lebih luas juga
membuat televisi menjadi media massa yang lebih unggul diantara media elektronik
lainnya. Di sisi lain, televisi merupakan payung besar yang menaungi banyak format
pesan yang disampaikan melalui sebuah program acara televisi. Dalam penelitian ini,
format yang dimaksud adalah program acara Stand Up Comedy Show.
2. Pesan Kritik
Pesan kritik merupakan suatu pesan yang berisi mengenai kecaman atau
tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk atas suatu kejadian.
Berdasarkan pengertian tersebut, pesan kritik tentunya terdapat dalam naskah Stand
Up Comedy Show. Akan tetapi, pengertian pesan kritik sendiri masih terlalu luas jika
kita mengaitkannya dengan penelitian ini. Untuk itu diperlukan pengerucutan atas
pesan kritik yang terdapat dalam naskah Stand Up Comedy Show. Isu politik yang
terjadi di Indonesia termasuk ke dalam pesan kritik dan akan di jelaskan pada poin
selanjutnya.
3. Isu Politik
Isu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah masalah yang
dikedepankan (untuk ditanggapi), pengertian selanjutnya adalah kabar yang tidak
jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya (kabar angin, desas-desus).
Merujuk pada pengertian tersebut, isu bisa disimpulkan sebagai suatu masalah yang
sedang ramai ditanggapi oleh banyak orang dan bersifat temporer. Dalam penelitian
ini, isu yang diangkat adalah isu politik yang berkaitan dengan pemerintah di
Indonesia. Berdasarkan pada pengertian isu sebelumnya, maka isu politik ialah suatu
17
masalah yang sedang ramai ditanggapi oleh masyarakat berkaitan dengan politik. Isu
tersebut menjadi menarik ketika disampaikan oleh Stand Up Comedy Show
mengingat program acara tersebut disiarkan oleh Metro TV dimana isu serupa
memang lekat dengan pemberitaannya dan pemilik Metro TV juga berkecimpung di
dalam dunia politik.
4. Komedi di Televisi
Komedi merupakan sandiwara ringan yang penuh dengan kelucuan yang
bertujuan untuk menyenangkan khalayak, tidak jarang kelucuan tersebut memuat
sindiran. Sebagai salah satu program acara televisi yang bersifat komedi, Stand Up
Comedy Show belakangan menjadi salah satu hiburan alternatif bagi masyarakat di
tengah program hiburan yang membosankan. Program acara ini juga menjadi cara
baru dalam menyampaikan pesan kritik kepada khalayak.
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Objek Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pesan kritik mengenai
isu politik disampaikan oleh comic 21
di Metro TV melalui acara Stand Up Comedy
Show. Acara tersebut disiarkan oleh Metro TV setiap hari Rabu pukul 22.30 WIB.
Adapun alasan mengapa Stand Up Comedy Show dipilih sebagai objek penelitian
adalah:
a. Eksistensi
Sejak dikenalnya Stand Up Comedy Show di Indonesia, acara ini telah
mengambil tempat sendiri di masyarakat dan menjadi alternatif hiburan di
tengah pusaran hiburan yang cenderung bersifat slapstick. Dengan mengusung
jargon “hiburan yang cerdas”, Stand Up Comedy Show memang memberikan
suguhan yang berbeda dari acara hiburan lainnya, tidak hanya mengundang
21
Comic adalah sebutan bagi para pelaku Stand Up Comedy. Biasa disebut juga dengan stand up comedian atau komika. Sumber: Wikipedia. Pelawak Tunggal. Terarsip di: http://id.wikipedia.org/wiki/Pelawak_tunggal
18
tawa namun diselipkan dengan informasi atau kritik atas suatu kejadian.
Eksistensi dari program acara ini kian digemari oleh masyarakat Indonesia,
terutama di kalangan mahasiswa.
b. Karakter
Sebuah situs pencarian informasi di internet menjelaskan mengenai
karakteristik Stand Up Comedy di Indonesia, yaitu:
“Characteristic of Stand Up Comedy in Indonesia there are innuendos
that appear in the joke, sarcasm typically theme of politics, culture,
education, and can also appear in allusions which aimed at a well-
known figure, that's the difference between Stand Up Comedy
Indonesia with other countries.”22
Melihat dari karakteristik yang dimiliki Stand Up Comedy Indonesia, kritik
sosial dengan sindirian dan sarkasme menjadi ciri utama dalam performa para
comic yang dibalut dengan lelucon agar dapat diterima oleh audiens. Format
acara Stand Up Comedy Show di Metro TV adalah satu orang comic berdiri
dengan memegang microphone dan berbicara di depan penonton dalam waktu
5 sampai 10 menit per segmen. Dalam satu episode biasanya terdapat tiga
segmen dengan tiga comic yang berbeda. Materi yang disampaikan biasanya
tidak fokus terhadap satu isu tetapi dalam satu kali pertunjukan bisa
mengangkat beberapa isu yang berbeda.
