Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan bidang kesejahteraan sosial merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat,
dengan memastikan kehadiran Negara dalam
menyelesaikan permasalahan ditengah-tengah masyarakat
secara cepat, efektif dan bermartabat. Otonomi Daerah di
Indonesia memasuki babak baru dengan ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, yang mengamanatkan bahwa
urusan sosial adalah urusan wajib dan pelayanan dasar
bagi Pemerintah Daerah yang harus menjadi prioritas
pembangunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Provinsi Provinsi Jawa Tengah. Dalam hal kewenangan
dalam penanganan PMKS maka Penyelenggaraan
rehabilitasi sosial bagi PMKS yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Provinsi adalah penanganan langsung dalam
Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM), Jenis Pelayanan Dasar
pada SPM Sosial Daerah Provinsi terdiri atas :
a. Rehabilitasi Sosial Dasar Penyandang Disabilitas
Terlantar di dalam Panti.
b. Rehabilitasi Sosial Dasar Anak Terlantar di Dalam Panti.
c. Rehabilitasi Sosial Dasar Lanjut Usia Terlantar di Dalam
Panti.
d. Rehabilitasi Sosial Dasar Tuna Sosial Khususnya
Gelandangan dan Pengemis di Dalam Panti.
e. Perlindungan dan Jaminan Sosial Pada Saat dan
Setelah Tanggap Darurat Bencana Bagi Korban
Bencana Provinsi.
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial merupakan
tanggungjawab Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat yang
dilaksanakan melalui 4 (empat) pilar yakni Perlindungan
Sosial, Jaminan Sosial, Rehabilitasi Sosial dan
Pemberdayaan Sosial.
Rencana Strategis Dinas Sosial merupakan dokumen
perencanaan penyelengaraan kesejahteraan sosial 5 (lima)
tahunan sebagai penjabaran visi dan misi Pembangunan
Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2018-2023, memuat
tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial Provinsi.
Indikator Kinerja Utama (IKU) yakni :
(1) Menurunnya jumlah Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS).
(2) Meningkatnya peran Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS) dalam melaksanakan
Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS).
I.2. Landasan Hukum
a. Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia.
b. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi manusia.
c. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 Tentang
penanggulangan Bencana.
d. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik.
e. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial.
f. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial.
g. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2011 tentang
Penanganan Fakir Miskin.
h. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang nomor 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak.
i. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
j. Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 Tentang
Penyandang Disabilitas
k. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
l. Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Upaya penanganan Fakir Miskin
Pendekatan Wilayah.
m. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah.
n. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM).
o. Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
p. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan.
q. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 tentang
Tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Sosial Di Daerah Provinsi
dan Di Daerah Kabupaten/Kota.
r. Peraturan Gubernur Nomor 63 tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial Prov. Jateng.
s. Peraturan Gubernur Nomor 31 tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
Sosial Provinsi Jawa Tengah.
I.3. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Renstra Dinas Sosial dimaksudkan sebagai
Panduan Dalam Menentukan Arah Kebijakan dan Program
Prioritas Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Dalam
Kerangka RPJMD 2018-2023.
Tujuan penyusunan Renstra adalah :
a. Sebagai panduan teknis penentuan arah kebijakan dan
prioritas penyelenggaraan kesejahteraan sosial
selama 5 tahun.
b. Sebagai alat ukur indikator kinerja penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
I.4. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Memuat tentang Latar Belakang,
Landasan Hukum, Maksud dan Tujuan
serta Sistematika Penulisan.
BAB II : GAMBARAN PELAYANAN SKPD
DINAS SOSIAL
Memuat tentang Tugas Fungsi dan
Struktur Perangkat Daerah, Sumber
Daya Perangkat Daerah, Kinerja
Pelayanan Perangkat Daerah,
Tantangan dan Peluang
Pengembangan Pelayanan Perangkat
Daerah.
BAB III : PERMASALAHAN DAN ISU-ISU
STRATEGIS PERANGKAT DAERAH
Memuat tentang Identifikasi
Permasalahan Berdasarkan Tugas dan
Fungsi Pelayanan Perangkat Daerah,
Telaahan Visi, Misi dan Program
Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Terpilih, Telaahan Renstra
Kementerian Sosial RI dan Rencana
Strategis Dinas Sosial Provinsi/
Kabupaten/ Kota, Telaahan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) pada RPJMD.
BAB IV : TUJUAN DAN SASARAN
Memuat tentang Tujuan dan Sasaran
Jangka Menengah Perangkat Daerah.
BAB V : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Memuat tentang Rumusan Strategi
dan Arah Kebijakan Perangkat Daerah
Tahun 2018-2023.
BAB VI : RENCANA PROGRAM DAN
KEGIATAN SERTA PENDANAAN.
Memuat tentang Rencana Program
dan Kegiatan Indikator Kinerja,
Kelompok Sasaran dan Pendanaan
Indikatif.
BAB VII : KINERJA PENYELENGGARAAN
BIDANG URUSAN
Memuat tentang Indikator Perangkat
Daerah, Indikator Kinerja Utama (IKU)
Perangkat Daerah.
BAB VIII : PENUTUP
BAB II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA
TENGAH
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
1. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 63
Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial
Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
a. Tugas
Melaksanakan urusan pemerintahan bidang sosial yang
menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan
kepala daerah.
b. Fungsi
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana
dimaksud, Dinas Sosial mempunyai fungsi:
1) Perumusan kebijakan bidang pemberdayaan sosial,
perlindungan dan jaminan sosial, rehabilitasi sosial
serta penanganan fakir miskin;
2) Pelaksanaan kebijakan bidang pemberdayaan
sosial, perlindungan dan jaminan sosial, rehabilitasi
sosial serta penanganan fakir miskin;
3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang
pemberdayaan sosial, perlindungan dan jaminan
sosial, rehabilitasi sosial serta penanganan fakir
miskin;
4) Pelaksanaan, pembinaan administrasi dan
kesekretariatan kepada seluruh unit kerja di
lingkungan dinas; dan
5) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
gubernur sesuai tugas dan fungsinya.
2. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 63 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah sedangkan untuk
UPT Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah berdasarkan
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 31 Tahun 2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yakni sebagai berikut:
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
SUB BAG
PROGRAM
SUB BAG
KEUANGAN
SUB BAG UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG PEMBERDAYAAN SOSIAL
BIDANG PERLINDUNGAN DAN
JAMINAN SOSIAL
BIDANG
REHABILITASI SOSIAL
BIDANG
PENANGANAN FAKIR
MISKIN
SEKSI PENGELOLAAN SUMBER DANA
KESEJAHTERAAN SOSIAL
SEKSI PEMBERDAYAAN POTENSI SUMBER KESEJAHTERAAN
SOSIAL
SEKSI KEPAHLAWANAN,
KEPERINTISAN DAN KESETIAKAWANAN
SOSIAL
SEKSI PERLINDUNGAN SOSIAL KORBAN BENCANA ALAM
SEKSI
PERLINDUNGAN SOSIAL KORBAN
BENCANA SOSIAL
SEKSI REHABILITASI SOSIAL ANAK DAN
LANJUT USIA
SEKSI
JAMINAN SOSIAL
SEKSI REHABILITASI
SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
SEKSI REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL
DAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG
SEKSI
PENGELOLAAN
DATA KEMISKINAN
SEKSI PENANGANAN
FAKIR MISKIN PERDESAAN
SEKSI PENANGANAN FAKIR MISKIN
PERKOTAAN DAN DAERAH RENTAN
UPTD
UPT
KEPALA PANTI
STRUKTUR ORGANISASI
PANTI PELAYANAN SOSIAL KELAS A
DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SEKSI BIMBINGAN DAN
REHABILITASI SOSIAL
SEKSI
PENYANTUNAN DAN
RUJUKAN
SUB BAGIAN TATA
USAHA
SUB BAGIAN
TATA USAHA
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
KEPALA PANTI
STRUKTUR ORGANISASI
PANTI PELAYANAN SOSIAL KELAS B
DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH
2.2. Sumber Daya Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.
Sumber Daya merupakan faktor penting penyelenggaraan
kesejahteraan sosial dalam rangka mewujudkan pelayanan prima.
Saat ini jumlah sumber daya pelayanan umum dan pelayanan
teknis sebanyak 1.158 orang terdiri atas 782 ASN dan 376 tenaga
non ASN, adapun kondisi SDM penyelenggara kesejahteraan sosial
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.1 Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Pegawai
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Unit Kerja
Pendidikan
Jml SD SLTP SLTA/
SMK
SM/
D.III
S.1/
D.IV S.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Dinas Sosial Prov. Jateng
a) PNS 4 3 44 8 74 25 158
b) Harian
Lepas
44
2 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Prov. Jateng
a) PNS 15 34 307 26 194 48 624
b) Harian
Lepas
332
Total 1.158
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 2.2 Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Pegawai
Berdasarkan Pangkat/Golongan
NO. LOKASI PANGKAT/GOLONGAN
Jml I II III IV HARLEP
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Dinas Sosial Provinsi Jateng
2 27 113 16 44 202
2.
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Jateng
22 176 375 51 332 956
JUMLAH 44 203 488 67 376 1.158
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018
Sebagaimana yang tercantum di dalam standar teknis pelayanan
dasar SPM, Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
mengkategorisasikan SDM penyelenggara kesejahteraan sosial ke
dalam 3 (tiga) golongan terdiri atas Pekerja Sosial Profesional,
Penyuluh Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKS).
Kategorisasi SDM penyelenggara kesejahteraan sosial dilakukan
dengan memperhatikan satuan standar yang meliputi standar
kualifikasi dan standar pembinaan, adapun pengkategorisasian
SDM penyelenggara kesejahteraan sosial sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 2.3
Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Penyelenggara Kesos Berdasarkan Ketegorisasi
No Unit Kerja Kategorisasi SDM Jumlah
Pekerja Sosial Profesional
Penyuluh Sosial
TKS
1 Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
a) PNS 19 3 136 158
b) Harlep - - 44 44
2 Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
a) PNS 93 6 525 624
b) Harlep - - 332 332
Total 1.158
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018
Panti pelayanan sosial milik Pemerintah Provinsi memiliki peran
strategis sebagai ujung tombak yang bersentuhan langsung dalam
penanganan PMKS guna pemenuhan kebutuhan dasar di dalam
panti. Ketersediaan sarana prasarana sosial meliputi bangunan
perkantoran termasuk Taman Makam Pahlawan Nasional Giri
Tunggal Semarang, asrama serta bangunan penunjang lainnya
antara lain Mushola, Ruang Perawatan Khusus, Aula, Rumah Dinas
sebanyak 805 unit. Kondisi sarana prasarana panti pelayanan
sosial tahun 2013-2017 sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.4. Jumlah dan Kondisi Bangunan Sosial
Milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013–2017
No Tahun Jumlah
Unit Bangunan
Kondisi Baik
Kondisi Rusak Ringan
Kondisi Rusak Sedang
Kondisi Rusak Berat
1 2013 760 564 79 57 60
No Tahun Jumlah
Unit Bangunan
Kondisi Baik
Kondisi Rusak Ringan
Kondisi Rusak Sedang
Kondisi Rusak Berat
2 2014 769 573 76 58 62
3 2015 770 550 74 77 69
4 2016 775 544 70 86 75
5 2017 807 535 93 86 93
6 2018 807 578 93 86 50
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 2.5.
Daftar Nama Panti Pelayanan Sosial, Daya Tampung Dan Lokasi Persebaran
No Nama Panti Nama Rumah
Pelayanan Sosial Daya
Tampung Jenis Pelayanan
Tempat Kedudukan
1 2 3 4 5 6
I. UPT Kelas A
1 Panti Pelayanan Sosial Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar “MARDI UTOMO” Semarang
110 Pengemis, Gelandangan dan Orang Terlantar
Kota Semarang
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Intelektual Pamardi Mulyo
50 Penyandang Disabilitas Intelektual
Kabupaten Demak
2 Panti Pelayanan Sosial Anak “MANDIRI” Semarang
55 Anak Nakal Kota Semarang
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “PUCANG GADING”
115 Lanjut Usia Terlantar Kota Semarang
3 Panti Pelayanan Sosial Anak “WIRA ADHI KARYA” Ungaran
70 Anak Putus Sekolah Kabupaten Semarang
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “WENING WERDOYO”
90 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Semarang
Rumah Pelayanan Sosial Anak Balita “WILOSO TOMO”
30 Balita Terlantar Kota Salatiga
4 Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “NGUDI RAHAYU” Kendal
187 Penyandang Disabilitas Mental
Kabupaten Kendal
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “BINA
50 Penyandang Disabilitas Mental
Kabupaten Kendal
No Nama Panti Nama Rumah
Pelayanan Sosial Daya
Tampung Jenis Pelayanan
Tempat Kedudukan
1 2 3 4 5 6
I. UPT Kelas A
SEJAHTERA”
5 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “CEPIRING” Kendal
100 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Kendal
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “WELERI”
40 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Kendal
6 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “TURUSGEDE” Rembang
70 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Rembang
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “MARGO MUKTI”
75 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Rembang
7 Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “PANGRUKTI MULYO” Rembang
125 Penyandang Disabilitas Mental
Kabupaten Rembang
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “PAMARDI KARYA”
50 Penyandang Disabilitas Mental
Kabupaten Rembang
8 Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra “PENDOWO” Kudus
50 Penyandang Penyandang Disabilitas Sensorik Netra
Kabupaten Kudus
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “MURIA JAYA”
65 Penyandang Disabilitas Mental
Kabupaten Kudus
9 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “POTROYUDAN” Jepara
80 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Jepara
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “WALUYOTOMO”
80 Penyandang Disabilitas Mental
Kabupaten Jepara
10 Panti Pelayanan Sosial Wanita “WANODYATAMA” Surakarta
150 Eks Wanita Tuna Susila
Kota Surakarta
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra
75 Penyandang Disabilitas Sensorik Netra
Kota Surakarta
No Nama Panti Nama Rumah
Pelayanan Sosial Daya
Tampung Jenis Pelayanan
Tempat Kedudukan
1 2 3 4 5 6
I. UPT Kelas A
"BHAKTI CANDRASA"
11 Panti Pelayanan Sosial Anak “TARUNA YODHA” Sukoharjo
75 Anak Putus Sekolah Kabupaten Sukoharjo
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “ESTITOMO”
110 Penyandang Disabilitas Mental
Kabupaten Wonogiri
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “HESTINING BUDI”
65 Penyandang Disabilitas Mental
Kabupaten Klaten
12 Panti Pelayanan Sosial Anak “DHARMA PUTERA” Purworejo
75 Anak Putus Sekolah Kabupaten Purworejo
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “WILOSO WREDHO”
60 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Purworejo
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Rungu Wicara “WIRA KARYA TAMA”
50 Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara
Kabupaten Purworejo
13 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “ADI YUSWO” Purworejo
100 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Purworejo
Rumah Pelayanan Sosial Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar “MARDIGUNO”
50 Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar
Kabupaten Kebumen
14 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “DEWANATA”
150 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Cilacap
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “MARTANI”
80 Penyandang Disabilitas Mental
Kabupaten Cilacap
Rumah Pelayanan Sosial PMKS “PAMARDI RAHARJO”
50 PMKS Kabupaten Banjarnegara
15 Panti Pelayanan Sosial Disabilitas
100 Penyandang Disabilitas Intelektual
Kabupaten Sragen
No Nama Panti Nama Rumah
Pelayanan Sosial Daya
Tampung Jenis Pelayanan
Tempat Kedudukan
1 2 3 4 5 6
I. UPT Kelas A
Intelektual “RAHARJO” Sragen
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “MOJOMULYO”
50 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Sragen
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Fisik Gondang
50 Penyandang Disabilitas Fisik
Kabupaten Sragen
Rumah Pelayanan Sosial Anak Pamardi Siwi
100 Anak Terlantar Kabupaten Sragen
16 Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “SAMEKTO KARTI” Pemalang
190 Penyandang Disabilitas Mental
Kabupaten Tegal
Rumah Pelayanan Sosial Anak “PUTERA HARAPAN”
50 Anak Putus Sekolah Kabupaten Tegal
17 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “BISMA UPAKARA” Pemalang
100 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Pemalang
Rumah Pelayanan Sosial Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar “KARYA MANDIRI”
50 Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar
Kabupaten Pemalang
18 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “BOJONGBATA” Pemalang
100 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Pemalang
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “KLAMPOK”
90 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Brebes
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra "DISTRARASTRA"
50 Penyandang Disabilitas Sensorik Netra
Kabupaten Pemalang
19 Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra “PENGANTHI” Temanggung
100 Penyandang Disabilitas Sensorik Netra
Kabupaten Temanggung
No Nama Panti Nama Rumah
Pelayanan Sosial Daya
Tampung Jenis Pelayanan
Tempat Kedudukan
1 2 3 4 5 6
I. UPT Kelas A
Rumah Pelayanan Sosial Anak “MARDI YUWONO”
70 Anak Terlantar Kabupaten Wonosobo
20 Panti Pelayanan Sosial PMKS “MARGO WIDODO” Semarang
160 PMKS Kota Semarang
Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “SONO RUMEKSO”
85 Penyandang Disabilitas Mental
Kabupaten Grobogan
II. UPT Kelas B
21 Panti Pelayanan Sosial Anak “KASIH MESRA” Demak
80 Anak Terlantar Kabupaten Demak
22 Panti Pelayanan Sosial Anak “PAMARDI UTOMO” Boyolali
80 Anak Terlantar Kabupaten Boyolali
23 Panti Pelayanan Sosial Anak “SUKO MULYO” Tegal
90 Anak Terlantar Kota Tegal
24 Panti Pelayanan Sosial Anak “WORO WILOSO” Salatiga
130 Anak Terlantar Kota Salatiga
25 Panti Pelayanan Sosial Anak “KUMUDA PUTERA PUTERI” Magelang
120 Anak Terlantar Kota Magelang
26 Panti Pelayanan Sosial Anak “TAWANGMANGU” Karanganyar
75 Anak Jalanan Kabupaten Karanganyar
27 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “SUDAGARAN” Banyumas
100 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Banyumas
TOTAL DAYA TAMPUNG 4.602
Sumber : Pergub Jateng No. 31 Tahun 2018
2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.
Realiasi capaian kinerja tahun 2013 sampai dengan tahun 2017
merupakan pijakan strategi penyusunan Program dan Kegiatan
tahun 2018–2023, guna memberikankan gambaran keberhasilan
maupun permasalahan dalam pelaksanaannya. Adapun pencapaian
kinerja 2013 s.d 2017 sebagai berikut :
2.3.1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Unit Pelaksana Teknis
(UPT).
Ketersediaan sarana prasarana yang memadai merupakan
salah satu instrument penting dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial melalui Panti pelayanan Sosial. Selama
kurun waktu 2013 – 2018 telah dilaksanakan peningkatan
sarana dan prasarana pada 98 unit/paket pekerjaan pada
54 UPT Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Secara
terperinci sebagaimana dibawah ini:
Tabel 2.6. Peningkatan Kualitas Sarpras Panti Sosial
Tahun 2013 – 2018
No Tahun Jumlah UPT Paket Rehab
%
1 2013 760 7 0,92
2 2014 769 10 1,30
3 2015 770 12 1,56
4 2016 775 12 1,55
5 2017 807 14 1,73
6 2018 807 47 5,28
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018
2.3.2. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS)
Data PMKS hasil Pemuthakiran data PMKS tahun 2016
adalah 4.965.855 jiwa atau 14,40 % dari jumlah penduduk
Jawa Tengah sebanyak 34.490.835 jiwa (Data BPS Jawa
Tengah: proyeksi tahun 2018). Populasi PMKS di Jawa
Tengah cenderung fluktuatif, hal ini dikarenakan masih
terdapat masyarakat dengan kondisi kemiskinan,
keterlantaran, disabilitas, ketunaan, korban tindak
kekerasan dan perdagangan orang serta perubahan
lingkungan sehingga tidak dapat melaksanakan fungsi
sosial. Oleh sebab itu Pemerintah Daerah berupaya
melaksanakan penanganan PMKS melalui perlindungan dan
jaminan sosial, rehabilitasi sosial, penanganan fakir miskin
dan pemberdayaan sosial. Periode tahun 2013-2018 dari
populasi PMKS 4.965.855 jiwa telah ditangani sebanyak
221.744 jiwa (4,45 persen) dimana 12.764 jiwa diantaranya
adalah PMKS non produktif dan terlantar penerima bantuan
sosial program Kartu Jateng Sejahtera (KJS). Penanganan
PMKS 2013-2018 sebagaimana tercantum pada Tabel
dibawah ini:
Tabel 2.7. Penanganan PMKS di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2013 – 2018
No Tahun Populasi PMKS
(orang) PMKS
Tertangani %
Tertangani
1 2013 5.507.993 18.075 0,33
2 2014 5.016.701 33.712 0,67
3 2015 4.982.989 34.807 0,70
4 2016 4.948.182 35.323 0,71
5 2017 4.941.435 39.446 0,80
6 2018 4.045.143 60.381 1,49
TOTAL 221.744 5,48
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018
2.3.3. Bantuan Sosial
Salah satu instrument pendukung percepatan kemandirian
dan kemampuan melaksanakan fungsi sosial dalam
penanganan PMKS adalah pemberian bantuan sosial sebagai
stimulant dalam bentuk barang sesuai kemampuan dan
minatnya. Pemberian bantuan sosial 2013-2018
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.8. Jumlah PMKS yang Mendapatkan Bantuan Sosial
Tahun 2013 – 2018
No Tahun Populasi
PMKS (orang)
PMKS Penerima Bansos
% Penerima Bansos
1 2013 5.507.993 6.177 0,11
2 2014 5.016.701 6.421 0,13
3 2015 4.982.989 7.359 0,15
4 2016 4.948.182 6.747 0,14
5 2017 4.941.435 19.954 0,40
6 2018 4.045.143 23.795 0,59
TOTAL 70.453 1,74
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018
2.3.4. Penguatan Kapasitas Potensi dan Sumber Kesejahteraan
Sosial (PSKS).
Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) adalah
perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang
berperan serta untuk menjaga, menciptakan, mendukung dan
memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Populasi
PSKS, sebagaimana hasil pemuthakiran data tahun 2018
terdiri atas 30.145 PSKS sebagaimana matriks dibawah ini:
Tabel 2.9. Jumlah Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial tahun 2013-2018
NO JENIS 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Karang Taruna 8.577 8.578 8.578 8.578 8.578 8.093
2 LKS/Orsos 1.367 899 914 914 911 920
3 PSM 36.478 28.260 28.260 28.260 28.260 13.794
4 TKSK 568 573 573 573 573 573
5 LK3 0 39 39 39 39 35
6 Kader Perempuan
550 550 550 550 550 3.534
7 Dunia Usaha 1.239 3330 3.330 3.330 3.330 58
8 Tagana 1.377 1.272 1.272 1.272 1.272 934
Jumlah 50.156 43.501 43.516 43.516 43.513 30.145
Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) merupakan
unsur masyarakat yang memberikan dukungan riil dalam
penanganan PMKS disekitarnya. Peningkatan kapasitas PSKS
merupakan upaya dalam mendorong kemampuan
memberikan sumbangsih dan dukungan terhadap percepatan
penanganan PMKS. Terperinci penguatan kapasitas 2013-2018
sebagai berikut:
Tabel 2.10. Penguatan Kapasitas PSKS di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2013 – 2018
No Tahun Populasi
PSKS
Jumlah Penguatan Kapasitas
%
1 2013 50.156 2.2 4,39
2 2014 43.501 2.298 5,28
3 2015 43.516 2.368 5,44
4 2016 43.516 2.468 5,67
5 2017 43.513 3.579 8,23
6 2018 43.513 7.851 18,04
Jumlah 20.764 47,05
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018
Pencapaian kinerja Program RPJMD 2013-2018 Pelayanan Dinas
Sosial Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut :
Tabel 2.11. Capaian Kinerja Pelayanan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
No Indikator Kinerja Sesuai Tugas dan
Fungsi OPD Target SPM
Target IKK
Targe
t
Indikator
Lainnya
Kondisi
Awal
Renstra
Target Renstra Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil
(KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Lainnya
Jumlah PMKS yang mendapatkan bantuan sosial
63,62 - - 6,177 6,421 7,411 6,776 18,644 18,444 6,421 7,359 7,359 19,954 23.795
Jumlah perintis
kemerdekaan/keluarganya,
warakawuri dan veteran yang mendapatkan dukungan pelayanan
kesejahteraan sosial
-
- - 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54
2 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Jumlah panti yang melaksanakan standar pelayanan sesuai dengan
SOP
55,03 - - 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27
Jumlah PMKS yang ditangani
melalui panti sosial milik pemerintah
-
- - 4,112 4,092 4,092 4,092 4,092 4,092 4,092 4,092 4,092 4,122 6,190
No Indikator Kinerja Sesuai Tugas dan
Fungsi OPD
Target
SPM
Targe
t IKK
Targe
t Indik
ator Lainn
ya
Kondisi Awal
Renstra
Target Renstra Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jumlah Sarana dan Prasarana Sosial 63,55 10 10 12 12 10 2 10 12 12 10 47
3 Program Pembinaan eks
Penyandang penyakit sosial
Jumlah PMKS yang mendapatkan
penanganan
-
0,64 - 18,075 33,712 34,807 35,352 38,136 37,936 33,712 34,807 46,486 39,446 60,381
4 Program Pemberdayaan Kelembagaan Penghubung
Kesejahteraan Sosial
Jumlah PSKS yang memperoleh penguatan Kapasitas dalam
penanganan PMKS dan UKS
70,87 1,20 - 2,200 2,298 2,368 2,468 2,508 2,558 2,298 2,368 2,468 3,579 7,851
5 Program Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
Jumlah TAGANA yang dikerahkan
kelokasi kejadian bencana
55,23 - - 13 13 14 14 15 16 10 14 14 17 58
Tabel 2.12. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
Uraian Anggaran Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pendapatan
130,000,000
162,000,000
165,000,000
230,000,000 60,000,000
134,725,000
210,000,000
181,725,000
247,215,000 60.000,000
Belanja Tidak Langsung
95,824,889,000
120,973,807,000
158,493,772,000
122,143,459,000
112,487,753
95,185,336,239
119,133,299,688
121,484,400,516
112,618,650,340
109.836.436.277
Belanja Langsung
120,466,440,000
136,137,871,000
93,881,250,000
79,031,520,000 21,632,984,000
117,570,498,564
130,882,626,464
91,386,593,357 79,474,370,693 111.166.130.754
Rasio Antara Realisasi dan Anggaran pada Tahun ke- Rata-rata Pertumbuhan
1 2 3 4 5 Aggaran Realisasi
12 13 14 15 16 17 18
103.63 129.63 110.14 106,28 100,00 109.94 109.94
99.33 98.48 76.65 98,59 97,64 94.14 94.14
97.60 96.14 97.34 98,87 98,61 97.71 97.71
2.4. Basis Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin
Basis Data Terpadu (BDT) adalah sistem data elektronik yang berisi
nama, alamat, NIK (Nomor Induk Kependudukan) dan keterangan
dasar sosial ekonomi rumah tangga dan individu, dijadikan acuan
utama penetapan sasaran program perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan dalam skala nasional maupun daerah.
BDT juga berisi tentang identifikasi rumah tangga sangat miskin
yang memiliki anak usia balita atau memiliki anak usia SD/SMP
untuk calon peserta Program Keluarga Harapan, identifikasi individu
sampai tingkat kesejahteraan tertentu untuk Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat, identifikasi perempuan usia subur per
daerah untuk efektivitas program bantuan kontrasepsi, sampai
dengan identifikasi anak usia sekolah yang bekerja untuk program
pengurangan pekerja anak.
BDT diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sasaran
penerima program penanggulangan kemiskinan dan perlindungan
sosial lebih akurat, memuat 40 % penduduk dengan tingkat
kesejahteraan terendah dan dikelompokkan ke dalam kelompok
yang disebut dengan desil. Desil adalah kelompok per-sepuluhan
sehingga seluruh rumah tangga dapat dibagi kedalam 10 desil.
Pengelompokan desil adalah sebagai berikut :
o Desil 1 rumah tanggal dalam kelompok 10 % terendah
o Desil 2 rumah tanggal dalam kelompok 10 - 20 % terendah
o Desil 3 rumah tanggal dalam kelompok 20 - 30 % terendah
o Desil 4 rumah tanggal dalam kelompok 30 - 40 % terendah
Rekapitulasi BDT Jawa Tengah tahun 2018 mendasar Keputusan
Menteri Sosial Nomor 71/HUK/2018 sebanyak 15.522.020 jiwa atau
4.483.922 KRT tersebar di 35 Kabupaten/ Kota se Jawa Tengah.
Rekapitulasi BDT tersebut perlu dilakukan verifikasi dan validasi
sebagai dasar intervensi penanggulangan kemiskinan lintas sektor.
2.5. Lanjut Usia Terlantar
Pasca bonus demografi kedepan, peningkatan jumlah lanjut usia
terjadi akibat Penduduk usia produktif secara perlahan memasuki
masa pensiun dan lansia (Silver Revolution). Lanjut Usia mempunyai
hak dan kewajiban yang sama dalam semua aspek kehidupan,
potensi dan kemampuan yang dimiliki dapat dikembangkan untuk
memajukan kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat, sehingga
penyelenggaraan kesejahteraan lanjut usia baik potensial dan non
potensial oleh pemerintah daerah secara sinergis perlu ditingkatkan
melalui pelayanan keagamaan dan mental spiritual; kesehatan;
kesempatan kerja; pendidikan dan pelatihan; kemudahan dalam
penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum serta bantuan
hukum; jaminan sosial; perlindungan sosial; pemberdayaan sosial;
dan pemberian penghargaan.
Lanjut usia terlantar merupakan salah satu kelompok Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang perlu mendapatkan
perhatian khusus karena populasinya dari waktu ke waktu
meningkat seiring dengan meningkatkan angka harapan hidup
sebagai konsekuensi semakin membaiknya fasilitas kesehatan,
konsumsi serta kesadaran sehat. Mendasar pada Basis Data Terpadu
(BDT) sebagaimana Keputusan Menteri Sosial Nomor 71/HUK/2018
di Jawa Tengah terdapat 2.356.635 jiwa warga lanjut usia 60 tahun
ke atas tersebar di 35 Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.
2.6. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas
Sosial Provinsi Jawa Tengah.
Menyikapi dinamika yang berkembang serta semakin menguatnya
tuntutan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang semakin
berkualitas, maka tantangan yang dihadapi ke depan antara lain:
a. Konsekuensi pelaksanaan Undang-undang nomor 23 tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah
nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah maka Urusan
Sosial adalah Urusan Wajib Pelayanan Dasar yang harus
menjadi prioritas pembangunan daerah serta pembagian
kewenanganan Provinsi dalam bidang rehabilitasi adalah
Rehabilitasi PMKS dalam Panti, kecuali eks NAPZA dan
HIV/AIDs.
b. Peningkatan sarana prasarana panti pelayanan sosial, Sumber
Daya Manusia (SDM) serta kualitas pelayanan guna
memastikan ketersediaan Jenis Pelayanan Dasar (hak dasar)
pada SPM Sosial Daerah Provinsi untuk penyelenggaraan
Rehabilitasi Sosial Dalam Panti : 1) Anak Terlantar; 2) Lansia
Terlantar; 3) Disablitas Terlantar; 4) Pengemis & Gelandangan
Terlantar; dan 5) Linjamsos pada saat dan setelah Bencana
Provinsi, mendasar pada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM).
c. Bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang
dilaksanakan memberikan dukungan dan daya ungkit
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) pada
Tujuan 1). Tanpa Kemiskinan; 2). Tanpa Kelaparan; 3).
Kehidupan Sehat dan Sejahtera, sebagimana amanat Peraturan
Presiden Nomor 59 tahun 2017 tentang Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan.
d. Pengelolaan, mengkoordinasikan serta penyediaan Basis Data
Terpadu (BDT) sebagai rujukan penyusunan kebijakan
pembangunan daerah khususnya bidang penanangan
kemiskinan, sebagaimana amanat Undang-undang Nomor 13
tahun 2014 tentang Fakir Miskin.
Peluang dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial antara lain :
a. Undang-Undang nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial telah memberikan arah, metode dan teknik pekerjaan
sosial guna pencapaian target pengurangan jumlah PMKS
dalam kerangka penurunan kemiskinan di Jawa Tengah dan
penguatan kapasitas dalam rangka peningkatan peran PSKS
dalam Usaha Kesejahteraan Sosial.
b. Penyelenggaraan pemerintahan dalam suasana otonomi
daerah menuntut terbangunnya kemitraan strategis dengan
Kabupaten/ Kota untuk memastikan Negara hadir dalam
menyelesaikan permasalahan sosial serta memastikan tidak
ada golongan masyarakat atau PMKS yang tidak tertangani.
c. Keterbatasan sarana prasarana panti pelayanan sosial telah
disikapi dengan alih fungsi pelayanan untuk menjawab
tuntutan dinamika persoalan dimasyarakat dalam pelayanan
kepada PMKS sistem kelembagaan (daycare) berperspektif
HAM.
d. Urusan sosial menjadi urusan wajib pelayanan dasar
Pemerintah Provinsi yang harus menjadi prioritas
pembangunan daerah sesuai kewenangan, tugas pokok dan
fungsi Dinas Sosial.
e. Sumber Daya Manusia (ASN) yang memiliki kualifikasi Jabatan
Struktural, Fungsional Umum dan Fungsional Tertentu pada
Sekretariat Dinas Sosial dan UPTD Dinas Sosial di Jawa Tengah
yang masih memungkinkan optimalisasinya dalam mendukung
penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi PMKS.
BAB III. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT
DAERAH
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan Perangkat Daerah.
Sebagaimana tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial dalam
melaksanakan kewenangan penyelenggaraan kesejahteraan
sosial, maka terdapat 2 (dua) hal pokok yang permasalahan
yang menjadi perhatian yakni:
1. Penyediaan basic life acces yang diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan dasar PMKS, terkait:
a. Peningkatan pelayanan rehabilitasi sosial PMKS
sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM)
b. Pemberian bantuan jaminan sosial bagi fakir miskin
non produktif dan Korban Bencana
c. Penyiapan bimbingan sosial bagi fakir miskin
perkotaan dan perdesaan
2. Penguatan kelembagaan, pengelolaan basis data
terpadu, basis spasial, berbasis komunitas,
pendampingan yang kontinyu serta pelibatan seluruh
pemangku kepentingan, terkait:
a. Pengelolaan dan pemanfaatan Basis Data Terpadu
dalam rangka mendukung intervensi penanggulangan
kemiskinan lintas sektor.
b. Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat
miskin yang belum memperoleh intervensi program
penanggulangan kemiskinan.
c. Peningkatan Peran PSKS dalam mendukung usaha
kesejahteraan sosial
Tabel 3.1
Pemetaan Permasalahan Pelayanan Dinas Sosial
No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
1. Tinginya Populasi
PMKS
Belum optimalnya
pelayanan sosial
dasar PMKS dan
keterpaduan
penanganan PMKS
antar pemerintahan
Pelayanan sosial dasar PMKS
di dalam panti belum
memenuhi Standar Pelayanan
Minimal (SPM).
Belum optimalnya persiapan
sosial fakir miskin perkotaan
dan antar sektor dan perdesaan sebelum
memperoleh layanan.
PMKS non produktif dan
terlantar dan korban bencana
masih membutuhkan
perlindungan dan jaminan
sosial guna memenuhi
kebutuhan dasar.
2. Belum optimalnya
peran PSKS
dalam
melaksanakan
Usaha
Kesejahteraan
Sosial (UKS).
Belum semua PSKS
mampu
melaksanakan
perannya dalam
Usaha
Kesejahteraan Sosial
(UKS)
PSKS yang telah mendapatkan
penguatan kapasitas belum
maksimal dalam mendukung
Usaha Kesejahteraan Sosial
(UKS).
3. Masih terdapat
inxlusion error
dan exlusion
error dalam Basis
Data Terpadu
(BDT)
Belum optimalnya
validasi data dan
pemanfaatan Basis
Data Terpadu (BDT)
sebagai dasar
penanganan
kemiskinan dan
PMKS lainnya.
Pelaksaaan verifikasi dan
Validasi Basis Data Terpadu
(BDT) ditingkat
Kaupaten/Kota belum berjalan
optimal.
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah Terpilih
Visi pembangunan Jawa Tengah tahun 2018-2023 adalah
MENUJU JAWA TENGAH SEJAHTERA DAN BERDIKARI Tetep
Mboten Korupsi, Mboten Korupsi yang dijabarkan kedalam 4
(empat) misi yaitu:
1. Misi I :
Membangun Masyarakat Jawa Tengah Yang Religius,
Toleran Dan Guyub Untuk Menjaga NKRI.
2. Misi II :
Memperluas Reformasi Birokrasi Melalui Penguatan
Koordinasi Dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
3. Misi III :
Mengurangi Kemiskinan Dan Pengangguran Dengan
Memperkuat Basis Ekonomi Rakyat Dan Membuka
Ruang Usaha Baru.
4. Misi IV :
Menjadikan Rakyat Jawa Tengah Lebih Sehat, Lebih
Pintar, Lebih Berbudaya Dan Mencintai Lingkungan.
Sebagaimana visi dan misi diatas, maka pelaksanaan Tugas
Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dalam
penyelenggaraan pembangunan bidang kesejahteraan sosial
akan mendukung pencapaian misi III Gubernur dan Wakil
Gubernur yang terkait untuk Memperkuat kapasitas ekonomi
rakyat dan membuka lapangan kerja untuk mengurangi
kemiskinan dan pengangguran.
Tabel 3.2
Telaah Visi, Misi dan Program KDH
Visi/Misi/Program Kerja KDH/WKDH
Tupoksi PD Permasalahan Faktor penghambat dan pendorong
Memperkuat kapasitas
ekonomi rakyat dan
membuka lapangan
kerja untuk mengurangi
kemiskinan dan
pengangguran
a. Tugas Pokok
Melaksanakan urusan pemerintahan
bidang sosial yang menjadi
kewenangan daerah dan tugas
pembantuan kepala daerah.
b. Fungsi
1) Perumusan kebijakan bidang
pemberdayaan sosial,
perlindungan dan jaminan
sosial, rehabilitasi sosial serta
penanganan fakir miskin;
2) Pelaksanaan kebijakan bidang
pemberdayaan sosial,
perlindungan dan jaminan
sosial, rehabilitasi sosial serta
penanganan fakir miskin;
a. Belum optimalnya pelayanan
sosial dasar PMKS dan
keterpaduan penanganan PMKS
antar pemerintahan dan antar
sektor
b. Belum optimalnya validasi data
dan pemanfaatan Basis Data
Terpadu (BDT) oleh seluruh
pemangku kepentingan sebagai
dasar penanganan kemiskinan
dan PMKS lainnya
1. Faktor Penghambat
a. Pelayanan rehabilitasi sosial PMKS belum
memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM).
b. Belum optimalnya persiapan sosial fakir miskin
perkotaan dan perdesaan sebelum memperoleh
layanan
c. Belum optimalnya Peran PSKS dalam mendukung
usaha kesejahteraan sosial
d. Basis Data Terpadu (BDT) belum menjadi dasar
intervensi penanggulangan kemiskinan lintas
sektor dan Pelayanan tindak lanjut pengaduan
masyarakat
2. Faktor Pendukung
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, urusan sosial adalah urusan
wajib pelayanan dasar yang harus jadi prioritas
3) Pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan bidang
pemberdayaan sosial,
perlindungan dan jaminan
sosial, rehabilitasi sosial serta
penanganan fakir miskin;
4) Pelaksanaan, pembinaan
administrasi dan kesekretariatan
kepada seluruh unit kerja di
lingkungan dinas; dan
5) Pelaksanaan fungsi lain yang
diberikan oleh gubernur sesuai
tugas dan fungsinya.
pembangunan daerah.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM),
mengatur tentang jenis, mutu dan penerima
pelayanan dasar.
c. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018
tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada SPM
Bidang Sosial di Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota.
d. Sarana prasarana Panti Pelayanan Sosial dan SDM
penyelenggara Pelayanan sosial.
3.3. Telaahan Rencana Strategis Kementerian Sosial
Sebagaimana Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan
Nasional atau NAWACITA maka Rencana Startegis
Kementerian Sosial yang merupakan penjabaran Visi dan
Misi Pembangunan Nasional, mendukung pencapaian
agenda:
a. Agenda Tiga: Membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka Negara kesatuan;
b. Agenda Lima: Meningkatkan kualitas hidup manusia dan
masyarakat Indonesia;
c. Agenda Delapan: Melakukan revolusi karakter bangsa;
d. Agenda Sembilan: Memperteguh kebhinekaan dan
memperkuat restorasi Indonesia.
Visi Kementerian Sosial RI:
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Nilai dan Semangat Gotong
Royong”
Sedangkan Misi Kementerian Sosial RI adalah :
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi
dengan mengamankan sumber daya maritim, dan
mencerminkan keperibadian Indonesia sebagai nergara
kepulauan.
2. Mewujudkan penduduk maju, berkeseimbangan, dan
demokratis berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas aktif dan
memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang
tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan
nasional
7. Mewujudkan penduduk yang berkepribadian dalam
kebudayaan.
Adapun telaah Faktor penghambat atau pendorong dari
pelayanan perangkat daerah ditinjau dari Visi Kementerian
Sosial RI dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.3
Telaah Renstra Kementerian Sosial dan Renstra Dinas Sosial
Renstra Kementerian Sosial Tupoksi Dinas Sosial Permasalahan Faktor Penghambat dan Pendorong
Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan
Nilai dan Semangat Gotong
Royong
a. Tugas Pokok
Melaksanakan urusan pemerintahan
bidang sosial yang menjadi
kewenangan daerah dan tugas
pembantuan kepala daerah.
b. Fungsi
1) Perumusan kebijakan bidang
pemberdayaan sosial,
perlindungan dan jaminan sosial,
rehabilitasi sosial serta
penanganan fakir miskin;
2) Pelaksanaan kebijakan bidang
pemberdayaan sosial,
perlindungan dan jaminan sosial,
a. Belum optimalnya pelayanan
sosial dasar PMKS dan
keterpaduan penanganan
PMKS antar pemerintahan dan
antar sektor
b. Belum optimalnya validasi data
dan pemanfaatan Basis Data
Terpadu (BDT) oleh seluruh
pemangku kepentingan
sebagai dasar penanganan
kemiskinan dan PMKS lainnya
1. Faktor Penghambat :
a. Masih adanya exclusion dan
inclusion error pada Basis Data
Terpadu (BDT) Program
Penanganan Fakir Miskin
(PPFM)
b. Belum adanya Panti
penanganan korban Napza dan
HIV/AIDS di Jawa Tengah yang
merupakan kewenangan
absolut Pemerintah Pusat
2. Faktor Pendukung :
a. Peraturan Menteri Sosial Nomor
9 Tahun 2018 tentang Standar
rehabilitasi sosial serta
penanganan fakir miskin;
3) Pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan bidang pemberdayaan
sosial, perlindungan dan jaminan
sosial, rehabilitasi sosial serta
penanganan fakir miskin;
4) Pelaksanaan, pembinaan
administrasi dan kesekretariatan
kepada seluruh unit kerja di
lingkungan dinas; dan
5) Pelaksanaan fungsi lain yang
diberikan oleh gubernur sesuai
tugas dan fungsinya.
Teknis Pelayanan Dasar pada
SPM Bidang Sosial di Daerah
Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota.
b. Dekonsentrasi program-program
pemerintah Pusat melalui
program penanganan Fakir
Miskin (PKH, PBI, KKS, Rastra,
dll) yang mendukung
percepatan pengurangan
kemiskinan di Jawa Tengah
3.4. Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Dokumen tata ruang sebagai produk dari kegiatan
perencanaan ruang/cluster, selain berfungsi untuk
mengefektifkan pemanfaatan ruang juga ditujukan untuk
melindungi masyarakat dari dampak pengembangan fungsi
ruang yang tidak sesuai peruntukan.
Dalam konteks pelaksanaan urusan wajib sosial kajian
RTRW diharapkan mampu memberikan kemanfaatan terkait
dengan kajian penempatan, pemanfaatan dan
pengembangan Panti Pelayanan Sosial agar tidak
menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat sekitar dan
mendukung percepatan rehabilitasi sosial PMKS serta pola-
pola penanganan preventif bagi masyarakat didaerah rawan
bencana.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian
analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan suatu
upaya sistematis dan logis dalam memberikan landasan bagi
terwujudnya pembangunan berkelanjutan melalui proses
pengambilan keputusan yang berwawasan lingkungan yang
didukung kehadiran good governance. Dalam konteks
implementasi kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan
sosial, KLHS telah memberikan nuansa dan arah kebijakan
dalam penanganan PMKS yang integrative dan
berkelanjutan guna menjamin keberlangsungan hidup,
peran serta dalam menikmati hasil penerapan kebijakan dan
memberikan harapan baru bagi semakin kuatnya
keberfungsian sosial PMKS.
Tabel 3.4
Telaah RTRW dan KLHS pada Renstra Dinas Sosial
No Kebijakan RTRW/KLHS Tupoksi Dinas Sosial Permasalahan Faktor Penghambat dan
Pendorong
RTRW a. Tugas Pokok
Melaksanakan urusan pemerintahan
bidang sosial yang menjadi kewenangan
daerah dan tugas pembantuan kepala
daerah.
b. Fungsi
1) Perumusan kebijakan bidang
pemberdayaan sosial, perlindungan
dan jaminan sosial, rehabilitasi
sosial serta penanganan fakir
miskin;
2) Pelaksanaan kebijakan bidang
pemberdayaan sosial, perlindungan
dan jaminan sosial, rehabilitasi
sosial serta penanganan fakir
1. Belum optimalnya pelayanan
sosial dasar PMKS dan
keterpaduan penanganan PMKS
antar pemerintahan dan antar
sektor
2. Tingginya intensitas bencana
alam berdampak pada rusaknya
infrastruktur dan keselamatan
masyarakat yang tinggal di
kawasan/ daerah rawan bencana
1. Faktor Penghambat :
a. Keberadaan Panti diwilayah
pemukiman berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan
dan menghambat pengembangan
pelayanan guna peningkatan
kualitas dan kuantitas pelayanan.
b. Belum optimalnya strategi
Pengurangan Resiko Bencana
(PRB) bagi masyarakat yang
tinggal di kawasan/daerah rawan
bencana
3. Faktor Pendukung :
a. Penetapan jargon Panti
“Wiratama” (Wangi Rapi Tanggap
1. Peningkatan pelayanan
perdesaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi
perdesaan
2. Peningkatan pelayanan
perkotaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah
yang merata dan berhierarki
3. Peningkatan kualitas dan
jangkauan pelayanan jaringan
infrastruktur transportasi,
telekomunikasi, energi, dan
sumber daya air yang terpadu
dan merata di seluruh wilayah
Provinsi. miskin;
3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan
bidang pemberdayaan sosial,
perlindungan dan jaminan sosial,
rehabilitasi sosial serta penanganan
fakir miskin;
4) Pelaksanaan, pembinaan
administrasi dan kesekretariatan
kepada seluruh unit kerja di
lingkungan dinas; dan
5) Pelaksanaan fungsi lain yang
diberikan oleh gubernur sesuai
tugas dan fungsinya.
dan Manusiawi) menjadi spirit
dalam penyediaan layanan
berperspektif HAM yang
berkelanjutan
b. Inovasi pelayanan sosial PMKS
melalui upaya preventif dan
promotif (wisata edukasi dan
wisata hati) kepada masyarakat.
c. Infrastruktur dan sarana
transportasi mempermudah
mobilitas pelayanan dan
pengiriman logistik kebencanaan
KLHS 1. Alih fungsi lahan sebagai
konsekuensi pertumbuhan
penduduk dan pengembangan
wilayah
2. pencemaran lingkungan
berdampak menurunnya kualitas
air bersih
Faktor Penghambat :
1. Keberadaan Panti diwilayah pemukiman
berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan dan menghambat
pengembangan pelayanan guna
peningkatan kualitas dan kuantitas
pelayanan, termasuk kebutuhan air
Permasalahan dan isu strategis :
1. Meningkatnya alih fungsi lahan
menjadi wilayah pemukiman
2. Menurunnya Kualitas air bersih
bersih.
2. Faktor Pendukung :
Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2017
tentang Tanggung Jawab Sosial Dan
Lingkungan Perusahaan, mendorong
optimalisasi dunia Usaha sebagai Potensi
Sumber Kesejahteraan Sosial dalam
Usaha Kesejahteraan Sosial.
Rekomendasi :
1. Diperlukan kajian penempatan, pemanfaatan dan pengembangan Panti Pelayanan Sosial guna meminimalisir dampak sosial bagi masyarakat.
2. Diperlukan kajian pengolahan dan pengelolaan limbah pada panti pelayanan sosial khususnya panti eks psikotik, PGOT dan lanjut usia.
3.5. Isue Strategis dalam penyelenggaraan kesejahteraan tahun
2018 – 2023 :
a. Belum optimalnya rehabilitasi sosial dasar PMKS dan
keterpaduan penanganan PMKS antar pemerintahan
dan antar sektor;
b. Belum optimalnya validasi data dan pemanfaatan Basis
Data Terpadu (BDT) oleh seluruh pemangku
kepentingan sebagai dasar penanganan kemiskinan
dan PMKS lainnya;
c. Masih kurang optimalnya kapasitas Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial dan Lembaga Kesejahteraan
Sosial untuk mendukung usaha kesejahteraan sosial.
BAB IV. TUJUAN DAN SASARAN
A. TUJUAN
Mendasar pada kondisi umum, evaluasi kinerja, permasalahan dan
isu strategis, maka tujuan dari penyelenggaraan kesejahteraan
sosial 2018-2023 mengarah kepada 2 (dua) hal pokok yakni :
1. Menurunkan Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS)
2. Meningkatkan peran Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial
(PSKS) dalam Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS).
B. SASARAN
Sasaran dari penyelenggaraan kesejahteraan sosial 2018-2023
adalah menurunkan populasi PMKS dan meningkatkan peran PSKS
dalam UKS, melalui :
1) Penyediaan basic life access yang diarahkan untuk Pemenuhan
kebutuhan dasar PMKS yakni:
a) Peningkatan Pelayanan Rehabilitasi Sosial PMKS sesuai
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
b) Penyelenggaraan Perlindungan dan Jaminan Sosial Bagi
Bencana Alam dan PMKS Non Produktif Dan Korban
Bencana.
c) Penyiapan dan Bimbingan Sosial Bagi Fakir Miskin
Perkotaan Dan Perdesaan
2) Penguatan kelembagaan, pengelolaan basis data
terpadu, basis spasial, berbasis komunitas, pendampingan
yang kontinyu, serta pelibatan seluruh pemangku
kepentingan, yang diarahkan pada :
a) Pengelolaan dan pemanfaatan Basis Data Terpadu
dalam rangka mendukung intervensi penanggulangan
kemiskinan lintas sektor.
b) Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat miskin
yang belum memperoleh intervensi program
penanggulangan kemiskinan.
c) Peningkatan Peran PSKS Dalam Mendukung Usaha
Kesejahteraan Sosial
Tabel 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Perangkat Daerah
No Tujuan Sasaran
Indikator
Kinerja Tujuan
dan Sasaran
Kondisi Awal Target Capaian Kondisi
Akhir 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Menurunkan Jumlah PMKS
Menurunnya populasi PMKS
Prosentase Penurunan Jumlah PMKS
4.045.143 0,47 % 0,95 % 1,42 % 1,90 % 2,37 % 97,63 %
19.214 38.428 57.642 76.856 96.070 3.949.037
2 Meningkatkan Peran PSKS
Meningkatnya PSKS dalam UKS
Porsentase PSKS yang melaksanakan UKS
30.145 8,97 % 17,93 % 26,90 % 35,87 % 44,83 % 44,83 %
2.703 5.406 8.109 10.812 13.515 13.515
Untuk tujuan dan sasaran, serta indikatornya yang terkait dengan kesekretariatan, ditetapkan sebagai berikut:
No Tujuan Sasaran
Indikator Kinerja
Tujuan dan
Sasaran
Kondisi Awal Target Capaian Kondisi
Akhir 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Meningkatkan tata
kelola Organisasi
Perangkat Daerah
Nilai Kepuasan
Masyarakat
Meningkatnya Kualitas
Pelayanan Perangkat
Daerah
Nilai Kepuasan
Masyarakat
60,50 76,61 77,00 77,00 78,00 78,00 80,00 80,00
Meningkatnya
Akuntabilitas Kinerja
Perangkat Daerah
Nilai SAKIP
Perangkat Daerah
69,72 70,00 70,00 70,00 70,00 70,00 70,00 70,00
BAB V. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan untuk percepatan
menurunnya jumlah PMKS dan meningkatnya peran PSKS dalam
UKS. Intervensi terhadap keduanya dilakukan secara simultan,
integrative dan berkelanjutan yang berperspektif HAM (pemenuhan
hak dasar) yang berkelanjutan, diselenggarakan dengan semangat
TAT TWAN ASI (aku adalah engkau, engkau adalah aku) dengan
tujuan akhirnya “to help people to them selft - menolong orang agar
dapat menolong dirinya sendiri”.
Pelayanan kesejahteraan sosial diupayakan melalui pelayanan
langsung (direct services) guna melaksanakan rehabilitasi sosial
dasar PMKS di dalam Panti pelayanan Sosial, perlindungan dan
jaminan sosial perorangan dan keluarga melalui metode Social Case
Work (pekerjaan sosial perorangan/ individu), penanganan fakir
miskin melalui metode Social Group Work (pekerjaan sosial dengan
kelompok), serta pelayanan tidak langsung (undirect services)
melalui kemitraan strategis dengan Pemerintah kabupaten/ Kota dan
masyarakat, dilaksanakan melalui 4 (empat) pilar yakni Perlindungan
Sosial, Jaminan Sosial, Rehabilitasi Sosial dan Pemberdayaan Sosial.
Mendasar pada hal tersebut maka strategi penyelenggaraan
kesejahteraan sosial 2018-2023 mengarah kepada 4 (empat) hal
pokok yakni :
1. Penanganan Fakir Miskin, meliputi :
a. Verifikasi, validasi dan pemuthakiran Basis Data terpadu
sebagai dasar penyusunan strategi penanganan fakir miskin.
b. Penanganan faskir miskin berbasis kewilayahan dan
kelompok.Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial dasar PMKS di
dalam Panti Pelayanan Sosial.
2. Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial Dasar melalui Panti Pelayanan
Sosial
3. Penyelenggaraan Perlindungan dan Jaminan Sosial bagi Korban
Bencana dan PMKS Non Produktif
4. Pemberdayaan sosial Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial
(PSKS) guna meningkatkan peran dalam melaksanakan Usaha
KesejahteraanSosial (UKS)
Kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial :
1. Program Penanganan Fakir Miskin yang difokuskan pada kegiatan
bimbingan sosial dan motivasional terhadap keluarga fakir miskin
dan pengelolaan data kemiskinan dan PMKS lainnya dan
diarahkan pada ketersediaan data fakir miskin yang telah
tervalidasi.
2. Program Rehabilitasi Sosial yang difokuskan pada kegiatan
pelayanan rehabilitasi sosial dasar PMKS terlantar didalam panti
milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Panti milik masyarakat
dan diarahkan pada persentase peningkatan pemenuhan
kebutuhan sosial dasar PMKS terlantar didalam panti dan
persentase keberfungsian sosial PMKS di dalam panti.Pengelolaan
Data Kemiskinan dan Penanganan Fakir Miskin melalui kelompok
(social group work) dilaksanakan melalui Program Penanganan
Fakir Miskin.
3. Program Perlindungan dan Jaminan Sosial yang difokuskan pada
kegiatan jaminan sosial bagi PMKS Non Produktif melalui Kartu
Jateng Sejahtera (KJS) dan penanganan korban bencana pada
saat saat dan pasca kejadian bencana provinsi dan diarahkan
pada peningkatan persentase penyelenggaraan perlindungan
sosial terhadap korban bencana provinsi dan penyelenggaraan
jaminan sosial PMKS Non Produktif.
4. Program Pemberdayaan Sosial yang difokuskan pada kegiatan
penguatan kapasitas PSKS dalam pelaksanaan Usaha
Kesejahteraan Sosial (UKS) dan diarahkan pada peningkatan
persentase peran PSKS dalam melaksanakan Usaha Kesejahteraan
Sosial bagi PMKS.
Tabel 5.1. Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1 2 3 4
Menurunkan Jumlah PMKS
Menurunnya populasi PMKS
Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial Dasar melalui Panti Pelayanan Sosial
Program Rehabilitasi Sosial : Program ini difokuskan pada kegiatan pelayanan rehabilitasi
sosial dasar PMKS terlantar didalam panti milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Panti milik masyarakat dan diarahkan pada persentase peningkatan pemenuhan kebutuhan sosial dasar PMKS terlantar didalam panti dan persentase keberfungsian sosial PMKS di dalam panti.
Penanganan Fakir Miskin, meliputi : a. Verifikasi,
validasi dan pemuthakiran Basis Data terpadu sebagai dasar penyusunan strategi penanganan fakir miskin.
b. Penanganan faskir miskin berbasis kewilayahan dan kelompok.
Program Penanganan Fakir Miskin : Program ini difokuskan pada kegiatan bimbingan sosial dan motivasional terhadap keluarga fakir miskin dan pengelolaan data kemiskinan dan PMKS lainnya dan diarahkan pada ketersediaan data fakir miskin yang telah tervalidasi.
Penyelenggaraan Perlindungan dan Jaminan Sosial bagi Korban Bencana dan PMKS Non Produktif
Program Perlindungan dan Jaminan Sosial : Program ini difokuskan pada kegiatan jaminan sosial bagi PMKS Non Produktif melalui Kartu Jateng
Sejahtera (KJS) dan penanganan korban bencana pada saat saat dan pasca kejadian bencana provinsi dan diarahkan pada peningkatan persentase penyelenggaraan perlindungan sosial terhadap korban bencana provinsi dan penyelenggaraan jaminan sosial PMKS Non Produktif.
Meningkatkan Peran PSKS
Meningkatnya peran PSKS dalam UKS
Pemberdayaan sosial Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) guna meningkatkan peran dalam melaksanakan Usaha KesejahteraanSosial (UKS)
Program Pemberdayaan Sosial : Program ini difokuskan pada kegiatan penguatan kapasitas PSKS dalam pelaksanaan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) dan diarahkan pada peningkatan persentase peran PSKS dalam melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial bagi PMKS.
Guna terselenggaranya pemenuhan kebutuhan dasar PMKS dalam
panti, diperlukan paling sedikit 1 (satu) orang pekerja sosial
profesional. Untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar PMKS di dalam
panti, perhitungan standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa
yang diterima oleh PMKS di dalam panti merupakan hasil asesmen
dari pekerja sosial profesional. Mengingat bahwa peran SDM
Penyelenggara Kesejahteraan Sosial dalam pemenuhan kebutuhan
dasar PMKS dalam panti sangat penting, maka diperlukan program
penguatan kapasitas, adapun program penguatan kapasitas bagi
SDM penyelenggara kesejahteraan sosial sebagaimana tabel berikut:
Tabel 5.2
Program Penguatan Kapasitas Bagi Pekerja Sosial Profesional dan Penyuluh Sosial
No Program Penguatan Kapasitas
Target Renstra Tahun Ke-
2019 2020 2021 2022 2023
1 Pelatihan Kompetensi teknis Pekerja Sosial dan Penyuluh Sosial
50 50 50 50 50
2 Pembinaan Karir Pekerja Sosial dan Penyuluh Sosial
100 100 100 100 100
3 Praktik Pekerjaan Sosial
100 100 100 100 100
4 Sertifikasi Pekerja Sosial
20 20 20 20 20
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 5.3
Program Penguatan Kapasitas Bagi Tenaga Kesejahteraan Sosial
No Program Penguatan Kapasitas
Target Renstra Tahun Ke-
2019 2020 2021 2022 2023
1 Pelatihan Kompetensi teknis TKS
80 80 80 80 80
2 Pembinaan Karir TKS 50 65 70 75 80
4 Sertifikasi TKS 60 60 60 60 60
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018
Pelatihan kompetensi teknis bagi pekerja sosial, penyuluh sosial dan
TKS diberikan untuk meningkatkan pemahaman terhadap penerapan
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam memberikan pelayanan
kebutuhan dasar kepada PMKS di dalam panti. Pembinaan karir
pekerja sosial, penyuluh sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial
(TKS) disusun dalam suatu rangkaian kegiatan yang sistematis,
terencana dan dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja pekerja
sosial, penyuluh sosial dan TKS. Selanjutnya guna meningkatkan
kompetensi pekerja sosial dan TKS perlu dilakukan sertifikasi pekerja
sosial dan TKS. Kegiatan sertifikasi pekerja sosial dan TKS diawali
dengan kegiatan uji kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Pekerjaan
Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial. Uji kompetensi dilakukan
dengan cara menguji dan menilai kompetensi pekerja sosial dan TKS
meliputi pengetahuan, nilai dan keterampilan yang dilaksanakan
melalui penilaian portofolio, ujian tertulis dan wawancara. Apabila
pekerja sosial dan TKS dinyatakan lulus uji kompetensi maka
diberikan sertifikat kompetensi pekerja sosial dan TKS. Pekerja sosial
yang telah tersertifikasi dapat melaksanakan praktik pekerjaan sosial
kepada PMKS dengan kelompok sasaran kemiskinan, ketelantaran,
disabilitas, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan
perilaku, korban bencana, korban tindak kekerasan, eksploitasi dan
diskriminasi, dan TKS yang telah tersertifikasi dapat melaksanakan
pelayanan kesejahteraan sosial.
BAB VIII. PENUTUP
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah menandai babak baru pelaksanaan Otonomi
Daerah, salah satunya adalah penegasan bahwa urusan sosial
adalah urusan wajib dan pelayanan dasar yang harus menjadi
prioritas pembangunan baik oleh Pemerintah Provinsi maupun
Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial oleh pemerintah Provinsi
telah diatur melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009,
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, Undang-Undang Nomor
13 tahun 2014, Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2018
sehingga diharapkan semakin fokus dan memastikan Negara hadir
pada persoalan social yang dialami oleh masyarakat.
Tujuan penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Jawa Tengah
adalah mengurangi jumlah PMKS dan Peningkatan Peran PSKS
dalam Usaha Kesejahteraan Sosial. Sasaran penyelenggaraan
kesejahteraan sosial menurunkan jumlah PMKS melalui upaya
rehabilitasi sosial dasar PMKS di dalam panti pelayanan sosial,
penanganan Fakir Miskin berbasis kewilayahan termasuk
pengelolaan data kemiskinan dan PMKS lainnya, penanganan
korban bencana provinsi dan PMKS non produktif yang ditujukan
guna pemenuhan kebutuhan dasar PMKS serta meningkatkan
peran PSKS dalam UKS melalui penguatan kapasitas PSKS sebagai
infrastruktur dukungan penyelenggaraan kesejahteraan social
yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah. Intervensi kedua tujuan
dan sasaran tersebut dilaksanakan secara simultan, integrative
dan berperspektif HAM (pemenuhan hak dasar) yang
berkelanjutan.