50
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, keamanan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai dengan perilaku yang sehat dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal di seluruh Indonesia (Depkes, RI, 2010). Salah satu permasalahan gizi yang tergolong klasik di Indonesia sampai saat ini belum dapat ditanggulangi secara tuntas adalah masalah gizi kurang atau lebih dikenal dengan Kurang Energi Protein (KEP). Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Jumlah kasus balita gizi buruk di Aceh pada tahun 2012 mencapai 427 kasus. Dari jumlah tersebut, angka tertinggi berasal dari Kabupaten Aceh Tamiang yaitu 96 kasus, Aceh Utara 54 kasus, Pidie 48 kasus, Bireuen 35 kasus dan Langsa 36 kasus. Sisanya terbagi di beberapa kabupaten seperti Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Lhokseumawe dan beberapa kabupaten lain. Berdasarkan Laporan Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2011 diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk yaitu di Kabupaten Aceh Besar sebanyak 19 orang. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan untuk mencapai 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

  • Upload
    dophuc

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah

meningkatkan kesadaran, keamanan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, terciptanya masyarakat,

bangsa dan negara Indonesia yang ditandai dengan perilaku yang sehat dan

memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal

di seluruh Indonesia (Depkes, RI, 2010).

Salah satu permasalahan gizi yang tergolong klasik di Indonesia sampai

saat ini belum dapat ditanggulangi secara tuntas adalah masalah gizi kurang

atau lebih dikenal dengan Kurang Energi Protein (KEP). Jumlah balita yang

kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut

merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa.

Jumlah kasus balita gizi buruk di Aceh pada tahun 2012 mencapai 427 kasus.

Dari jumlah tersebut, angka tertinggi berasal dari Kabupaten Aceh Tamiang

yaitu 96 kasus, Aceh Utara 54 kasus, Pidie 48 kasus, Bireuen 35 kasus dan

Langsa 36 kasus. Sisanya terbagi di beberapa kabupaten seperti Simeulue,

Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Lhokseumawe dan beberapa kabupaten lain.

Berdasarkan Laporan Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2011

diketahui bahwa jumlah balita gizi buruk yaitu di Kabupaten Aceh Besar

sebanyak 19 orang.

Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF

merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan untuk mencapai

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

2

tumbuh kembang optimal pada anak, yaitu : (1) memberikan air susu ibu

kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, (2) memberikan

hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir

sampai bayi berusia 6 bulan, (3) memberikan makanan pendamping air susu

ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan (4)

meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.

Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya

dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah

setempat (indigenous food) (Azwar, 2007).

Melalui penerapan perilaku Keluarga Sadar Gizi, keluarga didorong

untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan

dan memberikan MP-ASI yang cukup dan bermutu kepada bayi dan anak usia

6-24 bulan. Bagi keluarga mampu, pemberian MP-ASI yang cukup dan

bermutu relatif tidak bermasalah. Pada keluarga miskin, pendapatan yang

rendah menimbulkan keterbatasan pangan di rumah tangga yang berlanjut

kepada rendahnya jumlah dan mutu MP-ASI yang diberikan kepada bayi dan

anak (Depkes, 2006).

Pemberian MP-ASI berarti memberikan makanan lain sebagai

pendamping ASI yang diberikan pada bayi dan anak usia 6 sampai 24 bulan.

MP-ASI yang tepat dan baik merupakan makanan yang dapat memenuhi

kebutuhan gizi sehingga bayi dan anak dapat tumbuh kembang dengan

optimal. MP-ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak, melalui

dari MP-ASI jenis lumat, lebik samapai anak menjadi terbiasa dangan

makanan keluarga. Di samping MP-ASI, pemberian ASI terus dilanjutkan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

3

sebagai sumber zat gizi dan faktor pelindung penyakit hingga mencapai anak

usia dua tahun atau lebih (Kemenkes, 2012)

Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan jumlah dan mutu

MP-ASI, diantaranya dapat dilakukan dengan pemberian MP-ASI kepada

bayi dan anak usia 6–24 bulan dari keluarga miskin. Secara umum terdapat

dua jenis MP-ASI yaitu hasil pengolahan pabrik atau disebut dengan MP-ASI

pabrikan dan yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal.

Studi-studi di banyak negara berkembang mengungkapkan bahwa penyebab

utama terjadinya gizi kurang dan hambatan pertumbuhan pada anak-anak usia

3-15 bulan berkaitan dengan rendahnya pemberian ASI dan buruknya praktek

pemberian makanan pendamping ASI (Shrimpton, 2001).

Penelitian lain yang mendukung seperti yang dilakukan oleh Maulida

(2009) tentang ”faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik Pemberian

MP-ASI Lokal pada Balita Usia 6 sampai 24 bulan di Kota Semarang”. Hasil

uji korelasi diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan pengetahuan ibu,

sikap ibu, dan sumber informasi dengan praktik pemberian MP-ASI lokal,

sedangkan tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga,

dukungan sosial, dan budaya pemberian makanan tidak ada hubungan dengan

praktik pemberian MP-ASI lokal.

Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi sangat dipengaruhi

oleh pengetahuan ibu. Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan

hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

4

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu,

memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Berdasarkan data awal yang didapatkan dari Puskesmas Blang Bintang,

jumlah bayi 6 - 24 bulan adalah 321 orang yang terdiri dari 125 orang bayi

berat badan kurang.

Salah satu permasalahan dalam pemberian makanan pada bayi adalah

terhentinya pemberian ASI dan pemberian MP-ASI yang tidak cukup. Hal ini

sangat dipengaruhi oleh pola MP-ASI yang diberikan (Depkes, RI, 2000).

Kurangnya asupan zat gizi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang

MP-ASI, dan perilaku terhadap pemberian jenis MP-ASI yang diberikan. Saat

ini selain MP-ASI yang dibuat sendiri juga telah banyak digunakan MP-ASI

komersial/pabrikan atau kombinasi antara MP-ASI tradisional dan MP-ASI

pabrikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 ibu yang mempunyai bayi

diatas 6 bulan di Wilayah Puskesmas Blang Bintang diketahui 7 dari 10 ibu-

ibu yang memberikan pisang dikerok dan bubur tim, dan 3 orang lainya

memberikan bubur instan yang mereka diperoleh dari warung-warung

terdekat. Mereka menyebutkan bahwa pemberian makanan tersebut dilakukan

sebanyak 2 kali sehari dan tidak menggunakan takaran, hanya memberikan

sesuka bayi sampai bayi tersebut kenyang. Kurangnya pengetahuan ibu dapat

berpengaruh terhadap status gizi bayi pada umur 6 – 24 bulan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini

ditentukan judul: “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ibu

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

5

Terhadap Status Gizi Bayi Umur 6 – 24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang yang telah diuraikan, dirumuskan masalah

penelitian: “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengetahuan ibu

terhadap status gizi bayi umur 6 – 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap

status gizi bayi umur 6 – 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang

Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian ASI terhadap status

gizi bayi umur 6 – 24 bulan

b. Untuk mengetahui pengaruh jumlah Pemberian Makanan Pendamping

Air Susu Ibu (MP-ASI) terhadap status gizi bayi umur 6 – 24 bulan

c. Untuk mengetahui pengaruh jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu

(MP-ASI) terhadap status gizi bayi umur 6 – 24 bulan

d. Untuk mengetahui pengaruh komposisi bahan sumber zat gizi pada

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terhadap status gizi

bayi umur 6 – 24 bulan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Puskesmas Blang Bintang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak

puskesmas dalam melakukan intervensi dan pemantauan ke Posyandu-

posyandu berkaitan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-

ASI) bagi ibu-ibu yang baru menyusui.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

dan sebagai pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah didapat

dibangku kuliah, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan ibu tentang status gizi bayi umur 6 – 24 bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini sudah pernah dilakukan oleh Sri Khayati (2010) tentang

Faktor yang berhubungan dengan status gizi balita pada keluarga Buruh Tani di

Desa Situwangi Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara. Variabel penelitian

terdiri dari tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan gizi ibu, status pekerjaan

ibu, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, kepemilikan lahan atau tanah

pertanian, pemanfaatan lahan pekarangan, penyakit infeksi, tingkat konsumsi

energi dan protein dengan status gizi balita. yang membedakan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah variabel independen. Sedangkan

persamaannya adalah status gizi (variabel dependen)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau

kelompok- kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

dan zat-zat energi lain yang belum diperoleh. Dari pangan dan makanan yang

dampak fisiknya dapat diukur secara antropometri (Suhardjo, 2003).

Sedangkan menurut Supariasa, status gizi adalah keadaan akibat dari

keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-

zat gizi dalam seluler tubuh. Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentukvariabel tertentu atau perwujudan dan nutritur

dalam bentuk variabel tertentu.

Status gizi merupakan refleksi dari makanan yang dikonsumsi dan

dapat dimonitor dari pertumbuhan fisik anak. Perlu dipahami bahwa antara

status gizi dan indikator status gizi terdapat suatu perbedaan yaitu indikator

tidak hanya merefleksikan status gizi tetapi juga dapat memberikan refleksi

terhadap pengaruh-pengaruh faktor non gizi (Ahmad, 2009).

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi balita dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat

komplek dan saling terkait, akan tetapi faktor yang secara langsung dapat

mempengaruhi gizi balita adalah intik makanan dan penyakit infeksi.

Adanya ketidakseimbangan dalam mengkonsumsi zat gizi dari segi

7

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

8

kualitas dan kuantitas akan menimbulkan masalah gizi, karena makanan

yang baik merupakan dasar utama bagi kesehatan. Makanan adalah unsur

terpenting pada masa sekarang dan akan mempengaruhi kondisi kesehatan

di masa mendatang (Abunain, 2000).

Riyadi (2001) membagi determinan status gizi anak kedalam 3

level penyebab, yaitu determinan langsung (immediate determinants),

determinan tidak langsung (underlying determinants), dan determinan

dasar (basic determinants). Determinan langsung dari status gizi anak

merupakan faktor yang terdapat pada level individu (level paling mikro).

Determinan langsung ini adalah intik makanan (energi, protein, lemak dan

mikronutrien) dan status kesehatan. Kedua faktor ini sebenarnya saling

tergantung satu dengan yang lainnya (Riyadi, 2001).

Seorang anak dengan intik makanan kurang akan lebih rentan

terhadap penyakit. Sebaliknya, penyakit tertentu akan menekan nafsu

makan (appetite), menghambat penyerapan zat gizi, dan meningkatkan

kebutuhan energi anak. Jumlah mutu intik makanan harus cukup.

Sedangkan yang termasuk determinan tidak langsung antara lain adalah

ketahanan pangan, perawatan ibu dan anak yang cukup, lingkungan

kesehatan yang tepat, termasuk pelayanan kesehatan. Faktor kunci yang

mempengaruhi semua determinan tidak langsung adalah kemiskinan

(Riyadi, 2001).

Karyadi dan Susanto (2006) menyebutkan bahwa masih relatif

tingginya masalah gizi masyarakat menunjukkan bahwa aspek kemampuan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

9

ekonomi (daya beli) berpengaruh paling dominan dalam timbulnya

masalah gizi masyarakat, disamping fakor kurangnya kesadaran akan gizi,

kondisi sanitasi lingkungan dan keterbatasan akses pelayanan kesehatan

bagi masyarakat kurang mampu.

2. Penilaian Status Gizi

Untuk menentukan status gizi seseorang, dapat dilakukan dengan beberapa

cara, yaitu :

a. Cara Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan merupakan cara penilaian keadaan / status

masyarakat secara tidak langsung. Informasi tentang konsumsi pangan

dapat dilakukan dengan cara survey dan akan menghasilkan data yang

kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif akan deketahui jumlah dan

jenis pangan yang dikonsumsi.

b. Cara Biokimia

Beberapa tahapan perkembangan kekurangan gizi dapat diidentifikasi

dengan cara biokimia dan lazim disebut cara laboratorium. Dengan

demikian, cara biokimia dapat digunakan mendeteksi keadaan defisiensi

subklinis yang semakin penting dalam era pengobatan preventif. Metode

ini bersifat sangat obyektif, bebas dari faktor emosi dan subyektif lain

sehingga biasanya digunakan untuk melengkapi cara penilaian status gizi

lainnya.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

10

c. Cara Antropometri

Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara

luas dalam penelitian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan

kronik antara energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua

dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi

tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak

tubuh (non-fat mass) (Yayuk Farida, 2004). Antropometri sebagai

indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa

parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia antara

lain; umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,

lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa,

2002). Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.

Kombinasi antara parameter disebut indek antropometri, terdiri dari :

1) Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh yang sangat sensitif terhadap perubuhan-

perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit

infeksi, maka nafsu makan atau jumlah makan yang dikonsumsi akan

berkurang dan akan mengakibatkan menurunnya berat badan.

Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U

lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional

status).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

11

2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Perubahan tinggi badan tidak seperti

berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi

dalam jangka pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi

badan akan nampak dalam jangka waktu relatif lama. Berdasarkan

karakteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status gizi

masa lalu.

3) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.

Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan searah dengan

pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB

merupakan indeks yang independent terhadap umur. Penilaian ini lebih

peka daripada penilaian berdasarkan berat badan menurut umur.

4) Lingkar Lengan Atas menurut Umur (LILA/U)

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan

jaringan otot dan jaringan lemak bawah kulit. Lingkar Lengan atas

berkolerasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. LILA merupakan

parameter antropometri yang sangat sederhana dan mudah dilakukan

oleh tenaga bukan profesional. LILA sebagaimana dengan berat badan

merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat.

Indeks LILA sulit untuk melihat perkembangan anak.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

12

5) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Masalah kekurangan dan kelebihan pada gizi orang usia 18 tahun

keatas merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko

penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas

kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tertentu perlu

mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Dalam hal ini

indeks massa tubuh digunakan untuk melakukan pengukuran.

6) Tebal Lemak Bawah Kulit menurut Umur

Pengukuran tebal lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan

lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh,

misalnya pada bagian lengan atas triseps dan biseps, lengan bawah

(foream), tulang belikat (subscapular), dan pertengahan tungkai bawah

(medial calf). lemak tubuh dapat diukur secara mutlak dinyatakan

dalam kilogram maupun secara perkiraan dinyatakan dalam persen

tubuh total.

7) Rasio Lingkar pada Pinggul

Pengukuran lingkar pinggang dan pimggul harus dilakukan oleh

tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tepat (Supariasa, 2002).

d. Cara Klinis

Riwayat medis dan pengujian fisik merupakan metode klinis yang

digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda pengamatan yang dibuat dokter

dan gejala-gejala manifestasi yang dilaporkan oleh pasien yang

berhubungan dengan manifestasi. Tanda-tanda dan gejala-gejala ini sering

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

13

tidak spesifik dan hanya berkembang selama tahap deplesi (pengosongan

cadangan zat gizi dalam tubuh) yang sudah parah. Karena alasan tersebut,

diagnosis defisiensi gizi tidak mengandalkan hanya pada metode klinis,

oleh karena itu, metode laboratorium harus digunakan sebagai pelengkap

metode klinis (Yayuk Farida, 2004)

Penelitian yang dilakukan oleh Rosita (2001) mengenai “hubungan

pengetahuan ibu tentang pola makanan sapihan, tingkat kecukupan energi dan

protein dengan status gizi anak umur 3-24 bulan (studi di kelurahan Ngalian

Kota Semarang)”, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: 1) Tidak ada

hubungan bermakna dari pengetahuan ibu tentang pola makanan sapihan dan

tingkat kecukupan energi dengan status gizi anak; dan 2) Ada hubungan

bermakna dari tingkat kecukupan energi dengan status gizi anak.

B. Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan yang

diberikan pada bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai

umur 6-24 bulan (Aritonang, 2006). Untuk menyesuaikan kemampuan bayi

terhadap makanan tersebut maka pemberian MP-ASI dilakukan secara bertahap,

baik bentuk, jumlah maupun macam (Aritonang, 2004).

Saat ini dikenal beberapa jenis MP ASI diantaranya adalah pisang lumat

halus, pepaya lumat, air jeruk manis, tomat saring, dan bubur susu (Soetjiningsih,

2001). Didalam pengaturan makanan untuk bayi ini terdapat dua tujuan. Pertama

adalah memberikan zat gizi bagi kebutuhan hidup yaitu untuk pemeliharaan dan

perkembangan fisik atau psikomotorik, serta melakukan aktifitas fisik. Dan kedua

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

14

adalah untuk mendidik kebiasaan makan yang baik. Makanan untuk bayi dan

anak haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut yaitu : memenuhi

kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai umur, susunan hidangan disesuaikan

dengan menu seimbang, bahan makanan setempat dan kebiasaan makan

(Supariasa, 2008).

Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang

mengandung gizi diberikan pada bayi/ anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

Makanan pendamping ASI diberikan mulai umur 6 bulan sampai 24 bulan.

Semakin meningkat umur bayi/ anak, kebutuhan zat gizi semakin bertambah

untuk tumbuh kembang anak, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi

kebutuhan gizi (Depkes RI, 2005).

Makanan pendamping ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke

makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI harus

dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan

kemampuan pencernaan bagi bayi/ anak. Pemberian makanan pendamping ASI

yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini (Depkes RI,

2005).

Pemberian MP-ASI berarti memberikan makanan lain sebagai

pendamping ASI yang diberikan pada bayi dan anak usia 6 sampai 24 bulan. MP-

ASI yang tepat dan baik merupakan makanan yang dapat mememnuhi kebutuhan

gizi sehingga bayi dan anak dapat tumbuh kembang dengan optimal. MP-ASI

diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak, mulai dari MP-ASI jenis

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

15

lumat, lembik sampai anak menjadi terbiasa dengan makanan keluarga. Di

samping MP-ASI, pemberian ASI terus dilanjutkan sebagai sumber zat gizi dan

faktor pelindung penyakit hingga anak mencapai anak usia dua tahun atau lebih.

Tujuan pemberian makanan tambahan adalah sebagai komplemen terhadap

ASI agar anak memperoleh cukup energi, protein dan zat-zat gizi lainnya (vitamin

dan mineral) untuk tumbuh dan berkembang. Penting untuk diperhatikan agar

pemberian ASI dilanjutkan terus selama mungkin, karena ASI memberikan

sejumlah energi dan protein yang bermutu tinggi. Untuk mengajarkan anak

mengunyah dan terbiasa dengan makanan baru, pertama-tama berikan satu atau

dua sendok teh makanan tmbahan (weaning foods).

Pola makan bayi dan anak dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Berapa banyak makanan diberikan kepada anak

Usia Bentuk Makanan Berapa kali sehari Berapa banyak setiap

kali makan

6-8 bulan a. ASI

b. Makanan Lumat

(bubur lumat,

sayuran, daging

dan buah yang

dilumatkan,

makanan yang

dilumatkan,

biskuit dan lain-

lain

a. Teruskan

pemberian ASI

sesering

mungkin

b. Makanan lumat

2-3 kali sehari

c. Makanan

selingan 1-2 kali

sehari (just buah,

biskuit)

2-3 sendok makan secara

bertahap bertambah

hingga mencapai 1/2

gelas atau 125 cc setiap

kali makan

9-11 bulan a. ASI

b. Makanan lembik

atau dicincang

yang mudah

ditelan anak

c. Diberi makanan

selingan yang

dapat dipegang

anak diberikan di

antara waktu

a. Teruskan

pemberian ASI

b. Makanan lembik

3-4 kali sehari

c. Makanan

selingan 1-2 kali

sehari

1/2 gelas/mangkuk atau

125 cc

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

16

makan lengkap

12-24 bulan a. Makanan

keluarga

b. Makanan yang

dicincang atau

dihaluskan jika

diperlukan

c. ASI

a. Makanan

keluarga 3-4 kali

sehari

b. Makanan

selingan 2 kali

sehari

c. Teruskan

pemberian ASI

a. ¾ gelas nasi/penukar

(200 cc)

b. 1 potong kecil

ikan/daging/ayam/tel

ur

c. 1 potong kecil

tempe/tahu atau 1

sdm kacang-

kacangan

d. ¼ gelas sayur

e. 1 potong buah

f. ½ gelas bubur/1

potong kue/1 potong

buah

Menurut Oetami (2003) perilaku ibu hamil dalam memberikan Makanan

Pendamping Air Susu Ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah

frekuensi pemberian, jumlah pemberian, dan jenis MP-ASI yang diberikan dan

komposisi pemberian.

2. Frekuensi Pemberian

Untuk pertumbuhan yang baik, anak membutuhkan 2-4 kali makan

utama disertai makanan selingan 1-2 kali dan berikan makanan beraneka

ragam. Makanan selingan (snacks) akan memberikan tambahan energi dan zat

gizi lainnya misalnya susu, roti atau biskuit yang di oles margarin atau

mentega, selai kacang atau madu, buah, kue kacang, kentang rebus, adalah

berbagai berbagai jenis makanan selingan yang sehat bergizi (Depkes RI,

2010)

Minuman bersoda, minuman buah yang manis, permen, es lilin dan

kue/biskuit manis adalah makanan selingan yang tidak baik diberikan kepada

anak, karena banyak mengandung gula tetapi harus waspada bahkan anak

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

17

masih membutuhkan bantuan dan pengawasan/perhatian ketika sedang makan

untuk memastikan makanan selingan dihabiskan (Depkes RI, 2010).

3. Jumlah Pemberian

Seiring dengan pertumbuhan anak , jumlah makanan yang dibutuhkan

meningkat. Bila anak sudah mulai mengkonsumsi MP-ASI, anak memerlukan

waktu untuk membiasakan diri pada rasa maupun tekstur makanan baru

tersebut. Anak perlu belajar cara makan yang benar. Anjurkan pada pengasuh

untuk mulai dengan 2 sampai 3 sendok kecil makanan yang diberikan 2 kali

dalam sehari. Ketika anak bertambah besar, jumlah makanan yang diberikan

juga bertambah, berikan makanan sebanyak yang diiinginkan anak dengan

cara memberikan semangat (membujuknya) secara aktif.

4. Jenis MP-ASI

Jenis-jenis MP-ASI yang diberikan pada bayi sebagai berikut (Depkes RI,

2010) :

a) Pisang.

Banyak bayi yang memulai makanan padatnya dengan pisang yang

dihaluskan. Pisang yang dipilih sebaiknya pisang kepok merah yang

memang umumnya diberikan pada bayi. Untuk awal mula mungkin 1 buah

pisang kecil sudah cukup dan bisa anda kerik dengan sendok kecil agar

halus dan mudah ditelan bagi anak anda yang belum punya gigi saat ini

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

18

b) Bubur beras merah.

Anda dapat membuat sendiri dengan cara membeli beras merah yang ada

di supermarket dan menjadikan bubur. Cara pemberiannya pun mudah,

anda dapat mencampurkan bubur beras merah yang kaya dengan vitamin

ini dengan susu formula bayi - agar lidah bayi anda tidak merasa asing.

Untuk pertama kali, buatlah sedikit dahulu dan ini bisa dijadikan variasi

makanan agar bayi tidak bosan.

c) Sayuran.

Sayuran yang dapat anda berikan bisa berupa wortel, brokoli atau bayam

yang dihaluskan, bisa dengan dicincang atau di blender. Anda dapat

mencampurkan sayuran ini pada bubur bayi. Cucilah terlebih dahulu

sayurannya dengan pencuci sayuran agar pestisida yang terdapat di

sayuran terbuang.

d) Sereal/biscuit bayi.

Cara pemberiannya dapat dicampur dengan susu formula bayi atau jika itu

biscuit agar tidak terlalu manis anda dapat menghancurkannya cukup

dengan air hangat (majalahnikita.co.id, 2010).

5. Komposisi Bahan Makanan Pendamping ASI

Menurut Depkes RI (2006) komposisi bahan Makanan Pendamping ASI

adalah sebagai berikut :

a) Energi

Konsumsi energi sebanyak 115 Kkal per kgberat badan (sekitar 95-145

Kkal/kg) nampaknya mencukupi kebutuhan bayi untuk bulan pertama

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

19

kehidupannya. Dari jumlah energi yang dikonsumsi bayi, 50% digunakan

untuk energi basal (energi yang dibutuhkan untuk bekerjanya organ-organ di

dalam tubuh, peredaran darah, dan sebagainya), 25% untuk aktivitasnya, 25%

lainnya untuk pertumbuhan badan yang berkisar antara 5 sampai 7 gr per

hari.untuk umur 6 bulan energi yang dibutuhkan turun menjadi 95 Kkal/kg

berat badan. Bayi yang pendiam membutuhkan energi sebesar 71 Kkal/kg BB,

sedangkan bayi yang aktif membutuhkan sampai 133 Kkal/kg BB.

b) Protein

Protein dalam tubuh merupakan zat pembengun yang sangat dibutuhkan

tubuh untuk pertumbuhan tubuh, menggantikan sel-sel yang rusak, memelihara

keseimbangan metabolisme tubuh. Kebutuhan protein bagi bayi relatif lebih

besar dari orang dewasa, karena bayi mengalami pertumbuhan yang pesat.

Kebutuhan akan protein selama periode pertumbuhan tulang rangka dan otot

yang cepat pada masa bayi, relatif tinggi. Konsumsi sebanyak 2,2 gr protein

bernilai gizi tinggi per kg BB per hari menghasilkan retensi nitrogen sekitar

45%, jumlah ini cukup unuk pertumbuhan bayi yang normal. Pada minggu

ketiga, sekitar 60%-75% dari jumlah protein yang dikonsumsi digunakan untuk

pertumbuhan dan sisanya digunakan untuk pemeliharaan. Pada umur 4 bulan,

proporsinya adalah 45% dan 55%. Pada umur 5 bulan, kebutuhan proteinnya

turun menjadi 2 gr/kg BB perhari.

c) Vitamin Larut Air

Kebutuhan bayi akan vitamin yang larut dalam air sangat dipengaruhi

oleh makanan yang dikonsumsi ibu. Bayi harus memperoleh 0,5 mg ribovlavin

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

20

per 1000 Kkal energi yang dikonsumsi untuk memelihara kejenuhan jaringan,

berarti bahwa bayi yang berumur 3-6 bulan membutuhkan 0,4 mg tiamin dan

pada umur 6-12 bulan membutuhkan 0,6 mg tiamin perhari. Konsumsi

sebanyak 5-6 NE (niacin equivalent) dapat dibutuhkan oleh ASI yang

menyediakan 0,15 mg niasin dan 21 mg triptofan per 100 ml.bayi

membutuhkan 0,005 mg folasin/kg BB. Untuk vitamin C, bayi memperolehnya

dari ASI.

d) Vitamin Larut Lemak

Jumlah vitamin A yang dibutuhkan bayi sebanyak 375ug RE.

perhari.konsumsi vitamin D pada bayi akan meningkat pada waktu terjadinya

kalsifikasi tulang dan gigi yang cepat. Konsumsi vitamin D dianjurkan

sebanyak 400 IU/ hari. Disarankan untuk memberikan vitamin E pada bayi

sebanyak 2-4 mg TE (tocopherol equivalent) per hari. Untuk vitamin K,

defisiensi vitamin K dapat terjadi pada beberapa hari pertama.

e) Mineral

Karena terjadinya kalsifikasi yang cepat pada tulang untuk menunjang

berat badan pada waktu bayi mulai belajar berjalan, kalsium sangat dibutuhkan.

ASI mengandung 280 mg kalsium per liter, yang berarti dapat mensuplai

sekitar 210 mg kalsium perhari. Kebutuhan bayi akan zat besi sangat

ditentukan oleh umur kehamilan. Bayi yang dikandung cukup umur akan

menerima sejumlah zat besi dari ibunya selama kandungan. Tingginya kadar

seng dalam kolostrum (4 mg per liter yang menurun jumlahnya menjadi 2

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

21

mg/liter pada air susu putih setelah 6 bulan, dan menjadi 0,5 mg/liter setelah 1

tahun) dapat mengkompensasi kebutuhan bayi yang diberi ASI akan seng.

6. Kebutuhan Gizi Balita

Pengaturan makanan anak usia dibawah lima tahun mencakup dua aspek

pokok, yaitu pemanfaatan ASI secara tepat dan benar dan pemberian makanan

pendamping ASI dan makanan sapihan serta makanan setelah usia setahun.

menurut Oomen terhadap 415 usia balita dibawah lima tahun di Jakarta

menunjukkan bahwa anak-anak yang disusui ibunya, keadaan gizinya tidak lebih

baik dari gizi anak yang tidak diberi ASI. Masalahnya bukan dikarenakan mutu

gizi ASI, akan tetapi karena penggunaan ASI yang tidak tepat dan salah.

Penilaian konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan

makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tinkat

kelompok, rumah tangga dan perorangan, serta faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap konsumsi makanan tersebut. Menurut I Nyoman Supariasa (2001),

beberapa metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu anatara lain :

a. Metode Riwayat Makanan

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola

kunsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bias 1

minggu, 1 bulan, 1 tahun). Metode ini terdiri dari 3 komponen yaitu :

wawancara, frekuensi jumlah bahan makanan, pencatatan konsumsi.

b. Metode Frekuensi Makanan (food frequensi)

Metode ini untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi

sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

22

Meliputi hari, minggu, bulan, atau tahun, sehingga diperoleh gambaran

pola konsumsi makanan secara kualitatif. Kuesioner frekuensi makanan

memuat tentang daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan

makanan tersebut pada periode tertentu.

7. Faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI

a. Pendapatan

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh

kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak

baik yang primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 2001).

b. Besar Keluarga

Laju kelahiran yang tinggi berkaitan dengan kejadian kurang gizi,

karena jumlah pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar

mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga

tersebut. Akan tetapi tidak ukup untuk mencegah gangguan gizi pada

keluarga yang besar tersebut (Suhardjo, 2003). Pada keluarga dengan

keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan

mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian anak, juga

kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahanpun tidak

terpenuhi oleh karena itu keluarga berencana tetap diperlukan

(Soetjiningsih, 2001)

c. Pembagian dalam Keluarga

Secara tradisional, ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah

dan jenis makanan tertentu dalam keluarga. Untuk bayi dan anak-anak,

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

23

pengaruh tambahan dari pembagian pangan yang tidak merata dalam unit

keluarga bagi kesehatan (Depkes RI, 2003).

d. Pengetahuan

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk

menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari merupakan

sebab penting dari gangguan gizi (Suhardjo, 2006). Ketidaktahuan tentang

cara pemberian makanan bayi dan anak serta adanya kebiasaan yang

merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi

penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya

pada umur dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2000).

C. Kerangka Teori Penelitian

Menurut Oetami (2003) perilaku ibu dalam memberikan MP-ASI

terhadap status gizi balita umur 6-24 bulan di pengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah frekuensi pemberian, jumlah pemberian dan jenis MP ASI

yang diberikan serta komposisi bahan MP ASI. Berikut ini adalah gambar

kerangka teori penelitian :

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian

Jumlah Pemberian

Jenis MP- ASI Status gizi

Frekuensi Pemberian

Teknik pemberian

MP- ASI

Penyakit Infeksi

Asupan Makanan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

24

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori

Oetami (2003), kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

E. Hipotesa

1. Ada pengaruh frekuensi pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi

umur 6 – 24 bulan

2. Ada pengaruh jumlah pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi umur

6 – 24 bulan

3. Ada pengaruh jenis MP-ASI terhadap status gizi bayi umur 6 – 24 bulan

4. Ada pengaruh komposisi bahan sumber zat gizi terhadap status gizi bayi

umur 6 – 24 bulan

Jumlah Pemberian

Jenis MP- ASI

Status gizi

Frekuensi Pemberian

Komposisi bahan

sumber zat gizi

Variabel Independen Variabel dependen

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan disain penelitin cross

sectional untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu

terhadap status gizi bayi umur 6 – 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita

umur 6-24 bulan pada bulan Mei di Wilayah Kerja Puskesmas Blang

Bintang Kabupaten Aceh Besar tahun 2013 yang berjumlah 321 orang.

2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus slovin

(Notoatmodjo, 2005):

)(1 2dN

Nn

Dimana :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

25

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

26

77

2,76

21,4

321

21,31

321

)01,0(3211

321

)1,0(3211

3212

n

n

n

n

n

n

Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, maka didapatlah besar sampel

sebanyak 77 orang. Selanjutnya sampel ini diambil menggunakan proporsional

random sampling

Tabel 3.1

Perkiraan Jumlah Sampel Di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang

Kabupaten Aceh Besar

No Desa Populasi Sampel

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Lamsiem

Cot Puklat

Lamme

Melaya

Cot Geundreut

Cot Madhi

Paya Ue

Cot Manraya

Cot Karieng

Mon Malem

Kampung Blang

Cot Jambo

Cot Hoho

Cot Rumpun

Cot Nambak

Cot Sayun

Cot Leot

Data Makmur

Kaye Kunyit

Teping Bate

Empe Bata

9

10

20

18

21

8

10

20

1

10

20

7

8

10

6

4

12

21

20

15

12

3

3

4

4

5

3

3

4

0

3

4

2

2

3

2

1

3

5

4

3

3

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

27

22

23

24

25

26

Bung Page

Cot Bagi

Cot Meulangen

Cot Mancang

Bung Sidom

13

15

14

10

7

2

3

3

3

2

Jumlah 321 77

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Blang

Bintang Kabupaten Aceh Besar tahun 2013.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 19 s/d 26 Agustus 2013

D. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

sebagai berikut :

a. Data Primer

Data yang didapatkan dari hasil pembagian kuesioner kepada

responden.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data berupa gambaran umum lokasi penelitian

2. Instrumen Penelitian

Sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu :

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

28

a. Bagian A merupakan data demografi yang terdiri dari nama, usia dan

berat badan.

b. Bagian B merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti

dengan mengacu pada kerangka konsep dan berdasarkan literature

yang telah disusun digunakan untuk mengukur pengaruh pengetahuan

ibu tentang frekuensi pemberian MP-ASI, jumlah pemberian MP-ASI,

jenis MP-ASI dan Komposisi bahan MP-ASI terhadap status gizi Bayi

umur 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Blang Bintang

Kabupaten Aceh Besar yang terdiri dari 20 pernyataan yang dibagi

dalam 2 (dua) bagian yaitu :

1) Bagian pertama merupakan pernyataan mengenai Status Gizi bayi

yang diukur dengan menggunakan antropometri.

2) Bagian kedua merupakan pernyataan mengenai pengetahuan ibu

tentang frekuensi pemberian MP-ASI, jumlah MP-ASI, jenis MP-

ASI, dan komposisi MP-ASI yang disusun dalam bentuk

dikotomi yang terdiri dari masing-masing 5 item pertanyaan

dengan 2 (dua) alternative jawaban dengan nilai yaitu : “ya”

dengan nilai 1 dan “tidak” dengan nilai 0.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

29

E. Definisi Operasional

Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat Ukur Hasil

Ukur

Skala

Ukur

Variabel Dependen

Status Gizi Tingkat kesehatan

bayi yang diukur

dengan indikator

BB/U dan dihitung

dengan cara

perhitungan z-score

dikelompokkan

menurut standar

baku WHO 2005

Menimbang berat

badan bayi dengan

menggunakan dacin

hasilnya 2 SD, -

2s/d 2 SD, -3 SD s/d

< -2 SD, < - 3SD

Dan menghitung

umur bayi

Timbangan

berat badan

(dacin)

- Gizi Baik

- Gizi Kurang

Ordinal

Frekuensi

pemberian

MP-ASI

Jumlah kali

pemberian MP-ASI

Membagi kuesioner

pada responden

dengan kriteria :

- Sesuai jika x ≥ 2,81

- Tidak sesuai, jika x

< 2,81

Kuesioner - Sesuai

- Tidak sesuai

Ordinal

Jumlah

pemberian

MP-ASI

Besar pemberian

MP-ASI

Membagi kuesioner

pada responden

dengan kriteria :

- Sesuai jika x ≥ 2,92

- Tidak sesuai, jika x

< 2,92

Kuesioner - Sesuai

- tidak sesuai

Ordinal

Jenis MP-

ASI yang

diberikan

Macam-macam jenis

MP-ASI

Membagi kuesioner

pada responden

dengan kriteria:

- Komersil, jika x

≥2,792

- Tradisional, jika

x<2,92

Kuesioner - Komersil

- Tradisional

Ordinal

Komposisi

bahan MP

ASI

Kandung dalam MP-

ASI

Membagi kuesioner

pada responden

dengan kriteria:

- Ada, jika x ≥ 2,922

- Tidak Ada, jika x <

2,922

Kuesioner - Ada

- Tidak ada

Ordinal

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

30

F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan

tahapan, adapun tahapan tersebut adalah :

a. Editing data (memeriksa) yaitu dilakukan setelah semua data

terkumpul melalui pengecekan daftar isian. Tahap ini bertujuan untuk

memeriksa kelengkapan isian data.

b. Coding data (memberikan kode) yaitu memberi tanda kode terhadap

check list dan kuesioner yang telah diisi dengan tujuan untuk

mempermudah proses pengolahan data selanjutnya.

c. Transfering data adalah tahap untuk memindahkan data ke dalam

tabel pengolahan data

d. Tabulasi data adalah melakukan klarifikasi data yaitu

mengelompokkan data variabel masing-masing berdasarkan kuisioner

dan check list untuk dimasukkan ke dalam tabel.

2. Analisa Data

Untuk mengukur hubungan pengetahuan ibu tentang frekuensi,

jumlah, jenis dan komposisi bahan MP-ASI dengan status gizi bayi

dilakukan analisa silang dengan menggunakan tabel silang (cross

tabulation) dengan tingkat kemaknaan 0,05 (5%). Pengujian dilakukan

dengan menggunakan software SPSS Ver 17.00 dengan metode statistik

Chi-square test. Analisa data yang dilakukan meliputi :

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

31

a. Analisa univariat

Digunakan dengan metode statistic deskriptif untuk masing-masing

variabel penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi berdasarkan

persentase dari masing-masing variabel.Untuk menilai persentase

kategori, pengelompokkan kata dipakai rumus persentase sebagai berikut

(Sudjana,2005)

%100xn

fiP

Keterangan :

P = Persentase

fi = Jumlah responden menurut kategori

n = Jumlah sampel

100% = bilangan tetap

b. Analisa Bivariat

Untuk mengukur pengaruh variabel independen dengan variabel dependen

dilakukan analisa silang dengan menggunakan tabel silang (cross

tabulation) dengan tingkat kemaknaan 0,05 (5%). Pengujian dilakukan

dengan menggunakan software SPSS Ver 17 dengan metode statistik Chi-

square test.

Penilaian dilakukan sebagai berikut :

1. Jika p value ≤ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

variabel bebas dengan variabel terikat.

2. Jika p value> 0,05, maka disimpulkan tidak ada pengaruh variabel

bebas dengan variabel terikat.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Blang Bintang merupakan Kecamatan pemekaran dari Kecamatan

Ingin Jaya, Montasik dan Kuta Baro. Pemekaran Kecamatan Blang Bintang

dituangkan dalam Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor: 3 tahun 2006.

Kecamatan Blang Bintang mempunyai luas wilayah 70,51 km2

terletak pada

posisi garis lintang -3,7861 dan garis bujur 119.651 dan ketinggian < 500

meter diatas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas

Blang Bintang sebagai berikut;

a. Sebelah Barat : Kecamatan Ingin Jaya

b. Sebelah Timur : Kecamatan Mesjid Raya

c. Sebelah Utara : Kecamatan Kuta Baro

d. Sebelah Selatan : Kecamatan Montasik

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 19 sampai

dengan 26 Agustus 2013 dengan jumlah sampel 77 orang. Pengumpulan data

dilakukan pada Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh

Besar. Adapun hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

33

1. Analisa Univariat

a). Status Gizi

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Bayi 6-24 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar

No Status Gizi Frekuensi %

1

2

Gizi Baik

Gizi Kurang

46

31

59,7

40,3

Jumlah 77 100

Sumber : Diolah Tahun 2013

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa dari 77 responden, mayoritas yang

mempunyai status gizi baik pada bayi 6-24 bulan yaitu sebanyak 46 orang

(59,7).

b) Frekuensi Pemberian MP-ASI

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pemberian MP-ASI pada bayi 6-24 bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang

Kabupaten Aceh Besar

No Frekuensi Pemberian MP-

ASI

Frekuensi %

1

2

Sesuai

Tidak Sesuai

50

27

64,9

35,1

Jumlah 77 100

Sumber : Diolah Tahun 2013

Dari tabel 4.2 diketahui bahwa dari 77 responden, mayoritas yang

mempunyai frekuensi pemberian yang sesuai yaitu yaitu sebanyak 50 orang

(64,9%).

32

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

34

c) Jumlah Pemberian MP-ASI

Tabel 4.3

Distribusi Jumlah Pemberian MP-ASI pada bayi 6-24 bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang

Kabupaten Aceh Besar

No Jumlah Pemberian MP-ASI Frekuensi %

1

2

Sesuai

Tidak Sesuai

51

26

66,2

33,8

Jumlah 77 100

Sumber : Diolah Tahun 2013

Dari tabel 4.3 diketahui bahwa dari 77 responden yang mempunyai jumlah

pemberian yang sesuai yaitu sebanyak 51 orang (66,2%).

d) Jenis Pemberian

Tabel 4.4

Distribusi Jenis Pemberian MP-ASI pada bayi 6-24 bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Blang Bintang

Kabupaten Aceh Besar

No Jensi Pemberian MP-ASI Frekuensi %

1

2

Komersial

Tradisional

49

28

63,6

36,4

Jumlah 77 100

Sumber : Diolah Tahun 2013

Dari tabel 4.4 diketahui bahwa dari 77 responden, mayoritas yang jenis

pemberian komersial yaitu sebanyak 49 orang (63,6%).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

35

e) Komposisi Pemberian MP-ASI

Tabel 4.5

Distribusi Komposisi Pemberian MP-ASI pada bayi 6-24 bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang

Kabupaten Aceh Besar

No Komposisi Pemberian MP-

ASI

Frekuensi %

1

2

Ada

Tidak Ada

57

20

74

26

Jumlah 77 100

Sumber : Diolah Tahun 2013

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 77 responden, mayoritas yang

mempunyai komposisi pemberian yaitu sebanyak 57 orang (74%).

2. Analisa Bivariat

a. Pengaruh Frekuensi Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi

Tabel 4.6

Pengaruh Frekuensi Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi

di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang

Kabupaten Aceh Besar

No

Frekuensi

Pemberian

MP-ASI

Status Gizi

Jumlah

%

%

p

Gizi Baik Gizi Kurang

f % f %

1

2

Sesuai

Tidak Sesuai

36

10

72

37

14

17

28

63

50

27

100

100

0,006

Total 46 59,7 31 40,3 77 100

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

36

Sumber : Diolah Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 50 responden yang

frekuensi pemberian MP-ASI sesuai ternyata 36 orang (72%) mengalami status

gizi baik sedangkan dari 27 responden yang frekuensi pemberian MP-ASI tidak

sesuai ternyata 17 orang (63%) mengalami status gizi kurang. Hasil analisis uji

chi square test diperoleh nilai p value 0,006, hal ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh frekuensi pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi umur 6 – 24

bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar.

b. Pengaruh Jumlah Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi

Tabel 4.7

Pengaruh Jumlah Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi

di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang

Kabupaten Acef Besar

No

Jumlah

Pemberian

MP-ASI

Status Gizi

Jumlah

%

p

Gizi Baik Gizi Kurang

f % f %

1

2

Sesuai

Tidak Sesuai

38

8

74,5

30,8

13

18

25,5

69,2

51

26

100

100

0,001

Total 46 59,7 31 40,3 77 100

Sumber : Diolah Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 51 responden yang jumlah

pemberian MP-ASI sesuai ternyata 38 orang (74,5%) mengalami status gizi baik

sedangkan dari 26 responden yang frekuensi pemberian MP-ASI tidak sesuai

ternyata 18 orang (69,2%) mengalami status gizi kurang. Hasil analisis uji chi

square test diperoleh nilai p value 0,001, hal ini menunjukkan bahwa ada

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

37

pengaruh jumlah pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi umur 6 – 24

bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar.

c. Pengaruh Jenis Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi

Tabel 4.8

Pengaruh Jenis Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi

di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang

Kabupaten Aceh Besar

No

Jenis

Pemberian

MP-ASI

Status Gizi

Jumlah

%

p

Gizi Baik Gizi Kurang

f % f %

1

2

Komersial

Tradisional

36

10

73,5

35,7

13

18

26,5

64,3

49

28

100

100

0,003

Total 46 59,7 31 40,3 77 100

Sumber : Diolah Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 49 responden yang jenis

pemberian MP-ASI secara komersial ternyata 36 orang (73,5%) mengalami

status gizi baik sedangkan dari 28 responden yang frekuensi pemberian MP-ASI

tradisional ternyata 18 orang (64,3%) mengalami status gizi kurang. Hasil

analisis uji chi square test diperoleh nilai p value 0,003, hal ini menunjukkan

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

38

bahwa ada pengaruh jenis pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi umur 6

– 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar.

d. Pengaruh Komposisi Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi

Tabel 4.9

Pengaruh Komposisi Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi

di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang

Kabupaten Aceh Besar

No

Komposisi

Pemberian

MP-ASI

Status Gizi

Jumlah

%

p

Gizi Baik Gizi Kurang

f % f %

1

2

Ada

Tidak Ada

40

6

70,2

30,0

17

14

29,8

70,0

57

20

100

100

0,004

Total 46 59,7 31 40,3 77 100

Sumber : Diolah Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 57 responden yang ada

komposisi pemberian MP-ASI ternyata 40 orang (70,2%) mengalami status gizi

baik sedangkan dari 20 responden yang tidak ada komposisi pemberian MP-ASI

ternyata 14 orang (70,0%) mengalami status gizi kurang. Hasil analisis uji chi

square test diperoleh nilai p value 0,004, hal ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh komposisi pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi umur 6 – 24

bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar.

