Upload
buidieu
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paten adalah hak khusus yang diberikan Negara kepada penemu atas
hasil temuannya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri penemuannya tersebut untuk memberikan persetujuannya kepada orang
lain untuk melakukannya(UU No. 6 tahun 1989)1. Pemegang hak paten adalah
seorang inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang menerima hak tersebut
dan terdaftar dalam Daftar Hak Paten. Hak paten diatur dalam Undang-Undang
Nomor. 14 Tahun 2001 tentang Paten (selanjutnya disebut UU Paten).
Saat ini, banyak kasus pelanggaran paten khususnya di bidang industri.
Hal tersebut disebabkan karena banyak sekali produk-produk yang beredar bebas
dan sudah dikenal oleh masyarakat, sehingga ada upaya peniruan oleh pihak lain
untuk memperoleh posisi pasar yang sama dengan produk aslinya, dan tentu
untuk memperoleh hasil penjualan yang baik atas produknya.
World Intellectual Property Organization memberi defenisi defenisi Paten sebagai berikut “A Patent is a legally enforceable right granted by virtue of law to a person to exclude, for a limited time, other from certain acts in relation to describe new invention; the privilege is granted by a government authorithy as a matter of right to the person who is entitled to apply for it and who fulfils the prescribed condition”2.
Berdasarkan pengertian diatas dapat diperhatikan bahwa terdapat hal
penting dari pengertian paten yaitu bahwa paten adalah bersifat eksklusif dan
1 Normin S. Pakpahan,et all, Kamus Hukum Ekonomi ELIPS, Jakarta, Elips, 2000, hal. 126. 2 Muhamad Djumhana dan, R.Djubaedillah, Hak Milik Intelektual(Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia), Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 116.
Universitas Sumatera Utara
9
bersal dari pemerintah, Hak paten adalah perbuatan yang merupakan hak
eksklusif dari pemegang paten, yaitu mengenai penjualan, penggunaan dan hal-
hal lain yang berkaitan dengan objek yang telah dipatenkan3.
Dalam proses perolehan paten memiliki langkah, dan juga syarat
didalamnya, yang harus dipenuhi untuk dapat mematenkan suatu invensi.
Adapun syarat terhadap invensi yang dapat diberi paten adalah : invensi baru,
jika invensi yang diajukan paten tersebut tidak sama dengan teknologi yang
diungkap sebelumnya serta Invensi mengandung langkah inovatif, jika invensi
tersebut merupakan hal yang tidak diduga sebelumnya bagi seseorang yang
mempunyai keahlian tertentu dibidang teknik, invensi tersebut dapat diterapkan
dalam industri, artinya invensi yang dapat dipatenkan adalah invensi yang dapat
digunakan di bidang industry, dan mengandung langkah inventif (kebaharuan).
Penilaian ada tidaknya langkah inventif merupakan hal yang sangat sulit
untuk dilaksanakan dalam praktik, sebagaimana yang diterapkan oleh Pasal 3
UU Paten, suatu invensi mengandung langkah inventif apabila invensi tersebut
bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan
hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.4
Bajaj Grup merupakan satu diantara 10 rumah dagang terkemuka di
India. Kiprahnya terbentang luas meliputi pelbagai industri, sistem otomobil
(roda dua dan roda tiga), perlengkapan rumahtangga, penerangan, besi dan baja,
asuransi, perjalanan dan keuangan. PT. Bajaj Auto Indonesia, anak perusahaan
dari Bajaj Auto Limited, India, didirikan pada bulan Juli 2006, di Indonesia. 3 ibid 4 Prof. Tim Lindsey, et all, edt., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar Bandung, P.T Alumni, 2006, hal.186.
