Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap bangsa memiliki sejarah perjuangan negaranya, baik itu
perjuangan secara gerilya maupun tidak dan dibalik perjuangan suatu negara pasti
ada sosok pahlawan yang rela berkorban demi tanah airnya. Pada masa penjajahan
di Indonesia, kehidupan masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan dan hal itu
menggerakan hati para pemuda bangsa untuk melawan para penjajah, sehingga
sekitar tahun 1908 lahirlah berbagai organisasi gerakan pemuda yang berjuang
untuk meraih kemerdekaan.
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi keagamaan yang
memiliki peran penting dalam perjuangan bangsa Indonesia. Muhammadiyah lahir
di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 18 November 1912 oleh
Muhammad Darwis atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai Haji Ahmad
Dahlan.Kelahiran Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dari sikap, pemikiran,
dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham
Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid
yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang
khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari (Ahmad
dan Mustafa, 2000: 76).
Mulai dari awal berdirinya hingga saat ini, Muhammadiyah telah banyak
melahirkan pahlawan dan tokoh nasional bangsa, salah satunya yaitu Jenderal
Soedirman (1916-1950).Soedirman sebenanya keturunan ‘wong cilik’ yaitu dari
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
2
pasangan Karsid Kartowiroji dan Siyem. Ia dilahirkan di desa Bodaskarangjati,
Purbalingga pada tanggal 24 Januari 1916, kemudian beliau diangkat anak oleh
keluarga Cokrosunaryo yang merupakan seorang camat di Kecamatan Rembang.
Cokrosunaryo juga yang memberikan nama Soedirman, beliau mengangkat
Soedirman sebagai anak dengan harapan agar kelak Soedirman bisa sekolah dan
menjadi orang terpandang, berguna bagi agama, masyarakat, dan negara. Istri
Cokrosunaryo tidak lain merupakan kakak dari Siyem (Dianrana, 2014: 1).
Sardiman (2008: 11) dalam bukunya yang berjudul Guru Bangsa Sebuah
Biografi Jenderal Soedirman disebutkan bahwa ketika Soedirman berusia sekitar
setengah tahun, Soedirman dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Cilacap
karena Cokrosunaryo pensiun dari jabatan camat di Rembang dan akan diangkat
menjadi Penasihat Pengadilan Negeri Cilacap. Keluarga Cokrosunaryo tinggal di
Kampung Manggisan, Cilacap. Di kampung inilah Soedirman dididik dan
dibesarkan di dalam keluarga Cokrosunaryo, Ia kemudian tumbuh menjadi
pemuda yang disegani oleh masyarakat karena sifat dan kepribadiannya yang
luhur.
Jenderal Soedirman dikenal sebagai Bapak Tentara Nasional Indonesia
(TNI) karena sosoknya yang sangat disiplin, tegas, bertanggung jawab, teguh
pendirian dan memiliki semangat yang tinggi, Selain itu, Ia juga dikenal dekat
dengan para anak buahnya, sifatnya yang arif dan kebapakan membuatnya
menjadi suri tauladan bagi tentara yang lain. Namun dibalik sifat kepimpinannya
itu, belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa ia juga memiliki pribadi
yang religius. Soedirman tumbuh ditengah masyarakat Jawa yang mayoritas
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
3
beragama Islam, sejak kecil ia biasa pergi ke langgar untuk mengaji dan belajar
pengetahuan agama Islam, sehingga sampai dewasa ia selalu menjaga
kesalehannya. Ketika menginjak usia remaja, Soedirman menjadi pemuda aktivis
Persyarikatan Muhammadiyah di Cilacap. Soedirman memiliki tingkat keislaman
dan kemuhammadiyahan yang sangat kuat dan telah dijadikan pedoman hidup
serta tuntunan dalam perjuangannya melawan penjajah (Sardiman, 2000: 2).
