51
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesejahteraan sosial merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat, dengan memastikan kehadiran Negara dalam menyelesaikan permasalahan ditengah-tengah masyarakat secara cepat, efektif dan bermartabat. Otonomi Daerah di Indonesia memasuki babak baru dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang mengamanatkan bahwa urusan sosial adalah urusan wajib dan pelayanan dasar bagi Pemerintah Daerah yang harus menjadi prioritas pembangunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Provinsi Jawa Tengah. Dalam hal kewenangan dalam penanganan PMKS maka Penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi PMKS yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi adalah penanganan langsung dalam Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM), Jenis Pelayanan Dasar pada SPM Sosial Daerah Provinsi terdiri atas : a. Rehabilitasi Sosial Dasar Penyandang Disabilitas Terlantar di dalam Panti. b. Rehabilitasi Sosial Dasar Anak Terlantar di Dalam Panti. c. Rehabilitasi Sosial Dasar Lanjut Usia Terlantar di Dalam Panti. d. Rehabilitasi Sosial Dasar Tuna Sosial Khususnya Gelandangan dan Pengemis di Dalam Panti. e. Perlindungan dan Jaminan Sosial Pada Saat dan Setelah Tanggap Darurat Bencana Bagi Korban Bencana Provinsi.

BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pembangunan bidang kesejahteraan sosial merupakan

bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan

meningkatkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat,

dengan memastikan kehadiran Negara dalam

menyelesaikan permasalahan ditengah-tengah masyarakat

secara cepat, efektif dan bermartabat. Otonomi Daerah di

Indonesia memasuki babak baru dengan ditetapkannya

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, yang mengamanatkan bahwa

urusan sosial adalah urusan wajib dan pelayanan dasar

bagi Pemerintah Daerah yang harus menjadi prioritas

pembangunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah

Provinsi Provinsi Jawa Tengah. Dalam hal kewenangan

dalam penanganan PMKS maka Penyelenggaraan

rehabilitasi sosial bagi PMKS yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Provinsi adalah penanganan langsung dalam

Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang

Standar Pelayanan Minimal (SPM), Jenis Pelayanan Dasar

pada SPM Sosial Daerah Provinsi terdiri atas :

a. Rehabilitasi Sosial Dasar Penyandang Disabilitas

Terlantar di dalam Panti.

b. Rehabilitasi Sosial Dasar Anak Terlantar di Dalam Panti.

c. Rehabilitasi Sosial Dasar Lanjut Usia Terlantar di Dalam

Panti.

d. Rehabilitasi Sosial Dasar Tuna Sosial Khususnya

Gelandangan dan Pengemis di Dalam Panti.

e. Perlindungan dan Jaminan Sosial Pada Saat dan

Setelah Tanggap Darurat Bencana Bagi Korban

Bencana Provinsi.

Page 2: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial merupakan

tanggungjawab Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,

Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat yang

dilaksanakan melalui 4 (empat) pilar yakni Perlindungan

Sosial, Jaminan Sosial, Rehabilitasi Sosial dan

Pemberdayaan Sosial.

Rencana Strategis Dinas Sosial merupakan dokumen

perencanaan penyelengaraan kesejahteraan sosial 5 (lima)

tahunan sebagai penjabaran visi dan misi Pembangunan

Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2018-2023, memuat

tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan

penyelenggaraan kesejahteraan sosial Provinsi.

Indikator Kinerja Utama (IKU) yakni :

(1) Menurunnya jumlah Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS).

(2) Meningkatnya peran Potensi dan Sumber

Kesejahteraan Sosial (PSKS) dalam melaksanakan

Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS).

I.2. Landasan Hukum

a. Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 Tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia.

b. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak

Asasi manusia.

c. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 Tentang

penanggulangan Bencana.

d. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik.

e. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2012 tentang

Penanganan Konflik Sosial.

f. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial.

Page 3: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

g. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2011 tentang

Penanganan Fakir Miskin.

h. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang

Perubahan atas Undang-Undang nomor 23 tahun 2002

tentang perlindungan anak.

i. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.

j. Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 Tentang

Penyandang Disabilitas

k. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

l. Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2013 tentang

Pelaksanaan Upaya penanganan Fakir Miskin

Pendekatan Wilayah.

m. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang

Perangkat Daerah.

n. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang

Standar Pelayanan Minimal (SPM).

o. Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2010 tentang

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

p. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang

Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan.

q. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 tentang

Tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar

Pelayanan Minimal Bidang Sosial Di Daerah Provinsi

dan Di Daerah Kabupaten/Kota.

r. Peraturan Gubernur Nomor 63 tahun 2016 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial Prov. Jateng.

s. Peraturan Gubernur Nomor 31 tahun 2018 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas

Sosial Provinsi Jawa Tengah.

Page 4: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

I.3. Maksud dan Tujuan

Penyusunan Renstra Dinas Sosial dimaksudkan sebagai

Panduan Dalam Menentukan Arah Kebijakan dan Program

Prioritas Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Dalam

Kerangka RPJMD 2018-2023.

Tujuan penyusunan Renstra adalah :

a. Sebagai panduan teknis penentuan arah kebijakan dan

prioritas penyelenggaraan kesejahteraan sosial

selama 5 tahun.

b. Sebagai alat ukur indikator kinerja penyelenggaraan

kesejahteraan sosial.

I.4. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Memuat tentang Latar Belakang,

Landasan Hukum, Maksud dan Tujuan

serta Sistematika Penulisan.

BAB II : GAMBARAN PELAYANAN SKPD

DINAS SOSIAL

Memuat tentang Tugas Fungsi dan

Struktur Perangkat Daerah, Sumber

Daya Perangkat Daerah, Kinerja

Pelayanan Perangkat Daerah,

Tantangan dan Peluang

Pengembangan Pelayanan Perangkat

Daerah.

BAB III : PERMASALAHAN DAN ISU-ISU

STRATEGIS PERANGKAT DAERAH

Memuat tentang Identifikasi

Permasalahan Berdasarkan Tugas dan

Fungsi Pelayanan Perangkat Daerah,

Telaahan Visi, Misi dan Program

Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Page 5: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Daerah Terpilih, Telaahan Renstra

Kementerian Sosial RI dan Rencana

Strategis Dinas Sosial Provinsi/

Kabupaten/ Kota, Telaahan Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(KLHS) pada RPJMD.

BAB IV : TUJUAN DAN SASARAN

Memuat tentang Tujuan dan Sasaran

Jangka Menengah Perangkat Daerah.

BAB V : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Memuat tentang Rumusan Strategi

dan Arah Kebijakan Perangkat Daerah

Tahun 2018-2023.

BAB VI : RENCANA PROGRAM DAN

KEGIATAN SERTA PENDANAAN.

Memuat tentang Rencana Program

dan Kegiatan Indikator Kinerja,

Kelompok Sasaran dan Pendanaan

Indikatif.

BAB VII : KINERJA PENYELENGGARAAN

BIDANG URUSAN

Memuat tentang Indikator Perangkat

Daerah, Indikator Kinerja Utama (IKU)

Perangkat Daerah.

BAB VIII : PENUTUP

Page 6: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Page 7: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA

TENGAH

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

1. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 63

Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial

Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

a. Tugas

Melaksanakan urusan pemerintahan bidang sosial yang

menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan

kepala daerah.

b. Fungsi

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana

dimaksud, Dinas Sosial mempunyai fungsi:

1) Perumusan kebijakan bidang pemberdayaan sosial,

perlindungan dan jaminan sosial, rehabilitasi sosial

serta penanganan fakir miskin;

2) Pelaksanaan kebijakan bidang pemberdayaan

sosial, perlindungan dan jaminan sosial, rehabilitasi

sosial serta penanganan fakir miskin;

3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang

pemberdayaan sosial, perlindungan dan jaminan

sosial, rehabilitasi sosial serta penanganan fakir

miskin;

4) Pelaksanaan, pembinaan administrasi dan

kesekretariatan kepada seluruh unit kerja di

lingkungan dinas; dan

5) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh

gubernur sesuai tugas dan fungsinya.

2. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa

Tengah Nomor 63 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah sedangkan untuk

UPT Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah berdasarkan

Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 31 Tahun 2018

tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yakni sebagai berikut:

Page 8: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

SUB BAG

PROGRAM

SUB BAG

KEUANGAN

SUB BAG UMUM DAN

KEPEGAWAIAN

BIDANG PEMBERDAYAAN SOSIAL

BIDANG PERLINDUNGAN DAN

JAMINAN SOSIAL

BIDANG

REHABILITASI SOSIAL

BIDANG

PENANGANAN FAKIR

MISKIN

SEKSI PENGELOLAAN SUMBER DANA

KESEJAHTERAAN SOSIAL

SEKSI PEMBERDAYAAN POTENSI SUMBER KESEJAHTERAAN

SOSIAL

SEKSI KEPAHLAWANAN,

KEPERINTISAN DAN KESETIAKAWANAN

SOSIAL

SEKSI PERLINDUNGAN SOSIAL KORBAN BENCANA ALAM

SEKSI

PERLINDUNGAN SOSIAL KORBAN

BENCANA SOSIAL

SEKSI REHABILITASI SOSIAL ANAK DAN

LANJUT USIA

SEKSI

JAMINAN SOSIAL

SEKSI REHABILITASI

SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS

SEKSI REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL

DAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

SEKSI

PENGELOLAAN

DATA KEMISKINAN

SEKSI PENANGANAN

FAKIR MISKIN PERDESAAN

SEKSI PENANGANAN FAKIR MISKIN

PERKOTAAN DAN DAERAH RENTAN

UPTD

UPT

Page 9: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

KEPALA PANTI

STRUKTUR ORGANISASI

PANTI PELAYANAN SOSIAL KELAS A

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

SEKSI BIMBINGAN DAN

REHABILITASI SOSIAL

SEKSI

PENYANTUNAN DAN

RUJUKAN

SUB BAGIAN TATA

USAHA

Page 10: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

SUB BAGIAN

TATA USAHA

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

KEPALA PANTI

STRUKTUR ORGANISASI

PANTI PELAYANAN SOSIAL KELAS B

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

Page 11: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

2.2. Sumber Daya Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.

Sumber Daya merupakan faktor penting penyelenggaraan

kesejahteraan sosial dalam rangka mewujudkan pelayanan prima.

Saat ini jumlah sumber daya pelayanan umum dan pelayanan

teknis sebanyak 1.158 orang terdiri atas 782 ASN dan 376 tenaga

non ASN, adapun kondisi SDM penyelenggara kesejahteraan sosial

sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.1 Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Pegawai

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Unit Kerja

Pendidikan

Jml SD SLTP SLTA/

SMK

SM/

D.III

S.1/

D.IV S.2

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Dinas Sosial Prov. Jateng

a) PNS 4 3 44 8 74 25 158

b) Harian

Lepas

44

2 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Prov. Jateng

a) PNS 15 34 307 26 194 48 624

b) Harian

Lepas

332

Total 1.158

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 2.2 Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Pegawai

Berdasarkan Pangkat/Golongan

NO. LOKASI PANGKAT/GOLONGAN

Jml I II III IV HARLEP

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Dinas Sosial Provinsi Jateng

2 27 113 16 44 202

2.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Jateng

22 176 375 51 332 956

JUMLAH 44 203 488 67 376 1.158

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018

Page 12: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Sebagaimana yang tercantum di dalam standar teknis pelayanan

dasar SPM, Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

mengkategorisasikan SDM penyelenggara kesejahteraan sosial ke

dalam 3 (tiga) golongan terdiri atas Pekerja Sosial Profesional,

Penyuluh Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKS).

Kategorisasi SDM penyelenggara kesejahteraan sosial dilakukan

dengan memperhatikan satuan standar yang meliputi standar

kualifikasi dan standar pembinaan, adapun pengkategorisasian

SDM penyelenggara kesejahteraan sosial sebagaimana tabel

berikut:

Tabel 2.3

Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Penyelenggara Kesos Berdasarkan Ketegorisasi

No Unit Kerja Kategorisasi SDM Jumlah

Pekerja Sosial Profesional

Penyuluh Sosial

TKS

1 Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

a) PNS 19 3 136 158

b) Harlep - - 44 44

2 Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

a) PNS 93 6 525 624

b) Harlep - - 332 332

Total 1.158

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018

Panti pelayanan sosial milik Pemerintah Provinsi memiliki peran

strategis sebagai ujung tombak yang bersentuhan langsung dalam

penanganan PMKS guna pemenuhan kebutuhan dasar di dalam

panti. Ketersediaan sarana prasarana sosial meliputi bangunan

perkantoran termasuk Taman Makam Pahlawan Nasional Giri

Tunggal Semarang, asrama serta bangunan penunjang lainnya

antara lain Mushola, Ruang Perawatan Khusus, Aula, Rumah Dinas

sebanyak 805 unit. Kondisi sarana prasarana panti pelayanan

sosial tahun 2013-2017 sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.4. Jumlah dan Kondisi Bangunan Sosial

Milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013–2017

No Tahun Jumlah

Unit Bangunan

Kondisi Baik

Kondisi Rusak Ringan

Kondisi Rusak Sedang

Kondisi Rusak Berat

1 2013 760 564 79 57 60

Page 13: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

No Tahun Jumlah

Unit Bangunan

Kondisi Baik

Kondisi Rusak Ringan

Kondisi Rusak Sedang

Kondisi Rusak Berat

2 2014 769 573 76 58 62

3 2015 770 550 74 77 69

4 2016 775 544 70 86 75

5 2017 807 535 93 86 93

6 2018 807 578 93 86 50

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 2.5.

Daftar Nama Panti Pelayanan Sosial, Daya Tampung Dan Lokasi Persebaran

No Nama Panti Nama Rumah

Pelayanan Sosial Daya

Tampung Jenis Pelayanan

Tempat Kedudukan

1 2 3 4 5 6

I. UPT Kelas A

1 Panti Pelayanan Sosial Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar “MARDI UTOMO” Semarang

110 Pengemis, Gelandangan dan Orang Terlantar

Kota Semarang

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Intelektual Pamardi Mulyo

50 Penyandang Disabilitas Intelektual

Kabupaten Demak

2 Panti Pelayanan Sosial Anak “MANDIRI” Semarang

55 Anak Nakal Kota Semarang

Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “PUCANG GADING”

115 Lanjut Usia Terlantar Kota Semarang

3 Panti Pelayanan Sosial Anak “WIRA ADHI KARYA” Ungaran

70 Anak Putus Sekolah Kabupaten Semarang

Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “WENING WERDOYO”

90 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Semarang

Rumah Pelayanan Sosial Anak Balita “WILOSO TOMO”

30 Balita Terlantar Kota Salatiga

4 Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “NGUDI RAHAYU” Kendal

187 Penyandang Disabilitas Mental

Kabupaten Kendal

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “BINA

50 Penyandang Disabilitas Mental

Kabupaten Kendal

Page 14: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

No Nama Panti Nama Rumah

Pelayanan Sosial Daya

Tampung Jenis Pelayanan

Tempat Kedudukan

1 2 3 4 5 6

I. UPT Kelas A

SEJAHTERA”

5 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “CEPIRING” Kendal

100 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Kendal

Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “WELERI”

40 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Kendal

6 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “TURUSGEDE” Rembang

70 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Rembang

Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “MARGO MUKTI”

75 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Rembang

7 Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “PANGRUKTI MULYO” Rembang

125 Penyandang Disabilitas Mental

Kabupaten Rembang

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “PAMARDI KARYA”

50 Penyandang Disabilitas Mental

Kabupaten Rembang

8 Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra “PENDOWO” Kudus

50 Penyandang Penyandang Disabilitas Sensorik Netra

Kabupaten Kudus

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “MURIA JAYA”

65 Penyandang Disabilitas Mental

Kabupaten Kudus

9 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “POTROYUDAN” Jepara

80 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Jepara

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “WALUYOTOMO”

80 Penyandang Disabilitas Mental

Kabupaten Jepara

10 Panti Pelayanan Sosial Wanita “WANODYATAMA” Surakarta

150 Eks Wanita Tuna Susila

Kota Surakarta

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra

75 Penyandang Disabilitas Sensorik Netra

Kota Surakarta

Page 15: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

No Nama Panti Nama Rumah

Pelayanan Sosial Daya

Tampung Jenis Pelayanan

Tempat Kedudukan

1 2 3 4 5 6

I. UPT Kelas A

"BHAKTI CANDRASA"

11 Panti Pelayanan Sosial Anak “TARUNA YODHA” Sukoharjo

75 Anak Putus Sekolah Kabupaten Sukoharjo

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “ESTITOMO”

110 Penyandang Disabilitas Mental

Kabupaten Wonogiri

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “HESTINING BUDI”

65 Penyandang Disabilitas Mental

Kabupaten Klaten

12 Panti Pelayanan Sosial Anak “DHARMA PUTERA” Purworejo

75 Anak Putus Sekolah Kabupaten Purworejo

Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “WILOSO WREDHO”

60 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Purworejo

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Rungu Wicara “WIRA KARYA TAMA”

50 Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara

Kabupaten Purworejo

13 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “ADI YUSWO” Purworejo

100 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Purworejo

Rumah Pelayanan Sosial Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar “MARDIGUNO”

50 Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar

Kabupaten Kebumen

14 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “DEWANATA”

150 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Cilacap

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “MARTANI”

80 Penyandang Disabilitas Mental

Kabupaten Cilacap

Rumah Pelayanan Sosial PMKS “PAMARDI RAHARJO”

50 PMKS Kabupaten Banjarnegara

15 Panti Pelayanan Sosial Disabilitas

100 Penyandang Disabilitas Intelektual

Kabupaten Sragen

Page 16: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

No Nama Panti Nama Rumah

Pelayanan Sosial Daya

Tampung Jenis Pelayanan

Tempat Kedudukan

1 2 3 4 5 6

I. UPT Kelas A

Intelektual “RAHARJO” Sragen

Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “MOJOMULYO”

50 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Sragen

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Fisik Gondang

50 Penyandang Disabilitas Fisik

Kabupaten Sragen

Rumah Pelayanan Sosial Anak Pamardi Siwi

100 Anak Terlantar Kabupaten Sragen

16 Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “SAMEKTO KARTI” Pemalang

190 Penyandang Disabilitas Mental

Kabupaten Tegal

Rumah Pelayanan Sosial Anak “PUTERA HARAPAN”

50 Anak Putus Sekolah Kabupaten Tegal

17 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “BISMA UPAKARA” Pemalang

100 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Pemalang

Rumah Pelayanan Sosial Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar “KARYA MANDIRI”

50 Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar

Kabupaten Pemalang

18 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “BOJONGBATA” Pemalang

100 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Pemalang

Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “KLAMPOK”

90 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Brebes

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra "DISTRARASTRA"

50 Penyandang Disabilitas Sensorik Netra

Kabupaten Pemalang

19 Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra “PENGANTHI” Temanggung

100 Penyandang Disabilitas Sensorik Netra

Kabupaten Temanggung

Page 17: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

No Nama Panti Nama Rumah

Pelayanan Sosial Daya

Tampung Jenis Pelayanan

Tempat Kedudukan

1 2 3 4 5 6

I. UPT Kelas A

Rumah Pelayanan Sosial Anak “MARDI YUWONO”

70 Anak Terlantar Kabupaten Wonosobo

20 Panti Pelayanan Sosial PMKS “MARGO WIDODO” Semarang

160 PMKS Kota Semarang

Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental “SONO RUMEKSO”

85 Penyandang Disabilitas Mental

Kabupaten Grobogan

II. UPT Kelas B

21 Panti Pelayanan Sosial Anak “KASIH MESRA” Demak

80 Anak Terlantar Kabupaten Demak

22 Panti Pelayanan Sosial Anak “PAMARDI UTOMO” Boyolali

80 Anak Terlantar Kabupaten Boyolali

23 Panti Pelayanan Sosial Anak “SUKO MULYO” Tegal

90 Anak Terlantar Kota Tegal

24 Panti Pelayanan Sosial Anak “WORO WILOSO” Salatiga

130 Anak Terlantar Kota Salatiga

25 Panti Pelayanan Sosial Anak “KUMUDA PUTERA PUTERI” Magelang

120 Anak Terlantar Kota Magelang

26 Panti Pelayanan Sosial Anak “TAWANGMANGU” Karanganyar

75 Anak Jalanan Kabupaten Karanganyar

27 Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia “SUDAGARAN” Banyumas

100 Lanjut Usia Terlantar Kabupaten Banyumas

TOTAL DAYA TAMPUNG 4.602

Sumber : Pergub Jateng No. 31 Tahun 2018

Page 18: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.

Realiasi capaian kinerja tahun 2013 sampai dengan tahun 2017

merupakan pijakan strategi penyusunan Program dan Kegiatan

tahun 2018–2023, guna memberikankan gambaran keberhasilan

maupun permasalahan dalam pelaksanaannya. Adapun pencapaian

kinerja 2013 s.d 2017 sebagai berikut :

2.3.1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Unit Pelaksana Teknis

(UPT).

Ketersediaan sarana prasarana yang memadai merupakan

salah satu instrument penting dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial melalui Panti pelayanan Sosial. Selama

kurun waktu 2013 – 2018 telah dilaksanakan peningkatan

sarana dan prasarana pada 98 unit/paket pekerjaan pada

54 UPT Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Secara

terperinci sebagaimana dibawah ini:

Tabel 2.6. Peningkatan Kualitas Sarpras Panti Sosial

Tahun 2013 – 2018

No Tahun Jumlah UPT Paket Rehab

%

1 2013 760 7 0,92

2 2014 769 10 1,30

3 2015 770 12 1,56

4 2016 775 12 1,55

5 2017 807 14 1,73

6 2018 807 47 5,28

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018

2.3.2. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS)

Data PMKS hasil Pemuthakiran data PMKS tahun 2016

adalah 4.965.855 jiwa atau 14,40 % dari jumlah penduduk

Jawa Tengah sebanyak 34.490.835 jiwa (Data BPS Jawa

Tengah: proyeksi tahun 2018). Populasi PMKS di Jawa

Tengah cenderung fluktuatif, hal ini dikarenakan masih

terdapat masyarakat dengan kondisi kemiskinan,

keterlantaran, disabilitas, ketunaan, korban tindak

kekerasan dan perdagangan orang serta perubahan

lingkungan sehingga tidak dapat melaksanakan fungsi

Page 19: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

sosial. Oleh sebab itu Pemerintah Daerah berupaya

melaksanakan penanganan PMKS melalui perlindungan dan

jaminan sosial, rehabilitasi sosial, penanganan fakir miskin

dan pemberdayaan sosial. Periode tahun 2013-2018 dari

populasi PMKS 4.965.855 jiwa telah ditangani sebanyak

221.744 jiwa (4,45 persen) dimana 12.764 jiwa diantaranya

adalah PMKS non produktif dan terlantar penerima bantuan

sosial program Kartu Jateng Sejahtera (KJS). Penanganan

PMKS 2013-2018 sebagaimana tercantum pada Tabel

dibawah ini:

Tabel 2.7. Penanganan PMKS di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2013 – 2018

No Tahun Populasi PMKS

(orang) PMKS

Tertangani %

Tertangani

1 2013 5.507.993 18.075 0,33

2 2014 5.016.701 33.712 0,67

3 2015 4.982.989 34.807 0,70

4 2016 4.948.182 35.323 0,71

5 2017 4.941.435 39.446 0,80

6 2018 4.045.143 60.381 1,49

TOTAL 221.744 5,48

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018

2.3.3. Bantuan Sosial

Salah satu instrument pendukung percepatan kemandirian

dan kemampuan melaksanakan fungsi sosial dalam

penanganan PMKS adalah pemberian bantuan sosial sebagai

stimulant dalam bentuk barang sesuai kemampuan dan

minatnya. Pemberian bantuan sosial 2013-2018

sebagaimana tabel berikut:

Page 20: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Tabel 2.8. Jumlah PMKS yang Mendapatkan Bantuan Sosial

Tahun 2013 – 2018

No Tahun Populasi

PMKS (orang)

PMKS Penerima Bansos

% Penerima Bansos

1 2013 5.507.993 6.177 0,11

2 2014 5.016.701 6.421 0,13

3 2015 4.982.989 7.359 0,15

4 2016 4.948.182 6.747 0,14

5 2017 4.941.435 19.954 0,40

6 2018 4.045.143 23.795 0,59

TOTAL 70.453 1,74

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018

2.3.4. Penguatan Kapasitas Potensi dan Sumber Kesejahteraan

Sosial (PSKS).

Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) adalah

perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang

berperan serta untuk menjaga, menciptakan, mendukung dan

memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Populasi

PSKS, sebagaimana hasil pemuthakiran data tahun 2018

terdiri atas 30.145 PSKS sebagaimana matriks dibawah ini:

Tabel 2.9. Jumlah Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial tahun 2013-2018

NO JENIS 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Karang Taruna 8.577 8.578 8.578 8.578 8.578 8.093

2 LKS/Orsos 1.367 899 914 914 911 920

3 PSM 36.478 28.260 28.260 28.260 28.260 13.794

4 TKSK 568 573 573 573 573 573

5 LK3 0 39 39 39 39 35

6 Kader Perempuan

550 550 550 550 550 3.534

7 Dunia Usaha 1.239 3330 3.330 3.330 3.330 58

8 Tagana 1.377 1.272 1.272 1.272 1.272 934

Jumlah 50.156 43.501 43.516 43.516 43.513 30.145

Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) merupakan

unsur masyarakat yang memberikan dukungan riil dalam

Page 21: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

penanganan PMKS disekitarnya. Peningkatan kapasitas PSKS

merupakan upaya dalam mendorong kemampuan

memberikan sumbangsih dan dukungan terhadap percepatan

penanganan PMKS. Terperinci penguatan kapasitas 2013-2018

sebagai berikut:

Tabel 2.10. Penguatan Kapasitas PSKS di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2013 – 2018

No Tahun Populasi

PSKS

Jumlah Penguatan Kapasitas

%

1 2013 50.156 2.2 4,39

2 2014 43.501 2.298 5,28

3 2015 43.516 2.368 5,44

4 2016 43.516 2.468 5,67

5 2017 43.513 3.579 8,23

6 2018 43.513 7.851 18,04

Jumlah 20.764 47,05

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018

Pencapaian kinerja Program RPJMD 2013-2018 Pelayanan Dinas

Sosial Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut :

Page 22: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Tabel 2.11. Capaian Kinerja Pelayanan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

No Indikator Kinerja Sesuai Tugas dan

Fungsi OPD Target SPM

Target IKK

Targe

t

Indikator

Lainnya

Kondisi

Awal

Renstra

Target Renstra Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil

(KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Lainnya

Jumlah PMKS yang mendapatkan bantuan sosial

63,62 - - 6,177 6,421 7,411 6,776 18,644 18,444 6,421 7,359 7,359 19,954 23.795

Jumlah perintis

kemerdekaan/keluarganya,

warakawuri dan veteran yang mendapatkan dukungan pelayanan

kesejahteraan sosial

-

- - 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54

2 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

Jumlah panti yang melaksanakan standar pelayanan sesuai dengan

SOP

55,03 - - 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27

Jumlah PMKS yang ditangani

melalui panti sosial milik pemerintah

-

- - 4,112 4,092 4,092 4,092 4,092 4,092 4,092 4,092 4,092 4,122 6,190

Page 23: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

No Indikator Kinerja Sesuai Tugas dan

Fungsi OPD

Target

SPM

Targe

t IKK

Targe

t Indik

ator Lainn

ya

Kondisi Awal

Renstra

Target Renstra Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Jumlah Sarana dan Prasarana Sosial 63,55 10 10 12 12 10 2 10 12 12 10 47

3 Program Pembinaan eks

Penyandang penyakit sosial

Jumlah PMKS yang mendapatkan

penanganan

-

0,64 - 18,075 33,712 34,807 35,352 38,136 37,936 33,712 34,807 46,486 39,446 60,381

4 Program Pemberdayaan Kelembagaan Penghubung

Kesejahteraan Sosial

Jumlah PSKS yang memperoleh penguatan Kapasitas dalam

penanganan PMKS dan UKS

70,87 1,20 - 2,200 2,298 2,368 2,468 2,508 2,558 2,298 2,368 2,468 3,579 7,851

5 Program Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana

Jumlah TAGANA yang dikerahkan

kelokasi kejadian bencana

55,23 - - 13 13 14 14 15 16 10 14 14 17 58

Page 24: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Tabel 2.12. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

Uraian Anggaran Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pendapatan

130,000,000

162,000,000

165,000,000

230,000,000 60,000,000

134,725,000

210,000,000

181,725,000

247,215,000 60.000,000

Belanja Tidak Langsung

95,824,889,000

120,973,807,000

158,493,772,000

122,143,459,000

112,487,753

95,185,336,239

119,133,299,688

121,484,400,516

112,618,650,340

109.836.436.277

Belanja Langsung

120,466,440,000

136,137,871,000

93,881,250,000

79,031,520,000 21,632,984,000

117,570,498,564

130,882,626,464

91,386,593,357 79,474,370,693 111.166.130.754

Rasio Antara Realisasi dan Anggaran pada Tahun ke- Rata-rata Pertumbuhan

1 2 3 4 5 Aggaran Realisasi

12 13 14 15 16 17 18

103.63 129.63 110.14 106,28 100,00 109.94 109.94

99.33 98.48 76.65 98,59 97,64 94.14 94.14

97.60 96.14 97.34 98,87 98,61 97.71 97.71

Page 25: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

2.4. Basis Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin

Basis Data Terpadu (BDT) adalah sistem data elektronik yang berisi

nama, alamat, NIK (Nomor Induk Kependudukan) dan keterangan

dasar sosial ekonomi rumah tangga dan individu, dijadikan acuan

utama penetapan sasaran program perlindungan sosial dan

penanggulangan kemiskinan dalam skala nasional maupun daerah.

BDT juga berisi tentang identifikasi rumah tangga sangat miskin

yang memiliki anak usia balita atau memiliki anak usia SD/SMP

untuk calon peserta Program Keluarga Harapan, identifikasi individu

sampai tingkat kesejahteraan tertentu untuk Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat, identifikasi perempuan usia subur per

daerah untuk efektivitas program bantuan kontrasepsi, sampai

dengan identifikasi anak usia sekolah yang bekerja untuk program

pengurangan pekerja anak.

BDT diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sasaran

penerima program penanggulangan kemiskinan dan perlindungan

sosial lebih akurat, memuat 40 % penduduk dengan tingkat

kesejahteraan terendah dan dikelompokkan ke dalam kelompok

yang disebut dengan desil. Desil adalah kelompok per-sepuluhan

sehingga seluruh rumah tangga dapat dibagi kedalam 10 desil.

Pengelompokan desil adalah sebagai berikut :

o Desil 1 rumah tanggal dalam kelompok 10 % terendah

o Desil 2 rumah tanggal dalam kelompok 10 - 20 % terendah

o Desil 3 rumah tanggal dalam kelompok 20 - 30 % terendah

o Desil 4 rumah tanggal dalam kelompok 30 - 40 % terendah

Rekapitulasi BDT Jawa Tengah tahun 2018 mendasar Keputusan

Menteri Sosial Nomor 71/HUK/2018 sebanyak 15.522.020 jiwa atau

4.483.922 KRT tersebar di 35 Kabupaten/ Kota se Jawa Tengah.

Rekapitulasi BDT tersebut perlu dilakukan verifikasi dan validasi

sebagai dasar intervensi penanggulangan kemiskinan lintas sektor.

2.5. Lanjut Usia Terlantar

Pasca bonus demografi kedepan, peningkatan jumlah lanjut usia

terjadi akibat Penduduk usia produktif secara perlahan memasuki

masa pensiun dan lansia (Silver Revolution). Lanjut Usia mempunyai

hak dan kewajiban yang sama dalam semua aspek kehidupan,

potensi dan kemampuan yang dimiliki dapat dikembangkan untuk

memajukan kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat, sehingga

penyelenggaraan kesejahteraan lanjut usia baik potensial dan non

potensial oleh pemerintah daerah secara sinergis perlu ditingkatkan

Page 26: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

melalui pelayanan keagamaan dan mental spiritual; kesehatan;

kesempatan kerja; pendidikan dan pelatihan; kemudahan dalam

penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum serta bantuan

hukum; jaminan sosial; perlindungan sosial; pemberdayaan sosial;

dan pemberian penghargaan.

Lanjut usia terlantar merupakan salah satu kelompok Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang perlu mendapatkan

perhatian khusus karena populasinya dari waktu ke waktu

meningkat seiring dengan meningkatkan angka harapan hidup

sebagai konsekuensi semakin membaiknya fasilitas kesehatan,

konsumsi serta kesadaran sehat. Mendasar pada Basis Data Terpadu

(BDT) sebagaimana Keputusan Menteri Sosial Nomor 71/HUK/2018

di Jawa Tengah terdapat 2.356.635 jiwa warga lanjut usia 60 tahun

ke atas tersebar di 35 Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.

2.6. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas

Sosial Provinsi Jawa Tengah.

Menyikapi dinamika yang berkembang serta semakin menguatnya

tuntutan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang semakin

berkualitas, maka tantangan yang dihadapi ke depan antara lain:

a. Konsekuensi pelaksanaan Undang-undang nomor 23 tahun

2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah

nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah maka Urusan

Sosial adalah Urusan Wajib Pelayanan Dasar yang harus

menjadi prioritas pembangunan daerah serta pembagian

kewenanganan Provinsi dalam bidang rehabilitasi adalah

Rehabilitasi PMKS dalam Panti, kecuali eks NAPZA dan

HIV/AIDs.

b. Peningkatan sarana prasarana panti pelayanan sosial, Sumber

Daya Manusia (SDM) serta kualitas pelayanan guna

memastikan ketersediaan Jenis Pelayanan Dasar (hak dasar)

pada SPM Sosial Daerah Provinsi untuk penyelenggaraan

Rehabilitasi Sosial Dalam Panti : 1) Anak Terlantar; 2) Lansia

Terlantar; 3) Disablitas Terlantar; 4) Pengemis & Gelandangan

Terlantar; dan 5) Linjamsos pada saat dan setelah Bencana

Provinsi, mendasar pada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM).

c. Bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang

dilaksanakan memberikan dukungan dan daya ungkit

pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) pada

Page 27: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Tujuan 1). Tanpa Kemiskinan; 2). Tanpa Kelaparan; 3).

