17
Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Republik Indonesia dibangun atas keragaman agama dan etnis. Ideologi Pancasila didasarkan pembentukannya untuk mengakomodir keragaman itu. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan aliansi perubahan dari redaksional ideologis “Ketuhanan, dengan kewajiban mengamalkan Syari’at Islam bagi Pemeluk-Pemeluknya”. Dilihat dari pemeluk agama terdapat beberapa agama (yang diakui pemerintah) dan dipeluk oleh penduduk Indonesia yang berjumlah 237.6 juta jiwa (Damanik, Kompas.com, 2010). Bangsa Indonesia mengakui beberapa agama yaitu, Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha, Hindu, dan Konghucu. Dalam konteks internal agama, terdapat pula keragaman aliran, mazhab, dan sekte. Ajaran agama Islam mengenal berbagai aliran atau mazhab. Selain agama terdapat pula 245 aliran kepercayaan (Kementerian kebudayaan dan pariwisata, 2003). Ada mazhab di bidang aqidah, ada mazhab di bidang fiqh, dan ada mazhab di bidang politik (Adam, 2010: 17). Keragaman suku, budaya, dan ideologi keagamaan sebagai entitas yang tidak terelakkan dalam kehidupan manusia, sebagaimana ditegaskan di dalam Al Qur’an (Q.S. Al Hujurat: 13) yang artinya: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Republik Indonesia dibangun atas keragaman agama dan etnis. Ideologi

Pancasila didasarkan pembentukannya untuk mengakomodir keragaman itu. Sila

pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan aliansi perubahan dari

redaksional ideologis “Ketuhanan, dengan kewajiban mengamalkan Syari’at Islam

bagi Pemeluk-Pemeluknya”. Dilihat dari pemeluk agama terdapat beberapa

agama (yang diakui pemerintah) dan dipeluk oleh penduduk Indonesia yang

berjumlah 237.6 juta jiwa (Damanik, Kompas.com, 2010). Bangsa Indonesia

mengakui beberapa agama yaitu, Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan,

Budha, Hindu, dan Konghucu.

Dalam konteks internal agama, terdapat pula keragaman aliran, mazhab,

dan sekte. Ajaran agama Islam mengenal berbagai aliran atau mazhab. Selain

agama terdapat pula 245 aliran kepercayaan (Kementerian kebudayaan dan

pariwisata, 2003). Ada mazhab di bidang aqidah, ada mazhab di bidang fiqh, dan

ada mazhab di bidang politik (Adam, 2010: 17).

Keragaman suku, budaya, dan ideologi keagamaan sebagai entitas yang

tidak terelakkan dalam kehidupan manusia, sebagaimana ditegaskan di dalam Al

Qur’an (Q.S. Al Hujurat: 13) yang artinya: “Wahai sekalian manusia,

sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan perempuan

dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengenal...” (QS. Al Hujurat: 13). Implikasi dari keragaman ini dapat

menyebabkan terjadinya perbedaan prespektif dalam berbagai aspek, termasuk

penafsiran ajaran agama. Dalam Islam terdapat aspek tertentu yang multi-

interpretatif terkait pemikiran keislaman, namun dalam aspek peneguhan aqidah

bersifat mutlak ( Umar, 1999 : 7).

Realitas keragaman tersebut dapat dikembangkan berdasar pada penguatan

toleransi internal dan eksternal penganut agama. Toleransi internal dilakukan

karena di dalam satu agama terdapat bermacam-macam aliran/paham keagamaan,

sedangkan toleransi eksternal bermakna saling menghormati antarpemeluk agama

(Adam, 2010: 16).

Noer (2001 : 239) mengemukakan bahwa pluralisme sebagai sikap yang

mengakui dan menghargai yang plural secara etnis, kebudayaan dan keagamaan

tentu sangat diperlukan untuk menciptakan dan memelihara kerukunan beragama.

