35
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa adalah alat - alat komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Di banding dengan jenis komunikasi lain media massa memiliki kelebihan dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas . Bentuk-bentuk dari media massa saat ini antara lain adalah surat kabar dan majalah sebagai media cetak serta radio, televisi dan internet merupakan media elektronik. Media massa baik cetak maupun elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat, terlebih media elektronik khususnya televisi. Akan tetapi hadirnya teknologi komunikasi telah membawa perubahan yang besar bagi kehidupan. Televisi misalnya, apapun pengertian televisi maupun jenis-jenisnya, masyarakat hanya sekedar mengetahui bahwa munculnya televisi adalah sebuah teknologi atau alat komunikasi yang dapat merubah kebiasaan- kebiasaan hidup mereka. Televisi adalah salah satu media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengakses informasi dan hiburan. Disamping itu apa yang disampaikan oleh media televisi lebih cenderung bersifat universal, hal ini dikarenakan pada khalayaknya yang heterogen, baik dari umur, jenis kelamin maupun pendidikan dan status sosial. Tayangan televisi juga merupakan media peniruan dan pemahaman nilai bagi anak. Padahal anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/26910/1/jiptummpp-gdl-imamfaisal-31898-2-babi.pdfBeberapa tayangan ditelevisi memberi pembenaran atas perilaku yang menyimpang

  • Upload
    dinhthu

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media massa adalah alat - alat komunikasi yang bisa menyebarkan pesan

secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Di banding

dengan jenis komunikasi lain media massa memiliki kelebihan dapat mengatasi

hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan

hampir seketika pada waktu yang tak terbatas . Bentuk-bentuk dari media massa

saat ini antara lain adalah surat kabar dan majalah sebagai media cetak serta radio,

televisi dan internet merupakan media elektronik. Media massa baik cetak

maupun elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh

masyarakat, terlebih media elektronik khususnya televisi.

Akan tetapi hadirnya teknologi komunikasi telah membawa perubahan

yang besar bagi kehidupan. Televisi misalnya, apapun pengertian televisi maupun

jenis-jenisnya, masyarakat hanya sekedar mengetahui bahwa munculnya televisi

adalah sebuah teknologi atau alat komunikasi yang dapat merubah kebiasaan-

kebiasaan hidup mereka. Televisi adalah salah satu media massa yang paling

banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengakses informasi dan hiburan.

Disamping itu apa yang disampaikan oleh media televisi lebih cenderung bersifat

universal, hal ini dikarenakan pada khalayaknya yang heterogen, baik dari umur,

jenis kelamin maupun pendidikan dan status sosial. Tayangan televisi juga

merupakan media peniruan dan pemahaman nilai bagi anak. Padahal anak-anak

2

masih belum mampu membedakan mana yang baik dan benar dengan begitu jelas

tanpa pengawasan orang tuanya.

Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai dan norma dari satu generasi ke generasi selanjutnya (Nurudin,2007:86).

Beberapa tayangan ditelevisi memberi pembenaran atas perilaku yang

menyimpang dari anak. Seperti film animasi anak “SpongeBob SquarPants” yang

dianggap oleh banyak pengamat mengajarkan budaya yang melenceng jauh dari

nilai normatif. Seperti budaya kekerasan, kemalasan, kebencian dan keserakahan.

Maka tidak berlebihan jika orang tua sudi untuk mendampingi anak dan memberi

penjelasan tentang hal baik dan hal buruk pada tayangan film animasi. Apalagi,

disamping bermain dengan teman-teman sebayanya, kegiatan yang paling disukai

anak adalah menonton televisi. Bahkan banyak anak yang lebih memilih asyik

didepan televisi berjam-jam daripada bermain dengan teman-temanya. Penelitian

bersama Undip-YPMA-UNICEF menemukan bahwa mayoritas anak-anak yang

diteliti mengaku menghabiskan 3-5 jam pada hari kerja, dan 4-6 jam pada hari

libur untuk menonton TV, bahkan beberapa secara ekstrim mengakui bahwa

mereka menonton 16 jam pada hari libur. Dari data ini terlihat bahwa anak

menonton di atas batas waktu yang ditoleransi para ahli (maksimal 2 jam per

hari). Bahkan, ada anak yang dapat dikatakan cukup ekstrem menghabiskan

waktunya di depan TV, yakni sekitar 8 jam (dalam kategori 7-8 jam dan lebih dari

8 jam). Artinya, dalam aktivitas sehari-hari, sepertiga waktu anak tersebut tersita

oleh TV.

3

Data Nielsen Media Januari-Maret 2008 menemukan bahwa anak menonton TV rata-rata 3 jam per hari. Dari total penonton televisi, 21% adalah anak usia 5-14 tahun. Jumlah anak yang menonton pada pagi hari (06.00-10.00) dan siang-malam hari (12.00-21.00) lebih banyak dari kelompok umur lainnya. Pada pagi hari sebagian besar anak menonton sendirian sementara pada siang hingga malam hari mereka akan menonton dengan ibu mereka berbagai tayangan yang tidak ditujukan untuk anak. (http://www.kidia.org/panduan/tahun/2010/bulan/11/tanggal/01/id/171/)

Memahami perbedaan individu dalam variabel psikologi-sosial

kemungkinan besar mempunyai garis lurus dalam konteks psikologi komunikasi.

Hal ini berhubungan dengan apa yang peneliti klaim bahwasanya televisi itu

bukan hanya bersifat menghibur tetapi televisi telah berubah format menjadi

sebuah hal alamiah bagi representasi semua pengalaman. Dengan kata lain televisi

disini juga digunakan untuk sarana pendidikan melalui program acaranya

khususnya film animasi. Film animasi pada dasarnya didasarkan pada cerita-cerita

berbau fantasi. Oleh karena itu, anak-anak sangat menyukai film animasi atau

yang mereka kenal sebagai film kartun, sebab mereka menggunakannya sebagai

wadah untuk berfantasi dengan gambarnya yang unik dan lucu. Fantasi bahkan

menjadi unsur yang mendukung meningkatnya kreatifitas anak. Kodrat fantasi

pada umumnya bersumber pada keinginan anak-anak dan kebebasan merupakan

kebutuhan tertentu yang ada pada dirinya.

Film animasi merupakan salah satu media yang sangat populer sejak

ditemukanya teknik animasi sederhana sekitar tahun 1800an. Film animasi

semakin populer dan digunakan untuk berbagai macam keperluan yang berbeda.

Mulai dari memvisualisasikan dongeng klasik, sebagai sarana pembelajaran, serta

membuat film yang unik dimana tokoh dalam film animasi biasa melakukan hal

yang tidak biasa dilakukan didunia nyata. Akan tetapi banyak sekali hujatan-

4

hujatan positif dan negatif yang diberikan pada berbagai jenis film film animasi,

seperti efeknya yang buruk pada audience atau nilai-nilai normatif yang dimuat

didalamnya.

Film animasi SpongeBob SquarPants banyak menerima kritikan dari para

pengamat yang menyebutkan bahwa didalam film animasi ini terdapat nilai-nilai

yang di klaim tidak layak ditampilkan dalam sebuah adegan film animasi,

khususnya yang disuguhkan bagi anak-anak. Seperti kebencian dan kemarahan

Squidward, sifat malas yang ditunjukkan oleh Patrick sahabat SpongeBob, dan

lain sebagainya. Setiap pembuatan film kartun selain mengedepankan unsur

hiburan dan bisnis, terdapat sisipan pesan moral dari penciptanya. Ada yang jelas

kelihatan, ada pula yang tersamar. Ada yang nilai kadarnya tinggi ada pula yang

hanya sedikit. Adapun pesan-pesan moral yang terdapat pada film-film kartun di

Indonesia antara lain : kejujuran, suka menolong, ketegasan, percaya diri, pantang

menyerah, santun, ksatria, dan lain sebagainya. Maka dari itu kita tidak bisa

menghindari unsur negatif film kartun (misalnya adanya tokoh-tokoh jahat) tetapi

paling tidak meminimalisir dan berusaha menetralisir keadaan dengan penjelasan

logis tentang prinsip keseimbangan. Seperti istilah adanya Ying dan Yang, ada

baik ada buruk. Dua hal yang tak dapat terpisahkan. Beberapa contoh film kartun

yang sering ditonton dan disukai anak-anak dan mengandung unsur mendidik budi

pekerti, misalnya: SpongeBob ( persahabatan), Dora The Explorer ( petualangan ),

Scoobe Doo ( pemberantas kejahatan ), Avatar The Legend ( perjuangan dan

kepahlawanan ), Kungfu Panda dan lain-lain.

5

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pada era Globalisasi seperti

saat ini, khususnya didaerah pedesaan yang masih baru mengenal teknologi

seperti ditempat penelitian ini, anak-anak yang seharusnya menerima pendidikan

formal maupun informal, baik itu disekolah maupun lewat sosialisasi bermain

dengan teman sebayanya tergeser dengan adanya teknologi seperti televisi yang

menyuguhkan tayangan-tayangan yang megharuskan anak-anak duduk terdiam

didepan televisi melihat tayangan yang disukai seperti film animasi atau yang

lebih mereka kenal dengan sebutan film kartun. Sehingga ada konsekuensi sosial

dan konsekuensi budaya yang harus ditanggung oleh masyarakat desa Bacem

khususnya anak-anak dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi yang

mulai menyuguhkan berbagai macam tayangan yang menyita hampir sebagian

waktu mereka.

Acara film animasi adalah acara yang ditayangkan untuk hiburan pada

dasarnya. Terlihat dari gambar-gambar yang ditayangkan yang dikemas begitu

menarik dengan audio visual yang sangat apik. Akan tetapi film-film kartun pada

era saat ini penuh dengan kemunculan bahasa-bahasa kasar, seperti kubunuh kau,

enyahlah dan sebagainya. Bahkan gerakan-gerakan yang banyak didominasi oleh

tindakan kekerasan. Film animasi di Indonesia sudah terlanjur di ”cap” sebagai

film anak-anak. Masyarakat melekati definisi bahwa film animasi atau yang lebih

dikenal dengan film kartun adalah film yang memang ditujukan untuk anak-anak,

karena formatya adalah kartun yaitu kumpulan gambar-gambar tangan yang di

gerakkan oleh komputer sehingga diperoleh hasil yang lucu dan penuh warna.

Akan tetapi kemungkinan adanya keuntungan yang bisa dipetik dari kebiasaan

6

menonton film animasi juga perlu diketahui karena pesan-pesan yang

disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama

lain.

Apa yang diajarkan oleh keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain seperti media massa hal itu disebabkan karena pengetahuan individu terisi dengan fantasi, pemahaman, dan konsep yang lahir dari pengamatan dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang berbeda dalam lingkungan individu tersebut (Idianto Mu’in, 2004 : 123).

Literasi film animasi biasanya secara umum diyakini menjadi rumit hanya

sejak usia awal, karena terkait erat dengan kemampuan untuk memahami dimensi

psikologis suatu narasi dan juga makna figuratif bahasa. Orang dewasa mungkin

mampu waspada terhadap persepsi prasadar semata-mata dengan memperhatikan

tampilan suatu gambar, akan tetapi mungkin berbeda cerita dengan anak-anak

yang masih memerlukan petunjuk-petunjuk untuk memproduksi argumen

tandingan. Tayangan film animasi yang berfarian memikat anak-anak ke dalam

sebuah zona tempat mereka dapat memainkan fantasi. Secara mental, mereka

bersorak ketika tokoh baik menang atas tokoh jahat. Mereka menonton dengan

nafas tertahan ketika peristiwa-peristiwa apokaliptik mengancam planet mereka

didalam film. Mata mereka menjadi berkaca-kaca ketika seorang tokoh

mengalahkan semua tantangan dan menemukan kebahagiaan. Ketika akhirnya

mereka keluar dari zona fantasi dan masuk ke dunia yang sebenarnya, proses

kembali ke dunia nyata mungkin tidak sepenuhnya berhasil. Karena berbagai

citraan yang diciptakan oleh media entertainment, film animasi misalnya,

memang mengaburkan batas-batas antara realitas dan apa yang kita persepsi

sebagai sebuah realitas.

7

Stimulus yang kita proses biasanya dipicu oleh kebutuhan untuk

memenuhi motivasi tertentu atau oleh situasi disekeliling kita, secara alamiah kita

akan terbimbing untuk memroses stimulus tertetentu, sekaligus membatasi atau

menghilangkan stimulus yang lain. Dalam jangka waktu yang relatif pendek,

kehidupan anak-anak telah ditransformasi oleh berbagai pendorong yang mudah

diakses pada televisi dan radio yang bisa mengaburkan batas antara realitas dan

fantasi. Antara fakta dan fiksi, dan antara hiburan dan nilai-nilai komersial.

Penilaian tentang acara televisi tidak akan lengkap tanpa menggali bukti-

bukti yang ada dalam penelitian terhadap penonton. Hal ini terkait dengan

paradigma audien aktif yang menunjukkan bahwa penonton bukanlah orang

bodoh dan pasif yang menerima pesan dan makna televisi begitu saja, paradigma

audien aktif berkembang sebagai reaksi penolakan dari audien pasif. Pendukung

pendekatan audien aktif mejelaskan bahwa bukti-bukti perilaku penonton tidak

sekedar inkonklusif dan kontradiktif, dengan korelasi statistik yang tidak bisa

dijadikan bukti dari penalaran ini, sebagai contoh berjilid-jilid penelitian yang

memahami aktivitas menonton dalam konteks perilaku, menyatakan bahwa

penonton meniru kekerasan dalam acara televisi, atau yang menggunakan korelasi

statistik untuk membuktikan menonton tayangan televisi memiliki efek tertentu

terhadap penonton. Namun ini adalah cara yang salah dalam mendekati penonton

televisi, karena penonton televisi bukanlah sekumpulan orang yang terisolasi dan

terbeda-bedakan. Namun, menonton televisi adalah suatu aktivitas yang

diinformasikan secara sosial dan kultural secara menyeluruh.

8

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti mengangkat judul

“Pemanfaatan Film Animasi SpongeBob SquarPants Berdasarkan Golongan

Sosial (Studi Pada Anak-anak SD/MI di Desa Bacem Kecamatan Ponggok

Kabupaten Blitar).

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian

ini adalah: “Bagaimana anak-anak memanfaatan film animasi SpongeBob

SquarPants Berdasarkan Golongan Sosial”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang akan diteliti maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk memahami individu dalam memanfaatkan film animasi

SpongeBob SquarPants Berdasarkan Golongan Sosial.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang

bermanfaat dan tambahan referensi bagi penelitian sejenis selanjutnya.

Penelitian ini diharapkan mampu memberi pengetahuan mengenai

cara atau proses yang dilakukan audien dalam memanfaatkan film

animasi.

9

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi cerminan bagi pihak-pihak

pertelevisian atau para seniman film animasi tentang hubungan antara

acara televisi dan audien.

Untuk memperoleh gambaran obyektivitas tentang pemanfaatan film

animasi oleh anak-anak, sehingga dapat direkomendasikan kepada

orang tua agar lebih mengenal anak mereka.

E. Tinjauan Pustaka

E.1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa inggris, mass

communication, kependekan dari mass media communication yang artinya

komunikasi menggunakan media masssa baik cetak maupun elektronik yang

dihasilkan dari teknologi modern. Proses komunikasi massa juga dapat diartikan

sebagai suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator menggunakan

teknologi pembagi atau media massa secara proposional guna menyebarluaskan

pengalamanya melalui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang

banyak.

Biitner mengemukakan bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang(Ardianto dan Komala,2004:3).

Salah satu bentuk komunikasi yang dikenal selain komunikasi antar

pribadi dan komunikasi kelompok yaitu komunikasi massa. Komunikasi massa

juga sebagai proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media

(alat), dalam hal ini yaitu media massa yang ditujukan oleh khalayak.

10

Komunikasi Massa adalah sebagian ketrampilan, sebagian seni dan

sebagian ilmu. Ia adalah ketrampilan dalam arti bahwa ia meliputi tehnik-tehnik

fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi,

mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika wawancara. Ia adalah seni

dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis

skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang etis untuk iklan

majalah atau menampilkan teras informasi yang memikat bagi sebuah kisah

informasi. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip

tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan

dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.

Definisi Komunikasi Massa dipertegas oleh Joseph A Devito dalam

bukunya Communicology An Introduction To The Study of Communication

yaitu: “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada

massa kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa

khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua

orang yang menonton televisi maupun film, agaknya ini berarti bahwa khalayak

itu besar dan pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa

adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau

visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila

didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku.

11

E.1.1 Fungsi Komunikasi Massa

Nurudin dalam bukunya Pengantar Komunikasi Massa menyebutkan

bahwa dalam perspektif kritis, fungsi komunikasi massa mengalami penambahan,

antara lain:

E.1.1.1 Informasi

Fungsi informasi adalah faktor yang paling penting dalam komunikasi

massa, dimana berita yang disajikan merupakan komponen yang paling penting

untuk mengetahui fungsi informasi yang ada.

E.1.1.2. Hiburan

Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling

tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain, hal ini dikarenakan

masyarakat kita menggunakan televisi sebagai media hiburan. Dimana hal ini

yang menjadi pembeda dengan media cetak, media cetak biasanya tidak

menempatkan hiburan pada posisi paling atas, tetapi informasi.

E.1.1.3. Persuasi

Media mempunyai fungsi untuk meyakinkan atau memengaruhi khalayak.

Persuasi yang dilakukan media meliputi, mengukuhkan, atau memperkuat sikap,

kepercayaan, atau nilai seseorang; mengubah sikap, niali, kepercayaanseseorang;

menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu; dan menawarkan etika atau

system nilai tertentu.

E.1.1.4. Transmisi Budaya

Fungsi ini berperan meningkatkan keutuhan sosial dan mengurangi

ketidakpastian di tengah masyarakat. Disfungsi dari transmisi budaya ini adalah

12

bagi masyarakat akan berkembang masyarakat massa, dan bagi individu akan

terjadi depersonalisasi sosialisasi yaitu proses sosialisasi menjadi sama bagi setiap

orang, tidak terjadi kekhasan bagi setiap individu.

E.1.1.5. Mendorong Kohesi Sosial

Fungsi ini mendorong masyarakat untuk bersatu. Namun ketika media

massa mempunyai fungsi untuk menciptakan integrasi sosial, di sisi lain media

massa juga mempunyai peluang untuk menciptakan disintegrasi sosial. Sehingga

ketika membicarakan fungsi media sebagai penyatu masyarakat, kita juga perlu

membicarakan peluang munculnya permusuhan dan konflik di masyarakat akibat

pemberitaan media massa.

E.1.1.6. Pengawasan

Disini komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya tertuju

pada pengumpulan dan penyebaran informasinya. Fungsi pengawasan bisa dibagi

menjadi dua.

Warning or beware surveillance ( pengawasan peringatan)

Instrumental surveillance (pengawasan instrumental)

E.1.1.7. Korelasi

Fungsi ini menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai

dengan lingkungannya, meningkatkan mobilisasi, mengurangi ancaman terhadap

stabilitas nasional, mengurangi kepanikan dan agenda setting. Adapun

disfungsinya yaitu meningkatkan konformisme: merintangi perubahan sosial jika

kritik-kritik sosial diabaikan, meningkatkan hak kritik dan meningkatkan

kepasifan.

13

E.1.1.8. Pewarisan Sosial

Dalam tahap ini dijelaskan bahwasanya media massa berfungsi sebagai

pendidik, baik formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau

mewariskan suatu ilmu pengatahuan, nilai, norma, prannata, dan etika dari satu

generasi ke generasi selanjutnya.

E.1.1.9. Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif

Hal yang sering dilupakan oleh masyarakat adalah, komunikasi massa bisa

menjadi sebuah alat untuk melawan kekuasaan dan kekuatan represif. Informasi

memang diberikan, tapi informasi yang diungkapkan ternyata mempunyai motif-

motif tertentu untuk melawan kemapanan.

E.1.1.10. Menggugat Hubungan Trikotomi

Hubungan trikotomi adalah hubungan adalah hubungan yang bertolak

belakang antara tiga belah pihak, yaitu pemerintah, pers dan masyarakat. Dimana

hubungan trikotomi ini dinilai kurang efektif. Disinilah komunikasi massa melalui

media massa memiliki tugas penting untuk mengubah hubungan trikotomi yang

tidak adil tersebut.

E.2 Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Film merupakan sebuah penemuan teknologi baru yang muncul pada akhir

abad ke-19, tetapi apa yang dapat diberikan oleh film sebenarnya tidak terlalu

baru jika dilihat dari segi isi atau fungsi. Film kini tidak lagi dimaknai sekedar

karya seni (films as art). tetapi film lebih dianggap sebagai praktik sosial, bahkan

Jowett dan Linton dalam buku Movies as Mass Communication memaknainya

sebagai komunikasi massa. Diantara media komunikasi sosial, film telah menjadi

14

medium umum dan dihargai, yang seringkali menyebarkan pesan-pesan yang

dapat saja mempengaruhi dan memberikan pilihan bagi khalayak ramai dalam

bentuk komunikasi yang bukan hanya melalui kata-kata melainkan juga disertai

dengan peristiwa-peristiwa kongkret yang di ungkapkan dalam gambar.

Film memang salah satu media yang dirasa paling efektif untuk

meyampaikan pesan karena film adalah termasuk sebagai salah satu alat atau

media komunikasi. Jika dulu orang berkomunikasi dengan mepertunjukan drama,

maka dengan perkembangan teknologi ada film yang kini sebagai penggantiya.

Film dapat menyalurkan pesan atau makna kepada khalayak luas yang anonim

(tidak saling mengenal) yang tidak dibatasi oleh jarak dan waktu. Film yang

berbasis pada audio dan visual juga termasuk alat komunikasi massa.

Setiap media komunikasi massa mempunyai empat buah fungsi sebagai fungsi dasar sebuah komunikasi yaitu To Inform (Memberikan Informasi), To Persuate (Mempengaruhi), To Educate (Pendidikan), To Entertaint (Memberikan Hiburan) (Lasswell dalam Winarni, 2003 : 44).

Dalam sejarah perkembangan film telah muncul tiga tema besar. Tema

pertama ialah pemanfaatan film sebagai alat propaganda. Tema ini penting

terutama dalam kaitannya dengan upaya pencapaian tujuan nasional dan

masyarakat. Hal tersebut berkenaan dengan pandangan yang menilai bahwa film

memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional dan popularitas yang hebat.

Kedua tema yang lain dalam sejarah film ialah munculnya beberapa aliran seni

film dan lahirnya film dokumentasi sosial. Kedua kecenderungan tersebut

merupakan suatu penyimpangan dalam pengertian bahwa keduanya hanya

menjangkau minoritas penduduk dan berorientasi ke realisme. Terlepas dari hal

itu keduanya mempunyai kaitan dengan tema “film sebagai alat propaganda”.

15

Bagi masyarakat umum film merupakan media hiburan yang oleh para

pengusaha dijadikan sebagai ladang uang untuk dapat menghasilkan keuntungan.

Bagi para ilmuan, film dimaknai sebagai alat yang digunakan untuk merekam

penemuan-penemuan baru yang kemudian di dokumentasikan dan bagi

pemerintah film digunakan untuk tujuan pendidikan dan juga penerangan. Hingga

detik ini studi tentang film di dominasi oleh suatu perspektif analisis dimana film

dipandang sebagai media yang mampu menjadi benda seni sekaligus

memproduksi realitas dengan disertai gambar dan suara sebagai objek kajiannya.

Asal-usul film dan bagaimana film dipelajari telah diolah menjadi berbagai

macam perspektif, dimulai dari masalah tentang peningkatan teknologi hingga

tercapainya ilusi yang sesuai dengan realitas, sebagai sejarah, hingga kisah

tentang selebritis-selebritis ternama. Film kini digunakan sebagai indeks budaya

pada abad ini. Dunia film sebagai salah satu media komunikasi virtual dapat

memberikan suatu pemikiran baru. Dunia virtual yang semakin berkembang

membuat masyarakat berfikir ulang tentang realitas, tentang ruang yang kini

menjadi sesuatu yang tidak terbatas. Maka dapat dilihat bahwa film merupakan

salah satu media komunikasi yang luar biasa ampuh, film bukan saja dapat

menayangkan hal-hal yang bersifat hiburan, melainkan dapat menyampaikan

pesan-pesan yang bisa diterima oleh para penonton secara langsung. Karena itulah

dalam proses pendidikan dan pengajaran di abad modern sekarang ini, dominan

memakai film sebagai media komunikasi. Dengan demikian anak didik akan lebih

mudah untuk menangkap dan menerima pelajaran yang diberikan karena film

16

merupakan medium komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan

informasi.

E.3. Film Animasi

Menurut Grierson dalam bukunya Luis Giannetti, Understanding Movies;

Seventh Edition ,1996, memberikan definisi film animasi sebagai berikut : “Film

animasi adalah film yang merupakan hasil pengolahan gambar tangan sehingga

menjadi gambar yang bergerak yang pada awal penemuannya dibuat dari

berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian diputar sehingga muncul efek

gambar bergerak”.

Animasi berasal dari bahasa latin, anima, yang artinya jiwa, hidup, nyawa dan semangat. Animasi adalah gambar dua dimensi yang seolah-olah bergerak. Animasi ialah suatu seni untuk memanipulasi gambar menjadi seolah-olah hidup dan bergerak, yang terdiri dari animasi 2 dimensi maupun 3 dimensi. Animasi 2D membuat benda seolah hidup dengan mengunakan kertas atau komputer. Animasi 3D merupakan animasi yang dibuat dengan menggunakan model seperti yang berasal dari lilin, clay, boneka/marionette dan menggunakan kamera animasi yang dapat merekam frame demi frame. Ketika gambar-gambar tersebut diproyeksikan secara berurutan dan cepat, lilin atau clay boneka atau marionette tersebut akan teihat seperti hidup dan bergerak. Animasi 3D dapat juga dibuat dengan menggunakan komputer. Proses awalnya adalah membentuk model, pemberian tekstur, warna, hingga cahaya. Kemudian model tersebut diberi kerangka, warna, hingga cahaya. Kemudian model tersebut diberi kerangka dan gerakanya dirancang satu persatu. Seluruh proses pembuatannya dari awal hingga akhir dikerjakan di komputer. Contohnya film Kungfu Panda. (http://wikheayu.blogspot.com/2010/10/grafik-2d-dan-3d.html)

Pengertian ini menunjukkan bahwa film animasi berisi susunan gambar-

gambar yang kemudian diproses sehingga menghasilkan ilusi gerakkan. Di era

modern seperti sekarang ini, dengan bantuan komputer pembuatan film animasi

menjadi lebih cepat dan mudah. Film animasi memiliki format penayangan yang

17

unik dan menarik. Gambar yang dibuat adalah didasarkan pada imajinasi sang

animator. Ide-ide kreatif tersebut yang menyebabkan film animasi banyak

diminati mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Film animasi sangat identik

dengan kelucuan dan keunikan, baik dalam segi bentuk atau gambar dan dalam

dalam segi cerita. Maka, tak jarang masyarakat cenderung memaknai sebagai film

anak-anak ketimbang film orang dewasa. Pemaknaan itulah yang secara tidak

langsung menjadi sebuah kekhawatiran. Dalam sajian format yang warna-warni

yang lucu animasi kini ternyata tidak hanya berisi cerita khusus anak-anak,

melainkan beberapa dari film tersebut seharusnya di khususkan bagi orang dewasa

contohnya berupa penyajian adegan kekerasan, cerita percintaan dan lain

sebagianya.

Walau animasi adalah film yang disajikan dalam bentuk ilusi gambar

bergerak dan bukan diperankan oleh tokoh manusia secara nyata, tetap saja ia

adalah film yang disajikan untuk masyarakat dimana film merupakan salah satu

media komunikasi massa yang berfungsi untuk memberikan informasi,

mempengaruhi, sebagai media pendidikan dan sarana hiburan. Jadi, walau format

sebuah film animasi merupakan penyajian gambar-gambar fiktif, di dalamnya

tidak luput akan siratan pesan yang disampaikan kepada khalayak luas atau

audience yang menontonnya.

Jenis-jenis Animasi menurut Patmore ada beberapa jenis animasi,

diantaranya adalah :

18

1. Stop Motion

Disebut juga frame by frame. Tehnik animasi ini akan membuat objek

seakan bergerak. Objek bisa bergerak karena mempunyai banyak frame

yang dijalankan secara berurutan.

2. Cell Animation

Dulunya cell animation merupakan gambar berurutan dibanyak halaman

yang dijalankan. Animasi tradisional bisa disebut juga animasi klasik atau

animasi hand-draw. Cell animation merupakan animasi tertua dan

merupakan bentuk animasi yang paling populer.

3. Time-Lapse

Setiap frame akan di capture dengan kecepatan yang lebih rendah dari

pada kecepatan ketika frame dimainkan. Contohnya : gerakan bunga yang

terlihat ketika mekar, pergerakan matahari yang terlihat dari terbit sampai

tenggelamnya, dan lain sebagainya.

4. Claymation

Claymation dulunya disebut dengan clay animation dan merupakan salah

satu bentuk dari stop motion animation.

5. Cut-out Animation

Tehnik ini digunakan untuk memproduksi animasi menggunakan karakter,

properti dan background dari potongan material seperti kertas, karton atau

foto.

19

E.3.1 Film Animasi Sebagai Media Pembelajaran di Rumah

Film animasi atau kartun sebagai media hiburan sampai sekarang masih

mendapat tempat di hati para pecinta atau penggemarnya. Penggemar film jenis

ini tidak memandang usia, meskipun film jenis ini kebanyakan untuk konsumsi

anak-anak. Ada juga film kartun untuk usia remaja dan dewasa. Yang

membedakan film kartun anak-anak dengan film kartun dewasa adalah pada

penokohan, tema cerita dan amanat atau pesan.

Film yang sampai saat ini masih didominasi produsen Jepang dan Amerika

Serikat ini selain mengandung unsur hiburan juga mengandung unsur pendidikan,

meskipun kadang terselip unsur permusuhan dan kekerasan. Dua hal yang

senantiasa kita hindarkan pengaruhnya bagi anak-anak.

Anak-anak sebagai konsumen terbesar film kartun jika kita biarkan bebas

biasanya saking cintanya pada film ini bahkan sampai melupakan sebagian besar

waktunya untuk belajar dan membantu bekerja. Jika kita melarang mereka

menonton sepertinya ini terlalu ekstrim. Yang lebih memprihatinkan setelah usai

menonton film ini mereka tidak dapat menangkap pesan moral dari film tersebut,

yang membekas di benak mereka justru unsur negatifnya saja. Misalnya tokoh

jagoannya, aksi pukul, bicara kasar/keras, pertengkaran dan kekerasan lainnya

yang dikemas secara lucu dan menggelikan.Tak jarang mereka menirukan aksi-

aksi tokoh kartunnya.

Sebagai langkah bijaksana alangkah baiknya jika anak-anak kita dampingi

saat menyaksikan film kartun sambil kita jelaskan pesan-pesan moral seperti :

kejujuran, keteguhan, toleransi, kebijaksanaan, kesabaran dan sebagainya. Dengan

20

begitu selain film kartun sebagai media hiburan dan tontonan namun juga sebagai

tuntunan dan media pembelajaran budi pekerti anak-anak kita di rumah.

E.4. Golongan Sosial

Sejak manusia hidup dalam masyarakat dan selama dalam masyarakat ada

sesuatu yang dihargai baik berupa benda ekononis (kekayaan), kekuasaan,

keturunan, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Maka sesuatu yang dihargai

tersebut akan menjadi bibit timbulnya sistem penggolongan sosial dalam

masyarakat. Aristoteles selalu menyatakan bahwa dalam setiap negara terdapat

tiga unsur golongan. Yakni orang kaya sekali, orang melarat dan orang yang

berada ditengahnya.

Golongan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sebagai

hasil proses pertumbuhan masyarakat. Faktor penyebabnya antara lain:

kemampuan/kepandaian, umur, jenis kelamin, sifat keaslian, keanggotaan

masyarakat dan lain-lain. Faktor penentu dari setiap masyarakat berbeda-beda,

misalnya pada masyarakat berburu faktor penentunya adalah kepandaian berburu.

Dalam perkembangannya, ada pula golongan sosial yang sengaja

berbentuk/disusun untuk mengejar tujuan/kepentingan tertentu, biasanya berkaitan

dengan pembagian kekuasaan dalam suatu organisasi formal misalnya

pemerintahan, partai politik, sekolah, universitas, perusahaan, kemiliteran dan lain

sebagainya.

21

E.4.1. Pengertian Golongan Sosial

Secara teoritis manusia sama derajatnya, tetapi dalam kenyataan hidup di

masyarakat ada penghargaan yang berbeda terhadap sekelompok manusia

berdasarkan kelebihan yang dimiliki seperti: kekayaan, kekuasaan, pendidikan

dan keturunan. Adanya penilaian yang berbeda ini menimbulkan terjadinya

pengelompokan masyarakat yang selanjutnya dikenal dengan nama golongan

sosial (istilah sosiologinya: stratifikasi sosial / pelapisan sosial ).

Koentjaraningrat mengartikan golongan sosial adalah kesatuan manusia

yang ditandai oleh ciri-ciri tertentu dan memiliki identitas sosial serta idealisme.

Ikatan identitas sosial muncul karena adanya kesadaran identitas sebagai reaksi

atas pandangan pihak luar terhadap golongan sosial tersebut atau dapat pula

terjadi karena golongan sosial tersebut terikat oleh suatu sistem nilai, norma dan

adat istiadat tertentu.

Pitirim A. Sorokin menggunakan istilah pelapisan sosial yaitu pembedaan

penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat/hierarkhis.

Perwujudannya dikenal dengan adanya kelas sosial tinggi (upper class)

contohnya: pejabat, penguasa, dan pengusaha; kelas sosial menengah (midle

class) contohnya: dosen, pegawai negeri, pengusaha kecil dan menengah; kelas

sosial rendah (lower class) contohnya: buruh, petani, dan pedagang kecil.

Menurut Soerjono Soekanto, kriteria yang dipergunakan sebagai ukuran

dalam menggolongkan masyarakat ke dalam golongan sosial/pelapisan sosial

adalah :

22

1. Ukuran Kekayaan

2. Unsur kekuasaan atau wewenang

3. Ukuran Ilmu Pengetahuan

4. Unsur kehormatan (keturunan)

E.4.2.Karakteristik Golongan Sosial

Beberapa karakteristik golongan sosial/pelapisan sosial yang terjadi di

dalam suatu masyarakat adalah :

1. Adanya perbedaan status dan peranan

2. Adanya pola interaksi yang berbeda

3. Adanya distribusi hak dan kewajiban

4. Adanya penggolongan yang melibatkan kelompok

5. Adanya prestise dan penghargaan

6. Adanya penggolongan yang bersifat universal

Berdasarkan karakteristik golongan sosial di atas, maka terdapat beberapa

pembagian golongan sosial sebagai berikut :

1). Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Pertanian (Agraris), di dasarkan

pada hak dan pola kepemilikan tanah, terbagi menjadi:

a) Golongan Atas : para pemilik tanah pertanian dan pekarang untuk rumah

tinggal (penduduk inti).

b) Golongan Menengah: para pemilik tanah pekarangan dan rumah tapi tidak

memiliki tanah pertanian (kuli gendul).

c) Golongan Bawah : orang yang tidak memiliki rumah atau pekarangan

(inding ngisor).

23

2). Sistem Golongan Sosial pada Masyarakat Feodal, di dasarkan pada hubungan

kekerabatan dengan raja/kepala pemerintahan, terbagi menjadi:

a) Golongan Atas : kaum kerabat raja atau bangsawan.

b) Golongan Menegah : rakyat biasa (kawula).

3). Sistem Golongan Sosial pada Masa Pemerintahan Kolonial, meliputi

a) Golongan Eropa, merupakan lapisan atas, terdiri orang Belanda, Eropa,

Jepang .

b) Golongan Timur Asing, merupakan lapisan menengah, tediri keturunan

China dan Arab.

c) Golongan Bumi Putera, merupakan lapisan bawah, tediri dari pribumi atau

bangsa Indonesia asli.

4). Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Industri, meliputi :

a) Golongan teratas terdiri para pengusaha besar atau pemilik modal,

direktur, komisaris.

b) Golongan menengah atau madya terdiri dari tenaga ahli dan karyawan.

c) Golongan bawah seperti buruh kasar, pekerja setengah terampil, pekerja

sektor informal (pembantu).

Disamping berdasarkan karakteristik spt di atas, golongan sosial dapat

pula dibagi berdasarkan sudut pandang ekonomi, sosial, politik sebagaimana

teruraidi bawah ini.

24

Berdasarkan bidang ekonomi, penggolongan masyarakat dibedakan

menjadi :

1). Penggolongan masyarakat berdasarkan atas kepemilikan harta, yang terdiri

tigagolongan, yaitu:

a) Golongan atas yang terdiri orang-orang kaya.

b) Golongan menengah terdiri orang-orang yang sudah dapat

mencukupikebutuhan pokoknya.

c) Golongan bawah yang terdiri orang-orang miskin.

2). Penggolongan masyarakat berdasarkan profesi / mata pencaharian, yang

terdirienam golongan, yaitu:

a) Golongan elite, yaitu orang-orang kaya, yang punya kedudukan/pekerjaan

terpandang.

b) Golongan profesional, yaitu mereka yang bergelar sarjana dan yang

berhasil dalam dunia profesinya.

c) Golongan semi professional, yang terdiri pedagang, teknisi, pegawai

kantor.

d) Golongan tenaga trampil, seperti tukang cukur, pekerja pabrik, juru tulis.

e) Tenaga semi terlatih, seperti sopir, pelayan restoran.

f) Tenaga tidak terlatih, seperti pembantu rumah tangga, tukang kebun.

E.5. Kategori Sosial

Menurut Koentjaraningrat, kategori sosial adalah kesatuan manusia yang

terwujud karena adanya suatu ciri-ciri obyektif yang dikenakan pada manusia-

25

manusia tersebut. Dalam kategori sosial tidak terikat oleh unsur adat istiadat,

sistem norma, sistem nilai tertentu, tidak memiliki identitas, tidak memiliki

lokasi, tidak mempunyai organisasi, dan tidak memiliki pemimpin.

Dalam masyarakat suatu negara melalui ketentuan hukum yang berlaku

ada kategori warga berdasarkan kelompok umur seperti kategori warga di atas

umur 18 tahun dan kategori untuk membedakan warga negara yang telah memiliki

hak pilih dengan warga negara yang tidak memiliki hak pilih dalam pemilu.

Contoh lain ada kategori orang yang memiliki mobil dan ada kategori orang yang

tidak memiliki mobil dengan maksud untuk menentukan warga masyarakat yang

harus membayar dan yang tidak membayar pajak kendaraan.

Kategori sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke

dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas

secara relatif mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya

mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kategori kelas sosial

biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar dari status yang rendah sampai

yang tinggi. Dengan demikian, para anggota kelas sosial tertentu merasa para

anggota kelas sosial lainnya mempunyai status yang lebih tinggi maupun lebih

rendah dari pada mereka.

E.6. Kelompok Sosial

Kelompok sosial (social group) adalah himpunan/kesatuan-kesatuan

manusia yang hidup bersama, terdapat hubungan timbal balik, saling

memengaruhi sehingga timbul suatu kesadaran untuk saling menolong di antara

mereka.

26

Kesatuan manusia yang hidup bersama disebut kelompok sosial harus

memenuhi kriteria :

a. Adanya kesadaran setiap kelompok bahwa dirinya merupakan bagian dari

kelompok tersebut.

Terdapat hubungan timbal balik (interaksi) antar anggota kelompok

Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku tertentu.

Memiliki suatu sistem dan proses tertentu.

Adanya faktor pengikat yang dimiliki anggota-anggota kelompok, seperti

persamaan nasib, kepentingan tujuan, ideologi politik dll.

b. Jenis-Jenis Kelompok Sosial

Jenis-jenis kelompok sosial dalam masyarakat dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

Berdasarkan Identifikasi Diri, dikenal adanya in group dan out group.In

group adalah kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individu untuk

mengidentifikasi dirinya. In group sering dikaitkan dengan istilah “kami

atau kita” dan pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan perasaan

dekat dengan anggota kelompoknya. “Kami anggota kelompoknya”.

Sedangkan Out group adalah kelompok sosial yang oleh individu

diartikan sebagai lawan in group-nya. Out group sering dihubungkan

dengan istilah”mereka”. Sikap out group ditandai oleh suatu sikap antipati.

27

Berdasarkan hubungan kedekatan anggota, teridentifikasi adanya

kelompok primer (primary group). Menurut Charles Horton Cooley

kelompok primer/primary group adalah kelompok sosial yang paling

sederhana, anggotanya saling mengenal, serta terdapat kerjasama yang erat

dan bersifat pribadi, interaksi sosial berlangsung secara tatap muka (face

to face), Contohnya: keluarga, kelompok bermain, klik/clique.

Berdasarkan hubungan familistik (sifat kekeluargaan), dikenal adanya

paguyuban (Gemeinschaft). Ferdinand Tonnies mengataakan bahwa

paguyuban (gemeinscaft) adalah bentuk kehidupan hubungan batin yang

murni terikat oleh hubungan batin yang kekal berdasarkan rasa cinta dan

rasa persatuan batin. Contohnya: kelompok kekerabatan, rukun

tetangga/RT.

Berdasarkan sifat organisasi, terdapat informal group. Informal group

adalah kelompok yang tidak memiliki struktur/organisasi tertentu,

kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk berdasarkan pertemuan

yang berulangkali. Contohnya: kelompok arisan, kelompok belajar,

klik/clique.

Berdasarkan keanggotaan, terdapat adanya kelompok membership group

danreference group. Kelompok membership adalah kelompok yang para

anggotanya tercatat secara fisik sebagai anggota. Contohnya: peserta

asuransi nasabah bank, anggota OSIS, anggota PGRI. Sedangkan

kelompok reference/kelompok rujukan atau acuan adalah kelompok sosial

yang dijadikan rujukan/acuan oleh individu-individu yang tidak tercatat

28

dalam anggota kelompok tersebut untuk membentuk kepribadiannya

dalam berperilaku. Contohnya; seseorang yang gagal menjadi mahasiswa

UI tetapi ia tetap bertingkah laku seperti mahasiswa UI.

E.7. Teori Uses and Gratification

Teori ini dicetuskan oleh Elihu Katz, Michel Gurevitch dan Hadassa Hass

(1973). Teori ini berbicara tentang penggunaan dan kepuasan ini menyatakan

bahwa orang-orang mempunyai kebutuhan dan kepuasan yang dapat terpenuhi

dengan menggunakan (berlangganan, membaca, menonton) media massa.

Teori ini mengasumsikan khalayak itu tidak pasif, sehingga apa yang dianggap penting oleh media (misalnya diberitakan dihalaman pertama), belum tentu dianggap penting juga oleh khalayak. Menurut teori yang menganggap khalayak pasif media dengan pesan-pesanya sangat mempengaruhi perilaku khalayaknya. (Hamidi,2010 : 77)

Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut orang lalu memilih,

media apa yang hendak digunakan, kemudian juga memilih pesan apa ( acara,

berita) yang akan dinikmati. Tindakan ini dilakukan karena khalayak

mengaharpkan kepuasan atau terpenuhinya keinginan.

Uses and gratification muncul dari paradigma fungsionalis dalam tradisi

ilmu sosial. Uses and gratification membahas penggunaan media dalam kerangka

pemenuhan kebutuhan sosial atau psikologis bagi individu. Media massa bersaing

dengan sumber pemenuhan informasi lain, namun pemenuhan kebutuhan itu bisa

dipenuhi melalui isi media (misalnya dengan melihat acara tertentu di televisi),

dari genre tertentu dalam media (misalnya talkshaw), dari terpaan media secara

umum (misalnya menonton televisi, membaca koran). Uses and gratification

berpendapat bahwa kebutuhan itu akan mempengaruhi dalam bagaimana

29

menggunakan dan memberikan respon terhadap media. Zilman membuktikan

pengaruh suasana hati terhadap penggunaan media. Bahwa saat bosan, orang

cenderung memilih acara yang menarik, sementara yang sedang stress memilih

acara yang bisa memberikan ketenangan. Acara yang sama juga bisa saja

memenuhi kebutuhan yang berbeda bagi individu yang berbda. Perbedaan

kebutuhan itu berhubungan dengan kepribadian, tingkat kematangan, latar

belakang dan peran sosialnya. Faktor perkembangan itu tampaknya berhubungan

dengan tujuan menggunakan media. Van Evra (1990) menunjukkan bahwa anak-

anak bisa jadi melihat televisi untuk mencari informasi sehingga akan lebih

mudah untuk menerima pengaruh darinya.

E.8. NEnt (Need for Entertainment)

Ialah kebutuhan individu akan hiburan, yang bisa mengaktifkan dan

memfasilitasi saraf penerimaan pesan. Orang dengan NEnt tinggi, boleh jadi akan

diliputi berbagai kebutuhan dan mengekspresikannya ke semua bidang kehidupan.

Kecenderungan ini akan memberikan tempat bagi pesan persuasif yang berasal

dari sebuah narasi fiksional, sehingga memengaruhi naluri bahwa sadarnya.

F. Fokus Penelitian

Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tetap fokus dan tidak

meluas, maka penelitian ini melakukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah

yang ada dalam penelitian ini adalah mengenai pemanfaatan film animasi;

bagaimanakah perbedaan individu di kalangan anak-anak dalam memanfaatkan

film animasiSpongeBob SquarPants.

30

G. Metode Penelitian

G.1. Tipe dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

adalah pendekatan yang dilakukan untuk menjelaskan sebuah fenomena sedalam-

dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi, karena jika data

yang terkumpul sudah mendalam dan cukup menjelaskan fenomena yang diteliti,

maka tidak perlu mencari sampling yang lain.

Pendekatan kualitatif mmemiliki ciri khas penyajian datanya berbentuk narasi, cerita mendalam atau rinci dari responden hasil wawancara dan dokumentasi (Hamidi,2010 : 55)

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,

karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena

yang satu dengan fenomena lainnya. Tujuannya adalah untuk menggambarkan

pemanfaatan acara film animasi SpongeBob SquarPants oleh audien.

G.2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah anak-anak SD/MI didesa Bacem kecamatan

Ponggok kabupaten Blitar, pemilihan tersebut ditetapkan karena peneliti

beranggapan bahwa anak-anak didesa Bacem banyak yang menyukai acara film

animasi SpongeBob SquarPants, ditambah dari hasil mini riset peneliti berupa

observasi awal. Bahwasanya karakteristik desa Bacem yang masih merupakan

desa berkembang yang baru terkena arus perkembangan teknologi komunikasi,

31

seperti televisi yang menyuguhkan berbagai macam acara didalamnya seperti film

animasi yang banyak dikonsumsi oleh anak-anak didesa bacem.

Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa : penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penentuan sampel pada penelitian kualitatif tidak didasarkan penghitungan statistik. Sampel yang diperoleh berguna untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. (Sugiyono,2008 : 394)

Penentuan sampling dilakukan dengan menggunakan purposive samplinng

yakni cara memilih sampel berdasarkan pada kelompok, wilayah atau sekelompok

individu melalui pertimbangan tertentu dari peneliti yang diyakini dapat mewakili

semua unit analisis yang ada. Pemilihan kelompok atau wilayah tertentu

dilakukan setelah peneliti melakukan pengamatan atau penjajakan di lokasi

penelitian. Adapaun kriteria yang dipilih oleh peneliti sebagai sampel adalah

sebagai berikut :

1. Anak-Anak SD/MI di desa Bacem Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar.

karena lingkungan sosial yang menunjang dan fasilitas multimedia yang

menunjang dalam pengembangan penelitian.

2. Anak-anak yang menyukai film animasi SpongeBob SquarPants. karena

mereka dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan, sehingga

akan membantu dan memudahkan peneliti menjelajahi situasi sosial yang

diteliti.

3. Anak-anak yang berusia antara 9-12 Tahun. Karena berdasarkan

kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) dijelaskan bahwasanya anak

pada usia 9-12 tahun mempunyai unsur kecerdasan yang disebut sebagai

kecerdasan visual-spasial yakni menunjukkan kemampuan seseorang

32

untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang

dan Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian

memecahkan berbagai masalah, sehubungan dengan kemampuan ini

adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial.

G.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik

pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang sesuai

dengan pokok permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Observasi (Observasi Partisipatif)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang

yang diteliti atau yang sedang diamati. Sambil melakukan pengamatan, peneliti

ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, yaitu menonton film

animasi. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih

lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku

yang tampak.

Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat : a. Partisipasi Pasif, jadi dalam hal ini peneliti datang ditempat kegiatan

orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. b. Partisipasi moderat, dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara

peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

c. Partisipasi aktif, dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

d. Partisipasi lengkap, dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian.

33

Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti. (Sugiyono,2008 : 405)

2. Wawancara Mendalam ( Depth Interview)

wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam atau depth interview, di mana wawancara dilakukan secara

langsung dengan nara sumber/ informan. Wawancara dapat dilakukan secara

intensif agar data yang diperoleh dapat lebih berkualitas. Dalam teknik ini,

informan memiliki kebebasan untuk menjawab. Sehingga agar mendapatkan data

yang lengkap, mendalam, dan terbuka, peneliti harus melakukan wawancara

dengan situasi yang informal dan sangat penting untuk menjalin keakraban.

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Kriyantono, 2006:98).

Menurut pendapat Denzin yang disadur oleh Kriyantono, memberikan

pertanyaan yang berbeda atas informan yang satu dengan yang lain adalah hal

yang memungkinkan. Namun, susunan kata dan urutan nya disesuaikan dengan

ciri-ciri setiap informan.

G.4. Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan semenjak sebelum

memasuki lapangan. Peneliti memulai analisis semenjak ditemukan permasalahan

sampai penelitian berakhir. Nasution (1988) menyatakan analisis telah dimulai

sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil akhir. Namun dalam penelitian ini

peneliti lebih memfokuskan analisis selama proses di lapangan bersamaan dengan

pengumpulan data.

34

“Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitianya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.” (Sugiyono,2008 : 427)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data di lapangan

dengan model Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2008: 430) diantaranya

yaitu :

a. Data Reduction (Reduksi Data) Semakin lama peneliti berada di lapangan, maka semakin banyak pula data yang diperoleh.Maka diperlukan adanya pencatatan dan diperlukan segera adanya analisis data dengan reduksi data. Menurut Sugiyono mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dalam mereduksi, peneliti dapat dibantu dengan menggunakan peralatan elektronik seperti computer dan dengan memberikan kode-kode pada aspek-aspek tertentu.

b. Data Display (penyajian data) Setelah peneliti mereduksi data, langkah selanjutnya yang ditempuh adalah mendisplay data. Peneliti akan menyajikan data dengan uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman, (dalam Sugiyono, 2008:249) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”.Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.Dengan menggunakan data display maka diharapkan peneliti akan diberi kemudahan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya dengan melihat apa yang telah dipahami sebelumnya.

c. Conclusion Drawing/verification Langkah selanjutnya setelah mereduksi data dan penyajian data, langkah yang ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan pada penelitian kualitatif diharapkan dapat menjawab yang ada di rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal ditambah dengan bukti-bukti atau data-data yang telah ada.

G.5. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data digunakan dalam sebuah penelitian untuk

mengetahui ketepatan dan keabsahan data yang diperoleh melalui kecakapan

35

referensi. Adapun jenis teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah triangulasi.

Untuk pemeriksaan kesahan (validity) dan ketetapan (reliability) data, maka pengkaji menetapkan teknik penyetigaan (tringulasi). Kesahan data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan adalah sejauh mana data yang dikumpulkan telah secara signifikan mencerminkan atau mewakili realitas atau gejala yang dikaji. Sedangkan ketetapan tersebut dengan tingkat konsistensi hasil dari penggunaan alat pengumpulan data (pawito, 2007:97).

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini penelelti

menggunakan triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi

atau dokumentasi. Bila dengan ketiga cara tersebut menghasilkan data yang

berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data

yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap

benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda.