38
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecantikan memang sangat identik dengan kaum perempuan. Sejak dulu kecantikan sudah dikonstruksikan oleh masyarakat dan menjadi kontrol sosial bagi perempuan. Konstruksi sosial tersebut membentuk persepsi perempuan akan standar kecantikan yang ideal dan diakui di masyarakat. “Menjadi “perempuan” berarti menjadi cantik, dan sebaliknya tidak cantik sangatlah tidak perempuan dan cantik adalah kata yang sebagian besar mengacu pada sifat fisikal, maka kecantikan hanyalah ornamen, bukan keanggunan yang sesungguhnya.” (Melliana, 2006 : 11). Dalam hal ini, menjadi seorang perempuan seolah-olah dituntut untuk memiliki fisik yang cantik agar dapat diakui dan diterima oleh masyarakat. Kecantikan perempuan lebih dilihat melalui fisik dibanding dengan kecantikan dari dalam diri mereka, seperti kepribadian, moral, etika, cara berpikir dan sebagainya. Sedangkan kecantikan fisik bukanlah gambaran akan kecantikan perempuan yang sesungguhnya. Beberapa pihak mengatakan bahwa kecantikan merupakan sesuatu yang relatif bagi masing-masing orang. Namun disadari atau tidak disadari, pada kenyataannya makna tentang kecantikan seakan-akan telah disamaratakan dan menjadi suatu kebenaran yang diyakini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecantikan memang sangat identik dengan kaum perempuan. Sejak dulu kecantikan

sudah dikonstruksikan oleh masyarakat dan menjadi kontrol sosial bagi perempuan. Konstruksi

sosial tersebut membentuk persepsi perempuan akan standar kecantikan yang ideal dan diakui di

masyarakat.

“Menjadi “perempuan” berarti menjadi cantik, dan sebaliknya tidak cantik sangatlah

tidak perempuan dan cantik adalah kata yang sebagian besar mengacu pada sifat fisikal,

maka kecantikan hanyalah ornamen, bukan keanggunan yang sesungguhnya.” (Melliana,

2006 : 11).

Dalam hal ini, menjadi seorang perempuan seolah-olah dituntut untuk memiliki fisik

yang cantik agar dapat diakui dan diterima oleh masyarakat. Kecantikan perempuan lebih dilihat

melalui fisik dibanding dengan kecantikan dari dalam diri mereka, seperti kepribadian, moral,

etika, cara berpikir dan sebagainya. Sedangkan kecantikan fisik bukanlah gambaran akan

kecantikan perempuan yang sesungguhnya.

Beberapa pihak mengatakan bahwa kecantikan merupakan sesuatu yang relatif bagi

masing-masing orang. Namun disadari atau tidak disadari, pada kenyataannya makna tentang

kecantikan seakan-akan telah disamaratakan dan menjadi suatu kebenaran yang diyakini.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

2

“Perempuan lebih mementingkan penampilan fisiknya dibanding laki-laki, juga karena

pendapat bahwa keberhasilan dalam menyesuaikan diri di masyarakat dipengaruhi oleh

bagaimana masyarakat memandang dan menilai penampilan fisiknya.” (Grinder dalam

Melliana, 2006 : 16).

Pandangan akan kecantikan yang ideal bagi perempuan tidak terlepas dari pengaruh

pewacanaan industri kecantikan global. Sebagai industri yang besar, industri kecantikan global

sangat kuat dalam mendominasi dan mengarahkan pandangan publik terhadap standar-standar

kecantikan. Hal ini tentu saja mempengaruhi dan mengobsesi banyak perempuan untuk dapat

tampil sesuai dengan standar kecantikan ideal yang sedang berlaku di masyarakat. Dengan

memiliki penampilan cantik maka perempuan merasa lebih mudah diterima dan diakui oleh

masyarakat.

Kecantikan perempuan yang terus menerus diarahkan dan dikontrol membuat posisi

perempuan menjadi lemah, bahkan terhadap tubuh dan kecantikannya sendiri. Melihat

kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

perempuan sebagai potensi bisnis yang menjanjikan dengan menghadirkan klinik kecantikan

berbasis hospitality. Klinik kecantikan menawarkan pelayanan jasa perawatan kesehatan dan

kecantikan kulit dengan memberikan berbagai produk kecantikan dan treatment modern yang

berupaya memenuhi kebutuhan kecantikan sehingga dapat menunjang penampilan.

Penawaran yang datang dari klinik kecantikan tentu saja menarik bagi para perempuan.

Dalam hal ini, industri kecantikan seolah-olah mengerti kebutuhan perempuan. Namun dengan

hadirnya klinik kecantikan pula, industri kecantikan terus menerus menciptakan kebutuhan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

3

penampilan yang ideal bagi perempuan agar mereka semakin terdorong untuk mengonsumsi

klinik kecantikan.

Perempuan yang tidak pernah puas dengan penampilannya akan terus berupaya untuk

mendapatkan penampilan sempurna dengan melakukan perawatan di klinik kecantikan. Melihat

respon yang begitu positif dari para perempuan, membuat bisnis klinik kecantikan dengan basis

hospitality tetap bertahan, bahkan semakin marak perkembangannya hingga menjadi trend global

yang diikuti oleh industri-industri kecantikan di berbagai negara.

Saat ini hampir diseluruh negara dengan mudah dijumpai klinik kecantikan modern yang

hadir untuk menyempurnakan penampilan. Klinik kecantikan tersebut diantaranya Union Square

Laser Dermatology di New York yang dikenal sebagai Top Dermatologists yang didukung

dengan kecanggihan teknologi laser dan treatment. Kesuksesan klinik kecantikan tersebut juga

didukung oleh Dr. Chapas, seorang ahli dermatologi Union Square Laser Dermatology yang

telah mendapat beberapa penghargaan.

Di Australia terdapat Syneron Candela yang dikenal sebagai pelopor industri kecantikan

yang aktif melakukan inovasi dalam memberikan produk yang aman dan efektif dalam mengatasi

berbagai kebutuhan konsumennya. Syneron Candela telah memperluas industrinya ke negara

Amerika Utara, Perancis, Jerman, Italia, Portugal, Spanyol, UK, China, Jepang, dan Hong Kong.

Produk kecantikan Syneron Candela juga telah tersebar di 86 negara di dunia.

Di Asia, klinik kecantikan pun menjadi industri yang besar dan terus berkembang pesat

dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan. Beberapa klinik kecantikan ternama yang ada di

Asia diantaranya Dermacare Aesthetic & Laser Clinic yang berada di Singapore. Klinik

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

4

kecantikan ini menawarkan perawatan kecantikan yang mewah untuk merawat wajah dan tubuh.

Di Jepang terdapat klinik kecantikan Le Coquelicot yang menawarkan perawatan tubuh dan

wajah yang modern dengan didukung teknologi canggih dan lengkap, sehingga mampu

menunjang penampilan konsumennya. Korea Selatan yang saat ini dikenal dengan industri

kecantikannya, tentu saja memiliki banyak klinik kecantikan. Salah satunya adalah Hershe Clinic

yang berada di Seoul. Klinik kecantikan yang sudah berdiri sejak 18 tahun ini menawarkan

perawatan kecantikan yang benar-benar mampu memberikan hasil dan perubahan maksimal

dalam menyempurnakan penampilan konsumennya.

Maraknya klinik kecantikan yang menjadi bagian dari industri kecantikan global tersebut

juga turut menarik perhatian industri kecantikan di Indonesia untuk turut mengikuti bisnis

kecantikan tersebut. Bahkan industri kecantikan di Indonesia tergolong sebagai industri yang

besar. Menurut data dari Indonesia Finance Today, nilai industri kecantikan di Indonesia

mencapai lebih dari US$ 5 miliar dengan pertumbuhan rata-rata 12% pertahun. Hingga saat ini

pertumbuhan klinik kecantikan di Indonesia sangat banyak jumlahnya dan terus bertambah.

Bahkan klinik kecantikan asing pun kini mulai ikut memperluas bisnisnya hingga ke Indonesia.

Salah satu klinik kecantikan asing yang memperluas industrinya hingga ke Indonesia

adalah Dermaster Aesthetic and Hair Clinic yang berasal dari Korea Selatan. Klinik kecantikan

Dermaster yang telah membuka cabang di Jakarta ini dengan cepat menarik perhatian

masyarakat Indonesia. Bahkan banyak artis Ibu Kota yang tertarik untuk melakukan perawatan

di klinik kecantikan asal Korea Selatan tersebut. Dermaster Aesthetic and Hair Clinic mengklaim

dirinya sebagai No.1 Korean Beauty Clinic In Asia yang memiliki banyak cabang yang tersebar

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

5

di negara-negara Thailand, Hong Kong, Filipina, Vietnam, Taiwan, USA, Singapore, Malaysia,

Indonesia dan China.

Di Indonesia sendiri terdapat dua klinik kecantikan ternama yang setiap tahunnya

berturut-turut mendapatkan berbagai penghargaan seperti Top Brand Indonesia dan Corporate

Image Award. Klinik kecantikan tersebut ialah Natasha Skin Clinic Center dan Erha Clinic yang

menjadi gambaran dari industri klinik kecantikan besar di Indonesia.

Perkembangan klinik kecantikan hingga saat ini semakin diminati oleh masyarakat

terutama kaum perempuan, seperti halnya di Kota Yogyakarta yang turut merasakan globalisasi

industri kecantikan tersebut. Di Yogyakarta sendiri tempat-tempat perawatan kecantikan semakin

banyak jumlahnya dan terus berkembang. Dapat dengan mudah kita jumpai klinik-klinik

kecantikan ternama, seperti London Beauty Centre (LBC), Natasha Skin Clinic Center, Larissa

Aesthetic Center, Erha Clinic dan lain sebagainya yang siap sedia menjawab kebutuhan para

perempuan.

Masing-masing klinik kecantikan tersebut menunjukkan keunggulannya agar dapat

menarik konsumen. Setiap klinik kecantikan berupaya untuk membentuk wacana kecantikan

ideal yang dapat diakui oleh masyarakat. Seperti halnya London Beauty Centre (LBC) sebagai

pusat perawatan dan kecantikan kulit yang pertama di Yogyakarta. LBC mengangkat slogan

“Make Your Skin Beautiful”. Melalui slogan ini LBC mencoba menegaskan bahwa mereka dapat

membuat kulit menjadi cantik dan terlihat menarik. Dalam mempercantik kulit, LBC menarik

minat konsumen dengan menghadirkan teknologi modern sebagai pelopor klinik kecantikan

kulit.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

6

Lain halnya dengan Natasha Skin Clinic Center yang mengangkat slogan “Live Your

Dreams for a Beautiful Skin Natasha Will Make it Comes True”. Natasha Skin Clinic Center

mencoba menawarkan kepada konsumen bahwa dengan perawatan di Natasha Skin Clinic Center

maka impian akan kulit yang cantik dan indah akan terwujud. Natasha penawaran ini semakin

diyakinkan dengan model perempuan yang berkulit putih, cerah, mulus dan bersih yang menjadi

gambaran dari kulit idaman sebagian besar perempuan.

Sama halnya dengan LBC dan Natasha Skin Clinic Center, Larissa Aesthetic Center juga

mencoba menawarkan klinik kecantikannya kepada masyarakat melalui slogan “Natural

Ingredients with High Technology Treatment”. Larissa Aesthetic Center mencoba memberikan

konsep perawatan “back to nature” dengan bahan-bahan alami serta memadukannya dengan

teknologi modern yang difokuskan untuk merawat kulit wajah dan rambut.

Sedikit berbeda dengan klinik kecantikan sebelumnya, Erha Clinic hadir dengan konsep

“Meet Your Personal Dermatologist”. Erha Clinic lebih menekankan pada standar perawatan

dermatologi modern melalui para dokter spesialis kulit yang telah bersertifikasi. Erha Clinic

mencoba mengatasi berbagai masalah kulit yang menjadi keluhan konsumen dan mengutamakan

pada kesehatan kulit.

Hadirnya klinik kecantikan beserta penawaran yang diberikan semakin memudahkan

banyak perempuan untuk mendapatkan dambaan kecantikan sesuai pandangan kecantikan yang

sedang berlaku di masyarakat. Perempuan akan semakin terdorong untuk mengkonsumsi

perawatan dan produk dari klinik kecantikan dalam menyempurnakan penampilan mereka.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

7

“Penampilan merupakan bentuk kontrol sosial yang mempengaruhi bagaimana

perempuan melihat dirinya dan bagaimana ia dilihat oleh orang lain dan harapan

perempuan akan kecantikan fisik ini telah menambah pentingnya nilai kecantikan itu

sendiri, sehingga perempuan semakin rapuh dan peka terhadap penampilan mereka.”

(Melliana, 2006 : 17).

“Bagaimana perempuan menilai tubuhnya berkaitan dengan bagaimana lingkungan

sosial dan budaya diluar dirinya menilai tubuh perempuan. Artinya, perempuan akan

selalu berusaha menyesuaikan bentuk tubuh mereka dengan kriteria masyarakat tentang

konsep kecantikan itu sendiri.” (Jurnal Perempuan edisi 15, 2000 : 10).

Penampilan dan kecantikan sangat dipengaruhi oleh kontrol sosial yang mampu mengatur

perempuan, sehingga perempuan merasa terpacu untuk dapat memenuhi penampilan fisik yang

ideal. Penampilan perempuan terus menerus dibentuk oleh pemilik modal hingga menjadi suatu

kriteria akan dambaan kecantikan ideal yang diyakini oleh masyarakat umum. Penampilan dan

kecantikan diciptakan sesuai dengan selera dan keinginan orang lain, bukan atas diri perempuan

itu sendiri.

Perempuan selalu berupaya untuk tampil menarik sesuai dengan standar yang sedang

berlaku di masyarakat. Menyempurnakan penampilan menjadi suatu motivasi tersendiri bagi

para perempuan, meskipun pandangan kecantikan yang ideal terus menerus mengalami

perubahan. Dari tahun ke tahun, pergeseran standar kecantikan perempuan sangat jelas terlihat.

Pada tahun 1900, kecantikan perempuan identik dengan kulit pucat, alis penuh, mata

cekung dan bibir merah jambu. Tahun 1920, perempuan cantik memiliki ciri-ciri kulit super

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

8

pucat, bibir busur, rambut pendek berani dan riasan wajah tebal dengan bibir berwarna merah

gelap. Tahun 1930, perempuan dianggap cantik apabila memiliki tulang pipi tinggi, mata

berbentuk almond dan bibir penuh. Tahun 1950, merupakan tahun dimana Marilyn Monroe

menjadi trend setter kecantikan dengan ciri khas rambut ikal pirang yang pendek, cat eyeliner

dan bibir merah penuh. Tahun 1970, standar kecantikan perempuan diperlihatkan dengan bentuk

tubuh yang kurus, berkulit hitam, rambut berombak dan memiliki payudara kecil. Tahun 1980,

Madonna menjadi ikon kecantikan dengan makeup super tebal dan memiliki kulit halus. Tahun

1990, perempuan cantik memiliki lekuk tubuh yang jelas, rambut lurus dan agak mengembang.

Di tahun 2000-an, perempuan dianggap cantik apabila memiliki hidung mancung, rambut

panjang, kulit putih, halus dan tubuh yang langsing seperti para perempuan cantik di ajang

kecantikan Miss World.

Trend kecantikan di Indonesia tidak pernah terlepas dari pengaruh trend kecantikan

dunia. Sejak dulu standar kecantikan barat begitu mendominasi pandangan kecantikan dunia,

bahkan boneka Barbie pun diciptakan menjadi sebuah ikon kecantikan perempuan sempurna

yang didambakan banyak perempuan. Tetapi belakangan ini standar kecantikan negara barat

mulai tergeser dengan kecantikan Asia, terutama Korea Selatan yang mulai banyak menarik

perhatian bahkan menjadi rujukan kecantikan.

Beberapa tahun belakangan ini trend kecantikan Korea Selatan mulai banyak menarik

perhatian sejak masuknya Korean Wave. Istilah Korean Wave digunakan untuk menggambarkan

gelombang budaya Korea Selatan yang berhasil diekspor ke negara-negara di Asia, Eropa,

maupun Amerika. Budaya Korea Selatan masuk melalui musik, film, dan drama yang

memadukan nilai tradisional dengan kehidupan modern. Salah satu keberhasilan penyebaran

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

9

Korean Wave hinggga dapat dengan mudah diterima di berbagai negara karena Korea Selatan

berhasil menjembatani budaya Barat dengan budaya Timur.

Penyebaran budaya-budaya Korea Selatan berkembang sangat pesat dan berhasil masuk

ke pasar dunia. Korean Wave juga memiliki pengaruh besar bagi trend kecantikan dunia,

termasuk di Indonesia. Trend kecantikan Korea Selatan tersebut identik dengan penampilan

wajah yang natural dengan wajah tirus layaknya huruf V, kulit wajah putih dan cenderung

glowing, bibir kecil berwarna gradasi merah muda, hidung mancung, serta tubuh tinggi dan

langsing.

Korea sebagai kiblat dunia kecantikan dan fashion saat ini menjadi sorotan mata dunia.

Apa pun tren yang terjadi di negeri Ginseng tersebut pasti menjadi tren di seluruh dunia.

Termasuk dalam hal bentuk wajah. Wajah wanita Asia yang cenderung berbentuk oval

atau V diyakini menyimpan daya tarik tersendiri. Padahal sebenarnya wajah asli wanita

Asia sebagian besar memiliki tulang rahang menonjol sehingga berefek wajah nampak

lebar. Namun berkat perkembangan teknologi, wajah bulat pun dapat dibentuk sekejap

menjadi V-shape, salah satunya dengan injeksi gel dermal filter Restylane di bagian

dagu sehingga membuat dagu lebih panjang dan proporsional, sehingga menjadikan

wajah berbentuk lebih oval (Sumber :

http://m.tabloidnova.com/Nova/Kecantikan/Wajah/Ingin-Bentuk-Wajah-V-Shape-Khas-

Wanita-Asia).

Masyarakat Indonesia pun kini mulai tertarik untuk menjadikan Asia, terutama Korea

Selatan sebagai kiblat trend kecantikan. Meskipun trend kecantikan Korea Selatan ini memang

tergolong baru, namun banyak perempuan tertarik untuk menjadi cantik sesuai dengan standar

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

10

kecantikan Korea Selatan. Bagi perempuan, kondisi wajah dan kulit yang sehat tidaklah cukup,

mereka akan tetap berusaha untuk menyempurnakan penampilan mengikuti perubahan-

perubahan trend kecantikan yang sedang berlaku.

Trend kecantikan ini ternyata tidak hanya menyedot perhatian masyarakat luas, namun

juga menarik perhatian industri kecantikan untuk menjadikannya sebagai peluang bisnis, seperti

klinik kecantikan Natasha Skin Clinic Center yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini.

Sebagai industri kecantikan, Natasha segera menangkap dan memanfaatkan peluang ini untuk

menarik konsumen.

Salah satu produk yang dikeluarkan oleh Natasha Skin Clinic Center untuk memenuhi

kebutuhan kecantikan perempuan yakni perawatan Threadlift. Untuk menawarkan produknya,

Natasha menggunakan berbagai media iklan, diantaranya website, baliho, majalah, twitter,

facebook, instagram dan lain sebagainya. Dalam iklan yang terdapat di website resmi Natasha

Skin Clinic Center, Natasha mengatakan bahwa :

“Trend kecantikan Korea saat ini memang sedang menginspirasi dunia. Termasuk trend

outline wajah V-shape yang kini dimiliki oleh hampir semua artis-artis Korea. Kini

teknologi kecantikan terbaru itu telah hadir di Natasha Skin Clinic Center melalui

perawatan Threadlift” (Sumber : www.natasha-

skin.com/about/read/10/01/2015/6/threadlift).

Sebagai industri kecantikan, Natasha Skin Clinic Center memiliki beragam modal yang

mampu membuatnya begitu dikenal oleh masyarakat, terutama kaum perempuan. Natasha Skin

Clinic Center merupakan klinik kecantikan yang tergolong sukses dan besar di Indonesia. Hal ini

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

11

terbukti dengan banyaknya cabang yang tersebar di seluruh Indonesia serta banyaknya

penghargaan yang telah didapatkan. Semuanya ini tidak terlepas dari upaya Natasha Skin Clinic

Center dalam menawarkan usaha klinik kecantikannya.

Natasha Skin Clinic Center banyak menawarkan produk kecantikan dan perawatan dari

wajah hingga tubuh yang dipadu dengan teknologi-teknologi modern. Natasha Skin Clinic

Center merupakan satu-satunya klinik kecantikan yang memiliki teknologi canggih dan lengkap,

yakni laser sebagai produk unggulan. Disamping itu, popularitas dr.Fredi Setyawan sebagai

pemilik Natasha Skin Clinic Center benar-benar menjadi ikon yang mampu menarik para

konsumen dengan kesuksesannya dikenal sebagai dokter kecantikan profesional yang memiliki

banyak pengalaman dan penghargaan.

Tidak hanya itu, Natasha Skin Clinic Center juga berusaha untuk menunjukkan

keunggulannya dibanding klinik kecantikan lain dengan terus mengikuti perkembangan trend

kecantikan. Saat ini trend kecantikan mulai bergeser dan melirik negara Korea Selatan sebagai

rujukan kecantikan. Trend kecantikan ini juga ditangkap dan dimanfaatkan oleh klinik

kecantikan Natasha Skin Clinic Center. Sebelumnya Natasha Skin Clinic Center mengangkat

Miss Universe yang menjadi ikon kecantikan populer dunia sebagai objek pewacanaan Natasha

dengan kunjungan Miss Universe ke Natasha Skin Clinic Center. Tetapi kini wacana kecantikan

Natasha Skin Clinic Center mulai bergeser ke Asia dengan memasukkan trend produk kecantikan

Korea Selatan dalam industri kecantikannya. Penawaran Natasha Skin Clinic Center tidak hanya

berhenti pada pandangan kulit putih dan mulus, namun lebih spesifik lagi Natasha mampu

memberikan kulit putih, glowing, mulus, bahkan bentuk wajah tirus seperti trend kecantikan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

12

Korea Selatan. Penawaran Natasha Skin Clinic Center tersebut didukung dengan kecanggihan

teknologi yang menjadi unggulan klinik kecantikan Natasha.

Dengan mengangkat trend kecantikan Korea Selatan dalam klinik kecantikannya, minat

konsumen Natasha Skin Clinic Center pun akan diarahkan untuk mengikuti pewacanaan

kecantikan yang sedang diangkat klinik kecantikannya. Sehingga ketertarikan konsumen akan

bergeser dari kecantikan ala Barat yang sebelumnya diusung, menjadi cantik seperti ciri-ciri

ideal kecantikan Korea Selatan yang sedang menjadi trend baru. Perubahan wacana kecantikan

ideal tersebut mengikuti keinginan industri kecantikan besar yang dengan kekuatan modalnya

mampu mengarahkan selera global. Wacana kecantikan tersebut menjadi trend yang mampu

mengarahkan penampilan perempuan sesuai keinginan pemilik modal, yang tidak lain demi

keuntungan industri kecantikan.

Trend kecantikan populer yang sedang diakui global diciptakan oleh industri kecantikan

global yang kemudian direproduksi dan disebarluaskan lagi oleh industri-industri kecantikan

lain, sehingga pewacanaan tersebut semakin kuat dalam mengontrol perempuan. Perempuan

yang tidak mengikuti trend kecantikan global akan merasa dirinya berbeda dari yang lain dan

akan kurang diakui oleh masyarakat, sehingga mau tidak mau para perempuan akan

mengupayakan penampilan tersebut. Terlebih saat ini outter beauty lebih diperhatikan dibanding

inner beauty. Dalam hal ini, perempuan akan mengonsumsi pewacanaan industri kecantikan

sekaligus mengonsumsi produk dari industri kecantikan dengan segala tawaran untuk

mendapatkan penampilan tersebut.

Natasha Skin Clinic Center sebagai bagian dari industri kecantikan yang unggul ditengah

para pesaingnya terdorong untuk mempertahankan eksistensinya dengan ikut aktif dalam

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

13

memenuhi kebutuhan perempuan dengan terus mengikuti perkembangan trend. Untuk itu,

Natasha Skin Clinic Center giat melakukan inovasi produk yang didukung dengan kekuatan

penawaran melalui media iklan agar dapat mempengaruhi konsumennya.

Media iklan mencoba meyakinkan produk dengan mengangkat model perempuan berkulit

putih, mulus, hidung mancung dan bentuk wajah tirus yang menjadi gambaran wajah idaman

kecantikan Korea Selatan. Natasha Skin Clinic Center juga tetap mengangkat kecanggihan

teknologi dalam mewujudkan kecantikan seperti trend Korea Selatan. Dalam hal ini Natasha

Skin Clinic Center mencoba menunjukkan bahwa saat ini kecantikan ideal yang diakui oleh

masyarakat luas adalah kecantikan Korea Selatan. Sebagai klinik kecantikan, Natasha Skin

Clinic Center mencoba memenuhi kebutuhan perempuan akan obsesi tampil cantik sesuai trend

yang sedang berlaku. Tetapi dibalik itu, Natasha Skin Clinic Center juga berperan penting

terhadap pembentukan wacana kecantikan perempuan dengan modal yang dimiliki.

Melalui kekuatan iklan dan keunggulan produknya, Natasha Skin Clinic Center berusaha

membangun citra akan kecantikan sempurna yang mengikuti perkembangan trend. Natasha Skin

Clinic Center mencoba meyakinkan konsumen bahwa impian akan kecantikan ideal seperti yang

ditawarkan dalam iklan Natasha bisa didapatkan dengan melakukan perawatan di Natasha Skin

Clinic Center. Secara tidak langsung Natasha Skin Clinic Center juga ingin menunjukkan bahwa

perempuan Natasha berbeda dari yang lain dan lebih unggul dengan penampilan yang up to date.

Penampilan perempuan Natasha yang unggul dengan mengikuti trend akan diakui oleh

masyarakat luas.

Penawaran yang datang dari klinik kecantikan Natasha Skin Clinic Center serta adanya

tuntutan pandangan umum mengenai kecantikan di masyarakat, membuat perempuan semakin

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

14

terdorong untuk mengkonsumsi perawatan dan produk dari klinik kecantikan. Melalui Natasha

Skin Clinic Center para perempuan berharap dapat memenuhi kriteria cantik yang ideal seperti

apa yang ditawarkan oleh Natasha Skin Clinic Center dalam melanggengkan makna cantik yang

diyakini oleh masyarakat umum.

Demi mewujudkan kecantikan dan penampilan yang menarik sesuai selera masyarakat,

perempuan akan rutin melakukan perawatan di Natasha Skin Clinic Center. Perempuan tidak lagi

tampil apa adanya, mereka lebih tertarik untuk mengeluarkan uang demi mendapatkan perawatan

dan produk yang dapat menunjang penampilannya sesuai dengan trend kecantikan global yang

sedang berlaku. Mereka lebih percaya diri apabila rutin mengkonsumsi perawatan dan produk

dari klinik kecantikan. Hal ini membuat perempuan menjadi sangat tergantung dengan klinik

kecantikan dan enggan untuk lepas dari klinik kecantikan.

Penawaran Natasha Skin Clinic Center yang begitu menarik memiliki pengaruh besar

terhadap pandangan kecantikan perempuan, terutama konsumennya. Menyempurnakan

penampilan sesuai perkembangan trend kecantikan yang dapat terwujud dengan melakukan

perawatan seolah-olah menjadi hal yang penting dilakukan oleh perempuan. Untuk itu, banyak

perempuan mempercayakan perawatan mereka di klinik kecantikan Natasha Skin Clinic Center

yang memberi banyak penawaran menarik.

Dengan rutin melakukan perawatan di Natasha Skin Clinic Center maka harapan akan

kecantikan yang menjadi idaman para perempuan akan menjadi kenyataan. Natasha mampu

membangun image sebagai klinik kecantikan terlengkap yang mampu memenuhi seluruh

kebutuhan perempuan akan penampilan menarik, sehingga dapat mendorong perempuan untuk

terus menerus mengonsumsi Natasha Skin Clinic Center. Para perempuan bisa lebih percaya diri

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

15

setelah menjadi perempuan Natasha Skin Clinic Center yang up to date. Perempuan melihat

Natasha Skin Clinic Center sebagai salah satu solusi baik dalam mengatasi berbagai masalah

kulit maupun menyempurnakan penampilan agar dapat lebih terlihat cantik dan menarik. Mereka

justru percaya diri dengan menjadi perempuan Natasha Skin Clinic Center bukan lagi percaya

diri atas potensi dan keunikan diri mereka sendiri. Perempuan lebih mengutamakan cantik secara

fisik dibanding cantik dari dalam diri.

Penelitian ini menarik untuk diteliti karena secara lebih lanjut ingin melihat bagaimana

kekuatan iklan Natasha Skin Clinic Center dalam membangun wacana kecantikan hingga mampu

mempengaruhi pandangan para perempuan dan mendorong perempuan untuk tertarik melakukan

perawatan di Natasha Skin Clinic Center. Mereka berharap menjadi cantik sesuai dengan apa

yang ditawarkan Natasha, bahkan melakukan perawatan secara rutin hingga menjadi sebuah

ketergantungan untuk menyempurnakan penampilannya. Melalui Natasha Skin Clinic Center

pula identitas perempuan dibangun dan dipelihara. Dan dengan kecantikan ideal, perempuan

akan lebih percaya diri, berharap diakui dan eksis ditengah masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang tersebut, maka pertanyaan penelitian yaitu :

1. Bagaimana Natasha Skin Clinic Center mewacanakan kecantikan?

2. Bagaimana Natasha Skin Clinic Center membangun identitas konsumen hingga mampu

menciptakan ketergantungan?

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

16

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui peran Natasha Skin Clinic Center mengonstruksikan

kecantikan ideal yang dapat diterima dan diyakini oleh masyarakat, hingga mampu menciptakan

ketergantungan melalui identitas yang dibangun dan dipelihara oleh Natasha Skin Clinic Center.

D. Tinjauan Pustaka

Disertasi Komunitas Cantik Mengaku Melek Medis yang ditulis oleh Sri Murlianti

(2009), meneliti mengenai maraknya bisnis layanan jasa reparasi tubuh, yang biasa disebut

dengan klinik kecantikan. Fenomena klinik kecantikan saat ini sebagai sebuah industri budaya

baru yang begitu cepat diterima oleh masyarakat. Natasha Skin Care menjadi fokus dalam

penelitian ini. Membicarakan bisnis kecantikan sama dengan menyebut Natasha Skin Care.

Melalui klinik kecantikan, tubuh dikomodifikasikan. Kecantikan merupakan kekuasaan

karena dapat digunakan untuk menciptakan distingsi sosial, yang menunjukkan posisi status

kelas tertentu. Dengan menjadi cantik, maka seseorang akan lebih mendapat kemudahan

dibanding yang jelek.

Dalam perkembangannya, industri kecantikan menggunakan berbagai klaim distingsi.

Masing-masing klinik kecantikan mengklaim berbeda dan lebih unggul dibanding yang lain.

Begitu pula dengan Natasha Skin Care yang mengkalim sebagai klinik kecantikan yang paling

canggih di Indonesia dengan teknologi laser.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

17

Sudut pandang penelitian klinik kecantikan berawal dari produksi yang menghasilkan

komoditas baru sebagai industri budaya. Bagaimana klinik kecantikan melakukan komodifikasi

dan dikenalkan pada masyarakat, hingga memiliki nilai sosial yang khas. Bagaimana Natasha

Skin Care diterima begitu cepat oleh jutaan konsumen, dan menjadi bagian dari aktivitas hidup

sehari-hari. Distingsi dan modal simbolik berguna untuk melihat strategi komodifikasi klinik

kecantikan Natasha Skin Care untuk membedakan diri dengan para pesaingnya.

Natasha merupakan cermin sukses industri kecantikan di Indonesia. Kunci sukses

Natasha Skin Care terletak pada kecerdasannya dalam mengumpulkan dan menyusun modal-

modal simbolik, diantaranya popularitas dr. Fredi, koleksi laser dermatologi, komunitas

kecantikan Natasha Skin Care, dan lain sebagainya. Modal-modal simbolik tersebut menjadi

bukti keunggulan Natasha Skin Care yang mampu menarik konsumen.

Menjadi Pembelanja yang Boros. Penelitian yang dilakukan oleh Nina M. Armando

(2004) meneliti mengenai konsumerisme, dimana membahas mengenai media dalam

menawarkan gaya hidup tertentu. Gaya hidup yang ditawarkan adalah gaya hidup yang

berhubungan dengan gaya, kecantikan dan tubuh. Untuk mendapatkan gaya hidup tersebut,

pembaca harus memakai produk-produk dan tips-tips yang ditawarkan media. Gaya hidup

tersebut muncul sebagai adopsi atas budaya barat. Media berperan besar dalam membentuk

budaya global.

Perempuan merupakan sasaran utama pembentuk budaya global karena perempuan

merupakan segmen pasar yang sangat penting dan potensial. Mereka dirancang untuk menjadi

pembelanja yang boros. Belanja, memanfaatkan waktu luang dan pemeliharaan tubuh merupakan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

18

karakteristik budaya konsumer. Menurut Bordieu, media adalah agen sosialisasi dalam hal

pengkonsumsian barang-barang.

Penawaran gaya hidup mengenai tubuh dan kecantikan melalui media memang memiliki

peran besar dalam mempengaruhi masyarakat, terutama kaum perempuan. Hal ini membuat

perempuan menjadi target pasar yang sangat penting bagi para pemilik modal. Sama halnya

dalam industri kecantikan, perempuan berpotensi untuk menjadi pembelanja yang boros dalam

mengkonsumsi perawatan dan produk dari klinik kecantikan. Mengeluarkan banyak waktu dan

uang untuk memelihara tubuh, merupakan karakter masyarakat konsumer.

Konstruksi Identitas Perempuan dalam Majalah Cosmopolitan Indonesia. Tulisan Eva

Leiliyanti (2004), membahas mengenai citra perempuan yang sesungguhnya adalah perempuan

seperti apa yang digambarkan melalui kata-kata atau slogan yang ada dalam majalah

cosmpolitan. Wanita yang cantik dan seksi dalam majalah ini seakan-akan menjadikan wanita

sebagai subjek yang dipandang. Identitas perempuan dikonstruksikan semata-mata demi

keuntungan ekonomi saja.

Dalam industri kecantikan, klinik kecantikan mengkonstruksi masyarakat mengenai citra

perempuan cantik yang sesungguhnya, seperti yang ditunjukkan melalui slogan dengan model

yang merepresentasikan citra perempuan ideal. Sesungguhnya konstruksi mengenai identitas

perempuan tersebut semata-mata hanya demi keuntungan ekonomi industri kecantikan saja.

Sampai saat ini masalah perempuan dan pandangan mengenai kecantikan masih menjadi

masalah yang menarik. Banyak penelitian-penelitian yang meneliti tentang perempuan, iklan,

kecantikan dan gaya hidup. Kali ini saya memilih untuk meneliti mengenai konstruksi akan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

19

kecantikan yang dibentuk oleh klinik kecantikan Natasha Skin Clinic Center. Saya akan melihat

bagaimana perempuan bisa begitu terbawa oleh makna kecantikan yang digambarkan Natasha,

sehingga mereka tergantung untuk terus melakukan perawatan kecantikan di Natasha Skin Clinic

Center. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lain terletak pada fokus tentang

bagaimana praktik-praktik yang dilakukan Natasha dalam mengonstruksi dan membangun

identitas akan kecantikan perempuan, terutama bagi konsumennya. Natasha dapat dianggap

sebagai ikon kecanikan dan mampu mendominasi wacana cantik di masyarakat modern. Natasha

memainkan peran penting tentang bagaimana perempuan melihat dirinya.

E. Kerangka Teori

1. Teori Budaya Populer

Budaya massa dipandang sebagai salah satu sumber utama suatu moralitas pengganti dan

palsu. Tanpa adanya organisasi perantara yang memadai, individu-individu rentan terhadap

manipulasi dan eksploitasi dari lembaga-lembaga utama seperti media massa dan budaya populer

(Strinati, 2009 : 31). Budaya massa jelas memiliki dampak terhadap khalayaknya, membuat

mereka menjadi pasif, melemahkan, rentan sehingga menjadi korban manipulasi dan eksploitasi

(Strinati, 2009 : 79). Selera dan gaya ditentukan secara sosial dan kultural. Kekuatanlah yang

memutuskan definisi selera dan gaya yang ada dianggap penting didalam masyarakat (Strinati,

2009 : 80). Teori budaya massa cenderung memandang khalayak sebagai sebuah massa yang

pasif, pasrah, entng, rentan, bisa dimanipulasi, bisa diksploitasi dan sntimentil, bersifat melawan

tantangan maupun rangsangan intelktual, menjadi sasaran empuk bagi konsumerisme dan iklan

maupun impian dan fantasi yang harus mereka jual (Strinati, 2009 : 89).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

20

Budaya populer membentuk selera dan kecenderungan massa, sehingga mereka mampu

mengarahkan konsumen atas kebutuhan-kebutuhan palsu. Dengan kekuatan modal yang dimiliki,

industri dapat memanipulasi kebutuhan konsumennya melalui kekuatan media iklan. Dalam

budaya massa, iklan yang disuguhkan cenderung memanipuasi dan tanpa sadar masyarakat

sendiri yang meyakini iklan tersebut. Sehingga yang terjadi, masyarakat melakukan kegiatan

konsumsi tanpa berpikir panjang dan seolah-olah budaya populer tersebut menjadi suatu

kebutuhan yang harus dipenuhi.

Produk dari budaya populer tidak hanya membentuk selera massa, namun juga mampu

menguatkan identitas seseorang yang menjadi bagian dari budaya massa tersebut. Seperti image

perempuan cantik yang dibentuk melalui iklan. Image perempuan cantik yang digambarkan iklan

menjadi impian bagi perempuan akan kecantikan yang ideal. Konsumen yang pasif dapat dengan

mudah meyakini dan mengikuti iklan kecantikan tersebut. Konsumen dibujuk untuk percaya

dengan mengonsumsi produk kecantikan Natasha Skin Clinic Center maka impian akan

kecantikan tersebut bisa terwujud dan dapat menguatkan identitas perempuan sebagai bagian dari

Natasha. Bagi perempuan, menyempurnakan kecantikan sesuai selera masyarakat seolah-olah

menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi.

Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial

produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen

massa. Budaya massa adalah budaya populer, yang diproduksi untuk pasar massal (Strinati, 2009

: 36). Industri budaya menawarkan bentuk bukannya substansi penyelesaian masalah, pemuasan

semu atas kebutuhan palsu sebagai pengganti solusi rill berbagai persoalan nyata. Dalam

melakukan hal ini, industri budaya menggambil alih kesadaran massa (Strinati, 2009 : 111).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

21

Budaya populer merupakan budaya yang diproduksi untuk masyarakat luas, dibentuk

oleh industri budaya yang memiliki tujuan komersil, dalam hal ini masyarakat juga sebagai

konsumen yang menjadi pangsa pasar. Budaya populer mengambil kesadaran massa, bagaimana

produk budaya populer tersebut dapat diterima dan diminati oleh masyarakat luas hingga

mendatangkan keuntungan dari konsumen yang mengonsumsi produk tersebut.

Budaya populer berhubungan erat dengan iklan karena iklan mampu merefleksikan

budaya populer dalam mengonstruksikan suatu pandangan. Dalam klinik kecantikan Natasha

Skin Clinic Center, pandangan kecantikan dibentuk melalui image-image yang dibangun dalam

iklan. Iklan membentuk agar pandangan kecantikan tersebut diterima oleh masyarakat luas

seperti trend kecantikan Korea yang menjadi sebuah budaya massa. Melalui iklan para pemilik

modal berusaha agar apa yang mereka produksi menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat dan

konsumen akan terus menerus mengonsumsi.

Menurut Saussure, semiologi adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari

keberlangsungan tanda-tanda di dalam masyarakat, menunjukkan apa saja yang membentuk

tanda-tanda, serta mencari kaidah-kaidah yang mengaturnya (Strinati, 2009 : 152). Semiologi

berpendapat bahwa realitas materiil tidak pernah dapat dianggap benar. Merekatkan maknanya

pada manusia. Realitas senantiasa dikonstruksikan, dan dipahamkan pada pemahaman manusia

melalui berbagai sistem makna yang secara kultural bersiat khusus (Strinati, 2009 : 175). Tanda-

tanda kuktural dihasilkan oleh dunia industri berdasarkan marketibilitas maupun profitabilitas.

Tanda-tanda kultural tersebut merupakan sebagian di antara komoditi-komoditi yang dihasilkan,

diedarkan, dan dikonsumsi di dalam sebuah masyarakat kapitalis (Strinati, 2009 : 199). Para

penghasil kultural secara sadar maupun tidak sadar menanamkan makna ke dalam produk-

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

22

produk kultural yang kemudian didekodekan atau diinterpretasikan oleh khayalak dengan cara

yang bragam dan bebas yang bagaimana pun juga, dalam analisis akhir, sejalan dengan ideologi

yang dominan (Strinati, 2009 : 200).

Semiologi menjadi salah satu cara dalam mempelajari budaya populer. Semiologi sangat

terlihat jelas dalam iklan yang digunakan budaya populer berdasar kepentingan pasar yang

bertujuan mendapatkan keuntungan. Iklan membentuk tanda-tanda yang dapat memanipulasi

masyarakat sesuai dengan keinginan industri. Melalui iklan, realitas terus menerus

dikonstruksikan hingga menjadi kontrol sosial di masyarakat. Iklan tersebut menggiring

masyarakat agar mengikuti keinginan pemilik modal.

Iklan merupakan media yang merefleksikan budaya populer, tetapi sekaligus iklan juga

membentuk suatu budaya populer. Iklan membangun tanda-tanda kedalam produk kultural yang

kemudian diedarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Seperti iklan kecantikan yang dibangun

dan terus menerus disuguhkan kepada masyarakat. Dengan melihat tanda-tanda yang dibangun

oleh iklan, masyarakat menginterpretasi bahwa standar perempuan cantik adalah seperti apa

yang dibangun dalam iklan. Perefleksian budaya populer terlihat jelas digambarkan oleh iklan

dan makna cantik yang dibangun semakin dikekalkan melalui iklan.

Berbagai representasi budaya populer yang memarjinalisasikan atau menstereotipkan

perempuan, ketiadaan relatif perempuan yang terlibat dalam produksi kultural maupun

pengabaian relatif perempuan sebagai bagian dari khalayak budaya populer (Strinati, 2009 :

276).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

23

Wacana kecantikan Korea yang merepresentasikan budaya populer yang sedang dominan

ini menggeser atau memarginalkan wacana lain bagi perempuan-perempuan yang tidak memiliki

ciri-ciri trend kecantikan Korea. Akibatnya adalah perempuan yang tidak menjadi bagian dalam

trend kecantikan Korea ini kehilangan kepercayaan atas tubuhnya sendiri dan kehilangan

identitas. Wacana tubuh perempuan yang tidak dominan ini menjadi diabaikan.

Bagaimana representasi-representasi kultural perempuan, katakanlah dalam iklan,

mendistorsi realitas kehidupan perempuan, memotret sebuah dunia khayal dan bukannya dunia

kehidupan perempuan yang sebenarnya (Strinati, 2009 : 299).

Iklan berusaha merayu dengan berbagai cara, yang terpenting adalah subjek yang menjadi

sasaran utama iklan akan merasa tergugah dan tertarik. Seperti iklan kecantikan Natasha Skin

Clinic Center yang seolah-olah memberi kesan bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah

wajah yang cantik seperti dengan model-model Natasha Skin Clinic Center, serta tubuh yang

indah. Perempuan yang rutin melakukan perawatan adalah perempuan yang memiliki gaya hidup

modern.

Adanya kemampuan media untuk merefleksikan realitas jika distorsi-distorsi ideologis

sudah disingkirkan, pada satu sisi, dan pada sisi yang lain, teori-teori yang memandang media

maupun budaya populer memainkan suatu peranan penting dalam konstruksi realitas (Strinati,

2009 : 300).

Budaya populer memainkan peran penting dalam mengonstruksikan realitas melalui

media iklan. Seperti kemampuan iklan dalam mereproduksi dan mengonstruksi pandangan

kecantikan. Iklan dapat membentuk wacana tentang kecantikan melalui image perempuan cantik

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

24

yang digambarkan dalam iklan. Sebagai industri kecantikan, Natasha Skin Clinic Center

menggambarkan perempuan cantik dengan kulit putih, glowing, hidung mancung, wajah tirus

sesuai dengan trend kecantikan Korea. Secara tidak langsung iklan Natasha Skin Clinic Center

membangun image perempuan cantik hingga diakui oleh masyarakat. Gambaran kecantikan ini

dibentuk mengikuti trend yang menjadi bagian dari budaya populer.

Apa yang kita beli dan apa yang menentukan apa yang kita beli-semakin dipengaruhi

oleh budaya populer. Konsumsi semakin terkait dengan budaya populer karena budaya populer

semakin menentukan konsumsi. Iklan yang membuat semakin banyaknya penggunaan rujukan

budaya populer, memainkan suatu peranan penting dalam menentukan apa yang kita beli

(Strinati, 2009 : 337-338)

Budaya populer dan ekonomi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Budaya

populer merupakan sebuah trend yang menjadi nilai komersil bagi budaya tersebut. Budaya

populer dibesarkan oleh iklan yang juga membentuk rujukan dalam menentukan apa yang

konsumen beli. Dalam hal ini terjadi penyeragaman rasa dalam mengonsumsi. Penyeragaman

rasa tersebut merupakan kehendak pemilik modal untuk mengembangkan pasarnya.

Mengonsumsi produk tersebut menjadi semacam identitas bagi para konsumen.

Dahulu iklan menyampaikan betapa bernilai dan bermanfaatnya sebuah produk. Namun

demikian, kini iklan lebih sedikit menyampaikan soal produk secara langsung, dan lebih banyak

berkutat dengan menyampaikan atau memarodikan iklan itu sendiri dengan mengutip iklan-iklan

yang lain, dengan mengambil rujukan-rujukan dari budaya populer maupun dengan secara sadar

memperjelas statusnya sebagai iklan (Strinati, 2009 : 349).

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

25

Didalam iklan terjadi penyeragaman selera yang merujuk pada budaya populer. Seperti

Natasha Skin Clinic Center yang mengangkat trend kecantikan Korea sebagai bentuk budaya

populer untuk menyampaikan produknya. Budaya populer dimanfaatkan iklan untuk menarik

konsumen, sehingga konsumen terdorong untuk mengonsumsi bukan karena produknya,

melainkan mengonsumsi trend yang sedang berlaku. Iklan bukan hanya hadir sebagai produk

dari barang tertentu, tetapi lebih jauh lagi merupakan kata-kata persuasif yang mengajak

konsumen mengikuti kemauan pemilik modal.

2. Teori Bahasa

Bourdieu berpandangan bahwa bahasa merupakan bagian dari cara hidup sebuah

kelompok sosial dan secara esensial memberikan layanan bagi tercapainya tujuan-tujuan praktis.

Pertukaran linguistik juga merupakan pertukaran ekonomi yang terbentuk dalam keseimbangan

kekuasaan simbolik antara seorang produser yang diberkahi modal lingustik dengan seorang

konsumen (atau sebuah pasar) (Harker, Richard dll, 2005 : 216). Bahasa merupakan bagian dari

sebuah aktivitas dimana sebagian orang mendominasi sebagian lainnya. Sebagaimana orang-

orang yang memiliki modal finansial memegang kendali atas orang-orang yang tidak

memilikinya, demikian juga dengan orang-orang yang memiliki modal lingusitik mengontrol

orang-orang yang memiliki sumber terbatas (Harker, Richard dll, 2005 : 219).

Bahasa menjadi modal digunakan oleh Natasha Skin Clinic Center untuk mendominasi

pasar. Bahasa menjadi sebuah strategi dalam melakukan konstruksi untuk membingkai

pandangan akan kecantikan yang ideal, sehingga Natasha Skin Clinic Center mampu mengontrol

selera masyarakat. Sebagai industri kecantikan, Natasha Skin Clinic Center berupaya menggiring

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

26

perempuan untuk mengikuti standar kecantikan yang dikonstruksikan melalui media iklan.

Bahasa dalam iklan Natasha Skin Clinic Center menunjukkan bahwa perempuan cantik adalah

perempuan yang memiliki kulit putih, glowing, hidung mancung dan wajah tirus seperti trend

kecantikan Korea. Melalui bahasa dalam iklan, Natasha Skin Clinic Center mencoba menarik

konsumen bahwa Natasha Skin Clinc Center mampu mewujudkan dambaan kecantikan seperti

trend Korea.

Kelompok-kelompok yang terdominasi tindakan simbolik, membentuk dirinya sendiri –

pada saat yang sama merupakan pembentukan kelompok; suatu tanda membuat sesuatu menjadi

tertandai, penanda mengidentifikasi dirinya sendiri dengan sesuatu yang ditandai, yang tidak

akan eksis tanpanya (penanda). Penanda adalah sesuatu yang menandai eksisnya (kelompok)

(Harker, Richard dll, 2005 : 222).

Bahasa juga menjadi modal digunakan oleh Natasha Skin Clinic Center untuk

mendominasi pasar. Bahasa menjadi sebuah strategi dalam melakukan konstruksi untuk

membingkai pandangan akan kecantikan yang ideal, sehingga Natasha Skin Clinic Center

mampu mengontrol selera masyarakat. Sebagai industri kecantikan, Natasha Skin Clinic Center

menggiring perempuan untuk mengikuti standar kecantikan yang dikonstruksikan melalui media.

Hal ini juga membentuk citra, makna dan identitas diri para perempuan itu sendiri.

Melalui wacana kecantikan yang dibentuk, banyak perempuan tertarik untuk menjadi

cantik sesuai dengan gambaran kecantikan Natasha Skin Clinic Center, Natasha mampu

membangun identitas perempuan Natasha Skin Clinic Center yang eksis ditengah masyarakat

dengan penampilan yang mereka miliki. Para perempuan akan semakin percaya diri setelah

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

27

menjadi bagian dari Natasha Skin Clinic Center, bahkan para perempuan justru sangat

tergantung dengan Natasha Skin Clinic Center.

Bourdieu melihat kekuasaan (kekerasan simbolik) sebagai hal yang sentral dalam bahasa.

Ia menyadari bahwa bahasa merupakan salah satu cara yang dilakukan umat manusia untuk

mengontrol satu sama lainnya. Ini mereka lakukan dengan beragam cara (Harker, Richard dll,

2005 : 225).

Hubungan antara bahasa dengan kekuasaan dilakukan dengan beragam cara, salah

satunya dengan menciptakan realitas melalui bahasa yang memiliki kekuasaan simbolik. Pemilik

modal seperti Natasha Skin Clinic Center senantiasa penuh kuasa dalam membangun realitas

pandangan akan kecantikan yang mampu mengontrol masyarakat, terutama konsumennya.

Melalui bahasa, Natasha Skin Clinic Center memproduksi makna kecantikan melalui iklan yang

digunakan sebagai alat untuk membangun imajinasi kecantikan yang ideal.

Bagi Bourdieu, definisi modal sangat luas dan mencangkup hal-hal material (yang dapat

memiliki nilai simbolik) dan berbagai atribut ‘yang tak tersentuh’, namun memiliki signifikansi

secara klutural, misalnya prestise, status, dan otoritas (yang dirujuk sebagai modal simbolik),

serta modal budaya (yang didefinisikan sebagai selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi)

(dalam Boudieu, 1986a) (Harker, Richard dll, 2005 : 16). Kekuasaan sistem simbolik dan

dominasi yang diimplikasikan sistem tersebut pada konstruksi realitas, memiliki arti yang sangat

penting dalam karya Bourdieu. Baginya, bentuk-bentuk simbolik, seperti bahasa, kode-kode

pakaian, dan postur tubuh, merupakan hal penting, bukan hanya untuk memahami fungsi kognitif

simbol-simbol, melainkan juga untuk melihat fungsi sosial simbol-simbol. Perjuangan diantara

sistem simbolik untuk memaksakan suatu sudut pandang dunia sosial, mendefinisikan ruang

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

28

sosial itu sendiri, dimana masyarakat mengonstruksi hidup mereka melalui penggunaan

kekerasan simbolik oleh yang dominan atas yang terdominasi, misalnya kekerasan dalam hal

konsepsi tentang selera baik dan kecantikan (dalam Bourdieu, 1977 : 115) (Harker, Richard dll,

2005 : 6-7).

Natasha Skin Clinic Center menggunakan berbagai modal dalam memperjuangkan

posisinya di industri kecantikan. Modal tersebut memiliki bentuk-bentuk simbolik dalam

mengonstruksikan selera akan kecantikan. Selera merupakan sesuatu yang tidak netral karena

merupakan hasil dari sebuah konstruksi dalam dunia sosial. Hal ini ditunjukkan Natasha Skin

Clinic Center melalui bahasa dalam iklan yang didukung dengan para model untuk membari

gambaran akan kecantikan yang ideal. Simbol-simbol tersebut menjadi standar atau patokan

ukuran kecantikan perempuan. Melalui simbol-simbol, masyarakat terus menerus dipaksa agar

meyakini pandangan kecantikan ideal dari sudut pandang Natasha Skin Clinic Center. Sehingga

Natasha Skin Clinic Center mampu mendominasi industri kecantikan. Saat ini melakukan

perawatan di klinik kecantikan menjadi sebuah budaya baru, mengonsumsi produk dan

perawatan rutin di Natasha Skin Clinic Center menjadi suatu prestise yang mampu membangun

identitas konsumennya sebagai perempuan Natasha Skin Clinic Center.

3. Teori Rezim Kecantikan : Makna Sosial Tubuh dan Politik Tubuh

Di era global seperti saat ini, tubuh didefinisikan dari beragam sudut pandang, seperti

yang diungkapkan oleh Coupland dan Richard Gwyn dalam Discourse, the Body, and Identity

dikatakan bahwa di jaman modern seperti saat ini, tubuh memiliki tugas baru dalam membentuk

sistem simbol dan social, begitu juga fisik. (2003 : 4). Dalam Body & Society : Embodiement,

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

29

Collective Memory and Time, Mauss mengatakan bahwa tubuh tidak hanya menjadi bagian dari

biologi dan psikologi, tetapi yang terpenting tubuh juga menjadi bagian dari sosiologi dan

sebagai hasil dari sejarah (Narvaez, 2006 : 60). Menurut Reischer dan Kathryn dalam The Body

Beautiful : Symbolism and Agency in the Social World, definisi tubuh secara biologi dan social

kultural berupaya untuk membalikkan pendekatan naturalistik tentang tubuh sebagai pemberian

biologis, literatur yang luas ini telah mendefinisi ulang tubuh sebagai fenomena sosial budaya

dan sejarah (misalnya, Bourdieu 1977, Elias 1978, Foucault 1979, Goffman 1968, Mauss 1973).

Dalam hal ini, tubuh merupakan bagian dari bentuk sosial yang berperan dalam

melakukan konstruksi atas realitas melalui simbol-simbol yang dibangun secara sosial yang

dapat merujuk pada citra ideal. Saat ini, tubuh tidak hanya menjadi bagian dari biologis saja,

namun tubuh juga menjadi bagian dari sosiologi yang juga memiliki relasi kuasa dalam sistem

sosial. Tubuh telah tersentuh budaya, sehingga tubuh menjadi ajang kontestasi yang juga tidak

terlepas dari konstruski budaya. Fungi dan peran tubuh dalam masyarakat global sangat

dipengaruhi oleh perubahan sosial dan interaksi sosial dalam masyarakat. Tubuh menjadi simbol

peralihan sosial individu didalam masyarakat. Tubuh menjadi sasaran kuasa yang mampu

mengatur dan mengontrol secara terus menerus.

Dalam kaitannya dengan politik, definisi tubuh menurut Foucault dalam Discourse, the

Body, and Identity dikatakan bahwa tubuh adalah fenomena yang sangat mudah dibentuk yang

dapat ditanamkan dengan berbagai macam dan mengubahnya menjadi bentuk kekuasaan

(Coupland dan Richard Gwyn, 2003 : 4). Sedangkan dalam konteks kedudukan sosial, dikatakan

bahwa tubuh dalam masyarakat modern adalah salah satu faktor utama diri dan kedudukan

sosial.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

30

Tubuh secara politik membentuk tentang bagaimana tubuh selalu dikomodifikasi secara

sosial dari suatu pandangan yang diyakini masyarakat. Dalam politik tubuh, tubuh didasarkan

pada konstruksi sosial. Konstruksi sosial tersebut tidak terlepas dari kedudukan seseorang secara

sosial dalam merepresentasikan diri melalui tubuh yang juga dapat digunakan untuk mengelola

interaksi sosial. Menurut Giddens dalam Discourse, the Body, and Identity, tubuh, seperti diri,

menjadi tempat interaksi, tempat membentuk dan membangun kembali proses yang refleksif.

Bisa mengaktualisasikan kondisi secara otomatis yang terkelola menjadi pengetahuan (Coupland

dan Richard Gwyn, 2003 : 4).

Tubuh juga sangat berkaitan dengan kecantikan, cara presentasi tubuh dapat dikatakan

telah menjadi bagian dari suatu bentuk rezim kecantikan ketika didalamnya terdapat nilai sosial

kultural tentang keinginan, mimpi untuk menjadi cantik. Keinginan akan impian kecantikan

menjadi bagian dari nilai kultural yang ketika menguat akan menjadi suatu rezim. Dalam budaya

konsumen, tubuh perempuan dikonstruksikan melalui serangkaian norma dan nilai, sehingga

terjadi hegemoni terhadap konsep kecantikan tubuh.

Kecantikan, meskipun sangat subjektif, lebih dari sekedar masalah estetika maupun rasa.

Cita-cita budaya kecantikan juga merupakan indeks dan ekspresi nilai-nilai sosial dan keyakinan

(Jury & Jury 1986) (dalam The Body Beautiful : Symbolism and Agency in The Social World,

2004 : 298). Secara kultural, kecantikan dipercaya sebagai suatu standar ideal nilai ekspresi

seseorang akan mimpi dan simbol sosial. Dalam hal ini, kecantikan dan tubuh menjadi bagian

dari suatu rezim dalam mencapai nilai-nilai keinginan. Tubuh perempuan telah menjadi milik

sosial yang dikonstruksi mengikuti nilai-nilai didalamnya. Tubuh dipengaruhi oleh norma dan

nilai sosial yang dibentuk oleh masyarakat.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

31

Pemeliharaan dan presentasi positif dari tubuh melibatkan rezim dalam mencapai norma

sosial budaya dari keinginan yang hampir senantiasa fokus pada generasi muda, kesehatan dan

kecantikan (Featherstone 1991, Featherstone dan Hepworth, 1990).

Tubuh dan kecantikan menjadi rezim dari nilai-nilai keinginan. Tubuh yang

dikonstruksikan menjadi alat untuk menunjang penampilan, termasuk didalamnya control atas

tubuh dan dimensi estetik tubuh. Tubuh dibentuk berdasar keinginan untuk mendapatkan citra

ideal yang muda, sehat, dan cantik. Persepsi tentang tubuh tersebut mampu mendorong dan

mengubah cara pandang seseorang untuk lebih sadar akan penampilan luar dan presentasi tubuh.

Saat ini tubuh menjadi bagian dari public yang dibangun mengikuti kategori-kategori

sosial yang kemudian akan mendapatkan penilaian dari masyarakat. Kategori-kategori tersebut

disebarkan oleh media iklan yang memiliki pengaruh besar. Seperti yang terjadi saat ini,

perempuan akan berupaya membentuk tubuhnya mengikuti standar kategori tubuh dan

kecantikan yang ideal mengikuti penampilan yang dibangun oleh media. Perempuan menyadari

bahwa seseorang dinilai berdasar penampilannya agar mendapat nilai jual yang tinggi di

masyarakat. Oleh sebab itu, banyak usaha yang dilakukan para perempuan dalam

menyempurnakan penampilan mereka.

Dalam konteks budaya konsumsi, tubuh dipahami sebagai subjek dan objek, baik pada

proyek dan diproyeksikan, dalam apa yang disebut sebagai budaya narsisme (Lasch, 1991).

Menurut Baudrillard, tubuh duanggap sebagai locus untuk produksi industry tanda dan

perbedaan (dalam Discourse, the Body, and Identity, 2003 : 5).

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

32

Tubuh diproduksi sebagai tanda-tanda didalam sistem pertandaan yang membentuk suatu

citra, makna, serta identitas didalamnya. Hal ini juga berkaitan erat dengan eksistensi perempuan

dalam dunia sosial.

Dalam Body & Society : Embodiement, Collective Memory and Time, pengertian makna

sosial tubuh dibagi menjadi dua yakni “tubuh simbolis” dan “tubuh agentik”. Perspektif pertama

dan lebih umum berfokus pada sifat representasional atau simbolik dari tubuh sebagai pemberi

makna sosial, sedangkan yang kedua menyoroti peran tubuh sebagai peserta aktif atau agen

dalam dunia sosial. Bagi Mauss, tubuh adalah wadah makna sosial karena potensi yang dimiliki,

meskipun lahir secara alamiah, yang akhirnya direalisasikan melalui budaya (Narvaez, 2006 :

60).

Dalam hal ini, agen menggunakan kecantikan sebagai sarana untuk mendapatkan modal-

modal dalam memenangkan kompetisi di arena sosial. Simbol-simbol atas tubuh menjadi klaim-

klaim distingsi. Dalam distingsi, para agen berkompetisi untuk saling menunjukkan

kelebihannya.

Dalam The Body Beautiful : Symbolism and Agency in the Social World, Balsamo

mencatat “Tubuh menjadi…situs dimana perempuan, sadar atau tidak, menerima makna yang

beredar dalam budaya popular tentang kecantikan ideal. Tubuh wanita hadir untuk menyajikan

sebuah situs, papan iklan yang dominan terhadap makna budaya tubuh perempuan dalam

postmodernisme. Douglas berpendapat, jika tubuh merupakan sebuah “teks” yang diatasnya

tertulis makna sosial, maka kosakata umum, yang umum kumpulan symbol, diperlukan untuk

menguraikan makna mereka (Reischer dan Kathryn, 2004 : 300).

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

33

Ketika tubuh terus menerus dibentuk dan dibangun, maka akan menjadi sebuah teks yang

mengikat suatu makna sosial. Tubuh telah menjadi sebuah simbol, kecantikan perempuan yang

putih, mulus, ramping, dan wajah tirus, mengikuti perubahan pewacanaan kecantikan populer.

Tubuh digunakan untuk mendapatkan dan menunjukkan eksistensi. Tubuh menjadi wacana yang

terus menerus berada pada reproduksi makna dan respon atas keberadaannya.

Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa para konsumen Natasha Skin Clinic Center dapat

membangun diri menjadi teks, dimana teks tersebut menjadi bagian dari makna sosial dengan

simbol-simbol yang telah dibangun. Makna sosial yang dibangun para konsumen Natasha Skin

Clinic Center melekat dari setiap penampilan mereka. Ketika seseorang menampilkan diri

mereka di publik, maka hal tersebut sudah menjadi gambaran dari arena yang menunjukkan

eksistensi yang lebih unggul dibanding para pesaingnya, sehingga mampu menjadi panutan

dalam dunia sosial. Disini tubuh digunakan sebagai arena. Dalam Gender, Body Politics, and

The Beauty Economy in China, dikatakan bahwa tubuh juga menjadi kendaraan dari kesenangan

dan eksperesi baru dari diri (Yang, 2011 : 336).

Tubuh sengaja dipamerkan dalam ruang publik agar dilihat berdasar nilai-nilai yang telah

diyakini masyarakat. Seseorang dapat memilih dan menentukan konstruksi identitasnya berdasar

apa yang ia konsumsi. Ketika teks berhasil dibangun, maka makna akan menjadi sebuah

distingsi. Dalam konteks tersebut, tubuh menjadi arena kompetisi yang dapat saling meruntuhkan

maupun saling mengukuhkan. Arena juga menjadi bagian dari politik, dimana didalamnya

terdapat ruang interaksi sekaligus ruang kompetisi.

Dalam Discourse, the Body, and Identity, dikatakan bahwa citra seorang individu atas

tubuhnya juga sangat ditentukan oleh pengalaman sosial. Citra tubuh bersifat elastis dan terbuka

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

34

terhadap perubahan melalui media baru. Citra tubuh dikonstruksikan secara sosial, sehingga

harus diteliti dan dianalisis dalam konteks budayanya (Coupland dan Richard Gwyn, 2003 : 3).

Norma sosial kultural saat ini telah mengalami perubahan, bahwa tubuh ideal yang

dianggap cantik adalah penampilan dengan kulit putih, mulus, wajah tirus dan tubuh ramping.

Dalam hal ini kecantikan ideal telah menjadi kultur modern. Sejalan dengan hal ini, cara berpikir

masyarakat mengenai tubuh pun turut mengalami pergeseran mengikuti pewacanaan tubuh yang

tidak stabil dan terus menerus mengalami perubahan. Tubuh lebih dari sekedar tubuh biologis

karena tubuh berada di ruang public, sehingga turut mempengaruhi pemaknaan atas tubuh yang

cenderung terbuka. Tubuh diletakkan pada serangkaian nilai dan norma serta batasan yang

diberlakukan pada konteks sosial budaya. Pemaknaan-pemaknaan tubuh yang telah dibangun

tersebut kemudian dibayangkan dan digambarkan melalui citra. Tubuh dimaknai sebagai nilai-

nilai yang diyakini oleh masyarakat. Citra tubuh dilihat dan diyakini seperti apa yang

dikonstruksikan, dan konstruksi tersebut juga mempengaruhi pemaknaan atas tubuh.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana Natasha Skin Clinic Center membangun

konstruksi wacana kecantikan melalui kekuatan media iklan untuk menarik dan mempengaruhi

konsumen hingga membentuk suatu ketergantungan bagi para perempuan. Sejalan dengan tujuan

tersebut, maka metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni metode

penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yang dapat menggambarkan fenomena

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

35

tertentu. Jenis penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan fenomena sosial

seperti apa adanya yang kemudian dikaji secara mendalam untuk menjelaskan fenomena secara

terperinci.

Metode penelitian kualitatif untuk memahami fenomena yang diteliti berdasar realita

empiris. Metode kualitatif dipilih karena dapat memberi gambaran serta pemahaman secara

menyeluruh dan mendalam terkait dengan realita sosial yang akan diteliti dan dapat menggali

nilai yang terkandung dari suatu fenomena sosial. Metode penelitian kualitatif menghasilkan data

deskriptif dari fenomena sosial yang diamati, yang dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi

data secara sistematis. Dalam penelitian kualitatif, observasi dan wawancara merupakan

instrumen utama untuk mendapatkan data-data empiris.

Penelitian ini dilakukan di cabang-cabang Natasha Skin Clinic Center yang tersebar di

kota Yogyakarta. Yogyakarta merupakan kota besar yang mengikuti perkembangan jaman

dengan masyarakat modern yang terbuka terhadap kemajuan, termasuk dalam hal kecantikan.

Perempuan Yogyakarta mulai peduli dengan perawatan kecantikan, dimana melakukan

perawatan saat ini juga menjadi trend dalam menunjang penampilan perempuan modern di kota

maju. Selain itu, Natasha Skin Clinic Center memiliki beberapa cabang di Yogyakarta dengan

letak yang strategis, sehingga dengan kemudahan yang ditawarkan banyak konsumen tertarik

untuk datang ke klinik tersebut. Lokasi yang strategis juga memudahkan peneliti dalam

mengumpulkan data.

Data dan sumber data penelitian ini dikumpulkan dari data primer dan data sekunder.

Data primer didapat melalui observasi partisipasi dengan menjadi konsumen untuk

mengumpulkan data secara lebih mendalam dengan melihat langsung kondisi dan setting dari

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

36

subjek yang diteliti sehingga peneliti dapat mendiskripsikan setting dan aktivitas yang

berlangsung, serta wawancara mendalam yang dilakukan guna mendapat gambaran yang bersifat

intepretatif guna memperdalam keterangan. Sedangkan data sekunder didapatkan melalui

dokumentasi baik dengan fotografi maupun mengambil data-data seperti brosur, majalah

Natasha, website Natasha Skin Clinic Center dan sebagainya.

Dalam observasi partisipasi, pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan alat indra.

Peneliti mengamati setting lokasi dan kegiatan para informan serta kegiatan klinis yang

berlangsung di klinik kecantikan Natasha. Hasil pengamatan dicatat secara sistematis agar dapat

dilakukan pengecekan ulang. Hasil observasi merupakan catatatan penting yang didapat di

lapangan. Dalam observasi perlu menentukan batasan lokasi penelitian agar tetap terfokus.

Wawancara mendalam merupakan proses untuk mendapatkan keterangan dari informan

secara lebih mendalam dengan cara tanya jawab. Informan dalam penelitian ini yakni konsumen

Natasha Skin Clinic Center dan Agency Iklan Natasha Skin Clinic Center. Pemilihan informan

dilakukan dengan purposive sampling berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Peneliti akan

memilih informan yang dinilai tepat dalam memberikan informasi sesuai dengan tujuan

penelitian, dimana informan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang

diteliti dan informan netral terhadap masalah yang diteliti.

Konsumen Natasha Skin Clinic Center yang dipilih sebagai informan berjumlah lima

orang, subjek penelitian adalah konsumen Natasha Skin Clinic Center yang telah lebih dari satu

tahun melakukan perawatan di Natasha dengan latar belakang usia dan profesi yang berbeda.

Konsumen Natasha yang sudah lebih dari satu tahun rutin melakukan perawatan, menunjukkan

bahwa konsumen tersebut sudah lama mengenal klinik kecantikan Natasha dan terus bertahan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

37

menjadi konsumen setia Natasha Skin Clinic Center. Sedangkan latar belakang usia dan profesi

yang berbeda menunjukkan bahwa klinik kecantikan Natasha dapat diterima oleh kalangan luas

dengan produk yang universal. Sedangkan Agency Iklan Natasha Skin Clinic Center dipilih

sebagai informan guna mendapatkan data mengenai strategi iklan dan promosi Natasha Skin

Clinic Center. Melalui wawancara mendalam didapatkan data utama yang mendukung penelitian

melalui proses tanya jawab. Dalam wawancara mendalam diperlukan interview guide agar

pertanyaan tetap terarah dan sejalan dengan fokus penelitian. Serta melakukan pencatatan

terstruktur guna memudahkan rekonstruksi ulang melalui data-data yang telah didapatkan.

Dokumentasi merupakan data pendukung data primer yang diperoleh secara tidak

langsung. Data sekunder ini diantaranya media online resmi, literatur, foto, brosur, majalah dan

lain sebagainya.

2. Teknik Analisa Data

Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang berkesinambungan sehingga tahap

pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama prses

penelitian (Suyanto dkk, 2011 : 172).

Sajian data analisis dilakukan secara deskriptif yang mendalam. Proses analisis data

dilakukan terus menerus baik di lapangan maupun setelah di lapangan. Analisis dilakukan

dengan cara mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan mengkategorikan

data (Endraswara, 2006 : 206).

Teknik analisis data dimaksudkan untuk mencari pemahaman mendalam mengenai

realitas sosial yang diteliti, melakukan interpretasi terhadap makna dibalik subjek penelitian.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94241/potongan/S1-2015... · kecenderungan tersebut, maka industri kecantikan menangkap dan memanfaatkan kelemahan

38

Teknik analisis data dalam penelitian ini melalui tiga tahap, yakni reduksi data, penyajian data,

dan verifikasi data. Analisis data dalam penelitian dilaksanakan ketika proses pengumpulan data

telah selesai dilaksanakan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menyusun hasil dari

observasi, wawancara, dan dokumen yang didapatkan dari lapangan.

Kemudian peneliti menyederhanakan data dengan mengorganisasi dan mereduksi data

yang telah diperoleh. Kategorisasi merupakan pengelompokan data yang dilakukan dengan cara

memilah data yang berbeda dan menyatukan data yang sejenis. Reduksi data merupakan proses

pemilihan dan penyederhanaan data yang didapat dari lapangan. Data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam melanjutkan langkah

selanjutnya.

Langkah berikutnya yakni penyajian data yang disusun dari informasi-informasi yang

telah didapatkan selama penelitian berlangsung. Prosesnya dapat dimulai dari rekapitulasi.

Penyajian data dilakukan dalam bentuk deskripsi. Setelah menyajikan data, kemudian peneliti

melakukan interpretasi data agar data yang tersaji mudah untuk ditarik kesimpulan.

Dan terakhir, penarikan kesimpulan dan verifikasi, dimana tujuan utama dari penelitian

adalah adanya temuan. Kesimpulan dan verifikasi dilakukan peneliti untuk mengambil makna

dari data yang telah disajikan. Data disajikan dengan ringkas, singkat dan padat. Sehingga

memudahkan pembaca untuk menangkap inti dari penelitian.