Karena itu, sikap ini harus ditumbuhkan pada diri generasi muda bangsa kita.

Selain toleransi, semangat pluralisme dan multikulturalisme dapat

dikembangkan melalui upaya peningkatan penghayatan dan pengamalan ajaran

agama serta peningkatan pendidikan keagamaan, karena pendidikan keagamaan

merupakan prasyarat dan kondisi yang mutlak bagi masyarakat untuk dapat

melakukan rekonstruksi pemikiran dan praktik keislaman ditengah kehidupan

masyarakat yang plural (Noer, 2001: 242). Pendidikan keagamaan memiliki peran

strategis untuk mengembalikan cara berpikir dan sikap peserta didik agar dapat

memahami pluralitas bermasyarakat.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kemajemukan, disamping sebagai potensi kehidupan sosial untuk saling

bantu membantu, juga memiliki potensi untuk terjadinya ketegangan sosial.

Persaingan untuk merebut kepentingan dan harta benda, menyebabkan perpecahan

dalam keragaman. Isu agama sering dimunculkan untuk dijadikan alat untuk

merebut kepentingan dan harta benda.

Kymlicka (Arifin, 2010: 3) mengemukakan bahwa perbedaan identitas

budaya bukan penyebab langsung, tetapi sikap masyarakat terhadap perbedaan

identitas itu sebagai sumber pemicunya. Dikatakannya pulralitas etnik, ras, dan

agama sebagai corak negara-negara postkolonial lebih berfungsi banyak sebagai

faktor disintegratif daripada faktor integratif sebagai efek dari kekeliruan mereka

dalam memahami dan mensikapi pluralitas yang ada.

Selanjutnya Al Muchtar (2004: 5) menjelaskan bahwa konflik etnisitas,

termasuk konflik agama sebagai akibat ketidakcerdasan masyarakat terhadap

realitas diversitas etnis. Sedangkan Karnavian (2009: 75) menyatakan bahwa

konflik terjadi bukan karena multikulturalitas kebangsaan, tetapi secara mikro

lebih disebabkan oleh ketidakpuasaan antar perilaku lintas suku, agama,

keamanan, dan birokrasi.

Dinamika kehidupan sosial masyarakat Kota Palu sering diwarnai bentrok

antar suku, antar penganut agama serta antar kelompok pemuda, namun tidak

sampai meluas seperti kerusuhan Poso yang berlangsung dari 1998 – 2005

(Dokumen Kerusuhan Poso, 2007). Walaupun demikian, tetap saja kekerasan

sosial itu selalu menelan korban harta dan jiwa seperti kasus perkelahian antar

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kampung, penembakan misterius, pemboman tempat-tempat ibadah dan fasilitas

umum. Kejadian seperti itu berimbas adanya sikap curiga dan tidak adanya sikap

saling menghargai dan menyebabkan lunturnya nilai-nilai toleransi di antara

warga.

Ketegangan dan kerusuhan yang bernuansa agama di beberapa daerah di

Indonesia juga terus berlanjut yang mengakibatkan hancurnya tempat-tempat

ibadah. Fenomena ini sebenarnya menunjukkan adanya kesenjangan (gap) antara

idealitas agama (das sollen) sebagai ajaran dan pesan-pesan suci Tuhan, dengan

realitas empirik yang terjadi dalam masyarakat (das sein) (Zainuddin, 2006: 190).

Setiap kelompok masyarakat selalu menganggap diri mereka sebagai

golongan yang terbaik dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kelompok itu

terwujud dalam bentuk kelompok agama atau suku. Berbagai gejolak muncul dan

meledak diakibatkan oleh etnosentrisme itu. Ibnu Khaldun (1986 : 57) menyebut

ego kelompok sebagai ta’assub. Solidaritas kelompok disebut ashabiyah. Untuk

membangun persaudaraan sesama umat manusia disebut al-‘usbah.