Alasan-alasan tersebut yang mendorong peneliti memilih Stand Up Comedy
Show menjadi objek penelitian. Sementara itu, objek spesifik dari penelitian ini
adalah naskah dengan tema yang menyangkut isu politik. Naskah merupakan „jiwa‟
dari program Stand Up Comedy Show, atas subjektifitas peneliti telah terpilih empat
segmen dari empat episode berbeda yang ditayangkan sejak awal mula keberadaan
Stand Up Comedy di Metro TV yaitu bulan September sampai dengan April 2012.
Pada rentang waktu tersebut isu politik di pemerintahan tengah marak
22
Wikipedia. 2012. Stand Up Comedy. Terarsip di: http://en.wikipedia.org/wiki/Stand-up_comedy.
19
diperbincangkan dan menjadi pemberitaan di segala media di Indonesia khususnya di
Metro TV itu sendiri.
Keempat segmen ini dilakukan oleh empat orang comic yang berbeda, yaitu,
Sammy dari episode tanggal 25 April 2012, Temon dari episode tanggal 16
November 2011, Soleh Solihun dari episode tanggal 4 April 2012 dan Rindra dari
episode 1 Februari 2012. Naskah-naskah tersebut dipilih karena mengandung isu-isu
politik yang menjadi objek dalam penelitian ini. Keempat naskah yang terpilih akan
diteliti dengan menggunakan metode yang akan dijelaskan pada poin selanjutnya.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kualitatif.
Menurut Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan
dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobsevasi dan menganalisis isi
perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih23
.
Lebih detail mengenai analisis isi kualitatif, Krippendorf menyebutkan, analisis
isi memiliki prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah. Analisis isi
merupakan suatu alat untuk memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru,
menyajikan fakta dan panduan praktis pelaksanaannya24
. Sedangkan Barcus
menyebutkan, secara teknis analisis isi mencakup upaya25
:
Klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi
Menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi
Menggunakan teknik analisis tertentu untuk membuat prediksi
Pada mulanya, analisis isi kuantitatif memang lebih dikenal dalam penelitian.
Analisis isi kuantitatif yang pertama dikenal adalah penelitian mengenai surat kabar.
23
Kriyantono, Rakhmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal 228. 24
Krippendorf, Klaus. 1991. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Rajawali Pers. Hal. 15. 25
Muhadjir, Noeng. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Hal 76.
20
Saat itu fakta-fakta yang digunakan dalam penelitian analisis isi harus bersifat
kuantitatif. Seiring dengan perkembangan media elektronik, ranah penelitian analisis
isi kemudian juga merambah pada bidang siaran radio, film, dan televisi. Selanjutnya,
analisis isi kini juga digunakan untuk meneliti buku ajar, serial komik, pidato, dan
periklanan26
. Perkembangan analisis isi kualitiatif kemudian terjadi karena banyak
pihak menganggap terdapat kekuarangan dalam penelitian analisis isi kuantitatif.
Tidak semua persoalan dapat dilihat secara kuantitatif.
Akhirnya, pertanyaan terbuka mulai digunakan dalam analisis isi kualitatif.
Metode ini terus berkembang hingga dimanfaatkan pula untuk menganalisis mitos,
cerita rakyat, dan teka-teki27
. Analisis isi kualitatif dapat diaplikasikan karena
memang pesan/teks sendiri mempunyai makna ganda yang bersifat ”terbuka”.
Artinya, penerimaan pesan satu orang dengan yang lainnya bisa saja berbeda. Oleh
karena itu, analisis isi kuantitatif yang bersifat ketat dan sangat obyektif menurut
angka-angka pun tidak selalu dapat digunakan28
.