Kehidupan Sehat dan Sejahtera, sebagimana amanat Peraturan

Presiden Nomor 59 tahun 2017 tentang Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan.

d. Pengelolaan, mengkoordinasikan serta penyediaan Basis Data

Terpadu (BDT) sebagai rujukan penyusunan kebijakan

pembangunan daerah khususnya bidang penanangan

kemiskinan, sebagaimana amanat Undang-undang Nomor 13

tahun 2014 tentang Fakir Miskin.

Peluang dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial antara lain :

a. Undang-Undang nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan

Sosial telah memberikan arah, metode dan teknik pekerjaan

sosial guna pencapaian target pengurangan jumlah PMKS

dalam kerangka penurunan kemiskinan di Jawa Tengah dan

penguatan kapasitas dalam rangka peningkatan peran PSKS

dalam Usaha Kesejahteraan Sosial.

b. Penyelenggaraan pemerintahan dalam suasana otonomi

daerah menuntut terbangunnya kemitraan strategis dengan

Kabupaten/ Kota untuk memastikan Negara hadir dalam

menyelesaikan permasalahan sosial serta memastikan tidak

ada golongan masyarakat atau PMKS yang tidak tertangani.

c. Keterbatasan sarana prasarana panti pelayanan sosial telah

disikapi dengan alih fungsi pelayanan untuk menjawab

tuntutan dinamika persoalan dimasyarakat dalam pelayanan

kepada PMKS sistem kelembagaan (daycare) berperspektif

HAM.

d. Urusan sosial menjadi urusan wajib pelayanan dasar

Pemerintah Provinsi yang harus menjadi prioritas

pembangunan daerah sesuai kewenangan, tugas pokok dan

fungsi Dinas Sosial.

e. Sumber Daya Manusia (ASN) yang memiliki kualifikasi Jabatan

Struktural, Fungsional Umum dan Fungsional Tertentu pada

Sekretariat Dinas Sosial dan UPTD Dinas Sosial di Jawa Tengah

yang masih memungkinkan optimalisasinya dalam mendukung

penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi PMKS.

Page 28: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

BAB III. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT

DAERAH

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Pelayanan Perangkat Daerah.

Sebagaimana tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial dalam

melaksanakan kewenangan penyelenggaraan kesejahteraan

sosial, maka terdapat 2 (dua) hal pokok yang permasalahan

yang menjadi perhatian yakni:

1. Penyediaan basic life acces yang diarahkan untuk

pemenuhan kebutuhan dasar PMKS, terkait:

a. Peningkatan pelayanan rehabilitasi sosial PMKS

sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM)

b. Pemberian bantuan jaminan sosial bagi fakir miskin

non produktif dan Korban Bencana

c. Penyiapan bimbingan sosial bagi fakir miskin

perkotaan dan perdesaan

2. Penguatan kelembagaan, pengelolaan basis data

terpadu, basis spasial, berbasis komunitas,

pendampingan yang kontinyu serta pelibatan seluruh

pemangku kepentingan, terkait:

a. Pengelolaan dan pemanfaatan Basis Data Terpadu

dalam rangka mendukung intervensi penanggulangan

kemiskinan lintas sektor.

b. Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat

miskin yang belum memperoleh intervensi program

penanggulangan kemiskinan.

c. Peningkatan Peran PSKS dalam mendukung usaha

kesejahteraan sosial

Tabel 3.1

Pemetaan Permasalahan Pelayanan Dinas Sosial

No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

1. Tinginya Populasi

PMKS

Belum optimalnya

pelayanan sosial

dasar PMKS dan

keterpaduan

penanganan PMKS

antar pemerintahan

Pelayanan sosial dasar PMKS

di dalam panti belum

memenuhi Standar Pelayanan

Minimal (SPM).

Belum optimalnya persiapan

sosial fakir miskin perkotaan

Page 29: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

dan antar sektor dan perdesaan sebelum

memperoleh layanan.

PMKS non produktif dan

terlantar dan korban bencana

masih membutuhkan

perlindungan dan jaminan

sosial guna memenuhi

kebutuhan dasar.

2. Belum optimalnya

peran PSKS

dalam

melaksanakan

Usaha

Kesejahteraan

Sosial (UKS).

Belum semua PSKS

mampu

melaksanakan

perannya dalam

Usaha

Kesejahteraan Sosial

(UKS)

PSKS yang telah mendapatkan

penguatan kapasitas belum

maksimal dalam mendukung

Usaha Kesejahteraan Sosial

(UKS).

3. Masih terdapat

inxlusion error

dan exlusion

error dalam Basis

Data Terpadu

(BDT)

Belum optimalnya

validasi data dan

pemanfaatan Basis

Data Terpadu (BDT)

sebagai dasar

penanganan

kemiskinan dan

PMKS lainnya.

Pelaksaaan verifikasi dan

Validasi Basis Data Terpadu

(BDT) ditingkat

Kaupaten/Kota belum berjalan

optimal.

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah Terpilih

Visi pembangunan Jawa Tengah tahun 2018-2023 adalah

MENUJU JAWA TENGAH SEJAHTERA DAN BERDIKARI Tetep

Mboten Korupsi, Mboten Korupsi yang dijabarkan kedalam 4

(empat) misi yaitu:

1. Misi I :

Membangun Masyarakat Jawa Tengah Yang Religius,

Toleran Dan Guyub Untuk Menjaga NKRI.

2. Misi II :

Memperluas Reformasi Birokrasi Melalui Penguatan

Koordinasi Dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.

3. Misi III :

Page 30: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Mengurangi Kemiskinan Dan Pengangguran Dengan

Memperkuat Basis Ekonomi Rakyat Dan Membuka

Ruang Usaha Baru.

4. Misi IV :

Menjadikan Rakyat Jawa Tengah Lebih Sehat, Lebih

Pintar, Lebih Berbudaya Dan Mencintai Lingkungan.

Sebagaimana visi dan misi diatas, maka pelaksanaan Tugas

Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dalam

penyelenggaraan pembangunan bidang kesejahteraan sosial

akan mendukung pencapaian misi III Gubernur dan Wakil

Gubernur yang terkait untuk Memperkuat kapasitas ekonomi

rakyat dan membuka lapangan kerja untuk mengurangi

kemiskinan dan pengangguran.

Page 31: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Tabel 3.2

Telaah Visi, Misi dan Program KDH

Visi/Misi/Program Kerja KDH/WKDH

Tupoksi PD Permasalahan Faktor penghambat dan pendorong

Memperkuat kapasitas

ekonomi rakyat dan

membuka lapangan

kerja untuk mengurangi

kemiskinan dan

pengangguran

a. Tugas Pokok

Melaksanakan urusan pemerintahan

bidang sosial yang menjadi

kewenangan daerah dan tugas

pembantuan kepala daerah.

b. Fungsi

1) Perumusan kebijakan bidang

pemberdayaan sosial,

perlindungan dan jaminan

sosial, rehabilitasi sosial serta

penanganan fakir miskin;

2) Pelaksanaan kebijakan bidang

pemberdayaan sosial,

perlindungan dan jaminan

sosial, rehabilitasi sosial serta

penanganan fakir miskin;

a. Belum optimalnya pelayanan

sosial dasar PMKS dan

keterpaduan penanganan PMKS

antar pemerintahan dan antar

sektor

b. Belum optimalnya validasi data

dan pemanfaatan Basis Data

Terpadu (BDT) oleh seluruh

pemangku kepentingan sebagai

dasar penanganan kemiskinan

dan PMKS lainnya

1. Faktor Penghambat

a. Pelayanan rehabilitasi sosial PMKS belum

memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM).

b. Belum optimalnya persiapan sosial fakir miskin

perkotaan dan perdesaan sebelum memperoleh

layanan

c. Belum optimalnya Peran PSKS dalam mendukung

usaha kesejahteraan sosial

d. Basis Data Terpadu (BDT) belum menjadi dasar

intervensi penanggulangan kemiskinan lintas

sektor dan Pelayanan tindak lanjut pengaduan

masyarakat

2. Faktor Pendukung

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah, urusan sosial adalah urusan

wajib pelayanan dasar yang harus jadi prioritas

Page 32: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

3) Pelaksanaan evaluasi dan

pelaporan bidang

pemberdayaan sosial,

perlindungan dan jaminan

sosial, rehabilitasi sosial serta

penanganan fakir miskin;

4) Pelaksanaan, pembinaan

administrasi dan kesekretariatan

kepada seluruh unit kerja di

lingkungan dinas; dan

5) Pelaksanaan fungsi lain yang

diberikan oleh gubernur sesuai

tugas dan fungsinya.

pembangunan daerah.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018

tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM),

mengatur tentang jenis, mutu dan penerima

pelayanan dasar.

c. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018

tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada SPM

Bidang Sosial di Daerah Provinsi dan Daerah

Kabupaten/Kota.

d. Sarana prasarana Panti Pelayanan Sosial dan SDM

penyelenggara Pelayanan sosial.

Page 33: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

3.3. Telaahan Rencana Strategis Kementerian Sosial

Sebagaimana Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan

Nasional atau NAWACITA maka Rencana Startegis

Kementerian Sosial yang merupakan penjabaran Visi dan

Misi Pembangunan Nasional, mendukung pencapaian

agenda:

a. Agenda Tiga: Membangun Indonesia dari pinggiran

dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam

kerangka Negara kesatuan;

b. Agenda Lima: Meningkatkan kualitas hidup manusia dan

masyarakat Indonesia;

c. Agenda Delapan: Melakukan revolusi karakter bangsa;

d. Agenda Sembilan: Memperteguh kebhinekaan dan

memperkuat restorasi Indonesia.

Visi Kementerian Sosial RI:

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan

Berkepribadian Berlandaskan Nilai dan Semangat Gotong

Royong”

Sedangkan Misi Kementerian Sosial RI adalah :

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga

kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi

dengan mengamankan sumber daya maritim, dan

mencerminkan keperibadian Indonesia sebagai nergara

kepulauan.

2. Mewujudkan penduduk maju, berkeseimbangan, dan

demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas aktif dan

memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang

tinggi, maju, dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang

mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan

nasional

7. Mewujudkan penduduk yang berkepribadian dalam

kebudayaan.

Adapun telaah Faktor penghambat atau pendorong dari

pelayanan perangkat daerah ditinjau dari Visi Kementerian

Sosial RI dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Page 34: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Tabel 3.3

Telaah Renstra Kementerian Sosial dan Renstra Dinas Sosial

Renstra Kementerian Sosial Tupoksi Dinas Sosial Permasalahan Faktor Penghambat dan Pendorong

Terwujudnya Indonesia yang

Berdaulat, Mandiri, dan

Berkepribadian Berlandaskan

Nilai dan Semangat Gotong

Royong

a. Tugas Pokok

Melaksanakan urusan pemerintahan

bidang sosial yang menjadi

kewenangan daerah dan tugas

pembantuan kepala daerah.

b. Fungsi

1) Perumusan kebijakan bidang

pemberdayaan sosial,

perlindungan dan jaminan sosial,

rehabilitasi sosial serta

penanganan fakir miskin;

2) Pelaksanaan kebijakan bidang

pemberdayaan sosial,

perlindungan dan jaminan sosial,

a. Belum optimalnya pelayanan

sosial dasar PMKS dan

keterpaduan penanganan

PMKS antar pemerintahan dan

antar sektor

b. Belum optimalnya validasi data

dan pemanfaatan Basis Data

Terpadu (BDT) oleh seluruh

pemangku kepentingan

sebagai dasar penanganan

kemiskinan dan PMKS lainnya

1. Faktor Penghambat :

a. Masih adanya exclusion dan

inclusion error pada Basis Data

Terpadu (BDT) Program

Penanganan Fakir Miskin

(PPFM)

b. Belum adanya Panti

penanganan korban Napza dan

HIV/AIDS di Jawa Tengah yang

merupakan kewenangan

absolut Pemerintah Pusat

2. Faktor Pendukung :

a. Peraturan Menteri Sosial Nomor

9 Tahun 2018 tentang Standar

Page 35: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

rehabilitasi sosial serta

penanganan fakir miskin;

3) Pelaksanaan evaluasi dan

pelaporan bidang pemberdayaan

sosial, perlindungan dan jaminan

sosial, rehabilitasi sosial serta

penanganan fakir miskin;

4) Pelaksanaan, pembinaan

administrasi dan kesekretariatan

kepada seluruh unit kerja di

lingkungan dinas; dan

5) Pelaksanaan fungsi lain yang

diberikan oleh gubernur sesuai

tugas dan fungsinya.

Teknis Pelayanan Dasar pada

SPM Bidang Sosial di Daerah

Provinsi dan Daerah

Kabupaten/Kota.

b. Dekonsentrasi program-program

pemerintah Pusat melalui

program penanganan Fakir

Miskin (PKH, PBI, KKS, Rastra,

dll) yang mendukung

percepatan pengurangan

kemiskinan di Jawa Tengah

Page 36: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

3.4. Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Dokumen tata ruang sebagai produk dari kegiatan

perencanaan ruang/cluster, selain berfungsi untuk

mengefektifkan pemanfaatan ruang juga ditujukan untuk

melindungi masyarakat dari dampak pengembangan fungsi

ruang yang tidak sesuai peruntukan.

Dalam konteks pelaksanaan urusan wajib sosial kajian

RTRW diharapkan mampu memberikan kemanfaatan terkait

dengan kajian penempatan, pemanfaatan dan

pengembangan Panti Pelayanan Sosial agar tidak

menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat sekitar dan

mendukung percepatan rehabilitasi sosial PMKS serta pola-

pola penanganan preventif bagi masyarakat didaerah rawan

bencana.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian

analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk

memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan

telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan

suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau

program.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan suatu

upaya sistematis dan logis dalam memberikan landasan bagi

terwujudnya pembangunan berkelanjutan melalui proses

pengambilan keputusan yang berwawasan lingkungan yang

didukung kehadiran good governance. Dalam konteks

implementasi kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan

sosial, KLHS telah memberikan nuansa dan arah kebijakan

dalam penanganan PMKS yang integrative dan

berkelanjutan guna menjamin keberlangsungan hidup,

peran serta dalam menikmati hasil penerapan kebijakan dan

memberikan harapan baru bagi semakin kuatnya

keberfungsian sosial PMKS.

Page 37: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Tabel 3.4

Telaah RTRW dan KLHS pada Renstra Dinas Sosial

No Kebijakan RTRW/KLHS Tupoksi Dinas Sosial Permasalahan Faktor Penghambat dan

Pendorong

RTRW a. Tugas Pokok

Melaksanakan urusan pemerintahan

bidang sosial yang menjadi kewenangan

daerah dan tugas pembantuan kepala

daerah.

b. Fungsi

1) Perumusan kebijakan bidang

pemberdayaan sosial, perlindungan

dan jaminan sosial, rehabilitasi

sosial serta penanganan fakir

miskin;

2) Pelaksanaan kebijakan bidang

pemberdayaan sosial, perlindungan

dan jaminan sosial, rehabilitasi

sosial serta penanganan fakir

1. Belum optimalnya pelayanan

sosial dasar PMKS dan

keterpaduan penanganan PMKS

antar pemerintahan dan antar

sektor

2. Tingginya intensitas bencana

alam berdampak pada rusaknya

infrastruktur dan keselamatan

masyarakat yang tinggal di

kawasan/ daerah rawan bencana

1. Faktor Penghambat :

a. Keberadaan Panti diwilayah

pemukiman berpotensi

menimbulkan dampak lingkungan

dan menghambat pengembangan

pelayanan guna peningkatan

kualitas dan kuantitas pelayanan.

b. Belum optimalnya strategi

Pengurangan Resiko Bencana

(PRB) bagi masyarakat yang

tinggal di kawasan/daerah rawan

bencana

3. Faktor Pendukung :

a. Penetapan jargon Panti

“Wiratama” (Wangi Rapi Tanggap

1. Peningkatan pelayanan

perdesaan dan pusat

pertumbuhan ekonomi

perdesaan

2. Peningkatan pelayanan

perkotaan dan pusat

pertumbuhan ekonomi wilayah

yang merata dan berhierarki

3. Peningkatan kualitas dan

jangkauan pelayanan jaringan

infrastruktur transportasi,

telekomunikasi, energi, dan

sumber daya air yang terpadu

dan merata di seluruh wilayah

Page 38: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Provinsi. miskin;

3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan

bidang pemberdayaan sosial,

perlindungan dan jaminan sosial,

rehabilitasi sosial serta penanganan

fakir miskin;

4) Pelaksanaan, pembinaan

administrasi dan kesekretariatan

kepada seluruh unit kerja di

lingkungan dinas; dan

5) Pelaksanaan fungsi lain yang

diberikan oleh gubernur sesuai

tugas dan fungsinya.

dan Manusiawi) menjadi spirit

dalam penyediaan layanan

berperspektif HAM yang

berkelanjutan

b. Inovasi pelayanan sosial PMKS

melalui upaya preventif dan

promotif (wisata edukasi dan

wisata hati) kepada masyarakat.

c. Infrastruktur dan sarana

transportasi mempermudah

mobilitas pelayanan dan

pengiriman logistik kebencanaan

KLHS 1. Alih fungsi lahan sebagai

konsekuensi pertumbuhan

penduduk dan pengembangan

wilayah

2. pencemaran lingkungan

berdampak menurunnya kualitas

air bersih

Faktor Penghambat :

1. Keberadaan Panti diwilayah pemukiman

berpotensi menimbulkan dampak

lingkungan dan menghambat

pengembangan pelayanan guna

peningkatan kualitas dan kuantitas

pelayanan, termasuk kebutuhan air

Permasalahan dan isu strategis :

1. Meningkatnya alih fungsi lahan

menjadi wilayah pemukiman

2. Menurunnya Kualitas air bersih

Page 39: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

bersih.

2. Faktor Pendukung :

Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2017

tentang Tanggung Jawab Sosial Dan

Lingkungan Perusahaan, mendorong

optimalisasi dunia Usaha sebagai Potensi

Sumber Kesejahteraan Sosial dalam

Usaha Kesejahteraan Sosial.

Rekomendasi :

1. Diperlukan kajian penempatan, pemanfaatan dan pengembangan Panti Pelayanan Sosial guna meminimalisir dampak sosial bagi masyarakat.

2. Diperlukan kajian pengolahan dan pengelolaan limbah pada panti pelayanan sosial khususnya panti eks psikotik, PGOT dan lanjut usia.

Page 40: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

3.5. Isue Strategis dalam penyelenggaraan kesejahteraan tahun

2018 – 2023 :

a. Belum optimalnya rehabilitasi sosial dasar PMKS dan

keterpaduan penanganan PMKS antar pemerintahan

dan antar sektor;

b. Belum optimalnya validasi data dan pemanfaatan Basis

Data Terpadu (BDT) oleh seluruh pemangku

kepentingan sebagai dasar penanganan kemiskinan

dan PMKS lainnya;

c. Masih kurang optimalnya kapasitas Potensi Sumber

Kesejahteraan Sosial dan Lembaga Kesejahteraan

Sosial untuk mendukung usaha kesejahteraan sosial.

Page 41: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

BAB IV. TUJUAN DAN SASARAN

A. TUJUAN

Mendasar pada kondisi umum, evaluasi kinerja, permasalahan dan

isu strategis, maka tujuan dari penyelenggaraan kesejahteraan

sosial 2018-2023 mengarah kepada 2 (dua) hal pokok yakni :

1. Menurunkan Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS)

2. Meningkatkan peran Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial

(PSKS) dalam Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS).

B. SASARAN

Sasaran dari penyelenggaraan kesejahteraan sosial 2018-2023

adalah menurunkan populasi PMKS dan meningkatkan peran PSKS

dalam UKS, melalui :

1) Penyediaan basic life access yang diarahkan untuk Pemenuhan

kebutuhan dasar PMKS yakni:

a) Peningkatan Pelayanan Rehabilitasi Sosial PMKS sesuai

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

b) Penyelenggaraan Perlindungan dan Jaminan Sosial Bagi

Bencana Alam dan PMKS Non Produktif Dan Korban

Bencana.

c) Penyiapan dan Bimbingan Sosial Bagi Fakir Miskin

Perkotaan Dan Perdesaan

2) Penguatan kelembagaan, pengelolaan basis data

terpadu, basis spasial, berbasis komunitas, pendampingan

yang kontinyu, serta pelibatan seluruh pemangku

kepentingan, yang diarahkan pada :

a) Pengelolaan dan pemanfaatan Basis Data Terpadu

dalam rangka mendukung intervensi penanggulangan

kemiskinan lintas sektor.

b) Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat miskin

yang belum memperoleh intervensi program

penanggulangan kemiskinan.

c) Peningkatan Peran PSKS Dalam Mendukung Usaha

Kesejahteraan Sosial

Page 42: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Tabel 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Perangkat Daerah

No Tujuan Sasaran

Indikator

Kinerja Tujuan

dan Sasaran

Kondisi Awal Target Capaian Kondisi

Akhir 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Menurunkan Jumlah PMKS

Menurunnya populasi PMKS

Prosentase Penurunan Jumlah PMKS

4.045.143 0,47 % 0,95 % 1,42 % 1,90 % 2,37 % 97,63 %

19.214 38.428 57.642 76.856 96.070 3.949.037

2 Meningkatkan Peran PSKS

Meningkatnya PSKS dalam UKS

Porsentase PSKS yang melaksanakan UKS

30.145 8,97 % 17,93 % 26,90 % 35,87 % 44,83 % 44,83 %

2.703 5.406 8.109 10.812 13.515 13.515

Page 43: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Untuk tujuan dan sasaran, serta indikatornya yang terkait dengan kesekretariatan, ditetapkan sebagai berikut:

No Tujuan Sasaran

Indikator Kinerja

Tujuan dan

Sasaran

Kondisi Awal Target Capaian Kondisi

Akhir 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Meningkatkan tata

kelola Organisasi

Perangkat Daerah

Nilai Kepuasan

Masyarakat

Meningkatnya Kualitas

Pelayanan Perangkat

Daerah

Nilai Kepuasan

Masyarakat

60,50 76,61 77,00 77,00 78,00 78,00 80,00 80,00

Meningkatnya

Akuntabilitas Kinerja

Perangkat Daerah

Nilai SAKIP

Perangkat Daerah

69,72 70,00 70,00 70,00 70,00 70,00 70,00 70,00

Page 44: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Page 45: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

BAB V. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan untuk percepatan

menurunnya jumlah PMKS dan meningkatnya peran PSKS dalam

UKS. Intervensi terhadap keduanya dilakukan secara simultan,

integrative dan berkelanjutan yang berperspektif HAM (pemenuhan

hak dasar) yang berkelanjutan, diselenggarakan dengan semangat

TAT TWAN ASI (aku adalah engkau, engkau adalah aku) dengan

tujuan akhirnya “to help people to them selft - menolong orang agar

dapat menolong dirinya sendiri”.

Pelayanan kesejahteraan sosial diupayakan melalui pelayanan

langsung (direct services) guna melaksanakan rehabilitasi sosial

dasar PMKS di dalam Panti pelayanan Sosial, perlindungan dan

jaminan sosial perorangan dan keluarga melalui metode Social Case

Work (pekerjaan sosial perorangan/ individu), penanganan fakir

miskin melalui metode Social Group Work (pekerjaan sosial dengan

kelompok), serta pelayanan tidak langsung (undirect services)

melalui kemitraan strategis dengan Pemerintah kabupaten/ Kota dan

masyarakat, dilaksanakan melalui 4 (empat) pilar yakni Perlindungan

Sosial, Jaminan Sosial, Rehabilitasi Sosial dan Pemberdayaan Sosial.

Mendasar pada hal tersebut maka strategi penyelenggaraan

kesejahteraan sosial 2018-2023 mengarah kepada 4 (empat) hal

pokok yakni :

1. Penanganan Fakir Miskin, meliputi :

a. Verifikasi, validasi dan pemuthakiran Basis Data terpadu

sebagai dasar penyusunan strategi penanganan fakir miskin.

b. Penanganan faskir miskin berbasis kewilayahan dan

kelompok.Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial dasar PMKS di

dalam Panti Pelayanan Sosial.

2. Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial Dasar melalui Panti Pelayanan

Sosial

3. Penyelenggaraan Perlindungan dan Jaminan Sosial bagi Korban

Bencana dan PMKS Non Produktif

4. Pemberdayaan sosial Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial

(PSKS) guna meningkatkan peran dalam melaksanakan Usaha

KesejahteraanSosial (UKS)

Page 46: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial :

1. Program Penanganan Fakir Miskin yang difokuskan pada kegiatan

bimbingan sosial dan motivasional terhadap keluarga fakir miskin

dan pengelolaan data kemiskinan dan PMKS lainnya dan

diarahkan pada ketersediaan data fakir miskin yang telah

tervalidasi.

2. Program Rehabilitasi Sosial yang difokuskan pada kegiatan

pelayanan rehabilitasi sosial dasar PMKS terlantar didalam panti

milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Panti milik masyarakat

dan diarahkan pada persentase peningkatan pemenuhan

kebutuhan sosial dasar PMKS terlantar didalam panti dan

persentase keberfungsian sosial PMKS di dalam panti.Pengelolaan

Data Kemiskinan dan Penanganan Fakir Miskin melalui kelompok

(social group work) dilaksanakan melalui Program Penanganan

Fakir Miskin.

3. Program Perlindungan dan Jaminan Sosial yang difokuskan pada

kegiatan jaminan sosial bagi PMKS Non Produktif melalui Kartu

Jateng Sejahtera (KJS) dan penanganan korban bencana pada

saat saat dan pasca kejadian bencana provinsi dan diarahkan

pada peningkatan persentase penyelenggaraan perlindungan

sosial terhadap korban bencana provinsi dan penyelenggaraan

jaminan sosial PMKS Non Produktif.

4. Program Pemberdayaan Sosial yang difokuskan pada kegiatan

penguatan kapasitas PSKS dalam pelaksanaan Usaha

Kesejahteraan Sosial (UKS) dan diarahkan pada peningkatan

persentase peran PSKS dalam melaksanakan Usaha Kesejahteraan

Sosial bagi PMKS.

Tabel 5.1. Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

1 2 3 4

Menurunkan Jumlah PMKS

Menurunnya populasi PMKS

Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial Dasar melalui Panti Pelayanan Sosial

Program Rehabilitasi Sosial : Program ini difokuskan pada kegiatan pelayanan rehabilitasi

Page 47: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

sosial dasar PMKS terlantar didalam panti milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Panti milik masyarakat dan diarahkan pada persentase peningkatan pemenuhan kebutuhan sosial dasar PMKS terlantar didalam panti dan persentase keberfungsian sosial PMKS di dalam panti.

Penanganan Fakir Miskin, meliputi : a. Verifikasi,

validasi dan pemuthakiran Basis Data terpadu sebagai dasar penyusunan strategi penanganan fakir miskin.

b. Penanganan faskir miskin berbasis kewilayahan dan kelompok.

Program Penanganan Fakir Miskin : Program ini difokuskan pada kegiatan bimbingan sosial dan motivasional terhadap keluarga fakir miskin dan pengelolaan data kemiskinan dan PMKS lainnya dan diarahkan pada ketersediaan data fakir miskin yang telah tervalidasi.

Penyelenggaraan Perlindungan dan Jaminan Sosial bagi Korban Bencana dan PMKS Non Produktif

Program Perlindungan dan Jaminan Sosial : Program ini difokuskan pada kegiatan jaminan sosial bagi PMKS Non Produktif melalui Kartu Jateng

Page 48: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Sejahtera (KJS) dan penanganan korban bencana pada saat saat dan pasca kejadian bencana provinsi dan diarahkan pada peningkatan persentase penyelenggaraan perlindungan sosial terhadap korban bencana provinsi dan penyelenggaraan jaminan sosial PMKS Non Produktif.

Meningkatkan Peran PSKS

Meningkatnya peran PSKS dalam UKS

Pemberdayaan sosial Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) guna meningkatkan peran dalam melaksanakan Usaha KesejahteraanSosial (UKS)

Program Pemberdayaan Sosial : Program ini difokuskan pada kegiatan penguatan kapasitas PSKS dalam pelaksanaan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) dan diarahkan pada peningkatan persentase peran PSKS dalam melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial bagi PMKS.

Guna terselenggaranya pemenuhan kebutuhan dasar PMKS dalam

panti, diperlukan paling sedikit 1 (satu) orang pekerja sosial

profesional. Untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar PMKS di dalam

panti, perhitungan standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa

yang diterima oleh PMKS di dalam panti merupakan hasil asesmen

Page 49: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

dari pekerja sosial profesional. Mengingat bahwa peran SDM

Penyelenggara Kesejahteraan Sosial dalam pemenuhan kebutuhan

dasar PMKS dalam panti sangat penting, maka diperlukan program

penguatan kapasitas, adapun program penguatan kapasitas bagi

SDM penyelenggara kesejahteraan sosial sebagaimana tabel berikut:

Tabel 5.2

Program Penguatan Kapasitas Bagi Pekerja Sosial Profesional dan Penyuluh Sosial

No Program Penguatan Kapasitas

Target Renstra Tahun Ke-

2019 2020 2021 2022 2023

1 Pelatihan Kompetensi teknis Pekerja Sosial dan Penyuluh Sosial

50 50 50 50 50

2 Pembinaan Karir Pekerja Sosial dan Penyuluh Sosial

100 100 100 100 100

3 Praktik Pekerjaan Sosial

100 100 100 100 100

4 Sertifikasi Pekerja Sosial

20 20 20 20 20

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 5.3

Program Penguatan Kapasitas Bagi Tenaga Kesejahteraan Sosial

No Program Penguatan Kapasitas

Target Renstra Tahun Ke-

2019 2020 2021 2022 2023

1 Pelatihan Kompetensi teknis TKS

80 80 80 80 80

2 Pembinaan Karir TKS 50 65 70 75 80

4 Sertifikasi TKS 60 60 60 60 60

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2018

Pelatihan kompetensi teknis bagi pekerja sosial, penyuluh sosial dan

TKS diberikan untuk meningkatkan pemahaman terhadap penerapan

pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam memberikan pelayanan

kebutuhan dasar kepada PMKS di dalam panti. Pembinaan karir

pekerja sosial, penyuluh sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial

(TKS) disusun dalam suatu rangkaian kegiatan yang sistematis,

terencana dan dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja pekerja

sosial, penyuluh sosial dan TKS. Selanjutnya guna meningkatkan

kompetensi pekerja sosial dan TKS perlu dilakukan sertifikasi pekerja

sosial dan TKS. Kegiatan sertifikasi pekerja sosial dan TKS diawali

Page 50: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

dengan kegiatan uji kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Pekerjaan

Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial. Uji kompetensi dilakukan

dengan cara menguji dan menilai kompetensi pekerja sosial dan TKS

meliputi pengetahuan, nilai dan keterampilan yang dilaksanakan

melalui penilaian portofolio, ujian tertulis dan wawancara. Apabila

pekerja sosial dan TKS dinyatakan lulus uji kompetensi maka

diberikan sertifikat kompetensi pekerja sosial dan TKS. Pekerja sosial

yang telah tersertifikasi dapat melaksanakan praktik pekerjaan sosial

kepada PMKS dengan kelompok sasaran kemiskinan, ketelantaran,

disabilitas, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan

perilaku, korban bencana, korban tindak kekerasan, eksploitasi dan

diskriminasi, dan TKS yang telah tersertifikasi dapat melaksanakan

pelayanan kesejahteraan sosial.

Page 51: BAB I. PENDAHULUAN · BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... Panti kecuali Eks Napza dan HIV/AIDs. Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

BAB VIII. PENUTUP

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah menandai babak baru pelaksanaan Otonomi

Daerah, salah satunya adalah penegasan bahwa urusan sosial

adalah urusan wajib dan pelayanan dasar yang harus menjadi

prioritas pembangunan baik oleh Pemerintah Provinsi maupun

Kabupaten/Kota.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial oleh pemerintah Provinsi

telah diatur melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009,

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, Undang-Undang Nomor

13 tahun 2014, Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2018

sehingga diharapkan semakin fokus dan memastikan Negara hadir

pada persoalan social yang dialami oleh masyarakat.

Tujuan penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Jawa Tengah

adalah mengurangi jumlah PMKS dan Peningkatan Peran PSKS

dalam Usaha Kesejahteraan Sosial. Sasaran penyelenggaraan

kesejahteraan sosial menurunkan jumlah PMKS melalui upaya

rehabilitasi sosial dasar PMKS di dalam panti pelayanan sosial,

penanganan Fakir Miskin berbasis kewilayahan termasuk

pengelolaan data kemiskinan dan PMKS lainnya, penanganan

korban bencana provinsi dan PMKS non produktif yang ditujukan

guna pemenuhan kebutuhan dasar PMKS serta meningkatkan

peran PSKS dalam UKS melalui penguatan kapasitas PSKS sebagai

infrastruktur dukungan penyelenggaraan kesejahteraan social

yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah. Intervensi kedua tujuan

dan sasaran tersebut dilaksanakan secara simultan, integrative

dan berperspektif HAM (pemenuhan hak dasar) yang

berkelanjutan.