17
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Karena ketidakmampuan manusia sebagai makhluk sosial inilah yang membuat manusia harus berkomunikasi dalam hidupnya. Seluruh manusia dipermukaan bumi ini akan melakukan komunikasi untuk keberlangsungan hidupnya. Komunikasi ada dimanan-mana: di rumah, ketika anggota-anggota keluarga berbincang di meja makan; di kampus, ketika mahasiswa-mahasiswa berdiskusi hasil tentamen; di kantor, ketika kepala seksi membagi-bagi tugas; di mesjid, ketika muballigh berkhutbah; di DPR, ketika wakil-wakil rakyat memutuskan nasib bangsa; juga di taman-taman ketika seorang pecinta mengungkapkan rindu dendamnya. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi menentukan kualitas hidup kita. 1 Kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari pengaruh komunikasi dengan orang lain, baik itu melalui pesan-pesan yang diterima dari orang lain yang tidak dikenalnya. Oleh karena itu jika kita memperhatikan secara seksama, komunikasi memiliki peran yang urgen di dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bentuk dari interaksi yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Setiap orang yang hidup dalam bermasyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relation) masyarakat. Paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang karena berhubungan menimbulkan interaksi sosial (social 1 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Cet. XXVI (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. vii.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan manusia

sehari-hari. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak dapat hidup sendiri

tanpa bantuan orang lain. Karena ketidakmampuan manusia sebagai makhluk

sosial inilah yang membuat manusia harus berkomunikasi dalam hidupnya.

Seluruh manusia dipermukaan bumi ini akan melakukan komunikasi untuk

keberlangsungan hidupnya.

Komunikasi ada dimanan-mana: di rumah, ketika anggota-anggota

keluarga berbincang di meja makan; di kampus, ketika mahasiswa-mahasiswa

berdiskusi hasil tentamen; di kantor, ketika kepala seksi membagi-bagi tugas; di

mesjid, ketika muballigh berkhutbah; di DPR, ketika wakil-wakil rakyat

memutuskan nasib bangsa; juga di taman-taman ketika seorang pecinta

mengungkapkan rindu dendamnya. Komunikasi menyentuh segala aspek

kehidupan kita. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun kita

digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi menentukan kualitas hidup kita.1

Kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari pengaruh komunikasi

dengan orang lain, baik itu melalui pesan-pesan yang diterima dari orang lain

yang tidak dikenalnya. Oleh karena itu jika kita memperhatikan secara seksama,

komunikasi memiliki peran yang urgen di dalam kehidupan manusia. Komunikasi

merupakan bentuk dari interaksi yang harus dilakukan oleh setiap manusia.

Setiap orang yang hidup dalam bermasyarakat, sejak bangun tidur sampai

tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya

komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relation)

masyarakat. Paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu

sama lain yang karena berhubungan menimbulkan interaksi sosial (social

1 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Cet. XXVI (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2008), h. vii.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

2

2

interaction). terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi

(intercommunication).2

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari

kata Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Sama di sini maksudnya adalah sama makna.3 Hal yang senada diungkapkan oleh

Hafied Cangara, komunikasi berpangkal pada perkataan Latin communis yang

artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang

atau lebih.4 Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang

kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau

perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.5

Melihat pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa tujuan dari

komunikasi yaitu untuk memberi tahu dan mengubah sikap, pendapat atau

perilaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan sebagai

informatif dan persuasif.

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga

halnya bagi suatu organisasi/nstansi/lembaga. Dengan adanya komunikasi yang

baik dalam suatu organisasi maka organisasi/instansi/lembaga tersebut dapat

berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Kurangnya atau tidak

adanya komunikasi yang baik dalam suatu organisasi, organisasi itu dapat

berantakan.6

Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan salah satu lembaga atau

instansi yang melakukan kegiatan komunikasi kepada masyarakat dalam

melakukan penyuluhan tentang narkoba. Seorang penyuluh7 narkoba sebagai

2 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Cet. V, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002), h. 3. 3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Cet. XXIII, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 9. 4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cet. XII, (Jakarta: PT.Rajagrafindo,

2011), h. 18. 5 Effendy, Dinamika, h. 5.

6 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi,Cet. XII, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.1.

7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional

Narkotika Kota Langsa yaitu, seksi pencegahan, seksi pemberdayaaan masyarakat yang

membawahi tim medis dan rehabilitasi, seksi pemberantasan serta penyuluh Non PNS yang berada

pada Badan Narkotika Kota Langsa.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

3

3

komunikator tentunya akan memberikan informasi yang berkaitan dengan

narkotika serta mempengaruhi seseorang yang akan disuluh demi terlaksananya

visi dan misi dari Badan Nasional Narkotika, yaitu:8

Visi: : Bersama mewujudkan Indonesia bebas narkoba tahun 2015

Misi : Melakukan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba secara komprehensif dan sinergis

Tujuan : Terwujudnya Indonesia bebas narkoba tahun 2015

Sasaran : Meningkatnya jumlah masyarakat yang imun, menurunkan angka

pravalensi penyalahgunaan narkoba dibawah 2,8% dari jumlah

penduduk Indonesia, dan meningkatnya pengungkapan jaringan

peredaran gelap narkoba pada akhir tahun 2015

Direktur Penindakan dan Pengejaran Narkoba Badan Narkotika Nasional,

Benny Joshua Mamoto, mengatakan jumlah pengguna narkoba di tanah air

mencapai 3,8 juta orang. Data ini dihimpun berdasarkan penelitian Badan

Narkotika Nasional dengan Universitas Indonesia tahun 2011.9

Badan Narkotika Nasional adalah sebuah lembaga non-struktural

Indonesia yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Presiden Republik Indonesia. Badan Narkotika Nasional dibentuk berdasarkan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2002 (yang kemudian

diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007).

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2010 tentang Tugas Badan Nasional Narkotika diantaranya:10

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika.

2. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika.

8BNN Kota Langsa

9BNN, “3,8 Juta Warga Indonesia Gunakan Narkoba” dalam Harian Tempo (15 Maret

2012) 10

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika

nasional BAB I Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Wewenang Pasal 2.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

4

4

3. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Republik Negara Indonesia

dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika.

4. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial pecandu narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat.

5. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.

6. Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam

pencegahan dan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

7. Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun

internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap narkotika

dan prekursor narkotika.

8. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor narkotika.

9. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.

10. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

Sesuai Dengan tugas Badan Nasional Narkotika yang telah disebutkan

diatas yang bertujuan agar Indonesia bebas narkoba di tahun 2015, maka perlu

diadakan kegiatan komunikasi demi terlaksananya misi tersebut. Dalam

pelaksanaan misi ini melibatkan penyuluh sebagai komunikator di dalam

mensosialisasikan ini.

Seorang agen (komunikator) mampu melakukan perubahan sikap,

pendapat, dan tingkah laku sasarannya (komunikan) apabila dalam dirinya

terdapat faktor-faktor kredibilitas dan daya tarik. Rogers mengatakan kredibilitas

adalah tingkat dimana komunikator dipersepsi sebagai suatu kepercayaan dan

kemampuan oleh penerima.11

11

Sumadi Dilla, Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu, Cet. I, (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 142-143. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh

Effendy bahwa ada faktor penting pada diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi yaitu

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

5

5

Penyuluh Badan Narkotika Nasional dalam hal ini sebagai komunikator

dalam pencegahan dan pemberantasaan bahaya penyalahgunaan narkoba tentunya

dalam hal ini harus memiliki kedua daya tarik tersebut, karena tanpa daya tarik

tersebut seorang komunikator akan diremehkan oleh komunikan.

Islam mengajarkan kepada kita untuk mengajak manusia kepada jalan

kebenaran perlu dilakukan dengan komunikasi yang baik dan tepat. Hal ini sejalan

dengan firman Allah dalam Q.S. An-Nahl/16 ayat 125

Artinya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang

baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Firman Allah tersebut menjelaskan kepada kita untuk mengajak manusia

kepada jalan kebaikan harus dilakukan dengan cara (pola) komunikasi yang baik.

Dalam ayat tersebut juga dapat dipahami bahwa seorang komunikator harus

mampu berkomunikasi dengan komunikannya secara baik.

Pola komunikasi disesuaikan dengan kondisi anggota dan komunikasi

yang ada saat berinteraksi dengan lingkungan. Pola ini jika dihubungkan dengan

figur komunikator, pesan, dan media (tertulis, audio, dan video) akan menjadi

daya tarik sumber dan kredibilitas sumber. Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi,

akan mempu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika

pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Sedangkan kredibilitas

sumber ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator.

Effendy, Ilmu komunikasi, h. 38-39.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

6

6

suatu rangkaian yang beragam dan berkembang dalam suatu rangkaian di mana

retorika mengarahkan tujuan pembinaan komunikasinya.12

Dalam berkomunikasi seorang komunikator dapat melakukan komunikasi

dengan pola yang diinginkannya. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara

verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal berarti komunikator menggunakan

bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan dapat dilakukan secara

interpresonal atau antarpersonal dan dengan komunikasi massa. Adapun dengan

komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan isyarat, bahasa tubuh atau dengan

memperlihatkan sikap dan perilaku yang baik.

Keberhasilan aktivitas komunikasi penyuluhan pada dasarnya tergantung

pada komunikator. Karenanya seorang komunikator harus memiliki berbagai

kecakapan dan kemampuan berkomunikasi yang baik. Komunikan tidak akan

dapat memahami dan menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang

komunikator jika komunikator tersebut tidak mampu melakukan komunikasi yang

baik kepada komunikannya. Pastinya pesan-pesan yang disampaikan tidak dapat

dipahami dengan benar oleh komunikan.

Pada dasarnya seorang penyuluh narkoba merupakan seorang komunikator

yang harus memiliki berbagai kecapakan dalam berkomunikasi. Karenanya

sebagai seorang komunikator seorang penyuluh harus memahami bagaimana

seluk beluk komunikasi yang baik agar dapat mencapai sasaran visi dan misi

Badan Narkotika Nasional.

Badan Narkotika Nasional Kota Langsa diresmikan secara sah oleh

Sekretaris Utama Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Irjend Pol.

Bambang Abimanyu, Irjen Bambang Abimanyu meresmikan dua unit gedung

Badan Narkotika Nasional untuk Kota Langsa dan Kota Lhokseumawe yang

dipusatkan di kantor Badan Narkotika Nasional Kota Langsa jalan Prof.Majid

Ibrahim, Gp. Matang Seulimeng Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa pada hari

Rabu, 16 Mei 2012 pukul 09 : 47 Wib. Propinsi Aceh hanya memiliki dua buah

12

Bambang S. Ma’arif, Komunikasi Dakwah Paradigma untuk Aksi, Cet. I (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 78-79.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

7

7

kantor Badan Narkotika Nasional untuk kapubaten yang terletak pada dua

kabupaten/kota yaitu Kota Lhokseumawe dan Kota Langsa.

Hingga kini Badan Narkotika Nasional Kota Langsa masih terus eksis

dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan bahaya penyalahgunaan

narkoba di Kota Langsa, seperti untuk melakukan pembinaan dan pencegahan

sejak dini. Badan Narkotika Nasional Kota Langsa melakukan pemeriksaan tes

urine terhadap siswa SMA se-Kota Langsa. Kegiatan ini sebagai bagian wujud

peran serta sekolah dalam menciptakan lingkungan pendidikan bebas narkoba.13

Berbicara tentang narkoba Allah Swt berfirman di dalam Q.S. al-

Baqarah/2 ayat 219:

Artinya:

mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya

terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa

keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang

mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah

menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir

Selain itu Allah Swt juga berfirman dalam Q.S. al-Maidah: 90-91

13

“ BNN Tes Urine Siswa Sekota Langsa” dalam Harian Analisa, (26 April 2012)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

8

8

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,

(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk

perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan

permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan

berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka

berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Dalil di atas berbicara tentang khamar yang dalam hal ini berdasarkan

dalil tersebut maka narkoba yang dalam agama Islam dikenal pula dengan sebutan

khamar, diharamkan agama. Perbuatan setan adalah hal-hal yang mengarah pada

keburukan, kegelapan, dan sisi-sisi destruktif manusia. Ini semua bisa dipicu dari

khamar (narkoba). Karenanya dalam Islam penyalahgunaan narkoba dilarang.

Dalam pengamatan di lapangan dalam berkomunikasi untuk

menyampaikan pesan-pesan tentang penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh

penyuluh melalui seksi pencegahan, seksi pemberantasan, serta seksi

pembinanaan masyarakat serta melibatkan tenaga medis dan konseling, kegiatan

penyuluhan ini dilakukan melalui berbagai kegiatan dengan membagikan poster-

poster ke sekolah-sekolah. Selain itu para penyuluh juga membagikan poster-

poster pada lokasi-lokasi yang sering dikunjungi para remaja seperti warung kopi

dan cafe-cafe. Lebih lanjut, penyuluhan juga memasang spanduk-spanduk/pamflet

di jalan-jalan utama, membagikan buku-buku yang berkenaan dengan narkoba ke

mesjid-mesjid, sekolah, dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat ke desa-

desa serta memanfaatkan media massa seperti radio.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

9

9

Hasil riset Badan Narkotika Nasional Pusat bekerjasama dengan Puslitkes

Universitas Indonesia, menunjukkan bahwa 1,1 juta pengguna narkoba berasal

dari kalangan pelajar.14

Jika dilihat dari kasus-kasus penyalahgunaan narkoba

maka remaja merupakan sasaran rentan terhadap penyalahgunaan narkoba. Di

Kota Langsa salah satu Sekolah Menengah Kejuruan sebanyak 47 Siswa

dilaporkan positif menggunakan narkoba setelah dilakukan tes urine oleh Badan

Narkotika Nasional (BNN) Kota Langsa.15

Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri lagi

bahwa kejahatan narkoba telah merambah di kalangan remaja. Tatkala seseorang

dalam pengaruh obat bius karena memakai narkotika, maka ia akan merasa

nyaman, aman, kuat, puas, merasa seolah-olah mampu melakukan tugas-tugas

besar. Akan tetapi sesudah habis pengaruh obat bius tersebut, dia akan menjadi

lemas, tidak bergairah, sangat kecewa dan putus harapan. Tanpa bahan narkotik,

hidup terasa gelap, tidak lengkap serasa dunia tenggelam. Baru apabila dia

mendapatkan supply bahan narkotika lagi, dia merasa “hidup kembali”, dan

merasa jadi makhluk yang paling bahagia serta paling tinggi derajatnya.16

Syahrizal Abbas mengatakan secara realitas objektif, narkoba

menghancurkan ketahanan dan ketangguhan bangsa. Generasi muda menjadi

kelompok yang paling rentan terhadap pengaruh narkoba karena mereka masih

labil secara psikis serta masih dalam pencarian identitas diri. “karena itu remaja

harus dibentengi dengan pendidikan agar mereka tidak terjerumus kedalamnya”.17

Ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja dikatakan rentan terhadap

narkoba yaitu:18

1. Jiwa remaja yang masih labil

14

“Satu Juta Pengguna Narkoba Merupakan Pelajar", dalam Insaf,, (November 2012), h.

6. 15

“47 Siswa SMKN 2 Langsa Positif Gunakan Narkoba” dalam Atjeh_Link.com, (Sabtu,

8 Desember 2012) 16

Kartini Kartono, Patologi Sosial 3, Gangguan-gangguan Kejiwaan, Cet. IV, Edisi, II

(Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2003) h. 65-66. 17

Syahrizal Abbas, “Pendidikan dan Pencegahan Narkoba”, dalam Insaf, (Agustus 2012),

h. 4 18

Buku Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba diberbanyak oleh BNN Kota Langsa

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

10

10

Jiwa remaja yang masih labil mudah dipengaruhi dan diiming-imingi oleh

kenikmatan semu tanpa harus berpikir akibatnya dimasa depan. Hal ini

disebabkan remaja sedang dalam masa pencarian jati diri, mencari siapa

diri kita sebenarnya dan apa yang seharusnya kita kerjakan.

2. Dorongan kuat untuk mencoba hal baru

Dalam perjalanan mencari jati diri inilah biasanya kita melakukan

eksplorasi diri, melakukan apa yang kita suka, mencoba segala hal baru

yang kita pikir akan kita sukai, mencoba segala sesuatu yang berbau

penjelajahan dan petualangan hidup, termasuk dalam kehidupan seks dan

penyalahgunaan narkoba.

3. Rasa ingin tahu yang tinggi

Seorang remaja lebih berani dalam menjawab keingintahuan dengan

mencari tahu jawaban dari ketidaktahuan tersebut, mencoba mengapa ini

begini. Kadang sampai tidak sadar sudah melakukan sesuatu yang salah.

4. Jiwa remaja yang penuh gejolak pemberontakan

Gejolak yang dimaksudkan dalam hal ini adalah ingin dapat pengakuan

buat keberadaan, ingin sekali dapat kepercayaan, tanggung jawab, ingin

berprestasi, ingin menunjukkan keberanian, ingin menonjol, ingin

mendapat penghargaan, kebebasan serta kemandirian.

5. Pengaruh kuat kelompok pergaulan

Hal yang paling terlihat sekali di masa remaja yaitu bentuknya kelompok-

kelompok pergaulan teman sebaya yang ditandai oleh kekompakan,

kesetiaan, kepatuhan dan solidaritas tinggi pada kelompoknya.

6. Tekanan dari orang tua dan orang sekitar yang tidak memahami remaja

Gejolak kejiwaan remaja ini seringkali di perparah oleh sikap dan

perlakuan orang tua dan orang di sekitar yang tidak memahami kita. Orang

tua sering memandang bahwa anak adalah sepenuhnya miliknya yang

harus dijaga, dilindungi, diarahkan sesuai dengan keinginannya.

7. Tidak terpenuhinya kebutuhan dan keinginan remaja

Setiap orang, termasuk remaja yang normal punya bermacam-macam

kebutuhan, termasuk kebutuhan biologis (minum, makan, pakaian, dll),

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

11

11

butuh rasa aman, harga, diri, juga butuh perwujudan diri. Jika orang tua

atau keadaan membuat seorang remaja tidak mendapatkan apa yang

diinginkan akan menimbulkan perasaan tertekan yang seterusnya dapat

memicu penyalahgunaan narkoba.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “POLA KOMUNIKASI ISLAM PENYULUH

DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN BAHAYA

PENYALAH-GUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA KOTA

LANGSA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, pertanyaan penelitian yang

akan menjadi panduan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pola komunikasi Islam penyuluh dalam pencegahan dan

pemberantasan bahaya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja Kota

Langsa?

2. Bagaimana peran penyuluh dalam pencegahan dan pemberantasan bahaya

penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja Kota Langsa?

3. Apa sajakah faktor-faktor yang menghambat dan mendukung komunikasi

penyuluh dalam pencegahan dan pemberantasan bahaya penyalahgunaan

narkoba di kalangan remaja Kota Langsa!

4. Bagaimana upaya penyuluh dalam mengatasi hambatan-hambatan

terhadap pencegahan dan pemberantasan bahaya penyalahgunaan narkoba

di kalangan remaja Kota Langsa?

C. Batasan Istilah

Untuk mempermudah dan memperjelas pembaca dalam mengikuti

pembahasan ini, penulis merasa perlu untuk membahas beberapa istilah yang

dianggap penting agar tidak terjadi salah pengertian dan salah penafsiran terhadap

judul penelitian ini. Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan adalah

sebagai berikut:

1. Pola Komunikasi Islam

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

12

12

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pola diartikan sebagai contoh,

corak, model, sistem, cara kerja.19

Selain itu J.P Chaplin memberikan definisi

pola itu sebagai: (Pola, mal, susunan gambar dan warna; teladan); 1 (kata

benda) suatu organisasi bagian-bagian yang membentuk satu model,

konstruksi atau bentuk atau yang bisa bekerja sama secara harmonis. 2. (kata

benda) satu model atau sampel/contoh yang harus disalin atau dibuatkan

duplikatnya. 3 (kata kerja) mengintegrasikan atau mengorganisasi satu

kelompok perasaan penghayatan, penginderaan.20

Dalam bahasa Inggris pola

disebut juga pattern, yaitu cara umum terjadinya sesuatu, sebuah contoh luar

biasa untuk ditiru: sistem ini mengatur cara untuk diikuti oleh yang lain,

barisan yang tersusun beraturan, bentuk, warna dan lain-lain, sebuah desain.21

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa pola melingkupi corak atau

bentuk, cara, teknik, warna, model dan seterusnya. Komunikasi seperti yang

telah dipaparkan di atas adalah suatu proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap,

pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung

melalui media.

Dengan demikian, pola komunikasi Islam yang dimaksud dalam

penelitian ini ialah pola yang melingkupi bentuk, serta teknik dalam

berkomunikasi yang dilakukan penyuluh dalam pencegahan dan

pemberantasan bahaya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja Kota

Langsa.

2. Penyuluh

Penyuluh merupakan kata yang memiliki kata dasar suluh yang berarti

barang yang dipakai untuk menerangi.22

Sedangkan penyuluh pemberi

19

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. III, Edisi. III. (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h. 884-885. 20

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Edisi. I (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2006) h. 355-356. 21

Sally Wehmeir (ed), Oxford Advanced Learners’s Dictionary, Edition. VI (New York:

Oxford University Press, 2000), h. 968. 22

Alwi, Kamus Besar, h. 1100.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

13

13

penerangan, petunjuk jalan.23

Isep Zainal Arifin memberikan definisi

penyuluhan secara khusus yaitu “suatu proses pemberian bantuan baik kepada

individu ataupun kelompok dengan menggunakan metode-medode psikologis

agar yang bersangkutan dapat keluar dari masalah dengan kekuatan sendiri,

baik bersifat preventif, kuratif, korektif maupun development”.24

Penyuluh

yang dimaksud dalam penelitian ini ialah penyuluh dan orang-orang yang

melakukan kegiatan penyuluhan,25

pada Badan Nasional Narkotika Kota

Langsa. Dalam hal ini penyuluh merupakan seluruh anggota pada lembaga

Badan Narkotika Nasional Kota Langsa yang terdiri dari seksi pencegahan,

seksi pembinaan masyarakat, seksi pemberantasan, penyuluh non PNS serta

tenaga medis dan rehabilitasi. Sehingga pada dasarnya kegiatan penyuluhan

tidak hanya dilakukan oleh seksi penyuluhan akan tetapi seksi lain ikut andil

dalam bagian penyuluhan.

3. Remaja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia remaja diartikan mulai dewasa;

sudah sampai umur untuk kawin, bukan kanak-kanak lagi.26

Masa remaja

merupakan masa pra pubertas (pueral) yaitu pada usia 12-14 tahun dan masa

pubertas yaitu pada usia 14-18 tahun.27

Zakiah Darajat memberikan definisi

remaja: “masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak

menuju kepada dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah

perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa.28

23

Ibid., h. 1101. 24

Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam, Pengembangan Dakwah Melalui

Psikoterapi Islam, Edisi. I, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009) h. 50. 25

Rochman Natawidjaja memberikan definisi penyuluhan sebagai hubungan timbal balik

antara dua orang individu, di mana yang seorang (penyuluh) berusaha membantu yang lain (yang

disuluh untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-

masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Lebih lanjut Prayitno mengemukakan

“penyuluhan adalah pertemuan empat mata antara klien dan penyuluh yang berisi usaha yang

laras, unik dan manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-

norma yang berlaku. Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, Cet. I, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1995) h. 5. 26

Alwi, Kamus Besar, h. 944. 27

Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, Cet. I, (Jakarta: Rineka

Cipta 2005) h. 121. 28

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa agama, Cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 69.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

14

14

Selain itu Patterson memberikan pula definisi remaja yaitu periode

pertumbuhan diantara masa kanak-kanak dan dewasa usia mereka berkisar

antara 12-18 tahun. Remaja yang dalam bahasa Inggris disebut Adolescence

istilah ini berasal dari bahasa Latin adolescere yang berarti tumbuh menuju

kedewasan.29

Para ahli jiwa pada dasarnya tidak memiliki kata sepakat

tentang panjangnya masa remaja. Pada dasarnya mereka hanya sepakat dalam

menentukan permulaan masa remaja, yaitu dengan menstruasi pertama bagi

wanita dan mimpi bagi pria. Hal ini tidak sama antara satu anak dengan

lainnya, ada yang sebelum itu dan ada pula yang sesudah umur 13 tahun.

Kendatipun bermacam-macam umur yang menentukan masa remaja, namun

pada umumnya para ahli mengambil patokan antara 13 - 21 tahun adalah

umur remaja.30

Dalam penelitian ini yang dimaksud remaja adalah masa

dimana usia seseorang ketika berumur 13 – 21 tahun.

4. Kota Langsa

Kota Langsa terbentuk secara definitif pada tanggal 21 Juni 2001,

berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2001. Kota Langsa terletak di

pesisir pantai timur Provinsi Aceh yang merupakan hasil pemekaran wilayah

dari Kabupaten Aceh Timur. Secara geografis, kedudukan Kota Langsa

berada pada titik koordinat antara 040 24‟-35,68‟-040 33 47‟-0,3‟ Lintang

Utara (LU) dan 97053‟ 14,59‟-98004‟ 42,16‟ Bujur Timur (BT).

Luas wilayah Kota Langsa mencapai 262,41 kilometer persegi (km2),

atau setara 0,46 persen dari luas wilayah Provinsi Aceh (57.365,57 km2).

Secara administratif, Kota Langsa terdiri dari 5 kecamatan, meliputi Langsa

Kota, Langsa Barat, Langsa Timur, Langsa Lama, dan Langsa Baro. Luas

wilayah antar kecamatan sangat bervariasi. Dari 5 kecamatan tersebut, Langsa

Baro dan Langsa Timur yang paling luas wilayahnya. Kedua kecamatan

tersebut memiliki luas wilayah hampir 58,13 persen dari keseluruhan luas

wilayah Kota Langsa. Luas Kecamatan Langsa Baro mencapai 77,50 km2

(29,53 persen) dan Kecamatan Langsa Timur mencapai 75,04 km2 (28,60

29

Charlotte J. Patterson, Child development, (New York: McGraw-Hill Companies,

2008), h. 474. 30

Daradjat, Ilmu Jiwa, h. 71-72.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

15

15

persen). Luas kecamatan lainnya, meliputi Langsa Barat 59,95 km2 (22,85

persen), Langsa Lama 42,39 km2 (16,15 persen), dan Langsa Kota 7,53 km2

(2,87 persen).

Sedangkan jumlah penduduk Kota Langsa berdasarkan usia dapat

dilihat pada table berikut ini:

Tabel I: Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4 8209 7737 15946

5 – 9 8364 7687 16051

10 – 14 8244 8063 16307

15 – 19 7736 8100 15836

20 – 24 7074 8140 15214

25 – 29 6725 7008 13733

30 – 34 5829 5967 11796

35 – 39 5595 5812 11407

40 – 44 4893 5104 9997

45 – 49 4259 4127 8386

50 – 54 3372 3008 6380

55 – 59 2286 2003 4289

60 - 64 1211 1303 2514

65 – 69 884 1035 1919

70 – 74 549 748 1257

75 + 460 823 1283

Sumber: BPS Kota Langsa

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi Islam penyuluh dalam

pencegahan dan pemberantasan bahaya penyalahgunaan narkoba di

kalangan remaja Kota Langsa.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

16

16

2. Untuk mengetahui bagaimana peran penyuluh dalam pencegahan dan

pemberantasan bahaya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja Kota

Langsa

3. Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor yang menghambat dan

mendukung komunikasi penyuluh dalam pencegahan dan pemberantasan

bahaya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja Kota Langsa.

4. Untuk mengetahui bagaimana upaya penyuluh dalam mengatasi hambatan-

hambatan terhadap pencegahan dan pemberantasan bahaya

penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja Kota Langsa.

E. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang terkait khususnya Badan

Nasional Narkotika Kota Langsa dalam proses pencegahan dan

pemberantasan bahaya penyalahgunaan narkoba khususnya di kalangan

remaja Kota Langsa. Sehingga dapat melakukan langkah-langkah efektif

dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan bahaya panyalahgunaan

narkoba

2. Untuk dijadikan kajian dasar dalam pengembangan ilmu komunikasi.

F. Sistematika Pembahasan

Pembahagian tesis ini dibagi dalam lima bab. Sistematika pembahasannya

ialah sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan istilah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika

pembahasan.

Bab II, Landasan teoritis, meliputi, pengertian komunikasi, bentuk-bentuk

komunikasi, hambatan-hambatan dalam komunikasi, etika komunikasi Islam,

agen perubahan, peran dan tugas agen perubahan, dan difusi inovasi.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinsu.ac.id/1107/4/Bab I.pdf7 Penyuluh yang dimaksudkan disini ialah penyuluh yang terdapat pada Badan Nasional Narkotika Kota

17

17

Bab III, Metodologi Penelitian, meliputi pendekatan penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

dan kajian terdahulu.

Bab IV, Hasil penelitian dan pembahasan, meliputi profil Badan Nasional

Narkotika Kota Langsa, Bentuk dan Teknik komunikasi yang digunakan, peran

penyuluh dalam pencegahan dan pemberantasan bahaya penyalahgunaan narkoba

di kalangan remaja Kota Langsa, Hambatan dan hal mendukung serta upaya

mengatasi hambatan.

Bab V, penutup, meliputi tentang kesimpulan akhir dari pembahasan hasil-

hasil penelitian dan saran-saran yang dianggap diperlukan berkaitan dengan hasil

penelitian.