Terdapat beberapa macam unit dalam analisis isi. Berelson menuliskan unit-unit
analisis isi sebagai berikut 29
:
a. Words, merupakan unit terkecil dalam analisis isi.
b. Theme, unit yang sedikit lebih luas daripada word. Merupakan kalimat
sederhana yang terdiri dari subyek dan predikat.
c. Character, unit ini kerap digunakan untuk menganalisis cerita, drama, dan
biografi.
d. Item, merupakan unit yang paling sering digunakan dalam penelitian analisis
isi. Kata ataupun kalimat dapat digunakan bersamaan dan saling berhubungan.
e. Space-and-Time Measures, unit analisis ini mempertimbangkan konteks
waktu dan tempat ketika pesan dibuat.
26
Krippendorf. Op. Cit. Hal 2-5. 27
Ibid. Hal 11. 28
Ibid. Hal 17. 29
Berelson, Bernard. 1952. Content Analysis in Communication Research. New York: Hafner Press. Hal 136-146.
21
f. The Inter-Relation of Units, gabungan dari unit-unit yang ada dalam
penelitian analisis isi. Beberapa unit digunakan secara bersamaan dalam
sebuah penelitian.
3. Unit Analisis dan Definisi Konsep
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe unit analisis milik Berelson
yang disesuaikan dengan konten Stand Up Comedy Show. Untuk membantu
proses penelitian, peneliti akan membagi kajian dalam dua garis besar, yakni
substansi dan teknis. Setiap unit kajian memiliki poin-poin untuk memperjelas
bagian yang ditekankan dalam penelitian. Lebih detailnya akan dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel 1.1
Unit Analisis dan Definisi Konsep
No. Unit Analisis Karakteristik Definisi Konsep
1. Substansi Tema Tema dipahami sebagai ide utama
dalam naskah. Penelitian ini akan
melihat bagaimana penyampaian
pesan kritik dalam Stand Up
Comedy Show. Peristiwa atau
pengetahuan seperti apa yang
dipilih oleh seorang comic untuk
dimasukkan dalam naskah mereka.
Isi Isi naskah berkaitan dengan
pengembangan cerita. Dalam
penelitian ini, akan dilihat
bagaimana cara seorang comic
dalam mengemas isu politik.
22
Latar Terdapat tiga latar dalam sebuah
naskah yakni tempat, waktu, dan
sosial budaya. Ketiga-tiganya
sama penting untuk membangun
pemahaman yang utuh pada
khalayak. Melalui unit
karakteristik ini, peneliti akan
melihat apakah ketiga latar
tersebut ada dalam naskah yang
disampaikan, dan bagaimana latar
tersebut diceritakan.
Tokoh Tokoh dalam konteks ini dipahami
sebagai oknum yang berkaitan
dengan isu yang sedang diangkat.
Oleh karena itu, menjadi penting
untuk mengetahui bagaimana latar
belakang tokoh yang diangkat ke
dalam naskah, mulai dari profesi
hingga lingkup geografisnya.
Pemilihan Diksi Poin ini akan melihat kata apa saja
yang digunakan seorang comic
dalam naskah Stand Up Comedy
Show.
2. Teknis
(Visual Image)
Gaya Bicara Gaya bicara adalah pendekatan
verbal yang digunakan seorang
comic dalam menyampaikan
pesannya kepada khalayak.
Gerak Tubuh Gerak tubuh adalah perwujudan
23
aksi tertentu yang dilakukan oleh
seorang comic dalam
menyampaikan pesan.
Ekspresi Ekspresi merupakan proses
pengungkapan maksud tertentu,
hal ini bisa sebagai representasi
atas pesan tentang keriangan,
keakraban, kekesalan, bahkan
kemarahan yang dirasakan oleh
comic dalam pertunjukannya.
Setting Setting merupakan ruang atau
tempat dilaksanakannya produksi
program acara Stand Up Comedy
Show.
4. Definisi Operasional
Karakteristik yang telah dituliskan dalam unit analisis merupakan sudut
pandang yang akan digunakan untuk menganalisis naskah dalam Stand Up
Comedy Show. Adapun bagian ini akan menjelaskan lebih lanjut hubungan antara
karakteristik dengan naskah dan rekaman video yang akan diteliti.
Tema
Tema yang diangkat dalam naskah Stand Up Comedy Show merupakan
representasi atas situasi yang sedang terjadi saat itu. Penelitian ini akan
mencoba melihat pendekatan yang dilakukan oleh comic dalam membawakan
materinya.
24
Isi
Isi merupakan bagian dari naskah yang berkaitan dengan pesan kritik yang
disampaikan oleh comic dalam Stand Up Comedy Show. Isi memiliki peran
yang cukup krusial dalam penelitian ini, isi di sini adalah pengembangan
cerita mengenai isu-isu yang menjadi perbincangan di masyarakat.
