Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Bahasa adalah alat komunikasi yang merupakan salah satu kebutuhan
manusia dalam pergaulan hidup untuk berinteraksi dengan sesama manusia. Oleh
karena itu, seorang pemakai bahasa diharapkan dapat memiliki keterampilan
berbahasa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Keterampilan berbahasa
merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan berbahasa dengan
memperhatikan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar. Keterampilan
berbahasa mencakup aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal itu
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tarigan (2008:1) bahwa keterampilan
berbahasa mempunyai empat aspek yaitu (a) keterampilan menyimak (listening
skill), (b) keterampilan berbicara (speaking skill), (c) keterampilan membaca
(reading skill), dan (d) keterampilan menulis (writing skill).
Mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai fungsi yang strategis, yakni
sebagai berikut.
Mata pelajaran ini bertujuan untuk bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa dan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. (Wirasana, 2011:12)
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
2
Untuk mencapai target tujuan di atas, berdasarkan Standar Isi yang
dikembangkan oleh BSNP rumusan struktur dan muatan kurikulum mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD dan MI, adalah sebagai berikut :
1. Mendengarkan Memahami wacana lisan berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk,
pesan pengumuman, berita deskripsi, berbagai peristiwa dan benda di sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng, puisi, cerita, drama, pantun, dan cerita rakyat.
2. Berbicara Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,
dan informasi dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan sederhana, wawancara, percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi peristiwa dan benda disekitar, memberi petunjuk, deklamasi, cerita, pelaporan hasil pengamatan, pemahaman isi buku dan berbagai karya sastra untuk anak berbagai karya sastra untuk anak berbentuk dongeng, pantun, drama, dan puisi.
3. Membaca Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana
berupa petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi, dongeng, pantun, drama, dan puisi.
4. Menulis Melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis, memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan
bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional dan sosial, memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
3
berbahasa dan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Berdasarkan rumusan di atas, kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia
hendaknya mampu mengembangkan dan mengarahkan siswa dengan segala
potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu guru dapat mendorong siswa untuk
berpikir secara kritis. Keberhasiian pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,
terkait dengan kemampuan guru, baik sebagai perancang pembelajaran maupun
pelaksanaan di lapangan. Guru dituntut mampu melakukan pembaharuan
khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu dengan merancang
pembelajaran berdasarkan pengalaman belajar bagi siswa sehingga menghasilkan
pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran bermakna apabila mengarah pada
pendekatan pembelajaran yang menunjang penciptaan belajar siswa secara aktif
dan kreatif, akan dapat memotivasi siswa dalam kegiatan belajarnya.
Kebermaknaan proses dan hasil pembelajaran ditentukan pula oleh kinerja guru
dalam unjuk kemampuan profesionalismenya di lapangan, mulai menyusun
rancangan pembelajaran hingga pada tingkat operasionalnya dapat menggunakan
keragaman metode, media, sumber pembelajaran, serta penilaian yang
dikembangkan.
Kecenderungan yang terjadi di lapangan, setelah dilakukan pengamatan
terhadap proses pembelajaran yang bertangsung di kelas I, guru masih "gramatika
centris". Guru banyak mengajarkan gramatika (struktur bahasa) untuk diketahui
dan dihafalkan siswa. Padahal struktur bahasa diajarkan untuk dipahami, dengan
cara siswa dilatih menyusun kata /membentuk kalimat. Guru yang
menggunakan metode pembelajaran secara konvensionai tidak akan memberikan
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
4
kesempatan kepada siswa untuk berekspresi, berkreasi, eksplorasi, dan berinovasi,
sehingga tidak merangsang siswa untuk membangkitkan minat, dan gairah untuk
belajar. Penggunaan bacaan teks oleh guru, menyebabkan kadar daya menyimak
siswa rendah. Dalam pengelolaan kelas, guru lebih mendominasi pembelajaran
daripada siswa, sehingga tidak terwujud pola interaksi antara guru-siswa serta
siswa dengan siswa lainnya (Suderajat, 2002:3).
Jika dikaitkan dengan upaya peningkatan kualitas proses dan hasil
pembelajaran bahasa Indonesia, berbagai pendekatan telah ditawarkan dalam
pengajaran bahasa Indonesia seperti: CBSA, Belajar Tuntas, Pembelajaran
Terpadu, dan Pendekatan Kompetensi, termasuk pula dalam menggunakan
Pembelajaran Tematik. Akan tetapi, pada tingkat pengimplementasiannya di
lapangan, penguasaan guru dalam menggunakan Pembelajaran Tematik ternyata
masih rendah. Proses pembelajaran yang terjadi di sekolah masih banyak
menggunakan pendekatan pembelajaran yang kurang memperhatikan kebutuhan
dan pengembangan potensi siswa, serta cenderung bersifat sangat teoritik. Peran
guru masih sangat dominan (teacher centered), dan gaya mengajar cenderung
bersifat satu arah. Akhirnya, proses pembelajaran yang terjadi hanya sebatas pada
penyampaian informasi saja (transfer of knowledge), kurang terkait dengan
lingkungan sehingga siswa tidak mampu memanfaatkan konsep kunci keilmuan
dalam proses pemecahan masalah kehidupan yang dialami siswa sehari-hari.
Kondisi inilah yang menurut pemerhati tersebut yang menyebabkan rendahnya
kemampuan membaca, menulis siswa SD/MI di Indonesia (Republika, 2 Maret
1999).
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
5
Pada jenjang Sekolah Dasar (SD) diperoleh laporan hasil penelitian
mengenai kemampuan membaca yang masih jauh dari harapan. Penelitian The
International Association for The Evaluation of Educational Achievement (1997)
melaporkan bahwa kemampuan membaca murid SD di Indonesia hanya
menduduki peringkat ke-31, yaitu peringkat nomor dua dari peringkat terakhir di
dunia, satu tingkat saja di atas Venezuela (Damaianti, 2001:2). Hasil penelitian itu
sangat memprihatinkan dan merupakan tantangan bagi para pendidik untuk
memperbaiki keadaan tersebut.
Sehubungan dengan hal itu, Depdikbud (1992:1) menjelaskan bahwa salah
satu bidang garapan pengajaran bahasa di sekolah dasar yang memegang peranan
penting ialah membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai
sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan
membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri, tetapi
juga bagi pengajaran mata pelajaran lain. Dengan membaca anak akan
memperolah pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan
perkembangan daya pikimya. Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut
bagi perkembangan anak, maka cara guru mengajar membaca harus benar.
Pada tahun 1999 juga telah dilakukan suatu penelitian mengenai keefektifan
tiga metode pengajaran membaca yang dilakukan oleh Nunuy Nurjanah (1999).
Ketiga metode itu adalah Metode Abjad, Metode Global, dan Metode SAS. Hasil
penelitian tersebut membuktikan bahwa metode yang paling efektif dipergunakan
dalam pengajaran membaca permulaan adalah Metode SAS. Hal tersebut dapat
terlihat dari perbandingan nilai rata-rata prates dan pascates ketiga metode yang
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
6
diteliti, yaitu Metode Abjad sebesar 10,2%, Metode Global sebesar 8,2%, dan
Metode SAS sebesar 17%.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah tersebut ditemukan
bahwa meskipun metode yang paling efektif dipergunakan telah diketahui, yaitu
Metode SAS namun hasil proses belajar mengajar membaca permulaan belum
memuaskan. Hal tersebut diketahui dari 120 sampel yang diteliti, yang dapat
membaca dengan benar hanya 4,6%, sisanya 95,4% belum dapat membaca.
Dari hasil wawancara penulis pada bulan Juli 2011 dengan guru kelas I MI
Muhammadiyah Wirasana dan guru MI yang ada di Kecamatan Purbalingga,
pengajaran membaca permulaan di MI tersebut tidak menggunakan pendekatan
tematik.Walaupun kurikulum menekankan pengajaran di kelas rendah
menggunakan pendekatan tematik.
Kondisi ini menunjukkan bahwa reformasi dalam sistem pendidikan
nasional kita sudah menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditunda lagi,
terutama pada jenjang pendidikan dasar yang menjadi landasan bagi
pengembangan pendidikan pada jenjang selanjutnya. Pendidikan dasar yang
menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan di tingkat selanjutnya, haruslah
mampu berfungsi mengembangkan potensi diri peserta didik dan juga sikap serta
kemampuan dasar yang diperlukan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat,
terutama untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam masyarakat, baik dari
sisi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial maupun budaya, di tingkat lokal maupun
global. Kemampuan dasar yang harus dimiliki peserta didik dan menjadi tujuan
utama dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah kemampuan dalam membaca,
menulis dan berhitung atau sering kali disebut dengan istilah ”the 3Rs”.
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
7
Upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran harus dilaksanakan demi
tercapainya tujuan penyelenggaraan pendidikan dasar. Karena inti dari
peningkatan mutu pendidikan adalah terjadinya peningkatan kualitas dalam proses
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.
Berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah melalui Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), menetapkan pendekatan tematik sebagai pendekatan
pembelajaran yang harus dilakukan pada siswa Sekolah Dasar/MI terutama pada
siswa kelas rendah (kelas I s.d III). Menurut BSNP (2006:35) penetapan
pendekatan tematik dalam pembelajaran di SD/MI dikarenakan perkembangan
peserta didik pada kelas rendah Sekolah Dasar/MI, pada umumnya berada pada
tingkat perkembangan yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik) serta baru mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana.
Oleh karena itu proses pembelajaran masih bergantung kepada objek konkret dan
pengalaman yang dialami secara langsung.
Pembelajaran yang dilakukan dengan mata pelajaran terpisah akan
menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat
kesulitan bagi peserta didik mengaitkan konsep dengan kehidupan nyata mereka
sehari-hari. Akibatnya, para siswa tidak mengerti manfaat dari materi yang
dipelajarinya untuk kehidupan nyata. Sistem pendidikan seperti ini membuat
manusia berpikir secara parsial, terkotak-kotak, yang menurut David Orr dalam
(Megawangi, 2005) adalah akar dari permasalahan yang ada. Penetapan
pendekatan tematik dalam proses pembelajaran juga diharapkan dapat
menjembatani pendidikan yang telah dialami anak di Taman Kanak-Kanak (TK),
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
8
sehingga dapat menekan angka mengulang kelas yang masih tinggi terutama pada
kelas rendah.
Berdasarkan rumusan di atas, kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia
hendaknya mampu mengembangkan dan mengarahkan siswa dengan segala
potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu guru dapat mendorong siswa
untuk:
1. Membaca a. Memahami teks pendek dengan membaca nyaring. b. Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi
anak. 2. Menulis
a. Menulis permulaan dengan menjiplak menebalkan, mencontoh, melengkapi, dan menyalin.
b. Menulis permulaan dengan huruf tegak bersambung melalui dikte dan menyalin ( BSNP, 2006:1-102)
Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas terkait dengan
kemampuan guru, baik sebagai perancang pembelajaran maupun pelaksanaan di
lapangan. Guru dituntut mampu melakukan pembaharuan khususnya dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu dengan merancang pembelajaran
berdasarkan pengalaman belajar bagi siswa sehingga menghasilkan pembelajaran
yang bermakna. Pembelajaran bermakna apabila mengarah pada pendekatan
pembelajaran yang menunjang penciptaan beiajar siswa secara aktif dan kreatif,
akan dapat memotivasi siswa dalam kegiatan belajarnya. Kebermaknaan proses
dan hasil pembelajaran ditentukan pula oleh kinerja guru dalam unjuk
kemampuan profesionalismenya di lapangan, mulai menyusun rancangan
pembelajaran hingga pada tingkat operasionalnya dapat menggunakan keragaman
metode, media, sumber pembelajaran, serta penilaian yang dikembangkan.
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
9
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi
yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas
awal sekolah dasar/madrasah yakni kelas satu lebih sesuai jika dikelola dalam
pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk
memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan
dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk MI
kelas 1.
Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini diarahkan pada pengembangan
pembelajaran membaca dan menulis permulaan menggunakan pendekatan
tematik dengan harapan dapat memperbaiki dan meningkatkan proses
pembelajaran serta meningkatkan kemampuan dasar siswa Madrasah/Sekolah
Dasar. Pengembangan pembelajaran membaca-menulis permulaan dengan
pendekatan tematik dibatasi oleh (1) desain, perencanaan, penyusunan perangkat
pembelajaran tematik yang akan digunakan beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya, (2) penerapan pembelajaran tematik yang dilakukan oleh guru
di kelas I MI, dan (3) dampak dari penerapan pembelajaran tematik terhadap
kemampuan dasar siswa kelas I MI.
Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah yang ada di kecamatan
Purbalingga kabupaten Purbalingga yaitu, MI Muhammadiyah Wirasana dengan
MI Muhammadiyah Cabang Purbalingga dengan subyek penelitian adalah guru
dan siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Purbalingga, Kabupaten
Putbalingga. Pengumpulan data dilakukan melalui tes dan observasi. Data yang
dikumpulkan terutama berhubungan dengan tahap perencanaan, penyusunan
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
10
perangkat , pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran tematik. Data yang terkumpul
kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu "Pembelajaran Membaca Menulis
Permulaan dan Mata Pelajaran IPS melalui Pendekatan Temarik di Kelas I MI Se-
Kecamatan Purbalingga,” maka penelitian ini dibatasi pada masalah
pengembangan pembelajaran Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar (KD) membaca
lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan intonasi
yang tepat, melengkapi kalimat yang belum selesai berdasarkan gambar, mata
pelajaran IPS Kompetensi Dasar (KD) menceritakan pengalaman, melaui
pendekatan tematik dengan tema pengalaman.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I MI seKecamatan Purbalingga di
Kabupaten Purbalingga dengan sampel penelitiannya adalah hasil belajar siswa
kelas I MI Se-Kecamatan Purbalingga di lingkungan Kementerian Agama
Kabupaten Purbalingga semester dua tahun pelajaran 2011-2012.
2. Perumusan Masalah
Selanjutnya, dengan mempertimbangkan prosedur penelitian, penulis
membatasi penelitian terhadap permasalahan tersebut dalam aspek-aspek
sebagaimana dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Apakah penerapan pendekatan tematik dalam pembelajaran membaca
menulis permulaan dan mata pelajaran IPS di kelas I efektif ?
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
11
b. Apakah penerapan pendekatan tematik dalam pembelajaran menulis
permulaan dalam mata pelajaran IPS di kelas I efektif ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut:
1. untuk mengetahui efektivitas penerapan pendekatan tematik dalam
pembelajaran membaca menulis permulaan dalam mata pelajaran IPS di
kelas;
2. untuk mengetahui efektivitas penerapan pendekatan tematik dalam
pembelajaran menulis permulaan dalam mata pelajaran IPS di kelas.
D. Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar merupakan titik tolak penulis dalam meneliti dan
membahas permasalahan yang telah dirumuskan. Dengan demikian, anggapan
dasar memiliki kedudukan yang penting dalam suatu penelitian.
Penelitian ini didasarkan pada anggapan dasar atau asumsi dari teori tentang
metode pengajaran bahasa khususnya membaca dan menulis permulaan di SD/MI.
Adapun sumber teori diambil dari pendapat Suryatin ( 1990: 23) mengemukakan
bahwa proses kegiatan membaca dimulai dari penguasaan kode-kode bahasa, yang
diikuti oleh penguasaan kosa kata atau perbendaharaan kata, kemudian
pemahaman kalimat, paragraf, dan sampai pada akhirnya pemahaman teks /
wacana.
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
12
Teori berikut dari Henry Guntur Tarigan dalam buku “Menulis sebagai
suatu Ketrampilan Berbahasa” ( Tarigan, 2008: 22), dikatakan bahwa menyalin /
mengkopi huruf-huruf ataupun menyusun menset suatu naskah dalam huruf-huruf
tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang-orang tersebut tidak
memahami bahasa tersebut beserta representasinya.
Teori berikut dari Hamzah B. Uno dalam Ausubel (1968:13) yang disebut
dengan “belajar bermakna” atau meaningfull learning. Dengan kata lain belajar
akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya
dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada mendengarkan guru
menjelaskan.
2. Hipotesis Penelitian
Berdasar pada anggapan dasar, postulat atau asumsi dasar penelitian di atas
dapat ditentukan hipotesis penelitian. Hipotesis merupakan suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
yang terkumpul dan pengolahan data tersebut. Hipotesis penelitian ini sebagai
berikut.
a. Penerapan pendekatan tematik pada pembelajaran membaca permulaan
dalam mata pelajaran IPS di kelas sangat evektif.
b. Penerapan pendekatan menulis permulaan dalam mata pelajaran IPS
dengan menggunakan pendekatan tematik di kelas sangat efektif.
Hipotesis yang sudah dirumuskan di atas berimplikasi terhadap hasil
penelitian. Oleh karena itu, keputusan hasil penelitian dapat diterima apa adanya
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
13
tanpa ada rekayasa keputusan. Artinya bila dalam hasil penelitian ini ternyata
hipotesis tidak terbukti, maka akan diterima apa yang sesuai dengan tingkat
keobjektifan pelaksanaan penelitian ini.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengkaji
pendekatan-pendekatan pembelajaran bahasa dan sastra khususnya dalam bidang
pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat pada berbagai pihak, baik secara teoritis maupun praktis
yaitu sebagai berikut .
1. Bagi guru Madrasah Ibtidaiyah :
a. memperoleh pengalaman langsung tentang proses pembelajaran
membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan pendekatan
tematik di Madrasah Ibtidaiyah, khususnya di kelas I;
b. memperoleh pengalaman pengembangan pembelajaran membaca dan
menulis permulaan dalam pembeiajaran Bahasa Indonesia di
Madarasah Ibtidaiyah kelas I.
2. Bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah, melalui penelitian ini dapat
membangkitkan motivasi, minat, dan gairah belajar siswa dalam
mempelajari Bahasa Indonesia.
3. Bagi Peneliti:
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
14
a. memperoleh model alternatif penerapan pendekatan tematik dalam
pembelajaran membaca dan menulis permulaan yang terpadu dengan
mata pelajaran lain;
b. menggunakan pendekatan tematik dalam pembelajaran membaca dan
menulis permulaan memberikan kesempatan pada siswa untuk
mencari dan menemukan sendiri (discovery method);
c. melakukan pemberian tindakan secara kolaboratif oleh peneliti
terhadap guru kelas I Madrasah Ibtidaiyah akan memperkaya
pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan tehnik
dan strateginya, khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
dengan menggunakan pendekatan tematik.
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini diarahkan pada
pengembangan pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan
menggunakan pendekatan tematik yang dapat memperbaiki dan meningkatkan
proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan dasar siswa Madrasah
Ibtidaiyah. Sejumlah permasalahan yang telah diidentifikasi di atas sangat
penting untuk diteliti dan dikaji lebih mendalam. Identifikasi masalah tersebut
masih terlalu luas oleh karena itu perlu adanya batasan masalah. Keluasan atau
kompleksitas masalah akan sulit dalam menentukan bahan penelitian yang tepat.
Ketepatan dalam membahas atau pelaksanaan penelitian akan menghasilkan
sebuah penelitian yang diharapkan. Batasan masalah di bawah ini merupakan
jawaban atas pertanyaan " Pengembangan pembelajaran apa yang dijadikan
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
15
bahan penelitian?" dan " Pendekatan pembelajaran apa yang dijadikan bahan
penelitian?" Jawaban kedua pertanyaan tersebut merupakan batasan masalah
penelitian berikut ini.
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pembelajaran tematik pada ketrampilan
membaca dan menulis permulaan dikaitkan dengan mata pelajaran IPS pada
kompetensi dasar Menjelaskan lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam
menjaga kebersihan rumah yang bertema “Pengalaman.”
2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian terbatas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam lingkup
atau aspek ketrampilan membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan
pendekatan tematik di kelas 1 MI seKecamatan Purbalingga kabupaten
Purbalingga.
G. Definisi Operasional
1. Membaca Permulaan
Kemampuan membaca dan menulis permulaan adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
disampaikan penulis melalui media kata-kata, bahasa tertulis (Tarigan, 2008: 7).
Proses kegiatan membaca dimulai dari penguasaan kode-kode bahasa, yang
diikuti oleh penguasaan kosa kata atau perbendaharaan kata, kemudian
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
16
pemahaman kaiimat, paragraf, dan sampai pada akhirnya pemahaman teks /
wacana (Suryatin, 1990: 23). Belajar membaca permulaan, terdiri atas dua tahap,
yaitu: 1) tahap belajar tanpa buku, 2) tahap belajar mempergunakan buku. Tahap
belajar tanpa buku, proses pembelajaran lebih banyak mempergunakan kartu-
kartu dari pada tulisan, seperti kartu kaiimat, kartu kata-kata, kartu suku-kata, dan
kartu huruf. Proses analisis siswa berjalan baik manakala siswa belajar melalui
proses / tahapan-tahapan dengan menjarangkan kartu suku-kata, kemudian
merapatkannya kembali menjadi bagian dari kaiimat. Cara ini dilakukan guru
untuk mengurangi kemungkinan siswa untuk "menghapal" bahan bacaan yang
sedang dipelajari.
2. Menulis Permulaan
Menulis merupakan salah satu jenis bahasa tulis yang bersifat produktif,
artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan
sesuatu, dalam hal ini menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang
memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan
antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan
mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas dengan menggunakan bahasa
yang efektif, dan kemampuan dalam menerapkan kaidah tulis menulis dengan
baik. Menurut Tarigan menulis adalah:
Menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahsa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan refresentasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis. Dengan perkataan
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
17
lain: menggambar huruf-huruf bukanlah menulis. Seorang pelukis dapat saja melukis huruf-huruf Cina, tetapi ia tidak dapat dikatakan menuiis, kalau dia tidak tahu bagaimana cara menulis bahasa Cina, yaitu kalau dia tidak memahami bahasa Cina beserta huruf-hurufnya. Dengan kriteria seperti itu, maka dapatlah dikatakan bahwa menyalin / mengkopi huruf-huruf ataupun menyusun menset suatu naskah dalam huruf-huruf tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang-orang tersebut tidak memahami bahasa tersebut beserta refresentasinya ( Tarigan, 2008: 23) Satuan lembaga pendidikan
c. Mata Pelajaran IPS
Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang
merupakan mata pelajaran umum yang wajib diikuti oleh siswa pada satuan
lembaga pendidikan baik SD maupun MI dari kelas satu sampai dengan kelas
enam. Mata Pelajaran IPS di kelas satu isi materinya masih sederhana yaitu
materi yang masih ada hubungan dengan lingkungan siswa.
d. Pembelajaran
Yang dimaksud dengan pembelajaran, adalah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar Pembelajaran merupakan
proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep
pembelajaran menurut Syaiful Sagala (dalam Corey 2011:61) adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset
khusus dari pendidikan. Mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan
pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011
18
e. Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan.
Pembelajaran Membaca – Menulis..., Suratmo, Program Pascasarjana UMP, 2011