40
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, kembang, aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Stuart dan Laraia dalam Yosep, 2014, h 1). Menurut Undang- undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa secara optimal, pemerintah Indonesia menegaskan perlunya upaya peningkatan kesehatan jiwa, seperti yang dituangkan dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab IX pasal 144 yang menyatakan bahwa upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa (Dalami, 2010, h 2). Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organitation (WHO) dalam Yosep (2013), WHO memperkirakan sebanyak 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap diri sendiri,

tumbuh, kembang, aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki

persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan

lingkungan (Stuart dan Laraia dalam Yosep, 2014, h 1). Menurut Undang-

undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, Kesehatan adalah keadaan

sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan

setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk

mencapai tingkat kesehatan jiwa secara optimal, pemerintah Indonesia

menegaskan perlunya upaya peningkatan kesehatan jiwa, seperti yang

dituangkan dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab

IX pasal 144 yang menyatakan bahwa upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk

menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat,

bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu

kesehatan jiwa (Dalami, 2010, h 2).

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang

sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita

gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organitation

(WHO) dalam Yosep (2013), WHO memperkirakan sebanyak 450 juta orang

di seluruh dunia mengalami gangguan mental, terdapat sekitar 10% orang

dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

2

akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.

Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan

kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030, gangguan jiwa

juga berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta kasus

bunuh diri setiap tahunnya akibat gangguan jiwa. Gangguan jiwa ditemukan di

semua negara, pada perempuan dan laki-laki, pada semua tahap kehidupan,

orang miskin maupun kaya baik di pedesaan maupun perkotaan mulai dari

yang ringan sampai berat. Data WHO (2006) mengungkapkan bahwa 26 juta

penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa, dimana panik dan cemas

adalah gejala paling ringan. Gambaran gangguan jiwa berat di Indonesia pada

tahun 2007 memiliki prevalensi sebesar 4.6 permil, artinya bahwa dari 1000

penduduk Indonesia terdapat empat sampai lima diantaranya menderita

gangguan jiwa berat (Puslitbang Depkes RI, 2008). Penduduk Indonesia pada

tahun 2007 (Pusat Data dan Informasi Depkes RI, 2009) sebanyak

225.642.124 sehingga klien gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2007

diperkirakan 1.037.454 orang. Provinsi Jawa Barat didapatkan data individu

yang mengalami gangguan jiwa sebesar 0,22 % (Riskesdas, 2007).

Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.

Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,

perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk.

Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah.

Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif

dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

3

aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan

cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Keliat, 2011). Harga diri

rendah juga sering terjadi secara tiba-tiba atau yang biasa kita kenal sebagai

harga diri rendah situasional. Sedangkan menurut Nurarif dan Hardhi (2015,

p. 55) harga diri rendah situasional merupakan munculnya persepsi negatif

tentang makna diri sebagai respon terhadap situasi saat ini. Harga diri rendah

situasional merupakan bentuk trauma yang tiba-tiba seperti, harus operasi,

kecelakaan, putus sekolah, perceraian, dan korban perkosaan. Pengelolaan

pada pasien harga diri rendah situasional harus segera ditangani dengan tepat

agar tidak berkelanjut pada harga diri rendah kronik.

Tanda dan gejala harga diri rendah yaitu mengkritik diri sendiri,

perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan

produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri. Selain tanda dan gejala

diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah

yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,

selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak

menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara yang rendah (Keliat, 2011).

Pada klien dengan harga diri rendah dapat dterapkan menggunakan

terapi hubungan interpersonal. Terapi hubungan interpersonal memfokuskan

pada hubungan interpersonal pasien, sifat-sifat dan kelemahannya dan

meningkatkan hubungan tersebut. Idenya adalah apabila seseorang memiliki

hubungan yang kuat , kuat dan penuh penghargaan dengan orang lain, kecil

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

4

kemungkinannya untuk menjadi depresi atau tetap depresi (atau ansietas,dll),

dan mereka akan lebih merasakan kebahagiaan.

Berdasarkan urian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri

Rendah dengan fokus studi Terapi Hubungan Interpersonal Di Ruang

Nakula RSUD Banyumas”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami

gangguan harga diri rendah dengan fokus studi terapi hubungan interpersonal

di RSUD Banyumas.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan hasil Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah Sdr. S

dan Sdr. L dengan Skizofrenia Paranoid di Ruang Bima RSUD Banyumas.

2. Tujuan Khusus

a) Menggambarkan kemampuan penulis dalam mengkaji pasien dengan

masalah harga diri rendah situasional.

b) Menggambarkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi diagnosa

atau masalah potensial pasien dengan masalah harga diri rendah

situasional.

c) Menggambarkan kemampuan penulis dalam menyusun tindakan

keperawatan yang tepat pada pasien dengan masalah harga diri rendah

situasional.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

5

d) Menggambarkan kemampuan penulis dalam mengambil keputusan

untuk melakukan tindakan keperawatan yang tepat pada pasien dengan

masalah harga diri rendah situasional.

e) Menggambarkan kemampuan penulis dalam melakukan evaluasi

asuhan keperawatan jiwa harga diri rendah situasional.

f) Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan harga diri rendah

situasional.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pasien dan Keluarga

Menambah pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam perawatan pasien

harga diri rendah situasional di rumah.

2. Bagi Rumah Sakit

Memberikan informasi asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah

situasional.

3. Bagi Bidang Keperawatan dan Tenaga Kesehatan

Memberikan manfaat praktis dan sebagai pedoman bagi perawat dan

tenaga medis dalam pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien harga

diri rendah situasional.

4. Bagi Penulis

Penulis lebih memahami asuhan keperawatan harga diri rendah

situasional, juga sebagai bahan referensi untuk melakukan pengelolaan

kasus selanjutnya agar lebih baik.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

6

5. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa keperawatan Prodi

D III Keperawatan Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

tentang asuhan keperawatan harga diri rendah situasional.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah

1. Definisi

Harga diri rendah adalah Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,

merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri,

perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan

akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri

(Yosep, 2010).

Sedangkan menurut (Depkes RI, 2000 dalam Nurarif & Hardhi,

2015, p. 55) Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri

sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak

berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.

2. Macam-macam Harga diri Rendah

a. Situasional

Harga diri rendah situasional dalam Wilkinson, Ahern (2009)

didefinisikan sebagai suatu perkembangan persepsi negatif terhadap

harga diri individu sebagai respon terhadap situasi tertentu misalnya

akibat menderita suatu penyakit, kondisi ini dapat disebabkan akibat

adanya gangguan citra tubuh, kegagalan dan penolakan, perasaan

kurang penghargaan, proses kehilangan, dan perubahan pada peran

sosial yang dimiliki.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

8

b. Kronik

Menurut Fitria (2012) menyatakan bahwa gangguan konsep

diri: harga diri rendah kronis biasanya sudah berlangsung sejak lama

yang dirasakan pasien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Sedangkan

menurut Nurarif dan Hardhi (2015, p. 55) harga diri rendah kronis

merupakan evaluasi diri/ perasaan negatif tentang diri sendiri atau

kemampuan diri yang berlangsung lama.

3. Etiologi

Berbagai faktor penyebab terjadinya perubahan dalam konsep diri

seseorang yaitu :

a. Faktor predisposisi

Menurut (Fitria 2009, p. 6) Faktor predisposisi terjadinya harga diri

rendah kronik adalah penolakan orang tua yang tidak realistis,

kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,

ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya

sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,

mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. (Fitria,2009,

p.6)

4. Manifestasi Klinis

Menurut Fitria (2009 h 6 ; Yosep, 2014 h 264) perilaku-perilaku

seperti dibawah ini diantaranya :

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

9

a. Mengkritik diri sendiri

b. Perasaan tidak mampu

c. Pandangan hidup yang pesimistis

d. Tidak menerima pujian

e. Penurunan produktifitas

f. Penolakan terhadap kemampuan diri

g. Kurang memperhatikan perawatan diri

h. Berpakaian tidak rapi

i. Selera makan berkurang

j. Tidak berani menatap lawan bicara

k. Lebih banyak menunduk

l. Bicara lambat dengan nada suara lemah

m. Merusak/melukai orang lain

n. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri

hidup

o. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi

p. Sulit bergaul

q. Menunda keputusan

5. Patofisilogi

Keliat, dkk. (2011, p. 76) menyatakan bahwa harga diri rendah

muncul apabila lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih

dari kemampuanya.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

10

Proses terjadinya harga diri rendah disebabkan karena sering

disalahkan pada masa kecil, jarang diberi pujian atas keberhasilanya.

Individu pada saat mencapai masa remaja keberadaanya kurang dihargai,

tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering

gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan.

6. Pohon masalah

Menurut (Yosep, 2014, p. 264) pohon masalah pasien harga diri rendah

yaitu :

Isolasi Sosial Effect

Harga Diri Rendah Core Problem

Koping Tidak Efektif Causa

7. Penatalaksanaan

Terapi yang dapat diberikan pada pasien harga diri rendah antara lain :

a. Psikoterapi

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi

dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. (Nurarif dan

Hardhi, 2015, p. 56).

b. Terapi hubungan interpersonal

Menurut Enjang (2009, p. 68) Hubungan interpersonal adalah

komunikasi antar orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

11

peserta menangkap langsung baik secara verbal maupun secara tatap

muka.

8. Rentang Respon Konsep Diri

Prabowo, (2014 hal 109) menjelaskan rentang respon adaptif dan

maladaptif klien dengan harga diri rendah adalah :

a. Respon Adaptif

Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapinya.

1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang

positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan

dapat diterima.

2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai

pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari

hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.

b. Respon maladaptive

Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia

tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi.

1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai

dirinya negatif dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain.

2) Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas

sehingga tidak memberikan kehidupan dan mencapai tujuan.