Berkaitan dengan teori Max Weber yang menyatakan bahwa pemikiran
agama sangat berpengaruh bagi perkembangan aspek material (kehidupan di dunia
ini), baik politik, ekonomi, sosial, maupun budaya atau dengan kata lain, ada
hubungan yang sangat signifikan antara kemajuan dalam bidang pemikiran
(immaterial) dan kemajuan dalam bidang material, teori tersebut menegaskan
bahwa adanya kaitan antara ajaran agama dengan aktivitas politik, ekonomi, sosial
maupun budaya.Agama merupakan sistem sosial yang sudah terlembaga dalam
setiap masyarakat. Secara mendasar agama menjadi norma yang mengikat dalam
keseharian dan menjadi pedoman dari sebagian konsep ideal. Ajaran-ajaran agama
yang telah dipahami dapat menjadi pendorong kehidupan individu sebagai acuan
dalam berinteraksi kepada Tuhan, sesama manusia maupun alam sekitarnya.
Ajaran itu bisa diterapkan dalam mendorong perilaku ekonomi, sosial dan budaya
(Nanat Fatah, 1999: 45). Soedirman adalah salah satu tokoh yang berhasil
menerapkan ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Riwayat hidup dan perjuangan Jenderal Soedirman baik dari segi sosial
kemasyarakatan maupun politik sangat menarik dan bermanfaat untuk diteliti.
Oleh karena itu, pada penelitian skripsi ini peneliti mengambil judul “Sejarah
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
4
Hidup Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai Kader Muhammadiyah dan
Pahlawan Kemerdekaan Republik Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang yang ada, maka penulis dapat membatasi dan
merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan ini. Adapun
rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kondisi daerah sekitar tempat tinggal Panglima Besar Jenderal
Soedirman di Cilacap, Jawa Tengah?
2. Bagaimana Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai kader
Muhammadiyah?
3. Bagaimana perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai Pahlawan
Kemerdekaan Republik Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui kondisi daerah sekitar tempat tinggal Panglima Besar Jenderal
Soedirman di Cilacap, Jawa Tengah.
2. Mengetahui Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai kader
Muhammadiyah.
3. Mengetahui perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai
Pahlawan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
5
D. Manfaat Penulisan
Dari tujuan diadakannya penulisan maka adapun manfaat yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
a. Memperkaya khasanah penelitian sejarah, khususnya sejarah perjuangan
kemerdekaan Republik Indonesia.
b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang relevan, khususnya
yang berkaitan dengan panglima besar Jenderal Soedirman.
c. Memberikan bekal tambahan pengetahuan baik bagi penulis sendiri maupun
bagi para pembaca umumnya yang ingin mengetahui sejarah hidup panglima
besar Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah dan pahlawan
kemerdekaan Republik Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai wahana dalam mengenal lebih jauh peranan dan perjuangan Jenderal
Soedirman sebagai kader Muhammadiyah
b. Memberikan contoh keteladan bagi para pembaca dan masyarakat melalui
ketokohan Soedirman.
E. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian yang relevan tentang biografi Jenderal Soedirman
memang telah banyak dilakukan, akan tetapi baru sedikit penelitian yang
menuliskan tentang sejarah hidup Jenderal Soedirman sebagai kader
Muhammadiyah, misalnya yang dilakukan oleh Sardiman (2000). Sebagian besar
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
6
penelitian menuliskan tentang perjuangan Jenderal Soedirman dalam bidang
politik saja karena belum banyak masyarakat yang mengetahui kehidupan
Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah.
Rumini (2002: 53) dalam skripsinya yang berjudul “Polemik Tempat
Kelahiran Jenderal Soedirman di Kecamatan Rembang” menjelaskan tentang
polemik kelahiran Soedirman antara Desa Bodaskarangjati dan Dukuh Rembang
Desa Bantar Barang. Penelitian tersebut hanya membahas tentang tempat
kelahiran Soedirman yang menurut beberapa sumber menyatakan bahwa
Soedirman lahir di desa Bodaskarangjati, sedangkan sumber yang lain
menyatakan beliau lahir di dukuh Rembang desa Bantar Baran. Berkaitan dengan
penelitian tersebut Siti Mudrikah (2002: 48) dalam skripsinya yang berjudul
“Polemik-Polemik Kehidupan Jenderal Soedirman” menjelaskan tentang
kehidupan Jenderal Sodirman mulai dari tempat lahir sampai pemakamannya di
Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.Penulisan ini lebih berkonsentrasi
pada polemik-polemik kehidupan Jenderal Soedirman mulai dari polemik
kelahiran, polemik masa kecil, dan polemik dalam dinas ketentaraan, didalamnya
belum menjelaskan tentang kehidupan Soedirman pada saat menjadi kader
Muhammadiyah.
Khamidah (2008: 70) juga telah melakukan penelitian yang berjudul
“Perjuangan Jenderal Soedirman Pada Masa Revolusi Fisik (1945-1950)” dalam
penelitian tersebut dijelaskan secara khusus perjuangan Jenderal Soedirman
setelah kemerdekaan terutama pada masa revolusi fisik Indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaan. Penelitian tersebut juga menjelaskan bagaimana
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
7
sifat kepemimpinan Soedirman yang mencontoh Rasululloh dan memiliki
semangat berjihad dalam perang gerilya. Selain itu, penelitian yang berkaitan
dengan kepemimpinan Soedirman dalam kehidupan sosial telah dilakukan oleh
Sardiman (1998: 7) dalam penelitian yang berjudul “Kepemimpinan Sudirman
dalam Konteks Sosial Kemasyarakatan.” Penelitian tersebut menjelaskan cukup
banyak mulai dari latar belakang keluarga dan pendidikan Soedirman, keaktifan
beliau dibeberapa organisasi, sampai pada tipe kepemimpinan beliau dalam
konteks sosial kemasyarakatan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada
penelitian sebelumnya telah dibahas tentang adanya polemik tempat lahir,
kehidupan masa kecil Soedirman sampai pemakamannya dan kepemimpinan
beliau dalam perang serta sifat ketokohannya dalam masyarakat. Di dalam
penelitian skripsi ini akan dibahas lebih mendalam tentang sejarah hidup
Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah dan juga
perjuangannya sebagai pahlawan kemerdekaan RI. Perbedaan lainnya yaitu dalam
penelitian ini kita juga akan mengetahui keadaan gedung atau masjid yang dulu
digunakan oleh Soedirman saat menjadi kader Muhammadiyah. Pada umumnya,
belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa kekuatan dan semangat
perjuangan Jenderal Soedirman sangat dipengaruhi oleh nilai agama dan peran
aktifnya di Muhammadiyah, oleh karena itu penelitian ini penting untuk
dilakukan.
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
8
F. Landasan Teori dan Pendekatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kader adalah orang
yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam pemerintahan, partai,
dan sebagainya. Iwan Setiawan (2004: 1-2) juga menyatakan pengertian kader
adalah sekelompok orang yang terorganisasi secara terus menerus dan akan
menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar. Menurut Mutohharun
(2014: 6) menjelaskan pengertian elite dan kader, elite adalah bagian yang terpilih
dan yang terbaik karena telah terlatih sedangkan kader adalah kelompok manusia
yang terbaik karena terpilih, merupakan inti dari kelompok yang lebih besar dan
terorganisasi secara permanen. Pengertian kader dalam Muhammadiyah adalah
semua komponen dalam Muhammadiyah yang menjadi tulang punggung dan
penggerak terhadap roda-roda persyarikatan Muhammadiyah secara
keseluruhan.Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa kader
adalah orang atau sekelompok orang yang memegang peran penting dalam
perkembangan dan kemajuan suatu organisasi, perserikatan dan sebagainya.
Kader-kader Muhammadiyah muncul lewat dua jalan. Pertama adalah
kader dari dalam Muhammadiyah, dalam pengertian ini kader dari dalam adalah
kader-kader yang berasal dari keluarga besar Muhammadiyah. Kader ini biasanya
berasal orang tua yang kader Muhammadiyah dan diwariskan kepada anaknya
lewat pendidikan sekolah Muhammadiyah dan dalam keluarga yang menjadikan
mereka kader Muhammadiyah. Kedua adalah kader yang muncul dari luar
keluarga besar Muhammadiyah, seperti kader yang baik orang tua dan
kampungnya bukan dari Muhammadiyah. Tetapi karena ia bersekolah atau
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
9
bergaul dengan kader-kader Muhammadiyah, lalu ia menjadi aktif di
Muhammadiyah. Dalam hal ini contohnya yaitu Jenderal Soedirman.
Dalam segi etos kerjanya, kader-kader Muhammadiyah ada dua, Pertama
kader militan. Kader militan adalah kader yang mempunyai semangat untuk
menjaga dan menggerakkan persyarikatan Muhammadiyah dengan sepenuh
tenaga dan keikhlasannya. Kader yang militan ini tidak akan mengurangi kegiatan
mereka di Muhammadiyah, walaupun ada pekerjaan di luar persyarikatan yang
menunggu. Mereka dengan setia mampu menjaga semangat dan loyalitas dalam
melaksanakan tugas yang telah diemban dalam persyarikatan. Kedua adalah kader
sesaat. Kader sesaat adalah kader yang mempunyai semangat untuk aktif di dalam
persariakatan Muhammadiyah tetapi sesaat saja. Hal ini terjadi karena kegiatan
atau pekerjaan yang membuat mereka tidak bisa maksimal di Muhammadiyah
(Iwan Setiawan, 2004: 2). Berdasarkan dari penjelasan tersebut diatas maka dapat
kita ketahui bahwa Soedirman merupakan kader militan Muhammadiyah yang
berasal dari luar keluarga besar Muhammadiyah. Keluarga Soedirman baik orang
tua kandung maupun Cokrosunaryo sebagai ayah angkatnya bukan merupakan
anggota Muhammadiyah saat itu, tetapi ia memiliki semangat yang kuat dalam
mempelajari ilmu agama dan mengembangkannya melalui Muhammadiyah.
Selain sebagai kader militan Muhammadiyah, Soedirman juga dikenal
sebagai pahlawan bagi bangsa Indonesia. Dalam bukunya Helden en Helden
Vereeing, Thomas Carlyle menjelaskan bahwa pahlawan sebagai sumber dari
segala perubahan, pahlawan adalah manusia besar yang mengubah sejarah umat
manusia.Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001) pahlawan
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
10
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu phala-wan yang berarti orang yang dari
dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan
agama) adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya
dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani.
Pahlawan sering dikaitkan dengan seseorang yang memiliki prestasi atau
yang berhasil dalam bidang kemiliteran. Pada umumnya pahlawan adalah
seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa atau umat manusia
tanpa menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia, sehingga rela berkorban
demi tercapainya tujuan dengan dilandasi keikhlasan dan oleh sikap tanpa pamrih.
Kategori pahlawan tergantung dari prestasi yang telah dilakukannya, antara lain
pahlawan kemanusiaan, pahlawan nasional, pahlaan perintis kemerdekaan,
pahlawan revolusi, pahlawan proklamasi dan sebagainya.
Pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang
berjuang melawan penjajah di wilayah Indonesia atau yang telah gugur demi
membela bangsa dan negara atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan
kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi
pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Gelar pahlawan
nasional ditetapkan oleh presiden, dalam UU No. 20 Tahun 2009 disebutkan
bahwa gelar Pahlawan nasional mencakup semua jenis gelar yang pernah
diberikan sebelumnya, yaitu: Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Pahlawan
Proklamator, Pahlawan Kebangkitan Nasional, Pahlawan Revolusi.
Soedirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa
ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
11
kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia
selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa,
dan negara. Oleh karena itu, pada 10 Desember 1964, Soedirman ditetapkan
sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden No.314/TK/Tahun
1964.
Pada penelitian yang berjudul “Biografi Panglima Besar Jenderal
Soedirman sebagai Kader Muhammadiyah dan Pahlawan Kemerdekaan Republik
Indonesia”, peneliti menggunakan pendekatan dalam menyusun penelitian ini,
yaitu pendekatan behavioral. Penelitian ini merupakan bagian dari penulisan
biografi karena subjek dalam penelitian ini adalah manusia dalam konteks
pribadinya, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Untuk
memahami pribadi seseorang sangat dibutuhkan pengetahuan tentang latar
belakang lingkungan sosio-kultural tempat tokoh tersebut dibesarkan (Sartono,
1992: 77). Selain itu, untuk mengetahui bagaimana kepribadian suatu tokoh
diperlukan suatu analisis psikologis, agar segi emosional, moral dan intelektual
serta pandangan hidup tokoh tersebut semakin tampak jelas. Oleh karena itu,
untuk membahas tokoh seperti Jenderal Soedirman ini diperlukan suatu
pendekatan behavioral.
Menurut Koentjaraningrat (1985: 103-109) menyatakan bahwa
pendekatan behavioral tidak hanya dipahami sebagai pattern of behavior yang
instrinsik, tetapi sesuai dengan personality yang mempunyai unsur-unsur seperti
unsur perasaan, keyakinan dan dorongan. Pola-pola tingkah laku harus
ditempatkan pada tataran yang interaktif, hal ini berarti unsur lingkungan menjadi
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
12
sangat penting. Dalam hal ini lingkungan diartikan sebagai faktor yang ikut
membentuk kepribadian tokoh Soedirman, juga realitas lingkungan yang
ditafsirkan oleh tokoh itu untuk memberikan penilaian dan respon.
Dengan pendekatan behavioral di atas, maka diharapkan penulis dapat
menyusun penelitian skripsi ini dengan obyektif serta tetap memperhatikan
kaidah-kaidah penulisan sejarah sehingga tidak mengaburkan karakteristik
disiplin ilmu sejarah.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam tulisan ini adalah metode sejarah
yaitu menguji dan manganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa
lampau untuk memahami peristiwa yang terjadi untuk merekonstruksi peristiwa
masa lampau secara imajinatif. Adapun tahap-tahap metode sejarah adalah
sebagai berikut.
1. Heuristik
Heuristik merupakan sebuah tahapan untuk mencari dan menemukan
sumber yang memuat data dan informasi lisan mengenai masalah yang diangkat,
baik tertulis maupun tidak tertulis yang disesuaikan dengan jenis sejarah yang
akan ditulis (Kuntowijoyo, 1995: 94). Menurut sifatnya sumber sejarah dapat
dibedakan menjadi dua sebagaimana uraian berikut ini.
a. Sumber Primer
Gottschalk mendefinisikan sumber primer sebagai kesaksian dari saksi
dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain, atau dengan
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
13
alat mekanis. Sumber primer merupakan saksi pandangan mata atas peristiwa
yang terjadi. Sebagai lapaoran pandangan mata maka sumber primer harus
dihasilkan oleh pelaku atau orang sezaman dengan peristiwa yang dikisahkan.
Sumber primer merupakan salah satu saksi mata atau orang yang melihat
kejadian tersebut secara langsung dan wawancara dengan penyaksi sejarah, yaitu
masyarakat sekitar tempat tinggal Jenderal Soedirman di kampung Manggisan
Cilacap, Jawa Tengah. Sumber primer tersebut merupakan salah satu tumpuan
sejarawan untuk memperoleh pengetahuan tentang latar belakang untuk menggali
dokumen dokumen yang sejaman. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber
primer yaitu Bapak Rokhim dan Bapak Ambar, karena beliau berdua merupakan
sepupu Jenderal Soedirman dan pernah menyaksikan beberapa peristiwa yang
dialami oleh Soedirman ketika beliau menjadi kader Muhammadiyah dan
berjuang merebut kemerdekaan RI.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder memanfaatkan semua literatur yang berkaitan dengan
Biografi Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah. Menurut bahannya,
sumber sekunder dibagi menjadi dua kategori, yaitu sumber tertulis (dokumen)
dan sumber tidak tertulis (artifact). Dalam penulisan ini, penulis melakukan
penelusuran pustaka, baik buku-buku atau jurnal diberbagai perpustakaan antara
lain di perpustakaan UMP, laboraturium sejarah UMP, perpustakaan daerah
Cilacap, dan tempat-tempat lainnya yang menyediakan data yang terkait dengan
penulisan ini.