Universitas Sumatera Utara
10
Perusahaan ini mulai beroperasi dengan diluncurkannya Pulsar 180 pada bulan
Nopember 2006, Bajaj Auto Indonesia saat ini mempunyai kantor yang berbadan
hukum di Jakarta dan pabrik perakitan di Cikarang (Bekasi) dan mempunyai
lebih dari 140 Dealer 3S yang menjual Bajaj Pulsar 135, Bajaj Pulsar 180 dan
Bajaj Pulsar 220 dengan jaringan pelayanan yang tangguh dan para mekanik
yang terlatih. Suku cadang Bajaj yang asli juga tersedia dan mudah didapat
melalui jaringan pelayanan tersebut.5 Namun, pada kenyataannya hak paten
teknologi mesin motor kebanggaan masyarakat India ini menjadi masalah di
Indonesia.
Setiap perusahaan yang bergerak dibidang produksi pasti butuh hak
eksklusif terhadap produknya, untuk memperolehnya maka harus dimohonkan
Patennya yang tentunya sangat berguna dalam persaingan pasar. Menurut
Rachmadi Usman, S.H. pengertian perusahaan adalah tidak jauh beda dengan
yang dirumuskan dalam Undang-Undang nomor 3 tahun 1982 tentang wajib
daftar perusahaan yaitu setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus menerus, dan yang didirikan. Bekerja dan
berkedudukan di sekitar wilayah Republik Indonesia yang bertujuan untuk
memperoleh laba.6
Permohonan paten oleh perusahaan Bajaaj tersebut ditolak di Indonesia,
dikarenakan objek yang dimohonkan patennya dianggap tidak memiliki langkah
kebaharuan (inventif) oleh Direktorat Jenderal HKI setelah dilakukannya
5 -------, BAI profile, diakses, 22-10-2013. http://www.bajaj-indonesia.com/en/our-profile/ 6 Rachmadi Usman, Hukum Ekonomi Dalam Dinamika, Penerbit; Djambatan, 1998. Hal 27.
Universitas Sumatera Utara
11
pemeriksaan substantive, dengan menggunakan dokumen paten Honda sebagai
dokumen pembanding.
Permohonan paten terhadap teknologi mesin kebanggaan India tersebut,
menimbulkan permasalahan yang panjang dikarenakan pihak Bajaaj merasa
tidak puas dan keberatan atas keputusan Direktorat Jenderal HKI, bahkan sampai
menuju jalur hukum mulai dari gugatan terhadap Komisi Banding Paten ke
pengadilan negeri, hingga sampai tahapan Kasasi ke Mahkamah Agung,
dikarenakan sangat pentingnya paten tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik memilih judul
“Analisis Yuridis Penolakan Paten Terkait dengan Penyempurnaan Invensi
(Studi Kasus Pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 802 K/PDT. SUS/2011)”
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana batasan invensi yang dapat di daftarkan di Indonesia?
2. Bagaimana keterkaitan antar inventor dalam suatu temuan?
3. Bagaimana penolakan terhadap pendaftaran paten terkait dengan
penyempurnaan invensi dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 802
K/PDT. SUS/2011?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui batasan invensi yang dapat di daftarkan di Indonesia.
b. Untuk mengetahui keterkaitan antar inventor dalam suatu temuan.
Universitas Sumatera Utara
12
c. Untuk mengetahui penolakan terhadap pendaftaran invensi dalam kasus
putusan Mahkamah Agung
2. Manfaat penelitian
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan data kepada peneliti lainnya.
b. Secara praktis substansi, hasil penelitian skripsi ini diharapkan mampu
menjadi bahan pemikiran bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan
serta organisasi yang menghimpun para pemegang lisensi paten dalam
membuat kerangka acuan sebagai pedoman dalam membuat perjanjian
yang berhubungan dengan perjanjian lisensi paten dan alih teknologi
substabsi paten.
D. Keaslian Judul
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, di
perpustakaan Universitas Sumatera Utara penelitian dengan judul “Analisis
Yuridis Penolakan Pendaftaran Paten Terkait dengan Penyempurnaan Invensi
(studi kasus pada putusan Mahkamah Agung Nomor 802 K/Pdt. Sus/2011)”
belum ada seperti yang penulis buat. Penelitian ini yang terkait dengan paten
sistem mesin satu silinder dua busi ini ditulis dengan objektif, ilmiah, melalui
pemikiran, referensi, serta buku-buku dan sarana lain yang dapat memberikan
informasi yang akurat. Dan juga bukan merupakan jiplakan ataupun sudah
pernah dibuat terlebih dahulu oleh orang lain.
