Upload
hoangdat
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 1
A. Dasar Hukum
Berlandaskan asas desentralisasi dan otonomi daerah, penyelenggaraan
pemerintahan Daerah dilaksanakan secara nyata dan bertanggung jawab berdasarkan
pada prinsip transparansi dan akuntabilitas. Oleh karena itu secara periodik Kepala
Daerah berkewajiban untuk menyampaikan Laporan atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kepada pemerintah dan DPRD serta menginformasikan laporan
tersebut kepada masyarakat. Sebagaimana tercantum dalam pasal 27 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa Kepala Daerah mempunyai kewajiban
untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah (LPPD) kepada
Pemerintah, dan memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)
kepada DPRD serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
daerah kepada masyarakat.
Laporan tersebut merupakan bentuk implementasi hubungan check and
balances antara Kepala Daerah dan DPRD dalam rangka mewujudkan
Kepemerintahan yang Baik (good governance),
Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 29 Tahun 1959 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi, Barru terdiri dari 4 (empat)
Kerajaan yang dikepalai masing-masing oleh seorang Raja selaku Kepala
Pemerintahan, yaitu: 1) Kerajaan Barru, 2) Kerajaan Tanete, 3) Kerajaan Soppeng
Riaja dan 4) Kerajaan Mallusetasi.
Pada era Pemerintahan Hindia Belanda Tahun 1907, Kerajaan Tanete dan
Kerajaan Soppeng Riaja menjadi Afdeling Barru dan pada Tahun 1908 menjadi Onder
Afdeling Barru yang dipimpin seorang Kontroler bernama GOCHART yang
berkedudukan di Sumpang BinangaE sedangkan Kerajaan Mallusetasi masuk dalam
wilayah Onder Afdeling Pare-Pare. Keempat Kerajaan tersebut kemudian berubah
BAB I PENDAHULUAN
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 2
menjadi Daerah Swapraja yaitu, Swapraja Barru, Soppeng Riaja, Tanete dan
Mallusetasi.
Sebagai tindak lanjut lahirnya Undang-Undang No. 29 Tahun 1959 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi, Barru termasuk salah satu
Kawedanan yang berubah status menjadi Kabupaten Daerah Otonom Tingkat II
dengan ibukota Kabupaten berkedudukan di Sumpang BinangaE dan jumlah anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebanyak 18 orang.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 28 Januari 1960
Nomor U.P.7/2/39-376 Letnan Satu TNI LANAKKA dilantik pada tanggal 28 Pebruari
1960 di Balai Pemerintahan Swapraja Barru sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II
Barru yang Pertama. Tanggal 20 Pebruari 1960 yang merupakan pelantikan Bupati
Kepala Daerah Pertama, ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Barru. Hal ini
dilakukan setelah melalui seminar sehari yang diselenggarakan pada tanggal 27
Desember 1993. Atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II,
ditetapkan Peraturan Daerah Tingkat II Barru No. 2 Tahun 1994 tentang Penetapan
Hari Jadi Kabupaten Daerah Tingkat II Barru. Pada tanggal 20 Pebruari 2015,
Kabupaten Barru telah berusia 55 Tahun dan telah 9 (sembilan) kali mengalami
pergantian Bupati. Dengan usia 55 tahun hingga tahun 2015, komitmen untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Barru sesuai Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Barru Tahun 2010-
2015 dengan berbagai tahapannya akan diupayakan sesuai target-target yang telah
ditetapkan.
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah ditetapkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Barru Tahun 2010-
2015 sebagai arahan rencana pembangunan tahun 2010-2015 yang dalam
implementasinya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah Akhir
Tahun Anggaran merupakan amanah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, menyebutkan bahwa Kepala Daerah mempunyai kewajiban
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 3
untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada
Pemerintah, dan memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), serta menyampaikan Informasi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) kepada masyarakat.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah akhir tahun
anggaran berupa laporan yang berisi informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah
selama satu tahun dan merupakan salah satu mekanisme pertanggungjawaban
penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan prinsip akuntabilitas, transparansi dan
partisipatif.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan
Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Kepada Masyarakat maka LKPJ ini
merupakan manifestasi pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan kepada
masyarakat sekaligus merupakan wujud akuntabilitas pemerintah kabupaten dan
pengawasan DPRD yang memuat gambaran tentang capaian kinerja selama satu
tangan anggaran (tahun 2015) berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) yang disampaikan oleh Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Tahun Anggaran
pada dasarnya merupakan progress report atas kinerja pembangunan selama satu
tahun dan menjadi kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembangunan
jangka menengah daerah. Kegagalan dan keberhasilan pencapaian indikator kinerja
akan dijadikan sebagai acuan tindakan perbaikan dalam pelaksanaan pembangunan
Kabupaten Barru di tahun mendatang dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran
pembangunan.
Dalam kerangka akuntabilitas dan transparansi maka LKPJ Pemerintah
Daerah disusun sebagai bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan dalam
penyelenggaraan pemerintahan kabupaten Baru dan akselerasi terhadap target
sasaran yang telah ditetapkan.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 4
B. Gambaran Umum Daerah
B.1 Kondisi Geografis Daerah
Berdasarkan kondisi geografis jika dikaitkan dengan pengembangan wilayah,
maka Kabupaten Barru memiliki potensi geografis yang strategis yaitu (1) berada pada
daerah lintasan perekonomian Utara-Selatan Sulawesi Selatan (2) merupakan wilayah
trans Sulawesi (3) pintu perekonomian yang menghubungkan Sulawesi Selatan
dengan Kalimantan Timur dan daerah lainnya. Dengan kondisi geografis tersebut,
maka Kabupaten Barru dapat menjadi “hub” atau sebagai pintu bagi Sulawesi Selatan
untuk pengembangan berbagai potensi yang dimiliki baik sosial budaya maupun
ekonomi ke berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini telah termuat dalam Master Plan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), dimana
Kabupaten Barru termasuk sebagai salah satu daerah dalam Koridor Ekonomi IV
Pengembangan Pulau Sulawesi.
Kondisi geografis Kabupaten Barru secara terinci dapat diuraikan sebagai
berikut:
b.1.1 Topografi
Kondisi topografi sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang terjadi
antar wilayah. Selain itu akan mempengaruhi pula aksesibilitas, dengan demikian
maka semakin besar kemiringan lereng maka membutuhkan perlakuan yang lebih
intens. Kabupaten Barru secara topografis mempunyai wilayah yang bervariasi terdiri
atas daerah laut, dataran rendah, dan daerah pegunungan dengan ketinggian antara
300 – 1.700 meter diatas permukaan laut (mdpl). Sedangkan bagian barat daerah
Barru topografi wilayah dengan ketinggian 0 – 300 mdpl berhadapan dengan Selat
Makassar. Dengan bervariasinya topografi yang ada di Kabupaten Barru sangat
mempengaruhi kondisi yang ada, baik dari infrastruktur, struktur tanah dan kondisi
pertanaman. Semakin besar tingkat kelerengan, dibutuhkan pertimbangan untuk
pelaksanaan kegiatan dengan mempertimbangkan dampak yang dapat ditimbulkan.
Adapun keadaan wilayah berdasarkan kemiringan dapat disajikan pada Tabel 1 berikut
ini :
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 5
TABEL 1KEADAAN WILAYAH BERDASARKAN KEMIRINGAN
DI KABUPATEN BARRU TAHUN 2015
NO KECAMATAN KEMIRINGAN TANAH / LERENG ( Ha )TOTAL
0 – 2 % 2 – 1 5 % 15 – 40 % > 40 %
1. TANETE RIAJA 1.230 6.631 7.580 1.988 17.429
2. TANETE RILAU 2.425 3.021 2.171 120 7.917
3. B A R R U 3.179 7.642 7.441 1.670 19.932
4. SOPPENG RIAJA 1.857 3.058 2.384 591 7.890
5. MALLUSETASI 1.557 4.740 10.829 4.532 21.658
6. PUJANANTING 426 8.343 17.398 5.259 31.426
7. B A L U S U 2.034 3.949 4.521 716 11.220
TOTAL 12.709 37.564 52.324 14.875 117.472
PROSENTASE (%) 10,82 31,98 44,54 12,66 100,00
Sumber Data : Kabupaten Barru dalam Angka, Tahun 2015
Topografi Kabupaten Barru meliputi pesisir, dataran rendah, dataran tinggi,
dimana faktor sumberdaya alam tersebut mencakup aspek kondisi topografi yang
besar pengaruhnya terhadap proses pembangunan. Wilayah Kabupaten Barru bagian
Barat, bagian Timur dikelilingi oleh pegunungan, sehingga daerahnya cenderung terjal
atau bergelombang dengan kelerengan diatas 40%, meliputi wilayah Kecamatan
Mallusetasi, Kecamatan Pujananting, Kecamatan Tanete Riaja dan Barru. Dengan
kondisi topografi tersebut, maka wilayah Kabupaten Barru mempunyai potensi sebagai
kawasan lindung khususnya bagi kawasan yang ada di bawahnya. Hal ini berdampak
positif karena kelestarian tanah dan air dapat terjaga dengan baik. Selain itu wilayah
Kabupaten Barru mempunyai potensi pengembangan di bidang pertanian dan
pariwisata.
Berdasarkan kemiringan lereng tersebut di atas menjadi dasar dalam
pengalokasian berbagai fasilitas, pengembangan wilayah dan pengendalian
pertumbuhan wilayah. Adapun uraian kemiringan 0-2% seluas 12.709 Ha (10,82%); 2-
15% seluas 37.564 Ha (31,98%); 15-40 % seluas 52.324 Ha (44,54 %) dan > 40 %
seluas 14.875 Ha (12,66 %). Untuk penggunaan lahan yang lebih terarah, telah
ditetapkan peruntukannya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah sehingga
diharapkan tidak akan terjadi berbagai pelanggaran yang dapat menyebabkan
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 6
kerusakan khususnya pada wilayah dengan kemiringan lebih dari 30 persen. Dengan
kondisi kemiringan tanah seperti itu akan berpengaruh kepada jenis komoditi yang
dibudidayakan, model pengelolaan lahan dan perlakuan terhadap lahan.
Selanjutnya berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, keadaan wilayah
Kabupaten Barru didominasi oleh lahan yang berada pada ketinggian 100-500 meter
yakni seluas 58.214 Ha (49,56 %), ketinggian 500 – 1.000 meter seluas 23.066 Ha
( 19,64 %) dan ketinggian diatas 1.500 meter seluas 84 Ha (0,07%). Dengan variasi
kemiringan lahan yang dimiliki, tentunya berpengaruh besar terhadap komoditi yang
akan dikembangkan berdasarkan kesesuaian lahan. Untuk pengembangan di bidang
pertanian khususnya hortikultura dan perkebunan, karena umumnya daerah-daerah
dengan ketinggian tersebut mempunyai iklim (suhu) yang baik dan sangat cocok untuk
jenis tanaman sayuran dan tanaman perkebunan terutama di kecamatan Pujananting.