3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu mempunyai

kepribadian secara intim.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

12

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktuali- Konsep Harga diri Kerancuan De-

sasi Diri diri positif rendah identitas perso

nalisasi

Sumber : Keliat, 1999 dalam Fitria 2009, h6.

Skema 1.2 Rentang Konsep Diri

B. KONSEP DASAR TERAPI HUBUNGAN INTERPERSONAL

1. Definisi

Menurut Enjang (2009, p. 68) Hubungan interpersonal adalah

komunikasi antar orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

peserta menangkap langsung baik secara verbal maupun secara tatap

muka.

2. Teori Hubungan Interpersonal

Ada beberapa teori hubungan interpersonal. Berdasarkan teori

dari Coleman dan Hammen, Jalaluddin Rakhmat (1998) dalam Suranto

(2011) ada tiga buah teori atau model hubungan interpersonal yaitu :

a. Teori Pertukaran Sosial

Teori ini memandang bahwa pola hubungan interpersonal

menyerupai transaksi dagang. Hubungan antara manusia

(interpersonal) itu berlangsung mengikuti kaidah transaksional,

yaitu apakah memperoleh keuntungan dalam sebuah transaksi atau

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

13

justru mengalami kerugian. Jika memperoleh keuntungan maka

hubungan interpersonal berjalan mulus, akan tetapi jika merasa rugi

maka hubungan itu akan terganggu dan putus bahkan berubah

menjadi permusuhan. Dengan demikian, orang berniat untuk

menjalin hubungan dengan orang lain karena dilandasi oleh adanya

keinginan untuk mendapat keuntungan, yaitu memenuhi

kebutuhannya asumsi teori ini, setiap individu secara sadar merasa

nyaman menjalin hubungan interpersonal hanya selama hubungan

terbut memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya (reward dan

cost).

b. Teori Peranan

Menurut Rakhmat (2012), teori peranan memandang hubungan

interpersonal sebagai panggung sandiwara. Setiap orang harus

memainkan peranannya sesuai dengan ”skenario” yang di buat oleh

masyarakat. Menurut teori ini, jika kita mematuhi skenario, maka

hidup kita akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka kita

akan di cemooh oleh penonton dan ditegur oleh sutradara.

c. Teori Penetrasi Sosial

Teori ini dikemukakan oleh Altman dan Taylor (Liliweri, 1991)

dalam Budyatna (2012) bahwa dalam hubungan antara pribadi telah

terjadi penyusupan sosial ketika baru berkenalan dengan orang lain,

untuk pertama kalinya yang dimulai ketidakakraban kemudian

dalam proses yang terus menerus berubah menjadi lebih akrab

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

14

sehingga pengembangan hubungan mulai terjadi. Dimana mulai

menghitung apa yang bisa diterima dan keuntungan apa yang bisa

diperoleh. Jadi hubungan antara pribadi melewati suatu proses, terus

berjalan, berubah dalam berbagai gejala-gejala perilaku yang

ditunjukannya.

3. Hal-hal Dalam Hubungan Interpersonal

Hal-hal yang harus dimiliki dalam sebuah hubungan interpersonal

antara lain :

a. Para individu dalam hubungan interpersonal harus berbagi tujuan

dan objektif yang sama. Mereka harus memiliki minat yang sama

dan berpikir dalam jalur yang sama. Dan akan lebih baik jika para

individu tersebut berasal dari latar belakang yang sama.

b. Para individu dalam hubungan interpersonal harus menghormati

cara pandang dan opini satu sama lain. Rasa saling percaya adalah

sangat penting.

c. Para individu harus terikat kepada satu sama lain untuk sebuah

hubungan interpersonal yang sehat.

d. Transparansi memainkan peran yang vital di dalam hubungan

interpersonal. Adalah sangat penting bagi individu untuk tetap jujur

dan transparan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

15

4. Tahap-tahap perkembangan hubungan interpersonal

a. Pembentukan

Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa

peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan.

Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha

kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi

kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya

identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada

kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada

tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia,

pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.

b. Peneguhan Hubungan

Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu

berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan

interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk

mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam

memelihara keseimbangan ini, yaitu: keakraban, kontrol, respon

yang tepat, dan nada emosional yang tepat.

Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.

Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak

sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua

adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan

bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

16

sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara

lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan.

Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau

tidak ada pihak yang mau mengalah.

c. Ketepatan Respon

Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus

diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan yang

menunjukkan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan

jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan

penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan

verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang

serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang

bersungguh-sungguh diterima dengan air muka sikap tidak percaya,

maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita

sudah memberikan respon yang tidak tepat.

5. Proses hubungan interpersonal

a. Pembentukan

1) Pra interaksi

a) Perawat mebuat rencana interaksi dengan pasien, seperti :

- Memilih pasien dengan harga diri rendah.

- Membuat kontrak pasien.

- Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

17

2) Orientasi

a) Perawat membina hubungan saling percaya dengan

pasiendengan cara seperti :

- Memberikan salam, senyum, bersikap ramah kepada

pasien.

- Perawat memperkenalkan diri kepada pasien.

- Perawat menanyakan nama pasien.

- Perawat menayakan kabar pasien.

b) Perawat menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada

pasien.

c) Perawat melakukan kontrak waktu dengan pasien.

3) Tahap kerja

a) Perawat membantu pasien memilih posisi nyaman pasien.

b) Perawat memberikan pertanyaan kepada pasien, seperti :

- Menanyakan keluhan pasien.

- Menanyakan keadaan pasien, dll.

- Perawat mendengarkan jawaban dari pasien.

- Perawat memberikan dorongan dan semangat kepada

pasien.

4) Terminasi

a) Perawat menilai kemampuan pasien dalam

berhubungan/berkomunikasi.

b) Perawat memberikan respon positif kepada pasien.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

18

c) Perawat melakukan kontrak waktu yang akan datang dengan

pasien.

5) Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya

pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan

klien sesuai dengan tujuan terapi. Untuk terapi stimulasi

sensoris mendengarkan musik kemampuan pasien yang

diharapkan adalah mengikuti kegiatan, responsive terhadap

musik, memberi pendapat tentang musik yang di dengar, dan

berbagai perasaan saat mendengar musik, dan

mendokumentasikannya di lembar evaluasi.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

SITUASIONAL PADA SKIZOFRENIA

1. Pengkajian

Menurut Fitria, (2009, p. 9) menjelaskan ada beberapa data

yang perlu dikaji untuk membuktikan bahwa seseorang mengalami

gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah :

a. Data subyektif

1) Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.

2) Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu.

3) Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau

bekerja.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

19

4) Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri

(mandi, berhias, makan atau toileting).

b. Data obyektif

1) Mengkritik diri sendiri

2) Perasaan tidak mampu

3) Pandangan hidup yang pesimistis

4) Tidak menerima pujian

5) Penurunan produktivitas

6) Penolakan terhadap kemampuan diri

7) Kurang memperhatikan perawatan diri

8) Berpakaian tidak rapi

9) Berkurang selera makan

10) Tidak berani menatap lawan bicara

11) Lebih banyak menunduk

12) Bicara lambat dengan nada suara lemah

1. Diagnosa Keperawatan

Studi kasus ini membahas diagnosa keperawatan jiwa harga diri

rendah situasional.

2. Intervensi Keperawatan

Komunikasi yang baik dan kepercayaan adalah kunci

keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi

masalah Harga Diri Rendah, diantaranya :

a. Rencana tindakan untuk pasien

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

20

Tujuan :

- Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki.

- Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

- Pasien dapat menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai

kemampuan.

- Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai

kemampuan.

- Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang

sudah dilatih

1) Strategi Pelaksanaan (SP) 1 :

Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

klien dengan cara mendiskusikan dengan klien bahwa klien

masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif

seperti kegiatan maupun hobi, adanya keluarga dan

lingkungan terdekat yang senantiasa menyayangi klien.

2) Strategi Pelaksanaan (SP) 2 :

a) Membantu klien memilih/menetapkan kegiatan sesuai

kemampuan dengan cara mendiskusikan beberapa

aktivitas yang dapat dilakukan baik secara mandiri atau

dengan bantuan orang lain(keluarga) dan dipilih sebagai

kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

21

b) Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat

dilakukan klien.

c) Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan

klien.

d) Berikan dukungan dan pujian yang nnyata atas kemajuan

yang diperlihatkan klien.

e) Membantu klien merencanakan kegiatan sesuai

kemampuanya.

f) Susun daftar aktifitas yang sudah di ajarkan bersama

klien dan keluarga.

g) Yakinkan bahwa keluarga senantiasa mendukung setiap

aktivitas yang dilakukan klien (Yosep, 2014 h 264).

b. Rencana tindakan untuk keluarga pasien

Tujuan :

- Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang

dimiliki pasien

- Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih

dimiliki pasien.

- Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang

sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

- Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan

pasien.

1) Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

22

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat pasien.

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri

rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

2) Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga

a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien

harga diri rendah.

b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung

kepada pasien harga diri rendah.

3) Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah

termasuk minum obat.

b) Menjelaskan kegiatan pasien setelah pulang.

c. Terapi hubungan interpersonal

3. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dapat dilakukan menurut Fitria (2012, p.31)

pada pasien harga diri rendah yaitu :

a. Tindakan keperawatan untuk pasien

1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih

dimiliki pasien.

2) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat

digunakan.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

23

3) Membantu pasien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan

sesuai dengan kemampuan.

4) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih.

5) Membantu pasien agar dapat merencanakan kegiatan.

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga

1) Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat

pasien.

2) Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi pasien yang

mengalami gangguan konsep diri: harga diri rendah.

3) Mendiskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki

pasien.

4) Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan gangguan konsep

diri: harga diri rendah.

5) Mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan gangguan

konsep diri: harga diri rendah.

6) Membantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di

rumah.

4. Evaluasi

a. Kemampuan pasien

1) Menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

2) Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.

3) Memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan

pasien.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

24

4) Melatih kemampuan yang telah dipilih.

5) Melaksanakan kemampuan yang telah dilatih.

6) Melakukan kegiatan sesuai jadwal.

b. Kemampuan keluarga

1) Menjelaskan pengertian serta tanda-tanda orang dengan harga

diri rendah.

2) Menyebutkan tiga cara merawat pasien harga diri rendah

(memberikan pujian, menyediakan fasilitas untuk pasien, dan

melatih pasien melakukan kemampuan).

3) Mampu mempraktekkan cara merawat pasien.

4) Melakukan follow up sesuai rujukan.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

24

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Menurut Saryono (2010) desain penelitian adalah rancangan

penelitian yang harus disusun dan ditentukan sebelum melakukan penelitian,

yang mencangkup dari identifikasi masalah hingga teknik analisis data yang

akan dilakukan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kasus. Studi kasus yaitu merupakan rancangan penelitian yang mencakup

pengkajian satu unit penelitian yang mencangkup pengakajian satu unit

penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas,

atau institusi (Nursalam, 2008).

Studi kasus pada karya tulis ilmiah inia dalah studi untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

harga diri rendah menggunakan terapi hubungan interpersonal.

B. Batasan Istilah

Karya tulis ilmiah kasus ini berjudul asuhan keperawatan pada klien

yang mengalami harga diri rendah menggunakan terapi hubungan

interpersonal adalah serangkaian tindakan atau proses keperawatan yang

diberikan kepada klien harga diri rendah yang dilakukan secara

berkesinambungan untuk pemecahan masalah harga diri rendah melalui

tahapan keperawatan yaitu pengkajian, diagnose keperawatan, implementasi

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

26

keperawatan, dan evaluasi terhadap tindakan keperawatan sertapen

dokumentasian.

Proses asuhan keperawatan ini dilakukan pada pasien harga diri

rendah. Harga diri rendah adalah Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,

merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri,

perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan

akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri

(Yosep, 2010). Sedangkan hubungan interpersonal merupakan komunikasi

antar orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap peserta menangkap

langsung baik secara verbal maupun secara tatap muka (Enjang, 2009, p. 68)

C. Partisipan

Unit analisis atau partisipan dalam keperawatan umumnya adalah

klien dan keluarganya. Subyek yang digunakan pada studi kasus dengan

pendekatan asuhan keperawatan ini ada 2 klien atau 2 kasus dengan diagnose

medis yang sama dan masalah keperawatan yang sama.

Pada studi kasus ini subyek penelitian yang digunakan adalah 2 klien

dengan harga diri rendah yang meliliki kriteria sebagai berikut :

1. Klien telah terdiagnosa harga diri rendah.

2. Klien bersedia menjad iresponden.

D. Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi pengambilan kasus yang digunakan penulis dalam penyusunan

laporan kasus ini adalah di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.

Sedangkan waktu penyelenggaraan asuhan keperawatan studi kasus pada

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

27

pasien adalah 5 hari yaitu pada tanggal 17 bulan April sampai tanggal 21

bulan April tahun 2018.

E. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu :

1. Wawancara

Penulis melakukan pengamatan secara langsung kepada klien dan keluarga

untuk mendapat data subjektif mengenai harga diri rendah.

2. Obervasi dan pemeriksaan fisik

Observasi dilakukan dengan pendekatan. Pengamatan dilakukan oleh

penulis secara langsung untuk mencarihal-hal mengenai asuhan

keperawatan dalam membantu proses pengamatan sebagai alat

pendokumentasian yang akan di teliti.

3. Studi dokumentasi dan angket

Studi dokumentasi dan angket dilakukan penulis untuk mengumpulkan

semua data hasil dari pemeriksaan diagnostik, dan data lain yang

mendukung kegiatan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan harga diri

rendah.

F. Uji keabsahan data

Uji keabsahan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan pada asuhan keperawatan

yang diberikan dan mencari sumber informasi tambahan menggunakan

trigulasi dari tiga sumber dan utama yaitu klien, perawat, dan keluarga klien

yang berkaitan dengan masalah harga diri rendah.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

28

G. Analisa Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya diruangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

yang diperoleh dari hasil interprestasi wawancara mendalam yang dilakukan

untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara

observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk

selanjutnya diinterprestasikan dan dibandingkan dengan teori yang ada

sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

Urutan bahan untuk memberikan rekomendasi dalam analisis data pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumentasi).

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkrip (catatan terstruktur).

2. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan dijadikan satu

dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan

dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan

hasil pemeriksaan diagnostik.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

29

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teksnaratif. Kerahasian dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data

yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,

tindakan dan evaluasi.

H. Etika Penelitian

Pada penelitian ini dicantumkan etika yang menjadi dasar penyusunan

studi kasus yang terdiri dari :

1. Lembar persetujuan menjadi responden

Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

reponden penelitian dengan memberikan persetujuan. Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Beberapain formasi yang

harus ada dalam informed consent tersebut antara lain :partisipasi pasien,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

30

2. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disampaikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya.