Universitas Sumatera Utara
13
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian paten
Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disingkat dengan istilah HKI
pada intinya terdiri dari beberapa jenis yang diatur dalam pasal 1.2 yang
menyatakan bahwa HKI terdiri dari:
1) Hak Cipta dan Hak Terkait.
2) Merek Dagang.
3) Indikasi Geografis.
4) Desain Industri.
5) Paten.
6) Tata Letak Sirkuit Terpadu.
7) Perlindungan Informasi Rahasia.
8) Kontrol terhadap Praktek persaingan usaha tidak sehat dalam
perjanjian lisensi.7
Dengan kata lain HKI adalah hal yang merupakan memiliki nilai
ekonomis, Sehingga sangat penting untuk membuat pengaturan mengenai HKI
tersebut. HKI berhubungan sangat erat dengan kekayaan intelektual yang
dimiliki oleh subjek HKI dengan dijaminnya dan diaturnya masalah HKI maka
akan membuat subjeknya merasa aman atas kekayaan intelektual miliknya atas
pembajakan ataupun tindakan yang dapat merugikan.
Dalam pengenalan jenis HKI diatas pada dasarnya berawal pada
konvensi pembentukan WIPO (The World Intellectual Property Organization).
7 Prof.Lindsey, et all, edt., op.Cit,hal.3
Universitas Sumatera Utara
14
WIPO adalah badan khusus PBB yang dibentuk dengan tujuan untuk
mengadminstrasikan perjanjian/persetujuan multilateral mengenai HKI.
Indonesia merupakan anggota WIPO dan turut meratfikasi konvensi tersebut
pada tahun 1979.
WIPO, adalah sebuah kegiatan yang pada akhirnya bertujuan untuk
mematenkan suatu penemuan pada intinya dibagi menjadi dua asas atau kegiatan
utama sebagai berikut:
1. To Exploit atau exploiting; yaitu melaksanakan suatu atau lebih aktivitas
berikut ini;
a. Paten proses yang diperinci secara garis besar sebagai berikut:
1) Menggunakan proses (to use);
2) Mengimpor produk yang dihasilkan melalui proses tersebut.
b. Paten produk yang diperinci secara garis besar sebagai berikut:
1) Membuat produk (to make)
2) Menggunakan/memanfaatkan produk (to use)
3) Mengimpor produk (to import)
2. To Work (working), yang diartikan melaksanakan;
a. Dalam hal paten proses; menggunakan proses (to use)
b. Dalam hal paten produk; membuat ptoduk ( to make)8
Kegiatan dalam ruang lingkup to exploi dan to work itulah yang disebut
sebagai hak melaksanakan paten. Khusus mengenai to work WIPO telah
memberi pengertian bahwa to work diartikan sebagai kegiatan pemegang paten
8 Penjelasan World Intellectual Property Organization (WIPO)
Universitas Sumatera Utara
15
itu di dalam negei selama waktu tertentu.9 Maka jelas bahwa pemegang paten
memiliki hak khusus untuk melaksanakan paten yang dimilikinya, antara lain
dalam bentuk membuat, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan,
memakai, dan menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan
produk/barang yang diberi paten.
Menurut Paris Convention for the Protection of industrial property, yang
dikenal sebagai konvensi Paris, Adapun pengaturan mengenai perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual menurut Article 1 Paris Convention for the Protection of
industrial property adalah The protection of industrial property has as its object
patent, utility models, industrial design, trademark, service mark, trade names.