TABEL 2KEADAAN WILAYAH BERDASARKAN KETINGGIAN DARI PERMUKAAN LAUT DI
KABUPATEN BARRU TAHUN 2015
NO
KECAMATANLUAS BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT ( Ha )
0 – 25 m 25–100 m 100–500 m 500–1000 m 1000-1500 m > 1500 m LUAS
1. TANETE RIAJA 1.108 4.540 6.055 5.187 539 17.429
2. TANETE RILAU 3.679 2.180 2.058 - - - 7.9173. B A R R U 3.387 5.081 9.449 1.672 343 - 19.9324. SOPPENG RIAJA 3.110 1.182 2.779 819 - - 7.8905. MALLUSETASI 2.413 2.410 11.219 5.617 - - 21.6586. PUJANANTING - 259 21.596 8.416 1.071 84 31.426
7. B A L U S U 3.292 1.433 5.060 1.354 81 - 11.220
TOTAL 16.990 17.084 58.214 23.066 2.034 84 117.472(%) 14,46 14,54 49,56 19,64 1,73 0,07 100
Sumber Data : Kabupaten Barru dalam Angka, Tahun 2015
b.1.2 Jenis Tanah
Jenis Tanah di Kabupaten Barru dapat diklasifikasikan menjadi 4 Empat )
Bagian yang tersebar di beberapa Kecamatan yaitu :
1. Jenis Tanah Aluvial Muda, dari bahan induk Aluvium, tekstur beraneka ragam
dengan kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebaran jenis tanah ini di daerah
daratan Aluvial Sungai, daratan Aluvial Pantai dan di daerah cekungan (depresi).
Jenis tanah ini meliputi 12,48 persen dari luas wilayah Kabupaten Barru dan
terdapat di Kecamatan Tanete Riaja.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 7
2. Jenis tanah Litosol merupakan tanah mineral dari bahan induk batuan beku atau
batuan sedimen keras, solum dangkal, tekstur beraneka dan umumnya berpasir.
Jenis tanah Litosol didapati umumnya di wilayah dengan tofografi berbukit,
pegunungan. Di Kabupaten Barru jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Tanete
Rilau dan Tanete Riaja yang meliputi 24,72 persen dari luas wilayah Kabupaten
Barru.
3. Jenis tanah Regosol meliputi 38,20 persen dari luas wilayah Kabupaten Barru dan
tersebar di seluruh kecamatan. Jenis tanah ini masih muda dengan tekstur pantai,
kesuburan sedang berasal dari bahan induk vulkanis atau pasir pantai.
Penyebarannya di daerah lereng volkan muda dan di daerah beting pantai atau
gumuk– gumuk pasir.
4. Jenis tanah Mediteran berasal dari bahan induk batuan kapur keras (Limestone)
dan Tufa Vulkanis bersifat basa. Tekstur umumnya lempung, permeabilitas sedang
dan peka erosi. Di Kabupaten Barru jenis tanah mediteran ini meliputi 24,60 persen
terdapat di semua kecamatan kecuali di Kecamatan Tanete Rilau.
Dari ke 4 (empat) jenis tanah tersebut, dapat digambarkan dalam Tabel
berikut: :
TABEL 3JENIS TANAH DI KABUPATEN BARRU TAHUN 2015
NO JENIS TANAHLUAS DAN PROSENTASE
Ha PROSENTASE (%)
1. A L U V I A L 14.659 12,48
2. L I T O S O L 29.043 24,72
3. R E G O S O L 41.254 38,20
4. M E D I T E R A N 32.516 24,60
T O T A L 117.472 100,00
Sumber Data : Barru Dalam Angka, Tahun 2015
Dengan kondisi kemiringan dan jenis tanah yang ada, maka dalam
pemanfaatan lahan tersebut baik untuk pertanian, perkebunan maupun peternakan
disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 8
b.1.3 Hidrologi
Air merupakan sumberdaya alam untuk memenuhi hayat hidup manusia
maupun makhluk hidup lainnya. Potensi sumber air di Kabupaten Barru yang dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan adalah air hujan, air permukaan dan aliran sungai
atau limpasan.
Sungai merupakan sumber air terbesar di Kabupaten Barru yaitu Sungai
Bojo, Sungai Kupa, Sungai Nepo, Sungai Mamba, Sungai Ceppaga, Sungai
Takkalasi, Sungai Ajakkang, Sungai Palakka, Sungai Bungi, Sungai Sikapa, Sungai
Parempang, Sungai Jalanru, dan diantara sungai-sungai tersebut terdapat sungai
yang terbesar adalah Sungai Sikapa yang berhulu di daerah Kecamatan Tanete Riaja
yang mengalir melalui daerah persawahan serta bermuara ke Selat Makassar.
Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Barru umumnya adalah sungai-sungai kecil
yang memliiki fkuktuasi debit antara musim kemarau dan penghujan yang cukup
besar, pada musim kemarau debitnya sangat kecil. Sungai di Kabupaten Barru selain
airnya dimanfaatkan untuk keperluan irigasi, industri, rumah tangga juga sungai-
sungai yang ada berpotensi untuk pembangkit listrik tenaga microhydro (PLTMH) dan
untuk budidaya perikanan. Sebagai sumber pembangkit listrik khususnya mikro-hidro
meliputi rencana PLTMH di Sungai Ralla Kecamatan Tanete Riaja (3 MW), rencana
PLTH di Sungai Pange Kecamatan Barru (1,5 MW), rencana PLTMH Mare Mare
Kecamatan Pujananting (1,5 MW) dan rencana PLTMH Sungai Ajakang di
Kecamatan Balusu (1 MW), menjangkau sampai ke desa-desa yang letaknya berada
di daerah tidak terjangkau jaringan listrik dan mempunyai sungai yang debit dan
kecepatan arus airnya mampu mendukung fungsi mikrohidro.
b.1.4 Luas Dan Sebaran Kawasan Lindung
Luas hutan di Kabupaten Barru kurang lebih 74.479,38 Ha terdiri dari hutan
lindung seluas 51.266 ha; dan hutan produksi 17.290,03 Ha dan hutan rakyat
5.923,25 Ha, yang meliputi;
kawasan hutan lindung di Kecamatan Balusu seluas kurang lebih 1.646 ha;
kawasan hutan lindung di Kecamatan Barru seluas kurang lebih 6.962 ha;
kawasan hutan lindung di Kecamatan Mallusetasi seluas kurang lebih 16.087 ha;
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 9
kawasan hutan lindung di Kecamatan Pujananting seluas kurang lebih 19.399 ha;
kawasan hutan lindung di Kecamatan Soppeng Riaja kurang lebih 1.523 ha;
kawasan hutan lindung di Kecamatan Tanete Riaja kurang lebih 3.491 ha; dan
kawasan hutan lindung di Kecamatan Tanete Rilau seluas kurang lebih 2.158 ha.
Dengan jumlah areal hutan lindung yang cukup besar, diperlukan penanganan
yang lebih baik untuk menjaga kelestariannya melalui kerjasama dengan masyarakat
yang berada di sekitar hutan sehingga dapat meminimalisir dampak buruk yang
ditimbulkan dan menjaga ketersediaan sumber air.
Sementara kawasan hutan produksi terdiri atas :
Kawasan hutan produksi di Kecamatan Balusu kurang lebih 4.347 Ha;
kawasan hutan produksi di Kecamatan Barru dengan luas kurang lebih 3.158 Ha;
kawasan hutan produksi di Kecamatan Mallusetasi kurang lebih 13,65 Ha;
kawasan hutan produksi di Kecamatan Pujananting kurang lebih 4.155 Ha;
kawasan hutan produksi di Kecamatan Sopeng Riaja kurang lebih 938 Ha; dan
kawasan hutan produksi di Kecamatan Tanete Riaja kurang lebih 4.643 Ha.
Dari aspek tataruang jika digunakan untuk budidaya akan memberikan manfaat
berupa:
Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan subsektor serta
kegiatan ekonomi sekitarnya;
Meningkatkan fungsi lindung;
Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya hutan;
Meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah setempat;
Meningkatkan ekspor; dan
Mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat terutama di
daerah setempat.
Hutan produksi terbatas dapat dikembangkan sebagai salah satu areal
budidaya tanaman kehutanan yang memilki nilai ekonomis tinggi. Dengan luas areal
yang tersedia, peluang yang dapat dikembangkan adalah hutan tanaman rakyat
(IUPHHK-HTR), Hutan Desa dan HKM. Areal HPT yang dapat dikembangkan seluas
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 10
3.000 - 5.000 Ha di Kecamatan Tanete Riaja dan Pujananting. Selain itu Sutera Alam
juga dapat dikembangkan di Kecamatan Barru, Balusu, dan Soppeng Riaja dengan
luas areal yang tersedia 500 - 1.000 Ha. Areal yang telah ditanami pakan sutera alam
seluas 127 Ha.
Luas hutan rakyat yang berpotensi dijadikan lokasi pengembangan tanaman
kehutanan berdasarkan hasil inventarisasi tahun 2013 adalah seluas 5.923 Ha untuk
tanaman jati dan pinus seluas 6.254 Ha yang tersebar di 7 kecamatan khusus
tanaman jati dapat ditemui disetiap kecamatan di Kabupaten Barru dengan persentase
diatas 30% pada luas areal 4.954 Ha dan potensi produksi 2.900 m3. Selain itu
terdapat pula jenis tanaman lain yang prospektif dan dapat menjadi produk unggulan
seperti kemiri, pinus, dan rotan.
Mangrove sebagai potensi kehutanan Kabupaten Barru berdasarkan Perda
No. 12 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Barru
Kawasan Pantai Berhutan Bakau seluas kurang lebih 343,78 Ha yang tersebar di 4
(empat) kecamatan, sedangkan kawasan peruntukan hutan rakyat terdapat di semua
kecamatan dengan luasan kurang lebih 5.923 Ha.
Adapun kawasan pantai berhutan bakau seluas kurang lebih 343,78 Ha, terdiri atas:
kawasan pantai berhutan bakau di Kecamatan Mallusetasi kurang lebih 26,32
Ha;
kawasan pantai berhutan bakau di Kecamatan Soppeng Riaja kurang lebih 86,80
Ha;
kawasan pantai berhutan bakau di Kecamatan Balusu kurang lebih 200,08 Ha,
termasuk luas hutan bakau di Pulau Panikiang seluas kurang lebih 82,830 Ha.
kawasan pantai berhutan bakau di Kecamatan Barru kurang lebih 30,58 Ha;
Sementara untuk hutan produksi pemanfaatannya tentunya disesuaikan
dengan ketentuan umum kegiatan antara lain pemanfaatan kawasan, pemanfaatan
jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu serta pemungutan hasil
hutan kayu dan bukan kayu.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 11
b.1.5 Batas Administrasi Daerah, Luas Wilayah, Topografis
Secara geografis terletak diantara Koordinat 4º0.5’35” - 4º47’35” Lintang
Selatan dan 199º35’00” - 119º49’16” Bujur Timur dengan luas wilayah 1.174,72 Km²
(117.472 Ha) dan berada ± 102 Km disebelah Utara Kota Makassar Ibukota Propinsi
Sulawesi Selatan yang dapat ditempuh melalui perjalanan darat ± 2,5 Jam.
Kabupaten Barru secara administratif terbagi atas 7 Kecamatan yaitu Kecamatan
Tanete Riaja, Kecamatan Tanete Rilau, Kecamatan Barru (Ibukota Kabupaten),
Kecamatan Soppeng Riaja, Kecamatan Mallusetasi, Kecamatan Pujananting dan
Kecamatan Balusu dan terdiri dari 15 Kelurahan dan 40 Desa dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara dengan Kota Pare-Pare dan Kabupaten Sidrap
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone
- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
- Sebelah Barat dengan Selat Makassar.