B. Pembahasan

1. Pengaruh Frekuensi Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 responden yang frekuensi

pemberian MP-ASI sesuai ternyata 36 orang (72%) mengalami status gizi baik

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

39

sedangkan dari 27 responden yang frekuensi pemberian MP-ASI tidak sesuai

ternyata 17 orang (63%) mengalami status gizi kurang. Hasil analisis uji chi

square test diperoleh nilai p value 0,006, hal ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh frekuensi pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi umur 6 – 24

bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar.

Untuk pertumbuhan yang baik, anak membutuhkan 2-4 kali makan utama

disertai makanan selingan 1-2 kali dan berikan makanan beraneka ragam.

Makanan selingan (snacks) akan memberikan tambahan energi dan zat gizi

lainnya misalnya susu, roti atau biskuit yang di oles margarin atau mentega, selai

kacang atau madu, buah, kue kacang, kentang rebus, adalah berbagai berbagai

jenis makanan selingan yang sehat bergizi (Depkes RI, 2010).

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan

informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebab penting dari

gangguan gizi (Suhardjo, 2006). Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan

bayi dan anak serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung

dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada

anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2000).

Minuman bersoda, minuman buah yang manis, permen, es lilin dan

kue/biskuit manis adalah makanan selingan yang tidak baik diberikan kepada

anak, karena banyak mengandung gula tetapi harus waspada bahkan anak masih

membutuhkan bantuan dan pengawasan/perhatian ketika sedang makan untuk

memastikan makanan selingan dihabiskan (Depkes RI, 2010).

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

40

Menurut asumsi peneliti mayoritas responden mempunyai pengetahuan

tentang frekuensi pemberian MP-ASI yang sesuai sehingga status gizinya baik,

hal ini menunjukkan bahwa frekuensi pemberian juga salah satu faktor penentu

status gizi pada anak. Jika frekuensi yang tidak sesuai dalam pemberian bisa

mengalami status gizi kurang. Pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap gizi

pada anak, jika orang tua mempunyai pengetahuan yang baik tentang pemberian

MP-ASI maka anaknya akan mengalami status gizi baik. Pemberian MP-ASI

yang sesuai juga menyebabkan status gizi kurang, walaupun ibu sudah sesuai

dalam memberikan MP-ASI tetapi anak tetap menolak untuk memakannya, rasa

apapun yang diberikan ibu anak tetap menolaknya dan bisa menyebabkan gizi

kurang pada anaknya.

2. Pengaruh Jumlah Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 51 responden yang jumlah

pemberian MP-ASI sesuai ternyata 38 orang (74,5%) mengalami status gizi baik

sedangkan dari 26 responden yang frekuensi pemberian MP-ASI tidak sesuai

ternyata 18 orang (69,2%) mengalami status gizi kurang. Hasil analisis uji chi

square test diperoleh nilai p value 0,001, hal ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh jumlah pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi umur 6 – 24 bulan

di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar.

Seiring dengan pertumbuhan anak, jumlah makanan yang dibutuhkan

meningkat. Bila anak sudah mulai mengkonsumsi MP-ASI, anak memerlukan

waktu untuk membiasakan diri pada rasa maupun tekstur makanan baru tersebut.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

41

Anak perlu belajar cara makan yang benar. Anjurkan pada pengasuh untuk mulai

dengan 2 sampai 3 sendok kecil makanan yang diberikan 2 kali dalam sehari.

Ketika anak bertambah besar, jumlah makanan yang diberikan juga bertambah,

berikan makanan sebanyak yang diiinginkan anak dengan cara memberikan

semangat (membujuknya) secara aktif.

Pendidikan berpengaruh besar terhadap masalah yang dihadapi, termasuk

masalah kesehatan, bila pendidikan tinggi maka kemungkinan akan mengambil

keputusan sendiri untuk memecahkan masalah kesehatan, sebaliknya bila

pendidikan rendah maka untuk membuat suatu keputusan dalam menghadapi

masalah kesehatan membutuhkan bimbingan atau pendapat orang lain

Menurut asumsi peneliti mayoritas responden yang memberikan MP-ASI

dengan jumlah yang sesuai mengalami status gizi baik, hal ini menunjukkan bawa

jumlah pemberian MP-ASI harus sesuai dengan kebutuhan anak, jika jumlah

pemberian sesuai bisa menyebabkan status gizi baik. Sedangkan jumlah

pemberian yang tidak sesuai bisa menyebabkan status gizi kurang. Hal ini juga

berpengaruh terhadap pendidikan ibu, jika pendidikan ibu menengah maka akan

memberikan MP-ASI yang sesuai dengan takaran yang sudah ditetap pada

kemasan MP-ASI tersebut.

3. Pengaruh Jenis Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 49 responden yang jenis

pemberian MP-ASI secara komersial ternyata 36 orang (73,5%) mengalami status

gizi baik sedangkan dari 28 responden yang frekuensi pemberian MP-ASI

tradisional ternyata 18 orang (64,3%) mengalami status gizi kurang. Hasil analisis

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

42

uji chi square test diperoleh nilai p value 0,003, hal ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh jenis pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi umur 6 – 24 bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar.

Jenis-jenis MP-ASI yang diberikan pada bayi sebagai berikut (Depkes RI,

2010) : 1) Pisang. Banyak bayi yang memulai makanan padatnya dengan pisang

yang dihaluskan. Pisang yang dipilih sebaiknya pisang kepok merah yang

memang umumnya diberikan pada bayi. Untuk awal mula mungkin 1 buah pisang

kecil sudah cukup dan bisa anda kerik dengan sendok kecil agar halus dan mudah

ditelan bagi anak anda yang belum punya gigi saat ini. 2) Bubur beras merah.

Anda dapat membuat sendiri dengan cara membeli beras merah yang ada di

supermarket dan menjadikan bubur. Cara pemberiannya pun mudah, anda dapat

mencampurkan bubur beras merah yang kaya dengan vitamin ini dengan susu

formula bayi - agar lidah bayi anda tidak merasa asing. Untuk pertama kali,

buatlah sedikit dahulu dan ini bisa dijadikan variasi makanan agar bayi tidak

bosan.

Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru,

pada masa ini merupakan usia produktif, masa bermasalah, masa ketrampilan,

sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa

penyesuaian dengan hidup baru, masa kreatif. Pada dewasa ini ditandai oleh

adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental, semakin bertambah umur

seseorang keinginan pengetahuan tentang kesehatan. Umur yang lebih cepat

menerima pengetahuan adalah 18-40 tahun.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

43

Menurut asumsi peneliti mayoritas responden yang mempunyai

pengetahuan tentang jenis pemberian MP-ASI yang komersial bisa mengalami

status gizi baik, sedangkan yang jenis pemberian tradisional bisa menyebabkan

status gizi kurang. Jika jenis pemberian MP-ASI komersial sudah ditetapkan

takarannya sehingga status gizi baik. Sedangkan jenis pemberian tradisional hanya

menduga-duga saja jenis pemberian sehingga bisa mengalami status gizi kurang.

Jika ibu mempunyai umur 18-40 tahun sudah tentu memberikan MP-ASI komersil

dibandingkan dengan ibu yang sudah berumur > 45 tahun. Jika mempunyai umur

ibu di atas 45 tahun tentu memberikan MP-ASI tradisional kepada bayinya.

4. Pengaruh Komposisi Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 52 responden yang ada komposisi

pemberian MP-ASI ternyata 40 orang (76,9%) mengalami status gizi baik

sedangkan dari 25 responden yang tidak ada komposisi pemberian MP-ASI

ternyata 19 orang (76,0%) mengalami status gizi kurang. Hasil analisis uji chi

square test diperoleh nilai p value 0,000, hal ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh komposisi pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi umur 6 – 24

bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar.

Pemberian MP-ASI berarti memberikan makanan lain sebagai

pendamping ASI yang diberikan pada bayi dan anak usia 6 sampai 24 bulan. MP-

ASI yang tepat dan baik merupakan makanan yang dapat mememnuhi kebutuhan

gizi sehingga bayi dan anak dapat tumbuh kembang dengan optimal. MP-ASI

diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak, mulai dari MP-ASI jenis

lumat, lembik sampai anak menjadi terbiasa dengan makanan keluarga. Di

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

44

samping MP-ASI, pemberian ASI terus dilanjutkan sebagai sumber zat gizi dan

faktor pelindung penyakit hingga anak mencapai anak usia dua tahun atau lebih.

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang

anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang

primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 2001)

Menurut asumsi peneliti mayoritas responden yang mempunyai

pengetahuan tentang komposisi pemberian MP-ASI yang ada ternyata mengalami

status gizi baik, hal ini menunjukkan bahwa ibu memberikan makanan yang

mempunyai komposisi dalam MP-ASI sehingga bayi tumbuh sehat. Pendapatan

juga berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI pada bayi. Jika orang tua

mempunyai pendapatan rendah maka komposisi yang bisa diberikan sesuai

dengan pendapatan yang dimilikinya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ada pengaruh frekuensi pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi umur

6 – 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh

Besar.

2. Ada pengaruh jumlah pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi umur

6 – 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh

Besar.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

45

3. Ada pengaruh jenis pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi umur

6 – 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten Aceh

Besar.

4. Ada pengaruh komposisi pemberian MP-ASI terhadap status gizi bayi

umur 6 – 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Kabupaten

Aceh Besar.

B. Saran

1. Bagi Institusi Puskesmas Blang Bintang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak

Puskesmas dalam melakukan intervensi dan pemantauan ke Posyandu-

posyandu berkaitan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-

ASI) bagi ibu-ibu yang baru menyusui.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan sebagai

pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah didapat dibangku kuliah,

khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu

tentang status gizi bayi umur 6 – 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar.

44

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

46

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN IBU

TERHADAP STATUS GIZI BAYI UMUR 6 – 24 BULAN DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG

KABUPATEN ACEH BESAR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi

Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

47

Oleh:

SEFTI HERITA

NIM : 121010210032

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI

DIPLOMA IV KEBIDANAN BANDA ACEH

TAHUN 2013

Kuesioner Penelitian

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN IBU

TERHADAP STATUS GIZI BAYI UMUR 6 – 24 BULAN DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG

KABUPATEN ACEH BESAR

TAHUN 2013

A. Identitas Responden

Hari / tanggal :

No. Responden :

Nama Bayi :

Umur :

TB :

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

48

Jenis Kelamin :

B. Pertanyaan Khusus

Petunjuk pengisian : Isilah pernyataan berikut ini dengan memberikan tanda

silang (x) pada salah satu jawaban yang Anda anggap

paling tepat.

I. Pengetahuan tentang Frekuensi Pemberian MP ASI

1. Menurut ibu, berapa kali frekuensi pemberian MP ASI pada bayi berusia 6-

8 bulan?

a. Sekali sehari

b. 1-2 kali sehari

c. 3 kali sehari

2. Menurut ibu, berapa kali frekuensi pemberian MP ASI pada bayi berusia 8-

9 bulan?

a. 1 kali sehari

b. 2-3 kali sehari

c. 4kali sehari

3. Menurut ibu, berapa kali frekuensi pemberian MP ASI pada bayi berusia 9-

12 bulan?

a. 3-4 kali sehari

b. 2 kali sehari

c. > 5 kali sehari

4. Menurut ibu, berapa kali frekuensi pemberian MP ASI pada anak berusia

12-24 bulan?

a. 3-4 kali sehari

b. 2 kali sehari

c. > 5 kali sehari

II. Pengetahuan tentang Jumlah Pemberian MP ASI

1. Menurut ibu, berapa banyak MP ASI yang diberikan pada bayi berusia 6-8

bulan?

a. 2-3 sendok teh

b. 1-2 sendok teh

c. > 4 sendok teh

2. Menurut ibu, berapa banyak MP ASI yang diberikan pada bayi berusia 8-9

bulan?

a. 2-3 sendok makan

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

49

b. 3-4 sendok makan

c. > 5 sendok makan

3. Menurut ibu, berapa banyak MP ASI yang diberikan pada bayi berusia 9-12

bulan?

a. 2-3 sendok makan

b. 3-4 sendok makan

c. > 5sendok makan

4. Menurut ibu, berapa banyak MP ASI yang diberikan pada bayi berusia 12-

24 bulan?

a. sendok makan

b. sendok makan atau lebih

c. 1 gelas

III. Pengetahuan tentang Jenis MP ASI

1. Menurut ibu, berapa jenis bahan dasar untuk pemberian MP ASI pada

bayi berusia 6-8 bulan?

a. 1-2 jenis bahan dasar

b. 2-3 jenis bahan dasar

c. > 4 jenis bahan dasar

2. Menurut ibu, berapa jenis bahan dasar untuk pemberian MP ASI pada

bayi berusia 8-9 bulan?

a. 1-2 jenis bahan dasar

a. 2-3 jenis bahan dasar

b. > 4 jenis bahan dasar

3. Menurut ibu, berapa jenis bahan dasar untuk pemberian MP ASI pada

bayi berusia 9-12 bulan?

a. 1-2 jenis bahan dasar

b. 3-4 jenis bahan dasar

c. > 5 jenis bahan dasar

4. Menurut ibu, berapa jenis bahan dasar untuk pemberian MP ASI pada

bayi berusia 12-24 bulan?

a. 3-4 jenis bahan dasar

b. Sudah bisa diberikan makanan orang dewasa (makanan keluarga)

c. 5 jenis bahan dasar

IV. Pengetahuan tentang Komposisi Bahan MP ASI

1. Menurut ibu, komposisi bahan makanan pendamping ASI terdiri dari

a. Energi, protein, vitamin, mineral

b. Energi, protein, kalori

c. Kalori saja

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/SEFTI_HERITA-skripsi.pdf · ... (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir ... Mengetahui faktor-faktor

50

2. Menurut ibu, komposisi bahan makanan pendamping ASI untuk

menggantikan sel-sel yang rusak adalah

a. Protein

b. Vitamin larut air

c. Lemak

3. Menurut ibu, komposisi bahan makanan pendamping ASI untuk

meningkatkan aktifitas anak adalah

a. Energi

b. Protein

c. Lemak

4. Menurut ibu, komposisi bahan makanan pendamping ASI seperti vitamin

A dan vitamin D termasuk juga vitamin

a. Vitamin larut lemak

b. Vitamin larut air

c. Vitamin yang tidak larut dalam air