Semuain formasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Hidayat, 2014).

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :

Cv. Trans Info Media.

Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013) Keperawatan jiwa; konsep dan kerangka

kerja asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Enjang ,AS. 2009. Komunikasi Konseling. Bandung : Nuansa.

Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fitria, N. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan &

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP). Jakarta: Salemba

Medika.

Hidayat, A. Aziz. (2011). Metode penelitian kesehatan paradigma kuantitatif.

Surabaya : Health Books Publishing.

Keliat, B.A. & Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.

Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(basic

course). Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan keperawatn jiwa. Yogyakarta : CV Andi

Offset.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

Nurarif, A.H. & Hardhi, K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2013). Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta : Nuha Medika

Stuart, Gail W. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. alih bahasa Ramonah P

Kapoh dan Egi Komara Yudha. Edisi 5. Jakarta : EGC

Suranto, Aw. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

WHO. 2009. Improving health systems andservices for mental health (Mental

health policy and service guidance package). Geneva27, Switzerland:

WHO Press.

Wilkinson A. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran : EGC

Yosep, H I dan Sutini, T. 2014. Buku ajar keperawatan jiwa. Bandung: PT

Yusuf, AH., PK, Risky F., dan Nihayati, HE. 2015. Buku ajar keperawatan

kesehatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

HARGA DIRI RENDAH DENGAN FOKUS STUDI HUBUNGAN

INTERPERSONAL DI RUANG NAKULA

RUMAH SAKIT BANYUMAS

LOW SELF PRICE WITH FOCUS

INTERPERSONAL RELATIONSHIP STUDIES IN NAKULA ROOM

HOSPITAL BANYUMAS

Hanif Afdan Rizani1) , Mukhadiono, SST., MH2), Dyah Wahyuningsih, M.Kep2),

1) Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Purwokerto Poltekkes

Kemenkes Semarang

2) Dosen Jurusan Keperawatan Purwokerto Poltekkes Kemenkes Semarang

Email : [email protected]

Jurusan Keperawatan Purwokerto : Poltekkes Kemenkes Semarang

JL. Adipati Mersi ; Purwokerto Timur ; Banyumas

ABSTRAK

Skizofrenia adalah sekumpulan sindroma klinik yang ditandai dengan

perubahan kognitif, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku. Konsep diri adalah

gambaran konsep diri sebagai ide, perasaan dan kepercayaan untuk mengenal dan

siap untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, harga diri rendah

merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.

Tujuan penelitian ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan jiwa harga diri

rendah dengan fokus studi hubungan interpersonal mulai dari pengkajian, diagnosa,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Metode yang digunakan adalah metode

deskriptif yaitu menggambarkan kasus kelolaan secara sistematis dengan dua

responden. Hasil dari penelitian didapatkan selama 5 hari adalah masalah teratasi

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan namun dari membandingkan antara kedua

klien hasil implementasi yang dilakukan memiliki respon yang berbeda-beda.

Karena setiap individu memiliki tingkat koping dan penerimaan pemahaman dari

orang lain berbeda. Mengingat pentingnya pendekatan dan pola asuhan

keperawatan pada pasien harga diri rendah maka perawat perlu memberikan

perhatian yang lebih dengan memperhatikan langkah-langkah sesuai dengan

kondisi setiap pasien.

Kata kunci : Harga diri rendah, Hubungan interpersonal

ABSTRACT

Schizophrenia is a collection of clinical syndromes characterized by

cognitive changes, emotions, perceptions and other aspects of behavior. Self-

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

concept is a self-concept picture as an idea, feeling and belief to know and be ready

to connect and communicate with others, low self-esteem is a feeling of worthless,

insignificant and low self-esteem due to a negative evaluation of self and self-

ability. The purpose of this study is to carry out low self esteem self-care nursing

with focus on interpersonal relationship studies ranging from assessment, diagnosis,

planning, implementation, and evaluation. The method used is descriptive method

that describes cases of systematically managed by two respondents. The results of

the research obtained for 5 days is the problem resolved in accordance with the

established criteria but from comparing between the two clients the results of the

implementation carried out have different responses. Because each individual has a

level of coping and acceptance of understanding from others is different. Given the

importance of nursing approach and pattern of care to the low self-esteem patient,

the nurse needs to pay more attention by observing the steps according to the

condition of each patient.

Keywords: Low self esteem, Interpersonal relationships

PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa adalah sikap

yang positif terhadap diri sendiri,

tumbuh, kembang, aktualisasi diri,

keutuhan, kebebasan diri, memiliki

persepsi sesuai kenyataan dan

kecakapan dalam beradaptasi dengan

lingkungan (Stuart dan Laraia dalam

Yosep, 2014, h 1). Menurut Undang-

undang No.36 Tahun 2009 tentang

kesehatan, Kesehatan adalah keadaan

sehat, baik secara fisik, mental,

spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk

hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Untuk mencapai tingkat

kesehatan jiwa secara optimal,

pemerintah Indonesia menegaskan

perlunya upaya peningkatan

kesehatan jiwa, seperti yang

dituangkan dalam Undang-undang

No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan

Bab IX pasal 144 yang menyatakan

bahwa upaya kesehatan jiwa

ditujukan untuk menjamin setiap

orang dapat menikmati kehidupan

kejiwaan yang sehat, bebas dari

ketakutan, tekanan, dan gangguan

lain yang dapat mengganggu

kesehatan jiwa (Dalami, 2010, h 2).

Fenomena gangguan jiwa pada

saat ini mengalami peningkatan yang

sangat signifikan, dan setiap tahun di

berbagai belahan dunia jumlah

penderita gangguan jiwa bertambah.

Berdasarkan data dari World Health

Organitation (WHO) dalam Yosep

(2013), WHO memperkirakan

sebanyak 450 juta orang di seluruh

dunia mengalami gangguan mental,

terdapat sekitar 10% orang dewasa

mengalami gangguan jiwa saat ini dan

25% penduduk diperkirakan.

Pada klien dengan harga diri

rendah dapat dterapkan menggunakan

terapi hubungan interpersonal. Terapi

hubungan interpersonal

memfokuskan pada hubungan

interpersonal pasien, sifat-sifat dan

kelemahannya dan meningkatkan

hubungan tersebut. Idenya adalah

apabila seseorang memiliki hubungan

yang kuat , kuat dan penuh

penghargaan dengan orang lain, kecil

kemungkinannya untuk menjadi

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

depresi atau tetap depresi (atau

ansietas,dll), dan mereka akan lebih

merasakan kebahagiaan.

TUJUAN

Melaksanakan asuhan

keperawatan jiwa harga diri rendah

dengan fokus studi hubungan

interpersonal mulai dari pengkajian,

diagnosa,perencanaan,implementasi

dan evaluasi.

MANFAAT

Hasil laporan kasus ini

memberikan manfaat praktis sebagai

informasi untuk pengelolaan asuhan

keperawatan jiwa harga diri rendah

dengan fokus studi hubungan

interpersonal.

BAHAN DAN METODE

Desain penelitian yang

digunakan dalam penyusunan karya

tulis ilmiah ini adalah desain

penelitian deskriptif yaitu metode

penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan peristiwa atau

fenomena yang ada pada saat ini.

Kemudian studi kasus ini adalah studi

untuk mengeksplorasi masalah

Asuhan jiwa harga diri rendah dengan

fokus studi hubungan interpersonal di

Rumah Sakit Banyumas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan berisitentang

kesenjangan antara konsep teori

dengan hasil pengelolaandari dua

kasus harga diri rendah.Pada

pembahasan ini

dijelaskan/didiskrisipkan mengenai

pengkajian, analisa data, perencanaan

tindakan keperawatan, pelaksanaan,

dan evaluasi. Berikut merupakan

pembahasan dari setiap aspek dalam

proses keperawatan, Hasil evaluasi

pada saat awal pertemuan Sdr.S dan

Sdr.L masih sulit diajak

berkomunikasi, sering mengabaikan

perawat namun setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 5 hari

dengan melakukan pendekatan

menggunakan strategi pelaksanaan

dan terapi hubungan interpersonal

Sdr.S dan Sdr.L mengalami

perubahan perilaku diantaranya:

Sdr.S dan S dr.L mampu

mengidentifikasi kemampuan dan

aspek positif yang masih dimiliki

serta mampu memilih kegiatan yang

sesuai dengan kemampuanya.

Sedangkan Sdr.L telah berlatih

melakukan kegiatan di RS sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki

yaitumenyapu, mengepel dan

merapikan tempat tidur. Sdr.S dan

Sdr.L juga memiliki jadwal kegiatan

harian selama berada di RS. Hal

tersebut sesuai dengan tujuan yang

disusun penulis berdasarkan teori

Fitria (2012) yang menyatakan bahwa

tujuan dilakukan SP harga diri rendah

diantaranya pasien dapat

mengidentifikasi kemampuan yang

dimiliki, menilai kemampuan yang

dapat digunakan, menetapakan

kegiatan sesuai dengan kemampuan,

melatih kegiatan sesuai dengan

kemampuan, serta menyusun jadwal

harian.

Selain diajarkan SP Sdr.S dan

Sdr.L juga dilatih ketrampilan sosial

berkenalan dan hasilnya yaitu saat

pengkajian penulis memberikan

quisioner skala tingkah laku Sdr.S

mendapat skor 6 pasien tidak berani

bercakap-cakap dengan keluarga

yang sedang menunggu temannya,

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

pasien belum mengenal kepala ruang

Nakula, pasien belum bisa

menyebutkan 3 nama perawat dan

pasien tidak berani mentap teman

sebelah kamarnya, sedangkan Sdr.L

mendapat skor 5 pasien tidak berani

bercakap-cakap dengan keluarga

yang sedang menunggu temannya,

pasien belum mengenal kepala ruang

Nakula, pasien belum bisa

menyebutkan 3 nama perawat, pasien

tidak berani mentap teman sebelah

kamarnya dan berani bercakap-cakap

dengan teman sebelah depan

kamarnya, berati kemampuan

berkomunikasi dan bersosialisasi

pada Sdr.S dan Sdr.L sedang (skor 4-

7), dan saat evaluasi penulis

memberikan quisioner lagi, hasil

skala tingkah laku dari Sdr.S adalah

9pasien belum bisa menyebutkan 3

nama perawat dan Sdr.L pasien belum

mengenal kepala ruang Nakula dan

tidak bisa menyebutkan 3 nama

perawat,hanya saja penulis

menemukan beberapa kendala dalam

proses ini diantaranya penulis hanya

bisa bertemu dengan keluarga pasien

saat pasien dijemput pulang kembali

kerumah karena pasien tidak

ditunggui oleh keluarganya saat

dalam proses perawatan di ruang

Nakula, terapi hubungan sosial dapat

meningkatkan kemampuan

komunikasi dan sosialisasi pada

pasien harga diri rendah.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan harga diri rendah pada

Sdr.S dan Sdr.L dengan TERAPI

HUBUNGAN INTERPERSONAL

di Ruang Nakula RSUD Banyumas

selama lima hari yang dilakukan dari

tanggal 17 April 2018 sampai dengan

21 April 2018, maka simpulan yang

diperoleh masalah harga diri rendah

masalah teratasi. Sdr.S pada saat

pengkajian, penulis memberikan

quisioner skala tingkah laku

mendapat skor 6, setelah dilakukan

tindakan keperawatan dan pada hari

terahir evaluasi penulis memberikan

quisioner kepada pasien dan

mendapatkan skor 9. Sedangkan

pasien Sdr.L pada saat awal

pengkajian penulis memberikan

quisioner skala tingkah laku

mendapat skor 5, setelah dilakukan

tindakan keperawatan dan pada hari

terahir evaluasi penulis memberikan

quisioner kepada pasien dan

mendapatkan skor 8.

SARAN

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan kepada Sdr.S dan Sdr.L

dengan masalah harga diri rendah,

pada sub bab ini penulis akan

memberikan saran kepada perawat,

rumah sakit, institusi pendidikan serta

klien dan keluarga agar mampu

menerapkan cara yang sudah

diajarkan oleh penulis saat di rumah

sakit maupun saat sudah pulang

kerumah. Hendaknya keluarga juga

memberikan dukungan kepada klien

agar selalu berfikir positif sehingga

tidak merasa minder, malu dan

memotivasi klien agar mampu

bersosialisasi dan berkomunikasi

dengan cara yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati. 2010. Konsep

Dasar Keperawatan Kesehatan

Jiwa. Jakarta : Cv. Trans Info

Media.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013)

Keperawatan jiwa; konsep dan

kerangka kerja asuhan

keperawatan jiwa. Yogyakarta:

Gosyen Publishing

Enjang ,AS. 2009. Komunikasi

Konseling. Bandung : Nuansa.

Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan

Aplikasi Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan

Tindakan Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Fitria, N. 2012. Prinsip Dasar dan

Aplikasi Penulisan Laporan

Pendahuluan & Strategi

Pelaksanaan Tindakan

Keperawatan (LP & SP).

Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz. (2011). Metode

penelitian kesehatan paradigma

kuantitatif. Surabaya : Health

Books Publishing.

Keliat, B.A. & Akemat. 2010. Model

Praktik Keperawatan

Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2011. Keperawatan

Kesehatan Jiwa Komunitas :

CMHN(basic course). Buku

Kedokteran. Jakarta: EGC.

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan

keperawatn jiwa. Yogyakarta :

CV Andi Offset.

Nurarif, A.H. & Hardhi, K. 2015.

Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis &

NANDA NIC NOC Jilid 2.

Jakarta: EGC.

Nursalam. (2013). Metodologi

penelitian ilmu keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan

Aplikasi Asuhan Keperawatan

Jiwa. Yogyakarta : Nuha

Medika

Stuart, Gail W. 2013. Buku Saku

Keperawatan Jiwa. alih bahasa

Ramonah P Kapoh dan Egi

Komara Yudha. Edisi 5. Jakarta

: EGC

Suranto, Aw. 2011. Komunikasi

Interpersonal. Yogyakarta :

Graha Ilmu

Undang-Undang Nomor 39 Tahun

2009 tentang Kesehatan.

WHO. 2009. Improving health

systems andservices for mental

health (Mental health policy

and service guidance package).

Geneva27, Switzerland: WHO

Press.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang

Wilkinson A. 2009. Buku Saku

Diagnosis Keperawatan. Buku

Kedokteran : EGC

Yosep, H I dan Sutini, T. 2014. Buku

ajar keperawatan jiwa.

Bandung: PT

Yusuf, AH., PK, Risky F., dan

Nihayati, HE. 2015. Buku ajar

keperawatan kesehatan jiwa.

Jakarta: Salemba Medik

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.poltekkes-smg.ac.id/repository/BAB I-III... · 2018. 8. 2. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah sikap yang