Kabupaten Barru terletak pada jalan Trans Sulawesi dan merupakan daerah
lintas provinsi yang terletak antara Kota Makassar dan Kota Pare-Pare. Secara
administratif kecamatan yang ada di Kabupaten Barru dapat dilihat pada tabel
berikut:
TABEL 4PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRATIF KABUPATEN BARRU
No KECAMATAN DESA/KELURAHANLUAS
Km2 %
1 TANETE RIAJA 7 174,29 14,84
2 TANETE RILAU 10 79,17 6,743 B A R R U 10 199,32 16,974 SOPPENG RIAJA 7 78,90 6,715 MALLUSETASI 8 216,58 18,446 PUJANANTING 7 314,26 26,757 BALUSU 6 112,20 9,55
TOTAL 55 1174,72 100%Sumber Data : Barru Dalam Angka, Tahun 2015
Gambaran kondisi geografis Kabupaten Barru secara administratif dapat
dilihat pada peta berikut:
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 12
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 13
B.2 Gambaran Umum Demografis; Jumlah Penduduk, Komposisi PendudukMenurut Jenis Kelamin, Struktur Usia, Jumlah Rumah Tangga Dan Pendidikan
a. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar 171.217 jiwa, meningkat
sebesar 0,53 persen dibanding tahun 2014 sebesar 170,316 jiwa. Jumlah
penduduk pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,53 persen dengan
sex rasio sebesar 92,36 artinya dari 100 perempuan ada 92,36 laki-laki.
Sementara itu rata-rata pertumbuhan penduduk selama 5 tahun terakhir
mencapai 0,83 persen.
TABEL 5JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK TAHUN 2015
NO TAHUNJUMLAH PENDUDUK
SEX RASIOLAJU PERTUMBUHAN
PENDUDUK (%)L P TOTAL
1 2 3 4 5 6 7
1 2010 79,554 86,393 165,947 92,08 1,82
2 2011 80,684 86,972 167,656 92,77 1,03
3 2012 80,734 87,300 168,034 92,48 0,23
4 2013 81,193 88,109 169,302 92,15 0,75
5 2014 81.705 88.611 170.316 92,21 0,60
6 2015* 82,207 89,010 171,217 92,36 0,53
Sumber : BPS, Tahun 2015 * Proyeksi
Sementara itu, jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2015 berada di
Kecamatan Barru sebanyak 40,374 jiwa (23,58 persen) dan terendah pada
kecamatan Pujananting yakni 13,042 jiwa (7,62 persen). Dari segi kepadatan,
kecamatan Tanete Rilau tingkat kepadatannya paling tinggi yakni sebesar 424
jiwa/km2 dan paling rendah pada kecamatan Pujananting yakni 42 jiwa/ km2.
Berdasarkan hasil analisis pertumbuhan penduduk, laju pertumbuhan
penduduk hingga tahun 2011 masih di atas angka 1 persen sementara mulai
tahun 2012 sudah berada di bawah 1 persen, walaupun ada kecenderungan
penurunannya masih fluktuatif. Namun demikian apabila laju pertumbuhan
bergerak di atas 1 % tentunya akan mempengaruhi penyediaan berbagai fasilitas
baik pendidikan, kesehatan dan prasarana dasar lainnya.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 14
Kepadatan penduduk yang tidak merata mempengaruhi kemajuan wilayah,
terutama bila dikaitkan dengan pemanfaatan potensi wilayah, untuk kecamatan
Pujananting dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan antara lain dari
sektor pertanian dan kehutanan, jumlah penduduknya relatif sedikit dan tingkat
kepadatannya relatif rendah.
Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk tersebut dapat menunjukkan
tentang keadaan komposisi, distribusi dan laju perubahan penduduk di suatu
daerah. Pengidentifikasian tentang hal tersebut akan dapat membantu
Pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan,
khususnya mengenai penyediaan perumahan, pendidikan, dan fasilitas lainnya
yang secara keseluruhan mempengaruhi pola pemukiman penduduk dan struktur
tata ruang daerah.
Perubahan komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai
dinamika sosial yang terjadi di masyarakat. Transisi emografi yang terjadi di
suatu wilayah akan mengakibatkan perubahan sosial kultural masyarakat.
Perubahan tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), serta
meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) akan mempengaruhi
kebijakan kependudukan yang diterapkan di wilayah tersebut.
Perbaikan terhadap infrastruktur terutama daerah-daerah yang memiliki
potensi untuk dikembangkan, akan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah
dan secara linier akan terjadi migrasi penduduk ke wilayah tersebut.
Dengan pertumbuhan penduduk di bawah 1 persen, diharapkan
pertumbuhan ekonomi akan semakin membaik karena anggaran dapat
difokuskan pada peningkatan pelayanan khususnya pelayanan dasar dan
peningkatan sarana prasarana pembangunan. Untuk kecamatan Pujananting
dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki, sangat dimungkinkan untuk
dikembangkan khususnya sektor pertanian, melalui perbaikan infrastruktur
ekonomi, sehingga dapat menstimulir masuknya investasi yang multiplier
effectnya dapat meningkatkan pendapatan dan bergesernya sentra-sentra
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 15
ekonomi ke wilayah-wilayah pengembangan dan tidak hanya berpusat di sektor
perkotaan.
TABEL 6JUMLAH PENDUDUK DAN LUAS WILAYAH PER KECAMATAN TAHUN 2015*
NO KECAMATAN
TAHUN 2015
L P JUMLAH % LUAS (KM2)KEPADATAN(JIWA/KM2)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 TANETE RIAJA 10,694 11,858 22,552 13.17 174.29 129
2 TANETE RILAU 16,154 17,410 33,564 19.60 79.17 424
3 BARRU 19,496 20,878 40,374 23.58 199.32 203
4 MALLUSETASI 12,152 13,310 25,462 14.87 216.58 118
5 SOPPENG RIAJA 8,612 9,245 17,857 10.43 78.9 226
6 PUJANANTING 6,403 6,639 13,042 7.62 314.26 42
7 BALUSU 8,696 9,670 18,366 10.73 112.2 164
TOTAL 82,207 89,010 171,217 100 1,174.72 146
Sumber: BPS, Tahun 2015 * Proyeksi
b. Struktur penduduk menurut usia
Penduduk Kabupaten Barru menurut struktur usia penduduk pada tahun
2015 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah yang berusia 15-
19 tahun yakni 14,727 jiwa (8,72 persen) dan paling sedikit adalah yang berusia
70 – 74 tahun yakni yakni 3.906 jiwa (2,32 persen). Demikian pula untuk
penduduk yang berusia di bawah 15 tahun dan di atas 60 tahun pada tahun 2014
mengalami penurunan yakni dari 63.782 jiwa pada tahun 2013 menjadi 58.550
jiwa pada tahun 2014 atau berkurang sebesar 8,20 persen.
TABEL 7JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2015*
USIA2014
%2015
%L P TOTAL L P TOTAL
75+ 1,612 2,394 4,006 2.35 1,615 2,448 4,063 2.37
70-74 1,523 2,014 3,537 2.08 1,674 2,181 3,855 2.25
65-69 2,032 2,700 4,732 2.78 2,179 2,912 5,091 2.97
60-64 2,542 3,378 5,920 3.48 2,796 3,463 6,259 3.66
55-59 3,136 3,551 6,687 3.93 3,574 4,212 7,786 4.55
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 16
50-54 3,963 4,693 8,656 5.08 4,384 5,257 9,641 5.63
45-49 4,807 5,634 10,441 6.13 5,504 6,304 11,808 6.90
40-44 5,400 6,245 11,645 6.84 5,610 6,454 12,064 7.05
35-39 5,848 6,734 12,582 7.39 5,564 6,576 12,140 7.09
30-34 5,602 6,225 11,827 6.94 5,346 6,006 11,352 6.63
25-29 5,733 6,596 12,329 7.24 5,550 6,213 11,763 6.87
20-24 5,363 6,058 11,421 6.71 5,696 6,075 11,771 6.87
15-19 7,396 7,298 14,694 8.63 7,863 7,430 15,293 8.93
10-14 9,332 8,981 18,313 10.75 8,487 8,154 16,641 9.72
5-9 9,228 8,390 17,618 10.34 8,236 7,564 15,800 9.23
0-4 8,188 7,720 15,908 9.34 8,129 7,761 15,890 9.28
TOTAL 81,705 88,611 170,316 100 82,207 89,010 171,217 100
Sumber : BPS, Tahun 2015 * Proyeksi
Selain itu jumlah penduduk yang berusia di atas > 65 tahun mengalami
peningkatan yaitu dari 12.275 jiwa pada tahun 2014 menjadi 13.009 jiwa pada
tahun 2015. Hal ini menunjukkan semakin membaiknya angka harapan hidup di
Kabupaten Barru, sementara yang berusia 0-4 tahun mengalami penurunan yaitu
dari 15.908 jiwa (9,34 persen) pada tahun 2014 menjadi 15.890 jiwa (9,28
persen) pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah
kabupaten dalam program keluarga berencana cukup berhasil.
Demikian pula Angka Beban Tanggungan yaitu perbandingan antara
penduduk usia produktif (15-64 tahun) dengan penduduk usia non produktif (0-14
tahun dan > 65 tahun) semakin menurun yaitu pada tahun 2014 besarannya
51,84, dan tahun 2015 menjadi 48,33 artinya pada tahun 2014 setiap 100
penduduk usia produktif menanggung 51,84 orang usia non produktif dan tahun
2015 setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 48,31 orang penduduk
usia non produktif.
c. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, data menunjukkan bahwa jenjang
pendidikan yang mengalami peningkatan adalah yang tamat D-IV/ Strata-I/
Strata-II/III dari 5.10 persen ( 8.686 orang) pada tahun 2014 menjadi 6,56
persen (11.232 orang ) pada tahun 2015; Tamat Akademi/ D-III dari 0,84 persen
(1.431 orang) pada tahun 2014 menjadi 1,49 persen (2.551 orang ) pada tahun
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 17
2015; Tamat D-I/II dari 0,28 persen (477 orang ) pada tahun 2014 menjadi 0,97
persen (1.661 orang ) pada tahun 2015; Tamat Sekolah Menengah Kejuruan dari
3.13 persen (5.331 orang) pada tahun 2014 menjadi 3,59 persen (6.147 orang)
pada tahun 2015.
Data tersebut menggambarkan bahwa penduduk yang belum memiliki
ijazah cenderung menurun sementara yang memiliki ijazah Diploma dan Sarjana
cenderung meningkat sebagaimana tabel berikut:
TABEL 8DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN 2015
N0 URAIAN2014 2015
JUMLAH % JUMLAH %
1 Tidak punya ijazah/ belum tamat SD 53,650 31.50 52,136 30.45
2 Tamat SD 50,976 29.93 49,893 29.14
3 Tamat SLTP 27,285 16.02 27,515 16.07
4 Tamat SLTA 22,482 13.20 20,084 11.73
5 Tamat SM Kejuruan 5,331 3.13 6,147 3.59
7 Tamat D-I/II 477 0.28 1,661 0.97
8 Tamat Akademi/ D-III 1,431 0.84 2,551 1.49
9 Tamat D-IV/ Strata-I/ Strata-II/III 8,686 5.10 11,232 6.56
JUMLAH 170,316 100.00 171,217 100.00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Capil Kab. Barru, Tahun 2015
B.3 Kondisi Ekonomi
a. Potensi Unggulan Daerah
Wilayah Kabupaten Barru memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup
berlimpah dan merupakan salah satu daerah yang potensial untuk pengembangan
berbagai sektor baik pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan
dan wisata. Untuk potensi pada lingkup pertanian sangat memungkinkan untuk
dikembangkan karena didukung oleh agroklimat wilayah.
Dalam rangka melaksanakan pembangunan di bidang pertanian tanaman
pangan, selain diarahkan pada peningkatan ketahanan pangan guna mencukupi
kebutuhan pokok dan menjamin kedaulatan pangan juga diarahkan pada
pengembangan agribisnis, yaitu mendorong berkembangnya usaha-usaha pertanian
melalui kluster dan pengembangan kawasan yang mampu menghasilkan produk-
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 18
produk pertanian yang memiliki daya saing guna meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani.
Sektor pertanian sangat berpengaruh dalam hal penyediaan bahan pangan,
penganekaragaman menu makanan, dan penyerapan tenaga kerja. Untuk itu di
Kabupaten Barru pada saat ini dalam rangka untuk meningkatkan produksi pertanian
telah dilaksanakan Program Pembinaan dan Produksi Pertanian, program ini
bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan mutu produksi komoditi Pertanian,
kegiatan yang dilakukan dalam program ini meliputi :
Pengembangan Budidaya dan Peningkatan Mutu Produksi Tanaman
Pertanian dan Perkebunan.
Pengembangan Benih Komoditi Unggulan.
Pembinaan Sumberdaya Pertanian dan Perkebunan.
Pengembangan Instalasi Kebun Benih.
Dari keempat kegiatan tersebut selain berfungsi sebagai penyangga sistem
kehidupan masyarakat juga merupakan potensi untuk dimanfaatkan secara
berkelanjutan.
Tanaman Pangan dan Hortikultura
Potensi areal penanaman 30,620 Ha dengan tanaman utama padi, jagung,
kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, kentang dan tanaman lainnya, yang sudah
dikembangkan seluas 22,111 Ha dan masih tersisa lahan seluas 8,260 Ha.
Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura cukup besar yang ditandai oleh
tersedianya lahan cukup luas untuk ekstensifikasi komoditi pertanian. Namun
demikian data menunjukkan bahwa potensi yang tersedia belum diimbangi dengan
besarnya produksi maupun produktivitas. Untuk tanaman padi rata-rata produktivitas
baru mencapai 5,65 ton/Ha sementara hasil ubinan ada yang mencapai 12 ton/Ha,
sehingga perlu kiranya pengawalan terhadap kegiatan pertanian secara intensif.
Secara umum produktivitas masih relative rendah, baik untuk komoditi tanaman
pangan, palawaija dan hortikultura. Untuk kacang tanah yang ditanam oleh sebagian
besar petani, dapat dikembangkan melalui penyediaan sarana yang lebih memadai
dan pendampingan secara kontinyu.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 19
TABEL 9LUAS AREAL DAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN, PALAWIJA DAN
HORTIKULTURA TAHUN 2015
NO.JENIS TANAMAN
LUAS AREAL( Ha )
PRODUKSI( Ton )
PRODUKTIVITAS( Ton / Ha )
1 2 3 4 51. P a d i 22.914 111.773,00 5,652. J a g u n g 606 3.392,02 5,413. K e d e l a i - - -
4. Kacang Tanah 2.345 2.621,00 1,14
5. Kacang Hijau 8 11,00 1,406. Ubi Kayu 415 7.309,00 22,157. Ubi Jalar 209 3.317,00 15,978. Kacang Panjang 50 89,90 2,259. Kangkung 24 22,50 0,90
10. B a y a m 8 2,60 0,37
11. T o m a t 10 8,40 0,8412. K e t i m u n 6 1,90 0,4713. T e r o n g 30 29,00 1,4514. Cabe Rawit 41 71,80 2,39
15. Cabe Besar 19 17,10 0,90
16. Alpokat 14 56,20 4,74
17. Rambutan 278 280,40 14,4618. Jeruk Besar 143 50,60 6,70
19. P e p a y a 3 278,60 181,59
20. P i s a n g 65 8.965,50 286,75
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan, Tahun 2015
Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura cukup besar yang ditandai
oleh tersedianya lahan cukup luas untuk ekstensifikasi komoditi pertanian. Dengan
adanya alih fungsi lahan, yang menyebabkan luasan lahan pertanian semakin
berkurang, maka dilakukan upaya pencetakan sawah baru. Pada tahun 2012
pencetakan sawah baru seluas 600 Ha dan tahun 2013 seluas 600 Ha dan tahun
2014 seluas 400 Ha. Dengan adanya pencetakan sawah baru diharapkan dapat
menggantikan areal persawahan yang beralih fungsi menjadi pemukiman, fasilitas
umum dan peruntukan lainnya. Selain itu pencetakan sawah diharapkan berdampak
pada peningkatan produksi dan penguatan ketahanan pangan daerah. Berbagai
upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan produksi baik berupa pemberian
bantuan hand traktor, pembangunan embung, bantuan pompa, pembangunan jalan
tani, perbaikan jaringan irigasi, semuanya bertujuan untuk menciptakan swa
sembada pangan.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 20
Dalam rangka mendukung pengembangan sector pertanian, dibutuhkan
dukungan irigasi yang memadai. Berdasarkan data luas lahan bersasarkan
pengairannya, dari total luas areal persawahan di Kabupaten Barru 14,818 Ha; tidak
memiliki pengairan teknis; 1.810 Ha (12,21 persen) berpengairan setengah teknis,
3.973 Ha (26,81 persen) berpengairan irigasi sederhana/desa dan 9.035 Ha (60,97
persen) tadah hujan. Untuk Kabupaten Barru sulit untuk mengupayakan pengairan
teknis karena tidak tersedianya sumber air yang cukup. Jenis irigasi disajikan pada
tabel berikut:
TABEL 10LUAS AREAL SAWAH DAN JENIS PENGAIRAN TAHUN 2015
NO
KECAMATAN
JENIS PENGAIRAN ( Ha )
IRIGASITEKNIS
IRIGASISETENGAH
TEHNIS
IRIGASISEDERHANA/
DESA
TADAHHUJAN
JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7
1. TANETE RIAJA - 184 736 1.484 2.404
2. TANETE RILAU - - 70 1.998 1.998
3. B A R R U - 550 1.081 1.365 2.996
4. SOPPENG RIAJA - 408 825 433 1.654
5. MALLUSETASI - 668 143 944 1.755
6. PUJANANTING - - 1.200 1.027 2.227
7. B A L U S U - - - 1.784 1.784
TOTAL - 1.810 3.973 9.035 14.818Sumber : Barru Dalam Angka, Tahun 2015 12,21 26,81 60,97
Sementara untuk tanaman perkebunan, terdiri dari kemiri, coklat, kopi, mente
dan lain-lain jumlah lahan yang telah ditanami Kemiri pada tahun 2015 adalah 2.280
Ha dari total potensi lahan 2.500 Ha dengan produksi 876,05 Ton. Sementara untuk
Tanaman Kopi Arabika, luas areal tanam 714 Ha dari total potensi lahan untuk kopi
2.000 Ha dengan produksi sebesar 27,90 ton pada tahun 2015. Untuk komoditi
cengkeh pada tahun 2015, luas areal tanam 445 Ha dari total potensi 500 Ha,
produksi sebesar 30,82 ton. Untuk komoditi kelapa pada tahun 2015 luas areal
tanam 2060 dari total potensi lahan 3000 Ha dengan produksi sebesar 965,9 ton.
Untuk komoditi kakao, luas areal tanam 977 Ha dari total potensi lahan 1.500 Ha
dengan produksi 484,98 ton. Untuk jambu mete dengan luas areal tanam 5.679 Ha
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 21
dari total potensi 7000 Ha dengan produksi sebesar 1.980,27 ton pada tahun 2015.
Sedangkan untuk tembakau dari total potensi lahan 150 Ha, luas areal tanam 12 Ha
dengan produksi 9,2 ton. Berdasarkan data yang tersedia, Kabupaten Barru memiliki
potensi pengembangan produksi perkebunan karena hamper semua komoditi
perkebunan produktivitasnya masih relative rendah. Dengan penyediaan sarana
berupa benih bermutu, pendampingan kepada petani, teknis budidaya yang sesuai
maka produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan, khususnya untuk komoditi
Jambu Mete dan Kemiri.
TABEL 11LUAS AREAL DAN PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN TAHUN 2015
NO. JENIS TANAMANLUAS AREAL
( Ha )PRODUKSI
( Ton )PRODUKTIVITAS
( Ton / Ha )
1 2 3 4 5
1. Kelapa 2.060 965,90 0,67
2. Jambu Mete 5.679 1.980,27 0,54
3. Kopi 714 27,90 0,06
4. C e n g k e h 445 30,82 0,13
5. K a k a o 977 484,98 0,64
6. K e m i r i 2.280 876,05 0,71
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan, Tahun 2015
Kehutanan
Peranan hutan erat hubungannya dengan perkembangan industri sebagai
dimensi baru dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Saat ini, hutan tidak lagi
semata-mata dipandang sebagai sumber diperolehnya tanah pertanian baru,
melainkan sebagai sumber bahan mentah untuk industri, misalnya kayu, damar dan
rotan. Hutan Produksi Terbatas dapat dikembangkan sebagai salah satu areal
budidaya tanaman kehutanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Dengan luas areal
yang tersedia, peluang yang dapat dikembangkan adalah Hutan Tanaman Industri
dengan tanaman pohon Pinus, Kemiri, Jati dan Rotan. Penyebaran jenis tanaman jati
dapat ditemui disetiap kecamatan di Kabupaten Barru dengan tingkat persentasi
diatas 30 persen. Jati rakyat dengan sentra produksi meliputi Kecamatan Barru,
Mallusetasi, Pujananting, Tanete Riaja, Tanete Rilau, Soppeng Riaja dan Balusu
dengan potensi produksi 2.900 m3 dengan luas areal 4.954 Ha. Tanaman rotan
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 22
sentra produksi berada di Kecamatan Pujananting dan Soppeng Riaja dengan
potensi 130 ton/tahun pada areal seluas 900 Ha; Tanaman kemiri di Kecamatan
Soppeng Riaja dan Balusu dengan luas 1.690 Ha; dan tanaman pinus di Kecamatan
Pujananting.
Sutera alam dapat dikembangkan di Kecamatan Barru, Balusu dan Soppeng
Riaja dengan areal yang tersedia 200 - 500 Ha. Areal yang telah ditanami seluas 127
Ha dengan total produksi 900 Kg.
Luas Kawasan Hutan Kabupaten Barru bardasarkan SK Menhut No. 434 Tahun
2009 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Propinsi
Sulawesi Selatan, Perda No. 09 Tahun 2009 Tentang RTRW Propinsi Sulawesi
Selatan dan Perda No. 04 Tahun 2013 Tentang RTRW Kabupaten Barru adalah
68.180 Ha mencakup 58,04% dari total luas wilayah Kabupaten Barru yang
berdasarkan fungsinya dibedakan atas fungsi lindung dengan luas Hutan Lindung
51.266,04 Ha dan fungsi produksi dengan luas Hutan Produksi Terbatas 16.913,96
Ha.
Sesuai Data Digital Penutupan Lahan (skala 1 : 50.000) hasil penafsiran Citra
Aster Tahun 2008 dapat dilihat luas lahan kritis mencapai 52.188,15 Ha, Lahan kritis
didalam kawasan adalah seluas 30.762,65 Ha, dan yang berada diluar kawasan
seluas 25.629,84 Ha.
Penutupan lahan wilayah Kabupaten Barru yang masih bervegetasi berupa
hutan (berhutan) adalah seluas 16.377,00 Ha dan yang bukan berupa hutan (non
hutan) adalah seluas 100.648,00 Ha (terdapat 1.867,00 Ha tertutup awan). Kawasan
Hutan di Kabupaten Barru telah ditata batas 100 % dari tahun 1997/1998 dengan
panjang tata batas 554,12 km. Tata batas fungsi hutan lindung/hutan produksi
terbatas tahun 2000 dengan panjang tata batas 31,23 km.
Hutan produksi terbatas dapat dikembangkan sebagai salah satu areal
budidaya tanaman kehutanan yang memilki nilai ekonomis tinggi. Dengan luas areal
yang tersedia, peluang yang dapat dikembangkan adalah hutan tanaman rakyat
(IUPHHK-HTR), Hutan Desa dan HKM. Areal HPT yang dapat dikembangkan seluas
3.000 - 5.000 Ha di Kecamatan Tanete Riaja dan Pujananting. Selain itu Sutera Alam
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 23
juga dapat dikembangkan di Kecamatan Barru, Balusu, dan Soppeng Riaja dengan
luas areal yang tersedia 500 - 1.000 Ha. Areal yang telah ditanami pakan sutera alam
seluas 127 Ha.
Luas hutan rakyat yang berpotensi dijadikan lokasi pengembangan tanaman
kehutanan berdasarkan hasil inventarisasi tahun 2013 adalah seluas 5.923 Ha untuk
tanaman jati dan pinus seluas 6.254 Ha yang tersebar di 7 kecamatan khusus
tanaman jati dapat ditemui disetiap kecamatan di Kabupaten Barru dengan
persentase diatas 30% pada luas areal 4.954 Ha dan potensi produksi 2.900 m2.
Selain itu terdapat pula jenis tanaman lain yang prospektif dan dapat menjadi produk
unggulan seperti kemiri, pinus, dan rotan.
TABEL 12JENIS KOMODITI, POTENSI LAHAN DAN PRODUKSI KEHUTANAN TAHUN 2015
NO KOMODITASLUAS POTENSI
LAHAN( Ha )
LUAS YANG SUDAHDIKEMBANGKAN
( Ha )PRODUKSI
1 2 3 4 5
1. E b o n y 900 - -
2. B a y a m - - -
3. J a t i 4.954 - 2.928,66 M3
4. Pinus (Tusam) 1.300 200 30 Ton
5. M a h o n i 1.745 - -
6. C e n d a n a - - -
7. Rimba Campuran - - -
8. K e m i r i 1.690 - -
9. R o t a n 1.900 900 20 Ton
10. Aren 1.200 - -
11. M a d u - - -
12. Sutera Alam- Kokon- Benang
500 25 1.021 kg129,5 kg
JUMLAH 14.189 1.250
Sumber : Dinas Kehutanan, Tahun 2015
Mangrove sebagai potensi kehutanan Kabupaten Barru berdasarkan Perda
No. 12 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Barru
Kawasan Pantai Berhutan Bakau seluas kurang lebih 343,78 Ha yang tersebar di 4
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 24
(empat) kecamatan yaitu Kecamatan Mallusetasi (26,32 Ha), Kecamatan Soppeng
Riaja (86,80 Ha), Kecamatan Balusu (200,08 Ha) dan Pulau Panikiang (82, 83 Ha),
Kecamatan Barru (30,58 Ha).
Kelautan dan Perikanan
Di Sektor Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Barru sangat potensial dalam
bidang Perikanan / Perairan. Luas areal tambak berdasarkan tingkat teknologi di
Kabupaten Barru dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
TABEL 13LUAS AREAL TAMBAK BERDASARKAN TINGKAT TEKNOLOGI TAHUN 2015
NO. KECAMATANTINGKAT TEKNOLOGI ( Ha )
TRADISIONAL SEDERHANA SEMI INTENSIF INTENSIF
1 2 3 4 5 6
1. TANETE RIAJA - - - -2. TANETE RILAU 140 307,64 1 93. B A R R U 156,3 519,05 6,02 8,44. SOPPENG RIAJA 167,51 380,31 34,06 26,555. MALLUSETASI 29,87 49,27 15,19 22,476. PUJANANTING - - - -7. B A L U S U 217,84 569,77 6,43 6,6
T O T A L 712,02 1.826,04 62,7 73,02Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, Tahun 2015
Dari Tabel tersebut, Kabupaten Barru memiliki potensi kelautan dan perikanan
yang sangat besar. Garis pantainya sepanjang 78 Km membentang di Wilayah Barat
Kabupaten, menghadap ke Selat Makassar. Berbagai budidaya laut berpotensi untuk
dikembangkan di Kabupaten ini. Budidaya keramba jaring apung yang menghasilkan
Bandeng dan Nila Merah di Kecamatan Mallusetasi, Kerang Mutiara di Pulau
Pannikiang, sementara di Kecamatan Tanete Rilau, Barru, Balusu, Soppeng Riaja
dan Mallusetasi dapat dikembangkan budidaya Rumput Laut, Kepiting dan Teripang.
Sedangkan budidaya Kerang-kerangan juga dikembangkan di Kecamatan Balusu,
Barru dan Mallusetasi.
Tingkat pemanfaatan/eksploitasi sumber daya kelautan dan perikanan
Kabupaten Barru belum maksimal karena petani dan nelayan tradisional menghadapi
kendala pada keterbatasan pengetahuan, teknologi dan dana untuk biaya pengadaan
prasarana dan sarana penangkapan serta budidaya. Hal ini berdampak pada
rendahnya produksi dan produktivitas baik untuk perikanan tangkap maupun
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 25
budidaya. Untuk penangkapan dapat ditingkatkan melalui fasilitasi sarana dan
prasarana berupa jaring, perahu dan mesin yang memiliki tonase cukup sehingga
daya jelajah lebih luas lagi. Disamping itu pengawasan terhadap sumberdaya
kelautan dari illegal fishing baik dalam bentuk penggunaan bom dan pembiusan
maupun alat tangkap yang melanggar ketentuan. Sementara untuk perikanan
budidaya dapat dilakukan dalam bentuk pemberian benur yang bermutu dan
pendampingan kepada kelompok pembudidaya secara berkelanjutan.
Potensi lahan dan produksi perikanan di Kabupaten Barru dapat dilihat pada
Tabel berikut:
TABEL 14JENIS KOMODITI, POTENSI LAHAN DAN PRODUKSI PERIKANAN TAHUN 2015
NOKOMODITAS
LUASPOTENSI
LAHAN (Ha)
LAHAN YANGSUDAH
DIKEMBANGKAN(Ha)
PRODUKSI(Ton)
PRODUKTIVITAS(Ton/Ha)
1 2 3 4 5 6
1. Udang - 2.144,30 3.559 1,660
2. Bandeng - 540 432 0,800
3. Ikan Kerapu - - 0,5 -4. Ikan Merah - - - -
5. Rumput Laut - 148,9 788 5,252
T O T A L 712,02 1.826,04 62,7 73,02Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, Tahun 2015
Dari sisi komoditas andalan pada Sub Sektor Kelautan dan Perikanan di
Kabupaten Barru dari beberapa jenis komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi
tetap dikembangkan diantaranya Bandeng, Cakalang, Kerapu, Tuna dan Udang
Windu. Sementara itu Kabupaten Barru memiliki gugusan pulau-pulau kecil untuk
budidaya berbagai jenis komoditi perikanan. Pulau-pulau dimaksud adalah Pulau
Panikiang, Pulau Dutungeng, Pulau Bakki, Pulau Batukalasi, Pulau Puteangin, Pulau
Uming dan Pulau Anakuming
Luas wilayah penangkapan ikan laut 56.160 Ha; tambak 2.594,31 Ha dan
budidaya pantai 1.400 Ha. Potensi Udang (906,3 ton); Bandeng (2.129,3 Ton);
Cakalang/Tongkol (260,6 Ton); Kerapu/Kakap (37,4 Ton), disamping itu terdapat
komoditas Rumput Laut).
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 26
Dari sisi komoditas andalan pada sub sektor perikanan di Kabupaten Barru
beberapa jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi tetap dikembangkan
diantaranya Bandeng, Cakalang, Kerapu, Tuna dan Udang Windu/Vannamei. Potensi
sektor Kelautan dan Perikanan sangat besar terutama dari sub sektor budidaya
khususnya udang. Produktivitas udang Vannamei saat ini menduduki posisi tertinggi
di dunia melampaui Meksiko.
Dilihat dari agroekosistemnya sebagian besar adalah lahan pantai dan laut
maka kegiatan yang dapat dikembangkan adalah budidaya tambak, budidaya laut,
budidaya air tawar, penangkapan ikan dan agroindustri hasil perikanan serta
berbagai kegiatan lainnya. Hal ini sangat memungkinkan oleh karena berbagai faktor
yang mendukung antara lain :
- Memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang besar
- Prasarana jalan ke sentra pengembangan cukup memadai
- Berada pada daerah lintasan yang memudahkan transportasi
- Prospek permintaan pasar komoditas perikanan dan kelautan cukup cerah.
Peternakan
Pengembangan Sektor Peternakan di Kabupaten Barru mengacu kepada
tujuan pembangunan peternakan yakni meningkatkan pendapatan peternak,
membuka kesempatan kerja melalui peningkatan populasi dan produksi ternak guna
memenuhi kebutuhan dalam daerah maupun antar pulau dan juga untuk peningkatan
gizi masyarakat melalui penyediaan sumber protein hewani, dengan demikian
berdasarkan luas lahan sebagai areal hijauan pakan ternak 58.120 Ha dan padang
penggembalaan 4.813 Ha, kapasitas tampung 178.022 satuan ternak, memiliki
potensi ternak plasma nutfah seperti Sapi Bali, Kambing, Ayam, Itik, yang dapat
dikembangkan kualitasnya menjadi produk unggulan.
Luas lahan sebagai areal hijauan pakan ternak 58.120 Ha dan padang
penggembalaan 4.813 Ha, kapasitas tampung 134.452 ekor ternak, memiliki potensi
ternak plasma nutfah seperti sapi Bali, Kambing, Ayam, Itik, yang dapat
dikembangkan kualitasnya menjadi produk unggulan.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 27
Showroom sapi adalah solusi bagi masyarakat yang mempunyai modal namun
tidak mempunyai waktu untuk mengembangkan usaha di bidang peternakan,
masyarakat yang mempunyai keterampilan dalam mengelola usaha peternakan dan
belum maksimalnya pengelolaan peternakan dimasyarakat. Showrrom sapi bertujuan
untuk 1) Penyerapan tenaga kerja, 2) Penerapan teknologi dan manajemen beternak
Sapi yang lebih maju berbasis sumber daya lokal dan ramah lingkungan, 3)
Tersedianya pasar dan jaringan pemasaran yang lebih efektif dan efisien, 4)
Tersedianya sapi bibit dan sapi potong yang berkualitas dan pemanfaatan limbah
peternakan yang berkelanjutan. Indikator Sasaran Showroom Sapi adalah
Terbentuknya 75 Unit SRS, dengan perkiraan jumlah populasi di Kabupaten Barru
71.040 ekor sampai Tahun 2015.
Sementara capaian populasi dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan
yakni dari 50.501 ekor pada tahun 2010 meningkat menjadi 54.136 ekor pada tahun
2011; 60.782 ekor pada tahun 2012; 62.035 ekor pada tahun 2013; 69.549 ekor pada
tahun 2014 dan mencapai 68.805 ekor pada tahun 2015 seperti Tabel berikut:
TABEL 15PERKEMBANGAN POPULASI TERNAK DI KABUPATEN BARRU
TAHUN 2015NO JENIS 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7
1 SAPI 54.136 60.782 62.035 65.645 68,805
2 KERBAU 373 681 706 834 839
3 KUDA 2.451 2.785 2.834 3.261 3,311
4 KAMBING 2.939 3.750 3.775 4.599 5,139
5 AYAM BURAS 355.061 397.335 400.200 491.350 529,521
6 AYAM RAS PEDAGING 1.043.852 1.392.514 1.101.633 1.194.576 1,500,007
7 AYAM RAS PETELUR 47.129 53.095 84.593 131.108 220,851
8 ITIK 97.600 104.700 97.141 117.083 120,184
Sumber: Dinas Peternakan, 2015
Dari tabel di atas, terlihat bahwa di Kabupaten Barru potensi peternakan cukup
baik khususnya jenis komoditi Sapi Bali yang memiliki prospek cerah untuk
dikembangkan mengingat di Kabupaten Barru dikenal sebagai Sentra Sapi Bali dan
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 28
kondisi lahan yang memungkinkan khususnya padang rumput cukup tersedia bagi
ternak.
Barru sebagai salah satu sentra sapi di Sulawesi Selatan, memiliki potensi
yang besar untuk dikembangkan. Berkaitan dengan pengembangan sapi, maka
Kabupaten Barru memiliki beberapa kawasan pengembangan sapi yang tersebar di
beberapa kecamatan.
Potensi Kabupaten Barru khususnya ternak sapi untuk Kecamatan Tanete
Riaja telah ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit Sapi Bali berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4437/Kpts/Sr.120/7/2013 Tentang Penetapan
Kabupaten Barru Sebagai Wilayah Sumber Bibit Sapi Bali dalam rangka memenuhi
ketersedian bibit yang berkualitas dengan sistem pembibitan ternak agar bibit yang
dihasilkan sesuai persyaratan teknis minimal dan terjamin mutunya serta mempunyai
surat keterangan layak bibit.
Potensi yang dapat dikembangkan oleh investor adalah pembibitan Sapi Bali
(Breeding) dan penggemukan Sapi Bali (Fattening). Hal ini sejalan dengan program
Pemerintah Kabupaten untuk menjadikan Barru sebagai pusat pemurnian dan
pengembangan Sapi Bali. Investor yang telah memanfaatkan potensi dan peluang
antara lain dalam bentuk pembangunan pabrik pakan ternak.
Pertambangan
Potensi sumber daya mineral yang ada di Kabupaten Barru cukup banyak,
tetapi masih banyak yang belum dimanfaatkan dengan baik karena terbatasnya
pengetahuan dan ketrampilan masyarakat. Potensi sumber daya mineral tersebut
antara lain Batubara, tersebar di berbagai Kecamatan dengan potensi 8.500.000
Ton; Chromit 60.000.000 Ton; Mangan 2.000.000 Ton; Pasir Besi 2.000.000 Ton;
Emas 3,14 ppm/Ton; Perak 334 ppm/Ton; Tembaga 5.585 Ton; Marmer/Batu
Gamping (Limestone) 1,550.000.000 m3; Gamping (Dolomit) 10.000.000 m3; Pasir
Kuarsa 13.000.000 m3; Serpentinit 2.500.000.000 m3; Tras 50.000.000 m3; Andesit
40.000.000 m3; Basalt 25.000.000 m3; Dasit 50.000.000 m3; Diorit 70.000.000 m3;
Trakhit 175.000.000 m3; Pasir Sungai 500.000 m3; Batu Sungai 1.100.000 m3;
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 29
Porselanit 5.000.000 m3; Lempung 15.000.000 m3; Kaolin 5.000.000 m3; Batu Sabak
60.000.000 m3.
Dalam rangka mengeskplorasi serta mengeksploitasi potensi sumber daya
alam di Kabupaten Barru yang dilakukan melalui berbagai upaya, telah berhasil
mendatangkan investor Pabrik Semen Portland dengan kapasitas 2x 2,5 juta ton per
tahun. PT Semen Bosowa Barru yang berlokasi di Kecamatan Barru dan PT Fajar
Semen Barru berlokasi di Kecamatan Tanete Riaja, ke dua perusahaan tersebut telah
melakukan eksplorasi, sudi kelayakan, studi amdal pembangunan pabrik semen.
Dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan kira-kira 1000 orang dan diperkirakan
tiga tahun ke depan mulai berproduksi.
Pariwisata
Potensi wisata yang dapat dikembangkan berupa wisata alam, wisata
budaya/sejarah dan wisata pantai/bahari. Beberapa objek wisata yang telah ada
antara lain alam, wisata budaya dan wisata sejarah dapat menjadi pendukung wisata
bahari dalam hal ini menyelam (diving), snorkeling, rekreasi pantai, panorama
aktivitas perkampungan nelayan, pembuatan perahu dan lomba perahu layar. Wisata
bahari sangat prospektif dengan ditemukannya Taman Laut dengan panorama
terumbu yang masih alami.
Adapun lokasi wisata bahari yang memiliki prospek untuk dikembangkan
melalui kerjasama dengan investor berada di Kecamatan Mallusetasi, berjarak
tempuh 34 km dari Ibukota Kabupaten, 22 km dari kota Parepare dan dari Makassar
berjarak 134 km. Kawasan ini memiliki nilai estetika cukup tinggi dan sangat
mendukung baik keindahan lepas pantai dengan kondisi terumbu karang yang
beranekaragam dan masih alami.
Pulau Panikiang memiliki ciri khas yang menarik yakni adanya ribuan burung
bangau yang menjadikan pulau tersebut sebagai habitatnya. Disamping itu pulau
Panikiang dijadikan pusat konservasi dan memungkinkan untuk dikembangkan
sebagai pusat pendidikan, penelitian dan pelatihan yang terkait dengan
pengembangan mangrove.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 30
Wisata hutan memiliki prospek untuk dikembangkan di Kabupaten Barru yang
dapat disinergikan dengan wisata bahari yang berada di Kecamatan Mallusetasi.
Luas kawasan hutan lindung di Kecamatan Mallusetasi 13.261 Ha tersebar di Desa
Nepo, Kelurahan Mallawa, Desa Bojo, Manuba, Kupa dan Kelurahan Bojo Baru,
Desa Kamiri di Kecamatan Balusu, Desa Gattareng di Kecamatan Pujananting,
Dusun Kalompie Desa Galung Kecamatan Barru memiliki potensi besar untuk
dijadikan kawasan wisata alam. Wisata sejarah meliputi, berbagai situs peninggalan
antara lain makam raja-raja.
Dengan tersedianya berbagai jenis wisata di Kabupaten Barru, terbuka
kesempatan untuk mendatangkan wisatawan baik lokal maupun manca Negara,
namun demikian perlu dukungan infrastruktur baik berupa jalan ke objek-objek wisata
maupun regulasi yang diperlukan serta kerjasama dengan pihak ketiga dalam
pengelolaan objek wisata.
b. Pertumbuhan Ekonomi
Untuk menggambarkan kondisi ekonomi suatu daerah secara lebih lengkap
diperlukan data dari sisi supply (produksi) dan dari sisi demand (konsumsi). Namun
karena keterbatasan data dari sisi demand, maka kondisi ekonomi Kabupaten Barru
akan dijelaskan lebih banyak dari sisi produksi.
Perkembangan Pendapatan Regional Bruto
Dari sisi produksi (supply side), dengan tolok ukur Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) pada tahun 2015, kondisi ekonomi Kabupaten Barru mencapai
Rp. 3,66 trilyun atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010. Jika dibandingkan
dengan PDRB tahun 2011 (ADHK 2010) yang mencapai Rp. 2,77 trilyun, maka
dimensi ekonomi wilayah Kabupaten Barru mengalami peningkatan. PDRB ADHK
adalah tolok ukur paling baik untuk melihat perkembangan ekonomi suatu wilayah
karena faktor inflasi (kenaikan) harga tidak dihitung pada indikator tersebut, sehingga
menunjukkan kenaikan/penurunan secara riil. Jika menggunakan PDRB atas dasar
harga berlaku (ADHB) dikhawatirkan analisis perkembangan ekonomi suatu wilayah
memberikan gambaran pertumbuhan semu, karena bisa jadi jumlah produk tidak
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 31
meningkat tetapi akibat harga produk meningkat (inflasi) maka terkesan terjadi
pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) menunjukkan
peningkatan yang berarti. PDRB (ADHB) mengalami peningkatan nilai dari
Rp. 2,560,344.98 (juta) pada tahun 2010 dan diperkirakan mencapai
Rp. 4,797,345.95 (juta) pada tahun 2015, sementara atas dasar harga konstan
meningkat dari Rp. 2,560,344.98 (juta) pada tahun 2010; dan diperkirakan mencapai
Rp. 3,663,253.31 (juta) pada tahun 2015. Rata-rata pertumbuhan PDRB atas dasar
harga berlaku selama 5 tahun adalah 13,40 persen per tahun sementara rata-rata
pertumbuhan PDRB atas dasar konstan selama 5 tahun adalah 7,43 persen.
Berdasarkan data tersebut, menunjukkan terjadinya peningkatan nilai produk secara
riil di Kabupaten Barru. Peningkatan nilai produk bisa mengindikasikan terjadinya
penambahan investasi, merekrut lebih banyak tenaga kerja untuk memproduksi, yang
pada akhirnya berdampak pada peningkatnya pendapatan para pekerja
(masyarakat).
TABEL 16PERKEMBANGAN PENDAPATAN REGIONAL TAHUN 2010-2015
NO
TAHUN
PDRB ATASDASAR HARGA
BERLAKU(DALAM JUTA)
PDRB ATASDASAR HARGA
KONSTAN(DALAM JUTA)
PERTUMBUHANPDRB ATAS
DASAR HARGABERLAKU (%)
PERTUMBUHANPDRB ATAS
DASAR HARGAKONSTAN (%)
1 2010 2,560,344.98 2,560,344.98 - -
2 2011 2,914,969.86 2,768,518.38 13.85 8.13
3 2012 3,363,617.10 3,000,719.47 15.39 8.39
4 2013 3,816,794.62 3,238,153.56 13.47 7.91
5 2014* 4,396,905.91 3,453,222.26 15.20 6.64
6 2015** 4,797,345.95 3,663,253.31 9.11 6.08
RERATA 3,857,926.69 3,224,773.40 13.40 7.43
Sumber : PDRB Barru Tahun 2015. * angka sementara ** angka sangat sementara
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB pada
tahun sebelumnya, dimana nilai PDRB yang digunakan adalah nilai PDRB atas dasar
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 32
harga konstan. Laju pertumbuhan ekonomi dipergunakan untuk mengukur tingkat
kemakmuran penduduk, sebab semakin meningkat pendapatan perkapita dengan
kerja konstan semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk dan juga
produktivitasnya.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 mencapai 6,06 persen; pada tahun
2011 mencapai 8,13 persen; pada tahun 2012 mencapai 8,39 persen; pada tahun
2013 mencapai 7,91 persen, tahu322014 mencapai 6,64 persen dan diperkirakan
mencapai 7,71 persen pada tahun 2015.
TABEL 17
PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2010-2015
TAHUN PERTUMBUHAN EKONOMI (%)
2010 6.06
2011 8.13
2012 8.39
2013 7.91
2014* 6,64
2015** 7,71Sumber : PDRB Barru Tahun 2015 * angka sementara ** angka sangat sementara
Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian selama tahun 2015 masih didominasi oleh sektor
pertanian sebesar 36,50 persen (harga berlaku) dan 36,87 persen (harga konstan),
diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 17,06 persen (harga berlaku) dan 14,68 persen
(harga konstan), sementara yang paling kecil adalah sektor jasa perusahaan sebesar
0,03 persen (harga berlaku) dan 0,03 persen (harga konstan). Hal ini menunjukkan
bahwa sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam struktur
perekonomian di Kabupaten Barru walaupun kontribusinya mulai menurun.Hal ini
disebabkan oleh berkembangnya setor-sektor lainnya misalnya sector konstruksi.
Dengan semakin berkembangnya sektor sekunder dan tersier menunjukkan bahwa
Kabupaten Barru tidak bergantung sepenuhnya pada sektor primer khususnya
pertanian, tapi juga diharapkan berkembangnya sektor lainnya. Ke depan dengan
berkembangnya infrastruktur transportasi maka akan berdampak luas pada
pertumbuhan perekonomian khususnya sektor konstruksi; sektor perdagangan
besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; sector industry pengolahan .
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 33
TABEL 18
PDRB PER SEKTOR KABUPATEN BARRU TAHUN 2015**
No Lapangan UsahaPDRB (JUTA RUPIAH) %
ADHB ADHK ADHB ADHK
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1,751,114.09 1,350,486.64 36.50 36.87
2 Pertambangan dan Penggalian 151,220.02 115,476.45 3.15 3.15
3 Industri Pengolahan 239,901.35 200,390.05 5.00 5.47
4 Pengadaan Listrik dan Gas 4,539.82 5,131.02 0.09 0.14
5Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,Limbah dan Daur Ulang
4,708.04 3,764.96 0.10 0.10
6 Konstruksi 818,250.45 537,839.14 17.06 14.68
7Perdagangan Besar dan Eceran, ReparasiMobil dan Sepeda Motor
416,073.78 362,503.27 8.67 9.90
8 Transportasi dan Pergudangan 124,697.51 87,117.61 2.60 2.38
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 48,890.68 34,987.13 1.02 0.96
10 Informasi dan Komunikasi 202,309.90 188,233.28 4.22 5.14
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 144,284.48 99,375.10 3.01 2.71
12 Real Estate 175,617.87 125,613.61 3.66 3.43
13 Jasa Perusahaan 1,222.14 953.66 0.03 0.03
14Administrasi Pemerintahan,Pertahanan danJaminan Sosial Wajib
382,720.79 279,732.71 7.98 7.64
15 Jasa Pendidikan 189,311.85 152,808.54 3.95 4.17
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 107,234.71 93,159.64 2.24 2.54
17 Jasa Lainnya 35,248.47 25,680.50 0.73 0.70
Jumlah PDRB 4,797,345.95 3,663,253.31 100.00 100.00
Sumber Data: BPS, 2015 ** Angka Sangat Sementara
Adapun rata-rata pertumbuhan kontribusi dari masing-masing sektor selama
tahun 2011-2015 dapat digambarkan sebagai berikut. Data tersebut di atas
menunjukkan bahwa sector pertambangan dan penggalian sebesar 6,99 persen
(ADHB) merupakan sector yang tumbuh positip disusul Jasa Keuangan dan Asuransi
sebesar 4,45 persen (ADHB) sementara sector-sektor lainnya mengalami
perlambatan. Secara umum dapat digambarkan bahwa dari 17 sektor yang ada 10
sektor yang mengalami perlambatan sedangkan 7 sektor bertumbuh positif antara
lain sector Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, sector pertambangan dan
penggalian; sector transporasi dan pergudangan; sector jasa keuangan dan asuransi
dan sector informasi/komunikasi.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 34
TABEL 19
PERTUMBUHAN KONTRIBUSI SEKTOR TAHUN 2015**
No Lapangan Usaha2011-2015
ADHB ADHK
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.21 -0.67
2 Pertambangan dan Penggalian 6.99 6.10
3 Industri Pengolahan -2.32 -0.87
4 Pengadaan Listrik dan Gas -6.48 2.68
5Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbahdan Daur Ulang
-4.06 -2.28
6 Konstruksi -0.48 -0.37
7Perdagangan Besar dan Eceran, ReparasiMobil dan Sepeda Motor
-0.36 3.14
8 Transportasi dan Pergudangan 2.81 1.79
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum -1.07 -1.38
10 Informasi dan Komunikasi 0.62 5.71
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 4.45 3.27
12 Real Estate 0.28 -1.45
13 Jasa Perusahaan -4.53 -3.62
14Administrasi Pemerintahan,Pertahanan danJaminan Sosial Wajib
-3.33 -3.54
15 Jasa Pendidikan -2.59 -0.63
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -3.11 -1.28
17 Jasa Lainnya 1.41 1.66
Sumber Data: Olahan BPS, 2015 ** Angka Sangat Sementara
PDRB Perkapita
Meningkatnya pendapatan masyarakat merupakan salah satu sasaran
pemerintah dalam melaksanakan pembangunan, baik yang bersifat mendukung
maupun yang langsung dirasakan oleh masyarakat dalam peningkatan
kesejahteraan. Secara lebih rinci capaian-capaian kinerja PDRB perkapita atas dasar
harga berlaku (HB) dan harga konstan (HK) dari tahun ke tahun
Perkembangan pendapatan perkapita selama 5 tahun terakhir menunjukkan
peningkatan yakni atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 15,433,061.95 pada tahun
2010 menjadi Rp. 28,019,098.43 pada tahun 2015; sementara atas dasar harga
konstan yakni sebesar Rp15,433,061.95 pada tahun 2010 dan diperkirakan sebesar
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 35
Rp. 21,395,383.28 pada tahun 2015. Adapun rata-rata pertumbuhan Pendapatan
perkapita tahun 2010-2015 mencapai 12,69 persen atas dasar harga berlaku dan
6,76 persen atas dasar harga konstan. Meningkatnya pendapatan per kapita tentunya
akan meningkatkan daya beli masyarakat sekaligus meningkatnya kesejahteraan.
TABEL 20
PDRB PERKAPITA ATAS DASAR HARGA BERLAKU (ADHB) DANHARGA KONSTAN (ADHK) TAHUN 2010 S/D 2015
TAHUNPDRB PER KAPITA ADHB
PDRB PERKAPITA
PERTUMBUHAN (%)
ADHB ADHK ADHB ADHK
1 2 3 4 5
2010 15,433,061.95 15,433,061.95 - -
2011 17,386,923.34 16,513,384.09 12.66 7.00
2012 20,017,479.23 17,857,811.36 15.13 8.14
2013 22,544,297.30 19,126,493.24 12.62 7.10
2014 25,816,164.69 20,275,383.74 14.51 6.01
2015* 28,019,098.43 21,395,383.28 8.53 5.52
RATA-RATA 21,536,170.82 18,433,586.28 12.69 6.76
Sumber Data: BPS, 2014 * Perkiraan
Tingkat inflasi
Inflasi adalah peningkatan indeks harga konsumen (IHK) yang terjadi karena
adanya kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat baik harga
barang dan jasa melalui kebijakan pemerintah maupun kenaikan harga barang dan
jasa yang tidak terkendali. Salah satu parameter pembangunan ekonomi adalah
tingkat inflasi. Inflasi merupakan kenaikan harga secara bersamaan atau terus
menerus dalam kurun waktu tertentu. Inflasi disebabkan karena permintaan
meningkat sedangkan barang yang dicari terbatas, harga meningkat sedangkan
produksinya terbatas dan peningkatan jumlah produksi disertai dengan peningkatan
permintaan.
Inflasi dapat memberi gambaran seberapa besar tergerusnya tingkat
kesejahteraan masyarakat, karena kenaikan harga barang (jika pendapatan
masyarakat tidak meningkat lebih tinggi) dapat menyebabkan lebih banyak uang
yang dibelanjakan untuk jumlah barang/jasa yang sama di waktu sebelumnya.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 36
Tingkat inflasi di Kabupaten Barru pada tahun tahun 2011 menjadi 5,29 persen,
tahun 2012 meningkat menjadi 6,46 persen; tahun 2013 sebesar 5,15 persen; tahun
2014 sebesar 8,02 persen dan tahun 2015 menurun menjadi 2,85 persen.
Konsekuensi adanya inflasi adalah nilai tabungan akan merosot. Masyarakat yang
memegang uang tunai akan rugi karena nilai riil turun. Dampaknya adalah
menurunnya minat untuk menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit
berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank
yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Tingkat Kemiskinan
Tingkat kemiskinan di Kabupaten Barru pada tahun 2014 mencapai 9,74%.
Adapun gambaran prosentase tingkat kemiskinan Kabupaten Barru dari tahun 2010
hingga tahun 2014 mengalami fluktuasi, pada tahun 2010 tingkat kemiskinan
mencapai 10,68 % kemudian turun pada dua tahun berikutnya yaitu 9,59% pada
tahun 2011 dan 9,28 % pada tahun 2012, untuk kemudian meningkat pada tahun
2013 sebesar 10,32 %, dan turun lagi pada tahun 2014 yakni 9,74%, sebagaimana
pada tabel dibawah ini :
TABEL 21
PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN BARRU
NO TAHUN JUMLAH PENDUDUK MISKIN TINGKAT KEMISKINAN (%)
1 Tahun 2010 17.716 10,68
2 Tahun 2011 16.120 9,59
3 Tahun 2012 15.530 9,28
4 Tahun 2013 17.472 10,32
5 Tahun 2014 16.589 9,74
Sumber Data: BPS Kab. Barru, 2015
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 37
A. Visi dan MISI
1.Visi Pembangunan Kabupaten Barru 2010-2015
Visi pembangunan Kabupaten Barru 2010-2015 mengacu pada visi yang telah
disampaikan oleh Bupati/Wakil Bupati hasil pemilihan Kepala Daerah tahun 2010 yaitu;
“Terwujudnya Kabupaten Barru Lebih Maju, Sejahtera, Taat Azas, danBermartabat yang Bernafaskan Keagamaan”
Visi ini menjadi arah perjalanan pembangunan Kabupaten Barru selama tahun
2010-2015 dengan penjelasan makna visi sebagai berikut :
1. Lebih maju adalah kondisi dimana pada tahun 2015 Kabupaten Barru menjadi lebih
baik dalam hal kualitas sumberdaya manusia yang meliputi angka harapan hidup, rata-
rata lama sekolah, angka melek huruf dan daya beli masyarakat.
2. Sejahtera bermakna bahwa pembangunan Kabupaten Barru dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial seluruh masyarakat Barru.
3. Taat azas dimaksudkan bahwa pembangunan Kabupaten Barru yang dilakukan
mengacu pada ketentuan hukum dan norma budaya/adat-istiadat serta kearifan lokal
dalam rangka terpeliharanya kebersamaan antar berbagai unsur dalam tatanan daerah
dan terjaminnya keberlanjutan pembangunan.
4. Bermartabat dimaksudkan bahwa pembangunan di Kabupaten Barru dilakukan dengan
berlandaskan pada semangat menuju daya saing dan kemandirian daerah.
5. Bernafaskan keagamaan bermakna bahwa seluruh aktivitas penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan berlandaskan nilai-nilai
keagamaan.
2. Misi Pembangunan Jangka Menengah
Berdasarkan visi tersebut di atas, maka misi pembangunan jangka menengah
daerah yang ditetapkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas manusia
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 38
2. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pembangunan untuk kesejahteraan
masyarakat
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif
4. Mengembangkan interkoneksitas wilayah.
5. Mewujudkan tata kelola yang baik dan bersih
B. Strategi dan Arah Kebijakan Daerah
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana
pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan
pembangunan jangka menengah daerah meliputi:
a. Meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan, melalui peningkatan mututenaga pendidik dan kependidikan serta perbaikan tata kelola pendidikan, denganmengembangkan manajemen berbasis sekolah dan teknologi informasi, dengansumber pembiayaan dari berbagai pihak
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
jangka menengah daerah yang terkait dengan pendidikan diarahkan pada (1)
meningkatkan angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni, dan angka
melanjutkan sekolah (2) menurunkan angka buta huruf secara signifikan, (3)
meningkatkan kualitas guru, (4) meningkatkan sarana prasarana pendidikan, (5)
meningkatkan proses belajar mengajar, (6) meningkatkan luaran pendidikan dasar
dan menengah dan (7) meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
pendidikan.
b. Meningkatkan akses dan pemerataan kesehatan dan keluarga berencana, melaluipeningkatan mutu tenaga kesehatan dan keluarga berencana serta perbaikan tatakelola kesehatan dan keluarga berencana dengan mengembangkan layanankesehatan dan keluarga berencana yang prima dan berbasis masyarakat yangdidukung oleh fasilitas kesehatan dan keluarga berencana yang memadai denganmengoptimalkan berbagai sumber pembiayaan.
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
jangka menengah daerah yang terkait dengan kesehatan dan keluarga berencana
diarahkan pada (1) meningkatkan efektifitas pelayanan perawatan dan
pengobatan penyakit pada semua sarana pelayanan kesehatan (2) meningkatkan
status gizi masyarakat (3) menurunkan angka kematian bayi, balita dan ibu
hamil/melahirkan (4) meningkatkan keterpenuhan kebutuhan sarana prasarana
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 39
kesehatan, teknologi, obat-obatan, dokter dan paramedis, (5) meningkatkan
kemampuan tangkal atas penyakit menular dan (6) pengendalian laju
pertumbuhan penduduk dan meningkatkan status keluarga sejahtera dan
berkualitas.
c. Meningkatkan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin dan penyandangmasalah kesejahteraan sosial lainnya melalui penajaman dan fasilitasi programyang terintegrasi lintas sektor pada semua tingkatan pemerintahan dengandukungan kelembagaan, regulasi, data yang “up to date” dan mudah diaksesdengan sumber pembiayaan yang memadai dan “pro poor”
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
jangka menengah daerah yang terkait dengan penanggulangan kemiskinan dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial diarahkan pada (1) menurunkan
jumlah penduduk miskin, kedalaman kemiskinan dan kerentanan untuk miskin
bagi kelompok yang berpotensi miskin dan (2) meningkatkan jumlah penyandang
masalah kesejahteraan sosial yang tertangani mulai penampungan hingga
pemberdayaan sesuai tingkat keparahan masalah kesejahteraan sosial yang
disandang.
d. Meningkatkan perekonomian masyarakat yang berorientasi pasar melalui fasilitasipendampingan usaha oleh tenaga teknis yang trampil, didukung oleh sisteminformasi, regulasi dan kelembagaan dengan sumber pembiayaan daripemerintah dan lembaga keuangan
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
jangka menengah daerah yang terkait dengan perekonomian daerah diarahkan
pada (1) mengembangkan transformasi struktur perekonomian dari sektor primer
ke sektor sekunder dan tersier (2) menciptakan jaringan kerjasama dengan
lembaga-lembaga mitra (3) meningkatkan produksi dan produktivitas komoditi
pertanian yang semakin berkualitas (4) meningkatkan populasi ternak besar yang
bersinergi dengan intensifikasi tanaman pangan (5) meningkatkan produksi ternak
unggas (6) meningkatkan produksi perikanan tangkap dan budidaya dan sarana
prasarananya (7) meningkatkan produksi dan penyerapan tenaga kerja pada
sector industry dan UMKM (8) meningkatkan eksploitasi sumber-sumber
pertambangan bernilai ekonomis tinggi (9)meningkatkan kelestarian ekologi dan
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 40
sumberdaya alam pada wilayah pertambangan (10) mengembangkan koperasi
sebagai bagian dari gerakan social masyarakat dan (11) meningkatkan kunjungan
dan event wisata.
e. Meningkatkan perekonomian masyarakat yang berorientasi pasar melalui fasilitasipendampingan usaha oleh tenaga teknis yang trampil, didukung oleh sisteminformasi, regulasi dan kelembagaan dengan sumber pembiayaan daripemerintah dan lembaga keuangan
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
jangka menengah daerah yang terkait dengan pemuda, olahraga dan kebudayaan
diarahkan pada (1) mengembangkan kegiatan kepemudaan dan keolahragaan (2)
meningkatkan apresiasi seni daerah dan budaya lokal dan (3) mengaktualisasikan
nilai-nilai, norma-norma, dan pengetahuan lokal asli masyarakat.
f. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui pemberian kesempatanberpartisipasi kepada masyarakat baik perempuan maupun laki-laki dalam prosespembangunan dengan dukungan pengembangan media partisipasi, jaringankerjasama dan perbaikan kelembagaan serta mendorong pembiayaan darimasyarakat
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
jangka menengah daerah yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat dan
desa, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diarahkan pada (1)
mengembangkan partisipasi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan (2)
menurunkan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dan (3)
mengembangkan kualitas tatanan pada tingkat lokalitas desa/kelurahan.
g. Meningkatkan pelestarian lingkungan hidup dan antisipasi penanganan bencanamelalui pengembangan pembangunan yang berwawasan lingkungan danberkelanjutan serta mengutamakan pemeliharaan sumberdaya alam, kesiagaanpenanganan bencana yang didukung oleh regulasi, sistem pengawasan, mitigasidan adaptasi serta pembiayaan
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
jangka menengah daerah yang terkait dengan lingkungan hidup dan penanganan
bencana diarahkan pada (1) melestarikan sumberdaya alam (2) mengembangkan
pemeliharaan kualitas lingkungan (3) menciptakan sistem penanganan bencana
yang tanggap, efektif dan efisien (4) menciptakan kesiapan dalam mitigasi dan
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 41
adaptasi dampak perubahan iklim terhadap produksi pertanian, ketahanan pangan
dan keragaman hayati (5) memelihara keseimbangan antara kawasan lindung
dengan kawasan budidaya (6) mengembangkan wilayah perkotaan/agropolitan,
wilayah industri dan kawasan strategis dan (7) meningkatkan penanganan wilayah
banjir dan wilayah kekeringan.
h. Mempertahankan situasi keamanan yang kondusif melalui penegakan hukumyang memenuhi rasa keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia,penyelenggaraan demokrasi yang berkualitas dan menjamin ketenteraman danketertiban yang didukung oleh regulasi dan pengembangan sistem pengamananswakarsa serta pembiayaan yang memadai
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
jangka menengah daerah yang terkait dengan pengembangan domokrasi dan
kesatuan bangsa, penegakan ketertiban dan keamanan, dan penengakan hukum
dan hak asasi manusia diarahkan pada (1) menanamkan nilai-nilai kesadaran
berdemokrasi pada masyarakat dan pelaku politik (2) menjaga keharmonisan
dalam bentuk interaksi antar kelompok, golongan, lapisan dan pemangku
kepentingan (3) meningkatkan keharmonisan kehidupan sosial dan kepatuhan
pada hukum dan (4) meningkatkan perwujudan kesadaran dan penghargaan
terhadap hukum dan hak asasi manusia.
i. Meningkatkan infrastruktur ekonomi melalui pengembangan wilayah strategis cepattumbuh dan kerjasama daerah dengan mengembangkan regulasi dan fasilitasdasar bagi mobilitas barang, jasa dan manusia, sistem moda transportasi danperangkat pendukungnya, regulasi dan media promosi investasi yang didukungoleh pembiayaan pihak terkait
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
jangka menengah daerah yang terkait dengan infrastruktur, iklim investasi dan
kerjasama daerah diarahkan pada (1)meningkatkan keterpenuhan kebutuhan jalan
jembatan dan pelabuhan bagi angkutan dan perlintasan orang/barang;
(2) meningkatkan keterpenuhan kebutuhan infrastruktur angkutan darat;
(3) meningkatkan keterpenuhan fasilitas yang dapat mengakselerasi pertumbuhan
dan transformasi perekonomian serta kemajuan/kemandirian wilayah;
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 42
(4) mengembangkan keadaan kondusif bagi penanaman modal dalam negeri dan
asing dan (5) mengembangkan jaringan kerjasama antar daerah.
j. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama melalui aktualisasi peran dan fungsiagama sebagai etos kerja, sikap dan perilaku birokrasi, peserta didik danmasyarakat dengan mengembangkan regulasi, pembinaan lembaga lembagakeagamaan, sarana peribadahan yang didukung pembiayaan dari berbagai pihak
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
jangka menengah daerah yang terkait dengan keagamaan diarahkan pada (1)
meningkatkan kualitas penghayatan dan pengamalan ajaran agama dan (2)
mengembangkan dan memelihara saling kepercayaan, saling bantu serta
kepatuhan kepada norma kebersamaan.
k. Meningkatkan kualitas pelayanan umum melalui penerapan tata kelolapemerintahan yang transparan, akuntabel dan partisipatif denganmengembangkan sistem pelayanan yang terintegrasi, mudah dan murah, regulasipelayanan yang berorientasi pelanggan dan aparat yang profesional denganpembiayaan dari pihak terkait.
Berdasarkan strategi tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
jangka menengah daerah yang terkait dengan pelayanan umum diarahkan pada
(1) meningkatkan pencapaian efektifitas dan efisiensi pengelolaan
program/kegiatan yang transparan, akuntabel dan partisipatif (2) meningkatkan
kualitas fungsi legislasi, penganggaran dan pengawasan (3) meningkatkan
kualitas pelayanan kemasyarakatan, pemerintahan dan pembangunan (4)
meningkatkan pencapaian kapasitas yang bersesuaian dengan tuntutan
perwujudan pemerintahan yang baik dan saling memberdayakan dengan
kelembagaan masyarakat dan swasta (5) meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan asset daerah (6) meningkatkan
pencapaian pelayanan publik yang prima (7) meningkatkan pencapaian
pengelolaan kependudukan dan catatan sipil yang tertib (8) mengembangkan
sistem pelayanan yang menjamin efektifitas, efisiensi dan kepuasan pelanggan (9)
mengembangkan organisasi dan kelembagaan pemerintah daerah yang efektif
dan (10) meningkatkan kemampuan manajerial dan teknis aparatur.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2015 Page 43
PRIORITAS DAERAH
Berdasarkan issu strategis dan tantangan khususnya dinamika pembangunan
di bidang sosial, ekonomi, budaya dan keamanan yang dihadapi tahun 2015, maka
tema pembangunan tahun 2015 adalah PENINGKATAN KUALITAS MANUSIA
YANG TAAT ASAS DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI
PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH DAN PERTUMBUHAN INVESTASI,
sedangkan prioritas pembangunan diarahkan pada:
1. Peningkatan akses, kualitas dan pemerataan pendidikan;
2. Peningkatan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin dan efektifitas program
penanggulangan kemiskinan;
3. Peningkatan akses, kualitas dan pemerataan kesehatan;
4. Peningkatan kualitas kelembagaan masyarakat dan pelayanan umum melalui
reformasi birokrasi;
5. Peningkatan kualitas kehidupan beragama dan aktualisasi peran dan fungsi agama
6. Peningkatan ketahanan ekonomi daerah;
7. Peningkatan daya saing daerah;