105
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan perkembangan bangsa itu sendiri. Pendidikan tidak lagi hanya dilihat dari dimensi rutinitas, melainkan harus diberi makna mendalam dan bernilai bagi perbaikan kinerja pendidikan sebagai salah satu instrumen utama pengembangan sumberdaya manusia dengan multi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar mencakup ujian, tugas-tugas dan pengamatan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, memerlukan guru dan peserta didik, karena merupakan satu unsur dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Selain itu sekolah sebagai salah satu unsur dalam dunia pendidikan saat ini sedang menjadi perhatian dari berbagai pihak, karena pendidikan sangat diperlukan oleh masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang sangat kompleks. Pendidikan saat ini terus berbenah diri menemukan cara yang terbaik untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Ada dua pendekatan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah yaitu pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan pendekatan yang menekankan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran yang baik dapat memberikan hasil belajar yang baik, sebaliknya suatu hasil belajar yang baik harus diimbangi dengan proses pembelajaran yang baik juga. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru dalam membimbing peserta didik. Kegiatan pembelajaran yang baik harus terjadi interaksi dua arah antara guru dengan peserta didik. Guru dalam menyampaikan materi harus mendapatkan respon yang baik dari peserta didik. Peserta didik harus memperhatikan penjelasan, bertanya apabila ada materi yang kurang jelas, serta aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · PDF filemencapai nilai KKM akan tetapi ditemukan permasalahan berkaitan dengan kegiatan ... Geografi di SMA Negeri 5 Surakarta kurang

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memiliki peranan

yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan

perkembangan bangsa itu sendiri. Pendidikan tidak lagi hanya dilihat dari dimensi

rutinitas, melainkan harus diberi makna mendalam dan bernilai bagi perbaikan

kinerja pendidikan sebagai salah satu instrumen utama pengembangan

sumberdaya manusia dengan multi kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik. Keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada

hasil belajar mencakup ujian, tugas-tugas dan pengamatan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, memerlukan guru dan

peserta didik, karena merupakan satu unsur dalam melaksanakan proses belajar

mengajar yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Selain itu sekolah

sebagai salah satu unsur dalam dunia pendidikan saat ini sedang menjadi

perhatian dari berbagai pihak, karena pendidikan sangat diperlukan oleh

masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang sangat kompleks. Pendidikan saat

ini terus berbenah diri menemukan cara yang terbaik untuk mencapai hasil yang

sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Ada dua pendekatan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah yaitu

pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan pendekatan yang menekankan

proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran yang baik dapat memberikan

hasil belajar yang baik, sebaliknya suatu hasil belajar yang baik harus diimbangi

dengan proses pembelajaran yang baik juga. Pelaksanaan pembelajaran di dalam

kelas merupakan salah satu tugas utama guru dalam membimbing peserta didik.

Kegiatan pembelajaran yang baik harus terjadi interaksi dua arah antara guru

dengan peserta didik. Guru dalam menyampaikan materi harus mendapatkan

respon yang baik dari peserta didik. Peserta didik harus memperhatikan

penjelasan, bertanya apabila ada materi yang kurang jelas, serta aktif dalam

kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk

1

2

mencapai tujuan pembelajaran tidak lepas dengan penggunaan metode

pembelajaran yang digunakan. Ketepatan guru dalam menggunakan metode

pembelajaran sangat diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran,

mencapai tujuan pembelajaran, serta berdampak pada peningkatan hasil belajar

peserta didik.

Berdasarkan wawancara pratindakan dengan guru Geografi kelas XI IPS

Ibu Dra. Puji Wijayanti di SMA Negeri 5 Surakarta pada bulan Desember 2014

diperoleh informasi bahwa pembelajaran Geografi yang dilakukan guru

didominasi penggunaan metode pembelajaran ceramah disertai bantuan slide

powerpoint. Hal ini mengakibatkan kurangnya pemberian kesempatan peserta

didik untuk bersikap aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga apabila

dilakukan secara terus menerus menyebabkan kejenuhan peserta didik dalam

memahami materi yang telah disampaikan oleh guru.

Berdasarkan nilai peserta didik pada semester gasal yang diperoleh dari

dokumen daftar nilai guru Geografi kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta tahun

pelajaran 2013 / 2014 menunjukkan bahwa nilai rata – rata ulangan harian

Geografi semester ganjil kelas XI IPS 1 sebesar 75,74, kelas XI IPS 2 sebesar

75,71, kelas XI IPS 3 sebesar 74,89, kelas XI IPS 4 sebesar 74,79, kelas XI IPS 5

sebesar 77,11. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata – rata

hasil belajar peserta didik setiap kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta pada tahun

pelajaran 2013 / 2014 dengan metode pembelajaran yang telah dilakukan oleh

guru menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik sudah mencapai nilai kriteria

ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah ditetapkan yaitu 72. Meskipun sudah

mencapai nilai KKM akan tetapi ditemukan permasalahan berkaitan dengan

kegiatan pembelajaran, antara lain belum bervariasinya penggunaan metode

mengajar serta dalam kegiatan pembelajaran masih sering ditemui adanya

kecenderungan meminimalkan keterlibatan peserta didik. Dominasi guru dalam

proses pembelajaran mengakibatkan kecenderungan peserta didik lebih bersifat

pasif, sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan

menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan atau sikap yang mereka butuhkan.

3

Belum optimalnya aktifitas peserta didik dalam kelas, kondisi kelas kurang

kondusif menjadi suatu permasalahan dalam proses kegiatan pembelajaran.

Berangkat dari permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu metode

pembelajaran yang mampu memperbaiki kegiatan pembelajaran yang nantinya

mampu mengoptimalkan kembali hasil belajar peserta didik, bagaimana caranya

guru menyampaikan materi agar peserta didik merasa senang dan mudah paham

terhadap materi yang dipelajari, serta aktifitas peserta didik lebih optimal dalam

kegiatan pembelajaran. Dengan demikian hasil belajar Geografi akan meningkat

apabila ada pembaharuan dalam pembelajaran terutama penggunaan metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Prinsip umum penggunaan metode pembelajaran adalah bahwa tidak

semua metode pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan

pembelajaran. Hal demikian disebabkan karena setiap metode pembelajaran

memiliki kekhasan masing – masing. Salah satu pendekatan pembelajaran yang

sering digunakan adalah pembelajaran kooperatif ( Cooperative Learning ).

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kelompok kecil supaya peserta didik

dapat bekerjasama dalam kelompok untuk mempelajari isi kandungan pelajaran

dari berbagai kemahiran.

Metode pembelajaran NHT ( Numbered Heads Together ) dan STAD

( Student Team Achievement Division ) merupakan dua jenis metode di antara

sekian banyak metode dalam cooperative learning. Metode pembelajaran NHT

dan STAD diduga cocok untuk materi dengan konsep penalaran, analisis, serta

pemahaman materi dalam kehidupan sehari – hari. Menurut Karyadi, Widodo,

Joko., & Muhsin (2012:5),“Pada sistem pembelajaran NHT memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan temannya akan lebih

meningkat kemampuannya dalam memahami materi“. Dengan demikian,

penggunaan metode pembelajaran NHT dan STAD diduga cocok pada materi

kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya

dengan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan karakteristik masing-masing

metode pembelajaran tersebut. Dengan melakukan diskusi, peserta didik dapat

bertukar pikiran dan saling membantu dalam kelompoknya apabila ditemukan

4

permasalahan. Dengan metode ini semua peserta didik memiliki kesempatan yang

sama untuk menyumbangkan yang terbaik untuk tim kelompoknya, bertanggung

jawab terhadap hasil diskusi kelompoknya sehingga semua anggota kelompok

dituntut untuk benar – benar memahami materi yang dipelajari. Metode

pembelajaran NHT dan STAD menuntut peserta didik untuk diskusi dengan

sungguh – sungguh, bertanggung jawab terhadap hasil diskusi kelompoknya, serta

tidak mengandalkan pada peserta didik yang pandai karena mereka juga akan

menghadapi kuis secara individu setelah selesai pembelajaran. Penggunaan

metode pembelajaran dalam suasana kerjasama baik kerjasama tim maupun

tanggung jawab individu pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian

lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan ini

diharapkan efektif dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan berdampak positif

terhadap hasil belajar Geografi peserta didik yang lebih optimal.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian berjudul “Efektivitas Metode Pembelajaran NHT dan STAD

Terhadap Hasil Belajar Geografi Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 5

Surakarta Tahun Pelajaran 2013 / 2014”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat

diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Proses kegiatan pembelajaran masih terfokus pada guru (teacher centre),

metode pembelajaran yang digunakan didominasi penggunaan metode ceramah

disertai bantuan slide powerpoint sehingga kurang memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk bersikap aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Kurangnya variasi metode pembelajaran mengakibatkan mata pelajaran

Geografi di SMA Negeri 5 Surakarta kurang mendapat respon yang baik oleh

sebagian peserta didik. Peserta didik cenderung belajar serta bersikap pasif di

dalam kelas sebagai akibat kegiatan pembelajaran yang berlangsung satu arah

antara guru dengan peserta didik, sehingga suasana kerjasama kelompok tidak

ditemui seperti dalam metode pembelajaran NHT dan STAD.

5

C. Pembatasan Masalah

Agar dalam pembahasan permasalahan – permasalahan dapat lebih

mendalam dan tidak terlalu luas cakupannya, maka masalah dalam penelitian ini

dibatasi pada efektivitas metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT),

Student Team Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar Geografi pada

kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam

kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA

Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah di atas, maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode

pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement

Division ( STAD ), dan ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2013/2014 ?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode

pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) dengan metode pembelajaran

Student Team Achievement Division ( STAD ) pada kompetensi dasar

“Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5

Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 ?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode

pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) dengan metode pembelajaran

ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian lingkungan

hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik

kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 ?

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode

pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) dengan metode

6

pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian

lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan”

peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran

2013/2014 ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan

metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team

Achievement Division ( STAD ), dan ceramah pada kompetensi dasar

“Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5

Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan

metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) dengan metode

pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) pada kompetensi

dasar “Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5

Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan

metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) dengan metode

pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian

lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan”

peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran

2013/2014.

4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan

metode pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) dengan

metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

7

berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan Geografi

khususnya teori tentang metode pembelajaran Numbered Heads Together

(NHT) dan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)

yang mampu mempengaruhi hasil belajar Geografi pada kompetensi dasar

mendiskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi peserta didik :

Mendapat kemudahan dalam memahami materi pelajaran dalam suasana

baru untuk meningkatkan hasil belajar Geografi dalam proses kegiatan

pembelajaran.

b. Manfaat bagi guru :

Memberikan masukan kepada guru tentang metode pembelajaran yang tepat

dan inovatif khususnya penggunaan metode pembelajaran Numbered Heads

Together ( NHT) dan metode pembelajaran Student Team Achievement

Division ( STAD ) pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian

lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

c. Manfaat bagi sekolah :

Memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka

perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

d. Manfaat bagi peneliti :

Menerapkan ilmu yang telah diterima di bangku kuliah khususnya yang

berkaitan dengan pendidikan Geografi serta mendapatkan pengalaman

8

langsung dalam penerapan metode pembelajaran Numbered Heads Together

( NHT ), Student Team Achievement Division ( STAD ), dan metode ceramah

pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup

dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas

XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013 / 2014.

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Model Pembelajaran

Menurut Trimo (2006:3), ”Model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Sedangkan Wahab (2009:52) berpendapat, ”Model mengajar adalah merupakan

sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh

pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku

peserta didik seperti yang diharapkan”.

Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa model pembelajaran

merupakan sebuah kerangka konseptual yang digunakan dalam perencanaan

pembelajaran oleh guru untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai.

Dalam mengajarkan suatu materi pelajaran hendaknya guru harus memilih

model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif (cooperative learning). Isjoni (2010 :16 ) mengemukakan bahwa

cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini

banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat

pada peserta didik, digunakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan guru

pada saat kegiatan pembelajaran. Untuk mendefinisikan pengertian

pembelajaran kooperatif. Sugiyanto (2009:37) berpendapat, “Model

pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar“. Slavin (2009:4) juga

berpendapat, “ Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok – kelompok kecil untuk

saling membantu sama lainnya dalam membelajari materi pelajaran “. Solihatin

9

10

(2008:4) berpendapat, “ Cooperative learning merupakan suatu sikap atau

perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam

struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang

atau lebih diana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari

setiap anggota kelompok itu sendiri. Isjoni (2010:15) juga berpendapat,

” Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar

dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang

secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah

dalam belajar”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan bentuk pembelajaran yang lebih mengutamakan kerjasama peserta

didik dalam kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

terkait dengan materi pelajaran.

Keberhasilan dalam model cooperatif learning bukan semata – mata

ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan hasil

belajar akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama – sama dalam

kelompok – kelompok belajar yang terstruktur dengan baik. Slavin (2009:10)

mengemukakan bahwa “Tiga konsep penting bagi cooperative learning antara

lain : penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses

yang sama”.

Dengan demikian, peserta didik akan merasa terdorong dalam

memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran,

karena peserta didik dapat bekerja sama dengan peserta didik lain dalam

menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi

pelajaran yang dihadapi. Peserta didik akan bekerjasama secara maksimal.

Kerjasama disini adalah setiap anggota kelompok harus saling membantu

dalam menguasai bahan materi. Bagi peserta didik yang memiliki kemampuan

tinggi harus membantu teman sekelompoknya yang memiliki kemampuan

rendah karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Dengan

demikian setiap anggota kelompok harus memiliki rasa tanggung jawab

11

terhadap kelompoknya. Apabila kelompok mengalami kesulitan dalam

pemecahan masalah, peranan guru dalam membimbing sangat diperlukan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Nengah D.N., Wayan L., & Nyoman D

(2013:5), menyatakan bahwa adanya kegiatan belajar peserta didik secara

berkelompok akan sukses secara akademis dibandingkan bekerja sendiri karena

kerja kelompok mendorong peserta didik untuk saling membantu satu sama

lain untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian guru hendaknya

menggunakan beberapa pembelajaran kooperatif agar peserta didik mampu

terdorong untuk menyelesaikan permasalahan bersama sehingga hasil belajar

mereka dapat meningkat.

Menurut Iqbal Javel, Kousar, Rahman (2011:256) menyatakan tujuan

pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

Collaborative learning prepares students to work collaboratively and

creates new ideas for students It was also revealed that collaborative

learning provided user friendly environment and promotes positive

interdependence among student and teacher. It encouraged group

discussion and developed team work skills. It was also found that it

provided feedback on assessment work and knowledge. Collaborative

learning is easy in group work and createed decision making ability

about the task assigned.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif memiliki tujuan untuk memersiapkan peserta didik bekerja sama

dalam menciptakan ide – ide baru, memberikan saling ketergantungan positif

antara peserta didik dengan guru, memberikan umpan balik pada hasil

pekerjaan dan pengetahuan, serta memberikan kemudahan kelompok dalam

pengambilan keputusan tentang tugas yang diberikan oleh guru.

Menurut Slavin (2009:11) beberapa metode pembelajaran kooperatif

diantaranya : Student Team Achievement Division ( STAD ), Team Games

Tournament ( TGT ), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and

Composition ( CIRC ), dan Team Accelerated Instruction ( TAI ). Masing –

masing metode tersebut melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab

individual, dan kesempatan sukses yang sama tetapi dengan cara yang berbeda.

12

Sedangkan menurut Suprijono (2009:89), terdapat metode – metode

pembelajaran kooperatif yaitu : (1) Jigsaw, (2) Thing-pair-share, (3) Numbered

Heads Together, (4) Group Investigasi, (5) Two Stay two stray, (6) Make a

match,(7) Listening team, (8) Inside-Outside circle, (9) Bamboo Dancing,(10)

Point-Counter-Paint,(11) The Power of two

Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen menggunakan dua

pembelajaran kooperatif yaitu metode pembelajaran NHT dan STAD.

Sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah.

a. Metode Numbered Head Together (NHT)

Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dikembangkan

oleh Spencer Kagan tahun 1992 (dalam Anita Lie 2007:59). Lie (2007:59),

mengemukakan Numbered Heads Together ( NHT ) memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide – ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Sedangkan Ane,

Lestariyani, Kumala & Widiastuti (2012:94), berpendapat “Cooperative

learning, Numbered Heads Together (NHT) type is learning type which is

conducted for influencing the interaction between students and for

increasing student achievement”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran NHT merupakan metode pembelajaran dengan memberikan

kesempatan peserta didik untuk berinteraksi antara guru dengan peserta

didik lain, bertanggung jawab terhadap hasil kelompoknya sehingga

mampu mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Metode NHT ini

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan

ide, mempertimbangkan jawaban dengan tepat, serta mengecek pemahaman

mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Menurut Karyadi, Widodo, Joko., & Muhsin (2012:5), “Pada sistem

pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

bekerjasama dengan temannya akan lebih meningkat kemampuannya dalam

memahami materi “. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa penggunaan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

13

dapat melatih peserta didik untuk memiliki sikap bertanggung jawab,

bekerjasama dengan temannya, berpendapat, serta mengambil sebuah

keputusan sehinggga akan dapat mempermudah peserta didik dalam

memahami materi yang disajikan oleh guru. Pemahaman materi yang

meningkat juga akan berdampak pada hasil belajar mereka.

Menurut Lie (2007:60) terdapat 4 langkah pembelajaran kooperatif tipe

NHT antara lain :

(1) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok

mendapat nomor. (2) Guru memberikan tugas dan masing – masing

kelompok mengerjakannya. (3) .Kelompok memutuskan jawaban yang

dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota keompok

mengetahui jawaban ini. (4). Guru memanggil salah satu nomor. Siswa

dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

Agar pembelajaran NHT dapat berjalan sesuai prosedurnya, Suprijono

(2009) menyatakan:

Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together

diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok –

kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan

jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu

kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok, maka tiap

kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap orang diberi nomor 1-8.

Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan

yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. Berikan kesempatan

kepada tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together “

berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.

Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang

memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok. Mereka diberi

kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterima dari

guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor

yang sama dari masing – masing kelompok mendapat giliran

memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban –

jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam,

sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu

sebagai pengetahuan yang utuh (hlm.92).

14

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

langkah – langkah dalam pembelajaran NHT, antara lain :

1) Pembentukan kelompok dan penomoran ( numbering )

Dalam tahap ini guru membagi kelas dalam kelompok. Pembagian

kelompok dibuat secara heterogen ditinjau dari jenis kelamin,

kemampuan belajar. Pemberian nomor juga ditentukan berdasarkan

nomor urut anggota pada masing – masing kelompok. Dalam setiap

kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik.

2) Pemberian tugas

Dalam tahap ini guru memberikan tugas kepada setiap kelompok. Tugas

yang diberikan merupakan diskusi analisis kaitannya pada kompetensi

yang hendak dicapai. Tugas yang diberikan guru pada umumnya dapat

diberikan setelah guru memberikan materi secara sekilas.

3) Melakukan diskusi

Dalam tahap ini guru membagikan tugas kepada masing – masing

kelompok. Setiap peserta didik dalam kelompok berdiskusi dengan

sesama anggota kelompoknya untuk menyelesaikan pemecahan masalah

sesuai dengan materi yang diberikan. Diskusi kelompok hendaknya

setiap peserta didik harus bersikap aktif, artinya pendapat masing –

masing anggota kelompok nantinya dapat diuraikan dalam jawaban

kelompoknya serta menyatukan pendapat mereka. Guru dapat

membimbing masing – masing kelompok apabila setiap kelompok ada

yang belum paham terhadap materi yang disampaikan.

4) Konfirmasi Jawaban

Dalam tahap ini guru secara acak memanggil salah satu nomor. Peserta

didik dengan nomor yang dipanggil oleh guru mempresentasikan hasil

jawaban diskusi kelompok mereka. Apabila selesai mempresentasikan

guru dapat menghidupkan suasana kelas untuk berdiskusi serta

memberikan penguatan terhadap materi pelajaran setelah pelajaran

berakhir.

15

Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode NHT, setiap

individu selain bertanggung jawab terhadap kelompoknya mereka juga akan

bertanggung jawab terhadap hasil diskusi kelompoknya secara individu.

Guru secara acak akan memanggil salah satu peserta didik dalam kelompok

tersebut. Sehingga setiap peserta didik harus siap dan mengetahui jawaban

hasil kelompoknya untuk dipertanggung jawabkan di depan kelas ketika

guru memanggil salah satu peserta didik dalam mewakili kelompoknya.

Metode NHT diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab peserta

didik, memperdalam pemahaman materi serta mampu meningkatkan hasil

belajar peserta didik.

b. Metode Student Team Achievement Division (STAD)

Slavin (2005:143) berpendapat, “ STAD merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model

yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru

menggunakan pendekatan kooperatif”. Menurut Sugiyanto (2009:44) para

guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik

baru kepada siswa setiap minggu baik penyajian verbal maupun tertulis.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran STAD merupakan salah satu metode dalam pembelajaran

kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi

dengan kelompoknya bertujuan untuk mendapatkan informasi materi baru

kemudian dicari solusi permasalahan tersebut.

Pada pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa macam komponen

utama, Slavin (2009:143) berpendapat, “STAD memiliki lima komponen

utama, yaitu: (1) presentasi kelas; (2) tim; (3) kuis; (4) skor kemajuan

individual; (5) rekognisi tim”.