Latar
Latar digunakan oleh comic sebagai keterangan untuk menjelaskan situasi
yang terjadi di dalam naskah. Latar sangat penting perannya dalam
membangun pemahaman bagi penonton. Latar yang digunakan dalam naskah
Stand Up Comedy Show tentunya merupakan peristiwa yang berkaitan dengan
isu politik yang terjadi di Indonesia kurun waktu September 2011 hingga
April 2012.
Tokoh
Adapun yang dimaksud dengan tokoh dalam penelitian ini adalah oknum-
oknum yang menjadi sasaran kritik oleh para comic. Tokoh di sini berasal dari
berbagai kalangan, tidak hanya pemerintah namun masyarakat sendiri juga
bisa menjadi bahan kritikan.
Pemilihan Diksi
Pemilihan diksi ini akan melihat kata apa saja yang digunakan seorang comic
dalam Stand Up Comedy Show. Selain itu, penggunaan bahasa juga termasuk
ke dalamnya, apakah menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah dalam
naskah mereka.
Gaya Bicara
Gaya bicara merupakan cara comic dalam berbicara kepada penonton dalam
membawakan pertunjukan Stand Up Comedy Show. Gaya bicara berhubungan
dengan penekanan yang dilakukan seorang comic dalam menyampaikan
pesan, meliputi: pemilihan kata, pemilihan kata sapa, dan pemilihan gaya
bicara formal atau informal.
25
Gerak Tubuh
Gerak tubuh meliputi perwujudan aksi tertentu yang dibarengi oleh ekspresi
dan ucapan seorang comic. Gerak tubuh juga menjadi penekanan atas suatu
pesan dalam Stand Up Comedy Show.
Ekspresi
Ekspresi di sini merupakan ekspresi wajah comic dalam membawakan materi
Stand Up Comedy Show. Ekspresi juga berkaitan dengan gerak tubuh, namun
dalam pesan tertentu ekspresi wajah comic akan lebih jelas terlihat hal ini
dapat diketahui melalui teknik pengambilan gambar dalam rekaman video.
Setting
Setting atau ruang yang digunakan dalam produksi acara Stand Up Comedy
Show memiliki andil dalam penyampaian pesan kepada penonton. Sebagian
besar program ini memang diproduksi di dalam studio Metro TV, tapi ada juga
rekaman yang dilakukan di luar studio tergantung situasi yang sedang terjadi
dan tujuan yang dimiliki stasiun televisi tersebut.
5. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah video taping tayangan Stand
Up Comedy Show. Sedangkan data sekunder berasal dari studi pustaka yang
dilakukan untuk memperoleh data pendukung dari literatur atau buku-buku,
laporan studi terdahulu, makalah, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik
cetak maupun elektronik, yang dibutuhkan dan berhubungan dengan objek
penelitian.
Berdasarkan uraian sumber data di atas, secara umum langkah-langkah
pengumpulan data dapat dijelaskan sebagai berikut:
Mengumpulkan materi rekaman video (video taping) yang
menyangkut isu politik yang berkaitan dengan pemerintah selama
26
bulan September 2011 hingga April 2012 yang didapat peneliti dari
website Metro TV (www.metrotvnews.com).
Mengubah materi video menjadi naskah teks (transkrip).
Menentukan materi naskah yang menarik dan kontributif dalam
penelitian untuk dianalisis.
Mengkaji materi yang telah dipilih
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung data-data
yang telah didapat dari tayangan Stand Up Comedy Show. ”Menghitung” dalam
arti kuantitatif memang didasarkan pada frekuensi, sedang dalam arti kualitatif
menyangkut pemaknaan dan mencari arti, diangkat dari intensitas kejadiannya30
.
Jadi, bisa dikatakan penghitungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pemaparan mengenai kecenderungan yang ditemukan dalam tiap unit penelitian.
Dalam penelitian ini, penggunaan analisis isi secara kualitatif akan lebih
banyak ditekankan pada bagaimana simbol-simbol yang ada dalam tayangan
Stand Up Comedy Show terbaca dalam interaksi sosial serta bagaimana simbol-
simbol itu terbaca dan dianalisis oleh peneliti. Peneliti akan melakukan analisis
secara objektif serta menggunakan pendekatan sistematis, sehingga tidak keluar
dari koridor unit analisis yang telah ditentukan.
30
Muhadjir. Op. Cit. Hal 77-78.