20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan menggantungkan hidup serta penghasilannya dari usaha dibidang pertanian, sehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat. Dalam pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 tertulis bahwa “bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. 1 Tanah juga mempunya fungsi sosial yang di atur dalam Pasal 6 UUPA dinyatakan bahwa “semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa semua hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang tidak bolehdigunakan semata-mata untuk kepentingan pribadinya tetapi penggunaantanah tersebut harus juga memberikan kemanfaatan bagi kepentingan masyarakat dan negara. Hal tersebut ditegaskan dalam penjelasan umum fungsi sosial hak-hak atas tanah mewajibkan hak untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan sesuai dengan keadaannya, artinya keadaan tanahnya, sifatnya dan tujuan pemberian haknya. Hal tersebut dimaksudkan agar tanah harus dipelihara 1 Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, Tangerang, Interaksara, Hal 54.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar

penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan

menggantungkan hidup serta penghasilannya dari usaha dibidang pertanian,

sehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang

peranan penting bagi kehidupan masyarakat. Dalam pasal 33 ayat (3) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 tertulis bahwa “bumi, air, dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.1

Tanah juga mempunya fungsi sosial yang di atur dalam Pasal 6 UUPA

dinyatakan bahwa “semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”. Hal

tersebut mengandung pengertian bahwa semua hak atas tanah apapun yang ada

pada seseorang tidak bolehdigunakan semata-mata untuk kepentingan

pribadinya tetapi penggunaantanah tersebut harus juga memberikan

kemanfaatan bagi kepentingan masyarakat dan negara.

Hal tersebut ditegaskan dalam penjelasan umum fungsi sosial hak-hak

atas tanah mewajibkan hak untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan

sesuai dengan keadaannya, artinya keadaan tanahnya, sifatnya dan tujuan

pemberian haknya. Hal tersebut dimaksudkan agar tanah harus dipelihara

1 Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, Tangerang, Interaksara, Hal 54.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

2

dengan baik dan dijaga kualitas, kesuburan serta kondisi tanah sehingga dapat

dinikmati tidak hanya pemilik atas tanah saja tetapi juga masyarakat lainnya.

Oleh karena itu kewajiban memelihara tanah tidak saja dibebankan kepada

pemiliknya atau pemegang haknya yang bersangkutan, melainkan juga beban

dari setiap orang, badan hukum/instansi yang mempunyai suatu hubungan

hukum dengan tanah.Pengolahan tanah meliputi berbagai kegiatan fisik dan

mekanik tanah yang bertujuan untuk membuat media pekarangan tanaman lebih

baik.2

Namum pada asasnya tanah pertanian harus dikerjakan atau diusahakan

sendiri secara aktif oleh yang mempunyai tanah (pasal 10 UUPA). Dalam

penjelasan (pasal 10) dijelaskan bahwa mengusahakan sendiri secara aktif tidak

berarti harus mengerjakannya sendiri namun bisa pula dengan menyewakannya

kepada orang lain. Salah satu prinsip dasar dari hukum agraria (UUPA) adalah

“Landreform” .Prinsip tersebut dalam ketentuan UUPA diatur dalam Pasal 10

Ayat (1) dan (2) yang memuat suatu asas yaitu, bahwa “tanah pertanian harus

dikerjakan atau diusahakan secara aktif oleh pemiliknya sendiri yang dalam

pelaksanaannya diatur dalam peraturan perundangan”. Untuk melaksanakan asas

tersebut maka diperlukan adanya ketentuan tentang batas minimal luas tanah yang

harus dimiliki oleh petani supaya dapat hidup dengan layak penghasilan yang

cukup bagi dirinya sendiri dan keluarganya.