Indication of source or appellations of origin, and the repression of
unfair,10Bahwasanya adapun pengaturan perlindungan HKI menurut artikel 1
konvensi paris adalah terhadap Paten, Paten Sederhana, Disain Industry, Merk,
Nama Produk, indikasi dari suatu sumber daya, atau
Prinsip dasar dalam paten adalah paten dapat diberikan pada invensi
yang mengandung langkah infentif, dan disebut mengandung langkah inventif
apabila invensi tersebut mengandung langkah yang tidak terduga oleh ahli
dibidangnya, setelah memperhatikan keahlian yang telah ada pada saat paten
diajukan.11
Indonesia mengenal semasa dalam penjajahan Belanda, yaitu waktu
diberlakukannya octroiwet 1910. No. 33 yis S. 11- 33. S. 22 – 54 yang ,mulai
9 ibid 10-------, Himpunan Konvensi, Ratifikasi Hak Atas Kekayaan Intelektual, Proyek Pembinaan Tehnis Yustisial MAHKAMAH AGUNG R.I., 1998. 11 Suyud Margono dan Amir Angkasa. Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Jakarta : Grasindo, 2003, hal 24.
Universitas Sumatera Utara
16
berlaku 1 juli 1912, setelah itu Indonesia merdeka dan tidak lagi memberlakukan
Undang-Undang Octroi ini, dikarenakan tidak sesuai dengan suasana Negara
yang berdaulat.12
Istilah paten bermula dari bahasa Latin yang berarti dibuka dan
berlawanan dengan Latent yang berarti terselubung, oleh karenanya bahwa
suatu penemuan yang mendapatkan paten menjadi terbuka untuk diketahui oleh
umum.13 Dengan terbuka tersebut tidak berarti setiap orang bisa mempraktikan
penemuan bisa didayagunakan oleh orang lain. Baru setelah habis masa
perlindungan patennya penemuan tersebut menjadi milik umum (public domain),
pada saat inilah benar-benar terbuka. Dengan terbukanya suatu penemuan yang
baru, memberi informasi yang diperlukan bagi pengembangan teknologi
selanjutnya berdasarkan penemuan tersebut dan untuk memberi petunjuk kepada
mereka yang berminat dalam mengeksploitasi penemuan itu. 14
Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dengan demikian paten adalah
hak istimewa (eksklusif) yang diberikan kepada seorang penemu (inventor) atas
hasil penemuan (invention) yang dilakukan di bidang teknologi, baik yang
berbentuk produk atau proses saja, atas dasar hak istimewa tersebut, orang lain
dilarang untuk mendayagunakan hasil penemuannya terkecuali atas izinnya atau
penemu sendiri melaksanakan hasil penemuannya.
Hak istimewa ini diberikan untuk jangka waktu tertentu, setelah itu hasil
penemuannya menjadi milik umum. Dengan demikian setiap hasil penemuan
12 Muhamad Djumhana dan, R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan, Prakteknya di Indonesia), Bandung, PT. Citra Aditya Bakti 2003, hal.110. 13 Prof. Tim Lindsey, et all, edt., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Bandung, P.T. Alumni, 2006, hal.183. 14 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
17
yang telah dipatenkan, penemuannya atau mendayagaunakan hasil temuannya
tersebut. Paten diberikan atas dasar permohonan yang dimohonkan oleh
pemohon,dan apabila paten tersebut diterima diwajibkan oleh pemegangnya
untuk melaksanakan patennya tersebut. Bagi penemu diberikannya suatu hak
perlindungan terhadap penemuannya ini atau dapat kita sebut dengan istilah
monopoli dapat dianggap sebagai suatu penghargaan bagi ide intelektualnya.
Pasal 1 angka 1 UU Paten menyatakan bahwa hak paten adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di
bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.15
Hak eksklusif adalah hak yang mendasari pemegang paten untuk untuk
memproduksi, menggunakan, menjual, dan lain sebagainya yang berkaitan
dengan penjualan barang tersebut.16
Adapun pengertian paten dalam UU Paten, sesuai dengan apa yang
dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Paten Tahun 1997 yaitu
hak eksklusif yang diberi oleh negara terhadap inventor atas invensinya di
bidang teknologi dalam jangka waktu yang tertentuuntuk dapat melaksanakan
penemuannya secara sendiri, atau orang lain yang mendapatkan izin dari
inventor. dan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Paten Tahun 1997 yang
menyatakan penemuan adalah kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang
15 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten 16 Drs. Muhamad Djumhana dan, R.Djubaedillah, Hak Milik Intelektual(Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia), Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2003, hal.116.
Universitas Sumatera Utara
18
teknologi, yang dapat berupa proses atau hasil produksi atau penyempurnaan
dan pengembangan proses atau hasil produksi.17
Penemuan yang diatur atau dilindungi paten atau tepatnya objek
perlindungan dari paten/ berbeda dengan objek hak cipta, maka objek dari paten
seperti telah dijelaskan di atas, adalah penemuan-penemuan yang bersifat:
a. Bersifat baru (novelty) penemuan tersebut bukan merupakan bagian dari
penemuan terdahulu atau penemuan yang telah ada sebelumnya;
b. Langkah inventif (inventive step);
c. Dapat diterapkan dalam industri (industrial applicability)
2. Jenis-jenis paten
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kaidah-kaidah internasional juga UU
Paten membagi paten ke dalam dua bagian yaitu paten proses dan paten produk
dalam hal pelaksanaan paten. Tetapi dari bentuk penemuan yang dipatenkan,
paten dapat dibagi sebagai berikut:
a. Paten Sederhana (Pasal 6, Pasal 9, dan Pasal 104 sampai dengan Pasal
108 UU Paten.
b. Paten Biasa yang sesungguhnya adalah paten yang sedang dibicarakan.
Maka sesuai kaidah-kaidah internasional dan UU Paten dikenal atau
ditulis paten saja.18
Paten sederhana muncul karena mengingat banyaknya penemuan atau
teknologi yang mempunyai nilai kegunaan paraktis, baik dalam produk, alat
penemuan maupun dalam hal pelaksanaanya setelah menjadi suatu produk 17 Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten. 18 Drs. Muhamad Djumhana dan, R Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia), Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 2003, hal.122.
Universitas Sumatera Utara
19
Paten diberikan terhadap karya atau ide penemuan (invensi) dibidang
teknologi, yang berupa produk ataupun proses, kemudian bila didayagunakan
akan mendapatkan manfaat ekonomi. Inilah yang dasar bahwa paten
mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan hukum yang diberikanpun
tidak secara otomatis, harus ada permohonan sebelumnya.
Ciri khas Invensi yang dapat dipatenkan adalah adanya kandungan
pengetahuan yang sitematis, yang dapat dikomunikasikan, dan dapat diterapkan
untuk menyelesaikan masalah atau kebutuhan manusia yang timbul dalam
industri, pertanian atau perdagangan. Berarti pengertian teknologi disini adalah
pengetahuan yang sistematis, artinya terorganisasi dan dapat memberikan
penyelesaian masalah. 19
Pengetahuan itu harus dalam bentuk tulisan atau dalam pemikiran dan
harus diungkapkan atau dapat diungkapkan sehingga dapat di ketahui dan
dimengerti oleh orang lain. Serta pengetahuan itu dapat memberikan manfaat
pada industri, pertanian atau perdagangan. Pengatahuan tidak hanya berupa
menciptakan suatu produk belaka, tetapi bisa saja proses tetapi proses yang
berkaitan dengan teknologi, artinya penemuannya dapat dipatenkan tidak harus
merupakan hasil produk namun dapat berupa proses.
Hak paten bersifat khusus, karena hanya diberikan kepada penemu untuk
melaksanakan sendiri penemuannya atau untuk memberikan persetujuan kepada
orang lain untuk melaksanakan penemuannya. Ini berarti orang lain hanya
mungkin menggunakan penemuan tersebut kalau ada persetujuan atau ijin dari
19 Suyud Margono dan Amir Angkasa. Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Jakarta : Grasindo, 2003, hal 24.
Universitas Sumatera Utara
20
penemu selaku pemilik hak. Dengan perkataan lain, kekhususan tersebut
terletak pada sifatnya yang mengecualikan orang selain penemu selaku pemilik
hak dari kemungkinan untuk menggunakan atau melaksanakan penemuan
tersebut, sifat seperti itulah dikatakan eksklusif.