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
14
2. Kritik
Kritik sendiri terbagi menjadi dua, pertama kritik ekstern, yaitu kritik
yang dilakukan dari sisi luar (otensititas dari sumber) dalam hal ini penulis
melakukan kritik terhadap informan. Kedua adalah kritik intern, yaitu kritik dari
dalam (mengcek kredibilitas dari isi sumber) informasi yang telah diberikan oleh
nara sumber dengan melihat kejiwaan serta kebenaran informasi itu sendiri.
Tujuan yang hendak dicapai dalam tahap ini adalah untuk memilih sumber yang
relevan dengan masalah yang dikaji (Kuntowijoyo, 1995: 98)
3. Interpretasi
Tahap selanjutnya adalah melakukan interpretasi (penafsiran) terhadap
data tersebut. Tahap ini sering disebut sumber subyektifitas, karena menurut
Kuntowijoyo (1995: 100) pendapat tersebut sebagian benar dan sebagian salah.
Interpretasi sebagai subyektifitas dikatakan benar karena tanpa sejarawan, data
tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan
keterangan dari mana data itu diperoleh. Orang lain dapat melihat kembali dan
menafsirkan ulang. Itulah subyektifitas penulis sejarah diakui, tapi untuk
dihindari. Interpretasi mengandung maksud sebagai penafsiran terhadap data yang
terkumpul setelah diakukan penjelasan atau menguji sumber (kritik sumber).
Dengan kata lain dalam interpretasi data-data dirangkum menjadi kata-kata.
4. Historiografi
Historiografi adalah proses penysunan fakta-fakta sejarah dari berbagai
sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk skripsi (rekonstruksi) sejarah.
Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
15
menyadari bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya,
tetapi juga untuk dibaca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan
struktur gaya bahasanya. Penulis sejarah harus menjadikan orang lain dapat
mengerti pokok-pokok pikiran yang dihadirkan oleh penulisnya. Pada tahap ini
penulis melakukan penulisan sehingga dapat menjadi karya tulis ilmiah yang
sesuai dengan ketentuan keilmuan (Kuntowijoyo, 1995: 102).
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini disusun kedalam lima bab, berikut penjelasan
dari masing-masing bab tersebut.
Bab satu pendahuluan, berisi penjelasan latar belakang masalah,
perumusan masalah, yang merupakan permasalahan-permasalahan masalah yang
telah dibahas, tinjauan pustaka, tujuan penulisan, manfaat penulisan, landasan
teori dan pendekatan, metode penulisan serta sistematika penyajian yang
merupakan gambaran singkat mengenai urutan pembahasan dari penulisan skripsi.
Bab dua berisi tentang kondisi daerah sekitar tempat tinggal Panglima
Besar Jenderal Soedirman. Pada bab ini di kaji tentang kondisi geografis, kondisi
sosial ekonomi dan Cilacap pada awal abad ke-20 sampai masa pendudukan
Jepang,meliputi kondisi geografis, kondisi ekonomi dan sosial masyarakatnya.
Bab tiga berisi tentang Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman
sebagai kader Muhammadiyah. Pada bab ini dikaji tentang Soedirman sebagai
Pandu Muhammadiyah, Soedirman sebagai Pemuda Muhammadiyah, Soedirman
sebagai Guru Muhammadiyah, Soedirman sebagai Da’i Muhammadiyah.
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014
16
Bab empat berisi tentang perjuangan Panglima Besar Jenderal Sodirman
sebagai pahlawan Kemerdekaan RI. Pada bab ini dikaji tentang perjuangan
Soedirman dalam proklamasi kemerdekaan, perjuangan Soedirman pada masa
revolusi, perjuangan Soedirman dalam memimpin perang gerilya.
Bab lima berisi tentang simpulan dan saran dari penelitian skripsi yang
telah dilakukan.
Biografi Panglima Besar..., Bagus Dwi Cahyo, FKIP, UMP, 2014