Menurut Sugiyanto ( 2009 : 44 ) langkah metode STAD antara lain :

(1) para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau

tim, masing – masing terdiri atas 4-5 anggota kelompok. Tiap tim

memiliki anggota yang heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun

kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ).(2) Tiap anggota tim

16

menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu

untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar

sesama anggota tim.(3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau

tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan

mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.(4) Tiap siswa

dan tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada

siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau

memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa langkah – langkah

dalam metode pembelajaran STAD antara lain sebagai berikut :

1) Apersepsi pelajaran

Dalam tahap ini guru menyampaikan pengenalan metode STAD kepada

peserta didik. Selain itu guru juga menyampaikan materi pelajaran

secara sekilas. Dalam penyampaian materi guru dapat menggunakan

media pembelajaran audiovisual untuk mempermudah guru dalam

menyajikan materi di depan kelas.

2) Pembentukan tim dan pemberian tugas kelompok

Tim terdiri dari 4-5 peserta didik anggota yang mewakili seluruh bagian

dari kelas dalam hal prestasi akademik maupun jenis kelamin. Fungsi

utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar –

benar belajar, dan khususnya lagi bisa mengerjakan kuis dengan baik.

Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari

materi, dan berbagai soal analisis berkaitan dengan materi pelajaran

yang diberikan oleh guru.

3). Melakukan kuis individual maupun kelompok

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan

presentasi dan sekitar satu atau dua periode pengelompokan tim, peserta

didik akan mengerjaka kuis individual maupun kuis kelompok. Peserta

didik tidak diperkenankan untuk saling membantu dalam mengerjakan

kuis. Sehingga tiap individu bertanggung jawab untuk memahami

materinya.

17

4). Skor kemajuan individual

Tujuan utama adanya skor kemajuan individual adalah untuk

memberikan kepada tiap peserta didik tujuan dan kinerja yang akan

dapat tercapai apabila mereka lebih giat dan memberikan kinerja yang

lebih baik daripada sebelumnya. Tiap individu dapat memberikan

kontribusi poin yang maksimal kepada timnya. Tiap peserta didik

diberikan skor awal yang diperoleh dari rata – rata kinerja peserta didik

sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Peserta didik

selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan

tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal

mereka.

5). Apresiasi tim

Tim akan memperoleh penghargaan dari guru apabila skor rata – rata

mereka mencapai kriteria tertentu.

Gagasan utama menerapkan metode pembelajaran STAD adalah untuk

mendorong peserta didik saling membantu sama lain. Kerjasama kelompok

sangat diperlukan dalam penguasaan materi, pemecahan masalah yang

diberikan oleh guru. Apabila peserta didik menghendaki agar kelompok

mereka memperoleh penghargaan, maka mereka harus lebih

bertanggungjawab dalam kelompoknya. Mereka harus saling membangun

kerjasama dalam kelompoknya dan meyakinkan kepada anggota

kelompoknya bahwa mereka melakukan kerjasama untuk melakukan yang

terbaik baik kelompoknya.

Berdasarkan uraian di atas kedua metode pembelajaraan kooperatif tipe

NHT dan STAD memiliki kesamaan yaitu sama – sama merupakan metode

pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dalam kelompok belajar

untuk mencapai tujuan belajar.

Perbedaan metode pembelajaran NHT dan STAD terletak pada langkah

pembelajarannya. Metode pembelajaran NHT memiliki ciri khusus bahwa

guru hanya menunjuk seorang peserta didik dengan nomor tertentu untuk

mewakili kelompoknya. Metode pembelajaran STAD memiliki ciri khusus

18

dengan membagi peserta didik ke dalam kelompoknya untuk belajar

bersama untuk mengerjakan permasalahan dalam diskusi kelompok maupun

mengerjakan kuis individu pada setiap akhir pertemuan. Keberhasilan tim

dalam menyelesaikan permasalahan ditentukan oleh keaktifan peserta didik

dalam kelompok tersebut.

c. Metode Ceramah

Dalam kegiatan pembelajaran tidak lepas dari peran guru dalam

memberikan materi. Dalam lingkungan pendidikan modern, metode

pembelajaran ceramah menjadi perdebatan karena banyak orang yang ingin

menolak sama sekali metode tersebut dengan alasan terlalu kuno. Namun

sebagian juga masih mempertahankan metode pembelajaran ceramah

dalamm kegiatan pembelajaran dengan berdalih bahwa metode tersebut

sejak dahulu sudah digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran.

Sagala ( 2010 : 201 ) berpendapat “ Ceramah adalah sebuah bentuk

interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta

didik “. Dalam kegiatan ceramah dominasi penuturan secara lisan oleh guru

sangat berperan penting. Sejalan dengan Sagala, Anitah (2009:85) juga

berpendapat “ Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh

guru terhadap kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini adalah

berbicara “.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang

digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik

secara lisan. Materi pembelajaran akan mudah disampaikan apabila guru

menyampaikan materi tersebut dengan rinci dan jelas. Dalam kegiatan

ceramah, peserta didik berperan sebagai pendengar dan teliti dalam

mencatat pokok – pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Bagi dunia

pendidikan metode pembelajaran ceramah sudah tidak asing bagi kalangan

guru. Hal ini disebabkan metode pembelajaran ceramah lebih mudah

19

digunakan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah berjalan dengan lancar

perlu adanya langkah – langkah yang harus dikuasai oleh guru.

Menurut Suradji (2008:12) jalannya pengajaran metode ceramah

sebagai berikut :

(1)Tahap persiapan. Dalam tahap ini perlu membangkitkan perhatian

serta minat peserta didik (2) Tahap penyajian bahan. Dalam tahap ini

yang perlu dilakukan ialah menghubungkan bahan baru dengan bahan

yang telah diketahui pembaca. (3) Tahap evaluasi. Dalam tahap ini guru

menanyakan bahan yang telah disajikan. Pertanyaan hendaknya ada yang

menuntut jawaban pikiran ( menyimpulkan sesuatu ). Apabila ternyata

ada bahan yang tidak mengerti oleh peserta didik maka guru perlu

mengulangi, menerangkan secara singkat tentang bahan

tersebut.(4)Tahap penutup. Dalam tahap ini guru menyimpulkan isi dari

bahan pelajaran yang baru disajikan, kemudian memberi waktu mencatat

( apa – apa yang disimpulkan ) atau guru menugaskan peserta didik

mengerjakan tugas tertentu.

Anitah (2009:88) mengemukakan sebagai metode pembelajaran,

pemberian pelajaran melalui ceramah mempunyai kelebihan dalam hal guru

menguasai arah pembicaraan seluruh kelas serta organisasi kelas sederhana.

Pusat perhatian materi yang disampaikan berasal dari guru, sehingga guru

mampu mengorganisasi suasana kelas.

Menurut Suradji (2008:14) kebaikan metode ceramah antara lain :

“(1) Ketertiban kelas mudah menjaganya, (2) Organisasi kelas

sederhana (3) Menghemat baik waktu maupun model lainnya,(4)

Melatih peserta didik untuk menggunakan pendengarannya dengan baik

serta menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan tepat, tepat

dan dalam waktu singkat”.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

keunggulan metode ceramah antara lain :

1) Guru menguasai kondisi kelas

Dengan metode ceramah, informasi pembelajaran diperoleh dari guru

ketika menyampaikan materi. Apabila kondisi kelas tidak kondusif maka

guru akan menegur dengan teguran lisan.

2) Melatih peserta didik untuk menggunakan pendengarannya dengan baik

20

Dalam menerima informasi pelajaran yang diperoleh guru, peserta didik

harus memperhatikan penjelasan guru. Peserta didik harus mendengarkan

penjelasan guru, mencatat pokok – pokok materi pelajaran,

menyimpulkan isi ceramah apabila menginginkan hasil belajarnya baik.

Meskipun metode ceramah memiliki kelebihan ternyata metode ini

juga memiliki kelemahan. Menurut Anitah (2009:88), kelemahan metode

ceramah antara lain : guru tidak dapat mengetahui sampai dimana peserta

didik telah mengerti pembicaraannya, kata – kata yang diucapkan guru

ditafsirkan lain oleh peserta didik.

2. Hasil Belajar Geografi

Sudjana (2005:22) berpendapat, “Hasil belajar adalah kemampuan–

kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman

belajarnya“. Masidjo (1995:25) mengemukakan hasil belajar merupakan hasil

akhir yang telah dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh program

studi yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, bisa

dinyatakan dengan nilai – nilai yang diperoleh melalui tes formatif.

Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan hasil belajar Geografi merupakan

hasil usaha yang diperoleh dari peserta didik selama proses pembelajaran

ditunjukkan dengan adanya nilai tes yang telah diberikan.

Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat

ditunjukan dengan penilaian hasil belajar peserta didik yang dinyatakan dengan

angka. Menurut Bloom dalam Sudjana (2005:22), berpendapat, “Dalam sistem

pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun

tujuan instruksional pengklasifikasian hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah

yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotorik “.

Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak dilakukan

guru untuk menilai kemampuan peserta didik dalam mengusai materi

pembelajaran. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran NHT, STAD, dan

ceramah digunakan untuk mengetahui hasil belajar Geografi dalam ranah

kognitif. Dalam melakukan penilaian hasil belajar berupa tes. Tes pada

21

umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik,

terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran

sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam melakukan penilaian,

test terdiri dari dua macam, yaitu tes uraian dan tes objektif.

(Sudjana, 2005 : 35). Dalam penelitian ini digunakan tes objektif untuk

penilaian metode pembelajaran. Tes objektif digunakan digunakan karena

luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudah menilai

jawaban yang diberikan. Tes objektif lebih fleksibel dan efektif untuk

mengukur pengetahuan, pengertian, kosakata, pengetrapan prinsip dan

kemampuan untuk menafsirkan data. Soal objektif yang digunakan dalam

penilaian hasil belajar adalah soal pilihan ganda. Bentuk pilihan ganda ini

terdiri atas suatu pernyataan atau pertanyaan dan sejumlah pilihan atau

alternatif jawaban. ( Masidjo, 2005 : 48 ). Dalam penelitian ini untuk

mengetahui hasil belajar Geografi dapat diukur dengan memberikan tes kepada

peserta didik. Tes tersebut diberikan dengan dua tahap yaitu pretest dan

posttest. Pretest diberikan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik

sebelum diberikan perlakuan, sedangkan posttest diberikan untuk mengetahui

kemampuan peserta didik setelah diberikan perlakuan menggunakan metode

pembelajaran. Masing–masing soal tes tersebut berupa tes objektif dalam

bentuk pilihan ganda.

Efektivitas merupakan bentuk kata benda dari kata efektif. Efektif berarti

dapat membawa hasil, berhasil guna, ada pengaruhnya, ada akibatnya, ada

efeknya. Efektivitas merujuk pada kata keefektifan yang memiliki arti

keberhasilan, keadaan berpengaruh ( Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007).

Roestiyah (2001:12) juga berpendapat, “ Efektif menunjuk pada sesuatu yang

mampu memberikan dorongan atau bantuan dalam mencapai suatu tujuan”.

Tujuan yang dimaksud adalah tujuan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut

Trianto ( 2009: 17 ) menyatakan bahwa “ Pembelajaran merupakan interaksi

dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi

komunikasi ( transfer ) yang intens dan terarah menuju suatu target yang telah

ditetapkan sebelumnya”. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya terjadi

22

komunikasi antara pihak guru dengan peserta didik sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Menurut Trianto (2009:20) dalam kegiatan pembelajaran dapat dikatakan

efektif apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(1) Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM.

(2) Rata – rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa. (3)

Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa

( orientasi keberhasilan belajar ) diutamakan. (4) Mengembangkan suasana

belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang

mendukung bukti tanpa mengabaikan butir.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa efektivitas

pembelajaran menunjukkan suatu keberhasilan tercapai atau tidaknya dalam

pembelajaran yang telah ditetapkan diukur dari kemampuan peserta didik.

Dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif seharusnya ditinjau dari

hubungan antara guru terhadap peserta didik dalam mengajar kelompok peserta

didik tersebut. Salah satu tolak ukur untuk mengetahui efektivitas pembelajaran

dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran. Menurut Sudjana (2005 : 22) terdapat

empat unsur utama yang harus terpenuhi dalam kegiatan pembelajaran antara

lain :

(1) Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya

adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa

setelah menerima dan menempuh pengalaman belajar. (2) Bahan / materi

adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum

untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar

sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. (3) Metode dan alat adalah

cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan. (4) Penilaian

adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang

telah ditetapkan itu tercapai atau tidak.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dapat

dilihat dari metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Suatu metode

pembelajaran yang tepat merupakan metode pembelajaran yang disesuaikan

dengan materi yang diajarkan, sedangkan metode pembelajaran yang efektif

merupakan metode yang memanfaatkan semua potensi untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu

23

metode pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil yang mendekati

sasaran serta sesuai dengan yang diharapkan berarti semakin tinggi

efektivitasnya. Dengan adanya hasil belajar Geografi antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol maka dapat diketahui efektivitas

perlakuan metode pembelajaran tersebut. Suatu perlakuan akan dikatakan

efektif apabila hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada

kelompok kontrol. Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran NHT

dan STAD yang diharapkan mampu mengefektifkan pembelajaran Geografi dan

berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik.

Dalam kegiatan belajar, peserta didik tidak akan lepas peran guru dalam

membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan. Sagala

(2010:61) berpendapat, ”Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang

dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau

nilai yang baru”. Makna pembelajaran hakikatnya merupakan kegiatan

interaksi antara guru dengan peserta didik dalam mempelajari suatu materi

untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut.

Pada penelitian ini menekankan pada keefektifan metode NHT dan STAD

pada pembelajaran Geografi di kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2013 / 2014 yang diukur dengan memberikan tes. Pakar Geografi

pada seminar dan Lokakarya peningkatan kualitas pengajaran Geografi di

Semarang tahun 1988 dalam Sumaatmadja (1997:11 ), telah merumuskan

konsep Geografi. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan

perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

kewilayahan dalam konteks keruangan. Berdasarkan uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran Geografi merupakan kegiatan interaksi

antara guru dengan peserta didik dalam mengkaji fenomena – fenomena

permukaan bumi dengan sudut pandang keruangan, kelingkungan, dan

kewilayahan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Dengan demikian, penekanan ilmu Geografi adalah mempelajari

fenomena– fenomena yang ada di permukaan bumi dilihat dari berbagai sudut

pandang, baik sudut pandang keruangan ( spasial ), sudut pandang ekologi

24

( kelingkungan ), dan sudut pandang kewilayahan ( region ). Oleh karena itu

dalam pembelajaran Geografi di tingkat sekolah membekali peserta didik

mengenali fenomena – fenomena di muka bumi dilihat dari sudut pandang

keruangan, ekologi, dan kewilayahan.

3. Materi Pelajaran

Materi pembelajaran Geografi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah

pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam

kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Indikator yang harus dicapai

peserta didik setelah mengikuti pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :

(a)Mendeskripsikan konsep pelestarian lingkungan hidup, (b) Mengidentifikasi

beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup, (c) Memberi contoh

tindakan – tindakan yang mencerminkan pelestarian lingkungan hidup dalam

kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan, (d) Menyimpulkan pentingnya

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan.

1) Mendeskripsikan konsep pelestarian lingkungan hidup

Pembangunan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembangunan selalu akan membawa

perubahan, baik berdampak positif maupun negatif. Pembangunan yang

membawa dampak positif sangat diharapkan oleh manusia demi

kelangsungan hidup. Modal pembanguan tersebut berupa modal buatan

manusia maupun sumberdaya alam. Untuk mencapai pembangunan

berkelanjutan, pembangunan haruslah berwawasan lingkungan, dengan kata

lain pembangunan berwawasan lingkungan merupakan syarat yang harus

dipenuhi agar dapat berkelanjutan.

2) Mengidentifikasi beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup

Dalam melakukan upaya melestarikan lingkungan hidup dapat dilakukan

dengan berbagai langakah, antara lain :konservasi sumberdaya pada

tingkat,konservasi sumberdaya pada tingkat nasional,konservasi

25

sumberdaya pada tingkat regional, serta konservasi sumberdaya pada tingkat

internasional

3) Contoh tindakan – tindakan yang mencerminkan pelestarian lingkungan

hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan

Beberapa contoh tindakan yang mencerminkan pelestarian lingkungan

antara lain : pelestarian tanah, pelestarian udara, pelestarian laut dan pantai,

pelestarian hutan serta pelestarian flora dan fauna

4) Menyimpulkan pentingnya pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya

dengan pembangunan berkelanjutan.

Dalam pembangunan berwawasan lingkungan hidup, peran serta

masyarakat juga sangat dibutuhkan. Kemajuan tingkat pembangunan pada

setiap sektor kehidupan masyarakat dewasa ini membawa implikasi

terhadap adanya perilaku manusia yang memiliki wawasan terhadap

pelestarian lingkungan hidup sebagai habitat bagi akumulasi dan interaksi

berbagai komponen biotik dan abiotik. Dengan demikian pelestarian dan

pemanfaatan lingkungan hidup mutlak diperlukan demi terwujudnya

pembangunan berkelanjutan sehingga potensi dan kekayaan alam Indonesia

dapat diwariskan pada generasi yang akan datang. Materi pelajaran

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

4. Penelitian yang Relevan

Suwatik ( 2010 ). Judul Penelitian : Penerapan Metode Numbered Heads

Together (NHT) Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Geografi Pada

Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer Dan Dampaknya Terhadap

Kehidupan Di Muka Bumi Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun

2009/2010. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( PTK ).

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kritis dan

analisis deskriptif komparatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil belajar

pada siklus I menunjukan bahwa penerapan metode NHT dalam pembelajaran

geografi belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan

26

indikator keberhasilan penelitian, ditunjukkan hasil belajar siswa yang baru

mencapai 63% dan minat siswa baru mencapai 71%. Hasil penelitian Siklus II

menunjukan bahwa penerapan NHT dalam pembelajaran geografi dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dan telah mencapai target keberhasilan

penelitian, ditunjukkan hasil belajar siswa telah mencapai 86% dan minat siswa

mencapai 83% dari jumlah siswa. (2) Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus

II meningkat 23% (siklus I = 63% dan siklus II = 86%), Minat belajar siswa

meningkat 12% (siklus I = 71% dan siklus II = 83%), hal ini menunjukkan

bahwa penerapan metode Numbered Heads Together yang kemudian disertai

dengan media google earth dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai

indikator keberhasilan penelitian.

Mega Nusantara Putri ( 2012 ). Judul Penelitian : Efektivitas

Penggunaan Metode Numbered Heads Together ( NHT ), Team Assisted

Individualization ( TAI ), Dan Ceramah Tanya Jawab Terhadap Hasil Belajar

Geografi Siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali Tahun 2011 / 2012. Jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen

semu dengan mengomparasikan 3 metode pembelajaran NHT, TAI, dan

ceramah tanya jawab. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini

adalah analisis varian satu arah.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat

perbedaan hasil belajar Geografi yang signifikan antara menggunakan metode

pembelajaran NHT dengan metode pembelajaran TAI, dan metode

pembelajaran ceramah tanya jawab pada kompetensi dasar menganalisis

hidrosfer dan dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi siswa kelas X

SMA Negeri 2 Boyolali tahun 2011 / 2013 yang ditunjukkan dengan harga

Fhitung>Ftabel (17.941>3.088). (2) Terdapat perbedaan hasil belajar Geografi

yang signifikan antara menggunakan metode NHT dengan TAI ditunjukkan

dengan harga Qhitung>Qtabel(3.978>3.82). (3) Terdapat perbedaan hasil

belajar Geografi yang signifikan antara menggunakan metode NHT dengan

ceramah ditunjukkan dengan harga Qhitung>Qtabel (8.466>3.82). (4) Terdapat

27

perbedaan hasil belajar Geografi yang signfikan antara menggunakan metode

TAI dengan ceramah ditunjukkan dengan harga Qhitung>Qtabel (4.488 >3.82).

Annik Qurniawati ( 2013 ). Judul Penelitian : Efektivitas Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together ( NHT ) Dengan

Media Kartu Pintar Dan Kartu Soal Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada

Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X Semester Genap SMA Negeri 8 Surakarta

Tahun Pelajaran 2012 / 2013”. Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Teknik analisis yang

digunakan pada penelitian ini adalah uji-t satu pihak.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : metode

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan media kartu pintar dan kartu soal

lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar hidrokarbon siswa kelas X

SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2012 / 2013. Hal ini ditunjukkan dari

rata – rata selisih, yaitu kenaikan prestasi belajar aspek kognitif kelas

eksperimen ( 59,5000 ) lebih tinggi dari rata – rata selisih nilai posttest dan

pretest aspek kognitif kelas kontrol ( 52,6786) serta rata – rata nilai afektif

untuk kelas eksperimen ( 119,5000 ) lebih tinggi daripada rata – rata nilai

afektif kelas kontrol ( 109, 6786 ).

28

Tabel. 2 1 Penelitian Relevan

Suwatik Mega Nusantara Putri Annik Qurniawati Bhian Rangga J R

Judul Penerapan Metode Numbered

Heads Together (NHT) Untuk

Meningkatkan Minat Dan

Hasil Belajar Geografi Pada

Kompetensi Dasar

Menganalisis Hidrosfer Dan

Dampaknya Terhadap

Kehidupan Di Muka Bumi

Siswa Kelas X-2 SMA Negeri

6 Surakarta Tahun 2009/2010

Efektivitas Penggunaan Metode

Numbered Heads Together ( NHT ),

Team Assisted Individualization (

TAI ), Dan Ceramah Tanya Jawab

Terhadap Hasil Belajar Geografi

Siswa kelas X SMA Negeri 2

Boyolali Tahun 2011 / 2012

Efektivitas Metode Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together ( NHT ) Dengan

Media Kartu Pintar Dan Kartu Soal

Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Pada Materi Pokok Hidrokarbon

Kelas X Semester Genap SMA

Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajarn

2012 / 2013.