2Zelin amalia.2016 .Perjanjian bagi hasil tanah milik pertanian. Semarang vol.V No.2 Fakultas

Hukum.Unversitas Diponegoro .hal 34

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

3

Banyaknya masyarakat pedesaan yang berprofesi sebagai petani

terutama sebagai buruh tani.Buruh tani adalah orang yang bekerja dibidang

pertanian tetapi tidak mempunyai lahan sendiri, hanya menggarap lahan milik

orang lain untuk menerimaupah atas balas jasa yang diberikan Tingkat

kesejahteraan buruh tani adalah diukur dengan pendapatan buruh tani yang

diperoleh dari selisih antara penerimaan.3

Sistem pembayaran upah yang sudah menjadi tradisi di masyarakat

sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka. Dalam kerjasama ini terdapat

nilai-nilai sosial dan moral yang sangat dihormati oleh masyarakat seperti

tolong-menolong dan gotong royong. Adapun para pihak yang berakad dalam

sistem pembayaran upah ini adalah para pihak yang membentuk perjanjian

yaitu petani yang punya lahan dengan orang yang bekerja untuk menanam yang

sekaligus memanen.

Orang yang berhak mendapatkan upah adalah orang yang disuruh

langsung oleh pemilik lahan, dan kedua belah pihak sama-sama orang yang

baligh, berakal, dan cakap hukum, kaitannya dengan para pihak tidak ada yang

bertentangan dengan ketentuan undang-undang. Selain itu dilihat dari segi

objek perjanjian yaitu pekerjaan menanam dan menuai tanaman palawija.4

Perjanjian dalam sistem pengupahan ini tergantung kesepakatan awal, jika yang

disuruh itu bisa melakukan pekerjaan awal yaitu menanam tanaman palawija

3https://id.wikipedia.org/wiki/Buruh_tani akses 2 januari 2018 4A.sartika 2013 .Analisa kesejahteraan Buruh Tani. Vol .2 Fakultas Ilmu Sosial Jurusan

kesejahteraan sosial.universitas Raden Intan. Hal.61

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

4

maka otomatis dia juga berhak atas pekerjaannya yang kedua yaitu

memanennya. Objek perjanjian dalam sistem pengupahan ini adalah pekerjaan

yang harus dilakukan oleh buruh yaitu menanam dan menuai. Waktu kerja yang

disepakati para pihak cukup jelas yaitu pada waktu menanam palawija dan

waktu panen. Jam kerja disesuaikan menurut luas sawah dan jumlah pekerja,

biasanya di mulai jam 07.00-15.00 sore.

Tidak ada waktu yang pasti berapa lama yang diperlukan akan tetapi

yang dipakai adalah kebiasaan masyarakat adat, pemilik lahan biasanya bisa

memperkirakan berapa orang yang akan menanami sawahnya sehingga tidak

memberatkan pekerjaan yang menanam. Hal itu diperbolehkan karena sudah

ada kesepakatan antara kedua belah pihak dan sudah sama-sama mengetahui

konsekuensinya. Pembayaran upah dalam sistem pengupahan ini tidak secara

jelas nominalnya, karena harus menunggu masa panen terlebih dahulu, dan

mereka belum mengetahui upah yang akan mereka dapatkan.5

Di beberapa daerah di Indonesia, sewa tanah pertanian dikenal dengan

beberapa istilah yang berbeda seperti di Tapanuli Selatan disebut "mengasi", di

Sumatera Selatan disebut "sewa bumi", di Kalimantan disebut "cukai" di

Ambon disebut "sewa ewang" dan di Bali disebut "ngupetenin". Untuk daerah

Sulawesi Selatan, sewa tanah pertanian dikenal dengan istilah "paje’".6

Umumnya praktek sewa menyewa tanah pertanian ini masih terjadi di daerah

5 Ibid, 6Fia s. aji. 2012.(kanwil badan pertanahan nasional provinsi gorontalo),hak sewa tanah

pertanian

Vol.2 No.4 Fakultas Hukum Universitas Gorontalo. Hal.22

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

5

pedesaan dan pelaksanaannya didasarkan pada hukum adat masing-masing.

Hubungan antara penyewa dan pemberi sewa lebih banyak didasarkan pada

adanya rasa saling percaya dan kejujuran antara keduanya, jadi tidak melalui

suatu proses formal untuk terjadinya suatu perjanjian sewa menyewa tanah

pertanian.Oleh karena itu pada saatnya hak sewa tanah pertanian akan

dihapuskan melalui suatu undang-undang, akan tetapi undang-undang yang

dimaksud hingga 53 tahun usia UUPA belum juga ada, sehingga meskipun

bersifat sementara hak sewa tanah pertanian ini tetap diakui eksistensinya.7

Hak sewa tanah adalah hak yang di beri wewenang dari penyewa kepada

penerima sewa untuk menggunakan tanah milik pemberi sewa dengan

kewajiban membayar uang sewa pada tiap –tiap waktu tertentu. Peraturan dasar

hak sewa di atur dalam pasal 44 dan 45 UUPA No.5 Tahun 1960. Dalam

hukum adat hak sewa sering disebut dengan “Jual Tahunan”.8

Hak sewa tanah pertanian sebagai salah satu hak yang bersifat sementara

dalam kenyataannya di masyarakat masih sering terjadi. Dimana dalam

masyarakat ada yang dikenal dengan sewa untuk tanah sawah dan sewa untuk

kebun. Yang membedakan antara kedua sewa tanah pertanian tersebut biasa

dari segi pembayaran uang sewa tanahnya yaitu sewa untuk sawah dibayar

depan sedangkan sewa untuk kebun dibayar belakang atau pembayaran

7Ibid, 8 Ibid,

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

6

dilakukan setelah panen, mirip dengan perjanjian bagi hasil dan dalam hukum

adat dikenal dengan sewa tanah hasil pertanian.9

Dalam rangka melindungi golongan petani (penggarap) atau buruh tani

yang terkadang ekonominya lemah terhadap praktek-praktek golongan orang

yang kuat yang mengandung unsur exploitasi atau memeras golongan petani

lemah (buruh tani) maka pemerintah Indonesia mengatur tentang perjanjian

antara penggarap tanah dengan pemilik lahan melalui Undang-Undang No.2

Tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil tanah pertanian yang merupakan dasar

hukum untuk mengatur tentang pemilik lahan dengan penggarap lahan hal

tersebut mengatur agar para pihak tidak merasa di rugikan dan di untungkan

terhadap perjanjian bagi hasil terhadap tanah pertanian tersebut.

Perjanjian Bagi Hasil merupakan salah satu perjanjian yang berhubungan

tanah yang mana obyeknya bukan tanah namun melainkan segala sesuatu

yangada hubunganya dengan tanah atau yang melekat pada tanah seperti

tanaman-tanaman, hak mengerjakan, menggarap, atau menanami tanah tersebut,

dansebagainya. Materi Bagi Hasil tanah pertanian itu sendiri masuk dalam

ruang lingkup hukum tanah adat teknis, yaitu perjanjian kerjasama

yangbersangkutan dengan tanah tetapi yang tidak dapat dikatakan berobyek

tanah, melainkan obyeknya adalah tanaman10.dan dalam hal ini banyaknya

masyarakat tidak tahu tentang peraturan tanah tersebut yang mana banyak

9Ramia Syuhada. 2016, Perjanjian Sewa Tanah Perkebunan Kelapa Sawit ( Studi Kasus di

Kampung Harapan Bagan Sinembah Riau )FH-Univertsitas Sumatera Utara. Hal 24 10 Ter Haar Bzn,Asas-asas dan Susunan Hukum Adat , Terjemahan K. Ng Subekti Poesponoto,

(Jakarta : Pradnya Paramita, 1999), hal. 20

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

7

penggarap berpatokan dengan hukum adat terdahulu untuk di jadikan dasar

dalam perjanjian tersebut.

Penggunaan tanah pertanian milik orang lain diatur dalam Pasal 24

UUPA yang menentukan bahwa penggunaan tanah yang bukan miliknya

dibatasi dandiatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri. Pasal 24

UUPA merupakan pengecualian dari Pasal 10 UUPA yang menentukan bahwa

setiaporang atau badan hukum yang mempunyai pertanian pada asasnya

diwajibkan mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif,dengan

mencegah cara-cara pemerasan. Pengelolaan tanah oleh bukan pemiliknya

dapat dilakukan melalui gadai,usaha bagi hasil, menumpang, dan sewa

tanahpertanian sebagaimana di atur dalam Pasal 16 ayat (1) butir H dan Pasal

53 ayat (1) UUPA. Pasal 58 UUPA diatur bahwa selama peraturan perundang-

undanganini belum terbentuk, maka peraturan-peraturan baik tertulis maupun

tidak tertulis yang berkaitan dengan bumi,air, kekayaan alam dan hak atastanah

yang ada mulainya berlakunya undang-undang ini tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan undang-undang ini.11

Perjanjian bagi hasil ini merupkan suatu kerja sama dengan kesepakatan

antara dua belah pihak yang saling suka dan tidak ada unsur paksaan.Untuk

mencapai suatu kata kesepakat bagi hasil ini adalah undang-undang No.2 tahun

1960 tentang Perjanjian Bagi hasil dalam bidang pertanian yang mengatur

11 Nurmadany rizka.2013.Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian Di Kecamatan

Bulakumba Kabupaten Brebes Jawa TengahJurnal Hukum Perdata Vol. 21 Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro Semarang.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

8

mengenai berjalannya perjanjian tanah pertanian, namun dalam kenyataannya

di lapangan tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Proses musyawarah juga di

tentukan secara tegas yaitu di lakukan secara langsung antara pemilik tanah dan

penggarap tanah, dengan di pimpin oleh ketua panitia pengadaan tanah.12

Contoh perjanjian bagi hasil dalam bidang pertanian di daerah

minangkabau (Sumatera Barat) perjanjian bagi hasil di kenal dengan istilah

“memperduai” atau “babuek sawah urang” dalam kenyataannya dilakukan

secara lisan di hadapan kepala adat. Imbangan hasil tergantung pada kesuburan

tanah,penyedia bibit, jenis tanaman dan sebagainya. Apabila bibit disediakan

oleh pemilik tanah maka hasilnya di bagi dua antara pemilik tanah dan

penggarap tanah tanpa memperhitungkan nilai, benih serta pupuk lain halnya

apabila tanah kering atau sawah di Tanami palawija, dimana pemilik tanah

menyediakan bibit dan pupuk, maka hasilnya di bagi dua, akan tetapi

memperhitungakan harga bibit dan pupuk perjanjian ini disebut dengan “sadua

bijo”.13

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian

BagiHasil maka pelaksanaan perjanjian bagi hasil tanah antara para pihak

harusdidasarkan pada pembagian yang adil. Selain itu hak dan kewajiban kedua

belahpihak juga tercantum dalam Undang-Undang tersebut. Khususnya yang

berkaitandengan terjaminnya kedudukan hukum yang layak bagi para

12 H.Abdurrahman, 1993,dalam kumpulan tulisan untuk mengenang teuke mohammad Radhie,

universitas tarumanegara,Setara Press.Hal 49 13 Ibid,

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

9

penggarap. Namun dalam prakteknya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960

tentangPerjanjian Bagi Hasil ini tidak sepenuhnya diterapkan oleh para pihak

dalamperjanjian bagi hasil tanah pertanian tersebut, melainkan para pihak

tersebutmenggunakan kebiasaan atau hukum Adat dalam pelaksanaannya.

Sebagai contohbentuk perjanjian yang seharusnya dalam Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1960tentang Perjanjian Bagi Hasil dibuat dalam bentuk tertulis

di hadapan Kepala Desa,hal tersebut berbanding terbalik dengan praktiknya

karena pada umumnyaperjanjian tersebut yang dilaksanakan dalam bentuk tidak

tertulis dan kesepakatan antara kedua belah pihak.14

Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian adalah suatu perbuatan hukum di

mana pemilik tanah karena suatu sebab tidak dapat mengerjakan sendiri

tanahnya, tetapi ingin mendapatkan hasil atas tanahnya. Dengan kata lain,

perjanjian bagi hasil, adalah suatu bentuk perjanjian antara penggarap, di mana

penggarap diperkenankan mengusahakan tanah itu dengan pembagian hasilnya

antara penggarap dengan yang berhak atas tanah tersebut menurut imbangan

yang telah disetujui bersama. Perjanjian bagi hasil tanah pertanian dapat terjadi

pada pemegang Hak Milik, Hak Sewa atau Hak Gadai, dan dalam praktek dapat

juga diatas tanah lungguh atau tanah bengkok.15

Di wilayah Desa Pandansari Lor Kecamatan Jabung Kabupaten Malang,

masih banyak dilaksanakan atau dilakukan perjanjian usaha Bagi Hasil untuk

14Eko Bayu setiawan SH. 2014 pelaksaan perjanjian bagi hasil dalam bidang pertanian,

Fakultas Hukum.UMM Malang. Hal 3 15Riski Olivia Citra Dewi,2011,Aspek Keadilan Dalam Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian

Di Ds Sedah Kec.Jenangan Kab. Ponorogo,FH-UMS,Volume 2 Hal.21

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

10

tanah-tanah pertanian. Perjanjian penggarapan tanah pertanian dengan Bagi

Hasiltersebut telah dilaksanakan dimulai sejak dahulu bahkan sudah turun-

temurundari generasi ke generasi selanjutnya.Perjanjian usaha bagi hasil tanah

pertanian di selama ini di Desa Pandansari Lor Kecamatan Jabung Kabupaten

Malangberdasarkan kepercayaan dan kesepakatan antara petani penggarapdan

pemilik tanah kepercayaan inilah modal utama bagi seorang penggarapuntuk

dapat ijin mengelola tanah pertanian yang bukanmiliknya, denganobyek

perjanjian yakni tanah pertanian, dan semua yang melekat pada tanah.

Berdasarkan uraian di atas,maka penulis akan menyusun skripsi ini dengan

judul “Pelaksaan perjanjian Bagi Hasil Dalam Bidang Pertanian Ditinjau

Dari Undang-Undang No 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil

(Studi Desa PandansariLor Kecamatan Jabung Kabupaten Malang

Provinsi Jawa Timur)”

Di mana hal ini didalam praktek terdapat kendala-kendala dan kesulitan-

kesulitan yang di sebabkan oleh berbagai faktor, yakni antara lain kurangnya

kesadaran hukum dan pengetahuan dari berbagai pihak yang berkepentingan

atas perjanjian tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

11

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian bagi hasil dalam bidang pertanian

di Desa Pandansari Lor Kecamatan Jabung Kabupaten Malang Provinsi

Jawa Timur ditinjau dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960?

a) Bagaimana bentuk perjanjian bagi hasil tanaman palawija di Desa

Pandansari Lor Kecamatan Jabung Kabupaten Malang Provinsi

Jawa Timur ditinjau dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960?

b) Siapa saja pihak-pihak yang termasuk dalam perjanjian bagi hasil di

Desa Pandansari Lor Kecamatan Jabung Kabupaten Malang

Provinsi Jawa Timur ditinjau dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1960?

c) Berapa lama jangka waktu dalam perjanjian di Desa Pandansari Lor

Kecamatan Jabung Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur ditinjau

dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960?

d) Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian bagi

hasil di Desa Pandansari Lor Kecamatan Jabung Kabupaten Malang

Provinsi Jawa Timur ditinjau dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1960?

2. Apa faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan perjanjian bagi hasil

pertanian menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 di Desa

Pandansari Lor Kecamatan Jabung Kabupaten Malang Provinsi Jawa

Timur?

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

12

C. Tujuan Penulisan

Dari penulisan hukum yang akan dilakukan oleh penulis maka ada

beberapatujuan yang ingin dicapai,yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa efektif pelaksaan perjanjian bagi hasil

dalam bidang pertanian di Desa Pandansari Lor Kecamatan Jabung

Kabupaten Malang Provinsi jawa Timur di tinjau dari Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1960. Dan juga mengetahui tentang bentuk perjanjian

bagi hasil,hak dan kewajiban penggarap dan pemilik lahan,jangka waktu

perjanjian bagi hasil serta hasil imbangan hasil dari perjanjian bagi hasil

tanah pertanian.

2. Untuk mengetahui faktor dan alasan yang menjadi penghambat

pelaksaan perjanjian bagi hasil pertanian menurut Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1960 di Desa Pandansari Lor Kecamatan Jabung

Kabupaten Malang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan-

kepentingan sebagai berikut:

1. Manfaat akademis

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis mauapun praktisi serta

masyarakat umum untuk memberikan pengetahuan bagi masyarakat luas

mengenai peraturan-peraturan yang telah di buat sedemikian rupa akan tetapi

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

13

kurang efektifitas dalam realitanya, mulai dari hal-hal yang terjadi dalam

perjanjian bagi hasil di bidang tanah pertanian di Desa Pandansari Lor

Kecamatan Jabung Kabupaten Malang.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran

bagi pengembang ilmu pengetahuan pada umumnya, dan ilmu hukum

pada khususnya terutama Hukum Administrasi Negara tentang aspek

keadilan dalam perjanjian bagi hasil tanah pertanian di Desa Pandasari

Lor Kecamatan Jabung Kabupaten Malang.

b. Sebagai wawasan dan pengetahuan maupun wacana keilmuan tentang

penegakan hukum terhadap perjanjian bagi hasil dalam bidang

pertanian di Desa Pandasari Lor Kecamatan Jabung Kabupaten Malang.

3. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dasar kepada masyarakat

tentang perjanjian bagi hasil dalam bidang pertanian.

4. Kegunaan Penelitian

Dengan tercapainya penelitian hukum ini,maka penulis berharap penelitian

ini memberikan dampak beberapa dampak positif yang di antaranya ialah :

A. Bagi Penulis

Penulisan hukum ini di buat dengan harapan dapat memberikan manfaat

tambahan pengetahuan pihak-pihak yang membacanya mengenai

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

14

Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian Pada Tanaman Palawija

Kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian

Bagi Hasil (Studi di desa Pandansari Lor Kec.Jabung Kab.Malang. Di

samping itu, Kegunaan yang didasarkan pada alasan subjektif penulis dalam

melakukan penelitian hukum ini ialah berguna sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang.

B. Bagi Masyarakat

Penelitian hukum ini di buat dengan harapan dapat memberikan

informasi dan edukasi hukum terhadap Pelaksanaan Bagi Hasil Tanah

Pertanian Pada Tanaman Palawija Kaitannya dengan Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil (Studi di desa

Pandansari Lor Kec.Jabung Kab.Malang) khususnya masyarakat umum yang

desa Pandansari Lor.

E. Metode penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Hukum sosiologis empiris, dengan

menggunakan pendekatan yuridis sosiologis, yaitu metode pendekatan yang

mengkaji terhadap Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang

perjanjian bagi hasil yang terjadi di masyarakat dan mengapa Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil tidak efektif dalam

pelaksanaannya.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

15

1. Metode Pendekatan

Metode yang di gunakan adalah yuridis sosiologis,artinya suatu penelitian

yang di lakukan terhadap keadaan nyata masyarakat atau lingkungan

masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta (fact-finding),

yang kemudian menuju pada identifikasi (problem-identifikasi) dan pada

akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah (problem-solution).16Jadi secara

yuridis perjanjian bagi hasil dalam bidang pertanian di Desa Pandansari Lor

Kecamatan Jabung Kabupaten Malang dikaitkan dengan Undang-Undang No.2

Tahun 1960 kemudian secara sosiologis perjanjian bagi hasil dalam bidang

pertanian di Desa Pandansari Lor Kecamatan Jabung Kabupaten Malang di

kaitkan ke dalam masyarakat.

2. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pandansari Lor Kecamatan Jabung

Kabupaten Malang dengan pertimbangan bahwa adanya kesenjangan antara

Undang-Undang No.2 Tahun 1960 Tentang Bagi Hasil Tanah Pertanian dengan

keadaan dan fakta yang ada di lapangan serta sering terjadinya manipulasi hasil

panen yang di lakukan oleh pemilik tanah serta kurang memahaminya sistem

undang-undang ini sehingga banyak di monopoli sendiri oleh pemilik tanah.

16 Fakultas Hukum UMM,Pedoman Penulisan Hukum, 2016 ,hal 18

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

16

3. Jenis data yang digunakan

a) Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil penelitian lapang atau bahan yang

diperoleh dari sumbernya secara langsung dari responden17 mengenai

pelaksanaan perjanjian bagi hasil tanah pertanian pada tanaman palawija.

b) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi dokumen selama penelitian seperti

buku-buku Agraria dan Hukum Adat, perundang-undangan mengenai

perjanjian bagi hasil yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960, Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria, Keputusan Bersama

Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian Nomor 211 Tahun 1980-No.

714/Kpts/Um/9/1980, tentang Petunjuk Pelaksanaan Instruksi PresidenNomor

13 Tahun 1980, serta dokumen-dokumen yang diperoleh dari Desa Pandansari

Lor Kecamatan Jabung Kabupaten Malang.

c) Data Tersier

Jenis data mengenai pengertian baku bahan hukum yang dapat menjelaskan

baik bahan hukum primer maupun sekunder yang di peroleh dari Ensiklopedia

kamus,Grossary dan lain lain.18

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

17 Ibid, 18 Ibid,

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

17

a) Teknik Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau

data yang bersumber dan berasal dari informan yang berkaitan dengan

perjanjian bagi hasil.

1) Wawancara

Wawancara adalah wawancara dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya (Sulistyo-Basuki, 2006: 171).

Peneliti harus mengajukan pertanyaan yang sama dengan urutan yang

sama kepada semua responden agar menimbulkan tanggapan yang sama

sehingga tidak menimbulkan kesulitan pengolahan karena interpretasi

yang berbeda. Wawancara terstruktur dirancang sama dengan kuesioner,

hanya saja bukan pertanyaan tertulis yang diajukan tetapi pertanyaan lisan

yang dilakukan oleh seorang pewawancara yang merekam jawaban

responden.19

Wawancara dilakukan oleh peneliti bila peneliti mengetahui secara jelas

dan terperinci informasi yang dibutuhkan dan memiliki satu daftar

pertanyaan yang sudah ditentukan atau disusun sebelumnya yang akan

disampaikan kepada responden. Pewawancara memiliki sejumlah

pertanyaan yang telah disusun dan mengadakan wawancara atas dasar atau

panduan pertanyaan tersebut. Ketika responden merespon atau memberikan

19Setiono, Pemahaman terhadap Metode Penelitian Hukum, ( Diktad), Surakarta: Program

Studi Ilmu Hukum Pascasarjana UNS, 2002, hlm. 1

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

18

pandangannya atas pertanyaan yang diajukan, pewawancara mencatat

jawaban tersebut. Kemudian pewawancara melanjutkan pertanyaan lain

yang sudah disusun atau disediakan. Pertanyaan yang sama kemudian akan

ditanyakan kepada setiap orang responden dalam peristiwa yang sama.

Pewawancara meminta reponden menjelaskan jawabannya secara

mendalam. Promping adalah upaya untuk menjamin responden telah

memilih sejumlah kemungkinan sebelum menjawab pertanyaan.

2) Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk

surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan

sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga

memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah

terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa

macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian,

memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan

flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

4.TeknikAnalisis Data

Teknik analisa data deskriptif kualitatif adalah peneliti memaparkan

data yang didasarkan pada kualitas yang relevan dengan permasalahan20

yang di bahas dalam penulisan penelitian ini berkaitan dengan ruang

20 Fakultas Hukum UMM, Pedoman Penulisan Hukum,2016 halaman 16

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

19

lingkup perjanjian bagi hasil serta prosedur pelaksanaan perjanjian bagi

hasil yang di lakukan di Desa Pandasari Lor Kecamatan Jabung Kabupaten

Malang dengan menguariakn data secara bermutu dalam bentuk kalimat

yang teratur,runtut,logis. Tidak tumpang tindih dan efektif sehingga

memudahkan dalam pemahaman dan interpretasi data.

F. Sistematika penulisan

Untuk memudahkan penulisan hukum ini, sistematika yang digunakan

penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini, penulis akan menguraikan mengenai latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian dan sistematika penulisan hukum

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan menguraikan mengenai kajian pustaka dan teori yang

berkenaan dengan judul dan masalah yang diteliti serta kerangka pemikirannya,

antara lain membahas mengenai Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian, hak dan

kewajiban antara pemilik tanah dan penggarap tanah sesuai yang diatur dalam

Undang–undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah

Pertanian.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42287/2/BAB I.pdfsehingga tanah pertanian merupakan sumber daya kehidupan dan memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat

20

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan

sebagai jawaban atas perumusan masalah yaitu, apakah bentuk, lamanya jangka

waktu, dan berakhirnya Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa

Pandansari Lor Kecamatan Jabung Kabupaten Malang Sudah sesuai dengan

Peraturan Perundang–Undangan. Dan apakah imbangan pemilik tanah dan

penggarap dalam Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Pandasari Lor

Kecamatan Jabung Kabupaten malang sudah memenuhi unsur keadilan.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang ditujukan pada pihak-

pihak terkait dengan permasalahan penelitian