Gagasan Ibnu Khaldun tentang perbedaan-perbedaan pandangan golongan

pada setiap kelompok masyarakat, menjadi basis sosiologi masyarakat modern

untuk mengurai sejumlah kemelut yang melanda masyarakat. Seruan toleransi

kepada orang-orang selain dari golongan kelompoknya, menjadi seruan global

untuk mewujudkan perdamaian dunia.

Fajar (2005: 173-176) melihat faktor yang menyebabkan agama terjebak

dalam arena konflik sosial karena:

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1) pemahaman yang dangkal terhadap apa yg dipandang mempunyai nilai

otoritatif dan kemutlakan dalam agama. 2) kerangka pandang teologis ekslusif

simbolistik berimplikasi pada lahirnya warisan stigma sejarah masa lalu yang

terus melekat sebagai memori dan membentuk kesadaran kolektif para

pemeluk agama yang dapat menimbulkan prasangka-prasangka negatif

terhadap eksistensi dan dinamika agama lain. 3) agama mudah dimanfaatkan

untuk memblow-up isu-isu di luar dunia keagamaan yang sedang mengemuka.

4) dalam konteks pluralitas agama, kegiatan dakwah acapkali menimbulkan

gesekan-gesekan dengan komunitas lain sebagai akibat dari dangkalnya

orientasi.

Pancasila yang merupakan dasar ideologi bangsa, pandangan hidup

bangsa, cita-cita bangsa dan sumber dari segala sumber hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia telah mengisyaratkan tentang karakter dan pola fikir seluruh

rakyat Indonesia. Lima butir Pancasila itu menggambarkan bagaimana sebenarnya

sifat asli bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan saling

menghargai berbagai perbedaan.

Namun realita yang saat ini terjadi sangat jauh dengan apa yang selama ini

dicita-citakan. Rasa solidaritas antara pemerintah dengan rakyat atau rakyat

dengan sesama rakyat Indonesia seakan-akan telah terkikis seiring dengan

berbagai perkembangan zaman yang seolah belum mampu diikuti oleh bangsa

Indonesia. Perbedaan yang seharusnya mengajari kita untuk saling menghargai

dan menghormati kini seolah menjadi hal yang tabu. Kekuasaan yang dimiliki

oleh pemerintah juga sering disalahartikan untuk menindas rakyatnya.

Masih segar diingatan kita tragedi kerusuhan Poso yang terjadi dari tahun

1998 sampai 2005 (Dokumen Kerusuhan Poso, 2007) yang menelan korban

nyawa dan harta benda yang tidak sedikit jumlahnya. Kekerasan yang

mengatasnamakan agama di daerah yang dulunya masyarakat hidup

berdampingan dengan damai, saling bahu membahu tiba-tiba berubah 180 derajat

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan adanya kerusuhan. Sikap tidak percaya dan saling mencurigai di

masyarkat antara pemeluk agama (Kristen dan Islam) telah mencabik kedamaian

di tanah Sintuvu Maroso.

Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

persatuan di Indonesia. Hal ini karena kerusuhan Ambon yang terjadi selama

Januari hingga maret 1999 telah menjadi kerusuhan berdarah yang mengerikan

(AnneAhira.com). Kota yang ditinggali oleh masyarakat berbeda agama sebelum

kerusuhan 1999 adalah kota yang aman walaupun, ada terjadi kekerasan kecil

yang disebabkan oleh hal-hal kecil tetapi tidak sampai menyulut kerusuhan besar.

Isu agama yang dilontarkan untuk memprovokasi massa sebagai satu-satunya

penyebab kerusuhan tersebut.

Diakhir tahun 2011 lalu, saat seluruh rakyat Indonesia berharap tragedi

kemanusiaan di Bima menjadi penutup kisah suram pertikaian di Indonesia pada

tahun 2011, justru kembali terjadi lagi fenomena yang cukup menyita perhatian

kita. Pembakaran Pondok Pesantren dan sejumlah rumah pengikut Islam Syiah di

Sampang Madura yang kali ini dilakukan oleh sesama warga. Alasan dari

pembakaran tersebut adalah perbedaan cara beribadah antara pengikut syiah

dengan masyarakat lainnya yang juga memeluk agama Islam. Ini merupakan satu

pukulan telak bagi kita yang mengaku plural tapi justru melakukan hal-hal brutal

karena dipicu perbedaan yang ada (Kompas, Desember 2011). Bukankah insan

yang mengaku beragama seharusnya mengedepankan etika dalam menyelesaikan

perbedaan yang ada apalagi dengan orang yang seakidah dengannya. Padahal

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

MUI telah mengisyaratkan bahwa Syiah bukanlah aliran sesat dalam agama Islam

dan diterima keberadaannya didunia sebagai bagian dari Islam (Adam, 2012 : 2).

Kerusuhan yang terjadi baru-baru ini dikala umat muslim merayakan

lebaran idul fitri pada 26 Agustus 2012, yaitu perseteruan antara pengikut Syi’ah

dan pengikut Sunni di Sampang Madura (Kompas, Agustus 2012).

Citra kesantunan rakyat Indonesia yang selama ini menjadi contoh bagi

negara lain dalam membina kerukunan umat beragama seakan luntur dengan

kejadian yang sangat disayangkan oleh berbagai pihak tersebut. Tak kurang kasus

ini mengundang reaksi dari berbagai ormas Islam yang mengatakan kedewasaan

masyarakat semakin lama semakin merosot dalam menghadapi perbedaan

terutama yang menyangkut keyakinan yang ada.

Menurut Mulyana (2000: 237) menyatakan bahwa salah satu usaha untuk

menanggulangi konflik adalah dengan mendidik manusia untuk menjadi pribadi

yang menghargai keanekaragaman budaya. Melalui pendidikan kita dapat

menciptakan generasi yang tidak terkungkung oleh pandangan kesukuan dan

ideologi agama tertentu.

Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus

dipelajari oleh peserta didik di sekolah adalah Pendidikan Agama Islam yang

dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sserta berakhlak mulia. Dengan demikian

pendidikan agama termasuk Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah diatur oleh

Undang-undang, baik yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

biaya pendidikan, tenaga pengajar, kurikulum, dan komponen pendidikan lainnya

(Saleh, 2005: 17).

Namun, Pendidikan Agama Islam yang di sekolah masih banyak

kelemahan bahkan oleh sebagian pihak dianggap gagal, kegagalan ini dapat

dirasakan dari dekadensi moral dan diabaikannya nilai-nilai ajaran agama.

Pendidikan agama tidak mampu mencegah peserta didik berperilaku buruk seperti

pergaulan bebas, tawuran, narkoba, konflik sara, kurangnya toleransi dan

penghargaan kepada orang lain. Melihat hal itu banyak kalangan yang meragukan

keefektifan Pendidikan Agama Islam bagi peningkatan kesadaran peserta didik

baik secara agama maupun kultural.

Noer dalam Sumarthana (2001: 239-240) menyatakan setidaknya ada

empat faktor penyebab kegagalan tersebut, yaitu: Pertama, penekanannya lebih

pada proses trasnfer ilmu agama ketimbang pada proses transformasi nilai-nilai

keagamaan dan moral kepada anak didik; Kedua, sikap bahwa pendidikan agama

tidak lebih dari sekedar sebagai “hiasan kurikulum” belaka dan sebagai

“pelengkap” yang dipandang sebelah mata; Ketiga, kurangnya penekanan pada

nilai moral yang mendukung kerukunan antara agama, seperti cinta, kasih sayang,

persahabatan, suka menolong, suka damai dan toleransi; Keempat, kurangnya

perhatian untuk mempelajari agama-agama lain.

Berdasarkan pengamatan Budimansyah (2009:289), pelaksanaan

pendidikan di sekolah tidak mengarah pada misi sebagaimana seharusnya.

Beberapa indikasi empirik yang menunjukkan salah arah tersebut antara lain

sebagai berikut. Pertama, proses pembelajaran di sekolah lebih menekankan pada

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dampak instruksional (instructional effects) yang terbatas pada penguasaan materi

(content mastery) atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi

kognitifnya saja. Pengembangan dimensi-dimensi lainnya (afektif dan

psikomototik) dan pemerolehan dampak pengiring (nurturant effects) sebagai

“hidden curriculum” belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Kedua.

Pengelolaan kelas belum mampu menciptakan suasana kondusif dan produktif

untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik melalui perlibatannya

secara proaktif dan interaktif baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di

luar kelas (intra dan ekstra kurikuler) sehingga berakibat pada miskinnya

pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning) untuk mengembangkan

kehidupan dan perilaku peserta didik. Ketiga, pelaksanaan kegiatan ekstra-

kurikuler sebagai wahana sosio-pedagogis untuk mendapatkan “hands-on

experience” juga belum memberikan kontribusi yang signifikan untuk

menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek pembiasaan perilaku dan

keterampilan dalam berkehidupan yang demokratis dan sadar hukum.

Pendidikan damai dalam masyarakat multikultural menjadi perhatian

UNESCO dalam merespon berkecamuknya konflik dan perang di berbagai

belahan dunia. Pendidikan di sekolah dan kelas di yakini bisa menjadi contoh

terdepan menunjukkan sikap toleransi, saling menghormati, dan hidup damai

dengan orang lain (Kompas, 7 Maret 2011).

Pendidikan berbasis multikultural terus diajarkan dalam lingkungan

persekolahan, untuk membekali peserta didik untuk dapat hidup berdampingan

dengan orang-orang yang di luar kelompoknya. Peserta didik akan terbiasa dalam

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lingkungan sekolah yang bilamana kebijakan lembaga pendidikan itu dapat

menciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman, dan harmonis.

Pendidikan agama akan dapat memenuhi fungsinya apabila ia mampu

menggerakkan para anak didik untuk belajar mengamalkan ajaran-ajaran agama

yang mereka terima dalam kehidupan sehari-hari. Jika pendidikan agama yang

hanya menekankan hafalan, maka kurang relevansi dengan usaha-usaha

mengelola perubahan sosial (Noer, 2001: 235).

Pendidikan agama yang hanya menampilkan keyakinan keagamaan

semata-mata tanpa mengajarkan aspek sosial dari agama itu, selalu mengantarkan

siswa untuk fanatik terhadap agama yang dianutnya. Fanatisme yang membabi

buta selalu melahirkan bentrok sosial, karena tidak adanya kemampuan

komunikatif antar agama dan kultural.

Pendidikan Agama Islam berbasis multikultural merupakan alternatif

untuk memperbaiki berbagai permasalahan pendidikan yang dihadapi dan

diharapkan mampu memberi solusi agar terjalin sikap saling menghormati dan

saling menghargai, serta meningkatkan kebersamaan di antara peserta didik yang

berbeda agama dan budaya. Sardjiyo dalam Hamid (2009: 237) mengemukakan

bahwa pendidikan multikultural yang menjadi basis pendidikan Islam menjadi

jembatan emas yang menghubungkan lembaga pendidikan dari kemanusiaan

masyarakatnya dengan berbagai keragaman. Pendidikan multikultural senantiasa

mengakomodasi semua keinginan dan kebutuhan semua masyarakat yang

multikultur.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Mathar dalam Hamid (2009:11) mengemukakan bahwa tidak dapat

dipungkiri, Indonesia terdiri dari berbagai ras yang berbeda (baik asli, dari luar,

maupun campuran), suku bangsa yang berbeda (bangsa Jawa, bangsa Bugis,

bangsa Melayu, bangsa Batak, sdan sebagainya), berbagai agama yang berbeda,

berasal dari banyak negara pribumi (kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya,

kerajaan Aceh, kerajaan Bugis, kerajaan Makassar, dan lain-lain), dan bercorak-

ragam kebudayaan yang berbeda. Karena itu, semua keanekaragaman yang saling

berbeda itu harus diterima sebagai kenyataan bangsa Indonesia. Kesadaran

sebagai bangsa yang multikultural seyogyanya ditumbuhkan terus.