Efektivitas Metode Pembelajaran

NHT dan STAD Terhadap Hasil Belajar

Geografi Peserta Didik Kelas XI IPS

SMA Negeri 5 Surakarta

Tahun Pelajaran 2013 / 2014

Tujuan (1) untuk mengetahui

peningkatan minat belajar

geografi siswa kelas X-2

SMA Negeri 6 Surakarta

tahun pelajaran

2009/2010 dengan

menggunakan metode

Numbered Heads

Together (NHT)

(1) untuk mengetahui perbedaan

hasil belajar Geografi antara

menggunakan metode

pembelajaran NHT dengan

metode pembelajaran TAI, dan

metode pembelajaran ceramah

tanya jawab pada kompetensi

dasar menganalisis hidrosfer

dan dan dampaknya terhadap

kehidupan di muka bumi siswa

kelas X SMA Negeri 2 Boyolali

tahun 2011 / 2013

Untuk mengetahui efektivitas

penggunaan metode pembelajaran

kooperatif tipe numbered Heads

Together ( NHT ) dengan media

kartu pintar dan kartu soal terhadap

prestasi belajar siswa pada materi

pokok Hidrokarbon kelas X SMA

Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran

2012 / 2013.

(1) Untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar Geografi antara

menggunakan metode pembelajaran

Numbered Heads Together ( NHT ),

Student Team Achievement Division

( STAD ), dengan ceramah pada

kompetensi dasar „Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam

kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas

XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta

Tahun Pelajaran 2013/2014.

(2) untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar

geografi siswa kelas X-2

SMA Negeri 6 Surakarta

tahun pelajaran

2009/2010 dengan

menggunakan metode

(2) untuk mengetahui perbedaan

hasil belajar Geografi antara

menggunakan metode NHT

dengan TAI pada kompetensi

dasar menganalisis hidrosfer

dan dan dampaknya terhadap

kehidupan di muka bumi siswa

kelas X SMA Negeri 2 Boyolali

(2) Untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar Geografi antara

menggunakan metode Numbered

Heads Together ( NHT ) dengan

metode Student Team Achievement

Division ( STAD ) pada kompetensi

dasar “Mendeskripsikan pelestarian

lingkungan hidup dalam kaitannya

28

29

Numbered Heads

Together (NHT)

tahun 2011 / 2013 dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas

XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta

Tahun Pelajaran 2013/2014.

(3) untuk mengetahui perbedaan

hasil belajar Geografi antara

menggunakan metode NHT

dengan Ceramah Tanya Jawab

pada kompetensi dasar

menganalisis hidrosfer dan dan

dampaknya terhadap kehidupan

di muka bumi siswa kelas X

SMA Negeri 2 Boyolali tahun

2011 / 2013

(3) Untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar Geografi antara

menggunakan metode Numbered

Heads Together ( NHT ) dengan

metode ceramah pada kompetensi

dasar „Mendeskripsikan pelestarian

lingkungan hidup dalam kaitannya

dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas

XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta

Tahun Pelajaran 2013/2014.

(3) untuk mengetahui perbedaan

hasil belajar Geografi antara

menggunakan metode TAI

dengan Ceramah Tanya Jawab

pada kompetensi dasar

menganalisis hidrosfer dan dan

dampaknya terhadap kehidupan

di muka bumi siswa kelas X

SMA Negeri 2 Boyolali tahun

2011 / 2013

(4) Untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar Geografi antara

menggunakan metode Student Team

Achievement Division ( STAD )

dengan metode ceramah pada

kompetensi dasar “Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam

kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas

XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta

Tahun Pelajaran 2013/2014.

Metode PTK Eksperimen semu Eksperimen semu Eksperimen semu

Teknik Analisis

Data

analisis deskriptif komparatif Anava satu arah Uji-t satu pihak Anava satu arah dan uji pasca anava

Hasil (1) Hasil belajar pada siklus I

menunjukan bahwa

penerapan metode NHT

dalam pembelajaran

(1) terdapat perbedaan hasil belajar

Geografi yang signifikan antara

menggunakan metode pembelajaran

NHT dengan metode pembelajaran

metode pembelajaran

kooperatif tipe NHT dengan

media kartu pintar dan kartu

soal lebih efektif untuk

29

30

geografi belum mampu

meningkatkan hasil

belajar siswa sesuai

dengan indikator

keberhasilan penelitian,

ditunjukkan hasil belajar

siswa mencapai 63% dan

minat siswa baru

mencapai 71%. Hasil

penelitian Siklus II

menunjukan bahwa

penerapan NHT dalam

pembelajaran geografi

disertai dengan media

pembelajaran google earth

dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dan telah

mencapai target

keberhasilan penelitian.

Hasil belajar siswa setelah

Siklus II telah mencapai

86% dan minat siswa

mencapai 83% dari

jumlah siswa.

TAI, dan metode pembelajaran

ceramah tanya jawab pada

kompetensi dasar menganalisis

hidrosfer dan dan dampaknya

terhadap kehidupan di muka bumi

siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali

tahun 2011 / 2013 yang ditunjukkan

dengan harga Fhitung>Ftabel

(17.941>3.088)

meningkatkan prestasi

belajar hidrokarbon siswa

kelas X SMA Negeri 8

Surakarta tahun pelajaran

2012 / 2013. Hal ini

ditunjukkan dari rata – rata

selisih, yaitu kenaikan

prestasi belajar aspek

kognitif kelas eksperimen

( 59,5000 ) lebih tinggi dari

rata – rata selisih nilai

posttest dan pretest aspek

kognitif kelas kontrol

( 52,6786) serta rata – rata

nilai afektif untuk kelas

eksperimen ( 119,5000 )

lebh tinggi daripada rata –

rata nilai afektif kelas

kontrol ( 109, 6786 ).

(2) Hasil belajar siswa dari

siklus I ke siklus II

meningkat 23% (siklus I =

63% dan siklus II = 86%),

Minat belajar siswa

meningkat 12% (siklus I =

71% dan siklus II = 83%).

Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa

penerapan metode

(2) Terdapat perbedaan hasil belajar

Geografi yang signifikan antara

menggunakan metode NHT dengan

TAI ditunjukkan dengan harga

Qhitung>Qtabel(3.978 >3.82)

30

31

Numbered Heads

Together yang kemudian

disertai dengan media

google earth dapat

meningkatkan hasil

belajar siswa sesuai

indikator keberhasilan

penelitian.

(3) Terdapat perbedaan hasil belajar

Geografi yang signifikan antara

menggunakan metode NHT dengan

ceramah ditunjukkan dengan harga

Qhitung>Qtabel (8.466>3.82 )

(4) Terdapat perbedaan hasil belajar

Geografi yang signfikan antara

menggunakan metode TAI dengan

ceramah ditunjukkan dengan harga

Qhitung>Qtabel (4.488 >3.82).

31

32

B. Kerangka Berpikir

Kegiatan pembelajaran di kelas dapat terwujud apabila proses

pembelajaran dilakukan dengan optimal. Pencapaian hasil belajar yang baik

seharusnya diimbangi dengan kegiatan pembelajaran yang baik pula. Salah satu

unsur terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru untuk mengaktifkan kegiatan peserta didik di kelas.

Dalam pembelajaran Geografi di SMA Negeri 5 Surakarta terdapat

permasalahan dalam kegiatan pembelajaran antara lain dominasi penggunaan

metode tertentu (penggunaan metode ceramah disertai bantuan slide power point)

sehingga kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersikap

aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu belum optimalnya penggunaan

media pembelajaran yang sesuai dengan isi materi sehingga peserta didik merasa

bosan terhadap matapelajaran Geografi. Meskipun nilai rata – rata ulangan

Geografi masing – masing kelas sudah mencapai KKM perlu adanya

pembaharuan dalam proses pembelajaran terutama variasi metode pembelajaran

yang digunakan oleh guru.

Terkait permasalahan tersebut perlu adanya variasi penggunaan metode

yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Aktif dalam arti adanya saling interaksi antara peserta

didik dengan guru, maupun interaksi antara peserta didik dengan peserta didik

lainnya sehingga mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif dan mampu

meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penerapan model cooperative learning

dengan menggunakan metode Numbered Heads Together ( NHT ) dan Student

Team Achivement Divisions ( STAD ) menekankan adanya kegiatan pembelajaran

yang mampu meningkatkan kerjasama peserta didik sehingga hasil belajarnya

akan meningkat.

Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang dipakai adalah metode

pembelajaran NHT sebagai kelas eksperimen 1, metode pembelajaran STAD

sebagai kelas eksperimen 2, serta metode pembelajaran ceramah sebagai kelas

kontrol. Dalam metode pembelajaran STAD setiap peserta didik mampu untuk

bekerjasama dalam tim kelompoknya dan keberhasilan tim maupun keberhasilan

33

individu melalui kuis ditentukan oleh kontribusi masing – masing peserta didik.

Sedangkan pada metode pembelajaran NHT peserta didik harus bertanggung

jawab terhadap hasil pembahasan diskusi kelompoknya karena guru akan

memanggil salah satu peserta didik dengan nomor yang dipanggil untuk

melaporkan hasil kerjasama kelompok. Setelah setiap kelas diberikan perlakuan

( treatment ) diperoleh hasil belajar peserta didik akan dihitung dengan uji anava

satu jalan untuk membuktikan hipotesis dalam perbandingan hasil belajar masing–

masing metode yang diberikan.

Berdasarkan pemikiran di atas dapat digambarkan alur kerangka berpikir

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Metode Pembelajaran

Ceramah

Hasil Belajar Geografi

Kondisi Awal

Dominasi penggunaan metode pembelajaran ceramah akan mengakibatkan

kecenderungan peserta didik lebih bersifat pasif dalam kegiatan

pembelajaran, sehingga akan berdampak terhadap hasil belajar

Geografi

Kelompok Eksperimen

2

Kelompok Eksperimen

1 Kelompok Kontrol

Metode Pembelajaran NHT Metode Pembelajaran STAD

Hasil Belajar Geografi Hasil Belajar Geografi

Perbandingan hasil belajar Geografi

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran

Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement Division ( STAD ), dan ceramah

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran

Numbered Heads Together ( NHT ) dengan metode pembelajaran Student Team Achievement Division

( STAD )

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran

Numbered Heads Together ( NHT ) dengan metode pembelajaran ceramah

4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran Student

Team Achievement Division ( STAD ) dengan metode pembelajaran ceramah

Gambar 2.1. Proses Kerangka Berpikir

34

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah teruraikan,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

5. Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode

pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement

Division ( STAD ), dan ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2013/2014.

6. Hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan

metode pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) pada

kompetensi dasar „Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam

kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS

SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

7. Hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan

metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2013/2014.

8. Hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team

Achievement Division ( STAD ) lebih baik daripada hasil belajar Geografi

menggunakan metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar

“Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5

Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

35

BAB III

METODE PENELITIAN

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Surakarta yang beralamat

di Jalan Letjen Sutoyo 18 Surakarta. Alasan pemilihan lokasi penelitian

dikarenakan di SMA Negeri 5 Surakarta terdapat permasalahan pada kegiatan

pembelajaran Geografi di kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 – Juni 2014. Untuk

lebih jelasnya waktu penelitian disajikan dalam Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Jenis

Kegiatan

Waktu penelitian

Des

2013

Jan

2014

Feb

2014

Mar

2014

Apr

2014

Mei

2014

Juni

2014

1 Penyusunan

Proposal

2 Penyusunan

Instrumen

Penelitian

3 Pengumpulan

Data

4 Analisis Data

5 Penulisan

Laporan

Penelitian

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu ( quasi-

experimental research ), artinya semua variabel dalam penelitian tidak dapat

dikontrol dengan ketat, karena obyeknya adalah peserta didik. Eksperimen yang

dimaksud adalah memberikan perlakuan atau treatment pada kelompok

eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran NHT dan STAD pada

35

36

kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya

dengan pembangunan berkelanjutan. Tujuan adanya penelitian eksperimen adalah

untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi pada peserta didik dengan

menggunakan metode pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah.

Jenis desain eksperimen yang digunakan adalah desain nonrandomized

Control Group pretest-postest design ( desain pretes- pascatest kelompok kontrol

tanpa acak). Desain tersebut termasuk dalam desain eksperimen semu ( quasi

experiment ) karena dalam desain ini tidak memungkinkan melakukan

penempatan subjek secara acak, baik karena kelompok kontrol atau komparasi

tidak ada. Dengan demikian, desain ini Sedang memadai untuk dilakukan di

dalam situasi yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan penugasan

secara acak di dalamnya dan lebih ditekankan kepada hasil posttest sehingga efek

dari eksperimen lebih dapat terlihat secara jelas. Dalam desain ini peneliti

memilih dua atau lebih kelompok subjek yang sudah ada kemudian memberikan

perlakuan eksperimental. Eksperimen ini dilakukan di suatu kelas tertentu dengan

kondisi peserta didik yang telah ada atau sebagaimana apa adanya. Peneliti tidak

mungkin mengubah kondisi kelas dalam menentukan subjek untuk kelompok

eksperimen. Sampel penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu dua kelas

eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas Eksperimen diterapkan pembelajaran

NHT dan STAD. Kelompok kontrol diterapkan metode pembelajaran ceramah

Peserta didik pada awal kegiatan penelitian diberikan pretest ( tes awal ). Hal

ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum diberikan

perlakuan. Setelah mengadakan pretest, peserta didik diberikan perlakuan dengan

menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) untuk

kelompok eksperimen 1, sedangkan untuk kelompok eksperimen 2 menggunakan

metode Student Team Achievement Division ( STAD ). Kelompok kontrol

diberikan metode pembelajaran ceramah. Pada akhir penelitian, peserta didik

diberikan posttest ( tes akhir ). Hasil kedua tes tersebut dapat dipakai sebagai data

penelitian kemudian diolah dan dibandingkan hasilnya dengan analisis statistik.

37

Adapun bentuk rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2. Rancangan Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan /

treatment

Posttest

Eksperimen 1 ( Metode NHT ) Y1 X1 Y2

Eksperimen 2 ( Metode STAD ) Y1 X2 Y2

Kontrol ( Metode ceramah ) Y1 - Y2

Keterangan :

Y1 : pretest

Y2 : posttest

X1 : pembelajaran dengan metode NHT

X2 : pembelajaran dengan metode STAD

- : pembelajaran dengan metode ceramah

Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam rancangan ini adalah

sebagai berikut :

1. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel dalam penelitian

2. Mengelompokkan sampel menjadi tiga kelompok, yaitu dua kelas eksperimen

dan satu kelas kontrol

3. Memberikan pretest ( Y1 ) pada kedua kelompok eksperimen dan satu

kelompok kontrol untuk mengukur rata – rata kemampuan kognitif sebelum

diberikan perlakuan ( treatment).

4. Memberikan perlakuan X1 pada kelompok eksperimen 1 berupa metode

pembelajaran NHT, perlakuan X2 pada kelompok eksperimen 2 berupa metode

pembelajaran STAD dan kelompok kontrol berupa metode pembelajaran

ceramah

5. Memberikan posttest ( Y2 ) pada kelompok eksperimen 1, kelompok

eksperimen 2, dan kelompok kontrol untuk mengukur rata – rata hasil belajar

dari aspek kognitif yang telah dicapai setelah adanya perlakuan ( X1, X2, - )

6. Membandingkan hasil posttest ketiga kelompok dengan anava (analisis varian )

satu jalan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan.

38

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian, (Arikunto, 2002 :108)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPS semester genap

SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2013 / 2014 sebanyak 160 peserta

didik yang terdiri dari 5 kelas, yaitu kelas XI IPS 1 ( 32 peserta didik ), kelas

XI IPS 2 ( 32 peserta didik ), kelas XI IPS 3 ( 32 peserta didik ), kelas XI IPS 4

( 32 peserta didik ), kelas XI IPS 5 ( 32 peserta didik ).

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian atau wakil keseluruhan populasi yang diteliti

( Arikunto, 2002 : 109 ). Sampel penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok,

yaitu dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Sampel yang digunakan

merupakan sampel kelas. Kelas Eksperimen diterapkan metode pembelajaran

NHT dan STAD. Kelas kontrol diterapkan metode pembelajaran ceramah.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple

random sampling. Dapat dikatakan simple ( sederhana ) karena pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi itu ( Sugiyono, 2009 : 120 ). Cara demikian dilakukan

bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel dilakukan dengan

cara mengundi kelima kelas yang menjadi anggota populasi. Undian tersebut

dilakukan dengan dalam satu tahap dengan tiga kali pengambilan. Nomor undian

pertama keluar akan ditetapkan sebagai kelompok eksperimen 1, nomor undian

kedua akan ditetapkan sebagai kelompok eksperimen 2, dan nomor undian ketiga

akan ditetapkan sebagai kelompok kontrol. Berdasarkan undian ditetapkan bahwa

kelompok eksperimen 1 ( metode pembelajaran NHT ) adalah kelas XI IPS 2,

kelompok eksperimen 2 (metode pembelajaran STAD ) adalah kelas XI IPS 3, dan

kelompok kontrol ( metode pembelajaran ceramah ) adalah kelas XI IPS 4.

39

F. Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Menurut Sugiyono ( 2009 : 62 ), berpendapat “ variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen ( terikat ). Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student

Team Achievement Division ( STAD ), dan metode pembelajaranceramah.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah hasil belajar Geografi peserta didik pada kompetensi dasar

mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi :

a. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk memperoleh data hasil

belajar peserta didik Geografi kelas XI IPS tahun pelajaran 2013 / 2014,

foto dan video pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas menggunakan

metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT), Student Team

Achievement Division ( STAD ), dan metode ceramah. Data hasil belajar

peserta didik selengkapnya disajikan pada Lampiran 37. Foto pelaksanaan

kegiatan pembelajaran di kelas menggunakan metode pembelajaran NHT,

STAD, dan ceramah selengkapnya disajikan pada Lampiran 46-48.

b. Wawancara

Penggunaan wawancara dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan

penelitian. Wawancara dilakukan kepada guru pengampu pelajaran Geografi

kelas XI untuk mendapatkan informasi awal metode pembelajaran yang

40

digunakan oleh guru. Instrumen pedoman wawancara dengan guru

selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.

c. Observasi

Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap objek

penelitian. Dalam melakukan observasi selama pelajaran berlangsung

peneliti bertindak sebagai guru pelaksana dalam pembelajaran

menggunakan metode pembelajaran NHT, STAD dan ceramah serta dibantu

guru mata pelajaran Geografi kelas XI IPS ( guru kolaborasi ) bertindak

sebagai pengamat ( observer ). Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan

oleh guru pelaksana apakah sudah melaksanakan pembelajaran NHT, STAD

dan ceramah dapat dilakukan dengan memberikan tanda checklist pada

lembar observasi kinerja guru yang telah disiapkan. Instrumen observasi

kinerja guru selengkapnya disajikan pada Lampiran 11-13. Sedangkan untuk

mendapatkan informasi berkaitan dengan respon peserta didik setelah

pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah yang telah dilaksanakan

menggunakan instrumen angket respon peserta didik. Instrumen respon

peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah

selengkapnya disajikan pada Lampiran 17-19.

d. Tes

Tes dilakukan pada saat penelitian. Pemberian tes dilakukan dengan tryout

untuk ujicoba instrumen soal, pretest dilakukan untuk mengetahui

kemampuan kognitif awal peserta didik sebelum diberikan tindakan dalam

penggunaan metode pembelajaran, serta posttest dilakukan untuk

mengetahui kemampuan kognitif peserta didik setelah diberikan tindakan

penggunaan metode pembelajaran. Instrumen tryout selengkapnya disajikan

pada Lampiran 4. Instrumen soal pretest-posttest selengkapnya disajikan

pada Lampiran 6.

G. Validasi Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan soal tes hasil belajar

Geografi, lembar observasi dan angket.

41

1. Instrumen Tes Hasil Belajar Geografi

Pada penelitian ini, aspek yang dinilai adalah hasil belajar Geografi pada

ranah kognitif. Ranah kognitif digunakan untuk penelitian karena berkaitan

dengan kemampuan peserta didik dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Bentuk soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan

ganda dan soal tes yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sama untuk

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Sebelum soal tes diberikan kepada peserta didik, terlebih dahulu soal tes

diujicobakan kepada peserta didik di luar subjek penelitian. Adapun tujuan

utama ujicoba soal ini adalah untuk mengetahui apakah alat ukur ini layak

dipakai atau tidak dipakai sebagai alat pengumpul data, sehingga perlu

dilakukan uji validitas, uji reabilitas, tingkat kesukaran item, dan daya

pembeda soal. Ujicoba ( tryout ) dilakukan pada peserta didik di luar sampel

penelitian, yaitu kelas XI IPS 5 SMA Negeri 5 Surakarta. Kompetensi dasar

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan. Kompetensi dasar ini meliputi 4 indikator pembelajaran yaitu:

(1) mendeskripsikan konsep pelestarian lingkungan hidup hidup ( UU No. 32

Tahun 2009 ), (2) mengidentifikasi beberapa upaya dalam melestarikan

lingkungan hidup, (3) memberi contoh tindakan – tindakan yang

mencerminkan pelestarian lingkungan hidup hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan, serta (4) menyimpulkan pentingnya pelestarian

lingkungan hidup hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

Sebaran soal objektif yang diberikan meliputi ranah C1

(mengingat,menghafal,ide,fenomena),C2(menerjemahkan,mengnterpretasikan,

menyimpukan fakta, konsep), dan C3(menggunakan konsep dan prosedur

untuk memecahkan masalah ). Adapun jumlah item soal ujicoba( tryout )

sebanyak 60 butir soal. Instrumen yang digunakan adalah tes berisi soal

objektif dengan 5 alternatif pilihan. Berdasarkan hasil ujicoba diperoleh 46

butir soal yang valid dan reliabel untuk dilakukan posttest.

42

Kisi – kisi soal instrumen soal pretest-posttest pada kompetensi dasar

mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan dapat disajikan dalam tabel 3.3 sebagai berikut ini

Tabel 3.3. Kisi – Kisi Soal Instrumen Soal Pretest-Posttest

No Indikator Sub Indikator Aspek Jumlah

C1 C2 C3

1 Mendeskripsikan

konsep

pelestarian

lingkungan hidup

hidup ( UU No.

32 Tahun 2009 )

Mendeskripsikan konsep pelestarian

lingkungan hidup hidup menurut UU

No. 32 Tahun 2009

21, 46 2

Mendefinisikan pelestarian

lingkungan hidup hidup

6 1

Mendefinisikan daya dukung

lingkungan hidup

5 1

Mendefinisikan daya tampung

lingkungan hidup

9, 42 7 3

Membedakan daya dukung dan daya

tampung dalam kehidupan sehari -

hari

18 43,4

5

3

Menyebutkan upaya terpadu dalam

pengelolaan lingkungan hidup

33,34 2

Menunjukkan setiap upaya terpadu

dalam pengelolaan lingkungan hidup

dalam kehidupan sehari – hari

36,38 2

2 Mengidentifikasi

beberapa upaya

dalam

melestarikan

lingkungan hidup

Menjelaskan upaya dalam pelestarian

lingkungan hidup hidup

1 13,30 3

Menyebutkan kerusakan lingkungan

hidup

8,32 2

Menjelaskan kegiatan konservasi

pada tingkat individu

17,23,4

4

3

Menjelaskan kegiatan konservasi

pada tingkat nasional

14,24 2

Menjelaskan kegiatan konservasi

pada tingkat regional

12 1

Menjelaskan kegiatan konservasi

pada tingkat internasional

20,29 2

3 Memberi contoh

tindakan –

tindakan yang

mencerminkan

pelestarian

Menunjukkan contoh tindakan yang

mencerminkan pelestarian

lingkungan hidup hidup

4,37 2

Menunjukkan contoh pelestarian

sumberdaya tanah

28 1

43

lingkungan hidup

hidup dalam

kaitannya dengan

pembangunan

berkelanjutan

Menunjukkan contoh pelestarian

sumberdaya udara

27 1

Menunjukkan contoh pelestarian

sumberdaya hutan

16,25,2

6

3

Menunjukkan contoh pelestarian

sumberdaya laut

3,15,39 3

Menunjukkan contoh pelestarian

sumberdaya air

22 1

Menunjukkan contoh pelestarian

sumberdaya flora dan fauna

11 1

Menjelaskan AMDAL 10,35,4

1

3

4 Menyimpulkan

pentingnya

pelestarian

lingkungan hidup

hidup dalam

kaitannya dengan

pembangunan

berkelanjutan

Mengidentifikasi pentingnya

pelestarian lingkungan hidup hidup

31 1

Mendeskripsikan ciri pembangunan

berwawasan lingkungan dan

pembangunan berkelanjutan

19 1

Mendeskripsikan hubungan antara

pelestarian lingkungan hidup hidup

dengan pembangunan berkelanjutan

40 1

Jumlah Instrumen Soal 46

a. Uji Validitas Butir

Validitas item adalah sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor

pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Berdasarkan hasil

ujicoba instrumen kognitif yang diujikan kepada 32 peserta didik,

diketahui bahwa dari 60 soal tryout yang dibuat, diperoleh 46 butir soal

yang valid dan 14 butir yang tidak valid yaitu soal nomer

2,3,6,11,16,17,25,27,29,30,31,42,46,50

Berikut ini disajikan ringkasan hasil uji validitas item soal tryout sebagai

berikut :

44

Tabel 3.4. Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Tryout

No Rxy r tabel Keputusan No Rxy r tabel Keputusan

1 0,519 0,349 Valid 31 0,008 0,349 Tidak Valid

2 -0,093 0,349 Tidak Valid 32 0,496 0,349 Valid

3 0,115 0,349 Tidak Valid 33 0,594 0,349 Valid

4 0,403 0,349 Valid 34 0,724 0,349 Valid

5 0,408 0,349 Valid 35 0,517 0,349 Valid

6 -0,041 0,349 Tidak Valid 36 0,536 0,349 Valid

7 0,347 0,349 Valid 37 0,468 0,349 Valid

8 0,640 0,349 Valid 38 0,793 0,349 Valid

9 0,482 0,349 Valid 39 0,764 0,349 Valid

10 0,426 0,349 Valid 40 0,459 0,349 Valid

11 0,034 0,349 Tidak Valid 41 0,607 0,349 Valid

12 0,507 0,349 Valid 42 0,149 0,349 Tidak Valid

13 0,603 0,349 Valid 43 0,724 0,349 Valid

14 0,576 0,349 Valid 44 0,378 0,349 Valid

15 0,552 0,349 Valid 45 0,371 0,349 Valid

16 -0,058 0,349 Tidak Valid 46 0,111 0,349 Tidak Valid

17 -0,223 0,349 Tidak Valid 47 0,404 0,349 Valid

18 0,720 0,349 Valid 48 0,473 0,349 Valid

19 0,355 0,349 Valid 49 0,414 0,349 Valid

20 0,726 0,349 Valid 50 0,050 0,349 Tidak Valid

21 0,607 0,349 Valid 51 0,619 0,349 Valid

22 0,444 0,349 Valid 52 0,724 0,349 Valid

23 0,610 0,349 Valid 53 0,643 0,349 Valid

24 0,369 0,349 Valid 54 0,494 0,349 Valid

25 -0,182 0,349 Tidak Valid 55 0,555 0,349 Valid

26 0,419 0,349 Valid 56 0,625 0,349 Valid

27 0,250 0,349 Tidak Valid 57 0,460 0,349 Valid

28 0,783 0,349 Valid 58 0,400 0,349 Valid

29 0,187 0,349 Tidak Valid 59 0,606 0,349 Valid

30 -0,321 0,349 Tidak Valid 60 0,807 0,349 Valid

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 20 )

Dengan demikian, terdapat 46 butir soal yang valid dapat digunakan untuk

soal pretest-posttest dalam penelitian, sedangkan 14 butir soal yang tidak

valid tidak dapat digunakan untuk penelitian. Perhitungan butri soal nomor

1 diperoleh 𝑟𝑥𝑦 sebesar 0,519 sedangkan harga r tabel pada N= 60 sebesar

0,349 dengan taraf signifikansi 5%, karena 𝑟𝑥𝑦> r tabel atau 0,519>0,349

45

maka dapat disimpulkan bahwa butir soal nomor 1 dinyatakan valid. Hasil

Uji validitas item soal selengkapnya disajikan pada Lampiran 20.

b. Uji Reliabilitas

Tes dapat dikatakan reliabel apabila tes tersebut memiliki keajegan atau

ketetapan apabila diujikan kepada objek yang sama secara berkali – kali

dengan waktu yang berlainan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf

kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang

tetap ( Arikunto, 2005 : 86 ). Soal yang dapat dihitung reliabilitasnya

merupakan soal yang valid. Sedangkan soal yang tidak valid maka tidak

akan dihitung reliabilitasnya karena tidak akan digunakan di dalam

penelitian. Untuk menghitung reliabilitas soal menggunakan rumus

Cronbach Alpha, yang besarnya dapat dihitung dengan menggunakan

komputer program SPSS.

Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal

Jumlah soal Reliabilitas Kriteria

46 0,941 Sangat tinggi

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 21 )

Dari 46 butir soal tryout yang valid dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan rumus Cronbach Alpha, dan diperoleh diperoleh hasil

perhitungan ( r hitung > r tabel ) ,rhitung = 0,941 >0,349 , yang berarti tes

sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian dinyatakan

reliabel dengan kriteria reliabilitas sangat tinggi. Hasil uji reliabilitas soal

selengkapnya dapat disajikan pada Lampiran 21.

c. Uji Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak

terlalu sukar. Soal yang mudah tidak merangsang peserta didik untuk

mempertinggi usaha untuk memecahkan masalah. Soal yang terlalu sukar

akan menyebabkan peserta didik menjadi cepat putus sasa dan tidak

mempunyai semangat untuk mencoba lagi.

46

Hasil pengujian terhadap tingkat kesukaran soal tryout menunjukkan

sebesar 36 soal mudah, 20 soal mudah, dan 4 soal sukar, sehingga dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa soal tersebut tergolong mudah. Hasil

perhitungan uji kesukaran soal dapat dilihat pada tagel 3.6. Perhitungan

tingkat kesukaran item soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.

Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Taraf Kesukaran

No Tingkat

Kesukaran

Keputusan No Tingkat

Kesukaran

Keputusan

1 0,813 mudah 31 0,625 sedang

2 0,563 sedang 32 0,469 sedang

3 0,656 sedang 33 0,750 mudah

4 0,438 sukar 34 0,938 mudah

5 0,875 mudah 35 0,875 mudah

6 0,563 sedang 36 0,813 mudah

7 0,563 sedang 37 0,875 mudah

8 0,719 mudah 38 0,875 mudah

9 0,688 sedang 39 0,875 mudah

10 0,625 sedang 40 0,531 sedang

11 0,813 mudah 41 0,969 mudah

12 0,875 mudah 42 0,750 mudah

13 0,656 sedang 43 0,938 mudah

14 0,875 mudah 44 0,625 sedang

15 0,813 mudah 45 0,250 sukar

16 0,219 sukar 46 0,563 sedang

17 0,469 sedang 47 0,656 sedang

18 0,813 mudah 48 0,656 sedang

19 0,688 mudah 49 0,781 mudah

20 0,844 mudah 50 0,938 mudah

21 0,969 mudah 51 0,813 mudah

22 0,813 mudah 52 0,938 mudah

23 0,719 mudah 53 0,781 mudah

24 0,594 sedang 54 0,813 mudah

25 0,531 sedang 55 0,844 mudah

26 0,313 sedang 56 0,719 mudah

27 0,313 sedang 57 0,813 mudah

28 0,875 mudah 58 0,563 sedang

29 0,750 mudah 59 0,875 mudah

30 0,156 sukar 60 0,844 mudah

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 22)

47

d. Daya Pembeda Soal

Daya beda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara peserta didik yang pandai dengan peserta yang kurang

pandai. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi ( D ).

Tabel 3.7 Ringkasan Hasil Uji Daya Beda

No Daya

Beda

Keputusan No Daya

Beda

Keputusan

1 0,250 Sedang 31 0,125 Jelek

2 -0,125 Jelek 32 0,313 Sedang

3 0,313 Sedang 33 0,250 Sedang

4 0,375 Sedang 34 0,125 Jelek

5 0,125 Jelek 35 0,125 Jelek

6 0,125 Jelek 36 0,250 Sedang

7 0,375 Sedang 37 0,125 Jelek

8 0,438 Baik 38 0,250 Sedang

9 0,125 Jelek 39 0,250 Sedang

10 0,250 Sedang 40 0,313 Sedang

11 -0,125 Jelek 41 0,063 Jelek

12 0,125 Jelek 42 0,375 Sedang

13 0,563 Baik 43 0,125 Jelek

14 0,250 Sedang 44 0,250 Sedang

15 0,250 Sedang 45 0,375 Sedang

16 0,063 Jelek 46 0,000 Jelek

17 -0,188 Jelek 47 0,313 Sedang

18 0,250 Sedang 48 0,313 Sedang

19 0,250 Sedang 49 0,313 Sedang

20 0,313 Sedang 50 0,125 Jelek

21 0,063 Jelek 51 0,250 Sedang

22 0,125 Jelek 52 0,125 Jelek

23 0,313 Sedang 53 0,313 Sedang

24 0,313 Sedang 54 0,250 Sedang

25 -0,188 Jelek 55 0,063 Jelek

26 0,375 Sedang 56 0,438 Baik

27 0,125 Jelek 57 0,250 Sedang

28 0,250 Sedang 58 0,250 Sedang

29 0,125 Jelek 59 0,250 Sedang

30 -0,063 Jelek 60 0,313 Sedang

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 23)

48

Hasil pengujian daya beda item soal menunjukkan sebesar 24 soal

memiliki daya beda jelek, 33 soal memiliki daya beda sedang, dan 3

soal memiliki daya beda baik. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa soal test memiliki daya beda jelek. Perhitungan daya beda soal

dalam penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

kinerja guru pelaksana dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode

NHT, STAD, dan ceramah. Pengamatan langsung dalam penelitian ini dibantu

oleh guru Geografi Kelas XI IPS selama kegiatan pembelajaran yang bertindak

sebagai pengamat ( observer ). Diharapkan dengan adanya pengisian lembar

observasi guru dapat menerapkan penggunaan metode pembelajaran NHT,

STAD, dan ceramah sesuai prosedur yang telah ditentukan dan benar. Untuk

mengetahui aktifitas peserta didik ketika pelaksanaan pembelajaran metode

NHT, STAD, dan ceramah tanya jawab dapat digunakan lembar observasi

keaktifan peserta didik dan keaktifan kelompok.

3. Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

informasi berkaitan dengan respon peserta didik setelah mendapatkan

pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah yang telah dilaksanakan pada akhir

pertemuan.

H. Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum data dianalisis, perlu melakukan pengujian prasyarat terlebih dahulu

dengan uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah suatu sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Semua penggunaan uji

49

statistik mengenai beda rerata mensyaratkan sampel berasal dari populasi

berdistribusi normal. Untuk melakukan uji normalitas menggunakan uji

Liliefors dengan taraf signifikansi 5%.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal

dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varians antara

kelompok kontrol dengan eksperimen dilakukan dengan menggunakan uji

Bartlett pada taraf signifikansi 5%.

2. Pengujian Hipotesis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis varian satu

jalan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05 ). Hasil anava satu jalan bertujuan

untuk mengetahui bahwa perlakuan – perlakuan yang diteliti hanya

memberikan pengaruh yang berbeda. Untuk menguji hipotesis tersebut

berdasarkan hasil postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kelompok eksperimen 1 diberikan perlakuan metode pembelajaran NHT,

kelompok eksperimen 2 diberikan perlakuan metode pembelajaran STAD, dan

kelompok kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah.

Pengujian hipotesis menggunakan anava satu jalan diuraikan sebagai berikut :

a. Hipotesis pertama

H0= µ1= µ2 =µ3, tidak terdapat beda skor yang signifikan ( ketiga metode

pembelajaran yaitu NHT, STAD, dan ceramah memberikan rerata hasil

belajar yang sama )

H1= terdapat beda skor yang signifikan ( ketiga metode pembelajaran yaitu

NHT, STAD, dan ceramah memberikan satu rerata hasil belajar yang

tidak sama )

Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα

Apabila Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat satu rerata hasil

belajar yang berbeda dengan rerata lainnya. Hal tersebut berarti terdapat

perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran

50

Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement Division

( STAD ), dengan ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan”.

Perhitungan di atas belum dapat mengetahui manakah dari perlakuan –

perlakuan itu yang secara signifikan berbeda dengan lain. Oleh karena itu

perlu dilakukan uji pasca anava ( disebut juga uji lanjut ) yang salah satu

antara yang mudah dan paling ketat ialah metode Scheffe’.

b. Hipotesis Kedua

H0 = µ1 = µ2 , tidak terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar

metode NHT dan STAD tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan )

H1 = µ1 > µ2 , terdapat beda skor yang signifikan (rerata hasil belajar

metode NHT dan STAD menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan )

Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα

Apabila Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata hasil

belajar metode NHT dan STAD menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi menggunakan metode

pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil

belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team

Achievement Division ( STAD ) pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2013/2014.

.

51

c. Hipotesis Ketiga

H0 = µ1 = µ3 , tidak terdapat beda skor yang signifikan( rerata hasil belajar

metode NHT dan ceramah tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan )

H1 = µ1 > µ3 , terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar

metode NHT dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan )

Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα

Apabila Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata hasil

belajar metode NHT dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi menggunakan metode

pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil

belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran ceramah pada

kompetensi dasar „Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam

kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS

SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

d. Hipotesis Keempat

H0 = µ2 = µ3 , tidak terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar

metode STAD dan ceramah tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan )

H1 = µ2 > µ3 , terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar

metode STAD dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan )

Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα

Apabila Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata hasil

belajar metode STAD dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi menggunakan metode

pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) lebih baik

daripada hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran ceramah

pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup

52

dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas

XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

I. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui berbagai tahap kegiatan yang dijadikan

sebagai prosedur penelitian. Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan kegiatan awal sebelum penelitian. Tahap persiapan dalam

penelitian ini adalah menemukan permasalahan terkait pembelajaran Geografi

di SMA Negeri 5 Surakarta. Selain itu juga mempersiapkan referensi buku,

jurnal, skripsi, penelitian terkait metode pembelajaran yang akan digunakan

dalam penelitian.

2. Pengajuan Proposal Penelitian

Penyusunan proposal merupakan rancangan penelitian yang disusun sebagai

pengajuan untuk melakukan penelitian. Melalui proposal diuraikan tentang

pendahuluan, kajian pustaka, dan metode penelitian yang nantinya akan

digunakan.

3. Penyusunan Instrumen Penelitian

Tahapan ini merupakan pembuatan instrumen yang digunakan untuk penelitian

berupa instrumen kognitif dan lembar observasi yang seluruhnya digunakan

dalam perolehan data.

4. Pengumpulan Data

Tahap ini dilakukan pengumpulan semua data yang berhubungan dengan

penelitian.Pengumpulan data dilakukan dengan mengeksperimenkan metode

pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah pada kompetensi dasar

mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5

Surakarta Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Untuk memperoleh data hasil belajar

Geografi peserta didik dapat dilakukan dengan melakukan uji coba instrumen

soal, pretest dan posttest sehingga nantinya dapat dilakukan uji analisis untuk

membuktikan hipotesis.

53

5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji analisis varian

satu arah ( anava ) dilanjutkan uji pasca anava untuk menguji hipotesis.

6. Penyusunan Laporan Penelitian

Penyusunan laporan merupakan tahap akhir dari prosedur penelitian. Tahap ini

merupakan tahap penulisan penelitian secara keseluruhan yang disusun secara

sistematis dalam bentuk skripsi dan akan dilanjutkan dengan ujian skripsi

dihadapan tim penguji skripsi.

Prosedur penelitian untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram alur

penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Efektivitas Metode Pembelajaran Numbered Heads Togethe

(NHT), Student Team Achievement Division

(STAD) Terhadap Hasil Belajar Geografi

Kondisi Awal

Uji validitas, reliabilitas, taraf

kesukaran, daya beda soal Uji Coba Instrumen Soal

( Tryout)

Penentuan Sampel

Tes Kemampuan Awal

( Pretest)

Uji prasyarat : normalitas,

homogenitas

Uji prasyarat : normalitas,

homogenitas

Uji Hipotesis :

uji anava satu jalan,

uji pasca anava

( uji Scheffe’ )

Perbandingan

Hasil Belajar

Geografi

Kelas

STAD

Kelas

ceramah

Tes Kemampuan Akhir

( Posttest)

Kelas

STAD

Kelas

NHT

Kelas

NHT Kelas

ceramah

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN

J. Deskripsi Data

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran

Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement Division

( STAD ), dan metode ceramah. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil

belajar Geografi peserta didik pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian

lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi dan tes

kognitif. Berikut ini deskripsi lokasi penelitian dan deskripsi hasil pengolahan

data setiap variabel.

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Negeri 5 Surakarta dalam koordinat UTM terletak antara

481264 - 481366 mT dan antara 9165473 - 9165458 mU. SMA Negeri 5

Surakarta secara administratif terletak di Jalan Letjen Sutoyo No. 18 Surakarta.

Lokasi sekolah yang strategis, mudah dijangkau oleh sarana transportasi yang

memadai serta berada di lingkungan yang kondusif mendorong kegiatan

pembelajaran peserta didik dapat berjalan lancar. SMA Negeri 5 Surakarta

pada tahun pelajaran 2013 / 2014 memiliki jumlah peserta didik sebanyak 868

peserta didik terdiri dari 160 peserta didik kelas X MIPA, 126 peserta didik

kelas X IPS,129 peserta didik kelas XI IPA, 160 peserta didik kelas XI IPS,139

peserta didik kelas XII IPA, 154 peserta didik kelas XII IPS. Kondisi sarana

dan prasarana yang menunjang dalam kegiatan pembelajaran mendorong

terlaksananya kegiatan pembelajaran. SMA Negeri 5 Surakarta memiliki 29

kelas yang terdiri dari : 5 kelas X MIPA, 4 kelas X IPS, 5 kelas XI IPS, 5

kelas XI IPA, 5 kelas XII IPS, 5 kelas XII IPS. Masing – masing kelas

memiliki LCD, papan tulis, kursi, meja guru dan peserta didik yang

mendukung kegiatan belajar mengajar. Lokasi penelitian dapat dilihat pada

peta citra SMA Negeri 5 Surakarta tahun 2014 berikut ini :

54

55

55

Gam

bar

4.1

Cit

ra S

MA

Neg

eri

5 S

ura

kar

ta

56

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

a. Deskripsi Pelaksanaan Pratindakan

Untuk mengukur kemampuan kognitif awal peserta didik sebelum

diberikan perlakuan terhadap penguasaan materi pada kompetensi dasar

mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan dilakukan pretest. Pelaksanaan pretest ini

dilaksanakan di kelas XI IPS 2 ( metode NHT ) pada hari Selasa 4 Maret

2014 dengan alokasi waktu 1x45 menit pada jam pelajaran ke- 1(pukul

06.30-07.15 WIB ), kelas XI IPS 3 (metode STAD ) dilaksanakan pada

hari Rabu 5 Maret 2014 dengan alokasi waktu 1x45 menit pada jam

pelajaran ke-1 (pukul 06.30-07.15 WIB ), dan kelas XI IPS 4 ( metode

ceramah ) dilaksanakan pada hari Senin, 3 Maret 2014 dengan alokasi

waktu 1x45 menit pada jam pelajaran ke-3 (pukul 09.30-10.15 WIB).

Pelaksanaan pretest tersebut dihadiri 32 peserta didik setiap kelas.

Berdasarkan hasil pretest yang telah dilakukan, diperoleh nilai rata - rata

pretest kelas XI IPS 2 sebesar 68,03, nilai rata pretest kelas XI IPS 3

menggunakan metode pembelajaran STAD sebesar 66,97 dan nilai rata –

rata pretest kelas XI IPS 4 menggunakan metode ceramah sebesar 64,16.

b. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran

1) Pelaksanaan Metode Pembelajaran NHT

Pelaksanaan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 18

Mei 2014 di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi

waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 1-2 (pukul 06.30-08.00

WIB). Pada saat pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru

pelaksana dan guru kolaborasi bertindak sebagai observer ( pengamat ).

Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dengan

ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas dan

mengajak peserta didik untuk berdoa. Guru mengecek kehadiran peserta

didik dengan melakukan presensi kelas. Jumlah peserta didik yang

hadir pada hari itu sejumlah 31 peserta didik. Terdapat 2 peserta didik

57

yang datang terlambat masuk dikarenakan suasana lalu lintas jalan yang

macet. Sebelum memulai pembelajaran, guru menyampaikan kegunaan

materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari – hari,

menyampaikan kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai pada

pertemuaan ini, serta menjelaskan secara singkat kepada peserta didik

tentang metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) yang

akan digunakan agar peserta didik paham dengan pembelajaran yang

akan dilaksanakan.

Setelah peserta didik dirasa sudah siap memulai pelajaran,

kemudian guru memberikan apersepsi dengan menampilkan video

pembelajaran animasi degradasi lingkungan hidup dan video tentang

banjir di Jakarta yang merusak lingkungan. Guru meminta peserta didik

menganalisa antara video tersebut dengan tema yang hendak

disampaikan dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk

merespon terhadap video yang telah ditayangkan. Terdapat 2 peserta

didik yang menjawab pertanyaan guru maupun memberikan respon

terkait video yang telah ditayangkan. Setelah menjelaskan isi dari video

tersebut guru melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan materi yang

disampaikan yaitu konsep dasar pelestarian lingkungan hidup hidup.

Pada saat proses pembelajaran terlihat 4 peserta didik yang aktif

bertanya selama pelajaran berlangsung terkait dengan materi yang telah

disampaikan oleh guru. Seluruh peserta didik antusias memperhatikan

penjelasan guru terbukti mencatat hal – hal penting penjelasan guru

pada saat guru menyampaikan materi, namun dalam proses

pembelajaran masih dijumpai peserta didik yang menunjukkan kurang

mendukung terhadap keberhasilan proses. Hal tersebut dapat dilihat

ketika guru menjelaskan materi terdapat 1 peserta didik yang tidak

kondusif / tidak memperhatikan penjelasan guru dengan cara berbicara

dengan teman sebangku. Guru menegur peserta didik tersebut agar

lebih fokus terhadap penjelasan guru.

58

Setelah penyampaian materi, guru membagi peserta didik ke dalam

kelompok heterogen. Pembagian kelompok tersebut bersifat heterogen

berdasarkan sebaran nilai pretest. Terdapat 8 kelompok dalam kelas.

Masing – masing kelompok terdiri dari 4 peserta didik. Guru memberi

nomor kepada peserta didik dalam setiap kelompoknya ( numbering ).

Guru memberikan kertas nomor masing – masing peserta didik yang

dipakai di atas nama dada pada tiap kelompok. Guru meminta peserta

didik untuk duduk sesuai dengan kelompok yang ditentukan. Setelah

masing – masing kelompok berkumpul, guru memberikan tugas kepada

masing – masing kelompoknya untuk didiskusikan ( questioning ).

Masing-masing anggota kelompok saling berdiskusi, menyatukan

berbagai pendapatnya untuk memecahkan permasalahan terkait tugas

yang telah diberikan guru ( heads together ). Pada kegiatan ini, kondisi

kelas sering kurang kondusif. Hal ini dikarenakan peserta didik masih

saling mengenali antar teman sekelompoknya dan mereka terlihat

bingung apa yang semestinya dilakukan karena hal ini baru pertama

kalinya dan sebelumnya mereka belum mengalami kegiatan

pembelajaran dengan metode NHT. Mereka tampak malu – malu,

kurang percaya diri dan kurang kompak saat diskusi kelompok.

Meskipun demikian, kegiatan pembelajaran dengan metode NHT

direspon positif dari para peserta didik.

Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru memantau jalannya

diskusi kelompok. Guru melakukan bimbingan pada masing – masing

kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah waktu pengerjaan diskusi

selesai, guru memanggil secara acak salah satu nomor peserta didik dari

satu kelompok dan nomor yang dipanggil menyampaikan hasil diskusi

kelompoknya di depan kelas ( answering ).

Sistem yang digunakan dalam pemanggilan secara acak salah satu

nomor dalam metode NHT berdasarkan undian. Kegiatan presentasi

hasil diskusi kelompok, beberapa peserta didik melakukannya dengan

cukup percaya diri dengan suara yang cukup keras di depan kelas,

59

namun beberapa peserta didik melakukannya tampak masih malu –

malu dengan suara yang kurang jelas. Masing – masing kelompok

mempresentasikan hasil diskusi. Beberapa peserta didik dari kelompok

lain memberikan respon / tanggapan terhadap hasil kerja kelompok

yang presentasi, baik melalui pertanyaan maupun sanggahan terhadap

pendapat hasil diskusi kelompok. Terdapat 6 peserta didik yang

memberikan pendapat maupun pertanyaan ketika berdiskusi / presentasi

berlangsung. Dalam kegiatan presentasi hasil diskusi kelompok banyak

peserta didik yang mengobrol sehingga suasana kelas menjadi kurang

kondusif. Guru sudah berulang kali mengkondisikan suasana kelas,

namun tetap saja ada beberapa peserta didik yang tidak menghiraukan

anjuran guru untuk kondusif. Pada akhir pertemuan, guru memberikan

penguatan terhadap hasil diskusi terhadap materi yang telah

disampaikan. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk

membaca materi pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam.

Pelaksanaan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Juni

2014 di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi waktu

2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 3-4 ( pukul 08.00-09.30 WIB ).

Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka. Jumlah peserta didik

yang hadir pada hari itu 29 peserta didik. Sebelum memulai

pembelajaran, guru mengingatkan kembali tentang metode

pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) yang akan digunakan

pada pertemuan kedua. Setelah peserta didik dirasa sudah siap memulai

pelajaran, kemudian guru memberikan apersepsi dengan menampilkan

video tentang kebakaran hutan di Riau. Setelah menampilkan video

tersebut guru menggali pengetahuan peserta didik tentang upaya dalam

melestarikan dilingkungan hidup dengan cara memancing peserta didik

menganalisa antara video tersebut sesuai tema materi serta menampung

berbagai pendapat peserta didik mengenai beberapa upaya dalam

melestarikan lingkungan hidup. Terdapat 3 peserta didik yang

60

menjawab pertanyaan guru maupun memberikan pendapatnya terkait

video yang telah ditayangkan.

Setelah menjelaskan isi dari video tersebut guru melanjutkan

pelajaran dengan menjelaskan materi yang disampaikan tentang

beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup. Guru

memberikan contoh kerusakan lingkungan hidup dengan menampilkan

media peta hotspot Provinsi Riau pada 12 Maret 2014. Pada saat

pembelajaran, guru melibatkan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan

pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

bertanya maupun memberikan pendapatnya terkait materi yang telah

disampaikan. Terdapat 4 peserta didik yang aktif bertanya selama

pelajaran berlangsung. Seluruh peserta didik antusias memperhatikan

penjelasan guru terbukti mencatat hal – hal penting penjelasan guru

pada saat guru menyampaikan materi, namun terdapat 2 peserta didik

yang tidak kondusif / tidak memperhatikan penjelasan guru dengan

cara berbicara dengan teman sebangku.

Setelah penyampaian materi, guru menyuruh peserta didik untuk

duduk sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan

sebelumnya. Setelah masing – masing kelompok berkumpul, guru

memberikan tugas. Guru memberikan tugas kepada masing – masing

kelompoknya untuk didiskusikan ( questioning ). Masing–masing

anggota kelompok saling berdiskusi, menyatukan berbagai pendapatnya

untuk memecahkan permasalahan terkait tugas yang telah diberikan

guru ( heads together ). Pada kegiatan ini, kondisi kelas mulai kondusif.

Peserta didik mulai menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang

digunakan yaitu metode NHT. Selama kegiatan diskusi berlangsung,

guru memantau jalannya diskusi kelompok. Guru melakukan

bimbingan pada masing – masing kelompok yang mengalami kesulitan.

Setelah waktu pengerjaan diskusi selesai, guru memanggil secara acak

salah satu nomor peserta didik dari satu kelompok dan nomor yang

61

dipanggil menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas

( answering ).

Sistem yang digunakan dalam pemanggilan secara acak salah satu

nomor dalam metode pembelajaran NHT berdasarkan undian. Kegiatan

presentasi hasil diskusi kelompok, beberapa peserta didik

melakukannya dengan cukup percaya diri dengan suara yang cukup

keras di depan kelas, namun masih ada beberapa peserta didik

melakukannya tampak masih malu – malu dengan suara yang kurang

jelas ketika membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas.

Masing – masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok

di depan kelas. Terdapat 6 peserta didik yang memberikan pendapat

maupun pertanyaan ketika berdiskusi. Pada akhir pertemuan, guru

memberikan penguatan terhadap hasil diskusi terhadap materi yang

telah disampaikan. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk

membaca materi pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam.

Pelaksanaan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa,

8 April 2014 di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi

waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 1-2 (pukul 06.30-08.00

WIB). Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam

dengan ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas dan

mengajak peserta didik untuk berdoa. Guru mengecek kehadiran peserta

didik dengan melakukan presensi kelas. Jumlah peserta didik yang

hadir pada hari itu sejumlah 29 peserta didik. Sebelum memulai

pembelajaran, guru menjelaskan kembali bahwa kegiatan pembelajaran

pertemuan ketiga metode yang digunakan adalah metode pembelajaran

NHT. Setelah peserta didik dirasa sudah siap memulai pelajaran,

kemudian guru memberikan apersepsi dengan menampilkan video

tentang sumur resapan di Jakarta dan video tentang Taman kota di

Surabaya. Setelah menampilkan video tersebut guru menggali

pengetahuan peserta didik tentang tindakan – tindakan yang

62

mencerminkan pelestarian lingkungan hidup hidup kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan.

Guru memancing peserta didik menganalisa antara video tersebut

sesuai tema materi serta menampung berbagai pendapat peserta didik

mengenai beberapa tindakan yang mencerminkan pelestarian

lingkungan hidup hidup kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

Terdapat 3 peserta didik yang menjawab pertanyaan guru maupun

memberikan pendapatnya terkait video yang telah ditayangkan. Setelah

menjelaskan isi dari video tersebut guru melanjutkan pelajaran dengan

menjelaskan materi yang disampaikan tentang tindakan – tindakan yang

mencerminkan pelestarian lingkungan hidup hidup kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan.

Pada saat pembelajaran, guru melibatkan peserta didik untuk aktif

dalam kegiatan pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk bertanya maupun memberikan pendapatnya terkait

materi yang telah disampaikan. Terdapat 4 peserta didik yang aktif

bertanya selama pelajaran berlangsung. Seluruh peserta didik antusias

memperhatikan penjelasan guru terbukti mencatat hal – hal penting

penjelasan guru pada saat guru menyampaikan materi, namun terdapat

1 peserta didik yang tidak kondusif dengan belajar materi lain saat guru

menerangkan materi.

Setelah penyampaian materi, guru menyuruh peserta didik untuk

duduk sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan

sebelumnya. Setelah masing – masing kelompok berkumpul, guru

memberikan tugas. Guru memberikan tugas kepada masing – masing

kelompoknya untuk didiskusikan ( questioning ). Masing – masing

anggota kelompok saling berdiskusi, menyatukan berbagai pendapatnya

untuk memecahkan permasalahan terkait tugas yang telah diberikan

guru ( heads together ). Pada kegiatan ini, kondisi kelas mulai kondusif.

Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan antusias,

peserta didik lebih aktif untuk berpartisipasi dalam kelompoknya.

63

Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru memantau jalannya diskusi

kelompok. Guru melakukan bimbingan pada masing – masing

kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah waktu pengerjaan diskusi

selesai, guru memanggil secara acak salah satu nomor peserta didik dari

satu kelompok dan nomor yang dipanggil menyampaikan hasil diskusi

kelompoknya di depan kelas ( answering ).

Masing – masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi

kelompok. Dalam kegiatan presentasi, terdapat 6 peserta didik yang

memberikan pendapat maupun pertanyaan ketika berdiskusi. Pada akhir

pertemuan, guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi terhadap

materi yang telah disampaikan. Guru memberikan tugas kepada peserta

didik untuk mempelajari materi pertemuan ke 1-3, kemudian pada

pertemuan selanjutnya diadakan tes akhir ( posttest ) pada kompetensi

dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya

dengan pembangunan berkelanjutan. Kegiatan peserta didik dalam

pelaksanaan metode pembelajaran NHT selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 44.

Pelaksanaan posttest dilakukan pada hari Sabtu, 12 April 2014 di

kelas XI IPS 2 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi waktu 1 x 45

menit pada jam pelajaran ke 1-2 ( pukul 06.30-07.15 WIB ). Soal

posttest terdiri dari 46 item soal dengan bentuk soal pilihan ganda.

Suasana pelaksanaan posttest berjalan lancar. Masing – masing peserta

didik antusias mengerjakan soal posttest yang diberikan oleh guru.

2) Pelaksanaan Pembelajaran Metode STAD

Pelaksanaan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 17

Maret 2014 di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi

waktu 2x45 menit pada jam pelajaran ke 5-6 ( pukul 09.30-11.00 WIB).

Pada saat pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru pelaksana dan

guru kolaborasi bertindak sebagai observer ( pengamat ). Guru

mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dengan ramah

64

kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas. Guru mengecek

kehadiran peserta didik dengan melakukan presensi kelas. Jumlah

peserta didik yang hadir pada hari itu sejumlah 30 peserta didik.

Sebelum memulai pembelajaran, guru menyampaikan kegunaan materi

yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari – hari, menyampaikan

kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai pada pertemuaan ini,

serta menjelaskan secara singkat kepada peserta didik langkah - langkah

metode pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD )

yang akan digunakan agar peserta didik paham dengan pembelajaran

yang akan dilaksanakan. Guru membagi peserta didik ke dalam 8

kelompok yang heterogen, setiap kelompok terdiri dari 4 peserta didik.

Ketika pembagian kelompok kondisi kelas tidak kondusif. Hal ini

dikarenakan peserta didik masih saling bertanya dengan teman, saling

berinteraksi dan mengenal teman sekelompoknya.

Setelah peserta didik dirasa sudah siap memulai pelajaran,

kemudian guru memberikan apersepsi dengan menampilkan video

pembelajaran animasi degradasi lingkungan hidup dan video tentang

banjir di Jakarta yang merusak lingkungan. Sebagian peserta didik

memperhatikan video tersebut. Guru meminta peserta didik

menganalisa antara video tersebut dengan tema yang hendak

disampaikan dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk

merespon terhadap video yang telah ditayangkan. Terdapat 1 peserta

didik yang menjawab pertanyaan guru maupun memberikan respon

terkait video yang telah ditayangkan.

Setelah menjelaskan isi dari video tersebut guru melanjutkan

pelajaran dengan menjelaskan materi yang disampaikan yaitu konsep

dasar pelestarian lingkungan hidup hidup. Pada saat proses

pembelajaran terlihat 2 peserta didik yang aktif bertanya selama

pelajaran berlangsung terkait dengan materi yang telah disampaikan

oleh guru. Seluruh peserta didik antusias memperhatikan penjelasan

guru terbukti mencatat hal – hal penting penjelasan guru pada saat guru

65

menyampaikan materi, namun dalam proses pembelajaran masih

dijumpai peserta didik yang menunjukkan kurang mendukung terhadap

keberhasilan proses. Hal tersebut dapat dilihat ketika guru menjelaskan

materi terdapat 7 peserta didik yang tidak kondusif / tidak

memperhatikan penjelasan guru dengan cara berbicara dengan teman

sebangku. Setelah menjelaskan materi, guru membagikan soal diskusi

kelompok pada lembar kegiatan kelompok. Masing – masing kelompok

berdiskusi, menyatukan pendapat mereka untuk mengerjakan soal

kelompok. Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru memantau

jalannya diskusi kelompok. Guru melakukan bimbingan pada masing –

masing kelompok yang mengalami kesulitan.

Selama kegiatan diskusi kelompok, terdapat 5 peserta didik yang

tidak mengerjakan tugas diskusi kelompok. Mereka masih merasa

tergantung anggota kelompok untuk mengerjakan soal diskusi tersebut.

Guru menegur peserta didik tersebut untuk lebih aktif berdiskusi agar

mereka bisa mengerjakan soal kuis individu nantinya. Setelah waktu

diskusi kelompok selesai, guru meminta perwakilan masing – masing

kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Terdapat 2

peserta didik yang memberikan pendapat maupun pertanyaan ketika

berdiskusi / presentasi berlangsung. Guru meminta peserta didik untuk

kembali ke tempat duduk mereka masing – masing untuk mengerjakan

soal kuis individu ke-I. Selama mengerjakan kuis individu, peserta

didik terlihat serius mengerjakan kuis, meskipun terdapat beberapa

peserta didik terlihat bekerja sama dengan teman sebangkunya, guru

menegur peserta didik tersebut. Setelah peserta didik selesai

mengerjakan kuis individu, guru meminta peserta didik mencocokkan

lembar jawaban milik temannya dengan cara menukarkan lembar

jawaban kuis individu teman sebangkunya. Peserta didik memulai

menilai jawaban teman mereka. Guru menampilkan kunci jawaban soal

kuis individu ke-I dengan memberikan penjelasan kebenaran jawaban

66

soal kuis individu tersebut. Guru meminta peserta didik untuk

mengembalikan lembar jawaban kuis individu.

Setelah kuis individu ke-I selesai, guru meminta peserta didik

untuk kembali duduk dengan teman kelompoknya. Guru meminta

peserta didik menghitung skor kemajuan individu dan kelompok pada

lembar rangkuman kelompok. Dalam kegiatan perhitungan skor

kemajuan individu maupun skor kemajuan kelompok, beberapa

kelompok masih bingung cara menghitungnya. Guru menjelaskan

kembali bagaimana cara perhitungan poin kemajuan kelompok. Poin

kemajuan kelompok diperoleh berdasarkan rata – rata kelompok. Untuk

menghitung rata – rata kelompok dapat dilakukan terlebih dahulu

membandingkan skor dasar individu ( nilai pretest ) dengan nilai kuis

individu pada pertemuan pertama, kemudian dimasukkan ke dalam poin

masing - masing individu dalam kelompok. Setelah menghitung jumlah

poin individu, perlu dihitung total skor kelompok dengan cara

membandingkan jumlah poin masing – masing individu dengan jumlah

anggota kelompok yang hadir. Setelah menghitung total skor kelompok,

dilakukan perhitungan rata – rata kelompok dengan cara menjumlahkan

total skor kelompok dengan jumlah anggota kelompok. Kemudian

ditentukan pula kriteria kelompok berdasarkan ketentuan yang telah

ditentukan. Kriteria kelompok dapat diklasifikasikan menjadi kelompok

baik, hebat, dan super.

Pada akhir pertemuan guru memberikan penghargaan ( reward )

kepada masing – masing kelompok dengan apresiasi tepuk tangan

berdasarkan kriteria kelompok. Peserta didik dalam kelompok merasa

termotivasi dan antusias dalam melaksanakan metode pembelajaran

STAD. Pada akhir pertemuan, guru memberikan penguatan terhadap

hasil diskusi terhadap materi yang telah disampaikan. Guru

memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca materi

pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam.

67

Pelaksanaan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum‟at, 21

Maret 2014 di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi

waktu 2x45 menit pada jam pelajaran ke 1-2 (pukul 06.30-08.00 WIB).

Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dengan

ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas dan

mengajak berdoa. Guru mengecek kehadiran peserta didik dengan

melakukan presensi kelas. Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu

sejumlah 30 peserta didik. Sebelum memulai inti pembelajaran, guru

mengingatkan kembali tentang metode pembelajaran STAD yang akan

digunakan pada pertemuan kedua. Guru meminta peserta didik untuk

duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing – masing

seperti pada pertemuan pertama. Setelah peserta didik dirasa sudah siap

memulai pelajaran, kemudian guru memberikan apersepsi dengan

menampilkan video tentang kebakaran hutan di Riau. Setelah

menampilkan video tersebut guru menggali pengetahuan peserta didik

tentang upaya dalam melestarikan dilingkungan hidup dengan cara

memancing peserta didik menganalisa antara video tersebut sesuai tema

materi serta menampung berbagai pendapat peserta didik mengenai

beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup. Terdapat 4

peserta didik yang menjawab pertanyaan guru maupun memberikan

pendapatnya terkait video yang telah ditayangkan.

Setelah menjelaskan isi dari video tersebut guru melanjutkan

pelajaran dengan menjelaskan materi yang disampaikan tentang

beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup. Guru

memberikan contoh kerusakan lingkungan hidup dengan menampilkan

media peta hotspot Provinsi Riau pada 12 Maret 2014. Pada saat

pembelajaran, guru melibatkan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan

pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

bertanya maupun memberikan pendapatnya terkait materi yang telah

disampaikan. Terdapat 4 peserta didik yang aktif bertanya selama

pelajaran berlangsung. Seluruh peserta didik antusias memperhatikan

68

penjelasan guru terbukti mencatat hal – hal penting penjelasan guru

pada saat guru menyampaikan materi. Kondisi kelas pada pertemuan

kedua sudah mulai kondusif, namun masih saja dijumpai 1 peserta didik

yang tidak kondusif / tidak memperhatikan penjelasan guru dengan

cara berbicara dengan teman sebangku. Guru mengingatkan kepada

peserta didik tersebut agar fokus terhadap materi pelajaran.

Setelah menjelaskan materi, guru membagikan soal diskusi

kelompok pada lembar kegiatan kelompok. Masing – masing kelompok

berdiskusi, menyatukan pendapat mereka untuk mengerjakan soal

kelompok. Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru memantau

jalannya diskusi kelompok. Guru melakukan bimbingan pada masing –

masing kelompok yang mengalami kesulitan. Dalam kegiatan diskusi

kelompok. Masing – masing kelompok antusias untuk mengerjakan

tugas guru.

Setelah waktu diskusi kelompok selesai, guru meminta perwakilan

masing – masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

Terdapat 6 peserta didik yang aktif memberikan pendapat / pertanyaan

ketika pembahasan diskusi kelompok. Guru meminta peserta didik

untuk kembali ke tempat duduk mereka masing – masing untuk

mengerjakan soal kuis individu ke-II. Setelah peserta didik selesai

mengerjakan kuis individu, guru meminta peserta didik mencocokkan

lembar jawaban milik temannya dengan cara menukarkan lembar

jawaban kuis individu teman sebangkunya.Guru menampilkan kunci

jawaban soal kuis individu ke-II dengan memberikan penjelasan

kebenaran jawaban soal kuis individu tersebut.

Setelah kuis individu ke-II selesai, guru meminta peserta didik

untuk kembali duduk dengan teman kelompoknya. Guru meminta

peserta didik menghitung skor kemajuan individu dan kelompok pada

lembar rangkuman kelompok. Dalam perhitungan skor kemajuan

individu dan kelompok, peserta didik sudah tidak merasa kesulitan dan

tidak bingung dalam menghitung skor kemajuan individu dan

69

kelompok. Poin kemajuan kelompok diperoleh berdasarkan rata – rata

kelompok. Untuk menghitung rata – rata kelompok dapat dilakukan

terlebih dahulu membandingkan nilai kuis individu pertemuan pertama

dengan nilai kuis individu pada pertemuan kedua, kemudian

dimasukkan ke dalam poin masing - masing individu dalam kelompok.

Setelah menghitung jumlah poin individu, perlu dihitung total skor

kelompok dengan cara membandingkan jumlah poin masing – masing

individu dengan jumlah anggota kelompok yang hadir. Setelah

menghitung total skor kelompok, dilakukan perhitungan rata – rata

kelompok dengan cara menjumlahkan total skor kelompok dengan

jumlah anggota kelompok. Kemudian ditentukan pula kriteria

kelompok berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan.

Kriteria kelompok dapat diklasifikasikan menjadi kelompok baik,

hebat, dan super. Pada akhir pertemuan guru memberikan penghargaan

( reward ) kepada masing – masing kelompok dengan apresiasi tepuk

tangan berdasarkan kriteria kelompok. Peserta didik dalam kelompok

merasa termotivasi dan antusias dalam melaksanakan metode

pembelajaran STAD. Pada akhir pertemuan, guru memberikan

penguatan terhadap hasil diskusi terhadap materi yang telah

disampaikan. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk

membaca materi pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam.

Pelaksanaan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jum‟at,

4 April 2014 di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi

waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 1-2 ( pukul 06.30-08.00

WIB). Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam

dengan ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas dan

mengajak berdoa. Guru mengecek kehadiran peserta didik dengan

melakukan presensi kelas. Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu

sejumlah 30 peserta didik. Sebelum memulai inti pembelajaran, guru

mengingatkan kembali tentang metode pembelajaran STAD yang akan

digunakan pada pertemuan ketiga.

70

Guru meminta peserta didik untuk duduk berkelompok sesuai

dengan kelompoknya masing – masing seperti pada pertemuan

sebelumnya. Setelah peserta didik dirasa sudah siap memulai pelajaran,

kemudian guru memberikan apersepsi dengan menampilkan video

tentang sumur resapan di Jakarta dan video tentang Taman kota di

Surabaya. Setelah menampilkan video tersebut guru menggali

pengetahuan peserta didik tentang tindakan – tindakan yang

mencerminkan pelestarian lingkungan hidup hidup kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan. Guru memancing peserta didik

menganalisa antara video tersebut sesuai tema materi serta menampung

berbagai pendapat peserta didik mengenai beberapa tindakan yang

mencerminkan pelestarian lingkungan hidup hidup kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan. Terdapat 3 peserta didik yang menjawab

pertanyaan guru maupun memberikan pendapatnya terkait video yang

telah ditayangkan. Setelah menjelaskan isi dari video tersebut guru

melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan materi yang disampaikan

tentang tindakan – tindakan yang mencerminkan pelestarian lingkungan

hidup hidup kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

Seluruh peserta didik antusias memperhatikan penjelasan guru

terbukti mencatat hal – hal penting penjelasan guru pada saat guru

menyampaikan materi. Kondisi kelas pada pertemuan kedua sudah

mulai kondusif, namun masih saja dijumpai 1 peserta didik yang tidak

kondusif / tidak memperhatikan penjelasan guru dengan cara berbicara

dengan teman sebangku. Guru mengingatkan kepada peserta didik

tersebut agar fokus terhadap materi pelajaran.

Setelah menjelaskan materi, guru membagikan soal diskusi

kelompok pada lembar kegiatan kelompok. Masing – masing kelompok

berdiskusi, menyatukan pendapat mereka untuk mengerjakan soal

kelompok. Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru memantau

jalannya diskusi kelompok. Guru melakukan bimbingan pada masing –

masing kelompok yang mengalami kesulitan. Dalam kegiatan diskusi

71

kelompok. Masing – masing kelompok antusias untuk mengerjakan

tugas guru.

Setelah waktu diskusi kelompok selesai, guru meminta perwakilan

masing – masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

Terdapat 3 peserta didik yang aktif memberikan pendapat / pertanyaan

ketika pembahasan diskusi kelompok. Guru meminta peserta didik

untuk kembali ke tempat duduk mereka masing – masing untuk

mengerjakan soal kuis individu ke-III. Setelah peserta didik selesai

mengerjakan kuis individu, guru meminta peserta didik mencocokkan

lembar jawaban milik temannya dengan cara menukarkan lembar

jawaban kuis individu teman sebangkunya.Guru menampilkan kunci

jawaban soal kuis individu ke-III dengan memberikan penjelasan

kebenaran jawaban soal kuis individu tersebut. Setelah kuis individu

ke-III selesai, guru meminta peserta didik untuk kembali duduk dengan

teman kelompoknya. Guru meminta peserta didik menghitung skor

kemajuan individu dan kelompok pada lembar rangkuman kelompok.

Dalam perhitungan skor kemajuan individu dan kelompok, peserta

didik tidak lagi bingung dalam menghitungnya. Kondisi kelas semakin

menarik karena masing – masing kelompok merasa semakin tertarik

dan senang terhadap pembelajaran STAD. Hal ini dibuktikan nilai

masing – masing kuis individu mereka semakin meningkat.

Pada akhir pertemuan guru memberikan penghargaan ( reward )

kepada masing – masing kelompok berdasarkan kriteria kelompok.

Pada kegiatan ini, guru mengapresiasi terhadap kelompok A sebagai

Juara umum 1 , kelompok B sebagai juara umum 2, dan kelompok C

sebagai juara umum 3 berdasarkan total skor kelompok tiap pertemuan.

Pada akhir pertemuan, guru memberikan penguatan terhadap materi

yang telah disampaikan. Guru memberikan tugas kepada peserta didik

untuk mempelajari materi pertemuan ke 1-3, kemudian pada pertemuan

selanjutnya diadakan tes akhir ( posttest ) pada kompetensi dasar

mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

72

pembangunan berkelanjutan. Kegiatan peserta didik dalam pelaksanaan

metode pembelajaran STAD selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

44.

Pelaksanaan posttest dilakukan pada hari Senin, 7 April 2014 di

kelas XI IPS 3 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi waktu 1 x 45

menit pada jam pelajaran ke 5-6 ( pukul 09.30-10.15 WIB ). Soal

posttest terdiri dari 46 item soal dengan bentuk soal pilihan ganda.

Suasana pelaksanaan posttest berjalan lancar. Masing – masing peserta

didik antusias mengerjakan soal posttest yang diberikan oleh guru.

3) Pelaksanaan Pembelajaran Metode Ceramah

Pelaksanaan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 19

Maret 2014 di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi

waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 3-4 (pukul 08.30 - 09.00

WIB). Pada saat pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru

pelaksana dan guru kolaborasi bertindak sebagai observer ( pengamat ).

Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dengan

ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas. Guru

mengecek kehadiran peserta didik dengan melakukan presensi kelas.

Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu sejumlah 32 peserta didik.

Sebelum memulai pembelajaran, guru menyampaikan kegunaan materi

yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari – hari, menyampaikan

kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai pada pertemuan ini

melalui slide power point. Setelah peserta didik dirasa sudah siap

memulai pelajaran, kemudian guru memberikan apersepsi dengan

menampilkan video pembelajaran animasi degradasi lingkungan hidup

dan video tentang banjir di Jakarta yang merusak lingkungan. Sebagian

peserta didik memperhatikan video tersebut.

Guru meminta peserta didik menganalisa antara video tersebut

dengan tema yang hendak disampaikan dengan memberikan

kesempatan peserta didik untuk merespon terhadap video yang telah

73

ditayangkan. Terdapat 1 peserta didik yang menjawab pertanyaan guru

maupun memberikan respon terkait video yang telah ditayangkan.

Setelah melakukan apersepsi guru melanjutkan pelajaran dengan

menjelaskan materi yang disampaikan yaitu konsep dasar pelestarian

lingkungan hidup hidup. Kondusi kelas tidak kondusif karena guru

hanya menjelaskan materi saja di depan kelas tanpa memberikan

kesempatan peserta didik untuk bersikap aktif. Dalam proses kegiatan

pembelajaran saat guru menjelaskan materi, terdapat 7 peserta didik

yang tidak kondusif dengan berbicara dengan teman sebangkunya.

Selain itu juga terdapat 4 peserta didik yang mengerjakan tugas / materi

lain selain mata pelajaran Geografi. Peserta didik sebagian besar tidak

mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Mereka merasa bosan

karena guru hanya monoton menjelaskan materi dengan metode

ceramah tanpa memberikan kesempatan peserta didik untuk bersikap

aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru sudah seoptimal mungkin

menegur peserta didik agar lebih fokus terhadap materi yang telah

disampaikan.

Setelah menjelaskan materi, guru memberikan tugas secara

individu kepada peserta didik kemudian menyuruh beberapa peserta

didik mengerjakan hasil tugas tersebut di papan tulis. Terdapat 2 peserta

didik yang memberanikan diri mengerjakan hasil tugas tersebut di

papan tulis. Pada akhir pertemuan, guru memberikan tugas kepada

peserta didik untuk membaca materi pada pertemuan selanjutnya dan

mengucapkan salam salam penutup.

Pelaksanaan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu,

5 April 2014 di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi

waktu 2x 45 menit pada jam pelajaran ke 5-6 ( pukul 09.30-11.00

WIB). Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam

dengan ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas. Guru

mengecek kehadiran peserta didik dengan melakukan presensi kelas.

Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu sejumlah 31 peserta didik.

74

Sebelum memulai pembelajaran, guru menyampaikan kembali

kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai pada pertemuan ini

melalui slide power point. Setelah peserta didik dirasa sudah siap

memulai pelajaran, kemudian guru memberikan apersepsi dengan

menampilkan video tentang kebakaran hutan di Riau. Setelah

menampilkan video tersebut guru menggali pengetahuan peserta didik

tentang upaya dalam melestarikan dilingkungan hidup dengan cara

memancing peserta didik menganalisa antara video tersebut sesuai tema

materi serta menampung berbagai pendapat peserta didik mengenai

beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup. Terdapat 1

peserta didik yang menjawab pertanyaan guru. Setelah melakukan

apersepsi guru melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan materi yang

disampaikan yaitu tentang beberapa upaya dalam melestarikan

lingkungan hidup.

Guru memberikan contoh kerusakan lingkungan hidup dengan

menampilkan media peta hotspot Provinsi Riau pada 12 Maret 2014.

Pada saat pembelajaran, guru melibatkan peserta didik untuk aktif

dalam kegiatan pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk bertanya maupun memberikan pendapatnya terkait

materi yang telah disampaikan. Terdapat 3 peserta didik yang aktif

bertanya selama pelajaran berlangsung. Kondusi kelas mulai tidak

kondusif saat guru guru menjelaskan materi pelajaran. Dalam proses

kegiatan pembelajaran saat guru menjelaskan materi, terdapat 8 peserta

didik yang tidak kondusif dengan berbicara dengan teman sebangkunya.

Selain itu juga terdapat 6 peserta didik yang mengerjakan tugas / materi

lain selain mata pelajaran Geografi. Peserta didik sebagian besar tidak

mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Mereka merasa bosan

karena guru hanya monoton menjelaskan materi dengan metode

ceramah tanpa memberikan kesempatan peserta didik untuk bersikap

aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru sudah seoptimal mungkin

75

menegur peserta didik agar lebih fokus terhadap materi yang telah

disampaikan.

Dalam menjelaskan materi terlihat hanya satu peserta didik yang

mencatat hal – hal penting yang telah disampaikan oleh guru. Setelah

menjelaskan materi, guru memberikan tugas secara individu kepada

peserta didik kemudian menyuruh beberapa peserta didik mengerjakan

hasil tugas tersebut di papan tulis. Terdapat 1 peserta didik yang

memberanikan diri mengerjakan hasil tugas tersebut di papan tulis.

Sebelum mengakhiri pertemuan kedua, guru menyuruh seluruh peserta

didik mengumpulkan tugas individu tersebut dikumpulkan di meja

guru. Terdapat 2 peserta didik yang tidak mengerjakan tugas, kemudian

guru segera meminta klarifikasi dan menyuruh peserta didik tersebut

segera mengumpulkan tugas tersebut. Pada akhir pertemuan, guru

memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca materi pada

pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam salam penutup.

Pelaksanaan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu,

12 April 2014 di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 5 Surakarta dengan

alokasi waktu 2x 45 menit pada jam pelajaran ke 5-6 ( pukul 09.30-

11.00 WIB). Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan

salam dengan ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang

kelas. Guru mengecek kehadiran peserta didik dengan melakukan

presensi kelas. Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu sejumlah

32 peserta didik. Sebelum memulai pembelajaran, guru menyampaikan

kembali kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai pada pertemuan

ini melalui slide power point. Setelah peserta didik dirasa sudah siap

memulai pelajaran, kemudian guru memberikan apersepsi dengan

menampilkan video tentang sumur resapan di Jakarta dan video tentang

Taman kota di Surabaya.

Setelah menampilkan video tersebut guru menggali pengetahuan

peserta didik tentang tindakan – tindakan yang mencerminkan

pelestarian lingkungan hidup hidup kaitannya dengan pembangunan

76

berkelanjutan. Guru memancing peserta didik menganalisa antara video

tersebut sesuai tema materi serta menampung berbagai pendapat peserta

didik mengenai beberapa tindakan yang mencerminkan pelestarian

lingkungan hidup hidup kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

Terdapat 1 peserta didik yang menjawab pertanyaan guru maupun

memberikan pendapatnya terkait video yang telah ditayangkan. Setelah

menjelaskan isi dari video tersebut guru melanjutkan pelajaran dengan

menjelaskan materi yang disampaikan tentang tindakan – tindakan yang

mencerminkan pelestarian lingkungan hidup hidup kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan.

Dalam kegiatan pembelajaran, kondisi kelas tidak kondusif. Hal ini

disebabkan peserta didik merasa bosan terhadap penjelasan guru. Guru

hanya monoton menyampaikan materi tanpa memberikan kesempatan

penuh kepada peserta didik ketika menjelaskan materi. Akibat dari

kebosanan tersebut, terdapat 11 peserta didik yang kurang antusias

terhadap penyampaian materi guru. Mereka lebih asyik mengobrol dan

bercanda dengan teman sebangkunya pada saat guru menjelaskan

materi. Setelah menjelaskan materi, guru memberikan pertanyaan

seputar materi yang telah disampaikan. Terdapat 4 peserta didik yang

aktif menjawab serta memberikan pertanyaan kepada guru. Mereka

memberikan pertanyaan karena kurang paham terhadap materi yang

telah disampikan oleh guru. Guru kemudian menjelaskan kembali

dengan detail materi tersebut kepada peserta didik.

Sebelum mengakhiri pertemuan, guru memberikan tugas secara

individu kepada peserta didik kemudian menyuruh beberapa peserta

didik mengerjakan hasil tugas tersebut di papan tulis.

Sebelum mengakhiri pertemuan kedua, guru menyuruh seluruh

peserta didik mengumpulkan tugas individu tersebut dikumpulkan di

meja guru. Terdapat 1 peserta didik yang tidak mengerjakan tugas,

kemudian guru segera meminta klarifikasi dan menyuruh peserta didik

tersebut segera mengumpulkan tugas tersebut. Pada akhir pertemuan,

77

guru memberikan penguatan terhadap materi yang telah disampaikan.

Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi

pertemuan ke 1-3, kemudian pada pertemuan selanjutnya diadakan tes

akhir ( posttest ) pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian

lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

Kegiatan peserta didik dalam pelaksanaan metode pembelajaran

ceramah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 44.

Pelaksanaan posttest dilakukan pada hari Sabtu, 17 April 2014 di

kelas XI IPS 4 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi waktu 1 x 45

menit pada jam pelajaran ke 5-6 ( pukul 09.30-10.15 WIB ). Soal

posttest terdiri dari 46 item soal dengan bentuk soal pilihan

ganda.Suasana pelaksanaan posttest berjalan lancar.Masing – masing

peserta didik antusias mengerjakan soal posttest yang diberikan oleh

guru.

3. Deskripsi Nilai Pretest-Posttest Metode Pembelajaran NHT

Adapun dalam pengukuran tes kognitif pretest dan posttest terdiri dari 46

butir soal objektif pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian

lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

Jumlah soal antara kelas kontrol maupun kelas eksperimen tes kognitif pretest

dan posttest adalah sama sebanyak 46 butir. Deskripsi statistik nilai pretest –

posttest kelompok eksperimen NHT di kelas XI IPS 2 dapat disajikan pada

tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Data statistik Pretest dan Posttest Metode NHT

Metode

Pembelajaran NHT N Mean SD

Nilai

Minimal

Nilai

Maksimal

Pretest 32 68,03 8,67 46 83

Posttest 32 82,69 4,98 74 93

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 37)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dinyatakan bahwa nilai terendah pretest

sebesar 46, nilai tertinggi pretest sebesar 83, nilai rata – rata pretest sebesar

78

68,03 dengan standar deviasi sebesar 8,67 dengan jumlah responden (N)

sebesar 32 peserta didik. Nilai terendah posttest sebesar 74, nilai tertinggi

posttest sebesar 93, nilai rata – rata sebesar 82, 69 dengan standar deviasi

sebesar 4, 98 dengan jumlah responden ( N ) sebesar 32 peserta didik.

Berdasarkan rerata antara pretest dan posttest menunjukkan terjadi kenaikan

rerata sebesar 14,66. Hal ini menunjukan bahwa rerata nilai posttest lebih

tinggi dibandingkan dengan pretest setelah peserta didik diberikan perlakuan

dengan metode pembelajaran NHT di kelas XI IPS 2.

Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen

metode pembelajaran NHT dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest-Posttest Kelompok NHT

Interval

Nilai

Frekuensi Persentase Frekuensi

Pretest Posttest Pretest Posttest

41-50 1 0 3% 0%

51-60 5 0 16% 0%

61-70 14 0 44% 0%

71-80 11 12 34% 38%

81-90 1 19 3% 59%

91-100 0 1 0% 3%

Jumlah 32 32 100% 100%

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 38 )

Berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuensi pretest –posttest kelompok NHT

dapat dinyatakan bahwa frekuensi pretest terbanyak pada interval nilai 61-70

sebanyak 14 peserta didik dengan persentase 44%. Frekuensi posttest

terbanyak pada interval nilai 81-90 sebanyak 19 peserta didik dengan

persentase 59%. Hal tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan

/ tindakan pembelajaran metode NHT, persentase jumlah nilai posttes

mengalami peningkatan pada nilai 81-90. Tabel distribusi frekuensi tersebut

dapat diperjelas dengan histogram pada gambar 4.2 berikut ini :

79

Gambar 4.2 Histogram Nilai Pretest Posttest Metode Pembelajaran NHT

Berdasarkan hasil analisis angket respon peserta didik menggunakan metode

NHT di kelas XI IPS 2, diperoleh rerata persentase aspek ketertarikan,

kemudahan, efektivitas dan kerjasama dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Angket Respon Peserta Didik Metode NHT

No Aspek Respon Peserta Didik Persentase

1 Ketertarikan 79 %

2 Kemudahan 83 %

3 Efektivitas 78 %

4 Kerjasama 82%

Total rata – rata aspek respon peserta didik 80,50%

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 45 )

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dinyatakan bahwa total rata – rata aspek

respon peserta didik terhadap pembelajaran NHT sebesar 80,50%. Dalam

metode pembelajaran NHT rata – rata aspek ketertarikan sebesar 79%, aspek

kemudahan 83 %, aspek efektivitas 78% serta aspek kerjasama 82%. Apabila

dilihat dari ketercapaian tiap aspek, aspek respon yang tingkat terendah

adalah aspek efektivitas sedangkan aspek respon dengan tingkat tertinggi

adalah aspek kemudahan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam metode

0

5

10

15

20

41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Fre

ku

ensi

Interval Nilai

Histogram Nilai Pretest dan Posttest

Metode Pembelajaran NHT

Frekuensi Pretest

Frekuensi Posttest

80

pembelajaran NHT peserta didik lebih mudah memahami materi dan

memecahkan masalah yang dihadapi.

4. Deskripsi Nilai Pretest-Posttest Metode Pembelajaran STAD

Deskripsi statistik nilai pretest –posttest kelompok eksperimen STAD di

kelas XI IPS 3 dapat disajikan pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4 Data Statistik Pretest dan Posttest Metode STAD

Metode

Pembelajaran STAD N Mean SD

Nilai

Minimal

Nilai

Maksimal

Pretest 32 66,97 7,86 52 80

Posttest 32 79,88 5,57 70 91

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 37)

Berdasarkan data statistik tabel 4.4 dapat dinyatakan bahwa nilai terendah

pretest sebesar 52, nilai tertinggi pretest sebesar 80, nilai rata – rata sebesar

66,97 dengan standar deviasi sebesar 7,86 dengan jumlah responden ( N )

sebesar 32 peserta didik. Nilai terendah posttest sebesar 70, nilai tertinggi

posttest sebesar 91, nilai rata – rata sebesar 79,88 dengan standar deviasi

sebesar 5,5 dengan jumlah responden ( N ) sebesar 32 peserta didik.

Berdasarkan rerata antara pretest dan posttest menunjukkan terjadi kenaikan

rerata sebesar 12,91. Hal ini menunjukan bahwa rerata nilai posttest lebih

tinggi dibandingkan dengan pretest setelah peserta didik diberikan perlakuan

dengan metode pembelajaran STAD di kelas XI IPS 3.

Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen

metode pembelajaran NHT dapat disajikan dalam tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest kelompok STAD

Nilai

Frekuensi Persentase Frekuensi

Pretest Posttest Pretest Posttest

41-50 0 0 0% 0%

51-60 6 0 19% 0%

61-70 16 1 50% 3%

71-80 10 17 31% 53%

81-90 0 13 0% 41%

91-100 0 1 0% 3%

Jumlah 32 32 100% 100%

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 (lampiran 38 )

81

Berdasarkan tabel 4.5 distribusi frekuensi pretest –posttest kelompok

STAD dapat dinyatakan bahwa frekuensi pretest terbanyak pada interval nilai

61-70 sebanyak 16 peserta didik dengan persentase 50%. Frekuensi posttest

terbanyak pada interval nilai 71-80 sebanyak 17 peserta didik dengan

persentase 53%. Hal tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan

perlakuan tindakan pembelajaran metode STAD, persentase jumlah nilai

posttes mengalami peningkatan pada interval nilai 71-80. Tabel distribusi

frekuensi tersebut dapat diperjelas dengan histogram pada gambar 4.3 berikut

ini :

Gambar 4.3 Histogram Nilai Pretest Posttest Metode Pembelajaran STAD

Berdasarkan hasil analisis angket respon peserta didik menggunakan metode

STAD di kelas XI IPS 3, diperoleh persentase aspek ketertarikan, kemudahan,

efektivitas dan kerjasama dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Angket Respon Peserta Didik Metode STAD

No Aspek Respon Peserta Didik Persentase

1 Ketertarikan 78 %

2 Kemudahan 78 %

3 Efektivitas 74 %

4 Kerjasama 81%

Total rata – rata aspek respon peserta didik 77,75%

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 45 )

0

5

10

15

20

41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Fre

ku

ensi

Interval Nilai

Histogram Nilai Pretest dan Posttest

Metode Pembelajaran STAD

Frekuensi Pretest

Frekuensi Posttest

82

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dinyatakan bahwa rata – rata aspek respon

peserta didik terhadap pembelajaran STAD sebesar 77,75%. Dalam metode

pembelajaran STAD rata – rata aspek ketertarikan sebedar 78%, aspek

kemudahan 78 %, aspek efektivitas 74% serta aspek kerjasama 81%. Apabila

dilihat dari ketercapaian tiap aspek, aspek respon yang tingkat terendah

adalah aspek ketertarikan sedangkan aspek respon dengan tingkat tertinggi

adalah aspek kerjasama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam metode

pembelajaran STAD peserta didik mampu bekerjasama dalam memecahkan

masalah, baik melalui kuis individu maupun kemajuan kelompoknya.

5. Deskripsi Nilai Pretest-Posttest Metode Pembelajaran Ceramah.

Deskripsi statistik nilai pretest –posttest kelompok kontrol Ceramah di kelas

XI IPS 4 dapat disajikan pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7 Data Statistik Pretest dan Posttest Metode Ceramah

Metode

Pembelajaran

Ceramah

N Mean SD Nilai

Minimal

Nilai

Maksimal

Pretest 32 64,16 7,45 49 80

Posttest 32 73,91 5,17 64 84

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 37)

Berdasarkan data statistik tabel 4.7 dapat dinyatakan bahwa nilai terendah

pretest sebesar 49, nilai tertinggi pretest sebesar 80, nilai rata – rata sebesar

64,16 dengan standar deviasi sebesar 7,45 dengan jumlah responden ( N )

sebesar 32 peserta didik. Nilai terendah posttest sebesar 64, nilai tertinggi

posttest sebesar 84, nilai rata – rata sebesar 73,91 dengan standar deviasi

sebesar 5,17 dengan jumlah responden ( N ) sebesar 32 peserta didik.

Berdasarkan rerata antara pretest dan posttest menunjukkan terjadi kenaikan

rerata sebesar 9,75. Data statistik pretest dan posttest metode pembelajaran

ceramah selengkapnya apat dilihat pada Lampiran 37.

Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok kontrol metode

pembelajaran ceramah dapat disajikan dalam tabel 4.8 berikut :

83

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest kelompok Ceramah

Interval

Nilai

Frekuensi Persentase Frekuensi

Pretest Posttest Pretest Posttest

41-50 1 0 3% 0%

51-60 9 0 16% 0%

61-70 15 7 44% 22%

71-80 7 21 34% 66%

81-90 0 4 3% 13%

91-100 0 0 0% 0%

Jumlah 32 32 100% 100%

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 (lampiran 38 )

Berdasarkan tabel 4.5 distribusi frekuensi pretest –posttest kelompok

ceramah dapat dinyatakan bahwa frekuensi pretest terbanyak pada interval

nilai 61-70 sebanyak 15 peserta didik dengan persentase 44%. Frekuensi

posttest terbanyak pada interval nilai 71-80 sebanyak 21 peserta didik dengan

persentase 66%. Hal tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan

perlakuan tindakan pembelajaran metode ceramah, persentase jumlah nilai

posttest mengalami peningkatan pada interval nilai 71-80. Meskipun terjadi

peningkatan nilai posttest akan tetapi nilai peserta didik tidak begitu terjadi

peningkatan secara signifikan terhadap hasil belajar pada metode

pembelajaran ceramah. Tabel distribusi frekuensi di atas dapat diperjelas

dengan histogram pada gambar 4.4 berikut ini :

Gambar 4.4 Histogram Nilai Pretest- Posttest Metode Pembelajaran ceramah

0

5

10

15

20

25

41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Fre

ku

ensi

Interval Nilai

Nilai Pretest dan Posttest

Metode Pembelajaran Ceramah

Frekuensi Pretest

Frekuensi Posttest

84

Berdasarkan hasil analisis angket respon peserta didik menggunakan metode

Ceramah di kelas XI IPS 4, diperoleh rata – rata persentase aspek

ketertarikan, kemudahan, efektivitas dan kerjasama dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.9 Angket Respon Peserta Didik Metode Ceramah

No Aspek Respon Peserta Didik Persentase

1 Ketertarikan 56 %

2 Kemudahan 61 %

3 Efektivitas 58 %

4 Kerjasama 33%

Rata – rata aspek respon peserta didik 63,00%

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 45)

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dinyatakan bahwa total rata – rata aspek

respon peserta didik terhadap pembelajaran ceramah sebesar 77,75%. Dalam

metode pembelajaran ceramah rata – rata aspek ketertarikan sebedar 56%,

aspek kemudahan 61 %, aspek efektivitas 58% serta aspek kerjasama 33%.

Apabila dilihat dari ketercapaian tiap aspek, aspek respon yang tingkat

terendah adalah kerjasama. Dalam pembelajaran metode ceramah membuat

peserta didik kurang tertarik serta minimnya peran aktif peserta didik. Hal ini

disebabkan dalam pembelajaran ceramah, peran peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran sangat kurang.

K. Pengujian Prasyarat Analisis

Normalitas data dan homogenitas data merupakan syarat pokok yang harus

dipenuhi sebelum melakukan hipotesis uji anava ( analisis varian ) satu jalan. Data

yang dapat dipergunakan dalam uji prasyarat analisis tersebut adalah data nilai

kognitif pretest dan posttest pada metode pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah.

1. Uji Normalitas Data

Normalitas data merupakan syarat penting yang harus dilakukan sebelum

melakukan uji anava. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Normalitas suatu

data penting karena dengan data yang berdistribusi normal, maka data tersebut

85

dianggap dapat mewakili suatu populasi. Uji kenormalan dapat dilakukan

dengan metode Liliefors dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji normalitas

pada masing – masing kelompok dapat dilihat pada tabel 4.10 dan

selengkapnya disajikan pada Lampiran 29 dan lampiran 35.

Tabel 4.10. Hasil Rangkuman Uji Normalitas Data

No Metode

Pembelajaran

Kelompok

Tes

Jumlah

sampel

Harga L

L

hitung

L

tabel Kesimpulan

1 NHT Pretest 32 0,077 0,157 Data berdistribusi Normal

Posttest 32 0,132 0,157 Data berdistribusi Normal

2 STAD Pretest 32 0,12 0,157 Data berdistribusi Normal

Posttest 32 0,119 0,157 Data berdistribusi Normal

3 Ceramah Pretest 32 0,114 0,157 Data berdistribusi Normal

Posttest 32 0,15 0,157 Data berdistribusi Normal

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 29 & lampiran 35)

Untuk menentukan normalitas dari data tersebut cukup membaca pada

nilai Lhitung dibandingkan dengan nilai L tabel. Jika Lhitung < Ltabel, maka

kesimpulannya data berdistribusi normal. Tetapi jika nilai Lhitung>Ltabel maka

data tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan tabel 4.10 dapat diperoleh

informasi nilai Lhitung pada masing – masing kelompok tes lebih kecil dari Ltabel,

sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian

yang terdiri dari kelompok NHT, STAD, dan ceramah berasal dari populasi

yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas perlu dilakukan sebelum melakukan anava untuk

mengetahui apakah varian data dari data sama atau berbeda. Hal tersebut perlu

dilakukan karena uji anava berasumsi bahwa varian kelompok data adalah

sama atau berbeda. Uji homogenitas terhadap data pretest maupun posttest

masing – masing kelas menggunakan metode Bartlett dengan taraf signifikansi

5%. Untuk menentukan homogenitas dari data tersebut cukup membaca pada

nilai Χ2

obs dibandingkan dengan nilai Χ2

tabel. Jika Χ2

obs < Χ2

tabel, maka

kesimpulannya data bersifat homogen. Tetapi jika nilai Χ2

obs > Χ2

tabel maka

86

data tersebut bersifat tidak homogen. Hasil rangkuman uji homogenitas data

pretest dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut :

Tabel 4.11 Hasil Rangkuman Uji Homogenitas Data Pretest

Metode

Pembelajaran Χ

2obs Χ

2tabel Kesimpulan

NHT

STAD

Ceramah

0,633 5,991 Data homogen

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 30)

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dinyatakan bahwa nilai Χ2

obs sebesar 0, 633

sedangkan nilai Χ2

tabel sebesar 5,991. Hal tersebut membuktikan bahwa nilai

Χ2

obs<Χ2

tabel. Dengan demikian data pretest menggunakan metode

pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah berasal dari populasi yang homogen.

Hasil uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30.

Hasil rangkuman uji homogenitas data Posttest dapat dilihat pada tabel 4.11

sebagai berikut

Tabel 4.12 Hasil Rangkuman Uji Homogenitas Data Posttest

Metode

Pembelajaran Χ

2obs Χ

2tabel Kesimpulan

NHT

STAD

Ceramah

0,351 5,991 Data homogen

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 36)

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dinyatakan bahwa nilai Χ2

obs sebesar 0, 351

sedangkan nilai Χ2

tabel sebesar 5,991. . Hal tersebut membuktikan bahwa nilai

Χ2

obs<Χ2

tabel. Dengan demikian data posttest menggunakan metode

pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah berasal dari populasi yang homogen.

Hasil uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36.

L. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Setelah uji normalitas data dan uji homogenitas data terpenuhi, maka

langkah selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis 1 dengan anava ( analisis

87

varian ) satu arah. Anava digunakan untuk menguji perbandingan tiga atau

lebih rata – rata kelompok sampel yang independen dengan satu arah.

Hipotesis yang digunakan dalam perhitungan anava satu arah sebagai berikut :

H0= µ1= µ2 =µ3, tidak terdapat beda skor yang signifikan ( ketiga metode

pembelajaran yaitu NHT, STAD, dan ceramah memberikan rerata hasil

belajar yang sama )

H1= terdapat beda skor yang signifikan ( ketiga metode pembelajaran yaitu

NHT, STAD, dan ceramah memberikan satu rerata hasil belajar yang tidak

sama )

Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα

Perhitungan lengkap anava dapat disajikan pada Lampiran 39, sedangkan

rangkuman hasil anava satu arah dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini :

Tabel 4.13 Rangkuman hasil perhitungan anava satu arah

ANAVA

Sumber

Varian JK dk RK Fobs Fα

Metode 1286,896 2 643,448 23,384 3,095

Galat 2559,094 93 27,517

Total 3845,990 95

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 39 )

Berdasarkan tabel 4.13 menjelaskan tentang hasil uji analisis variansi satu

arah dengan sel yang sama. Untuk menentukan keputusan uji cukup melihat

nilai Fobs dibandingkan dengan nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 23, 384 sedangkan

nilai Fα sebesar 3, 095. Hal ini dapat dilakukan keputusan uji H0 ditolak

apabila Fobs > Fα ( 23,384 > 3,095 ). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa terdapat beda skor yang signifikan ( ketiga metode pembelajaran yaitu

NHT, STAD, dan ceramah memberikan satu rerata hasil belajar yang tidak

sama ).

Hal ini membuktikan sesuai hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa

ada perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode

88

pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement

Division ( STAD ), dengan ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2013/2014.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Untuk mengetahui manakah dari perlakuan – perlakuan itu yang secara

signifikan berbeda dengan lain perlu dilakukan uji pasca anava dengan metode

Scheffe‟. Metode Scheffe” menghasilkan cacah beda rerata signifikan pada

masing – masing perlakuan.

Hasil perhitungan uji pasca anava dengan metode scheffe‟ selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 40.

Berikut merupakan rangkuman hasil uji pasca anava dengan metode

Scheffe‟ pada hasil belajar geografi yang disajikan dalam tabel 4.14 berikut ini:

Tabel 4.14 Rangkuman Uji Pasca Anava Dengan Metode Scheffe”

Xi NHT NHT STAD

Xj STAD Ceramah Ceramah

Rata - rata Xi 82,688 82,688 79,875

Rata - rata Xj 79,875 73,906 73,906

N 32 32 32

− −𝑿𝒊 − 𝑿𝒋 𝟐

7,912 77,123 35,628

𝑹𝑲𝑮 ( 𝟏

𝒏𝒊+

𝟏

𝒏𝒋 ) 1,719 1,719 1,719

F hitung 4,602 44,865 20,726

F tabel 3,095 3,095 3,095

Keputusan Uji Ho ditolak

Ho ditolak

Ho ditolak

Kesimpulan Beda Beda Beda

Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 40)

Untuk melakukan pengujian hipotesis kedua dapat dilakukan sebagai

berikut :

89

H0 = µ1 = µ2 , tidak terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar

metode NHT dan STAD tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan )

H1 = µ1 > µ2 , terdapat beda skor yang signifikan (rerata hasil belajar

metode NHT dan STAD menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan )

Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα

Berdasarkan tabel 4.14 menjelaskan tentang hasil uji pasca analisis

variansi satu arah dengan metode Scheffe”. Untuk menentukan keputusan uji

dalam pengujian hipotesis kedua cukup melihat nilai Fobs dibandingkan

dengan nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 4,602 sedangkan nilai Fα sebesar 3, 095.

Hal ini dapat dilakukan keputusan uji H0 ditolak dengan nilai Fobs > Fα

( 4,602 >3,095). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata

hasil belajar metode NHT dan STAD menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan. Hal ini membuktikan sesuai hipotesis kedua yang menyebutkan

bahwa hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Numbered

Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar Geografi

menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement Division

( STAD ) pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan pelestarian lingkungan

hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik

kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Untuk melakukan pengujian hipotesis ketiga dapat dilakukan sebagai

berikut :

H0 = µ1 = µ3 , tidak terdapat beda skor yang signifikan( rerata hasil belajar

metode NHT dan ceramah tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan )

90

H1 = µ1 > µ3 , terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar

metode NHT dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan)

Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα

Berdasarkan tabel 4.14 menjelaskan tentang hasil uji pasca analisis

variansi satu arah dengan metode Scheffe”. Untuk menentukan keputusan

uji dalam pengujian hipotesis ketiga cukup melihat nilai Fobs dibandingkan

dengan nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 44,86 sedangkan nilai Fα sebesar 3, 095.

Hal ini dapat dilakukan keputusan uji H0 ditolak dengan nilai Fobs > Fα

( 44,865 >3,095). Dengan demikian dapat disimpulkan maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat rerata hasil belajar metode NHT dan ceramah

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti sejalan

dengan hipotesis ketiga yang menyebutkan hasil belajar Geografi

menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih

baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran

ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan pelestarian lingkungan

hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik

kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

4. Pengujian Hipotesis Keempat

Untuk melakukan pengujian hipotesis keempat dapat dilakukan sebagai

berikut:

H0 = µ2 = µ3 , tidak terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar

metode STAD dan ceramah tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan )

H1 = µ2 > µ3 , terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar

metode STAD dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan )

Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα

91

Berdasarkan tabel 4.14 menjelaskan tentang hasil uji pasca analisis variansi

satu arah dengan metode Scheffe”. Untuk menentukan keputusan uji dalam

pengujian hipotesis keempat cukup melihat nilai Fobs dibandingkan dengan

nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 20,726 sedangkan nilai Fα sebesar 3, 095. Hal ini

dapat dilakukan keputusan uji H0 ditolak dengan nilai Fobs > Fα

( 20,726 >3,095 ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata

hasil belajar metode STAD dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan. Hal ini berarti sejalan dengan hipotesis keempat yang menyebutkan

bahwa Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi menggunakan metode

pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) lebih baik daripada

hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran ceramah pada

kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam

kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS

SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014

M. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Pelaksanaan Pengujian Hipotesis Pertama

Untuk melakukan uji hipotesis pertama dalam penelitian perlu dilakukan uji

analisis varian ( Anava ) satu jalan. Berdasarkan hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa nilai Fobs > Fα (23, 384 >3, 095). Keputusan uji anava

menunjukkan H0 ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan

hasil belajar yang signifikan antara metode NHT, STAD dan ceramah.

Pernyataan tersebut sejalan dengan hipotesis pertama yang menyebutkan

bahwa ada perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode

pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement

Division ( STAD ), dan ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2013/2014. Selanjutnya untuk mengetahui rerata mana yang leih baik

92

atau pengaruh mana yang lebih besar dari masing – masing metode

pembelajaran tersebut dilakukan uji lanjut pasca anava.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Untuk melakukan pengujian hipotesis kedua dapat dilakukan dengan

memperbandingkan beda rerata yang signifikan pada masing – masing

perlakuan dengan uji pasca anava menggunakan metode Scheffe”. Hasil uji

Scheffe” menunjukkan nilai Fobs > Fα ( 4,602 >3,095 ). Keputusan uji

menunjukkan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar

Geografi menggunakan metode pembelajaran NHT dan STAD terdapat adanya

perbedaan yang signifikan. Pernyataan tersebut sejalan dengan hipotesis kedua

yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi menggunakan metode

pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil

belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team

Achievement Division ( STAD ) pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2013/2014.

Berdasakan nilai posttest menunjukkan bahwa rerata kelas XI IPS 2 yang

diberikan perlakuan menggunakan metode NHT sebesar 82,69 sedangkan nilai

rerata posttest kelas XI IPS 3 yang diberikan perlakuan menggunakan metode

STAD sebesar 79,88. Hal ini menunjukkan rerata nilai posttest peserta didik

pada kelompok NHT lebih tinggi daripada hasil belajar peserta didik pada

kelompok STAD. Metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT )

merupakan salah satu metode pembelajaran dalam cooperative learning

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan

teman sekelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan materi yang terkait

dengan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode

pembelajaran NHT di kelas XI IPS 2, guru membagi kelompok menjadi 8

kelompok dalam kelas. Masing – masing kelompok terdiri dari 4 peserta didik.

Ciri khas dalam pembelajaran menggunakan metode NHT adalah guru

93

memberikan nomer pada setiap peserta didik. Setelah pemberian nomer

(numbering), guru memberikan beberapa soal diskusi yang harus diselesaikan

bersama dalam setiap kelompoknya. Soal diskusi yang diberikan guru terkait

dengan kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup

dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan peserta didik kelas XI

IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun 2013 / 2014. Masing – masing peserta

didik saling bekerjasama untuk menyelesaikan pemecahan masalah dalam

diskusi tersebut. Setelah selesai mengerjakan soal diskusi, guru secara acak

memanggil peserta didik yang memiliki normor yang sama dari tiap – tiap

kelompok. Hal tersebut juga menjadi ciri khas dalam pembelajaran NHT.

Selain bertanggung jawab terhadap terhadap kelompoknya, peserta didik juga

bertanggungjawab untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan

kelas. Dengan demikian pembelajaran menggunakan metode NHT mampu

meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik dalam memperdalam

pemahaman materi pembelajaran.

Pembelajaran menggunakan metode STAD pada dasarnya sama – sama

merupakan metode pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk berdiskusi dengan kelompok dalam memecahkan

permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran. Dalam pembelajaran STAD

peserta didik setiap akhir pertemuan diberikan kuis untuk mengetahui sejauh

mana peserta didik memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Hal

inilah yang menyebabkan peserta didik merasa bosan dan kurang tertarik

terhadap soal – soal yang diberikan pada setiap akhir pertemuan. Sebenarnya

metode ini sangat menarik untuk diberikan karena membuat peserta didik aktif

untuk diskusi dalam kelompok untuk memperdalam pemahaman materi, akan

tetapi disisi lain menyebabkan kebosanan peserta didik karena setiap akhir

pertemuan peserta didik harus menyelesaikan beberapa kuis individu serta

mendekati jam berakhirnya pelajaran Geografi di kelas XI IPS 3 sehingga

kondisi kelas kurang begitu kondusif pada akhir pertemuan.

Berdasarkan angket respon peserta didik setalah diberikan perlakuan

metode pembelajaran, metode NHT memiliki total rata – rata aspek respon

94

peserta didik sebesar 80,50 % dan metode STAD memiliki total rata-rata aspek

respon peserta didik sebesar 77,75%. Dalam metode pembelajaran NHT aspek

kemudahan memiliki rerata sebesar 83%, dan untuk metode STAD sebesar

78%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan pembelajaran

menggunakan metode pembelajaran NHT peserta didik lebih mudah

memahami materi dan memecahkan masalah yang dihadapi sehingga akan

berdampak terhadap hasil belajar Geografi. Peserta didik akan mudah paham

konsep karena peserta didik memiliki tanggungjawab baik secara individu

maupun kelompok yang menuntut mereka untuk memahami konsep Geografi

berkaitan dengan materi yang disampaikan oleh guru.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Untuk melakukan pengujian hipotesis ketiga dapat dilakukan dengan

memperbandingkan beda rerata yang signifikan pada masing – masing

perlakuan dengan uji pasca anava menggunakan metode Scheffe”. Hasil uji

Scheffe” menunjukkan nilai Fobs > Fα ( 44,865 >3,095). Keputusan uji

menunjukkan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar

Geografi menggunakan metode pembelajaran NHT dan ceramah terdapat

adanya perbedaan yang signifikan. Pernyataan tersebut sejalan dengan

hipotesis ketiga yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi menggunakan

metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada

hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran ceramah pada

kompetensi dasar „Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam

kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS

SMA Negeri 5 Surakarta Tahun 2013/2014.

Pembelajaran Geografi dengan menggunakan metode NHT memiliki ciri

khas guru membentuk kelompok dan memberikan penomoran kepada peserta

didik. Setelah guru memberikan permasalahan terkait dengan pembelajaran,

guru secara acak memanggil nomor sesuai dengan nomor yang ditentukan.

Peserta didik penuh tanggung jawab mempresentasikan hasil diskusi kelompok

di depan kelas. Kegiatan tersebut menjadi ciri khas dalam pelaksanaan

95

pembelajaran menggunakan metode NHT sehingga pembelajaran tersebut lebih

efektif dibandingkan metode ceramah.

Berdasakan nilai posttest menunjukkan bahwa rerata kelas XI IPS 2 yang

diberikan perlakuan menggunakan metode NHT sebesar 82,69 sedangkan nilai

rerata posttest kelas XI IPS 4 yang diberikan perlakuan menggunakan metode

ceramah sebesar 73,91. Hal ini menunjukkan rerata nilai posttest peserta didik

pada kelompok NHT lebih tinggi daripada hasil belajar peserta didik pada

kelompok ceramah. Pembelajaran menggunakan metode ceramah, guru hanya

menyampaikan materi dengan bantuan slide powerpoint di depan kelas tanpa

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersikap aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode

ceramah, peserta didik kurang mendapatkan permasalahan – permasalahan

berkaitan dengan materi pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan dalam kehidupan sehari – hari. Kondisi kelas yang

kurang kondusif menyebabkan peserta didik merasa bosan dalam

memperhatikan penjelasan guru. Kesempatan peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran hanya diberikan setelah guru selesai menyampaikan materi. Guru

memberikan sebuah pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Peserta didik

yang rajin mencatat materi yang telah disampaikan guru, mendengarkan

dengan seksama diharapkan mampu menjawab pertanyaan tersebut. Sebaliknya

apabila peserta didik malas untuk mencatat materi yang telah disampaikan

guru, tidak memperhatikan secara seksama maka peserta didik tidak dapat

menjawab pertanyaan tersebut. Hal tersebut akan berdampak terhadap

rendahnya hasil belajar Geografi peserta didik.

Berdasarkan angket respon peserta didik setalah diberikan perlakuan

metode pembelajaran, metode NHT memiliki total rata– rata aspek respon

peserta didik sebesar 80,50 % dan metode ceramah memiliki total rata-rata

aspek respon peserta didik sebesar 63,00%. Ditinjau dari aspek kerjasama,

metode NHT memiliki rata – rata respon kerjasama sebesar 82 % sedangkan

metode ceramah memiliki rata – rata respon kerjasama sebesar 33%. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan metode NHT peserta

96

didik diberikan kesempatan kerjasama dalam diskusi kelompok untuk

memecahkan permasalahan berkaitan dengan kompetensi dasar yang

disampaikan oleh guru. Sehiggga akan berdampak terhadap hasil belajar

geografi peserta didik. Bila dibandingkan dengan metode ceramah, kesempatan

kerjasama pada kelompok NHT tersebut tidak dijumpai dalam metode

pembelajaran ceramah. Metode pembelajaran ceramah peserta didik cenderung

bersikap pasif saat pembelajaran. Kesempatan untuk berdiskusi tidak dijumpai

dalam metode ini, peran aktif peserta didik bersifat terbatas. Dengan

terbatasnya kesempatan peserta didik untuk bersikap aktif maka akan

berdampak pula terhadap hasil belajar Geografi tersebut

4. Pengujian Hipotesis Keempat

Untuk melakukan pengujian hipotesis keempat dapat dilakukan dengan

memperbandingkan beda rerata yang signifikan pada masing – masing

perlakuan dengan uji pasca anava menggunakan metode Scheffe”. Hasil uji

Scheffe” menunjukkan nilai Fobs > Fα ( 20,726 >3,095 ). Hal ini menunjukkan

bahwa rerata hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran STAD

dan ceramah terdapat adanya perbedaan yang signifikan. Pernyataan tersebut

sejalan dengan hipotesis keempat yang menyebutkan bahwa hasil belajar

Geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement

Division ( STAD ) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan

metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2013/2014.

Berdasakan nilai posttest menunjukkan bahwa rerata kelas XI IPS 3 yang

diberikan perlakuan menggunakan metode STAD sebesar 79,88 sedangkan

nilai rerata posttest kelas XI IPS 4 yang diberikan perlakuan menggunakan

metode ceramah sebesar 73,91. Hal ini menunjukkan rerata nilai posttest

peserta didik pada kelompok STAD lebih tinggi daripada hasil belajar peserta

didik pada kelompok ceramah. Metode pembelajaran STAD dapat dikatakan

97

lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah karena

proses pembelajaran metode STAD memberikan kesempatan aktif kepada

peserta didik untuk memahami materi pelajaran dengan memcahkan

permasalahan yang berkaitan dengan materi tersebut. Peserta didik akan

bekerja sama dalam pemecahan masalah dalam kelompok diskusi tersebut.

Peserta didik juga saling membantu dalam diskusi kelompoknya dengan

memberikan bantuan kepada teman sekelompok apabila ada hal – hal yang

kurang dimengerti. Peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi akaan

membantu peserta didik yang memiliki kemampuan rendah. Adanya kerjasama

yang bersifat positif tersebut memberikan dampat terhadap termotivasinya

peserta didik dalam menyelesaikan solusi permasalahan sehingga mampu

meningkatkan hasil belajar Geografi peserta didik. Untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan masing – masing individu dalam memahami materi setiap

akhir pertemuan guru memberikan kuis individu. Kuis individu tersebut

nantinya akan berpengaruh terhadap skor kemajuan kelompok. Setelah

penskoran kuis individu, masing – masing kelompok menghitung skor

kemajuan kelompok pada lembar rangkuman kelompok Kriteria penghargaan

kelompok terdiri dari team super, team hebat, dan team baik.

Dengan adanya kuis individu dan penghargaan kelompok erdasarkan skor

kemajuan kelompok menyebabkan peserta didik termotivasi dalam

peningkatan hasil belajar mereka.

Proses pembelajaran tersebut tidak dijumpai dalam kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah. Proses pembelajaran

metode Ceramah di kelas XI IPS 4 guru hanya memberikan materi disertai

bantuan slide powerpoint di depan kelas. Keaktifan peserta didik dalam proses

pembelajaran sangat minim karena peserta didik merasa bosan terhadap

penyampaian materi yang diberikan guru. Tidak adanya kesempatan peserta

didik untuk aktif dan bekerjasama dengan antar teman serta tidak adanya

pemberian permasalahan – permasalahan yang berkaitan dengan tema

pembelajaran menyebabkan peserta didik kurang tertarik terhadap

pembelajaran menggunakan metode ceramah. Pada akhir pertemuan guru

98

memberikan kesempatan kepada peserta didik bertanya apabila kurang paham

terhadap materi yang telah disampaikan. Selain itu ketika akhir pertemuan,

guru memberikan pertanyaan serta tugas yang harus dikerjakan oleh setiap

individu. Guru juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengerjakan tugas di depan kelas. Peserta didik yang mendengarkan, rajin

mencatat, serta memperhatikan penjelasan guru pada setiap pertemuan

dipastikan bisa menjawab pertanyaan tersebut. Sebaliknya apabila ada peserta

didik yang tidak mendengarkan, tidak rajin mencatat penjelasan guru maka

peserta didik tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan guru. Proses

pembelajaran metode ceramah yang demikian menyebabkan peserta didik

merasa bosan, kurang minat terhadap pelajaran Geografi menyebabkan hasil

belajar Geografi belum optimal dibandingkan pembelajaran menggunakan

metode STAD.

Berdasarkan angket respon peserta didik setalah diberikan perlakuan

metode pembelajaran, metode STAD memiliki total rata–rata aspek respon

peserta didik sebesar 77,74 % dan metode ceramah memiliki total rata-rata

aspek respon peserta didik sebesar 63,00%. Ditinjau dari rata – rata aspek

kerjasama, metode STAD memiliki rerata 81% , untuk metode ceramah sebesar

33 %. Pembelajaran metode STAD lebih efektif karena kesempatan aktif

peserta didik dijumpai dalam metode ini. Sehingga dengan adanya kesempatan

aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran berdampak pada hasil belajar

mereka. Peserta didik akan mudah memcahkan masalah karena mereka

melakukan kerjasama dengan teman sekelompoknya. Berbeda halnya dengan

metode ceramah tidak dijumpai peran aktif peserta didik karena dalam metode

pembelajaran ceramah guru hanya menyampaikan materi secara satu arah

terhadap peserta didik tanpa melibatkan peran aktif peserta didik untuk

berdiskusi kelompok maupun aktif bertanya. Sehingga akan berpengaruh

terhadap hasil belajar mereka. Peserta didik cenderung belajar sendiri

( perseorangan ) sebagai akibat kegiatan pembelajaran yang berlangsung satu

arah antara guru dengan peserta didik. Tanpa adanya kerjasama peserta didik

dalam menyelesaikan permasalahan terkait dengan materi pembelajaran tentu

99

akan berdampak pula terhadap hasil belajar Geografi peserta didik. Peserta

didik merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru. Pada

kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup kaitannya

dengan pembangunan berkelanjutan, terdapat indikator pembelajaran memberi

contoh tindakan – tindakan yang mencerminkan pelestarian lingkungan hidup

dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Tanpa adanya kerjasama

peserta didik dalam menggali pengetahuan dengan teman sebayanya, tentu

saja peserta didik akan mengalami kesulitan dalam memberikankan contoh-

contoh tindakan yang mencermikan pelestarian lingkungan hidup.

100

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan tersebut

dapat disimpulkan sebagai berikut :

5. Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode

pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement

Division ( STAD ), dengan ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2013/2014.

6. Hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan

metode pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) pada

kompetensi dasar „Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam

kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS

SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

7. Hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan

metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2013/2014.

8. Hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team

Achievement Division ( STAD ) lebih baik daripada hasil belajar Geografi

menggunakan metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar

“Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5

Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

100

101

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat

dikemukakan implikasi secara teoritis maupun praktis dalam rangkan

meningkatkan hasil belajar Geografi sebagai berikut :

1. Implikasi Teoritis

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa hasil

belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran NHT lebih efektif

dibandingkan metode pembelajaran STAD dan ceramah, metode pembelajaran

NHT lebih efektif dibandingkan metode pembelajaran ceramah, metode

pembelajaran STAD lebih efektif dibandingkan metode pembelajaran ceramah

pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam

kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan peserta didik kelas XI IPS SMA

Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Hal tersebut menunjukkan

bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran NHT

mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan hasil

belajar Geografi di kelas XI IPS. Peningkatan hasil belajar tersebut juga harus

didukung oleh proses pembelajaran yang kondusif. Selain itu, pembelajaran

menggunakan metode NHT dapat digunakan sebagai dasar pengembangan

penelitian eksperimen maupun penelitian sejenis lainnya.

2. Implikasi Praktis

Berdasarkan hasil penelitian, secara praktis pembelajaran menggunakan

metode NHT dapat diterapkan dalam pembelajaran Geografi di SMA untuk

meningkatkan hasil belajar Geografi peserta didik pada kompetensi dasar

mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi, dapat dikemukakan saran sebagai

berikut :

1. Penggunaan metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) dan

Student Team Achievement Division (STAD ) dapat meningkatkan hasil

belajar Geografi peserta didik, sebaiknya guru dapat mengembangkan metode

102

pembelajaran NHT dan STAD melalui penyempurnaan penyusunan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) sesuai dengan silabus pembelajaran serta

perangkat pembelajaran dilengkapi dengan media pembelajaran Geografi

(peta, citra, foto /gambar, video ) sesuai dengan materi yang hendak

disampaikan.

2. Dalam pembelajaran NHT dan STAD guru hendaknya mempersiapkan alokasi

waktu dengan baik sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan lancar.

Jangan sampai pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung tidak tepat

waktu sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan

3. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru hendaknya selalu memonitoring

kegiatan peserta didik baik kegiatan individu maupun kegiatan kelompok

sehingga peserta didik akan terbantu memahami materi maupun hal – hal

berkaitan dengan pelajaran yang belum tersampaikan ketika presentasi.

4. Perlu adanya pengembangan hasil penelitian dalam penggunaan metode

pembelajaran NHT dan STAD pada kompetensi dasar lain yang berkaitan

dengan pembelajaran Geografi maupun pengembangan penelitian lain yang

relevan sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Geografi.

103

DAFTAR PUSTAKA

Anitah,Sri. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta:Yuma Perkasa

Arikunto, Suharsimi. ( 2002 ). Dasar Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. ( 2005 ). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi

Revisi.Jakarta : Bumi Aksara

Iqbal, Javel M, Kousar N, Rahman F. ( 2011 ). Cooperative Learning Strategies :

Potential Application In Distance Education. International Journal of

Business and Social Science Vol 2 No. 12 July 2011. Diperoleh pada 3

Februari 2014 dari

http://ijbssnet.com/journals/Vol._2_No._12;_July_2011/27.pdf

Isjoni. ( 2010 ). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok.

Bandung : Alfabeta

Kamus Besar Bahasa Indonesia.( 2007 ). Jakarta :Balaipustaka

Karyadi, Widodo, Joko., & Muhsin (2012). Keefektifan Metode Pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Fungsi Konsumsi Dan

Fungsi Tabungan (versi Elektronik ). Economic Education Analysis Journal

1(1)(2012). Diperoleh 2 Januari 2014, dari

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/view/532

Lane, TS, Lestariyani, S, Kumala W, Widiastuti T. (2012). Proceeding

International Seminar Satya Wacana Christian University “Applying

Cooperative Learning Numbered Head Togegher (NHT) Type in

Trigonometri Topic on XB Grade Student of Telekomunikasi Tunas

Harapan Vocational High School. Diperoleh 2 Januari 2014, dari

http://repository.petra.ac.id/15664/1/pdfProses_Karakter_MAGDA_to_UKS

W_-_call_for_paper.pdf.

Lie, Anita. ( 2007 ). Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo

Masidjo. ( 1995 ). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.

Yogyakarta : Kanisius

Nengah D.N., Wayan L., & Nyoman D.(2013). Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tehnik STAD Terhadap Hasil Belajar Dilihat dari Sikap Sosial

dalam Pembelajaran IPS ( versi elektronik ).Jurnal Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha.Volume 3, 5-6. Diperoleh 2 Januari 2014,

103

104

dari http://pasca.undiksha.ac.id/e-

journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/560/352

Putri, Mega Nusantara. ( 2012). Efektivitas Penggunaan Metode Numbered Heads

Together ( NHT ), Team Assisted Individualization ( TAI ), Dan Ceramah

Tanya Jawab Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa kelas X SMA Negeri 2

Boyolali Tahun 2011 / 2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

Qurniawati, Annik. ( 2013 ). Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together ( NHT ) Dengan Media Kartu Pintar Dan Kartu

Soal Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Hidrokarbon

Kelas X Semester Genap SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2012 /

2013. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Roestiyah, N.K. ( 2001 ). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : rineka cipta

Sagala, Syaiful. ( 2010 ). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Slavin, Robert E. ( 2009 ). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik.

Bandung : Nusa Media

Solihatin, Etin & Raharjo ( 2008 ) Cooperative Learning Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta Bumi aksara

Sudjana, Nana.( 2005 ). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya

Sugiyanto. ( 2009 ). Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Yuma

Perkasa

Sugiyono. ( 2009 ). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sumaatmadja, Nursid. ( 1997 ). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta : Bumi

Aksara

Suprijono, Agus. ( 2009 ). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Suradji ( 2008 ). Strategi Belajar Mengajar. Surkarta : Sebelas Maret University

Press

Suwatik ( 2010 ). Penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT) Untuk

Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Geografi Pada Kompetensi Dasar

Menganalisis Hidrosfer Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Di Muka

105

Bumi Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun 2009/2010. Skripsi.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Trianto. ( 2009 ). Mendesain Model pembelajaran Inovatif. Jakarta : Kencana

Trimo, Lavyanto. ( 2006 ). Model – Model Pembelajaran Inovatif. Bandung :

Citra Praya

Wahab, Abdul Azis. ( 2009 ). Metode dan Model – Model mengajar Ilmu

Pengetahuan Sosial Bandung : Alfabeta