3. Prinsip dasar paten
Terdapat prinsip-prinsip dasar dalam perolehan paten Adapun prinsip-
prinsip dasar paten dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Paten merupakan hak khusus yang diberikan Negara kepada penemu atas
hasil temuannya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu untuk
melaksanakan sendiri temuannya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada orang lain untuk melaksanakannya (UU No.6
Tahun 1989). 20 Karena hak khusus ini pula pada awalnya paten, seperti
halnya hak cipta, sering dianggap sebagai bagian dari paham
individualisme.
b. Paten diberikan negara berdasarkan permohonan Permintaan paten
diajukan oleh penemu atau calon pemegang paten berupa permintaan
pendaftaran ke kantor paten. Bila tidak ada permintaan maka tidak ada
paten. Hanya penemu atau yang menerima lebih lanjut hak penemu yang
berhak memperoleh paten.
c. Paten diberikan untuk satu penemuan; Setiap permintaan paten hanya
untuk satu penemuan atau tepatnya satu penemuan tidak dapat
dimintakan lebih dari satu paten.
20 Drs. Normin S. Pakpahan, et all, edt., Kamus Hukum Ekonomi ELIPS, Jakarta, Proyek ELIPS, 2000, hal.126.
Universitas Sumatera Utara
21
d. Penemuan harus baru, langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam
industri. Penemuan tersebut dapat berupa proses maupun produk yang
dipatenkan
e. Paten dapat dialihkan; seperti halnya hak cipta dan hak milik
perseorangan lainnya paten juga dapat dialihkan kepada orang atau pihak
lain, yang menurut Pasal 66 UU Paten paten dapat beralih untuk
selruhnya ataupun sebagian. Pengalihan itu misalnya karena:
1) Pewarisan, hibah, wasiat; pengalihan yang berlangsung untuk
seluruhnya harus disertai dengan dokumen paten serta hak-hak lain
yang berkaitan dengan paten itu
2) Perjanjian; harus dibuat dalam bentuk akta notaris
3) Karena sebab-sebab lain yang ditentukan oleh undang-undang.
f. Paten dapat dibatalkan dan dapat batal demi hukum; Paten yang telah
diberikan terhadap suatu penemuan dapat dibatalkan berdasarkan
pengajuan gugatan, baik oleh pihak-pihak tertentu lain melalui
Pengadilan Niaga maupun oleh pihak-pihak tertentu karena hal-hal
tertentu, seperti yang diatur dalam Pasal 91 UU Paten. Selain itu paten
dapat dinyatakan batal demi hukum oleh kantor paten apabila pemegang
paten tidak memenuhi kewajibannya membayar biaya-biaya tahunan
dalam jayat waktu yang telah ditentukan Pasal 88 UU Paten.
g. Paten berkaitan dengan kepentingan umum; Pasal 75 UU Paten
menentukan bahwa apabila:
Universitas Sumatera Utara
22
1) Pemegang paten tidak melaksanakan paten (baca penemuan yang
diberi paten) tersebut atau tidak dalam hal sewajarnya selama 36 (tiga
puluh enam) bulan sejak tanggal pemberian paten (jo Pasal 17 ayat
(1) UU Paten yang menentukan bahwa pemegang paten wajib
membuat produk atau menggunakan proses yang diberikan opaten di
wilayah Indonesia).
2) Juga apabila paten telah dilaksanakan di Indonesia oleh pemegang
paten atau pemegang lisensi dalam hal lisensi wajib tetapi dalam
bentuk dan dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat;
maka akan diberikan sanksi berupa pemberian lisensi wajib kepada
orang/phak lain untuk melaksanakan paten tersebut. Hal ini berarti
pemegang paten selain mempunyai hak juga mempunyai kewajiban
untuk melaksanakan patennya supaya produk tersebut dapat
memasyarakat. Pasal 5 ayat (2) Konvensi Paris menentukan bahwa
pemegang paten wajib mengekpliotasi patennya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan negara tempat ia mengimpor
penemuan patennya21. Hal ini berati bahwa pemegang paten wajib
mengekploitasi patennya (dalam hal paten impor).
3) Paten mensyaratkan kewajiban umum bagi pemegang paten; Dari isi
Pasal 17 ayat (1) UU Paten di atas, terlihat jelas bahwa pemegang
paten juga mempunyai kewajiban hukum selain tentunya hak.22
Contoh bentuk kewajiban pemegang paten lainnya adalah pemegang
21 Ibid, hal 18 22Pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
23
paten wajib membayar biaya paten tahunan dalam jayat waktu
tertentu dan apabila ia tidak memenuhi kewajiban ini maka diberi
sanksi, yaitu dinyatakan batal demi hukum oleh kantor paten Pasal
88 UU Paten.
h. Paten berkaitan dengan kepentingan nasional; Paten sangat berkaitan erat
dengan bidang teknologi, yang menjadi salah satu faktor penting dalam
menentukan masa depan bangsa dan negara. Untuk itu negara
mempunyai peran yang luas dan penting untuk mengatur npaten, salah
satu satunya melalui peraturan perundang-undangan. Pasal 17
UU Paten mengenai hak pemegang paten untuk melaksanakan paten
sesungguhnya dapat dilihat dari dua sudut kepentingan, yaitu hak
pemegang paten itu sendiri dan kepentingan nasional atau pemerintah
sebagai pembuat peraturan. Pasal 71 UU Paten memuat ketentuan
mengenai pelarangan pencantuman atau pemuatan dalam suatu
perjanjian paten hal-hal yang dapat merugikan kepenrtingan nasional
atau membatasi kemampuan Indonesia untuk menguasai teknologi.
4. Permohonan paten
Paten hanya dapat diperoleh dengan cara Permohonan, yaitu dengan cara
memohonkan invensi yang ingin diperoleh Patennya ke Ditjend Hak Kekayaan
intelektual yang selanjutnya disingkat dengan istilah DitJend HKI23. Dalam
pendaftaran tersebut memiliki prosedur, mulai dari tata cara permohonan dan
syarat yang harus dipenuhi dalam Pendaftaran Paten .
23 Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
24
Dalam pendaftaran dengan Hak Prioritas diatur secara khusus pada
Undang-Undang No 14 Tahun 2001 tentang Paten pada pasal yang ke 27, yaitu :
1. Pendaftaran Menggunakan Hak prioritas sebagaimana diatur dalam Paris
Convention for the Protection of Industri Property yang mengatur tentang
jangka waktu dan tata cara dalam mengajukan pendaftaran.
2. Pendaftaran yang mengunakan permohonan dengan hak prioritas wajib
dilengkapi dengan dokumen prioritas, yang disahkan oleh pejabat
berwenang.
3. Apabila point pertama dan kedua tidak dipenuhi maka permohonan tidak
bisa diajukan dengan menggunakan Hak prioritas.24
Serta dalam pendaftaran Paten; Paten hanya dapat diajukan untuk satu invensi
ataupun beberapa invensi yang menjadi satu kesatuann invensi. Hanya
dapatdiajukan untuk satu invensi maksudnya adalah tidak boleh ada dua Paten
dengan invensi yang sama, dan apabila dipatenkan oleh lebih dari satu invensi
haruslah dijadikan menjadi satu kesatuan invensi.
F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi penelitian
Dalam penulisan ilmiah terdapat bermacam ragam jenis penelitian, dari
berbagai jenis penelitian, penelitian hukum yang paling popular dikenal adalah:
24 Pasal 27 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 Tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
25
1. Penelitian hukum normatif, atau penelitian hukum kepustakaan
dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau hanya
menggunakan data sekunder yang biasa
2. Penelitian hukum empiris yang dilakukan dengan cara terutama
meneliti data primer yang diperoleh di lapangan selain juga meneliti
data sekunder dari perpustakaan.
Penelitian hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif, pada penelitian ini, sering sekali hukum dikonsepkan sebagai apa
yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum yang
dikonsepsikan sebagai kaidah ataupun norma yang menjadi patokan berperilaku
masyarakat terhadap apa yang dianggap pantas.