Lembaga-lembaga pendidikan merupakan ajang penanaman nilai-nilai

toleransi, kemudian seyogyanya dapat diintegrasikan dalam masyarakat luas. Jika

integrasi itu gagal, maka pencapaian nilai-nilai toleransi tidak maksimal. Peserta

didik diajarkan kebaikan dalam persekolahan, tapi tidak mendapatkan keteladan di

luar sekolah, maka akan menimbulkan ketimpangan pencapaian hasil.

Oleh karena itu, integrasi nilai toleransi seyogyanya terjelma dalam semua

lapisan masyarakat. Disinilah peran pemerintah untuk mengoptimalkan

keikutsertaan masyarakat dalam membangun peradaban nilai. Pemerintah Kota

Palu Provinsi Sulawesi Tengah membuahkan kebijakan holistik dan integratif

dengan menyerukan sistem kehidupan multikultural. Kota ini telah berhasil

memperlihatkan wajah multikultural dengan tidak terprovokasi oleh insiden-

insiden yang terjadi di Kabupaten Poso.

Saat ini, dunia pendidikan kita tengah mencoba sejumlah inovasi

pendidikan. Banyak hal baru yang diperkenalkan dalam dunia pendidikan seiring

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan perubahan orientasi kebijakan Pendidikan Nasional dari yang sentralistik

ke desentralistik. Pemerintah Kabupaten / Kota senantiasa melakukan inovasi

pendidikan berbasis lokal di daerahnya masing-masing. Misalnya, Pemerintah

Kota Palu memprakarsai pendidikan berbasis multikultural, karena di daerah itu

hadir berbagai penganut agama, aliran keagamaan, dan berbagai etnis lokal di

Sulawesi Tengah menjadikan Kota Palu sebagai etalase kehidupan sosial.

Berdasarkan latar belakang masalah ini, penulis tertarik membuat

rancangan penulisan tesis dengan judul, “PENERAPAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM BERBASIS MULTIKULTURALISME DALAM PENGEMBANGAN

NILAI TOLERANSI DI SEKOLAH (Studi Kasus SMA Negeri 3 Palu)”.

B. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Pada pergaulan siswa di sekolah, sering terjadi kelompok mayoritas

meremehkan kelompok minoritas, tawuran antar pelajar yang disebabkan oleh

perbedaan agama dan suku, sering guru dan kepala sekolah tidak memperdulikan

kekerasan yang terjadi pada kelompok minoritas, kurangnya perhatian sekolah

terhadap pentingnya nilai toleransi dalam menumbuhkan sikap saling menghargai

dalam lingkungan sekolah.

Berlandaskan identifikasi masalah di atas dapat dijabarkan dalam

pertanyaan penelitian berikut :

1. Bagaimana desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis

multikulturalisme dalam mengembangkan nilai toleransi di SMA Negeri 3

Palu?

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berbasis multikulturalisme

dalam pengembangan nilai toleransi di SMA Negeri 3 Palu?

3. Bagaimana hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis

multikulturalisme dalam pengembangan nilai toleransi di SMA Negeri 3

Palu?

4. Bagaimanakah solusi dalam menghadapi hambatan pada pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam berbasis multikulturalisme dalam pengembangan

nilai toleransi di SMA Negeri 3 Palu?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan

Pendidikan Agama Islam berbasis Multikultural dalam pengembangan nilai

toleransi di SMA Negeri 3 Palu.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis

multikulturalisme dalam mengembangkan nilai toleransi di SMA Negeri 3

Palu.

2. Mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berbasis multikulturalisme

dalam pengembangan nilai toleransi di SMA Negeri 3 Palu.

3. Mengetahui hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis

multikulturalisme dalam pengembangan nilai toleransi di SMA Negeri 3 Palu

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Mengetahui solusi dalam menghadapi hambatan pada pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam berbasis multikulturalisme dalam pengembangan

nilai toleransi di SMA Negeri 3 Palu.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Untuk pengembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan agama Islam

berbasis multikultural dari aspek nilai toleransi yang diimplementasikan

dalam kehidupan multikultural.

2. Meningkatkan toleransi sesama warga negara dalam rangka

mengharmonisasikan perbedaan-perbedaan kesukuan, agama, ras, dan antar

kelompok.

3. Memberikan pemahaman yang mendalam kepada siswa untuk menanamkan

nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

4. Sumbangan bagi Pemerintah kota Palu untuk meningkatkan pendidikan

berbasis multikulturalisme pada sekolah-sekolah yang berbasis multikultural.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi merupakan anggapan-anggapan sebelum penelitian dilakukan. Hal

ini bertujuan untuk membangun kerangka teoritis dan kerangka pemikiran penulis.

1. Pendidikan Agama Islam berbasis multikultural akan dapat mencapai

tujuannya bilamana seluruh guru di sekolah menampilkan nilai-nilai toleransi

dan sikap saling menghargai pada setiap mata pelajaran yang diajarkan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Nilai-nilai toleransi akan terpancar dalam diri setiap siswa pada pergaulan

sosial di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat jika lembaga

pendidikan dan struktur sosial mendukung serta menampilkan keteladanan

yang dapat dicontoh oleh para siswa.

3. Kehidupan multikultural merupakan fitrah manusia yang harus diakomodasi

oleh lembaga pendidikan dalam rangka membangun karakter bangsa yang

yang damai dan sejahtera.

F. Sistematika Penulisan

Keseluruhan penulisan tesis ini yang terdiri dari lima bab, yang terdiri

dari:

Bab I berisi pendahuluan. Dalam bab ini terbagi dalam bagian ke dalam

beberapa sub bab yaitu: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi dan Rumusan

Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Signifikansi dan Manfaat Penelitian, (5)

Asumsi Penelitian dan, (6) Sistematika Penulisan.

Bab II berisi kajian pustaka. Pada bab ini diuraikan tentang kajian pustaka

yang merupakan kerangka teori yang berhubungan dengan penelitian penulis yang

berisi tentang: (1) Pendidikan Agama Islam dan Ruang lingkupnya, (2) Konsep

multikulturalisme dan Ruang Lingkupnya, (3) Konsep Toleransi, dan (4) Peranan

Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme dalam Pengembangan Nilai

Toleransi di sekolah.

Bab III berisi metodologi penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang

tindakan yang tepat digunakan dalam melakukan pra penelitian, proses penelitian

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan menyimpulkan hasil penelitian yang terdiri dari: (1) Jenis Penelitian, (2)

Definisi konseptual, (3) Lokasi dan Subyek penelitian, (4) Teknik Pengumpulan

Data, (5) Sumber Data, (6) Teknik Analisis Data, (7) Validatas Data.

Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini terdiri dari

tiga sub judul yang menguraikan tentang: (1) Deskripsi Lokasi Penelitian, (2)

Hasil temuan penelitian, dan (3) Pembahasan hasil temuan.

Bab V berisi kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini menguraikan tentang

kesimpulan yang berisi interpretasi peneliti mengenai hasil penelitian yang

disusun secara sistematis, juga pada bab ini berisi tentang rekomendasi penulis.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/8332/2/t_pu_100213_chapter1.pdf · di tanah Sintuvu Maroso. Kota Ambon Manise telah menjadi saksi sejarah buram kedamaian dan

Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu