Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah Islam merupakan panggilan ataupun seruan yang berlandaskan
kewajiban yang tidak ditentukan oleh struktur sosial, baik itu atasan maupun
bawahan, melainkan bagi setiap manusia yang mengaku dirinya muslim.
Kewajiban berdakwah juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan
keahliannya masing-masing (subyek), artinya tidak setiap orang harus berdakwah
melalui ceramah saja, melainkan dengan keahlian yang ia miliki.
Dakwah pada dasarnya penyampaian ajaran islam kepada manusia, baik
secara lisan maupun dalam bentuk sikap dan prilaku diarahkan agar timbul
kesadaran dan mengamalkan setiap esensi ajaran islam.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an surat Ali-Imran ayat
104 menyatakan:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar mereka itulahlah orang-orang yang beruntung” (Departemen Agama RI:
93)
2
Ayat tersebut menerangkan bahwa, setiap manusia diwajibkan untuk
menyeru kepada amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini merupakan salah satu
kewajiban setiap umat manusia dalam menyampaikan kebenaran. Selain itu,
dalam menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya melalui mimbar.
Akan tetapi, bisa dilakukan juga dengan kegiatan seni Islam yang memiliki inti
dari setiap apa yang disampaikan dari kesenian Islam tersebut.
Sejak awal perkembangan Islam, kesenian memiliki peran penting dalam
dakwah Islamiyah, terutama seni bahasa dan seni suara. Al-Qur'an telah memberi
isyarat tentang pentingnya seni didalam berdakwah. Allah menciptakan Al-Qur'an
dalam bahasa Arab yang Maha Balaghah, dan maknanya sehingga tidak dapat
ditiru oleh manusia. (Hasjmy, 1974:274)
Menurut Bakhial Khauli, “Dakwah adalah suatu proses menghidupkan
peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan
kepada keadaan lain”. (Munir, 2006:7)
Melihat sejarah, sesungguhnya upaya-upaya menyampaikan ajaran Islam
melalui media seni sudah memiliki umur yang relatif tua. Sunan Kalijaga dan
Sunan Bonang misalnya, adalah dua dari sekian banyak tokoh penyebar Islam
yang menjadikan musik sebagai media dakwah. Sunan Kalijaga abad XXI, yakni
Emha Ainun Nadjid, juga melakukan hal yang sama melalui musiklisasi
kelompok musik Kiai Kanjeng-nya. Ia sanggup mengubah gamelan yang bersal
dari tradisi Jawa tersebut menjadi sarana pengungkapan dan penyampaian pesan-
pesan dakwah kepada masyarakat. Musik Kiai Kanjeng dan puisi Ema Ainun
Nadjid tidak memfokuskan perhatiannya kepada musik dan puisi itu sendiri. Hal
3
ini karena musik dan puisi bukan pusat kehidupan manusia, melainkan fasilitas
estatika akal kebudayaan masyarakat. Musik dan puisi mempermudah
komunikasi, memperindah pergaulan, memperdalam cinta, mempercepat
keharuan. (Muhyiddin dan Safe’I, 2002:212)
Berbicara tentang dakwah, maka akan timbul pernyataan dakwah yang
kreatif dan juga inovatif. Maka, tidak ada salahnya jika membahas kesenian
sebagai alternatif lain dalam berdakwah, diantaranya lagu-lagu populer sebagai
hiburan atau kesenangan yang digandrungi di seluruh dunia, pria wanita, tua muda
sampai anak-anak. (Al-Qardawy, 2001:33). Ketika dakwah disampaikan melalui
jalur mimbar yang selama ini banyak dikenal oleh setiap orang, atau ceramah
melalui mimbar ini mulai terperosot atau kurangnya mad’u untuk ikut andil dalam
kegiatan tersebut, bahkan ada pula ketidaktertarikan masyarakat untuk
mendengarkannya. Salah satu yang menjadi alternatif dalam kajian berdakwah
yaitu dengan adanya atau dilakukannya berdakwah dengan seni. Dengan
melakukan kegiatan dakwah melalui jalur ini (kesenian) akan menjadi sangat
tidak tearasa nya mad’u untuk ikut andil dalam kegiatan tersebut. Karena, dengan
unsur kesenian itu hampir setiap masyarakat manikmatinya. Namun pada kajian
dakwah melalui unsur seni ini agar mampu membawa mad’u terhadap jalan yang
sesuai dengan syariat Islam.
Diantara cabang seni yang paling populer adalah seni musik, dimana seni
musik sedikit banyak berpengaruh dalam kehidupan manusia, baik itu pengaruh
positif maupun pengaruh negatif. Artinya seni musik bisa membuka mata hati
manusia untuk melakukan sesuatu hal yang baik, seperti ketika seseorang dalam
4
keadaan yang sulit, patah semangat, dan gelisah, musik dapat menghibur dan
membangkitkan semangat. Begitu juga sebaliknya, musik juga bisa membawa
kerusakan, seperti musik-musik yang biasa diputar di diskotik, dimana tempat itu
adalah tempat yang sering membawa manusia kepada maksiat.
Musik berfungsi untuk menentramkan pikiran dan beban kemanusiaan
(basyariyyah) dan memperbaiki tabiat manusia. Ia merupakan stimulan untuk
melihat rahasia ketuhanan (asrar rabbani) bagi sementara orang musik
merupakan godaan karena ketidaksempurnaan mereka. (Nasr, 1993:38). Seni
Islam juga berfungsi sebagai alat manifestasi atau penyemangat dalam
meningkatkan moralitas dan spiritualitas dalam kehidupan. Disamping itu seni
musik dapat berfungsi sebagai sarana atau alat untuk berdzikir, sebagai wujud
syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan kepada hamba-
hamba-Nya. Rasa syukur kepada Allah akan selalu terdorong dihati nurani,
bilamana ada suatu pendorong yang mampu untuk mengingatkannya. Maka seni
musik islami adalah salah satu jalan keluarnya, sebab seni musik Islami terdapat
berbagai pujian dan tasbih kepada Allah SWT.
Kesenian hadrah adalah salah satu kesenian yang mengandung unsur
musik Islami yang bermakna dakwah. Kesenian hadrah itu sendiri mengandung
seruan atau ajakan yang merupakan pesan dakwah melalui musik, karena kesenian
hadrah lebih mengutamakan konsep cinta dan kasih sayang sesama manusia.
Dalam buku Sidi Gazalba yang berjudul Islam Integrasi Ilmu dan Kebudayaan
(1976:173), menyatakan:
5
“Islam menyuruh manusia beragama untuk berbuat baik, menghargai
kesenian, menyuruh hidup bermasyarakat dan bertaqwa. Karena Islam
merupakan fitrah, dan seni adalah fitrah manusia, dengan sendirinya seni
musik dalam ajaran Ad-Dien. Kebudayaan adalah kehidupan, kehidupan
itu Tuhanlah yang memberikannya. Kesenian adalah cabang kebudayaan,
jadi bidang kehidupan. Karena itu fitrah kesenian juga berasal dari
Tuhan”.
Ciptaan seni banyak yang lahir dari rangsangan rasa agama. Dan rasa
agama yang menjelma menggerakkan rasa seni untuk mencipta. Kandungan isinya
sangat padat dan isinya menarik bagi pembacanya, apabila Al-Qur'an dibaca
dengan lagu tertentu dapat membuka hati seseorang, karena itu Nabi Muhammad
SAW menganjurkan membaca Al-Qur'an dengan suara yang indah. Melihat
perkembangan dakwah Islamiyah, banyak ditemukan cara berdakwah yang
menggunakan media syair lagu. Pada dasarnya media ini merupakan cara yang
praktis menghibur hati masyarakat. Begitu juga syair lagu dapat difungsikan
sebagai filter bagi masyarakat, yakni dengan memanfaatkan media syair lagu,
maka penyajian informasii keagamaan dapat disisipkan didalamnya.
Hal ini menjadikan kesenian hadrah mempunyai manfaat yang lebih besar
dibandingkan dengan tujuan semula yang hanya merupakan produk dari hasil
karya seni seseorang. Cara berdakwah yang di lakukan dengan menggunakan
media kesenian hadrah itu sendiri adalah pondok pesantren.
Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikian nonformal
yang telah ada sejak lama, pengaruh dari adanya pesantren sangat terasa hingga
sekarang. Ini semua merupakan perjuangan dari para Waliullah yang berjuang
keras dan ikhlas untuk menyebarkan syari’at Islam. Banyak sekali lembaga
pesantren yang ada di Indonesia khususnya daerah Bandung, salah satunya yaitu
6
pondok pesantren Ad-Dawami yang merupakan sebuah lembaga yang membina
santrinya untuk ikut andil dalam menyebarkan ajaran Islam melalui kesenian
hadrah.
Berdasarkan dari hasil pengamatan lapangan yang sudah dilakukan,
fenomena yang terjadi di pondok pesantren Ad-Dawami dari adanya kesenian
hadrah menimblukan respon santri yang tidak semuanya positif, hal ini bisa di
lihat dari ketidaktertarikan sebagian santri terhadap kesenian hadrah itu sendiri,
seperti tidak tertariknya sabagian santri terhadap jenis musik seperti kesenian
hadrah ini. Yang dimana kesenian hadrah tersebut dijadikan sebgai salah satu
media yang memiliki hubungan erat dalam menyampaikan dakwah di pondok
pesantren Ad-Dawami. Peneliti menganggap bahwa fenomena diatas sebagai
kasus yang menarik untuk diteliti, karena di pondok pesantren Ad-Dawami
peneliti ingin mengkhususkan pada aspek respon santri tehadap kesenian hadrah
sebagai media dakwah yang ada di pondok pesantren. Sehingga besar harapan
penulis agar seluruh santri di Pondok Pesantren Ad-Dawami dapat menyebarkan
ajaran Islam melalui kesenian hadrah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan keterangan latar belakang diatas, ada beberapa pokok
permasalahan yang penulis rumuskan dalam penelitian ini, adalah:
1. Bagaimana respon santri terhadap kesenian hadrah di pondok pesantren
Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten Bandung?
2. Bagaimana pelaksanaan kesenian hadrah sebagai media dakwah di pondok
pesantren Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten Bandung?
7
3. Bagaimana respon santri terhadap kesenian hadrah sebagai media dakwah
di Pondok Pesantren Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan agar penelitian ini
menjadi lebih terarah secara jelas, maka perlu ditetapkan tujuannya yakni hendak
melakukan suatu induksi-konseptualisasi yaitu:
1. Untuk mengetahui respon santri terhadap kesenian hadrah di pondok
pesantren Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten Bandung.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan kesenian hadrah sebagai media dakwah di
pondok pesantren Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten Bandung.
3. Untuk mengetahui respon santri terhadap kesenian hadrah sebagai media
dakwah di Pondok Pesantren Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten
Bandung.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diperoleh dari suatu penelitian menggambarkan nilai dan
kualitas penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu
karya tulis yang secara sederhana memaparkan tentang arti penting sebuah wadah
pengembangan dakwah didalam Islam, salah satunya dengan menyiarkan Islam
melalui kesnian hadrah itu sendiri.
Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan dalam penulisan karya tulis ini
adalah:
8
1. Secara Akademis
a) Menjadi stimulan bagi penelit lebih lanjut dan mendalam, baik itu
dalam upaya mengkaji maupun upaya mengembangkan eksistensi
pondok pesantren dalam berdakwah terhadap masyarakat.
b) Dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berharga bagi dunia
ilmu pengetahuan dengan kajian pondok pesantren ditengah-tengah
masyarakat.
2. Secara Praktis
Dapat memberikan informasi kepada khalayak banyak, bahwa dakwah
dengan musik ini adalah cara untuk dapat mengembangkan ataupun
menyebarluaskan agama Islam.
E. Kerangka Berfikir
Seni musik Islami (handasah al-shawat) adalah mendendangkan syair-
syair qur’an dan irama-irama yang syahdu. Seni musik yang berisikan ajaran-
ajaran dan penuh ajaran Islam yang banyak mengandung muatan dakwah dan
bimbingan melalui seni musik atau seni suara yang indah. Seni musik ini sendiri
dapat berbentuk do’a-doa’ agama, puji-pujian yang dinyanyikan dengan lagu
paling enak dan suara paling lembut sehingga menggembirakan hati dan
menggoyangkan perasaan. Barang siapa yang memperhatikan keadaan kaum
muslimin dan merenungi realita kehidupan mereka, niscaya tidak akan
menemukan jarak antara seorang muslim yang taat disatu sisi, dengan kebiasaan
menikmati alunan suara merdu disisi yang lain. (Qaradhawi, 1998:73)
9
Begitu juga melalui puji-pujian terhadap Nabi yang secara turun-temurun
diwarisi kaum musliminn dari semenjak mereka mendengarkan keindahan suara
yang diiringi oleh sebuah kesenian yang dilantunkan putra-putra anshar untuk
menyambut kedatangan Nabi. (Qaradhawi, 1998:74)
Dalam kegiatan dakwah, peran media untuk meningkatakan prilaku
keagamaan sangatlah penting. Karena media merupakan salah satu cara yang bisa
digunakan oleh setiap orang untuk menyampaikan dakwah yang berisi ajaran-
ajaran Islam yang telah tertera dalam al-qur’an. Media adalah alat obyektif yang
menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan ummat, suatu elemen yang
vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah, yang dapat digolongkan
menjadi lisan atau tulisan, lukisan, audio visual dan perbuatan atau akhlak.
(Ya’kub, 1973:42)
Proses komunikasi merupakan aktivitas yang mendasar bagi manusia
sebagai mahluk sosial. Dalam proses komunikasi tersebut mencakup sejumlah
komponen atau unsur, salah satu komponen atau unsur tersebut adalah pesan.
Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator.
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai panduan pikiran
dan perasaan, dapat berupa ide, informasi keluhan, keyakinan, himbauan, anjuran
dan sebagainya. (Effendy, 2002:6)
Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, umumnya bahasa.
Dikatakan bahwa umumnya bahasa yang dipergunakan untuk menyalurkan
pernyataan itu, sebab ada juga lambang lain yang dipergunakan, antara lain kial,
yakni gerakan anggota tubuh, gambar, warna, dan sebagainya.
10
Untuk merumuskan pesan agar mengena, pesan yang disampaikan harus
tepat, ibarat kita membidik dan menembak, maka peluru yang keluar harus tepat
mengenai sasarannya. Pesan yang mengena harus memenuhi syarat-syarat.
(Widjaja, 14-15)
komunikasi Islam mempunyai ciri khusus, Berbeda dengan komunikasi
pada umumnya, yakni pesan-pesan yang ada dalam komunikasi tersebut
bersumber dari Alqur’an dan Hadits. Model komunikasi Islam yang pesannya
bersumber pada Alqur’an dan Hadis Nabi, tentulah pesan itu bersifat imperatif
atau wajib hukumnya untuk dilaksanakan, karena merupakan pesan kebenaran
berdasarkan firman Allah SWT., dan Hadis Nabi. Pesan tidak boleh merupakan
sensasi, kebohongan, kefasikan, pelintiran kata-kata dan kebohongan publik.
Respon berarti umpan balik yang memiliki peranan atau pengaruh yang
besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi. (Subandi, 1994:12)
Sedangkan menurut Onong Suchajana Effendy dalam kamus komunikasi respon
adalah sikap atau prilaku seseorang dalam proses berkomunikasi ketika menerima
suatu yang ditunjukan kepadanya. (Effendy, 1989:314).
Penelitian ini mengarah pada teori Wilbour Scram (Efendy, 2003:30) yang
mengatakan bahwa “komunikasi akan efektif atau berhasil apabila pesan yang
disampaikan komunikan cocok dengan kerangka acuan (frame of reference)”,
yakni perpaduan antara pengalaman dan pengertian (collection of experience and
meaning) yang pernah diperoleh komunikan, karena bila tidak akan menimbulkan
kesukaran untuk mengerti satu sama lain.
11
Dalam komunikasi kelompok (group communication) baik kelompok
besar atau pun kelompok kecil, karena komunikasi ini bersifat tatap muka. Maka
umpan balik berlangsung seketika. Komunikator mengetahui tengggapan
komunikan setelah komunikasi selesai dan adakalanya umpan balik ini harus
diciptakan mekanismenya.
Dari berbagai hal ini, kemudian penulis ingin mengupas permasalahan
yang terjadi ini dengan menggunakan teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response)
yang berasal dari psikologi komunikasi. Objek material dari teori ini yaitu
manusia pada aspek sikap, opini, perilaku, kognisi dan afeksi. Onong Uchjana
Efendy (2003:30) mengatakan bahwa : “efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi”. Dengan demikian unsur dalam
model ini adalah : Stimulus (S), Organism (O) dan Respon (R).
Onong Uchjana Efendi (2003:245) berpendapat dalam proses perubahan
perilaku ini, tampak bahwa “prilaku akan berubah, hanya jika stimulus yang
menerpa benar-benar melebihi semula”. Sehingga menjadi kebiasaan yang secara
perlahan dan tidak disadari mampu mempengaruhi orang ini, dalam artian dapat
menghasilkan respon sebagai harapannya.
Ketika teori S-O-R dikaitkan dengan penelitian ini, maka stimulus dalam
penelitian ini adalah kesenian hadrah, dan organismenya adalah santri pondok
pesantren Ad-Dawami. Adapun responsnya merupakan tanggapan dari santri yang
berkaitan dengan ada atau tidaknya respon terhadap santri setelah atau
sebelumnya mendengarkan dan mempelajari kesenian hadrah.
12
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 1.1
Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)
Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada
proses yang terjadi pada individu.
Stimulus atau pesan (kesenian hadrah) yang disampaikan kepada
komunikan (santri) mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan
berlagsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesedian
untuk merubah sikap, yaitu respon dari santri yang ada di pondok pesantren Ad-
Dawami.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang kebenarannya masih rendah
atau kebenarannya masih diragukan. Sehingga pernyataan tersebut perlu di
Stimulus:
Kesenian Hadrah
Organisme:
Perhatian
Pengertian
penerimaan
Respons:
Santri Pon-Pes
Ad-Dawami
13
buktikan melalui bukti-bukti secara empiris. Dalam hal ini sutrisno Hadi
(1998:257) menyatakan bahwa pernyataan yang masih lemah kebenarannya
disebut hipotesis. “disisi lain hipotesis itu melibatkan variabel-variabel yang
diteliti untuk dibuktikan keterkaitannya satu sama lain”.
Dalam hal ini peneliti menetapkan veriabel respon santri dan kesenian
hadrah sebagai media dakwah, maka:
Ho = Tidak terdapat respon positif terhadap kesian hadrah di pondok
pesantren Ad-Dawami
Ha = Terdapat respon positif terhadap kesenian hadrah di pondok pesatren
Ad-Dawami
G. Operasionalisasi Variable
Table 1.1
Operasionalisasi Variable
Variabel Sub Variabel Dimensi Indikator
Variabel X
(Respon santri)
A. Perhatian
1. menyukai
1.1 citra positif
terhadap pondok
pesantren
1.2 mempertahankan
kesenian Islami
1.3 pengembangan
seni Islami
14
B. Pengrtian
2. meningkatkan
seni Islami
1. baik
2. kurang baik
3. tidak baik
2.1 kemampuan santri
2.2 motivasi santri
2.3 ketertarikan santri
terhadap kesenian
Islami
1.1 kesenian Islami
diminati santri
1.2 santri mampu
mengembangkan
seni Islami
2.1 santri tidak minat
seni Islami
2.2 seni Islami tidak
bermanfaat
terhadap santri
2.3 kemampuan santri
terbatas
3.1 kesenin islami
tidak diminati
oleh santri
3.2 ketidakmauan
santri terhadap
seni
15
C. Penerimaan 1. mengerti
terhadap
kesenian Islami
2. seni Islami
menarik
3. seni Islami
dapat dipahami
oleh santri
1.1 Seni Islami dapat
dipahami oleh
santri
1.2 Santri dapat
mengaplikasikann
ya
2.1 kesenian hadrah
dapat diminati
oleh santri
2.2 kesenian hadrah
penting bagi
santri
3.1 santri dapat
memahami
kesenian hadrah
3.2 kesenian hadrah
sebagai media
dakwah bagi
santri
16
Varibel Sub variabel Dimensi Indikator
Variabel Y
(Kesenin
hadrah sebagai
media dakwah)
1. Tujuan
kesenian
hadrah
2. Persepsi
kesenian
hadrah
3. Moralitas
dan
spiritualitas
Kesenian hadrah
memiliki tujuan
dalam
menyampaikan
dakwah
Santri dapat
memberikan
tanggapan atau
pendapat yang
baik terhadap
kesenian yang
ada di pondok
pesantren
Kesenian hadrah
dapat
meningkatkan
moralitas dan
spiritualitas
Kesenian Islami di
pondok pesantren
mempunyai arti
dalam menyampaikan
dakwah, khusus nya
bagi santri
Santri mampu
memberikan
pendapatnya
mengenai kesenian
hadrah di pondok
pesantren dalam
rangka
menyampaikan
dakwah
Kesenian hadrah
sebagai penyemangat
dalam meningkatkan
moralitas dan
spiritualitas dalam
17
terhadap santri di
pondok
pesantren
kehidupan
H. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pondok Pesantren Ad-Dawami
Pasir Kawung, Kabupaten Bandung. Yang sejak lama menggunakan kesenian
hadrah sebagai media dakwah. Dengan pertimbangan bahwa kesenian hadrah ini
bisa membawa kepada hal yang bersifat baik dalam mengajak kepada keabaikan.
2. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode
survei. Metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar dan
kecil. Data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi
tersebut sehingga ditemukan kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar
variabel sosiologis atau psikologis. (Kuswana, 2011:40).
Model penelitian ini menggunakan model penelitian secara kuantitatif
dengan metode analisis dan angket yang berfungsi sebagai sarana pengumpulan
informasi awal dari para informan yang bersedia dan berkenan ditemui.
18
3. Sumber Data
Sumber data menurut Arikunto (2010:114) “merupakan subyek dari mana
data di ambil”. Sumber data ini berupa orang (responden), benda, gerak atau
proses sesuatu, buku-buku, majalah atau dokumentasi.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Sumber data primer, yaitu santri dan pimpinan Pondok Pesantren Ad-
Dawami.
b) Sumber data sekunder, yaitu terdiri dari bahan kepustakaan yakni buku-
buku, majalah, program-program pesantren, catatan-catatan dan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.
4. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Yaitu data tentang
respon santri terhadap kesenian hadrah sebagai media dakwah di pondok
pesantren Ad-Dawami.
5. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga di sebut studi
populasi atau studi sensus. (Arikunto, 2010:173). Dalam penelitian yang
dilakukan ini, populasinya adalah seluruh santri di Pondok Pesantren Ad-Dawami
Pasir Kawung Bandung yang berjumlah 136 orang.
19
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010:174). Untuk menentukan sampel dilakukan melalui presentase sampel.
“Apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya, sehingga
penelitiannya merupakan peneitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar,
maka dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih”. (Arikunto,
2010:134)
Berdasarkan pendapat diatas, dapat di ambil sampel sebanyak 25% dari
populasi santri di pondok pesantren Ad-Dawami yang berjumlah 136 orang.
Dengan penghitungan 25 X 136 : 100 = 34, dengan demikian maka jumlah
sampel dalam penelitian adalah 34 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara random sampling, maka random sampling dilakukan dengan cara ordinal
(Subana dkk, 2000:26). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel I.2
Daftar Sampel Penelitian
No Jenis Kelamin Jumlah Sampel
1 Santri Putra 88 25% x 88 = 22
2 Santri Putri 48 25% x 48 = 12
Jumlah 136 34
6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menggumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik sebagi berikut:
20
a) Observasi (Pengamatan)
Suharsimi Arikunto (2010:119) berpendapat bahwa “Observasi adalah
pengamatan, meliputi kegiatan pemutaran perhatian terhadap suatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra”. Pengamatan ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi objektif pondok pesantren Ad-Dawami, dan respon santri
terhadap kesenian hadrah sebagai media dakwah. Pengamatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pengamatan tertutup dengan alasan untuk
mengamati se-objektif mungkin mengenai respon santri terhadap kesenian
hadrah sebagai media dakwah.
b) Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:194) angket adalah “sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui”.
Penyebaran angket dalam penelitian ini ditujukan pada santri. Dengan
menyebarkan sejumlah pertanyaan yang disertai jawaban (angket tertutup).
Adapun alasan pembuatan angket ini adalah agar dapat memberikan
keleluasaan terhadap responden dalam memberikan jawaban-jawaban atas
pertanyaan yang diajukan.
Dalam penyebaran angket digunakan item berskala, berupa skala
sikap, yaitu skala Likert. Skala Likert meminta kepada responden sebagai
individu untuk menjawab suatu pertanyaan. Dengan jawaban sangat sesuai
(SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Masing-
21
masing jawaban memiliki angka atau nilai, misalnya SS = 4; S = 3; TS = 2;
STS = 1 bagi suatu pernyataan yang mendukung sikap positif.
Teknik ini akan dipergunakan untuk mengungkapkan dan memperoleh
data-data mengenai respon santri terhadap kesenian hadrah sebagai media
dakwah di pondok pesantren Ad-Dawami Pasir Kawung Kabupaten Bandung.
c) Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur, jenis wawancara yang terstruktur ditunjukan
pada pimpinan pondok pesantren Ad-Dawami. Sedangkan wawancara tidak
terstruktur diajukan kepada pengurus pondok pesantren. Tujuan wawancara
adalah untuk melengkapi data dari hasil observasi dan angket yang disebarkan
kepada santri pondok pesantren Ad-Dawami.
d) Kepustakaan
Yakni cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis berupa
variabel, seperti catatan, arsip-arsip yang ada di pondok pesantren Ad-
Dawami. Data-data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen
tersebut akan dikorelasikan dengan data primer yang diperoleh melalui
wawancara dan angket.
7. Analisis Data
Setelah data terkumpul dengan lengkap, untuk memperoleh
kesimpulan yang valid, selanjutnya data tersebut akan diolah, dianalisis dan di
interpretasikan dengan menggunakan statistik atau tabulasi sehingga
didapatkan kesimpulan.
22
Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data kuantitatif
adalah sebagai berikut :
a. Teknik analisis parsial
Analisis parsial adalah analisis yang dilakukan untuk mendalami dua
variabel secara terpisah. Dengan ini untuk mengetahui variabel Respon
Santri (Variabel X) dan kesenian hadrah sebagai media dakwah
(Variabel Y) dalam mengananlisa data parsial tiap variabel ditempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mentabulasikan data ke dalam tabel distribusi frekuensi, dengan
cara sebagai berikut :
1) Menentukan rentang (r), yaitu selisih data terbesar (Xt) dengan
data terkecil (Xr). Dengan rumus sebagai berikut:
R = Xt – Xr
atau
R = data tertinggi-data terendah (Riduwan,2009:119)
Keterangan:
R = Rentang
Xt = data terbesar dalam kelompok
Xr = data terkecil dalam kelompok
2) Menentukan banyaknya interval, adapun rumusnya sebagai
berikut:
K = 1+ 3,3 Log n (Riduwan, 2009:55)
Keterangan:
23
K = Jumlah kelas interval
n = Jumlah data observasi
Log = Logaritma
3) Menentukan panjang kelas interval, dengan rumus:
Keterangan :
P = Panjang Kelas interval
R = Rentang
K = Jumlah/banyak kelas interval (Riduwan, 2009:55)
4) Membuat tabel disribusi skor baku
5) Menentukan Mean (Rata-Rata).
6) Menghitung standar deviasi dengan menggunakan rumus
berikut:
√ ∑ ∑
(Riduwan, 2009:160)
7) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan langkah
sebagai berikut:
a) Menentukan batas kelas, angka skor kiri kelas interval
pertama dikurangi 0.5 dan angka skor kanan kelas interval
ditambah 0.5.
b) Mencari nilai Z – score, menggunakan rumus:
Z = ̅
24
c) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal 0 – Z dengan
angka untuk menjadi batas kelas.
d) Mencari luas tiap kelas dengan mengurangi angka-angka 0
– Z , yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, dan
seterusnya. Kecuali pada baris angka yang berbeda pada
baris tengah ditambah dengan angka pada baris berikutnya.
e) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara
mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden (n =
34).
f) Membuat tabel frekuensi yang diharapkan (fe) dari hasil
pengamatan (fo) untuk variabel X.
8) Menguji Normalitas
Dalam penelitian ini kenormalan data harus diuji terlebih
dahulu. Bila data tidak normal, maka statistika parametris
dalam penelitian ini tidak dapat digunakan, untuk itu perlu
digunakan statistika nonparametris. Teknik pengujian
normalitas data dengan menggunakan Chi Kuadrat ( )
(sugiyono,2009:79). Adapun rumus yang digunakan sebagai
berikut:
∑ -
(Riduwan, 2009:162)
Keterangan :
= Chi-Kuadrat
= frekuensi yang diperoleh dari observasi
25
= frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai
pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam
populasi (frekuensi yang diharapkan merupakan perkalian
antara jumlah baris dengan lajur dibagi jumlah total)
9) Menentukan derajat kebebasan (dk)
Melakukan pengujian hipotesis riset, dilakukan perhitungan
dengan terlebih dahulu mengetahui derajat kebebasan (dk),
dengan rumus: (dk = k-3)
10) Menentukan nilai dengan signifikansi sebesar 5%
11) Menguji normalitas dengan melihat kaidah ( ) dengan
( ).
Jika, ( ≥ (
), maka Distribusi data tidak Normal
Jika, ( ) ≤ (
), maka Distribusi data Normal
12) Penafsiran masing-masing variable. Uji tendensi sentral akan
ditafsirkan setelah dibagi oleh jumlah item dengan kualifikasi
sebagai berikut :
a) 0.5 – 1.50 = Sangat rendah
b) 1.50 – 2.50 = Rendah
c) 2.50 – 3.50 = Cukup
d) 3.50 – 4.50 = Tinggi
e) 4.50 – 5.50 = Sangat tinggi
26
Catatan : jika data distribusi normal, maka penafsiran
dilihat dari meannya saja, tetapi bila tidak berdistribusi normal,
di lihat ketiga-tiganya, yaitu : mean, median dan modus.
b. Teknik Analisis Korelasi
Analisis ini digunakan untuk mencari hubungan variable bebas X
dengan variabel terikat Y dan data berbentuk interval dan ratio. Variable X
yaitu respon santri dan variabel Y kesenian hadrah sebagai media dakwah.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Menentukan besarnya koefesien korelasi dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Jika salah satu dari kedua variable berdistribusi tidak normal atau
regresinya tidak linier, maka koefesien korelasi dicari dengan
rumus korelasi rank (Djamaludin dalam Masri Singaribun dan
Sofyan Efendi, 1981). Dengan rumus sebagai berikut :
∑
2) Menentukan besarnya sumbangan (koefesien diterminan atau
koefesien penentu) variable X terhadap variable Y dengan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
KP = Besarnya koefesien penentu (diterminan)
r = Koefesien korelasi
27
2. Menguji hipotesis, adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah
sebagai berikut :
1) Menguji signifikansi dengan rumus :
√
√
Keterangan :
r = Koefesien korelasi
t = Uji statistika
2) Menentukan nilai dengan signifikansi sebesar 5%.
3) Menguji signifikansi dengan melihat kaidah ( ) dengan
( ).
Jika, ( ) ≥ ( ), maka signifikan.
Jika, ( ) ≤ ( ), maka tidak signifikan.
3. Menentukan derajat korelasi, maka hasil korelasi akan dicocokan
dengan tingkat korelasi sebagai berikut :
Tabel 1.3
Tingkat Korelasi
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0.00 - 0.199 Sangat rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.8 – 1.000 Sangat kuat
(Riduwan, 2009:162)