Penelitian hukum normative adalah kegiatan untuk menjelaskan hokum
tidak diperlukan dukungan data, atau fakta-fakta social, sebab ilmu hokum
normative tidak mengenal data atau fakta social yang dikenal hanya bahan
hokum, jadi untuk menjelaskan hokum atau untuk mencari makna dan member
nilai akan hokum dan langkah-langkah yang ditempuh adalah langkah
normative. 25
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah sumber darimana data tersebut
diperoleh. Sumber data dalam penelitian dibagi menjadi dua yaitu:
25. Law Is My way, Penelitian atau pengkajian Ilmu Hukum Normatif,
http://lawismyway.blogspot.com/2011/01/penelitian-atau-pengkajian-ilmu-hukum.html?m=1, diakses. 22-10-2013,
Universitas Sumatera Utara
26
a. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut
juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.
Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya
secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi
terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.26
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).
Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro
Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.27
Dalam melaksanakan penelitian ini , perlu ditegaskan alat pengumpulan
data yang dipakai dalam penelitian. Dalam penelitian dipergunakan tiga alat
pengumpulan data yaitu:
1. Bahan hukum primer (bahan hukum yang mengikat secara umum)
yang terdiri dari:
a. Norma dasar atau kaidah dasar dalam pembukaan (preambule) UUD
1945;
b. Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia.
c. Undang-undang No 26 Tahun 2000 Tentang Peradilan Hak Asasi
Manusia.
26 Cahya Suryana, data dan jenis data penelitian, http://csuryana.wordpress.com/2010/03/25/data-dan-jenis-data-penelitian/. diakses 22-10-2013. 27 ibid
Universitas Sumatera Utara
27
d. Konvensi-konvensi internasional di bidang hak asasi manusia.
e. Yurisprudensi yang ada hubunganya dengan pelanggaran hak asasi
manusia.
b. Bahan hukum sekunder yaitu yang memberi Penjelasan mengenai
bahan hukum primer seperti berbagai bahan kepustakaan berupa buku,
majalah, hasil penelitian, makalah dalam seminar, dan jurnal yang
berkaitan dengan penelitian ini.
3.Bahan hukum Tertier
Yaitu Bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder yang mana terdiri
a.Kamus hukum
b.Kamus bahasa Indonesia
c.Kamus bahasa inggris
d. Artikel artikel dan laporan dari media massa ( surat kabar , jurnal
hukum, majalah dan lain sebagainya ).28
3. Analisis data
Analisis data adalah kegiatan mengatur, mengelompokkan,
mengurutkan, member tanda dan mengategorikan data sehingga dapat
ditemukan dalam bentuk hipotesis berdasarkan data yang diperoleh.
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analaisis
data secara Kualitatif, dimana data yang diperoleh adalah dari berbagai sumber
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam.
28 Riesta D Newbie, tiga jenis bahan hokum data sekunder, http://answers.yahoo.com/question/index?qid=20120409193129AAMKtBJ, diakses. 22-10-2013.
Universitas Sumatera Utara
28
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang dipergunakan pada penulisan ini
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini berisikan latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, , metode penelitian dan sistematika penulisan
BAB II BATASAN INVENSI YANG DAPAT DI MOHONKAN PATENNYA DI INDONESIA
Bab ini membahas tentang pengertian invensi klasifikasi paten
dan invensi yang dapat di daftarkan di Indonesia serta syarat dan
prosedur dalam permohonan paten.
BAB III KETERKAITAN ANTAR INVENTOR DALAM SUATU TEMUAN Berisikan tentang hak-hak inventor atas invensinya,
pengembangan invensi dan hak-hak inventor yang baru dan
prosedur dan syarat mengajukan paten.
BAB IV PENOLAKAN TERHADAP PENDAFTARAN PATEN TERKAIT DENGAN PENYEMPURNAAN INVENSI DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 802 K/PDT. SUS/2011
Bab ini akan membahas tentang akibat Hukum penolakan
pendaftaran paten terkait dengan penyempurnaan invensi dan
upaya hukum yang dilakukan oleh pihak Bajaj terhadap
penolakan pendaftaran paten terkait dengan penyempurnaan
Universitas Sumatera Utara
29
invensi dan analisis Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 802 K/Pdt. Sus/2011
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian akhir ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari
hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
Universitas Sumatera Utara